Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH

KOMUNIKASI TERAUPETIK PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN JIWA

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah : Komunikasi

Disusun oleh:

1. Novita Wulandari (1440120037)


2. Nuryani Dian (1440120040)
3. Retno Aprilia Putri (1440120046)
4. Sofiatul Jannah (1440120060)
5. Via Putri Setianingrum (1440120064)
6. Wahyuningsih (1440120069)

AKADEMI KESEHATAN RUSTIDA

KRIKILAN – GLENMORE – BANYUWANGI

DIII KEPERAWATAN

2020-2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT, karena berkat rahmat
karunia serta taufik hidayah-Nya lah kami dapat menjelaskan makalah yang
berjudul “Komunikasi Teraupetik Pada Remaja” tepat pada waktunya. Makalah
ini kami buat untuk memenuhi tugas dari dosen pembimbing Bapak
Siswoto,AMK.,S.Pd,MSI. sebagai dosen pembimbimg dari mata kuliah
Komunikasi.
Tidak lupa kami ucapkan terimakasih kepada kedua orang tua dan
keluarga besar kami yang selalu mendoakan serta mendukung dalam setiap
langkah kami menempuh Pendidikan di Akademi Kesehatan Rustida Krikilan.
Penulisan makalah ini kami tulis berdasarkan apa yang kami ketahui tentang
Komunikasi Teraupetik Pada Pasien Gangguan Jiwa.

Krikilan, 12 September 2021

Penyusun
DAFTAR ISI

COVER.............................................................................................................
KATA PENGANTAR......................................................................................i
DAFTAR ISI....................................................................................................ii
BAB 1. PENDAHULUAN...............................................................................1
1.1. Latar Belakang.....................................................................................1
1.2. Tujuan..................................................................................................2
1.3. Manfaat................................................................................................2
BAB 2. PEMBAHASAN..................................................................................3
2.1. Pengertian Komunikasi Terapeutik.....................................................3
2.2. Pengertian Gangguan Jiwa .................................................................3
2.3. Penyebab Gangguan Jiwa....................................................................4
2.4. Tanda dan Gejala Gangguan Jiwa ….…………..................................5
2.5. Jenis – jenis Penyakit Gangguan Jiwa…..............................................7
2.6. Fase – fase Komunikasi Terapeuti… ..................................................11
2.7. Strategi Komunikasi Dalam Pelaksanaan Tindakan Keperawatan......12
BAB 3. PENUTUP...........................................................................................20
3.1. Simpulan..............................................................................................20
3.2. Saran....................................................................................................20
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................21
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Orang yang memiliki kesehatan mental yang baik sekalipun tidak
bisa bebas dari kecemasan dan perasaan bersalah. Dia tetap
mengalami kecemasan dan perasaan bersalah tetapi tidak dikuasai oleh
kecemasan dan perasaan bersalah itu.Ia sanggup menghadapi masalah-
masalah biasa dengan penuh keyakinan diri dandapat memecahkan
masalah-masalah tersebut tanpa adanya gangguan yang hebat pada struktur
dirinya.
Dengan kata lain, meskipun ia tidak bebas dari konflik dan
emosinya tidakselalu stabil, namun ia dapat mempertahankan harga
dirinya. Keadaan yangdemikian justru berkebalikan dengan apa yang
terjadi pada orang yang mengalamikesehatan mental yang buruk.
Mengingat semakin pesatnya usaha pembangunan, modernisasi
danindustrialisasi yang mengakibatkan semakin kompleknya masyarakat,
maka banyak muncul masalahsosial dan gangguan/disorder mental di kota-
kota besar. Makin banyaklah warga masyarakat yang tidak mampu
melakukan penyesuaian diri dengan cepat terhadap macam-macam
perubahan sosial. Merekaitu mengalami banyak frustasi, konflik-konflik
terbuka/eksternal dan internal,ketegangan batin dan menderita gangguan
mental.
Salah satu klasifikasi gangguan mental yaitu retardasi mental atau
biasakita sebut dengan tunagrahita. Tunagrahita adalah adalah istilah yang
digunakanuntuk menyebut anak yang mempunyai kemampuan intelektual
di bawah rata – rata.
Tunagrahita adalah kata lain dari cacat mental. Anak Tunagrahita
memilikiketerbatasan dalam hal berfikir, kemampuan berfikir rendah,
perhatian dan dayaingatnya rendah, suka berfikir abstrak serta kurang
mampu berfikir logis.
Kondisi anak Tunagrahita kecerdasannya jauh di bawah rata –  rata
yaituIQ 70 kebawah, sehingga sukar untuk mengikuti program pendidikan
disekolah biasa. Oleh karena itu Anak Tunagrahita harus diberikan pelajar
an yang khususyakni disesuaikan dengan kebutuhan anak itu sendiri.

