Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

PSIKOLOGI PENDIDIKAN

KECERDASAN MANUSIA (IQ, EQ, DAN SQ)

DOSEN PENGAMPU : St. Humaerah Syarif, M.Pd

Kelompok 1 :

Reynandi Salniawan (2020203888203027)

Dina Riyana Mulya (2020203888203029)

Siti Amilah (2020203888203031)

Riska (2020203888203032)

JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA INGGRIS

FAKULTAS TARBIYAH

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PAREPARE

2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul Kecerdasan Manusia
(IQ, EQ, dan SQ) ini tepat pada waktunya.

Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas dosen pada
mata kuliah Psikologi Pendidikan. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah
wawasan tentang Kecerdasan Manusia (IQ, EQ, dan SQ) bagi para pembaca dan juga
bagi penulis.

Kami mengucapkan terima kasih kepada ibu St. Humaerah Syarif, M.Pd, selaku dosen
mata kuliah Psikologi Pendidikan yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat
menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang kami tekuni.

Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi sebagian
pengetahuannya sehingga Kami dapat menyelesaikan makalah ini.

Kami menyadari, makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena
itu, kritik dan saran yang membangun akan saya nantikan demi kesempurnaan makalah
ini.
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...............................................................................................................ii

DAFTAR ISI............................................................................................................................iii

BAB 1......................................................................................................................................1

PENDAHULUAN.....................................................................................................................1

A. Latar Belakang Masalah................................................................................................1

B. Rumusan Masalah.........................................................................................................1

C. Tujuan............................................................................................................................1

BAB 2......................................................................................................................................2

PEMBAHASAN.......................................................................................................................2

A. Pengertian IQ, EQ, dan SQ............................................................................................2

B. Pentingnya Memberdayakan IQ, EQ, dan SQ pada Setiap Individu.............................8

C. Hubungan Antara IQ, EQ, dan SQ..............................................................................10

D. Tips Meningkatkan IQ, EQ, dan SQ............................................................................11

BAB 3....................................................................................................................................13

PENUTUP.............................................................................................................................13

A. Kesimpulan...................................................................................................................13

B. Saran............................................................................................................................13

DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................15
BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Kecerdasan yang dimiliki manusia merupakan salah satu anugrah besar dari Sang
Pencipta menjadikannya sebagai salah saru kelebihan manusia dibandingkan dengan
mahkluk lainnya. Dengan kecerdasannya, manusia dapat terus menerus
mempertahankan dan meningkatkan kualitas hidupnya yang semakin kompleks,
melalui proses berpikir dan belajar sacara terus menerus.

Dalam menghadapi tuntutan perkembangan jaman sudah sepantasnya manusia


mampu berkarya dngan kecerdasan yang dimilikinya dengan demikian manusia dapat
mempertahankan kelangsungan dan peradaban hidupnya.

Banyak orang menganggap bahwa kemampuan berpikir seseorang hanya dapat


dilihat melalui hasil IQ. Hal itu tidaklah sepenuhnya benar, karena kemampuan
seeeorang juga dapat dipengaruhi oleh EQ dan SQ. Oleh karena itu penting bagi kita
untuk mengetahi apa yang di maksud IQ, EQ, dan SQ dan bagaimana hubungan juga
cara mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari.

B. Rumusan Masalah
1. Apa itu IQ, EQ, dan SQ?
2. Seberapa Pentingnya Memberdayakan IQ, EQ, dan SQ pada Setiap Individu?
3. Apa hubungan antara IQ, EQ, dan SQ ?
4. Apa Saja Tips Meningkatkan IQ, EQ, dan SQ?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui apa itu IQ, EQ, dan SQ.
2. Untuk mengetahui Pentingnya Memberdayakan IQ, EQ, dan SQ pada Setiap
Individu.
3. Untuk mengetahui hubungan antara IQ, EQ, dan SQ.
4. Untuk mengetahui Tips Meningkatkan IQ, EQ, dan SQ.

