Anda di halaman 1dari 13

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakanng 2
1.2 Rumusan Masalah 2
1.3 Tujuan 3
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Aterosklerosis 4
2.2 Penurunan Berat Badan 4
2.3 Diet Rendah Kolestrol Lemak Rendah Terbatas 7
2.4 Pencegahan 9
2.5 Peran Gizi Pada Penyakit Koroner 9
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan 12
3.2 Saran
13
DAFTAR PUSTAKA

1
BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Diet memegang peranan penting dalam pencegahan dan pengobatan
terhadap penyakit kardiovaskuler. Para penderita penyakit kardiovaskuler sering
mempunyai tubuh yang gemuk (obese) dan kadar lemak darah yang tinggi. Untuk
mengurangi berat badanya, kandungan energi dalam makanan pasien yang obese
harus dibatasi. Kenaikan kadar lemak dalam darah dikoreksi dengan pengurangan
jumlah total lemak yang dimakan dan dimodifikasi jenis lemak tersebut.
Modifikasi diet pada gangguan sistem jantung dan peredaran darah dilakukan
berdasarkan tiga prinsip:
1. Nilai kalori dalam diet dikurangi bila pasien bertubuh gemuk atau
overweight.
2. Jika pasien memperlihatkan gejala edema, biasanya digunakan
preparat diuretik untuk mengurangi volume cairan ekstraseluler.
Volume cairan ekstraseluler ditentuikan oleh kandungan natrium.
Preparat diuretik bekerja mencegah penyerapan kembali natrium oleh
tubulus ginjal. Kadang-kadang sebagai tindakan pelengkap, diperlukan
pula pembatasan konsumsi natrium.
3. Baik jumlah total lemak dalam makanan maupun proposi yang
dihasilkan oleh lemuk jenuh harus dikurangi kalau kadar lipid serum
meningkat. Jika kadar fraksi lipid yang mengfandung kolesterol itu
naik, konsumsi kolesterol dari makanan harus dibatasi
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana pengertian aterosklerosis?
2. Bagaimana cara penurunan berat badan pada penderita kardiovaskuler?
3. Bagaimana cara diet rendah kolestrol lemak terbatas?
4. Bagaimana pencegahan penyakit kardiovaskuler?
5. Bagaimana peran gizi pada penyakit jantung koroner?

2
1.3 Tujuan
1. Mendeskripsikan pengertian aterosklerosis.
2. Mendeskripsikan cara penurunan berat badan pada penderita
kardiovaskuler.
3. Mendeskripsikan cara diet rendah kolestrol lemak terbatas.
4. Mendeskripsikan pencegahan penyakit kardiovaskuler.
5. Mendeskripsikan peran gizi pada penyakit jantung koroner.

3
BAB II PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Aterosklerosis


Aterosklerosis merupakan penyebab dibalik penyakit kardiovaskuler. Pada
keadaan ini terjadi endapan lemak dalam lapisan dinding dalam pembuluh nadi.
Endapan lemak ini terus tumbuh dan tertutup oleh jaringan ikat fibrosa.
Pertumbuhan endapan tersebut akan menimbulkan penyempitan lumen pembuluh
darah sehingga aliran darah didalamnya menjadi lambat. Endapan aterosklerosis
juga menurunkan kelenturan pembuluh darah. Jika yang mengalami proses
aterosklerosis dalam pembuluh darah koronaria, maka aliran darah kejantung akan
berkurang dan timbul penyakit koroner (penyakit iskemik jantung). Aterosklerosis
dapat pula merusak pembuluh nadi utama pada tungkai dan menyerang otak
sehingga mengakibatkan serangan stroke.
Aterosklerosis dengan derajat yang ringan sering ditemukan diantara orang
dewasa berusia 40 tahun keatas dengan gaya kehidupan kota yang modern.
Diantara mereka, insidensi keadaan aterosklerosis yang lebih berat dan
menyebabkan penyakit jantung koroner serta stroke adalah tinggi, dan begitu
tingginya insidensi ini sehingga kemungkinan seseorang laki-laki berumur 40
tahun untuk mengalami serangan jantung sebelum usia 65 tahun berkisar sekitar
20% (1 diantara 5).

