Anda di halaman 1dari 8

MAKALAH

INTELEGENSI

DOSEN PEMBIMBING

MBO LALI

DISUSUN OLEH:

1. FARADINA HUMAIRA (201910230311130)


2. YUDISTIRA MARTA WINAHYU (201910230311151)
3. SAFIRA ILMI NAFISA (2019102303111512)
4. TASYA DEVANI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

FAKULTAS PSIKOLOGI

PSIKOLOGI

2019/2020

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Intelegensi merupakan kemampuan yang bersifat umum dan potensial. Para ahli tidak
mencapai kesepakatan dalam banyak hal mengenai intelegensi. Definisi-definisi yang
dikemukakan menunjukkan batasan yang tidak serupa. Beberapa ahli yang mengajukan
teorinya mengenai intelegensi, di antaranya adalah Terman, Spearman, Sternberg,
Thurstone, Guilford, dan Gardner. Intelegensi diukur menggunakan tes intelegensi dan
diskala menggunakan ukuran yang dikenal dengan IQ. Skor IQ diinterpretasikan dengan
membandingkan IQ seseorang dengan kelompok sebaya atau kelompok norma.

Dalam makalah ini kita akan membahas tentang intelegensi secara rinci yang dimulai dari
pengertian intelegensi, faktor-faktor yang mempengaruhi intelegensi, ciri-ciri perbuatan
intelegensi, pengukuran test intelegensi, dan kaitannya dengan pendidikan.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Intelegensi
Kata Intelegensi berasal dari Bahasa Latin yaitu “intelligere” yang berarti
menghubungkan atau menyatukan satu sama lain. Menurut Stern dan Claparde,
intelegensi adalah kemampuan untuk menyesuaikan diri secara mental terhadap
situasi atau kondisi baru. Menurut K. Buhler, intelegensi adalah perbuatan yang
disertai dengan pemahaman dan pengertian.
Menurut David Wechsler, mengatakan bahwa intelegensi adalah kapasitas untuk
mengerti lingkungan dan kemampuan akal budi untuk mengatasi tantangan-
tantangannya. Kemudian pada kesempatan lain, David mengatakan bahwa
kemampuan untuk bertindak secara terarah, berpikir secara rasional, dan menghadapi
lingkungannya secara efektif.

Dari batasan yang dikemukakan di atas, dapat kita ketahui bahwa:


a. Intelegensi itu ialah faktor total berbagai macam daya jiwa erat bersangkutan di
dalamnya (ingatan, fantasi, penasaran, perhatian, minat dan sebagainya juga
mempengaruhi intelegensi seseorang).
b. Kita hanya dapat mengetahui intelegensi dari tingkah laku atau perbuatannya yang
tampak. Intelegensi hanya dapat kita ketahui dengan cara tidak langsung melalui
“kelakuan intelegensinya”.
c. Bagi suatu perbuatan intelegensi bukan hanya kemapuan yang dibawa sejak lahir
saja, yang penting faktor-faktor lingkungan dan pendidikan pun memegang peranan.
d. Bahwa manusia itu dalam kehidupannya senantiasa dapat menentukan tujuan-
tujuan yang baru, dapat memikirkan dan menggunakan cara-cara untuk mewujudkan
dan mencapai tujuan itu.
B. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Intelegensi
Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi intelegensi, sehingga intelegensi dapat
berbeda setiap manusia:
1. Pengaruh faktor bawaan
Banyak penelitian menunjukkan bahwa individu-individu yang berasal dari suatu
keluarga, nilai dalam tes IQ mereka berkorelasi tinggi (± 0,50). Diantara kembar
korelasi sangat tinggi (± 0,90), sedang diantara individu-individu yang tidak
bersanak saudara korelasinya sangat rendah (± 0,20). Untuk anak-anak yang
diadopsi masih memiliki korelasi yang tinggi dengan ayah/ibu yang sesungguhnya
(antara + 0,40 sampai + 0,50). Sedangkan korelasi dengan orangtua angkatnya
sangat rendah (+ 0,10 sampai + 0,20). Kemudian, studi terhadap kembar yang
diasuh secara terpisah menunjukkan bahwa IQ mereka tetap berkorelasi sangat
tinggi. Ini menunjukkan bahwa meskipun lingkungan berpengaruh terhadap taraf
kecerdasan seseorang, tetapi banyak hal dalam kecerdasan itu yang tetap tidak
berubah.
2. Pengeruh faktor lingkungan
Intelegensi tidak dapat terlepas dari otak. Gizi yang dikonsumsi sangat
berpengaruh pada perkembangan otak. Oleh karena itu, terdapat hubungan antara
konsumsi makanan yang bergizi dengan intelegensi seseorang. Selain gizi, ada
rangsangan-rangsangan yang bersifat kognitif emosional dari lingkungan juga
memiliki peranan yang sangat penting.
3. Stabilitas intelegensi dan IQ

