Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

URGENSITAS PENGEMBANGAN ESQ DI DUNIA


KEPERAWATAN

OLEH :

TRI INDAH MEYWATI NINGSIH


202214201042B

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN NERS


STIKes SATRIA BHAKTI
NGANJUK
2023
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang maha pengasih lagi maha
penyayang, kami panjatkan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat,hidayah, dan hidayah-Nya kepada kami, sehingga kami
dapat menyelesaikan makalah ini

Adapun makalah ini telah kami usahakan semaksimal mungkin dan


tentunya dengan bantuan berbagai pihak, sehingga dapat memperlancar pembuatan
makalah ini. Untuk itu kami tidak lupa menyampaikan banyak terima kasih kepada
semua pihak yang telah membantu kami dalam pembuatan makalah ini.

Namun tidak lepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa
dalam makalah ini ada kekurangan baik dari segi penyusun bahasanya maupun
segi lainnya. Oleh karena itu dengan lapang dada dan tangan terbuka kami
membuka selebar-lebarnya bagi pembaca yang ingin memberi saran dan kritik
kepada kami sehingga kami dapat memperbaiki makalah ini dikemudian hari.

Akhirnya penyusun mengharapkan semoga makalah ini dapat diambil


hikmah dan manfaatnya sehingga dapat memberikan inspirasi terhadap pembaca.

Madiun , 18 Februari 2023

Tri Indah M
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................................................................

DAFTAR ISI......................................................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN...............................................................................................................

A. Latar Belakang...............................................................................................................

B. Tujuan..............................................................................................................................

BAB II PEMBAHASAAN............................................................................................................

A. Defenisi ESQ.....................................................................................................................

B. Perawat memasuki era multiple intellegency.........................................................................

C. Perawat dalam emotional intelligence

D. Kecerdasan spiritual (spiritual quotion)

BAB III PENUTUP........................................................................................................................

A. Kesimpulan.....................................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perawat atau Nurse berasal dari bahasa Inggris yaitu “nurse” dari bahasa Latin
yaitu nutrix yang berarti merawat atau memelihara, perawat adalah orang yang mengasuh dan
merawat orang lain yang mengalami masalah kesehatan berperan dalam merawat atau
membantu dan melindungi, perawat yang professional adalah perawat yang bertanggung jawab
dan memberikan pelayanan keperawatan. Pelayanan perawat merupakan aspek penting dalam
membangun kesehatan, perawat merupakan salah satu tenaga kesehatan dalam
penyelenggaraan pelayanan kesehatan tenaga perawat merupakan tenaga kesehatan yang dalam
keseharianya selalu berhubungan langsung dengan pasien dan tenaga kesehatan lainnya.
Perawat merupakan salah satu profesi tenaga kesehatan yang memberikan pelayanan kesehatan
langsung baik kepada individu,keluarga dan masyarakat Perawat merupakan tenaga
professional dibidang pelayanan kesehatan sebagai salah satu tenaga professional, keperawatan
menjalankan dan melaksanakan kegiatan praktik keperawatan dengan mengunakan ilmu
keperawatan yang dapat dipertanggung jawabkan.