1
BAB 2
PEMBAHASAN

A. Pengertian IQ, EQ, dan SQ.


1. Kecerdasan Intelektual (IQ)
Orang sering kali menyamakan arti inteligensi dengan IQ, padahal kedua istilah ini
mempunyai perbedaan arti yang sangat mendasar. Menurut David Wechsler, inteligensi
adalah kemampuan untuk bertindak secara terarah, berpikir secara rasional, dan
menghadapi lingkungannya secara efektif. Secara garis besar dapat disimpulkan
bahwa inteligensi adalah suatu kemampuan mental yang melibatkan proses berpikir
secara rasional. Oleh karena itu, inteligensi tidak dapat diamati secara langsung,
melainkan harus disimpulkan dari berbagai tindakan nyata yang merupakan manifestasi
dari proses berpikir rasional itu. sedangkan IQ atau singkatan dari Intelligence Quotient,
adalah skor yang diperoleh dari sebuah alat tes kecerdasan. Dengan demikian, IQ
hanya memberikan sedikit indikasi mengenai taraf kecerdasan seseorang dan tidak
menggambarkan kecerdasan seseorang secara keseluruhan.
Intelligence Quotient atau yang biasa disebut dengan IQ merupakan istilah dari
pengelompokan kecerdasan manusia yang pertama kali diperkenalkan oleh Alferd
Binet, ahli psikologi dari Perancis pada awal abad ke-20. Kemudian Lewis Ternman
dari Universitas Stanford berusaha membakukan test IQ yang dikembangkan oleh Binet
dengan mengembangkan norma populasi, sehingga selanjutnya test IQ tersebut
dikenal sebagai test Stanford-Binet. Pada masanya kecerdasan intelektual (IQ)
merupakan kecerdasan tunggal dari setiap individu yang pada dasarnya hanya
bertautan dengan aspek kognitif dari setiap masing-masing individu tersebut. Tes
Stanford-Binet ini banyak digunakan untuk mengukur kecerdasan anak-anak sampai
usia 13 tahun.
Inti kecerdasan intelektual ialah aktifitas otak. Otak adalah organ luar biasa dalam
diri kita. Beratnya hanya sekitar 1,5 Kg atau kurang lebih 5 % dari total berat badan
kita. Namun demikian, benda kecil ini mengkonsumsi lebih dari 30 persen seluruh
cadangan kalori yang tersimpan di dalam tubuh. Otak memiliki 10 sampai 15 triliun sel

2
saraf dan masing-masing sel saraf mempunyai ribuan sambungan. Otak satu-satunya
organ yang terus berkembang sepanjang itu terus diaktifkan. Kapasitas memori otak
yang sebanyak itu hanya digunakan sekitar 4-5 % dan untuk orang jenius memakainya
5-6 %. Sampai sekarang para ilmuan belum memahami penggunaan sisa memori
sekitar 94 %.
Tingkat kecerdasan seorang anak yang ditentukan secara metodik oleh IQ
(Intellegentia Quotient) memegang peranan penting untuk suksesnya anak dalam
belajar. Menurut penyelidikan, IQ atau daya tangkap seseorang mulai dapat ditentukan
sekitar umur 3 tahun. Daya tangkap sangat dipengaruhi oleh garis keturunan (genetic)
yang dibawanya dari keluarga ayah dan ibu di samping faktor gizi makanan yang
cukup.
Rumus kecerdasan umum, atau IQ yang ditetapkan oleh para ilmuwan adalah :

Usia Mental Anak/Usia Sesungguhnya x 100 = IQ

Contoh : Misalnya anak pada usia 3 tahun telah punya kecerdasan anak-anak yang
rata-rata baru bisa berbicara seperti itu pada usia 4 tahun. Inilah yang disebut dengan
Usia Mental. Berarti IQ si anak adalah 4/3 x 100 = 133.