2.2 Penurunan Berat Badan


Menghindari obesitas merupakan tindakan penting pada penyakit
kardiovaskuler. Beran badan yang berlebihan akan menambah beban kerja
jantung, dan timbunan lemak pada otot jantung sendiri dapat mengganggu
efisiensi gerakan jantung. Penimbunan lemak atau gajih dalam jumlah besar
disekelilingi organ-organ abdomen dapat mengganggu respirasi karena
menghalangi gerakan diafragma. Keadaan ini akan menambah gejala sesak nafas
yang terdapat pada penyakit jantung. Sebagian dokter menghendaki agar pasien

4
penyakit kardiovaskuler mempunyai tubuh yang agak underweight. Modifikasi
diet untuk penurunan berat badan telah dibicarakan secara terinci didalam bab 18.
1. Pembatasan Natrium
Sumber-sumber natrium dalam makanan:
a. Natrium menerapkan unsur alami yang terdapat pada semua bahan
pangan. Daging, ikan, susu dan telur mengandung lebih banyik natrium
daripada buah-buahan, sereal dan sayur-mayur.
b. Natrium merupakan konstituen dalam garam dapur ( Natrium Klorida)
yang lazim digunakan untuk memasak dan disediakan di meja makan
sebagai penambah rasa. Natrium juga menjadi komponen beberapa bahan
penyedap makanan dan aditif seperti bumbu masak
( Monosodium ,Glutamat), soda kue ( Natrium Bikarbonat). Unsur ini juga
terdapat dalam bahan pengawet makanan seperti natrium benzoat dan
natrium suffit (sendawa).
c. Kandungan Natrium dalam makanan semakin meningkat dengan
diterapkannya berbagai cara pengawetan seperti penambahan garam dalam
pembuatan ikan asin, ebi, ham, lidah asap dan keju. Demikian pula, buah-
buahan dan sayuran yang diasinkan, acar dan sayuran yang disimpan
dalam botol atau kaleng, berbagai jenis saus seperti taoco, saus tomat,
sambal dan lain-lain.
d. Roti dan kue yang dikembangkan dengan soda kue atau natrium
bikarbonat juga turut menambah konsumsi, natrium bagi mereka yang
memiliki kebiasaan makan roti atau kue sebagai camilan(snack).
2. Diet Rendah Garam
Pada sebagian besar kasus, derajat pembatasan yang muderat seperti
digambarkan secara garis besar oleh contoh diet rendah garam dibawah ini
sudah cukup memadai. Diet ini dapat dipakai untuk mengatasi hipertensi
primer, khususnya hipertensi ringan. Pada sebagian orang, penyakit hipertensi
timbul bersamaan dengan konsumsi garam yang tinggi.
Sebagian besar preparat diuretik akan mendorong ekskresi kalium
disamping ekskresi natrium. Untuk mencegah terjadinya deplesi kalium

5
selama pengobatan dengan preparat diuretik,diperlukan suplementasi unsur
tersebut (misalnya dengan pemberian tablet kalium seperti aspar K, atau
pemberian serbuk KCI).
Modufikasi berikut ini dilakukan pada diet yang normal:
1. Garam digunakan dalam jumlah minimal (tidak lebih dari ½ sendok the
atau gram dapur sehari) pada waktu memasak.
2. Dimeja makan tidak boleh ditambahkan lagi garam dapur ataupun bahan
penyedap yang mengandung natrium, seperti umbu masak, kecap, saus
tomat dan lain-lain.
3. Konsumsi susu sapi harus dibatasi dan tidak boleh lebih dari 500 ml per
hari. Kalau mungkin, susu sapi diganti dengan susu nabati (susu kedelai)
yang kandungan natriumnya sangat sedikit.
4. Makanan berikut ini harus dihindari:
Makanan asin: ham, lidah asap, ikan asin,ebi, telur asin, keju, dendeng,
abon, korned, sardencis, dan sebagainya.
Sayuran dan buah yang diasinkan: sayur asin, sawi asin, asinan sayuran,
dan buah, acar, dan sebagainya.
Berbagai bahan penyedap dan aditif: garam dapur, bumbu masak, vetsin,
soda kue, saus tomat, taoco, petis, terasi, dan lain-lain.
Makanan camilan: roti, kue, biskuit dan lain-lain yang diolah dengan soda
kue atau garam dapur.,
Makanan nabati yang diasinkan: pindakas ( mentega kacang), kacang asin,
margarin biasa, dan lain-lain.
5. Untuk mengatasi rasa hambar pada diet rendah garam, dianjurkan
penggunaan bumbu yang tidak mengandung natrium seperti gula, cuka,
bawang merah, bawang putih,jahe, kunyit, laos, salam dan lain-lain.
Ditoko-toko swalayan juga tersedia garam khusus diet(slim & fit) yang
terutama mengandung kalium-kalium klorida.