Hingga kini masih banyak perawat yang memuja kecerdasan intelektual yang
mengandalkan kemampuan berlogika semata. Perawat merasa bangga dan berhasil mendidik
anak, bila melihat anak-anaknya mempunyai nilai rapor yang bagus, menjadi juara kelas. Tentu
saja hal ini tidak salah, tetapi tidak juga benar seratus persen. Karenabeberapa penelitian justru
menunjukkan bahwa kecerdasan emosional, kecerdasansosial dan kecerdasan spirituallah yang
lebih berpengaruh bagi kesuksesan seoranganak.Hasil penelitian Daniel Goleman (1995 dan
1998) dan beberapa Riset di Amerikamemperlihatkan bahwa kecerdasan intelektual hanya
memberi kontribusi 20 persenterhadap kesuksesan hidup seseorang, termasuk kesuksesan
perawat. Sisanya 80persen bergantung pada kecerdasan emosi, kecerdasan sosial dan
kecerdasanspiritualnya. Bahkan dalam hal keberhasilan kerja, kecerdasan intelektual
hanyaberkontribusi empat persen. Sebuah survei terhadap ratusan perusahaan di Amerika
Serikat,mengungkapkan bahwa kemampuan teknis/analisis bukan hal yang
menentukankeberhasilan seorang pemimpin/manajer. Yang terpenting justru aspek
emosionalintelegensi seperti kemauan, keuletan mencapai tujuan, kemauan mengambil
inisiatifbaru, kemampuan bekerja sama dan kemampuan memimpin tim.Hasil identik juga
disimpulkan dari penelitian jangka panjang terhadap 95mahasiswa Harvard lulusan tahun 1940-
an. Puluhan tahun kemudian, mereka yang saatkuliah dulu mempunyai kecerdasan intelektual
tinggi, namun egois dan kuper, ternyatahidupnya tidak terlalu sukses (berdasar gaji,
produktivitas, serta status bidangpekerjaan) bila dibandingkan dengan yang kecerdasan
intelektualnya biasa saja tetapimempunyai banyak teman, pandai berkomunikasi, mempunyai
empati, tidaktemperamental sebagai manifestasi dari tingginya kecerdasan emosi, sosial
danspiritual. jika kecerdasan intelektual membuat seseorang pandai dan kecerdasanemosional
menjadikannya bisa mengendalikan diri, maka Kecerdasan Spiritual memungkinkan hidupnya
penuh arti.

Berdasarkan hasil survey di Amerika Serikat pada tahun 1918 tentang IQ ternyata
ditemukan bahwa bila sementara skor IQ anak-anak makin tinggi, Kecerdasan Emosional
mereka saat ini justru menurun. Diketahui bahwa anak-anak generasi sekarang lebih sering
mengalami masalah emosinya. Dalam hal ini anak-anak sekarangtumbuh dalam kesepian dan
depresi, lebih mudah stres, lebih mudah marah dan lebihsulit diatur, lebih gugup, mudah
terpengaruh dan cenderung suka cemas serta agresif. Berdasarkan hal-hal di atas, penting sekali
bagi perawat untuk lebih memahami berbagai kecerdasan, karena perawat akan menghadapi
klien dengan berbagai problematika kebutuhan dasarnya yang bersipat unik, multietnik dan
multi problem.

Perawat sebagai petugas kesehatan mempunyai peranan penting dalam upaya


pencapaian tujuan Perkembangan kesehatan dimasa mendatang. Seorang perawat harus
memiliki perhatian, komitmen, rasa iba, memiliki kemurahan hati, dan ketekunan. Selain
itu,didalam pelayanan keperawatan juga harus mempunyai emotional spiritual quotient (ESQ),
hal ini akan menumbuhkan sifat rendah hati dan menjadi seseorang yang utuh secara
intelektual, emosional, dan spiritual. Sehingga akan memunculkan perilaku caring dan sifat
empati dalam menghadapi dan merawat klien. Karena Hal ini merupakan salah satu hal yang
mempengaruhi urgenitas perkembangan ESQ di dunia Kesehatan khususnya di dalam
keperawatan.

B. Tujuan

Agar pembaca mendapatkan pengetahuan lebih dan memahami mengenai


Segala Hal terkait Urgenitas Perkembangan ESQ di dunia Kesehatan khususnya di
dalam pelayanan keperawatan.
BAB II
PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN EMOTIONAL SPIRITUAL QUETION (ESQ)