Interpretasi atau penafsiran dari IQ adalah sebagai berikut :


TINGKAT KECERDASAN IQ
Genius Di atas 140
Sangat Super 120 - 140
Super 110 - 120
Normal 90 -110
Bodoh 80 - 90
Perbatasan 70 - 80
Moron / Dungu 50 - 70
Imbecile 25-50

3
Idiot 0 - 25

2. Kecerdasan Emosional (EQ)


EQ adalah istilah baru yang dipopulerkan oleh Daniel Golleman. Berdasarkan
hasil penelitian para neurolog dan psikolog, Goleman (1995) berkesimpulan bahwa
setiap manusia memiliki dua potensi pikiran, yaitu pikiran rasional dan pikiran
emosional. Pikiran rasional digerakkan oleh kemampuan intelektual atau “Intelligence
Quotient” (IQ), sedangkan pikiran emosional digerakkan oleh emosi.
Kecerdasan emosional dapat diartikan dengan kemampuan untuk “menjinakkan”
emosi dan mengarahkannya ke pada hal-hal yang lebih positif. Seorang yang mampu
mensinergikan potensi intelektual dan potensi emosionalnya berpeluang menjadi
manusia-manusia utama dilihat dari berbagai segi.
Hubungan antara otak dan emosi mempunyai kaitan yang sangat erat secara
fungsional. Antara satu dengan lainnya saling menentukan. Otak berfikir harus tumbuh
dari wilayah otak emosional. Beberapa hasil penelitian membuktikan bahwa
kecerdasan emosional hanya bisa aktif di dalam diri yang memiliki kecerdasan
intelektual.
Beberapa pengertian EQ yang lain, yaitu :Kecerdasan emosional merupakan
kemampuan individu untuk mengenal emosi diri sendiri, emosi orang lain, memotivasi
diri sendiri, dan mengelola dengan baik emosi pada diri sendiri dalam berhubungan
dengan orang lain (Golleman, 1999). Emosi adalah perasaan yang dialami individu
sebagai reaksi terhadap rangsang yang berasal dari dirinya sendiri maupun dari orang
lain. Emosi tersebut beragam, namun dapat dikelompokkan kedalam kategori emosi
seperti; marah, takut, sedih, gembira, kasih sayang dan takjub (Santrock, 1994).
 Kemampuan mengenal emosi diri adalah kemampuan menyadari perasaan sendiri
pada saat perasaan itu muncul dari saat-kesaat sehingga mampu memahami
dirinya, dan mengendalikan dirinya, dan mampu membuat keputusan yang
bijaksana sehingga tidak ‘diperbudak’ oleh emosinya.

4
 Kemampuan mengelola emosi adalah kemampuan menyelaraskan perasaan
(emosi) dengan lingkungannnya sehingga dapat memelihara harmoni kehidupan
individunya dengan lingkungannya/orang lain.
 Kemampuan mengenal emosi orang lain yaitu kemampuan memahami emosi
orang lain (empaty) serta mampu mengkomunikasikan pemahaman tersebut
kepada orang lain yang dimaksud.
 Kemampuan memotivasi diri merupakan kemampuan mendorong dan
mengarahkan segala daya upaya dirinya bagi pencapaian tujuan, keinginan dan
cita-citanya. Peran memotivasi diri yang terdiri atas antusiasme dan keyakinan
pada diri seseorang akan sangat produktif dan efektif dalam segala aktifitasnya
 Kemampuan mengembangkan hubungan adalah kemampuan mengelola emosi
orang lain atau emosi diri yang timbul akibat rangsang dari luar dirinya.
Kemampuan ini akan membantu individu dalam menjalin hubungan dengan orang
lain secara memuaskan dan mampu berfikir secara rasional (IQ) serta mampu
keluar dari tekanan (stress).

