Anda di halaman 1dari 6

1.

Pengertian Nuzulul Quran

a. Nuzulul berasal dari kata Nuzul yang berarti turun

b. Nuzululquran atau Nuzul Alquran yang secara harfiah berarti turunnya Al-Qur'an (kitab


suci agama Islam) adalah istilah yang merujuk kepada peristiwa penting penurunan “Al-
Qur’an" secara keseluruhan diturunkan dari lauhulmahfuz ke Baitul ‘Izzah di langit dunia.
Lalu, diturunkan berangsur-angsur kepada Rasul melalui perantara malaikat Jibril-
shallallahu ‘alaihi wa sallam- sesuai dengan peristiwa-peristiwa dalam jangka waktu 22
tahun 2 bulan 22 hari.”(HR. Thobari, An Nasai dalam Sunanul Kubro, Al Hakim)" dalam
Mustadroknya, Al Baihaqi dalam Dalailun Nubuwwah. Hadits ini disahihkan oleh Al Hakim
dan disetujui oleh Adz Dzahabi. Ibnu Hajar pun menyetujui sebagaimana dalam "Al Fath",
4: 9).

2. Tahap-tahap turunnya Al-Quran

a. Tahap Pertama Turun Di Lauh Mahfudz (‫)اللوح المحفوظ‬

Sebagaimana dalm firman Allah dalam Al-Qur’an Surah Al-Buruj: 21:

٢١ ‫يد‬ٞ ‫ان َّم ِج‬ٞ ‫بَ ۡل هُ َو قُ ۡر َء‬

Artinya: Bahkan yang di dustakan itu ialah Al-Qur’an yang mulia, yang tersimpan di
Lauhul Mahfudz ( QS. Al-Buruj 21).

Wujudnya Al-Qur’an di Lauhu Mahfudz adalah dalam suatu cara dan tempat yang tidak bisa
diketahui kecuali oleh Allah sendiri. dalam Lauhul Mahfudz Al-Qur’an berupa kumpualn
lengkap tidak terpisah-pisah. Hikmah dari Tanazul tahap pertama ini adalah seperti
hikmah dari eksistensi Lauhul Mahfudz itu sendiridan fungsinya sebagai tempat catatan
umum dari segala hal yang ditentukan dan diputuskan Allah dari segala makhluq alam dan
semua kejadian. Dan membuktikan kebesaran kekuasaan Allah SWT dan keluasaan
ilmunya serta kekuatan kehendak dan kebijaksanaa-Nya

b. Tahap Kedua Di Baitul Izzah (‫)بيت العزة‬

Yaitu tempat mulia di langit yaitu langit pertama, atau langit yang terdekat dengan bumi.
Berdasarkan firman Allah:

٣ َ‫إِنَّٓا أَنزَ ۡل ٰنَهُ فِي لَ ۡيلَ ٖة ُّم ٰبَ َر َك ۚ ٍة إِنَّا ُكنَّا ُمن ِذ ِرين‬

Artinya: sesungguhanya kami menurunkannya (al-qur’an )pada suatu malam yang


diberkahi. (QS. Ad-dukhan: 3)

Ayat tersebut menunjukkan turunnya Al-Qur’an tahap kedua ini dan cara turunnya, yaitu
secara sekaligus turun seluruh isi al-qur’an dari lauhul mahfudz ke baitul izzah, sebelum di
sampaikan ke nabi Muhammad SAW

c. Tahap ketiga

Al-Qur’an turun dari dari Baitul Izzah di langit dunia langsung kepada nabi Muhammad.
Artinya, Al-Qur’an disampaikan langsung kepada Nabi Muhammad, baik melalui
perantara Malaikat Jibril ataupun secara langsung ke dalam hati sanubari nabi Muhammad
SAW, maupun dari balik tabir.

