OLEH :
Dengan menyebut nama Allah SWT yang maha pengasih lagi maha
penyayang, kami panjatkan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat,hidayah, dan hidayah-Nya kepada kami, sehingga kami
dapat menyelesaikan makalah ini
Namun tidak lepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa
dalam makalah ini ada kekurangan baik dari segi penyusun bahasanya maupun
segi lainnya. Oleh karena itu dengan lapang dada dan tangan terbuka kami
membuka selebar-lebarnya bagi pembaca yang ingin memberi saran dan kritik
kepada kami sehingga kami dapat memperbaiki makalah ini dikemudian hari.
Tri Indah M
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR......................................................................................................................
DAFTAR ISI......................................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN...............................................................................................................
A. Latar Belakang...............................................................................................................
B. Tujuan..............................................................................................................................
BAB II PEMBAHASAAN............................................................................................................
A. Defenisi ESQ.....................................................................................................................
A. Kesimpulan.....................................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perawat atau Nurse berasal dari bahasa Inggris yaitu “nurse” dari bahasa Latin
yaitu nutrix yang berarti merawat atau memelihara, perawat adalah orang yang mengasuh dan
merawat orang lain yang mengalami masalah kesehatan berperan dalam merawat atau
membantu dan melindungi, perawat yang professional adalah perawat yang bertanggung jawab
dan memberikan pelayanan keperawatan. Pelayanan perawat merupakan aspek penting dalam
membangun kesehatan, perawat merupakan salah satu tenaga kesehatan dalam
penyelenggaraan pelayanan kesehatan tenaga perawat merupakan tenaga kesehatan yang dalam
keseharianya selalu berhubungan langsung dengan pasien dan tenaga kesehatan lainnya.
Perawat merupakan salah satu profesi tenaga kesehatan yang memberikan pelayanan kesehatan
langsung baik kepada individu,keluarga dan masyarakat Perawat merupakan tenaga
professional dibidang pelayanan kesehatan sebagai salah satu tenaga professional, keperawatan
menjalankan dan melaksanakan kegiatan praktik keperawatan dengan mengunakan ilmu
keperawatan yang dapat dipertanggung jawabkan.
Hingga kini masih banyak perawat yang memuja kecerdasan intelektual yang
mengandalkan kemampuan berlogika semata. Perawat merasa bangga dan berhasil mendidik
anak, bila melihat anak-anaknya mempunyai nilai rapor yang bagus, menjadi juara kelas. Tentu
saja hal ini tidak salah, tetapi tidak juga benar seratus persen. Karenabeberapa penelitian justru
menunjukkan bahwa kecerdasan emosional, kecerdasansosial dan kecerdasan spirituallah yang
lebih berpengaruh bagi kesuksesan seoranganak.Hasil penelitian Daniel Goleman (1995 dan
1998) dan beberapa Riset di Amerikamemperlihatkan bahwa kecerdasan intelektual hanya
memberi kontribusi 20 persenterhadap kesuksesan hidup seseorang, termasuk kesuksesan
perawat. Sisanya 80persen bergantung pada kecerdasan emosi, kecerdasan sosial dan
kecerdasanspiritualnya. Bahkan dalam hal keberhasilan kerja, kecerdasan intelektual
hanyaberkontribusi empat persen. Sebuah survei terhadap ratusan perusahaan di Amerika
Serikat,mengungkapkan bahwa kemampuan teknis/analisis bukan hal yang
menentukankeberhasilan seorang pemimpin/manajer. Yang terpenting justru aspek
emosionalintelegensi seperti kemauan, keuletan mencapai tujuan, kemauan mengambil
inisiatifbaru, kemampuan bekerja sama dan kemampuan memimpin tim.Hasil identik juga
disimpulkan dari penelitian jangka panjang terhadap 95mahasiswa Harvard lulusan tahun 1940-
an. Puluhan tahun kemudian, mereka yang saatkuliah dulu mempunyai kecerdasan intelektual
tinggi, namun egois dan kuper, ternyatahidupnya tidak terlalu sukses (berdasar gaji,
produktivitas, serta status bidangpekerjaan) bila dibandingkan dengan yang kecerdasan
intelektualnya biasa saja tetapimempunyai banyak teman, pandai berkomunikasi, mempunyai
empati, tidaktemperamental sebagai manifestasi dari tingginya kecerdasan emosi, sosial
danspiritual. jika kecerdasan intelektual membuat seseorang pandai dan kecerdasanemosional
menjadikannya bisa mengendalikan diri, maka Kecerdasan Spiritual memungkinkan hidupnya
penuh arti.