Manusia dengan EQ yang baik, mampu menyelesaikan dan bertanggung jawab


penuh pada pekerjaan, mudah bersosialisasi, mampu membuat keputusan yang
manusiawi, dan berpegang pada komitmen. Makanya, orang yang EQ-nya bagus
mampu mengerjakan segala sesuatunya dengan lebih baik.
Kecerdasan emosional adalah kemampuan merasakan, memahami dan secara
efektif menerapkan daya dan kepekaan emosi sebagai sumber energi, informasi
koneksi dan pengaruh yang manusiawi. Dapat dikatakan bahwa EQ adalah
kemampuan mendengar suara hati sebagai sumber informasi. Untuk pemilik EQ yang
baik, baginya infomasi tidak hanya didapat lewat panca indra semata, tetapi ada
sumber yang lain, dari dalam dirinya sendiri yakni suara hati. Malahan sumber infomasi
yang disebut terakhir akan menyaring dan memilah informasi yang didapat dari panca
indra.
Substansi dari kecerdasan emosional adalah kemampuan merasakan dan
memahami untuk kemudian disikapi secara manusiawi. Orang yang EQ-nya baik, dapat
memahami perasaan orang lain, dapat membaca yang tersurat dan yang tersirat, dapat

5
menangkap bahasa verbal dan non verbal. Semua pemahaman tersebut akan
menuntunnya agar bersikap sesuai dengan kebutuhan dan tuntutan lingkungannya
Dapat dimengerti kenapa orang yang EQ-nya baik, sekaligus kehidupan sosialnya juga
baik. Tidak lain karena orang tersebut dapat merespon tuntutan lingkungannya dengan
tepat.
Di samping itu, kecerdasan emosional mengajarkan tentang integritas kejujuran
komitmen, visi, kreatifitas, ketahanan mental kebijaksanaan dan penguasaan diri. Oleh
karena itu EQ mengajarkan bagaimana manusia bersikap terhadap dirinya (intra
personal) seperti self awamess (percaya diri), self motivation (memotivasi diri), self
regulation (mengatur diri), dan terhadap orang lain (interpersonal) seperti empathy,
kemampuan memahami orang lain dan social skill yang memungkinkan setiap orang
dapat mengelola konflik dengan orang lain secara baik.
Kecerdasan emosional adalah kemampuan seseorang mengendalikan emosinya
saat menghadapi situasi yang menyenangkan maupun menyakitkan. Mantan Presiden
Soeharto dan Akbar Tandjung adalah contoh orang yang memiliki kecerdasan
emosional tinggi, mampu mengendalikan emosinya dalam berkomunikasi.
Dalam bahasa agama , EQ adalah kepiawaian menjalin "hablun min al-naas".
Pusat dari EQ adalah "qalbu" . Hati mengaktifkan nilai-nilai yang paling dalam,
mengubah sesuatu yang dipikirkan menjadi sesuatu yang dijalani. Hati dapat
mengetahui hal-hal yang tidak dapat diketahui oleh otak. Hati adalah sumber
keberanian dan semangat , integritas dan komitmen. Hati merupakan sumber energi
dan perasaan terdalam yang memberi dorongan untuk belajar, menciptakan kerja
sama, memimpin dan melayani.

3. Kecerdasan Spiritual (SQ)


Selain IQ, dan EQ, di beberapa tahun terakhir juga berkembang kecerdasan
spiritual (SQ = Spritual Quotiens). Tepatnya di tahun 2000, dalam bukunya berjudul
”Spiritual Intelligence : the Ultimate Intellegence, Danah Zohar dan Ian Marshall
mengklaim bahwa SQ adalah inti dari segala intelejensia. Kecerdasan ini digunakan
untuk menyelesaikan masalah kaidah dan nilai-nilai spiritual. Dengan adanya
kecerdasan ini, akan membawa seseorang untuk mencapai kebahagiaan hakikinya.