6
2.3 Diet Rendah Kolestrol Lemak Terbatas
Pada aterosklerosis akan terlihat kadar kolestrol darah yang tinggi.
Sejumlah penelitian yang membandungkan berbagai populasi pada berbagai
bagian dunia telah memperlihatkan bahwa kadar kolestrol darah yang tinggi
merupakan berkaitan dengan peningkatan insidensi penyakit jantung koroner.
Keadaan ini juga berhubungan dengan konsumsi lemak jenuh dalam proporsi
yang tinggi, seperti lemak jenuh dalam berbagai produk susu, telur dan daging,
sementara konsumsi lemak tak jenuh yang terdapat didalm minyak nabati, seperti
minyak jagung, dan minyak kedelai, relatif lebih sedikit.
Penurunan kadar kolestrol darah dimungkinkan dengan cara mengurangi
konsumsi lemak hewani. Cara ini dapat dicapai dengan mengurangi makan
makanan yang berlemak seperti sate kambing, sate babi, gula kambing, lapis legit,
tarcis, kue-kue kering, makanan gorengan, keju, mentega, margarin, susu
fullcream dan tidak menggorengv makanan. Makanan yang mengandung lemak
mempunyai nilai kalori yang tinggi. Penurunan konsumsi lemak akan
mengakibatkan pengurangan masukkan kalori sehingga terjadi penurunan berat
badan. Apabila keadaan obesitas tidak terdapat, kedalam diet harus disertakan
makanan ekstra yang mengandung hidratarang kompleks. Misalnya ekstra roti
tanpa dibubuhi mentega.
Pada beberapa keadaan juga diperlukan pengurangan konsumsi
kolestrol. Kolestrol ditemukan hanya pada lemak hewani. Merah telur umumnya
menjadi sumber utama kolestrol dalam makanan merah telur yang ada dalam
sebutir telur mengandung sekitar 250gm kolestrol. Makanan lainya yang kaya
akan kolestrol adalah otak, jerohan, hati, produk susu seperti keju, mentega krim
dan lain-lain, udang, kepiting, cumi dan susu fullcream. Kolestrol juga disintesis
dalam tubuh. Unsur ini diperlukan bagi pembentukan berbagai hormon serta getah
empedu dan ditemukan didalam selubung mielin saraf serta otak. Konsumsi
kolestrol setiap hari dapat dikendalikan dengan cara:
1. Membatasi makanan merah telur hanya sampai dua butir selama
seminggu.

7
2. Mengganti kebiasaanminum susu fullcream dengan susu skim atau susu
kedelai.
3. Mengganti penggunaan lemak hewani untuk menggoreng, dengan lemak
nabati seperi minyak jaung dan minyak kedelai. Makanan sebaiknya
direbus atau ditumis denga sedikit minyak. Pemakaian santan yang kental
juga harus dihindari.
4. Menghindari jenis-jenis makana yang kaya akan kolestrol.
Beberapa bukti menunjukkan bahwa peningkatan konsumsi lemak, yang
kaya asam-asam lemak tak jenuh ganda, memberikan efek yang menguntungkan
dalam penurunan kadar kolestrol darah. Contoh-contoh asam lemak tak jenuh
ganda adalah asam lemak omega-3 yang banyak terdapat dalam lemak ikan trout,
hering, salmon, dan lemuru. Berikut ini diet rendah kolestrol dan lemak terbatas
(RKLT):
Diet RKLT: kaya akan asam-asam lemak tak jenuh dan rendah kolestrol.
1. Penggunaan susu skim atau susu kedelai untuk menggantikan susu
fullcream atau susu penuh(whole milk).
2. Mentega, margarin dan minyak goreng yang lazim dipakai harus dihindari.
Sebaiknya digunakan minyak jagung atau minyak kedelai untuk menumis
atau memasak. Untuk keperluan makan roti daoat digunakan margarin
khusus yang kaya akan asam lemak tak jenuh. Contoh-contoh margarin ini
adalah flora( Van Den Berghs), golden corn ( Kraft Foods Ltd), remia
( Remia Ltd, Holland) yang dapat dibeli ditoko swalayan.
3. a. sedapat mungkin memilih daging yang kurus, seperti daging ayam
kampung dan daging sapi kurus, dan gajih yang terlihat harus dibuang
( kulit ayam, brutu, kepala ayam jangan ayam).
b. ikan dapat dimakan sebagai pengganti daging bila anda menyukainya.
Ikan yang dagingnya yang putih memiliki kandungan lemak yang rendah,
sedangkan minyak yang banyak terdapat dalam jaringan ikan yang gemuk
atau berdaging gelap sebagian besar berupa lemak tak jenuh.
c. Kuning atau merah telur, khususnya telur ayam negeri ( bloiler )
mempunyai kandungan kolesterol dan lemak jenuh yang tinggi. Sebaiknya