1.2 Tujuan
1. Tujuan umum
1. Mampu memahami komunikasi terapeutik pada pasien dengan
gangguan jiwa

2. Tujuan khusus
Mahasiswa diharapkan mampu memahami :
1. Pengertian komunikasi terapeutik
2. Pengertian gangguan jiwa
3. Modifikasi model komunikasi terapeutik pada gangguan jiwa
4.Komunikasi terapeutik dalam strategi pelaksanaan tindakan
keperawatan gangguan jiwa
5. Penerapan komunikasi pada klien dengan gangguan jiwa

1.3 Manfaat
1. Menambah pengetahuan tentang komunikasi terapeutik yang digunakan
untuk komunikasi pada pasien dengan gangguan jiwa
2. Memberikan wawasan kepada masyarakat luas tentang komunikasi
terapeutik pada pasien dengan gangguan jiwa
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Komunikasi Terapeutik


Komunikasi terapeutik merupakan suatu komunikasi yang sangat
memperhatikan kemampuan berbahasa, karena sifatnya yang ditujukan
untuk memberi terapi kepada pasien/klien atau lawan bicara. Komunikasi
terapeutik sendiri merupakan bagian dari komunikasi interpersonal dalam
dunia kesehatan khususnya bidang keperawatan yang membutuhkan rasa
percaya/kepercayaan (trust), sikap suportif (supportiveness), dan sikap
terbuka (open mindedness) dari masing-masing pihak. Dalam kajian
Afnuhazi (2015), komunikasi terapeutik merupakan komunikasi yang
dilakukan oleh perawat, direncanakan secara sadar dengan tujuan dan
kegiatan difokuskan untuk menyembuhkan klien. Oleh karena itu, dalam
menyampaikan pesan komunikasi terapeutik dibutuhkan kehati-hatian,
karena menyentuh psikologis seseorang dan harus memahami kondisi
lawan bicara atau seseorang yang ingin diberi terapi (klien/pasien).
Seorang perawat harus memiliki keterampilan komunikasi
terapeutik. Dengan keterampilan tersebut seorang perawat akan mudah
membangun kepercayaan terhadap klien atau pasien, yang pada akhirnya
mencapai tujuan keperawatan sehingga pasien mudah memahami dan
mengikuti proses terapi, pada akhirnya memberikan kesembuhan pada
klien atau pasien itu sendiri (Hanika 2018).