ESQ merupakan sebuah metode pelatihan pembentukan karakter yang sistematis, yang
didalamnya membahas bagaimana membangun karakter dengan menggabungkan tiga
kecerdasan sekaligus, yaitu Intelektual Quotient (IQ), Emotional Quotient (EQ), dan Spiritual
Quotient (SQ) seseorang.  
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia emosional memiliki arti menyentuh perasaan,
mengharukan, dengan emosi, beremosi dan penuh emosi. Cerdas memiliki arti perkembangan
akal budinya (untuk berpikir, mengerti, dsb), tajam pikiran. Spiritual memiliki arti berhubungan
dengan atau bersifat kejiwaan (rohani, batin).
Menurut ary ginanjar ESQ merupakan sinergi dua pemikiran yaitu hubungan manusia
dengan manusia (EQ) dan hubungan manusia dengan Tuhannya (SQ). (skripsi Nurjanah Husnul
Khotimah, PAI: hal 10).
Konsep ESQ merupakan kemampuan dalam penggunaan nilai-nilai keimanan yang
dijadikan sebagai pedoman dalam bertingkah laku. (Skripsi Navis Niqoyatin, PAI: 2005)
1. EQ (Emotional Quotients)
Kecerdasan emosional adalah kemampuan pengendalian diri sendiri, semangat dan
ketekunan, serta kemampuan untuk memotivasi diri sendiri dan bertahan menghadapi
frustrasi, kesanggupan untuk mengendalikan dorongan hati dan emosi, tidak melebih-
lebihkan kesenangan, mengatur suasana hati dan menjaga agar beban stress tidak
melumpuhkan kemampuan berpikir, untuk membaca perasaan terdalam orang lain (empati)
dan berdoa, untuk memelihara hubungan dengan sebaik-baiknya, kemampuan untuk
menyelesaikan konflik, serta untuk memimpin diri dan lingkungan sekitarnya.
2. SQ (Spiritual Quotients)
Perlu dipahami bahwa SQ tidak mesti berhubungan dengan agama, Kecerdasan spiritual
(SQ), adalah kecerdasan jiwa yang dapat membantu seseorang membangun dirinya secara
utuh. SQ tidak bergantung pada budaya atau nilai. Tidak mengikuti nilai-nilai yang ada,
tetapi menciptakan kemungkinan untuk memiliki nilai-nilai itu sendiri. Kecerdasan
spiritual adalah kecerdasan yang berasal dari dalam hati, menjadikan kita kreatif ketika
kita dihadapkan pada masalah pribadi dan mencoba melihat makna yang terkandung di
dalamnya, serta menyelesaikannya dengan baik agar memperoleh ketenangan dan
kedamaian hati. Kecerdasan spiritual membuat individu mampu memaknai setiap
kegiatannya sebagai sebuah ibadah, Demi kepentingan umat manusia dan Tuhan yang
sangat dicintainya.
3. ESQ (Emotional and Spiritual Quotient)
ESQ merupakan sebuah singkatan dari Emotional Spiritual Quotient yang merupakan
gabungan EQ dan SQ, yaitu Penggabungan antara pengendalian kecerdasan emosi dan
spiritual. Manfaat yang bisa di dapat adalah tercapai nya keseimabangan antara hubungan
Horizontal (manusia dengan manusia) dan Vertikal (Manusia dan Tuhan). ESQ juga dapat
membuat kita lebih percaya diri dalam melakukan tindakan

B. PERAWAT MEMASUKI ERA MULTIPLE INTELLEGENCY


Menurut Dr. Howard Garder, peneliti dari Harvard yang mencetuskan teori Multiple
Intelligence, terdapat sembilan jenis kecerdasan yang meliputi:

1. Cerdas bahasa: cerdas dalam mengolah kata


2. Cerdas gambar: memiliki imajinasi tinggi
3. Cerdas musik: peka terhadap suara dan irama
4. Cerdas tubuh: terampil dalam mengolah tubuh dan gerak
5. Cerdas matematika dan logika: cerdas dalam sains dan berhitung
6. Cerdas sosial: kemampuan tinggi dalam membaca pikiran dan perasaan orang lain
7. Cerdas diri: menyadari kekuatan dan kelemahan diri
8. Cerdas alam: peka terhadap alam sekitar
9. Cerdas spiritual: menyadari makna eksistensi diri dalam hubungannya dengan pencipta alam
semesta

