Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

TEORI-TEORI BELAJAR

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas matakuliah Psikologi Pendidikan

Dosen Pengampuh: St. Humaerah Syarif, S.Pd., M.Pd.

DISUSUN OLEH:

Kelompok 2

1. Rasyikah Hilmiah (2020203888203034)

2. Rahmi (2020203888203033)

3. Siti Khadijah (2020203888203035)

4. Virli Putra (2020203888203028)

KELAS PBI12

JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA INGGRIS

FAKULTAS TARBIYAH

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PAREPARE

2020/2021
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, puji
syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan Rahmat dan
Hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan judul “Teori-teori
Belajar” tepat pada waktunya. Tak lupa pula kami kirimkan shalawat serta salam kepada
junjungan nabi kita, Nabi Muhammad SAW beserta keluarga dan sahabatnya.
Penyusunan makalah ini semaksimal mungkin kami upayakan dan didukung
bantuan berbagai pihak, sehingga dapat memperlancar dalam penyusunannya. Untuk itu
tidak lupa kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
kami dalam menyelesaikan makalah ini.
Namun tidak lepas dari itu semua, penulis menyadari bahwa masih banyak
kekurangan dalam penulisan makalah ini dan jauh dari kata sempurna, itu dikarenakan
keterbatasan yang kami miliki, oleh sebab itu kami mengharapkan kritik dan saran yang
dapat dijadikan evaluasi bagi penulis.
Semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi semua dan khususnya bagi kami
selaku penulis, Terima Kasih.
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................................................ii
DAFTAR ISI........................................................................................................................................iii
BAB 1 PENDAHULUAN......................................................................................................................1
A. Latar Belakang Masalah........................................................................................................1
B. Rumusan Masalah.................................................................................................................1
C. Tujuan Penulisan...................................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN........................................................................................................................3
A. Pengertian Teori Belajar........................................................................................................3
B. Macam-macam Teori Belajar.................................................................................................3
C. Implikasi Teori Belajar dalam Pembelajaran.........................................................................9
D. Implementasi Teori-Teori Belajar dalam Perspektif Islam ..................................................11
BAB III PENUTUP.............................................................................................................................12
A. Kesimpulan..........................................................................................................................12
B. Saran-saran.........................................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................................13
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah

Belajar merupakan suatu proses usaha sadar yang dilakukan oleh individu untuk
suatu perubahan dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak memiliki sikap menjadi
bersikap benar, dari tidak terampil menjadi terampil melakukan sesuatu. Belajar tidak
hanya sekedar memetakan pengetahuan atau informasi yang disampaikan. Namun
bagaimana melibatkan individu secara aktif  membuat atau pun merevisi hasil belajar
yang diterimanya menjadi suatu pengalamaan yang bermanfaat bagi pribadinya.
Pembelajaran merupakan suatu sistem yang membantu individu belajar dan
berinteraksi dengan sumber belajar dan lingkungan.

Teori adalah sekumpulan dalil yang berkaitan secara sistematis yang menetapkan
kaitan sebab akibat diantara variabel yang saling bergantung. Belajar adalah
perubahan tingkah laku yang relatif tetap terjadi sebagai hasil latihan atau pengalaman.
Perubahan yang dimaksud harus relatif permanen dan tetap ada untuk waktu yang
cukup lama. Teori belajar yang secara umum dapat dikelompokkan dalam empat
kelompok atau aliran meliputi (a) teori belajar behaviouristik, (b) teori belajar kognitif, (c)
teori belajar humanistik, (d) teori belajar sibernetik. Keempat aliran teori belajar tersebut
memiliki karakteristik yang berbeda, yakni aliran behaviouristik menekankan pada
“hasil” daripada proses belajar. Aliran kognitif menekankan pada “proses” belajar. Aliran
humanistik menekankan pada “isi” atau apa yang dipelajari. Aliran sibernetik
menekankan pada “sistem informasi” yang dipelajari.

B. Rumusan Masalah

1. Apa pengertian teori belajar?

2. Apa saja macam-macam teori belajar?

3. Bagaimanakah implikasi teori belajar dalam pembelajaran?

1
4. Bagaimanakah implementasi teori belajar perspektif Islam?