2.2 Pengertian Gangguan Jiwa


Gangguan jiwa adalah penyakit yang dialami oleh seseorang yang
memengaruhi emosi, pikiran dan tingkah laku mereka, diluar kepercayaan
budaya dan kepribadian mereka serta menimbulkan hendak berdaya bagi
kehidupan mereka dan keluarga.Gangguan jiwa dapat dialami oleh
masyarakat dari berbagai kalangan dan tingkat usia baik anak-anak,
remaja,dewasa dan lanjut usia.
2.3 Penyebab Gangguan Jiwa
1) Peristiwa yang sangat menekan hidup ini dengan berbagai macam
pengalaman dan peristiwa. Beberapa diantaranya dapat membuat orang
sangat khawatir dan tertekan. Hampir semua orang akan belajar bagaimana
cara menghadapi peristiwa tersebut dan melanjutkan hidup. Tetapi kadang-
kadang peristiwa tersebut dapat menyebabkan timbulnya gangguan jiwa.
Berbagai peristiwa hidup yang dapat menyebabkan stress hebat yaitu
pengangguran, kematian orang yang dicintai, masalah ekonomi seperti
terlilit hutang, kesepian, konflik rumah tangga, kekerasan, trauma dan
lain-lain.
2) Latar belakang keluarga yang sulit
Orang yang masa kecilnya tidak berbahagia karena kekerasan atau
penelantaran secara emosional lebih rentan menderita gangguan jiwa
seperti depresi dan kecemasan saat ia dewasa.
3) Penyakit otak
Retardasi mental, demensia dan gangguan emosional yang disebabkan
infeksi otak, AIDS, cedera kepala, epilepsi dan stroke. Belum ada patologi
otak yang berhasil dikenali pada banyak kasus gangguan jiwa. Meskipun
ada bukti yang menunjukkan bahwa banyak gangguan disertai dengan
perubahan kimiawi otak seperti neurotransmitter.
4) Hereditas atau genetic
Merupakan faktor yang penting pada gangguan jiwa berat. Tetapi jika
salah satu orang tua mengalami gangguan jiwa, risiko terhadap anak akan
mengalami gangguan jiwa sangat kecil. Hal ini karena gangguan jiwa ini
juga di pengaruhi oleh factor-faktor lingkungan seperti halnya penyakit
fisik seperti diabetes atau penyakit jantung.
5) Gangguan medis atau penyakit fisik
Seperti gagal ginjal, penyakit hati, kadang-kadang dapat menyebabkan
gangguan jiwa. Beberapa jenis obat-obat juga ada yang dapat
menimbulkan depresi.
2.4 Tanda dan Gejala Gangguan Jiwa
Berikut adalah beberapa
tanda dan gejala dari gangguan jiwa menurut Adi Herman (2011:18) :
1. Gangguan Kognitif
Kognitif adalah suatu proses mental dimana seorang individu menyadari
dan mempertahankan hubungan dengan lingkungan baik lingkungan
dalam maupun lingkungan luar (fungsi mengenal).
Proses kognitif meliputi :
a. Sensasi dan persepsi
b. Perhatian
c. Ingatan
d. Asosiasi
e. Pertimbangan
f. Pikiran
g. Kesadaran
2. Gangguan perhatian
Perhatian adalah pemusatan konsentrasi energi, menilai dalam suatu proses
kognitif yang timbul dari luar akibat suatu rangsangan.
3. Gangguan Ingatan
Ingatan (kenangan, memori) adalah kesanggupan mencatat, menyimpan,
memproduksi isi dan tanda-tanda kesadaran.
4. Gangguan Asosiasi
Asosiasi adalah proses mental yang dengannya suatu perasaan, kesan atau
gambaran ingatan cenderung menimbulkan kesan atau gambaran ingatan
respon konsep lain yang sebelumnya berkaitan.
5. Gangguan Pertimbangan
Pertimbangan (penilaian) adalah suatu proses mental untuk
membandingkan/menilai beberapa pilihan dalam suatu kerangka kerja
dengan memberikan nilai-nilai untuk memutuskan maksud dan tujuan dari
suatu aktivitas.
6. Gangguan Pikiran
Pikiran umum adalah meletakkan hubungan antara berbagai bagian dari
pengetahuan seseorang.
7. Gangguan Kesadaran
Kesadaran adalah kemampuan seseorang dalam mengadakan hubungan
dengan lingkungan serta dirinya melalui panca indera dan mengadakan
pembatasan terhadap lingkungan serta dirinya sendiri.
8. Gangguan Kemauan
Kemauan adalah proses dimana keinginan-keinginan dipertimbangkan
yang kemudian diputuskan sampai mencapai tujuan.
9. Gangguan Emosi dan Afek
Emosi adalah pengalaman yang sadar dan memberikan pengaruh pada
aktivitas seluruh tubuh serta menghasilkan sensasi organik dan kinetis.
Afek adalah kehidupan perasaan atau nada perasaan emosional seseorang,
menyenangkan atau tidak, yang menyertai suatu pikiran, biasa berlangsung
lama dan jarang disertai komponen fisologis.
10. Gangguan Psikomotor
Psikomotor adalah gerakan tubuh yang dipengaruhi oleh keadaan jiwa.
Bentuk-bentuk gangguan psikomotor adalah sebagai berikut :
(1) Aktivitas yang meningkat :
a) Aktivitan dan pergerakan yang berlebihan dengan intensitas respon
yang meningkat.
b) Hipertonitas, peningkatan tegangan otot.
c) Gaduh gelisah kakatonik, aktivitas motorik yangtampaknya tak
bertujuan, berkali-kali dan seakan-akan tidak dipengaruhi rangsangan
dari luar.
(2) Aktivitas yang menurun
a) Aktivitas dan pergerakan berkurang dengan intensitas respon yang
menurun.
b) Kelambanan motoris, aktivitas berkurang menyeluruh missal pada
orang stupor kakatonik.
c) Keadaan tunos dan kontraksi otot yang abnormal dapat menyeluruh
atau sebagian saja.
d) Kehilangan fungsi otot baik sebagian atau keseluruhan