Kecerdasan emosi terdiri dari kecakapan, diantaranya: intrapersonal


intelligence dan interpersonal intelligence. Intrapersonal intelligence merupakan kecakapan
mengenali perasaan kita sendiri yang terdiri dari: kesadaran diri (keadaan emosi diri, penilaian
pribadi, dan percaya diri); pengaturan diri (pengendalian diri, dapat dipercaya, waspada adaptif
dan inovatif); motivasi (dorongan berprestasi, komitmen, inisiatif dan optimis). Sedangkan
interpersonal intelligence merupakan kecakapan berhubungan dengan orang lain yang terdiri
dari: empati (memahami orang lain, pelayanan, mengembangkan orang lain, mengatasi
keragaman dan kesadaran politis); keterampilan social (pengaruh, komunikasi, kepemimpinan,
katalisator, perubahan, manajemen konflik, pengikat jaringan, kolaborasi dan koperasi serta
kerja team).

Studi terhadap orang-orang yang sangat sukses menunjukan bahwa mereka juga
memiliki ciri-ciri lain yang menonjol. Pertama, mereka mempunyai mimpi yang besar, tujuan
yang jelas, dan teguh memegang mimpinya tersebut. Kedua, mereka tidak bekerja sendiria,
mereka mampu memaafkan kekuatan yang ada di dalam dirinya maupun di sekeliling dirinya.
Jadi, mereka mengembangkan dua kecerdasan lainnya sebagai pelengkap dari IQ-EQ-SQ.
mereka mengembangkan kecerdasan yang disebut Kecerdasan Aspirasi (Aspiration
Intelligence) dan Kecerdasan Kekuatan (Power Intelligence). Ternyata para oraang yang sukses
mengembangkan lima kecerdasan dengan seimbang. Kelima kecerdasan ini kita sebut
Kecerdasan SEPIA (Spiritual – Emotional – Power – intellectual – Aspiration).

Agar sukses dan bahagia, perawat memerlukan pengembangan kelima kecerdasannya.


Sukses disini dalam arti yang luas, menyangkut financial, bisnis, karir, keluarga, kesehatan,
pengembangan diri, kebahagiaan, dan semua tujuan yang berharga bagi manusia. Kelima
kecerdasan ini merupakan refleksi dari karakter dan kompetensi. Kecerdasan aspirasi, spiritual,
dan emosional mewakili karakter. Sedangkan kecerdasan intelektual dan pengelolaan kekuatan
mewakili kompetensi.

C. PERAWAT DALAM EMOTIONAL INTELLIGENCE

Kecerdasan emosional yaitu kemampuan mengenali emosi diri, kemampuan mengelola


emosi, kemampuan memotivasi diri, kemampuan mengenali emosi orang lain dan kemampuan
membin hubungan.Kecerdasan emosional mencakup pengendalian diri, semangat, dan
ketekunan, serta kemampuan untuk memotivasi diri sendiri dan bertahan menghadapi frustasi,
kesanggupan untuk mengendalikan dorongan haati dan emosi, tidak melebih-lebihkan
kesenangan, mengatur suasana haati dan menjaga agar beban stess tidak melumpuhkan
kemampuan berpikir, untuk membaca perasaan terdalam orang lain (empati) dan berdoa, untuk
memelihara hubungan dengan sebaik-baiknya, kemampuan untuk menyelesaikan konflik, serta
untuk memimpin.