8
memilih telur ayam kampung dan jumlah merah telur yang dimakan tidak
melampaui dua butir perminggu. Putih telur dapat dimakan bebas.
d. Keju seharusnya dihindari, terkecuali cottage cheese yang dapat
dimakan tanpa batas.
Makanan yang Harus Dihindari
Sebagian makanan yang harus dihindari dalam diet rendah kolesterol
sudah disebutkan diatas; disamping itu, makanan berikut ini harus pula dihindari:
1. otak dan jeroan seperti hati, ginjal, usus, babat.
2. Lapis legit, tarcis, kue-kue kering, gorengan ( lumpia goreng, ayam
goreng, kripik kentang, dan lain-lain) yang mengandung telur dan/atau
lemak jenuh. Demikian pula makanan manis seperti selai, sirup, jam,
permen, coklat, toffe, es cream, es teler.
3. Makanan yang dimasak dengan santan kental seperti gudeg, gulai, kare.

2.4 Pencegahan
Hubungan antara diet dan penyakit kardiovaskuler akhir-akhir ini
menjadi subjek sebagian besar penelitian banyak pakar merasa bahwa berbagai
bukti sudah cukup untuk membenarkan tindakan memodifikasi makanan atau diet
dalam upaya mencegah penyakit kardiovaskuler, disamping membantu para
penderita tersebut. Rekomendasi diet untuk mencegah penyakit kardiovaskuler
adalah:
1. Mempertahankan berat badan ideal.
2. Mengurangi konsumsi total lemak.
3. Mengurangi konsumsi garam.
Kepentingan unsur-unsur makanan lain yang mencangkup serat makanan, protein
hewani dan gula masih menjadi masalah yang diperdebatkan.

2.5 Peran Gizi Pada Penyakit Koroner


Upaya non-farmakologis gizi sehat pada penyakit jantung koroner. Gizi
seimbang: karbohidrat 50-60%; protein 15-20%; lemak <30%; kolesterol 200-
300mg; lemak jenuh 7-10%. Asupan: rendah asam lemak jenuh, rendah all-

9
trans,tinggi asam lemak tidak jenuh rantai tunggal (ALTJRT): minyak kacang
tanah, kelapa sawit. Tinggi ALTJRG (asam lemak tidak jenuh rantai ganda:
makan ikan sekali perminggu, kedelai. Asupan rendah kolesterol. Asupan tinggi
serat (20-30g perhari); buah dan sayur >400g perhari). Asupan antioksida. Cegah
obesitas sentral (kegendutan). Asupan tempe, tahu, susu kedelai. Batasi asupan
garam natrium.
Tujuan penatalaksanaan gizi pada penyakit jantung koroner (PJK)
menurut Pedoman Tatalaksana Gizi Klinik. Perhimpun Dokter Spesialis Gizi
Klinik Indonesia (2008). Tujuan penatalaksanaan gizi pada penyakit jantung
koroner tahap awal lebih ditekankan pada penyakit jantung koroner tahap awal
lebih ditekankan pada stabilitas hemodinamik. Setelah kondisi pasien stabil baru
diberikan intervensi nutrisi.
Tujuan penatalaksanaan gizi pada PJK untuk mengurangi beban kerja
jantung dengan menghindari makan makanan yang merangsang dan berat.
Disamping itu memberika makanan dengan suhu yang sesuai suhu tubuh.
Makanan yang diberikan dapat mencegah konstipasi dan kembung sehingga
akhirnya dapat mengendalikan faktor resiko PJK.
Pada pasien PJK diperlukan pemeriksaan fisik mulai dari keadaan umum
(sakit ringan, sedang, berat), tekanan darah, suhu, nadi, nafas. Pemeriksaan
antropometik: tinggi badan, berat badan, dan lingkaran lengan atas. Hasil
pemeriksaan laboratorium darah (Hb, hematokrit, leukosit, trombosit), elektrolit
darah (Na, K, Cl). Analisis gas darah, C reaktif protein homosistein, fibrinogen
nasma, feritin. Pemeriksaan fungsional. Akhirnya diperlukan juga penilaian
analisis asupan: dietary assessment, dietary history.
Assessment gizi pada pasien PJK. Perlu ditegakkan diagnosis kerja
berdasarkan status gizi antropometri (Obesitas/normal/malnutrisi: ringan, sedang
dan berat). Ditentukan status metabolik mencangkup hiperglikemia, profil lemak
(trigliserida, kolesterol total, HDL, LDL); gangguan elektrolit (Na, K, Cl);
gangguan fungsi ginjal; asidosis/alkalosis; kadar laktat; feritin. Pennatalaksanaan
terapi nutrisi pada PJK dapat dijelaskan secara rinci, pada fase akut (syok) belum
diberi nutrisi, setelah kondisi pasien stabil, nutrisi baru dapat diberikan.