C. Tujuan Penulisan

1. Mengetahui pengertian teori belajar

2. Mengetahui macam-macam teori belajar

3. Mengetahui implikasi teori belajar dalam pembelajaran

4. Mengetahui implementasi teori belajar perspektif Islam

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Teori Belajar

Teori adalah seperangkat asas tentang kejadian-kejadian yang di dalamnya


memuat ide, konsep, prosedur dan prinsip yang dapat dipelajari, dianalisis dan diuji
kebenarannya. Belajar merupakan aktivitas yang dilakukan seseorang untuk
mendapatkan perubahan dalam dirinya melalui pelatihan-pelatihan atau pengalaman-
pengalaman. Belajar dapat membawa perubahan pada si pelaku, baik perubahan
pengetahuan, sikap, maupun keterampilan. Jadi teori belajar adalah sebuah konsep
yang abstrak yang membantu peserta didik untuk belajar.

B. Macam-macam Teori Belajar

1. Teori Behaviouristik
Menurut teori Behaviouristik, belajar adalah perubahan dalam tingkah laku sebagai
akibat dari interaksi antara stimulus dan respons. Atau dengan kata lain, belajar
adalah perubahan yang dialami siswa dalam hal kemampuannya untuk bertingkah
laku dengan cara yang baru sebagai hasil interaksi antara stimulus dan respons.
Para ahli yang banyak berkarya dalam aliran ini antara lain:

a. Thorndike
Menurut Thorndike (1911), salah seorang pendiri aliran tingkah laku, belajar
adalah proses interaksi antara stimulus (yang mungkin berupa pikiran, perasaan,
atau gerakan) dan respons (yang juga bisa berupa pikiran, perasaan, atau
gerakan).

b. Watson
Berbeda dengan Thorndike, menurut Watson pelopor yang datang sesudah
Thorndike, stimulus dan respons tersebut harus berbentuk tingkah laku yang
“bisa diamati” (Observable) . Dengan kata lain, Watson mengabaikan berbagai

3
perubahan mental yang mungkin terjadi dalam belajar dan menganggapnya
sebagai faktor yang tidak perlu diketahui.

c. Clark Hull
Menurut Hull, tingkah laku seseorang berfungsi untuk menjaga kelangsungan
hidup. Oleh karena itu, dalam teori Hull, kebutuhan biologis dan pemuasan
kebutuhan biologis menempati posisi sentral. Kebutuhan dikonsepkan sebagai
dorongan, seperti lapar, haus, tidur, hilangnya rasa nyeri, dan sebagainya.
Stimulus hampir selalu dikaitkan dengan kebutuhan biologis ini, meskipun
respons mungkin bermacam-macam bentuknya.

d. Skinner
Menurut Skinner, deskripsi hubungan antara stimulus dan respons untuk
menjelaskan perubahan tingkah laku (dalam hubungannya dengan lingkungan)
menurut versi Watson adalah deskripsi yang tidak lengkap. Respons yang
diberikan oleh siswa tidaklah sesederhana itu, sebab pada dasarnya setiap
stimulus yang diberikan juga menghasilkan berbagai konsekuensi, yang pada
gilirannya akan mempengaruhi tingkah laku siswa.

2. Teori Kognitif
Teori belajar kognitif merupakan suatu teori belajar yang lebih mementingkan
proses belajar daripada hasil belajar itu sendiri. Bagi penganut aliran ini, belajar
tidak sekadar melibatkan hubungan antara stimulus dan respons. Namun lebih dari
itu, belajar melibatkan proses berpikir yang sangat kompleks.
Menurut teori ini, ilmu pengetahuan dibangun dalam diri seorang individu melalui
proses interaksi yang berkesinambungan dengan lingkungan. Proses ini tidak
berjalan terpatah-patah, terpisah-pisah, tetapi melalui proses yang mengalir,
bersambung-sambung, menyeluruh.
Dalam praktik, teori ini antara lain terwujud dalam “tahap-tahap perkembangan”
yang diusulkan oleh Jean Piaget, “belajar bermakna”nya Ausubel, dan “belajar
penemuan secara bebas” (free discovery learning) oleh Jerome Bruner.