Kemampuan seorang perawat untuk bisa menghargai dirinya sendiri maupun diri orang
lain, memahami perasaan terdalam oraang-orang di sekelilingnya, mengikuti aturan-turan yang
berlaku. Semua ini termasuk kunci keberhasilan bagi seorang perawat di masa depan.
EQ yang tinggi akan membantu seorang perawat dalam membangun relasi sosial dalam
lingkungan keluarga, kantor, bisnis, maupun sosial. Bagi seorang perawat, kecerdasan
emosional merupakan syarat mtlak. Lagi-lagi amat disayangkan, pendidikan kitaa miskin
konsep dalam membantu mengembagkan EQ, bagi siswa maupun mahasiswa. Pelatihan EQ ini
amat penting guna menumbuhkan iklim dialogis, demokratis, dan partisipatif karena semua
menuntut adanya kedewasaan emosional dalam memahami dan menerima perbedaan. Pluralitas
etnis, agama, dan budaya dialogis dan sikap empati.

D. CIRI PERAWAT YANG MEMILIKI EMOTIONAL INTELLIGENCE

Seorang perawat yang mempunyai kecerdasan emotional yang baik akan dapat dikenali
melalui lima komponen dasar, yaitu:

1. self-awarenes (pengendalian diri)

mampu mengenali emosi dan penyebab dari pemicu emosi tersebut. Jadi, dia mampu
mengevaluasi dirinya sendiri dan mendapatkan informasi untuk melakukan suatu tindakan.

2. self-regulation (penguasaan diri)

seseorang yang mempunyai pengendalian diri yang baik dapat lebih terkontrol dalam
membuat tindakan agar lebih berhati0hati. Dia juga akan berusaha untuk tidak impulsive.
Akan tetapi, perlu diingat, hal ini bukan berarti bahwa orang tersebut menyembunyikan
emosinya melainkan memilih untuk tidak diatur oleh emosinya.

3. self-motivation (motivasi diri)

ketika sesuatu berjalan tidak sesuai dengan rencana, seseorang yang mempunyai kecerdasan
emosional tinggi tidaak akan bertanya “apa yang salah dengan saaya atau kita?”. Sebaliknya
ia bertanya “apa yang dapat kita lakukan agar kita dapaat memperbaiki masalah ini?”.

4. empathy (empati)

kemampuan untuk mengenali perasaan orang lain dan merasakan apaa yang orang lain
rasakan jika dirinya sendiri yang berada pada posisi tersebut.

5. effective relationship (hubungan yang efektif)


dengaan adanya empat kemampuan tersebut, seseorang dapat berkomunikasi dengan orang
lain secara efektif. Kemampuan untuk memecahkan masalah bersama-sama lebih diteknkan
dan bukan pad konfrontasi yng tidak penting yang sebenarnya daapat dihindari. Orang yang
mempunyai tujuan yang konstruktif daalam pikirannya.

Seorang perawat yang tidak mempunyai kecerdasan emosional yang tinggi dpaat
ditandai dengn hal-hal berikut: mempunyai emosi yang tinggi, cepat bertindak berdasarkan
emosinya, dan tidak sensitive dengan perasaan orang lain. Orng yang tidak mempunyai
kecerdasan emosional tinggi, biasanya mempunyai kecenderungan untuk menyakiti dan
memusuhi orng lain. Dalam dunia kerja, orang-orang yng mempunyai kecerdasan emosional
yang tinggi sangat diperlukan, terlebih dalam tim untuk mencapai tujuan tertentu. Karenanya,
orng tua dn para guru harus memupuk kecerdasan emosional sejak dini.

Para perawat dalam pekerjaan sehari-hari hamper selalu melibatkan perasaan dan


emosi, sehingga setiap memberikan perawatan dituntut untuk memiliki kecerdasan emosi yang
tinggi. Secara khusus, para perawat home care membutuhkan kecerdasan emosi yang tinggi
karena mereka mewakili organisaasi, berinteraksi dengan banyak orang, baik di dalam mupun
di luar organisasi dan berperan penting dlam memahami kebutuhan orang tau keluarga yang
dirawatnya dan dapat memberikan solusi atau feedback yng konstruktif.