10
Komposisiri cairan nutrisi terdiri dari cairan dan energi dan makronutrien.
Zat gizi lemak 15-30% SAFA, dimana sumber makanan yang mengandung tinggi
asam lemak trans <1%, kolesterol, protein terutama dari ikan, dianjurkan 1-2
porsi/minggu, konsumsi buah dan sayur sebanyak 400-500 gram/hari,
mikronutrien: garam 5 g/hari, vitamin E 400 IU/hari, jika kadar homosistein tinggi
(dapat diberikan tambahan vitamin B6, B12, asam folat vitamin C). Diberikan
cukup kalsium, magnesium, dan kalium, nutrien spesifik: asam lemak omega-3
(minyak ikan), senyawa non-nutrien diberikan flavonoid, serta 13-18 g/1000
kkal/hari (serat larut 2,5-10 g/hari).
Metode pemberian dan bentuk nutrisi pada penyakit jantung koroner
(PJK), pemberian nutrisi berdasarkan algoritma fungsi saluran cerna. Cara
pemberian bila fungsi usus baik diberikan secara oral atau enteral. Setelah kondisi
stabil ditingkatkan secara bertahap, dimulai dari 80% kebutuhan basal. Dalam
waktu 5-10 hari kebutuhan kalori total sudah harus tercapai.
Teknik pemberian disesuaikan dengan keadaan pasien, sedangakan bentuk
nutrisi makanan per oral makanan semi solid. Monitoring dan evaluasi terapi
nutrisi pada PJK. Monitoringnya meliputi monitoring nutritional goal, komplikasi
metabolik, mekanik, infeksi. Sedangkan evaluasi yang dilakukan mencangkup:
1. Penilaian keadaan umum apakah sakit atau sesak nafas.
2. Analisis asupan: pola makan: rutin, toleransi terhadap makanan (kembung,
kram, diare).
3. Penilaian status gizi: berat badan, lingkaran lengan atas (LLA).
4. Penilaian status metabolik: kadar lipid, gula darah, elektrolit,
ureum,kreatinin.

11
BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Aterosklerosis merupakan penyebab dibalik penyakit kardiovaskuler. Pada
keadaan ini terjadi endapan lemak dalam lapisan dinding dalam pembuluh nadi.
Endapan lemak ini terus tumbuh dan tertutup oleh jaringan ikat fibrosa.
Pertumbuhan endapan tersebut akan menimbulkan penyempitan lumen pembuluh
darah sehingga aliran darah didalamnya menjadi lambat. Endapan aterosklerosis
juga menurunkan kelenturan pembuluh darah. Jika yang mengalami proses
aterosklerosis dalam pembuluh darah koronaria, maka aliran darah kejantung akan
berkurang dan timbul penyakit koroner (penyakit iskemik jantung). Cara ini dapat
dicapai dengan mengurangi makan makanan yang berlemak seperti sate kambing,
sate babi, gula kambing, lapis legit, tarcis, kue-kue kering, makanan gorengan,
keju, mentega, margarin, susu fullcream dan tidak menggorengv makanan.

3.2 Saran
1. Untuk penderita penyakit kardiovaskuler disarankan untuk menjalankan
diet tersebut untuk mempertahankan status kesehatan yang ada, dan
mencegah penyakit sistem kardiovaskuler semakin buruk.
2. Untuk para pembaca kami sarankan untuk menjaga umumnya pola hidup,
khususnya pola makan agar penyakit tidak menyerang tubuh kita. 
3. Tidak ada gading yang tak retak, demikian pula dengan makalah yang
kami susun. Untuk itu kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun demi menyempurnakan makalah ini.

12
DAFTAR PUSTAKA

Hartono, Andri, Kristiani.2011.Ilmi Gizi dan Diet.Yogyakarta: Yayasan Essentia


Medica.
Oenzil, Fadil. 2011. Gizi Meningkatkan Kualitas Manula. Jakarta: EGC.
Sobari, R. 2014. Hubungan Asupan Asam Lemak Jenuh dan Tak Jenuh dengan
Kolesterol HDL pada Pasien Penyakit Jantung Koroner di RSUD Dr.
Moewardi [Skripsi]. Surakarta.

13

Anda mungkin juga menyukai