2.5 Jenis – Jenis Penyakit Gangguan Jiwa


Terdapat beberapa macam jenis penyakit kejiwaan, antara lain :
1) Schizofreni
Para penderita schizofrenia ini ada disintegrasi pribadi dan kepecahan
pribadi. Tingkah laku emosional dan intelektualnya jadi ambigious
(majemuk), serta mengalami gangguan serius, juga mengalami regresi atau
dementia total. Pasien selalu berusaha melarikan diri dari kenyataan hidup
dan berdiam dalam dunia fantasinya. Tampaknya dia tidak bisa memahami
lingkungannya dan responnya selalu maniacal atau kegila-gilaan. Perilaku
penderita schizofrenia adalah: tingkah laku yang kegila-gilaan, suka
tertawa, untuk kemudian menangis tersedu-sedu, mudah tersinggung,
marah tanpa sebab, dan menjadi kekanak-kanakan. Berdasarkan buku
Pengantar Psikologi dalam Keperawatan, Faktor-faktor penyebab
Schizofrenia adalah:
a. Faktor biologis, yaitu factor gen yang melibatkan schizofrenia,
obat-obatan, anak keturunan dari ibu schizofrenia, anak kembar
yang identik ataupun fraternal dan abnormalitas cara kerja otak.
b. Faktor psikologis, yaitu factor-faktor yang berhubungan dengan
gangguan pikiran, keyakinan, opini yang salah, ketidakmampuan
membina, mempertahankan hubungan sosial, adanya delusi dan
halusinasi yang abnormal dan gangguan afektif.
2) Gangguan Mental Organik Menurut Hawari (2003 : 17)
gangguan mental organik adalah kegaduhan, kegelisahan, dan kekacauan
dalam fungsi kognitif (alam pikiran), afektif (alam perasaan/emosi), dan
psikomotor (perilaku), yang disebabkan oleh efek langsung NAPZA
terhadap susunan saraf perilaku penderita gangguan mental organik:
menurunnya fungsi intelektual dan memori, gangguan dalam bahasa dan
berbicara, disorientasi waktu ruang dan orang, gangguan motorik,
gangguan dalam pembuatan keputusan tindakan, ketidakstabilan perasaan
dan emosi, dan perubahan kepribadian.
3) GangguanPenggunaan NAPZA
Penyalahgunaan/ketergantungan NAPZA adalah suatu kondisi yang dapat
dikonseptualisasikan sebagai suatu gangguan jiwa, yaitu gangguan mental
dan perilaku (mental and behavior disorder) akibat penyalahgunaan
NAPZA. Penyalahgunaan NAPZA dapat membuat seseorang menjadi
kecanduan, dapat membuat seseorang menjadi berhalusinasi, kerja organ
tubuh seperti jantung dan otak lebih cepat dari biasanya, menekan sistem
syaraf pusat dan mengurangi aktivitas fungsional tubuh. Perilaku penderita
gangguan penggunaan NAPZA sering mengalami kesulitan dalam
mengendalikan penggunaan alkohol,psikoaktif, sakau, sering murung,
gugup, insomnia, apabila putus alcohol atau zat psikoaktif pasien sering
berkeringat, mual pada pagi hari dan sering berhalusinasi.
4) Gangguan Psikotik
Gangguan Psikotik adalah gangguan mental di mana kepribadian
seseorang yang sangat bingung dan seperti orang yang kehilangan kontak
dengan realitas. Ketika hal ini terjadi, seseorang menjadi tidak yakin
tentang apa yang nyata dan apa yang tidak nyata dan biasanya mengalami
halusinasi, delusi, ucapan yang kacau dan inkoherensi. Perilaku penderita
gangguan psikotik adalah sering mendengar suara-suara aneh, kebingunan,
was-was, sering menaruh rasa curiga kepada orang lain, pembicaraan yang
aneh atau kacau, keadaan emosional yang labil dan ekstrim.
5) Gangguan Bipolar
Gangguan Bipolar adalah gangguan mental yang menyerang kondisi psikis
seseorang yang ditandai dengan perubahan suasana hati yang sangat
ekstrim berupa depresi dan mania. Suasana hati penderitanya dapat
berganti secara tiba-tiba antara dua kutub (bipolar) yang berlawanan yaitu
kebahagiaan (mania) dan kesedihan (depresi) yang ekstrim.Perilaku
penderita gangguan bipolar adalah bicara cepat, berkurangnya kebutuhan
tidur, perhatian mudah beralih, peningkatan suasana perasaan dan mudah
tersinggung, merasa diri penting secara berlebihan, suasana perasaan
menurun atau sedih dan tiba-tiba perasaan merasa senang.
6) Gangguan Depresif
Menurut pieter (2010 : 119) Gangguan Depresif adalah gangguan perasaan
yang ditandai dengan adanya perasaan sedih yang berkepanjangan dan
terusmenerusyang dapat mengganggu kehidupan sosial dan kondisi fisik
yang menurun .Adapun faktor-faktor penyebab timbulnya depresi yaitu :