Kunci keberhasilan hidup lebih banyak ditentukan oleh kecerdasan emotional, yaitu
aspek-aspek yang berkaitan dengan kepribadian, yang di dalamnya setidaknya ada empat cirri
pokok. Pertama, kemampuan seseorang memahami dan memotivasi potensi dirinya. Kedua,
memiliki rasa empati yang tinggi terhadap orang lain. Ketiga, senang mendorong meliht nk buh
sukses, tanpa dirinya merasa terancam. Keempat, agresif, yaitu terampil menyampaaikan
pikiran dan perasaan dengan baik, lugas, dan jelas tanpa harus membuat orang lian tersinggung.

Perawat dengan kemampuan emotional cenderung mempunyai banyak teman, pandai


bergaul. Melalui belajar kelompok dituntut untuk bekerjasama, megerti orang lain. Perawat
merupakan pribadi sosial yang memerlukan relasi dan komunikasi dengan orang lain untuk
memanusiakan dirinya. Perawat ingin dicintai, ingin diakui, dan dihargai. Berkeinginan pula
untuk dihitung dan mendaapatkan tempat dalam kelompoknya. Jelas bahwa individualitas dan
sosialitas merupakan unsure-unsur yang komplementer, saling mengisi dan melengkapi dalam
eksistensi perawat.

E. KECERDASAN SPIRITUAL (SPIRITUAL QUOTION)


Kecerdasan spiritual ialah suatu kecerdasan dimana kita berusaha menempatkan tindakan-
tindakan dan kehidupan kita ke dalam suatu konteks yang lebih luas dan lebih kaya, serta lebih
bermakna. Kecerdasan spiritual merupakan dasar yang perlu untuk mendorong berfungsinya
secara efektif, baik Intelligence Quotient (IQ) maupun Emotional Intelligence (EI). Jadi,
kecerdasan spiritual berkaitan dengan kecerdasan intelektual dan kecerdasan emosional.

Kecerdasan spiritual adalah kecerdasan manusia dalam memberi makna. Perawat yang
memiliki taraf kecerdasan spiritual tinggi mampu menjadi lebih bahagia dan menjalani hidup
dibandingkan mereka yang taraf kecerdasan spiritualnya rendah. Dalam kondisi yang sangat
buruk dan tidak diharapkan, kecerdasan spiritual mampu menuntun manusia untuk menemukan
makna.

Akhirnya melalui kecerdasan spiritual manusia mampu menciptakan makna untuk


tujuan-tujuannya. Hasil dari kecerdasan aspirasi yang berupa cita-cita diberi makna oleh
kecerdasan spiritual. Melalui kecerdasan spiritual pula manusia mampu tetap bahagia dalam
perjalanan menuju teraihnya cita-cita. Kunci bahagia adalah kecerdasan spiritual. Kecerdasan
spiritual (SQ) berkait dengan masalah makna, motivasi, dan tujuan hidup sendiri. Jika IQ
berperan memberi solusi intelektual-teknikal, EQ merekatkan jalan membangun relasi social,
SQ mempertanyakan apakah makna, tujuan, dan filsafat hidup seseorang.

F. CIRI ORANG YANG MEMILIKI SPIRITUAL INTELLEGENCY 

Lima karakteristik orang yang cerdas secara spiritual menurut Roberts A. Emmons,
The Psychology of Ultimate Concerns: (1) kemampuan untuk mentransendensikan yang fisik
dan mental; (2) kemampuan untuk mengalami tingkat kesadaran yang memuncak; (3)
kemampuan untuk mensakralkan pengalaman sehari-hari; (4) kemampuan untuk menggunakan
sumber-sumber spiritual buat menyelesaikan masalah; dan (5) kemampuan untuk berbuat baik.