6
Karena adanya kepercayaan di dalam dirinya, dan juga bisa melihat apa potensi dalam
dirinya. Karena setiap manusia pasti mempunyai kelebihan dan juga ada
kekurangannya. Intinya, bagaimana kita bisa melihat hal itu. Intelejensia spiritual
membawa seseorang untuk dapat menyeimbangkan pekerjaan dan keluarga, dan tentu
saja dengan Sang Maha Pencipta.
Denah Zohar dan Ian Marshall juga mendefinisikan kecerdasan spiritual sebagai
kecerdasan untuk menghadapi persoalan makna atau value, yaitu kecerdasan untuk
menempatkan perilaku dan hidup kita dalam konteks makna yang lebih luas dan kaya,
kecerdasan untuk menilai bahwa tindakan atau jalan hidup seseorang lebih bermakna
dibandingkan dengan yang lain.
Spiritual Quotient (SQ) adalah kecerdasan yang berperan sebagai landasan yang
diperlukan untuk memfungsikan IQ dan EQ secara efektif. Bahkan SQ merupakan
kecerdasan tertinggi dalam diri kita. Dari pernyataan tersebut, jelas SQ saja tidak dapat
menyelesaikan permasalahan, karena diperlukan keseimbangan pula dari kecerdasan
emosi dan intelektualnya. Jadi seharusnya IQ, EQ dan SQ pada diri setiap orang
mampu secara proporsional bersinergi, menghasilkan kekuatan jiwa-raga yang penuh
keseimbangan. Dari pernyataan tersebut, dapat dilihat sebuah model ESQ yang
merupakan sebuah keseimbangan Body (Fisik), Mind (Psikis) and Soul (Spiritual).
Selain itu menurut Danah Zohar & Ian Marshall: SQ the ultimate intelligence: 2001, IQ
bekerja untuk melihat ke luar (mata pikiran), dan EQ bekerja mengolah yang di dalam
(telinga perasaan), maka SQ (spiritual quotient) menunjuk pada kondisi ‘pusat-diri’
Kecerdasan spiritual ini adalah kecerdasan yang mengangkat fungsi jiwa sebagai
perangkat internal diri yang memiliki kemampuan dan kepekaan dalam melihat makna
yang ada di balik kenyataan apa adanya ini. Kecerdasan ini bukan kecerdasan agama
dalam versi yang dibatasi oleh kepentingan-pengertian manusia dan sudah menjadi
terkapling-kapling sedemikian rupa. Kecerdasan spiritual lebih berurusan dengan
pencerahan jiwa. Orang yang ber-SQ tinggi mampu memaknai penderitaan hidup
dengan memberi makna positif pada setiap peristiwa, masalah, bahkan penderitaan
yang dialaminya. Dengan memberi makna yang positif itu, ia mampu membangkitkan
jiwanya dan melakukan perbuatan dan tindakan yang positif.

7
Mengenalkan SQ Pengetahuan dasar yang perlu dipahami adalah SQ tidak mesti
berhubungan dengan agama. Kecerdasan spiritual (SQ) adalah kecerdasan jiwa yang
dapat membantu seseorang membangun dirinya secara utuh. SQ tidak bergantung
pada budaya atau nilai. Tidak mengikuti nilai-nilai yang ada, tetapi menciptakan
kemungkinan untuk memiliki nilai-nilai itu sendiri.

B. Pentingnya Memberdayakan IQ, EQ, dan SQ pada Setiap Individu.


Pada awalnya, ukuran kecerdasan dilakukan untuk kepentingan merekrut tentara
serta kepentingan mendapatkan orang yang tepat dalam pendidikan dan perusahaan.
Umumnya, orang akan dianggap berhasil jika mereka mempunyai kemampuan analitis
yang tinggi atau biasa disebut dengan IQ (Intelligence Quotient). Setidaknya ada 3 hal
yang menyusun kemampuan inteligensi, yaitu analytical intelligence (kecerdasan
analitis), practical intelligence (kecerdasan praktik), dan creative intelligence
(kecerdasan kreatif). Intelligence Quotient (IQ) atau berpikir rasional sering dirangsang
di sekolah. Contohnya adalah saat kita mempelajari matematika, fisika, biologi, dan
lainnya, kita dituntut untuk belajar menganalisis dan memahami pelajaran tersebut. IQ
adalah puncak keunggulan yang didasar oleh hampir semua lembaga pendidikan di
Indonesia. Departemen Pendidikan Nasional bahkan mewajibkan adanya KBK
(Kurikulum Berbasis Kompetensi) pada semua lembaga pendidikan. Dokter atau
insinyur di semua PTN atau PTS diwajibkan memiliki kompetensi tertentu untuk bisa
berpraktik. Siswa diwajibkan memiliki kecerdasan untuk mendapatkan rangking atau
lulus dari sekolah. Ringkasnya, kecerdasan, kompetensi, IQ, nilai rapor, IP atau apapun
istilahnya adalah standar-standar yang harus dimiliki seseorang untuk diluluskan.
Tidak mengherankan jika semua perusahaan dan kantor pemerintah mensyaratkan
semua nilai itu agar seseorang dapat diterima sebagai karyawan. Bukan berarti dengan
mereka bergelar doktor, professor, sekolah di luar negeri, atau ahli pada bidangnya,
mereka bisa mendapatkan garansi sukses dalam mengatur segala sesuatu. Namun kita
juga harus memperhatikan karakter dalam diri mereka atau biasa disebut dengan istilah
EQ (Emotional Quotient).