a. Stress berat
b. Penyakit fisik kronis
c. Kematian anggota keluarga
d. Kematian orang yang dicintai
e. Perceraian atau kehilangan pekerjaan
7) Gangguan Neurotik
Gangguan Neurotik adalah gangguan di mana gejalanya membuat distres
yang tidak dapat diterima oleh penderitanya. Hubungan sosial mungkin
akan sangat terpengaruh tetapi biasanya tetap dalam batas yang dapat
diterima. Gangguan ini relatif bertahan lama atau berulang tanpa
pengobatan. Perilaku penderita gangguan neurotik adalah penderita
menghindar atau membatasi aktivitas sebab rasa takut yang timbul karena
objek/situasi tertentu, kesulitan untuk bepergian ketempat umum, kadang-
kadang disertai gejala fisik (berdebar, napas pendek, asma).
8) Retardasi Mental
Keterbelakangan mental (Mental Retardation) adalah suatu keadaan yang
ditandai dengan fungsi kecerdasan yang berada di bawah rata-rata yang
disertai dengan dengan kurangnya kemampuan menyesuaikan diri, yang
mulai tampak pada awal kelahiran. Perilaku penderita gangguan retardasi
mental yaitu;
a. Pada anak-anak : kelambatan perkembangan (berjalan, berbicara,
buang air kecil dan besar), kesulitan dalam menyelesaikan tugas
sekolah sesuai dengan kemampuan anak lain yang sebaya, dan
dapat juga disertai problem pada tingkah laku.
b. Pada remaja : kesulitan bergaul dengan sebaya, kadang-kadang
disertai perilaku seksual yang tidak sesuai.
c. Pada dewasa : kesulitan dalam melaksanakan tugas sehari-hari
(memasak, membersihkan rumah), problem yang berkaitan dengan
perkembangan kematangan sosial (menikah, mencari pekerjaan,
mengasuh anak).
9) Gangguan Kesehatan Jiwa Anak dan Remaja
Menurut Townsend (1999 ) diagnosis gangguan jiwa pada anak-anak dan
remaja adalah perilaku yang tidak sesuai dengan tingkat usianya,
menyimpang bila dibandingkan dengan norma budaya, yang
mengakibatkan kurangnya atau terganggunya fungsi adaptasi. Dasar untuk
memahami gangguan yang terjadi pada bayi, anak-anak, dan remaja
dengan menggunakan teori perkembangan. Penyimpangan dari norma-
norma perkembangan merupakan tanda bahaya penting adanya suatu
masalah. Perilaku penderita gangguan kesehatan jiwa anak dan remaja
yakni; kecemasanmyang mendadak dan berlebihan, tidak dapat
ditenangkan atau dihibur, bereaksi secara dahsyat terhadap peristiwa yang
biasa terjadi, menolak perubahan lingkungan, gejala motoric janggal, cara
bicara tidak normal, sulit kontak mata, dan mutilasi diri.
10) Epilepsi
Epilepsi adalah sekelompok gangguan neurologis jangka panjang yang
cirinya ditandai dengan serangan-serangan epileptik. Serangan epileptik ini
episodenya bisa bermacammacam mulai dari serangan singkat dan hampir
tak terdeteksi hingga guncangan kuat untuk periode yang lama. Dalam
epilepsi, serangan cenderung berulang, dan tidak ada penyebab yang
mendasari secara langsung sementara serangan yang disebabkan oleh
penyebab khusus tidak dianggap mewakili epilepsi.Prilaku penderita
epilepsi adalah kehilangan kesadaran atau perubahan kesadaran yang
berulang kali, disertai kejang umum (mulut berbusa dan mengompol) atau
tanpa kejang sama sekali melainkan seperti orang bengong, bisa disertai
dengan gejaa fisikatau psikis, terjadi perubahan kesadaran disertai dengan
gerakan automatisme seperti keluyuran dan gerakan mengunyah berulang.
11) Tindakan Bunuh Diri
Menurut Pieter (2010 : 119) secara demografi usaha keinginan bunuh diri
lebih banyak dilakukan oleh wanita dibandingkan dengan pria. Namun
yang sering berhasil melakukan bunuh diri yaitu pria. Dari sisi tingkat
usia, maka yang memiliki resiko tinggi untuk bunuh diri dilakukan oleh
anak remaja akhir usia 19 tahun atau lebih dan kelompok usia 45tahun
atau mereka yang berusia di atas 65 tahun. Faktor-faktor yang memicu
timbulnya bunuh diri yaitu: riwayat teraniaya, disfungsi keluarga,
kesulitan dalam hubungan, terlibat hokum atau tindak kriminal, masalah
keuangan yang serius, trauma kehilangan yang sangat serius, isolasi sosial
yang ekstrim, distress spiritual, merasa tidak ada pada masa depan,
anggota kelompok pemujaan, riwayat bunuh diri dari keluarga, terlebih
dahulu melakukan ancaman bunuh diri.