Dalilnya ayat Al-Qur’an antara lain:

٩٩ َ‫ت َو َما يَ ۡكفُ ُر بِهَٓا إِاَّل ۡٱل ٰفَ ِسقُون‬


ٖ ۖ َ‫ت بَيِّ ٰن‬ َ ‫َولَقَ ۡد أَنز َۡلنَٓا إِلَ ۡي‬
ِ ۢ َ‫ك َءا ٰي‬

Artinya: Dan sesungguhnya Kami telah menurunkan kepadamu ayat-ayat yang jelas; dan
tak ada yang ingkar kepadanya, melainkan orang-orang yang fasik. (Q.S. al-baqoroh:99)

…َ ‫ك لِتَ ُكونَ ِمنَ ۡٱل ُمن ِذ ِر‬


١٩٤ ‫ين‬ َ ِ‫ َعلَ ٰى قَ ۡلب‬١٩٣ ُ‫نَ َز َل بِ ِه ٱلرُّو ُح ٱأۡل َ ِمين‬

Artinya: ia (al-qur’an ) dibawa turun oleh Ar-Ruhul Al-Amin (Jibril) kedalam hatimu
(Muhammad)agar kamu menjadi salah seorang diantara orang-orang yang memberi
peringatan.” (Q.S. asy-syu’ara: 193-194)

3. Cara Turunnya Al-Qur’an kepada Nabi Muhammad SAW


Al-Quran diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW melalui berbagai cara, antara lain:

Malaikat Jibril memasukkan wahyu itu ke dalam hati Nabi Muhammad SAW tanpa
memperlihatkan wujud aslinya. Nabi SAW tiba-tiba saja merasakan wahyu itu telah
berada di dalam hatinya.

Malaikat Jibril menampakkan dirinya sebagai manusia laki-laki dan mengucapkan kata-
kata di hadapan Nabi SAW.

Wahyu turun kepada Nabi SAW seperti bunyi gemerincing lonceng. Menurut Nabi SAW,
cara inilah yang paling berat dirasakan, sampai-sampai Nabi SAW mencucurkan keringat
meskipun wahyu itu turun di musim dingin yang sangat dingin.

Malaikat Jibril turun membawa wahyu dengan menampakkan wujudnya yang asli.

Setiap kali mendapat wahyu, Nabi SAW lalu menghafalkannya. Beliau dapat mengulangi
wahyu yang diterima tepat seperti apa yang telah disampaikan Jibril kepadanya. Hafalan
Nabi SAW ini selalu dikontrol oleh Malaikat Jibril.

Waktu Turunya Al-Qur’an

Al-Qur’an diturunkan secara berangsur-angsur berupa beberapa ayat dari sebuah surat atau


sebuah surat ynag pendek secara lengkap. Dan penyampaian Al-Qur’an secara
keseluruhan memakan waktu lebih kurang 23 tahun, yakni 13 tahun waktu nabi masih
tingggal di makkah sebelum hijrah dan 10 tahun waktu nabi hijrah ke madinah.

Sedangka permulaan turunya Al-Qur’an  adalah pada malam lailatul qadar, tanggal 17


Ramadhan pada waktu Nabi telah berusia 41 tahun bertepatan  tanggal 6 Agustus 610 M,
sewaktu beliau sedang berkhalwat (meditasi ) di dalam gua hira’ di atas Jabal Nur. Ayat
yang pertama kali turun adalah 1-5 surah Al-Alaq:

َ ُّ‫ ۡٱق َر ۡأ َو َرب‬٢ ‫ق‬


ۡ‫ َعلَّ َم ٱإۡل ِ ن ٰ َسنَ َما لَم‬٤ ‫ ٱلَّ ِذي َعلَّ َم بِ ۡٱلقَلَ ِم‬٣ ‫ك ٱأۡل َ ۡك َر ُم‬ ٍ َ‫ق ٱإۡل ِ ن ٰ َسنَ ِم ۡن َعل‬ ۡ ِ‫ۡٱق َر ۡأ ب‬
َ َ‫ٱس ِم َربِّكَ ٱلَّ ِذي َخل‬
َ َ‫ َخل‬١ ‫ق‬
ۡ‫يَ ۡعلَم‬