Sesungguhnya keberhasilan mengelola hidup tidak hanya ditentukan oleh gelar-


gelar yang kita miliki. Sebagai contoh, ada banyak orang yang pintar dalam

8
memecahkan soal fisika atau mempunyai pengetahuan yang luas, belum tentu dapat
berhasil atau mungkin biasa-biasa saja kehidupannya. Bisa jadi mereka tidak
mempunyai EQ (Emotional Quotient) yang baik seperti tidak bisa mengontrol amarah,
tidak bisa bekerja sama dengan orang lain, kurang terbuka, tidak bisa berempati, tidak
bisa memaafkan, sinis, dan gampang curiga. Memahami emosinya sendiri,
mengendalikan emosi, memotivasi diri sendiri, memahami emosi orang lain, dan
menangani hubungan dengan orang lain merupakan kunci keberhasilan dalam
mengelola hidup. Hal-hal ini merupakan keterampilan hidup yang lebih banyak
dibangun oleh EQ ketimbang IQ. Banyak kepemimpinan yang gagal bukan karena
pemimpinnya yang bodoh, tetapi karena ia tidak punya kecerdasan emosi. Bagaimana
ia mengenal dan mengerti orang lain jika ia tidak mengerti dirinya sendiri? Ia tidak
punya keterampilan sosial. “To understand others, we must understand ourselves.

Kita tidak bisa hidup hanya dengan mengandalkan satu atau dua kecerdasan.
Sebagai contoh penerapan kecerdasan IQ tanpa EQ adalah Ara yang tidak terlalu
pintar dalam pelajaran matematika, tapi ia selalu diperebutkan dalam pembagian
kelompok. Ara memang bukan siswa yang cerdas dalam bidang intelektual (IQ), namun
Ara memiliki kecerdasan emosional (EQ) yang tinggi sehingga ia mampu memahami,
berkomunikasi, dan bersosialisasi. Contoh lain adalah penerapan IQ dan EQ tanpa SQ.
Banyak koruptor yang cerdas dalam berstrategi yang tentunya membutuhkan IQ yang
tinggi. Sementara dalam pelaksanaan strategi, ia juga mampu bernegosiasi,
berkomunikasi dan mampu merebut hati orang agar mau diajak berspekulasi dan
berkompromi dengannya sehingga membutuhkan kecerdasan emosi (EQ). Namun, niat
dan akhlak koruptor sangat buruk. Ia tidak mempunyai kejujuran, tidak bertanggung
jawab, dan tidak amanah pada pekerjaannya. Itulah contoh jika kita hanya
mengandalkan satu atau dua kecerdasan saja.

Untuk menghasilkan pribadi yang utuh secara intelektual, emosional, dan spiritual
maka kita harus mampu menggabungkan IQ (Intelligence Quotient), EQ (Emotional
Quotient), dan SQ (Spiritual Quotient) secara maksimal karena ketiga kecerdasan ini
adalah perangkat yang bekerja dalam satu sistem yang saling berkaitan dalam diri
manusia, sehingga tidak tepat jika dipisahkan fungsinya.