Berdasarkan hasil survey di Amerika Serikat pada tahun 1918 tentang IQ ternyata
ditemukan bahwa bila sementara skor IQ anak-anak makin tinggi, Kecerdasan Emosional
mereka saat ini justru menurun. Diketahui bahwa anak-anak generasi sekarang lebih sering
mengalami masalah emosinya. Dalam hal ini anak-anak sekarangtumbuh dalam kesepian dan
depresi, lebih mudah stres, lebih mudah marah dan lebihsulit diatur, lebih gugup, mudah
terpengaruh dan cenderung suka cemas serta agresif. Berdasarkan hal-hal di atas, penting sekali
bagi perawat untuk lebih memahami berbagai kecerdasan, karena perawat akan menghadapi
klien dengan berbagai problematika kebutuhan dasarnya yang bersipat unik, multietnik dan
multi problem.
B. Tujuan
Studi terhadap orang-orang yang sangat sukses menunjukan bahwa mereka juga
memiliki ciri-ciri lain yang menonjol. Pertama, mereka mempunyai mimpi yang besar, tujuan
yang jelas, dan teguh memegang mimpinya tersebut. Kedua, mereka tidak bekerja sendiria,
mereka mampu memaafkan kekuatan yang ada di dalam dirinya maupun di sekeliling dirinya.
Jadi, mereka mengembangkan dua kecerdasan lainnya sebagai pelengkap dari IQ-EQ-SQ.
mereka mengembangkan kecerdasan yang disebut Kecerdasan Aspirasi (Aspiration
Intelligence) dan Kecerdasan Kekuatan (Power Intelligence). Ternyata para oraang yang sukses
mengembangkan lima kecerdasan dengan seimbang. Kelima kecerdasan ini kita sebut
Kecerdasan SEPIA (Spiritual – Emotional – Power – intellectual – Aspiration).
Kemampuan seorang perawat untuk bisa menghargai dirinya sendiri maupun diri orang
lain, memahami perasaan terdalam oraang-orang di sekelilingnya, mengikuti aturan-turan yang
berlaku. Semua ini termasuk kunci keberhasilan bagi seorang perawat di masa depan.
EQ yang tinggi akan membantu seorang perawat dalam membangun relasi sosial dalam
lingkungan keluarga, kantor, bisnis, maupun sosial. Bagi seorang perawat, kecerdasan
emosional merupakan syarat mtlak. Lagi-lagi amat disayangkan, pendidikan kitaa miskin
konsep dalam membantu mengembagkan EQ, bagi siswa maupun mahasiswa. Pelatihan EQ ini
amat penting guna menumbuhkan iklim dialogis, demokratis, dan partisipatif karena semua
menuntut adanya kedewasaan emosional dalam memahami dan menerima perbedaan. Pluralitas
etnis, agama, dan budaya dialogis dan sikap empati.
Seorang perawat yang mempunyai kecerdasan emotional yang baik akan dapat dikenali
melalui lima komponen dasar, yaitu:
mampu mengenali emosi dan penyebab dari pemicu emosi tersebut. Jadi, dia mampu
mengevaluasi dirinya sendiri dan mendapatkan informasi untuk melakukan suatu tindakan.
seseorang yang mempunyai pengendalian diri yang baik dapat lebih terkontrol dalam
membuat tindakan agar lebih berhati0hati. Dia juga akan berusaha untuk tidak impulsive.
Akan tetapi, perlu diingat, hal ini bukan berarti bahwa orang tersebut menyembunyikan
emosinya melainkan memilih untuk tidak diatur oleh emosinya.
ketika sesuatu berjalan tidak sesuai dengan rencana, seseorang yang mempunyai kecerdasan
emosional tinggi tidaak akan bertanya “apa yang salah dengan saaya atau kita?”. Sebaliknya
ia bertanya “apa yang dapat kita lakukan agar kita dapaat memperbaiki masalah ini?”.