Artinya: Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang menciptakan. Dia telah
menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha
Pemurah. Yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam. Dia mengajar kepada
manusia apa yang tidak diketahuinya. (QS. Al-Alaq: 1-5)

Sedangkan wahyu yang terakhir yang diterima Nabi Muhammad SAW adalah surat Al-
Maidah:3, pada waktu nabi sedang berwukuf di Arafah melaukan Haji Wada’pada tanggal
9 Dzul hijjah 10 H, yaitu ayat:

‫يت لَ ُك ُم ٱإۡل ِ ۡس ٰلَ َم ِد ٗين ۚا‬


ُ ‫ض‬ ُ ‫ۡٱليَ ۡو َم أَ ۡك َم ۡل‬
ُ ۡ‫ت لَ ُكمۡ ِدينَ ُكمۡ َوأَ ۡت َمم‬
ِ ‫ت َعلَ ۡي ُكمۡ نِ ۡع َمتِي َو َر‬

Artinya:  pada hari ini telah ku-sempurnakan untukmu agamamu dan telah ku-cukupkan
nikmat-ku kepadamu, serta ku-ridhai bagimu Islam sebagai agamamu.

Periode Turunya Al-Qur’an

Masa turunnya Al-Qur’an sealam 22 tahun lebih tersebut terbagi dalam dua periode,
sebagai berikut:

Periode pertama adalah Makkah

Periode Mekah adalah, Wahyu Ilahi yang diturunkan sebelum hijrah tersebut di
sebut surat/ ayat makkiyah merupakan 19/30 dari Al-Qur’an, yang menurut Ahli Tahkiq
selama 12 tahun 5 bulan dan lebih 13 hari. Dan terdiri dari 90 surah yang mencakup 4.773
ayat. surat dan ayatnya pendek-pendek dangaya bahasanya singkat-padat ( Ijaz ), karena
sasaran pertama dan utama pada periode ini adalah orang-orang arab asli (Suku Quraisy )
yang sudah tentu paham benar akan bahasa Arab. Mengenai isi surat/ayat Makkiyah pada
umumnya berupa ajakan untuk bertauhid yang murni atau ketuhanan yang Maha Esa secara
murni dan juga tentang pembinaan mental dan akhlaq.

Periode kedua adalah periode Madinah

periode Madinah adalah, wahyu Ilahi yang turun sesudah hijrah disebut surat/ayat
Madaniyyah dan merupakan 11/30 dari Al-Qur’an. Selam 9 tahun 9 bulan lebih 9 hari,
yang terdiri dari 24 surah yang meliputi 1463 ayat.  surat dan ayatnya panjang-panjang dan
gaya bahasanya panjang lebar dan lebih jelas ( Ithnab ), karena sasarannya bukan hanya
orang-orang arab asli, melainkanjuga non arab dari berbagai bangsa  yang telah mulai
masuk islam dan sudah tentu mereka belum menguasai bahasa arab. Mengenai isi
surat/ayat Madaniyyah pada umumnya berupa norma-norma hukum untuk pembentukan
dan pembinaan suatu masyarakat / umat islam dan Negara yang adil dan makmur yang
diridhai Allah SWT.

4. Al Quran sebagai wahyu

a. Dalam syariat Islam, wahyu adalah kalam atau perkataan dari Allah, yang diturunkan


kepada seluruh makhluk-Nya dengan perantara malaikat ataupun secara langsung. Kata
"wahyu" adalah kata benda, dan bentuk kata kerjanya adalah awha-yuhi, arti kata
wahyu adalah pemberitahuan secara tersembunyi dan cepat.

b. Pertama, Berupa ar-ru'ya ash-shadiqah (mimpi yang benar) dan ini merupakan
permulaan turunnya wahyu kepada Nabi Muhammad.