9
C. Hubungan Antara IQ, EQ, dan SQ.
IQ (Intelligence Quotient) adalah kemampuan nalar manusia, yaitu kemampuan untuk
menganalisis, menentukan, memahami, menentukan sebab-akibat, berfikir abstrak, berbahasa,
memvisualisasikan sesuatu. IQ ini pada mulanya dipandang sebagai penentu keberhasilan
seorang. Namun pada perkembangan IQ tidak lagi digunakan sebagai acuan paling dasar
untuk menentukan keberhasilan manusia karena kecerdasan seseorang tidak dapat dilihat
hanya dari kecerdasan otaknya saja.

EQ (Emosional Quotient) adalah pengetahuan mengenai diri sendiri, kesadaran diri,


kepekaan social, empati dan kemampuan untuk berkomunikasi dengan orang lain.
Penggabungan pemikiran otak kiri (IQ) dan perasaan otak kanan (EQ) akan membuat
keseimbangan didalam diri manusia dengan baik. Dalam jangka panjang, kecerdasan
emosional ini akan menjadi penentu keberhasilan individu , relasi dan dalam kepemiminan
dibanding dengan kecerdasan intelektual (nalar IQ). Namun akan lebih baik jika manusia
seimbang IQ dan EQ nya.

SQ (Spiritual Quotient) adalah pusat dari kecerdasan IQ dan EQ, dimana SQ ini yang
akan mengarahkan kecerdasan yang lain. Jika SQ kita tinggi tentu kecerdasan IQ dan EQ kita
akan terarah kedalam kebaikan dan membawa manfaat kepada orang lain. Dan jika sebaiknya
SQ kita rendah pengetahuan kita akan membawa dampak buruk pada orang lain. Sebagai
contoh ada teman kita yang nilai rata-ratanya selalu bagus, tingat emosionalnya selalu bisa
diatur dengan baik tetapi SQ dia rendah, maka mungkin saja kecerdasan yang dia miliki tidak
akan membawa dampak baik pada orang lain. Bisa dikatakan akan merugikan, yang paling
ekstrem kecerdasannya digunakan untuk mencuri dan membobol bank, dll.

IQ, EQ, dan SQ adalah 3 buah gabungan yang tidak bisa dipisahkan. Dalam hidup
manusia, kecerdasan intelijen tidak akan sempurna tanpa kecerdasan emsional, dan tidak akan
sempurna jika tidak dibarengi dengan kecerdasan spiritual. Manusia diberi oleh Tuhan 2 buah
harta benda yang sangat amat bernilai harganya, yakni akal pikiran dan hati nurani. Lewat
keduanya lah manusia di wajibkan untuk menjadi pemimpin dimuka bumi. Sesuatu yang baik
adalah sesuatu yang dikerjakan secara seimbang, begitu pula dengan manusia. Seimbangnya
IQ, EQ, dan SQ akan membuat jiwa kita menjadi lebih seimbang dalam menjalani hidup.

D. Tips Meningkatkan IQ, EQ, dan SQ.


Tips Meningkatkan IQ

10
1. Makan secara teratur, serta makan makanan yang banyak mengandung
nutrisi untuk kesehatan otak.
2. Istirahat cukup.
3. Motivasi diri untuk selalu optimis dan hilangkan rasa malas.
4. selalu berpikir positif.
5. kembangkan keterampilan otak dengan kegiatan puzzle, tebak kata, teka teki
silang, dll.
6. batasi waktu yang tidak berguna, misalnya bermain secara berlebih.

Tips Meningkatkan EQ

1. pahami dan rasakan perasaan diri sendiri


2. selalu mendidik diri agar dapat bertahan dalam situasi sulit
3. hadapi dunia luar tanpa rasa takut
4. berusaha untuk memecahkan masalah sendiri
5. tumbuhkan rasa percaya diri dan kemampuan untuk bangkit dari kegagalan
6. tanamkan rasa hormat pada orang lain, kerja sama dan semangat kerja tim.
7. jangan menilai atau mengubah perasaan terlalu cepat
8. hubungkan perasaan dengan pikiran.