2.6 Fase-fase Komunikasi Terapeutik


1. Fase pra interaksi
Fase dimana perawat mengumpulkan data tentang pasien gangguan jiwa
serta membuat rencana pertemuan seperti kegiatan, waktu dan tempat.
Selain itu, perawat juga harus mempersiapkan mental dan emosinya, agar
tidak menghambat proses komunikasi terapeutik yang nantinya dapat
berakibat negatif terhadap kesehatan pasien gangguan jiwa.
2. Fase Orientasi
Fase orientasi adalah fase perkenalan antara pasien gangguan jiwa dengan
perawat, sebelum tindakan medis dilakukan. Fase ini dimulai dengan
memberikan salam, memperkenalkan nama perawat dan pasien,
memanggil nama kesukaan, menyampaikan tujuan interaksi. Selain itu
dilakukan juga validasi data seperti menanyakan bagaimana perasaan
pasien hari ini dan memvalidasi masalah pasien gangguan jiwa. Dalam
fase ini perawat juga membuat kontrak dalam menentukan waktu, tempat
dan topikuntuk pertemuan berikutnya
3. Fase kerja (Working) Pada fase ini perawat dituntut untuk bekerja keras
untuk memenuhi tujuan yang telah ditetapkan pada fase orientasi. Bekerja
sama dengan pasien untuk berdiskusi tentang masalah-masalah yang
merintangi pencapaian lujuan. Fase ini terdiri dari dua kegiatan pokok
yaitu menyalukan proses komunikasi dengan Lindakan perawatan dan
membangun suasana yang mendukung untuk proses perubahan.
4. Fase penyelesaian (Terminasi) Pada fasc ini perawat mendorong pasien
untuk memberikan penilaian atas tujuan telah dicapai, agar tujuan yang
tercapai adalah kondisi yang saling menguntungkan dan memuaskan.
Kegiatan pada fase ini adalah penilaian pencapaian tujuan dan perpisahan

2.7 Strategi Komunikasi Dalam Pelaksanaan Tindakan Keperawaan SP


Prolog:
Disebuah ruang soka rsj Surakarta terdapat pasien gangguan jiwa bernama
tuan T, masuk ke rumah sakit jiwa karena dirumah suka melamun,
menyendiri, terlihat sedih apabila diajak bicara menjawab " segala sesuatu
akan lebih baik tanpa saya". Dan pernah mencoba menyayat- nyayat
tangannya sendiri hingga terluka. Keluarga berusaha menyingkirkan benda-
benda tajam seperti pisau, gunting disekitar pasien dan selalu memantau
pasien hingga membawanya kerumah sakit jiwa.
Percakapan:
1. Fase Perkenalan
a). Salam terapeutik
P :"Selamat pagi, Bapak!"
K:" Ya " sambil menoleh menghindar ke klien

b). Perkenalan diri perawat dan klien


P : "Perkenalkan, nama saya Nuryani dian, Bapak bisa panggil saya Dian.
Kalau boleh tahu nama bapak siapa?"
K : "Imam "
P :"Oh, dengan Bapak Imam. Bapak senang dipanggil apa?"
K: " Ya terserah"
P : "Baiklah, saya panggil mas saja boleh ya?"
K: "hm"

c). Menyepakati pertemuan


P:" Oke. Baiklah mas, bagaimana kalau kita ngobrol-ngobrol sedikit, ya
sekitar .. menit, bagaimana?"
K: "hm"
P: " Mas Imam ingin kita mengobrol dimana?"
K:" di sini aja"

d). Melengkapi identitas


P : “ Baiklah mas Imam, kami adalah mahasiswa Akademi Kesehatan Rustida
yang bertugas diruangan ini. Kami yang akan membantu merawat mas. Hari
ini, saya dan teman ini berjaga di shif pagi mulai dari jam 07.00 sampai jam
14.00 WIB nanti."
K: "Saya ga tanya"

e). Menjelaskan peran perawat dan klien


P:" Disini saya berperan merawat mas Imam untuk memberikan solusi agar
masalah yang dialami mas Imam bisa terselesaikan. Supaya beban masalah
yang dialami mas Imam bisa hilang. "
K: "kamu siapa ? kok beraninya ikut campur masalah saya?"
P : "bukan seperti itu maksud kami , mas Imam. Kami hanya menyelesaikan
tugas kami dalam membantu meringankan beban pasien termasuk mas Imam
ini"
K :” Ya bukan urusan kamu"

f). Menjelaskan tanggung jawab perawat dan klien


P: "Apakah mas Imam tidak ingin ke luar dari tempat ini dan dapat melakukan
aktifitas seperti biasanya?"
K: "Pengen"
P:" Oleh sebab itu, semua tindakan yang kami lakukan menjadi tanggung
jawab kami. Dan kami harapkan bapak juga bertanggung jawab untuk
sembuh, supaya mas Imam dapat melakukan aktifitas seperti biasanya
minimal mas Imam bisa mereedam rasa emosinya"
K: "hm"

g). Harapan perawat dan klien


P:" mas Imam, disini saya perlu tekankan bahwa apa yang menjadi harapan
mas Imam juga akan menjadi harapan kami. Karena itu, semua hal yang
menjadi keluhan mas Imam, bisa mas Imam sampaikan kepada kami."
K: "hm"

h). Kerahasiaan
P: “ Mas tak perlu kuatir ataupun cemas. Kalau mas tidak keberatan, mas bisa
sharing dengan kami tentang segala permasalahan-permasalahan ataupun
keluhan-keluhan yang sedang bapak alami. Insya Allah, kita bersama-sama
mencarikan jalan keluarnya dan saya tidak akan memberitahukannya pada
orang yang tidak berhak untuk tahu akan hal itu."
K: Beneran?
P: betul mas kami akan menjaga semua rahasia mas.