4
a. Piaget
Menurut Jean Piaget (1975), bahwa proses belajar sebenarnya terdiri dari tiga
tahapan, yakni (1) asimilasi, (2) akomodasi, (3) equilibrasi (penyimpangan) .
Proses asimilasi adalah proses penyatuan informasi baru ke struktur kognitif
yang sudah ada dalam benak siswa. Akomodasi adalah penyesuaian struktur
kognitif ke dalam situasi yang baru. Equilibrasi adalah penyesuaian
berkesinambungan antara asimilasi dan akomodasi.

b. Ausubel
Menurut Ausubel (1968), siswa akan belajar dengan baik jika apa yang disebut
“pengatur kemajuan (belajar)” (Advance Organizers) didefinisikan dan
dipresentasikan dengan baik dan tepat kepada siswa.
Ausubel percaya bahwa “advance organizers” dapat memberikan tiga macam
manfaat, yakni:
1). dapat menyediakan suatu kerangka konseptual untuk materi belajar yang
akan dipelajari oleh siswa;
2). dapat berfungsi sebagai jembatan yang menghubungkan antara apa yang
sedang dipelajari siswa “saat ini” dengan apa yang “akan” dipelajari siswa;
3). mampu membantu siswa untuk memahami bahan belajar secara lebih
mudah.

c. Bruner
Menurut Bruner, proses belajar akan berjalan dengan baik dan kreatif jika guru
memberi kesempatan kepada siswa untuk menemukan suatu aturan (termasuk
konsep, teori, definisi, dan sebagainya) melalui contoh-contoh yang
menggambarkan (mewakili) aturan yang menjadi sumbernya. Dengan kata lain,
siswa dibimbing secara induktif untuk memahami suatu kebenaran umum.

3. Teori Humanistik
Bagi penganut teori ini, proses belajar harus berhulu dan bermuara pada manusia
itu sendiri. Meskipun teori ini sangat menekankan pentingnya “isi” dari proses
belajar, dalam kenyataan teori ini lebih banyak berbicara tentang pendidikan dan
proses belajar dalam bentuknya yang paling ideal. Dengan kata lain, teori ini lebih

5
tertarik pada ide belajar dalam bentuknya yang paling ideal daripada belajar seperti
apa adanya, seperti apa yang biasa kita amati dalam dunia keseharian. Teori ini
terwujud dalam teori Bloom dan Krathwohl dalam bentuk Taksonomi Bloom. Selain
itu, empat pakar lain yang juga termasuk ke dalam kubu teori ini adalah Kolb,
Honey, dan Mumford, serta Hibermas, yang masing-masing pendapatnya akan
dibahas berikut ini.

a. Bloom dan Krathwohl


Dalam hal ini, bloom dan Krathwohl menunjukkan apa yang mungkin dikuasasi
oleh siswa, yang tercakup dalam tiga kawasan berikut.
1).Kognitif
Kognitif  terdiri dari enam tingkatan, yaitu

 pengetahuan (mengingat, menghafal).


 pemahaman (menginterpretasikan).
 aplikasi (menggunakan konsep untuk memecahkan suatu masalah).
 analisis (menjabarkan suatu konsep).
 sintesis (menggabungkan bagian-bagian konsep menjadi suatu konsep
utuh).
 evaluasi (membandingkan nilai, ide, metode, dan sebagainya).

2). Psikomotor
Psikomotor terdiri dari lima tingkatan, yaitu
 peniruan
 penggunaan
 ketepatan
 perangkaian
 naturalisasi.

3). Afektif
Afektif terdiri dari lima tingkatan, yaitu
 pengenalan

6
 merespons
 penghargaan
 pengorganisasian
 pengamalan.