4. empathy (empati)
kemampuan untuk mengenali perasaan orang lain dan merasakan apaa yang orang lain
rasakan jika dirinya sendiri yang berada pada posisi tersebut.
Seorang perawat yang tidak mempunyai kecerdasan emosional yang tinggi dpaat
ditandai dengn hal-hal berikut: mempunyai emosi yang tinggi, cepat bertindak berdasarkan
emosinya, dan tidak sensitive dengan perasaan orang lain. Orng yang tidak mempunyai
kecerdasan emosional tinggi, biasanya mempunyai kecenderungan untuk menyakiti dan
memusuhi orng lain. Dalam dunia kerja, orang-orang yng mempunyai kecerdasan emosional
yang tinggi sangat diperlukan, terlebih dalam tim untuk mencapai tujuan tertentu. Karenanya,
orng tua dn para guru harus memupuk kecerdasan emosional sejak dini.
Kunci keberhasilan hidup lebih banyak ditentukan oleh kecerdasan emotional, yaitu
aspek-aspek yang berkaitan dengan kepribadian, yang di dalamnya setidaknya ada empat cirri
pokok. Pertama, kemampuan seseorang memahami dan memotivasi potensi dirinya. Kedua,
memiliki rasa empati yang tinggi terhadap orang lain. Ketiga, senang mendorong meliht nk buh
sukses, tanpa dirinya merasa terancam. Keempat, agresif, yaitu terampil menyampaaikan
pikiran dan perasaan dengan baik, lugas, dan jelas tanpa harus membuat orang lian tersinggung.
Kecerdasan spiritual adalah kecerdasan manusia dalam memberi makna. Perawat yang
memiliki taraf kecerdasan spiritual tinggi mampu menjadi lebih bahagia dan menjalani hidup
dibandingkan mereka yang taraf kecerdasan spiritualnya rendah. Dalam kondisi yang sangat
buruk dan tidak diharapkan, kecerdasan spiritual mampu menuntun manusia untuk menemukan
makna.
Lima karakteristik orang yang cerdas secara spiritual menurut Roberts A. Emmons,
The Psychology of Ultimate Concerns: (1) kemampuan untuk mentransendensikan yang fisik
dan mental; (2) kemampuan untuk mengalami tingkat kesadaran yang memuncak; (3)
kemampuan untuk mensakralkan pengalaman sehari-hari; (4) kemampuan untuk menggunakan
sumber-sumber spiritual buat menyelesaikan masalah; dan (5) kemampuan untuk berbuat baik.
Dua karakteristik yang pertama sering disebut sebagai komponen inti kecerdasan
spiritual. Perawat yang merasakan kehadiran Tuhan atau makhluk ruhaniyah di sekitarnya
mengalami transendensi fisikal dan mental. Ia memasuki dunia spiritual. Ia mencapai kesadaran
kosmis yang menggabungkan dia dengan seluruh alam semest. Ia merasa bahwa alamnya tidak
terbatas pada apa yang disaksikan personalnya dalam salat malamnya, mendoakan kesembuhan
luka kliennya, memulai tindakan dengan bismillah, mengisi waktu luang dengan sholat dluha,
silaturahmi dengan keluarga klien.
Ciri yang ketiga, terjadi ketika kita meletakkan pekerjaan biasa dalam tujuan yang
agung. Perawat yang cerdas secara spiritual tidak memecahkan persoalan hidup hanya secara
rasional atau emosional saja. Ia menghubungkan dengan makna kehidupan secara spiritual. Ia
merujuk pada warisan spiritual seperti teks-teks Kitab Suci atau wejangan orang-orang suci
untuk memberikan penafsiran pada situasi yang dihadapinya, untuk melakukan definisi situasi.
Pada saat ganti balutan ia mengingat bahwa jutaan mikroba sudah diciptakan Allah sebulum
manusia mengetahui obatnya penicillin. Sebelum manusia lahir penicillinpun sudah diciptakan
Allah. Jadi, tugas perawat adalah berupaya memaknai bahwa mencari karunia Allah dalam
membantu meringankan beban klien.