i). Tujuan Hubungan


P : " Semua tindakan tentu perlu adanya kerja sama yang baik antara kita.
Tujuannya supaya tindakan yang kami lakukan dapat semaksimal mungkin
dan memberikan hasil terbaik untuk kami dan terutama mas Imam.
Bagaimana, mas?"
K :"Ya'
j). Pengkajian keluhan utama
P: " Kalau boleh tahu, ada keluhan apa mas saat ini atau apa yang mas Imam
rasakan saat ini?"
K: "saya ingin cepat mati, saya capek hidup tidak ada gunanya"
P: "memangnya yang membuat mas capek hidup dan ingin mati apa mas?"
K: "ya pokoknya saya ingin kerja lagi dan punya uang banyak"
P: "Iho, memangnya apa yang terjadi dengan pekerjaan mas Imam?
K: "hilang, ditelan bumi"
P : "apa mas Imam memberhentikan diri dari pekerjaan mas Imam?"
K: "dipecat"
P: "Berarti mas dulu bekerja?
K: Ya,saya di phk, dan saya tidak bisa membayar hutang dan memberi ibu dan
adik saya uang
P: Oh, ya saya mengerti. Begini mas.. Umur,Rejeki, dan jodoh itu Tuhan yang
mengatur. Apa mas percaya akan hal itu? ."
K: "hm"
P: Nah.. bagus kalo mas Imam paham, berarti mas imam tidak perlu untuk
merasa capek hidup, atau mas Imam meminum minuman beracun atau
berusaha menyayat nyata tangan mas Imam, karna itu tidak menyelesaikan
masalah mas Imam, kan nanti badan mas Imam sendiri yang sakit. Iya tidak ?
K: mmm.... Iya juga sih"
P : mas Imam sayang tidak sama keluarga dirumah ibuk dan adikya?
K: Sayang lah.
P : nah.. kalo mas Imam sayang,mas imam tidak boleh untuk bunuh diri, mas
Imam harus semangat terus minta dan berserah diri pada tuhan, dan mas
Imam harus yakin dan berusaha untuk mendapatkan pekerjaan setelah keluar
dari sini dan bisa menyahur hutang ya mas?
K: iyaa mbaak, saya ingin menyahur hutang tapi tidak punya uang"
P: nah, makanya mas Imam harus sembuh dulu.. Kalau boleh tau mas Imam
hobinya apa?
K: Makan kerupuk,sepak bola, balap karung"
P: "oooh iya iya... naah boleh itu mas dijadikan sampingan, kalau mas Imam
sudah merasa lelah atau stresss mas imam bisa main bola. atau mengobrol
sama teman teman.
K: "gitu?"
P: "iya, supaya fikiran mas imam bisa rileks dan tenang"
K: "ya"

« Kontrak yang akan datang, waktu, tempat


P: Baiklah mas Imam, karena sudah 20 menit, kami pamit. Besok kita bisa
mengobrol lagi, kita sharing lagi, gimana?
K: "hm"
P : mas mau sharingnya ini jam berapa?"
K: "terserah"
P: "baiklah mas Imam, besok kami akan ke sini lagi dan kami akan ke sini di
jam yang sama yaitu jam 09:30 WIB ya?" 13
P: "ya"
P: "Baik. Bapak mau kita sharing dimana?"
K: "sini"
P: "baiklah , besok kita sharing nya di sini

Validasi kontrak
P:" Baiklah kalau begitu, terima kasih atas waktunya mas Imam. Kami permisi
dulu. Kami akan kembali besok di jam yang sama yaitu jam 09:30 WIB dan di
tempat ini ya
K: "hm"

1. Fase Orientasi
a). Salam terapeutik
P :" Selamat pagi, mas Imam!"
K: "pagi"
b). Validasi data
P:" Bagaimana perasaan mas Imam sejak kemarin setelah kita bertemu?"
K:."baik"
P:" apakah perasaan mas Imam lebih tenang?"
K:."iya, lumayan lah"
c). Mengingatkan kontrak Topik, waktu, tempat
P:" Bagaimana mas, apakah masih ingat dengan kegiatan yang kita
rencanakan kemarin?"
K: "ingat"
P: "Apakah mas Imam masih ingat pukul berapa kegiatan yang kita
rencanakan dimulai?"
K: "09:30 WIB"
P: " Dan dimana kita akan melakukannya mas, mas Imam masih ingat?"
K: "di sini"
P:" Wah, tampaknya mas Imam bersemangat sekali."
K: "ya dongssssss