Dua karakteristik yang pertama sering disebut sebagai komponen inti kecerdasan
spiritual. Perawat yang merasakan kehadiran Tuhan atau makhluk ruhaniyah di sekitarnya
mengalami transendensi fisikal dan mental. Ia memasuki dunia spiritual. Ia mencapai kesadaran
kosmis yang menggabungkan dia dengan seluruh alam semest. Ia merasa bahwa alamnya tidak
terbatas pada apa yang disaksikan personalnya dalam salat malamnya, mendoakan kesembuhan
luka kliennya, memulai tindakan dengan bismillah, mengisi waktu luang dengan sholat dluha,
silaturahmi dengan keluarga klien.
Ciri yang ketiga, terjadi ketika kita meletakkan pekerjaan biasa dalam tujuan yang
agung. Perawat yang cerdas secara spiritual tidak memecahkan persoalan hidup hanya secara
rasional atau emosional saja. Ia menghubungkan dengan makna kehidupan secara spiritual. Ia
merujuk pada warisan spiritual seperti teks-teks Kitab Suci atau wejangan orang-orang suci
untuk memberikan penafsiran pada situasi yang dihadapinya, untuk melakukan definisi situasi.
Pada saat ganti balutan ia mengingat bahwa jutaan mikroba sudah diciptakan Allah sebulum
manusia mengetahui obatnya penicillin. Sebelum manusia lahir penicillinpun sudah diciptakan
Allah. Jadi, tugas perawat adalah berupaya memaknai bahwa mencari karunia Allah dalam
membantu meringankan beban klien.

Ketika seorang perawat diberitahu bahwa orang kantornya tidak akan sanggup
menyekolahkannya, ia tidak putus asa. Ia yakin bahwa kalau oaring itu bersungguh-sungguh
dan minta pertolongan kepada Tuhan, ia akan diberi jalan. Bukankah Tuhan berfirman: “orang-
orang yang sungguh-sungguh di jalan Kami, Kami akan berikan kepadanya jalan-jalan Kami”?

Karakteristik yang kelima: perawatmemiliki rasa kasih yang tinggi pada sesame
makhluk Tuhan. Memberi maaf, bersyukur atau mengungkapkan terima kasih, bersikap rendah
hati menunjukan kasih saying dan kearifan, hanyalah sebagian dari kebajikan. Karakteristik
terakhir ini mungkin disimpulkan dalam sabda nabi Muhammad saw: “amal paling utama ialah
engkau masukkan rasa bahagia pada sesame manusia”>

G. MENINGKATKAN SQ KLIEN ATAU PERAWAT

Dengan pengertian di atas, berikut ini secara singkat kiat-kiat untuk mengembangkan
SQ bagai perawat kita:

(1) jadilah kita suri tauladan yang baik,

(2) bantulah klien untuk merumuskan “missi” hidupnya,

(3) baca Kitab Suci bersama-sama dan jelaskan maknanya dalam kehidupan kita,

(4) ceritakan kisah-kisah agung dari tokoh-tokoh spiritual,

(5) diskusikan berbagai persoalan dengan perspektif ruhaniah,

(6) libatkan klien dalam kegiatan-kegiatan ritual keagamaan,

(7) bacakan puisi-puisi atau lagu-lagu yang spiritual dan inspirasional,


(8) ajak klien untuk menikmati keindahan alam,

(9) bawa klien, keluarga atau anak ke tempat-tempat orang yang menderita, dan

(10) ikut-sertakan anak dalam kegiatan-kegiatan social.

H. MENGAPLIKASI ESQ DALAM MANAJEMEN KONFLIK

Menurut Buchary A Rahman masalah pelayanan kepada klien dan cara perawat
memenej konfliknya termasuk yang krusial yang mempengaruhi kemampuan
perawat Indonesia masuk ke pasaran kerja Internasional. “contoh perawat Filipina, mereka
merupakan perawat yang dicari di pasaran Internasional karena kemampuan melayani pasien
dengan cara lebih memanusiakan pasien dengan kemampuan ESQ yang baik disamping
karena factor kemampuan bahasa Inggris yang baik”. Sebab selain kecerdasan intelektual para
perawat juga perlu memperhatikan kecerdasan emosional. “tak mudah putus asa, tak mudah
marah, sabar, berbeda pendapat dengan santun, lebih mengacu pada santun, lebih mengacu
pada solusi bukan pada konflik, merupakan contoh perawat yang mempunyai kecerdasan
emosional”. Orang berobat ke Singapura atau ke Kucing bukan hanya karena tindakan medis
di sana lebih baik, tetapi salah satu faktornya adalah karena sikap perawat di sana lebih
familiar.