Ketika seorang perawat diberitahu bahwa orang kantornya tidak akan sanggup
menyekolahkannya, ia tidak putus asa. Ia yakin bahwa kalau oaring itu bersungguh-sungguh
dan minta pertolongan kepada Tuhan, ia akan diberi jalan. Bukankah Tuhan berfirman: “orang-
orang yang sungguh-sungguh di jalan Kami, Kami akan berikan kepadanya jalan-jalan Kami”?
Karakteristik yang kelima: perawatmemiliki rasa kasih yang tinggi pada sesame
makhluk Tuhan. Memberi maaf, bersyukur atau mengungkapkan terima kasih, bersikap rendah
hati menunjukan kasih saying dan kearifan, hanyalah sebagian dari kebajikan. Karakteristik
terakhir ini mungkin disimpulkan dalam sabda nabi Muhammad saw: “amal paling utama ialah
engkau masukkan rasa bahagia pada sesame manusia”>
Dengan pengertian di atas, berikut ini secara singkat kiat-kiat untuk mengembangkan
SQ bagai perawat kita:
(3) baca Kitab Suci bersama-sama dan jelaskan maknanya dalam kehidupan kita,
(9) bawa klien, keluarga atau anak ke tempat-tempat orang yang menderita, dan
Menurut Buchary A Rahman masalah pelayanan kepada klien dan cara perawat
memenej konfliknya termasuk yang krusial yang mempengaruhi kemampuan
perawat Indonesia masuk ke pasaran kerja Internasional. “contoh perawat Filipina, mereka
merupakan perawat yang dicari di pasaran Internasional karena kemampuan melayani pasien
dengan cara lebih memanusiakan pasien dengan kemampuan ESQ yang baik disamping
karena factor kemampuan bahasa Inggris yang baik”. Sebab selain kecerdasan intelektual para
perawat juga perlu memperhatikan kecerdasan emosional. “tak mudah putus asa, tak mudah
marah, sabar, berbeda pendapat dengan santun, lebih mengacu pada santun, lebih mengacu
pada solusi bukan pada konflik, merupakan contoh perawat yang mempunyai kecerdasan
emosional”. Orang berobat ke Singapura atau ke Kucing bukan hanya karena tindakan medis
di sana lebih baik, tetapi salah satu faktornya adalah karena sikap perawat di sana lebih
familiar.
Seorang perawat yang mempunyai kecerdasan emosional yang baik akan dapat
dikenali melalui lima komponen, yaitu sebagai berikut:
1. pengenalan diri
2. penguasaan diri
3. motivasi diri
4. empati
5. hubungan yang efektif
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Oleh karena itu, saat menghadapi semacam ini sebagai pelayan manusia tentu harus
mempunyai satu kondisi yang dibilang dengan kondisi Perawat hebat, yang diartikannya
tangguh, dimana tangguh dalam menghadapi segala situasi.Menghadapi takdir atau bencana,
harus siap menghadapinya. Salah satunya bagaimana kaitannya kita menyiapkan
ketangguhan diri seorang perawat berperan dalam urgensitas perkembangan ESQ pada masa
sekarang. Hal ini membuktikan bahwa ESQ telah memberikan satu model bagaimana
Perawat menjadi bisa kuat, yang dari namanya saja yaitu Emotional Spiritual Quotient Jadi
bukan hanya emotional, inteligensi, tapi juga spiritual quostient itu memang harus dibangun.
Berdasarkan dari intelegensi, emotional dan dari spiritualnya ini, bagaimana agar
Perawat itu menjadi tangguh yaitu Perawat punya spiritual yang kuat, harapan (hope), dan
optimisme. Diuraikannya juga jika dari sisi emotionalnya, bahwa Perawat punya koping
yang adaktif, kontrol diri yang baik dan juga sense of humor.Sementara dari sisi quostient,
Perawat punya kompetensi dan self efficacy. Jadi kedepannya akan bisa membangun sebuah
komunitas Perawat yang benar-benar tangguh menghadapi segala hal.
B. SARAN