2. Fase Kerja
P: Alhamdulillah.. Mas Imam sudah sarapan?
K: Sudah..
P: Gimana rasanya enak ?
K: Enak..
P: Gimana dengan keluarga dirumah?
K: Baik, tadi sudah kesini
P: Terus tadi ngapain aja?
K: Ya ngobrol, terus main, jalan jalan ditaman belakang
P: Berarti sudah baikan dong?
K: iya sih sus.. tapi saya masih kepikiran sama tanggung jawab saya pada
keluarga, nanti gimana masa depan keluarga saya, kalau saya tidak bekerja,
saya makan apa sus?
P: oh. begitu, Begini saja mas Imam jangan pesimis dulu Allah itu sudah
mengatur rejeki kita, Sekarang tinggal mas Imam untuk berusaha dan berdoa
kepada Tuhan. Seingat saya kemarin mas Imam bilang kalau salah satu hobi
mas Imam main computer ya?
K: Iya kenapa emang?
P: Nah, Ya itu bisa dijadikan ladang pekerjaan mas Imam
K: Gimana caranya?
P: kan sekarang banyak bisnis online, coba mas Imam ikutan. Kaya jual baju,
peralatan bola atau mungkin mas imam punya ide yang lain boleh dicoba.
K: mmmm iya ya,, kenapa gak terpikirkan dari dulu ya?
P: iya mas.. apa ada yg masih dipendam ?Kalau masih ada kita bisa sharing
K: Gak Ada sus. ya itu tadi aja yg bikin saya mikir dan tidak tenang sehingga
saya ingin bunuh diri
P: Sebaiknya kalau punya jangan dipendam masalah, di sharing ke keluarga,
sahabat, atau teman mas. Nanti kalau bunuh diri kasian keluarganya, nanti
keluarga mas malah terlantar.
K: emm... iya sus, saya sekarang menyesal, atas perbuatan saya sebelumnya.
P: Nah gitu dong.. sekarang mas heksa harus berpikiran bahwa tidak ada
masalah yang tidak dapat diselesaikan.

3. Fase Terminasi Salam terapeutik


P:" Baiklah mas, karena mas Imam sudah bisa sharing ke kami dan masalah
mas Imam sudah terselesaikan, kami permisi dulu, terima kasih atas kerja
samanya, dan kalau mas Imam perlu bantuan, mas heksa bisa panggil saya
diruang perawat. Dan saya doakan supaaya cepat pulang dan beraktifitas ""
Selamat pagi, mas!"
K: lya sus terimakasih juga atas masukan dan solusinya, pagi juga sus"
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Komunikasi adalah suatu proses menyampaikan pesan yang dilakukan
oleh seseorang kepada pihak lain yang bertujuan untuk menciptakan
persamaan pikiran antara pengirim dan penerima pesan. Komunikasi
terapeutik adalah komunikasi yang direncanakan secara sadar, bertujuan dan
kegiatannya dipusatkan untuk kesembuhan pasien dan menjadi hal yang
paling penting dalam upaya pengobatan dan penyembuhan pasien yang
bertujuan untuk mengubah perilaku klien guna mencapai tingkat kesehatan
yang optimal. Secara langsung, gangguan psikologis / jiwa dapat dijelaskan
dengan mengetahui penyebab psikologis itu sendiri. Penyebab tersebut
diantara lainnya seperti stres, pengalaman trauma, dan masalah pada masa
kanak-kanak. Sementara itu, gangguan fisik diakibatkan oleh penyebab fisik
yang beraneka ragam
3.2 Saran
Perawat harus bisa menghadapi pasien gangguan jiwa agar terjadi
hubungan terapeutik dengan pasien. Mampu menerapkan teknik- teknik, cara
berkomunikasi, serta faktor penghambat komunikasi pada pasien gangguan
jiwa
DAFTAR PUSTAKA

Adi Herman Surya Direja. 2011. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Jiwa. Nuha
Medika. Yogyakarta
Afnuhazi, R. 2015. Komunikasi Terapeutik Dalam Keperawatan Jiwa.
Yogyakarta: Gosyen Publising
Atik, L. 2011. Komunikasi Terapeutik Perawat dan Pasien di Rumah Sakit
Santa Elisabeth Semarang. Universitas Pembangunan Nasional
Atwar Bajari. 2015. Metodologi Penelitian Komunikai. PT. Remaja
rosdakarya. Bandung
Hafied Cangara. 2012. Pengantar Ilmu Komunikasi. Raja Grafindo persada.
Depok
Pribadi Zen MH. 2013. Panduan Komunikasi Efektif Untuk Bekal
Keparawatan Profesional. D-Medika.Yogyakarta

Anda mungkin juga menyukai