Tips Meningkatkan SQ

1. seringlah melakukan mawas diri dan perenungan mengenai diri sendiri, kaitan
hubungan dengan orang lain, serta peristiwa yang dihadapi.
2. kenali tujuan, tanggungjawab dan kewajiban hidup kita .
3. tumbuhkan kepedulian, kasih sayang dan kedamaian.
4. ambil hikmah dari segala perubahan didalam kehidupan sebagai jalan untuk
meningkatkan mutu kehidupan.

11
5. kembangkan tim kerja dan kemitraan yang saling asah-asih-asuh.
6. belajar mempunyai rasa rendah hati dihadapan TUHAN dan sesama manusia.

12
BAB 3
PENUTUP

A. Kesimpulan
IQ (Intelligence Quotient) merupakan kecerdasan tunggal dari setiap individu yang
pada dasarnya hanya bertautan dengan aspek kognitif dari setiap masing-masing
individu tersebut. EQ (Emotional Qoutient), menurut Ge Muzaik kecerdasan emosional
(EQ) adalah kemampuan untuk mengenali, mengekspresikan, dan mengelola emosi,
baik emosi dirinya sendiri maupun emosi orang lain, dengan tindakan konstruktif, yang
berupaya bekerjasama dengan tim yang mengacu pada produktivitas dan bukan pada
konflik. Spiritual Quotient (SQ) adalah suatu kecerdasan dimana kita berusaha
menyelesaikan masalah dalam hidup berdasarkan nilai-nilai agama yang diyakini.
Kemunculan IQ akan dapat diketahui tingkat keberadaan dan tinggi IQ seorang
anak tersebut. Berkembang bersamaan dengan sejarah manusia itu sendiri, kebutuhan
untuk mengatasi,beradaptasi,dan bergaul dengan manusia lain. Kecerdasan spiritual
lebih berurusan dengan pencerahan jiwa. Orang yang ber-SQ tinggi mampu memaknai
penderitaan hidup dengan memberi makna positif pada setiap peristiwa, masalah,
bahkan penderitaan yang dialaminya.
Ukuran keberhasilan seseorang ternyata bukan ditentukan oleh tingkat rasionalitas
atau IQ namun ditentukan oleh kecerdasan emosi (EQ). Kecerdasan spiritual mampu
mengoptimalkan kerja kecerdasan yang lain. Individu yang mempunyai kebermaknaan
(SQ) yang tinggi, mampu menyandarkan jiwa sepenuhnya berdasarkan makna yang ia
peroleh, dari sana ketenangan hati akan muncul. Jika hati telah tenang (EQ) akan
memberi sinyal untuk menurunkan kerja simpatis menjadi para simpatis. Bila ia telah
tenang karena aliran darah telah teratur maka individu akan dapat berfikir secara
optimal (IQ).

B. Saran
Dengan diselesaikannya makalah ini penulis berharap makalah ini dapat
menambah wawasan dan pengetahuan pembaca tentang IQ, EQ, dan SQ. Selanjutnya
penulis juga mengharapkan kritik dan saran guna peningkatan kualitas dalam penulisan

13
makalah ini. Penulis tentunya masih menyadari jika makalah ini masih terdapat banyak
kesalahan dan jauh dari kesempurnaan. Penulis akan memperbaiki makalah tersebut
dengan berpedoman pada banyak sumber serta kritik yang membangun dari para
pembaca.

14
DAFTAR PUSTAKA

https://silviastrilyani.wordpress.com/2013/02/11/pengertian-iq-eq-dan-sq/

http://rief-ham.blogspot.com/2012/05/pengertian-iq-eq-dan-sq.html

http://witalestari24.blogspot.com/2012/11/hubungan-iq-eq-dan-sq.html

https://www.kompasiana.com/rindangayu/5d90d515097f364a480dba23/mengenal-empat-
kecerdasan-manusia-iq-eq-sq-dan-tq

15

Anda mungkin juga menyukai