Pada tingkatan yang lebih praktis, taksonomi ini telah banyak membantu
praktisi pendidikan untuk memformulasikan tujuan-tujuan belajar dalam
bahasa yang mudah dipahami, operasional, serta dapat diukur.

b. Kolb
Sementara itu, seorang ahli lain yang bernama Kolb membagi tahapan belajar
menjadi empat tahap, yaitu
1) pengalaman konkret;
2) pengamatan aktif dan reflektif;
3) konseptualisasi;
4) eksperimentasi aktif.
Pada tahap pertama dalam proses belajar, seorang siswa hanya mampu
sekadar ikut mengalami suatu kejadian.
Pada tahap kedua, siswa tersebut lambat laun mampu mengadakan observasi
aktif terhadap kejadian itu, serta mulai berusaha memikirkan dan memahaminya.
Pada tahap ketiga, siswa mulai belajar untuk membuat abstraksi atau “teori”
tentang sesuatu hal yang pernah diamatinya.
Pada tahap akhir, siswa sudah mampu mengaplikasikan suatu aturan umum ke
situasi yang baru.

c. Honey dan Mumford


Berdasarkan teori ini, mereka menggolongkan empat macam tipe siswa, yakni
aktivis, reflektor, teoris, dan pragmatis. Ciri siswa yang bertipe aktivis adalah
mereka yang suka melibatkan diri pada pengalaman-pengalaman baru. Mereka
cenderung berpikiran terbuka dan mudah diajak berdialog. Untuk siswa yang
bertipe reflektor, sebaliknya , cenderung sangat berhati-hati mengambil langkah.
Dalam proses pengambilan keputusan, siswa tipe ini cenderung “konservatif”

7
dalam arti mereka lebih suka menimbang-nimbang secara cermat, baik buruk
suatu keputusan. Sedangkan siswa yang bertipe teoris biasanya sangat kritis,
senang menganalisis, dan tidak menyukai pendapat, atau penilaian yang sifatnya
subjektif. Bagi mereka, berpikir secara rasional adalah sesuatu yang sangat
penting. Untuk siswa yang bertipe pragmatis biasanya menaruh perhatian besar
pada aspek-aspek praktis dari segala hal. Teori memang penting kata mereka.
Kebanyakan siswa dengan tipe ini tidak suka berlarut-larut dalam membahas
aspek teoritis filosofis dari sesuatu. Bagi mereka, sesuatu dikatakan ada
gunanya dan baik jika hanya bisa dipraktikkan.

d. Habermas
Menurutnya belajar sangat dipengaruhi oleh interaksi, baik dengan lingkungan
maupun dengan sesama manusia. Dengan asumsi ini, Habermas
mengelompokkan tipe belajar menjadi tiga bagian yaitu
1. belajar teknis (technical learning);
2. belajar praktis (practical learning);
3. belajar emansipatoris (emancipatory learning).
Dalam belajar teknis, siswa belajar bagaimana berinteraksi dengan alam
sekelilingnya. Mereka berusaha menguasai dan mengelola alam dengan cara
mempelajari keterampilan dan pengetahuan yang dibutuhkan untuk itu.
Dalam belajar praktis, siswa juga belajar berinteraksi, tetapi pada tahap ini yang
lebih dipentingkan adalah interaksi antara dia dengan orang-orang sekelilingnya.
Pada tahap ini, pemahaman siswa terhadap alam tidak berhenti, sebagai suatu
pemahaman yang kering dan terlepas kaitannya dengan manusia.
Sedangkan dalam belajar emansipatoris, siswa berusaha mencapai pemahaman
dan kesadaran yang sebaik mungkin tentang perubahan kulturasi dari suatu
lingkungan. Bagi Habermas, pemahaman dan kesadaran terhadap transformasi
kultural ini dianggap tahap belajar yang paling tinggi, sebab transformasi kultural
inilah yang dianggap sebagai tujuan pendidikan yang paling tinggi.

4. Teori Sibernetik
Teori ini berkembang sejalan dengan perkembangan ilmu informasi. Menurut teori

8
ini belajar adalah pengolahan informasi. Teori ini berasumsi bahwa tidak ada
satupun jenis cara belajar yang ideal untuk segala situasi, sebab cara belajar sangat
ditentukan oleh sistem informasi. Teori ini dikembangkan oleh Landa (dalam bentuk
pendekatan algoritmik dan Neuristik) serta Pask and Scott dengan pembagian tipe
siswa yaitu tipe Wholist dan tipe Ferialist.Teori sibernetik ini dikritik karena lebih
menekankan pada sistem informasi yang akan dipelajari, tetapi kurang
memperhatikan bagaimana proses belajar berlangsung sehingga untuk selanjutnya
banyak yang berasumsi bahwa teori ini sulit untuk dipraktikkan.