Menghadapi konflik-konflik yang muncul berbekal kemampuan ESQ seperti yang


sudah dibahas sebelumnya dengan tahap sebagai berikut:

Seorang perawat yang mempunyai kecerdasan emosional yang baik akan dapat
dikenali melalui lima komponen, yaitu sebagai berikut:

1. pengenalan diri
2. penguasaan diri
3. motivasi diri
4. empati
5. hubungan yang efektif
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN

Upaya Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI)  dalam meningkatkan sumber


daya keperawatan yang tangguh dan profesional terus dioptimalkan melalui materi Rahasia
menjadi Perawat Hebat, dan dipandu oleh moderator Sigit mulyono selaku Ketua
Departemen Pelayanan DPP PPNI. Perawat hebat ini bukan sekedar slogan semata, karena
kita baru saja melewati puncak-puncak pandemic. Saat pandemi kemarin, hampir semua
sektor, bahkan hampir semua bagian terkena dampaknya.dampak yang paling dirasakan
yaitu bagaimana dari sisi pelayanan kesehatan itu agak meningkat, yaitu kompleksitasnya,
bebannya, risiko, maupun problemnya meningkat, sehingga menimbulkan kegundagulanaan
beban yang luar biasa dalam memberikan pelayanan kemanusiaan, khususnya bagi Perawat.

Oleh karena itu, saat menghadapi semacam ini sebagai pelayan manusia tentu harus
mempunyai satu kondisi yang dibilang dengan kondisi Perawat hebat, yang diartikannya
tangguh, dimana tangguh dalam menghadapi segala situasi.Menghadapi takdir atau bencana,
harus siap menghadapinya. Salah satunya bagaimana kaitannya kita menyiapkan
ketangguhan diri seorang perawat berperan dalam urgensitas perkembangan ESQ pada masa
sekarang. Hal ini membuktikan bahwa ESQ telah memberikan satu model bagaimana
Perawat menjadi bisa kuat, yang dari namanya saja yaitu Emotional Spiritual Quotient Jadi
bukan hanya emotional, inteligensi, tapi juga spiritual quostient itu memang harus dibangun.

Berdasarkan dari intelegensi, emotional dan dari spiritualnya ini, bagaimana agar
Perawat itu menjadi tangguh yaitu Perawat punya spiritual yang kuat, harapan (hope), dan
optimisme. Diuraikannya juga jika dari sisi emotionalnya, bahwa Perawat punya koping
yang adaktif, kontrol diri yang baik dan juga sense of humor.Sementara dari sisi quostient,
Perawat punya kompetensi dan self efficacy. Jadi kedepannya akan bisa membangun sebuah
komunitas Perawat yang benar-benar tangguh menghadapi segala hal.

B. SARAN

Berdasarkan kesimpulan di atas, penulis menyarankan agar para


pembaca untuk dapat meningkatkan pemahamannya tentang ESQ di Dunia
Keperawatan khususnya yang benar benar mendesak dan Urgen mengenai
perkembangan ESQ dimasa sekarang guna terwujudnya pelaksanaan proses
pelayanan yang baik. Kami menyadari Makalah ini masih memiliki banyak
kekurangan, oleh sebab itu kami menyarankan kepada pembaca untuk
tetap terus menggali sumber-sumber yang menunjang terhadap pembahasan
yang akan datang.

Anda mungkin juga menyukai