Kedua, berupa sesuatu yang dibisikkan oleh malaikat terhadap jiwa dan hati Nabi tanpa
beliau lihat. Hal ini sebagaimana disabdakan Nabi:

"Sesungguhnya Ruhul Quds (Malaikat Jibril) menghembuskan (membisikkan) ke


dalam hatiku, bahwasanya jiwa tidak akan mati hingga disempurnakan rizky baginya.
Oleh karena itu, bertakwalah kalian kepada Allah, berindah-indahlah dalam meminta
serta janganlah keterlambatan rizki atas kalian, mendorong kalian untuk memintanya
dengan cara melakukan perbuatan maksiat terhadapNya, karena sesungguhnya apa
yang ada di sisi Allah tidak akan didapat kecuali dengan melakukan ketaatan
kepadaNya."

Ketiga, berupa malaikat yang berwujud laki-laki, lantas mengajak beliau berbicara
hingga beliau memahaminya dengan baik apa yang dikatakan kepadanya. Dalam hal
ini, terkadang para sahabat dapat melihat malaikat tersebut.

Keempat, berupa bunyi gemericing lonceng yang datang kepada beliau, diikuti malaikat
(yang menyampaikan wahyu) secara samar. Cara ini merupakan cara yang paling berat,
sampai-sampai terjadi pada hari yang amat dingin. Demikian pula, mengakibatkan unta
beliau duduk bersimpuh ke bumi bila beliau sedang menungganinya. Dan pernah juga
suatu kali, wahyu datang dengan cara tersebut, saat itu paha beliau berada di atas paha
Zaid bin Tsabit. Sehingga, Zaid merasakan beban demikian berat yang hampir saja
membuatnya remuk.

Kelima, berupa malaikat dalam bentuk aslinya yang dilihat langsung oleh beliau. Lalu
diwahyukan kepada belau beberapa wahyu yang dikehendaki Allah. Peristiwa seperti
ini dialami oleh beliau sebanyak dua kali sebagaimana disebutkan oleh Allah dalam
surat An-Najm.

Keenam, berupa wahyu yang diwahyukan Allah kepada beliau. Yaitu, saat beliau
berada di atas langit pada malam mi'raj ketika mewajibkannya shalat dan lainnya.

Ketujuh, berupa kalamullah (ucapan Allah) kepada beliau tanpa perantaraan malaikat,
sebagaimana Allah berbicara kepada Musa bin Imran. Peristiwa seperti ini juga dialami
oleh Nabi Musa AS dan diabadikan secara qath'i berdasarkan nash Alquran. Sedangkan
kepada Nabi Muhammad terjadi dalam hadits tentang peristiwa isra.
Menurut Syekh Shaffiyurrahman al Mubarakfuri, sebagian ulama menambah caranya
menjadi delapan. Yaitu, Allah berbicara kepada Nabi secara langsung tanpa hijab.
Tetapi, ini merupakan masalah yang diperdebatkan oleh ulama salaf dan khalaf. Namun
menurut Syekh Shaffiyurrahman, pendapat yang terakhir ini tidak valid keabsahan
riwayatnya.

c. Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:

‫ق َع ِن ْالهَ ٰوى‬
ُ ‫ ۗ  َو َما يَ ْن ِط‬

wa maa yangthiqu 'anil-hawaa

"dan tidaklah yang diucapkannya itu (Al-Qur'an) menurut keinginannya."

(QS. An-Najm 53: Ayat 3)

Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:

‫ ۙ اِ ْن هُ َو اِاَّل َوحْ ٌي يُّوْ ٰحى‬

in huwa illaa wahyuy yuuhaa

"Tidak lain (Al-Qur'an itu) adalah wahyu yang diwahyukan (kepadanya),"

(QS. An-Najm 53: Ayat 4)

Anda mungkin juga menyukai