C. Implikasi Teori Belajar dalam Pembelajaran


Implikasi teori belajar merupakan suatu bagian terpenting dari teknologi pendidikan
yang memiliki potensi cukup besar dalam mengoptimalisasikan peningkatan pendidikan
dengan memanfaatkan faktor-faktor yang tersedia yaitu sarana dan prasarana. Dengan
memfungsikan hubungan antara keterkaitan antar sistem berbagai sarana maupun
prasarana yang tersedia menjadi suatu kesatuan dalam sistem pendidikan akan
menghasilkan suatu sistem pendidikan yang dapat mengefisiensikan pengembangan
pendidikan. Adapun implikasi teori-teori belajar dalam pembelajaran di kelas atau
dalam dunia pendidikan adalah:

1. Implikasi Teori Behaviouristik


Implikasi teori belajar behavioristik dalam pembelajaran tergantung dari beberapa
hal seperti tujuan pembelajaran, sifat materi pelajaran, karakteristik siswa, media
dan fasilitas pembelajaran yang tersedia. Pelopor terpenting teori ini antara lain
adalah : Pavlov, Watson, Skinner, Thorndike, Hull, dan Guthrie .
Pembelajaran yang dirancang dan berpijak pada teori behavioristik memandang
bahwa pengetahuan adalah obyektif, pasti, tetap, tidak berubah. Pengetahuan telah
terstruktur dengan rapi, sehingga belajar adalah perolehan pengetahuan,
sedangkan mengajar adalah memindahkan pengetahuan (transfer of knowledge) ke
orang yang belajar atau pelajar. Fungsi mind atau pikiran adalah untuk menjiplak
struktur pengetahuan yang sudah ada melalui proses berpikir yang dapat dianalisis
dan dipilah, sehingga makna yang dihasilkan dari proses berpikir seperti ini

9
ditentukan oleh karakteristik struktur pengetahuan tersebut. Pelajar diharapkan akan
memiliki pemahaman yang sama terhadap pengetahuan yang diajarkan. Artinya,
apa yang dipahami oleh pengajar atau guru itulah yang harus dipahami oleh murid.
Demikian halnya dalam pembelajaran, pelajar dianggap sebagai objek pasif yang
selalu membutuhkan motivasi dan penguatan dari pendidik. Oleh karena itu, para
pendidik mengembangkan kurikulum yang terstruktur dengan menggunakan
standar-standar tertentu dalam proses pembelajaran yang harus dicapai oleh para
pelajar. Begitu juga dalam proses evaluasi belajar, pelajar diukur hanya pada hal-hal
yang nyata dan dapat diamati sehingga hal-hal yang bersifat tidak teramati kurang
dijangkau dalam proses evaluasi. Implikasi dari teori behavioristik dalam proses
pembelajaran dirasakan kurang memberikan ruang gerak yang bebas bagi pelajar
untuk berkreasi, bereksperimentasi dan mengembangkan kemampuannya sendiri.
Karena sistem pembelajaran tersebut bersifat otomatis-mekanis dalam
menghubungkan stimulus dan respon sehingga terkesan seperti kinerja mesin atau
robot. Akibatnya pelajar kurang mampu untuk berkembang sesuai dengan potensi
yang ada pada diri mereka. Karena teori behavioristik memandang bahwa
pengetahuan telah terstruktur rapi dan teratur, maka pelajar atau orang yang belajar
harus dihadapkan pada aturan-aturan yang jelas dan ditetapkan terlebih dulu secara
ketat. Pembiasaan dan disiplin menjadi sangat esensial dalam belajar, sehingga
pembelajaran lebih banyak dikaitkan dengan penegakan disiplin. Kegagalan atau
ketidakmampuan dalam penambahan pengetahuan dikategorikan sebagai
kesalahan yang perlu dihukum dan keberhasilan belajar atau kemampuan
dikategorikan sebagai bentuk perilaku yang pantas diberi hadiah. Demikian juga,
ketaatan pada aturan dipandang sebagai penentu keberhasilan belajar. Pelajar atau
peserta didik adalah objek yang berperilaku sesuai dengan aturan, sehingga kontrol
belajar harus dipegang oleh sistem yang berada di luar diri pelajar.

2. Implikasi Teori Kognitif


Implikasi teori belajar kognitif dalam pembelajaran, guru harus memahami bahwa
siswa bukan sebagai orang dewasa yang mudah dalam proses berpikirnya, anak
usia pra sekolah dan awal sekolah dasar belajar menggunakan benda-benda
konkret, keaktifan siswa sangat dipentingkan, guru menyusun materi dengan

10
menggunakan pola atau logika tertentu dari sederhana ke kompleks, guru
menciptakan pembelajaran yang bermakna, memperhatikan perbedaan individual
siswa untuk mencapai keberhasilan siswa.

3. Implikasi Teori Humanistik


Implikasi teori humanistik dalam pembelajaran, guru lebih mengarahkan siswa untuk
berpikir induktif, mementingkan pengalaman serta membutuhkan keterlibatan siswa
secara aktif dalam proses belajar.

4. Implikasi Teori Sibernetik


Implikasi teori sibernetik terhadap proses pembelajaran hendaknya menarik
perhatian, memberitahukan tujuan pembelajaran kepada siswa, merangsang
kegiatan pada prasyarat belajar, menyajikan bahan perangsang, memberikan
bimbingan belajar, mendorong untuk kerja, dan menilai unjuk kerja.

D. Implementasi Teori-Teori Belajar dalam Perspektif Islam


        Berkenaan dengan teori belajar pendidikan agama Islam, dalam membahas
tentang teori pendidikan dalam Alquran, Abdurrahman Saleh Abdullah (1994:23)
menyatakan bahwa secara nyata, Alquran merupakan sebuah kitab yang banyak
menunjukkan verifikasi-verifikasi ilmiah. Alquran surat Al-Baqarah [2]:3 menyatakan
bahwa beriman kepada yang gaib merupakan bagian dari iman yang mendahului
petunjuk tingkah laku yang dapat diamati secara nyata.
         Selanjutnya Abdurrahman (1994:24) menyatakan bahwa karena asas-asas
dasarnya dipadukan antara satu dengan yang lain, maka teori pendidikan Islam
(termasuk teori belajar pendidikan agama Islam) dapat dinyatakan sebagai teori
terpadu dan menyeluruh di mana asas-asas dasar Alquran membentuk inti prima.
Sejauh Alquran mengandung satu kesatuan pandangan terhadap manusia dan alam
semesta, maka teori pendidikan Islam harus terletak pada dasar satu kesatuan
tersebut.

11
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
       Teori behaviouristik menekankan pada “hasil” daripada proses belajar. Teori
kognitif menekankan pada “proses” belajar. Teori humanistik menekankan pada “isi”
atau apa yang dipelajari. Teori sibernetik menekankan pada “sistem informasi” yang
dipelajari.

B. Saran-saran
        Sebagai seorang pengajar perlu sekali mengetahui teori-teori belajar agar
pendidikan di Indonesia menjadi semakin lebih baik di masa sekarang dan yang akan
datang.kritik dan saran yang membangun sangat kami harapkan,untuk kesempurnaan
makalah ini.

12
DAFTAR PUSTAKA

http://id.wikipedia.org/wiki/Teori_Belajar_Behavioristik#Teori_Belajar_Menurut_Edwin_Guthrie

http://mohamad-haris.blogspot.com/2011/10/teori-belajar-dan-aplikasinya.html

https://www.akseleran.co.id/blog/teoribelajar/#:~:text=Teori%20belajar%20sendiri%20didefinisin
%20sebagai,menimbulkan%20perubahan%20atas%20keadaan%20sebelumnya.

https://epsikologi.com/teori-belajar-dalam-psikologi/

13

Anda mungkin juga menyukai