Intelegensi bukanlah IQ, intelegensi merupakan suatu konsep umum tentang


kemampuan individu, sedangkan IQ hanyalah hasil dari suatu tes intelegensi
tertentu. Stabilitas intelegensi merujuk pada konsep yang umum tentang
kemampuan individu. Intelegensi sangat dipengaruhi oleh perkembangan organik
otak seseorang. Oleh karena itu, sesuai dengan tahap-tahap perkembangan otak,
maka pada masa-masa pertumbuhan (± sampai usia 20 th) akan terjadi
peningkatan intelegensi.

4. Kematangan
Kecerdasan tidak tetap statis, tetapi dapat tumbuh dan berkembang. Tumbuh serta
berkembangnya intelegensi sebagian besar sejalan dengan bertambahnya umur,
perkembangan jasmani dan kemampuan lainnya yang sudah dicapai.
C. Ciri-ciri Intelegensi
Adapun beberapa ciri-ciri intelegensi:
1. Intelegensi tidak bisa dilihat secara langsung, melainkan harus disimpulkan dari
berbagai tindakan nyata yang merupakan manifestasi dari proses berpikir rasional
itu.
2. Intelegensi tercermin dari tindakan yag terarah pada penyesuaian diri terhadap
lingkungan dan pemecahan masalah yang timbul dari padanya.
3. Teori inteligensi terdiri dari suatu faktor G (generator factor), tetapi teori ini
belum diterima secara umum, bisa dikatakan Inteligesi tidak hanya merupkan
suatu kemampuan untuk memecahkan berbagai persoalan dalam bentuk simbol-
simbol. Stabilitas Inteligensi dan IQ
D. Pengukuran Test Intelegensi
Pada tahun 1904, Alfred Binet dan Theodor Simon, 2 orang psikolog Perancis
merancang suatu alat evaluasi yang dapat dipakai untuk mengidentifikasi siswa-siswa
yang memerlukan kelas-kelas khusus (anak-anak yang kurang pandai). Alat tes itu
dinamakan Tes Binnet-Simon. Tes ini kemudian direvisi pada tahun 1911.
Tahun 1916, Lewis Terman, seorang psikolog dari Amerika mengadakan banyak
perbaikan dari Tes Binet-Simon. Sumbangan utamanya adalah menetapkan indeks
numerik yang menyatakan kecerdasan sebagai rasio (perbandingan) antara mental age
dan chronological age. Hasil perbaikan ini disebut Tes Stanford_binet. Indeks seperti
ini sebetulnya telah diperkenalkan oleh psikolog Jerman yang bernama William Stern,
yang kemudian dikenal dengan Intelligence Quotient atau IQ. Tes Stanford_Binet ini
banyak digunakan untuk mengukur kecerdasan anak-anak sampai usia 13 tahun.
Salah satu reaksi atas Tes Binet-Simon atau Tes Stanford-Binet adalah bahwa tes itu
terlalu umum. Seorang tokoh dalam bidang ini, Charles Spearman mengemukakan
bahwa inteligensi tidak hanya terdiri dari satu faktor yang umum saja (General
factor), tetapi juga terdiri dari faktor-faktor yang lebih spesifik. Teori ini disebut teori
faktor (Factor Theory of Intelligence). Alat tes yang dikembangkan menurut teori
faktor ini adalah WAIS (Wechsler Adult Intelligence Scale) untuk orang dewasa, dan
WISC (Wechsler Intelligence Scale for Children) untuk anak-anak.
E. Intelegensi dan Kaitannya dengan Pendidikan
Salah satu tugas yang terpenting dalam penelitian ilmiah, ialah untuk membuktikan
suatu hipotesis yang selanjutnya dapat di jadikan dasar untuk meramalkan kejadian
dimasa mendatang (guilford,1973). Test inteligensi seperti halnya dengan test – test
lainnya tidaklah tepat kalau hanya di gunakan sebagai lebel atau cap bagi seseorang,
tetapi seharusnya di gunakan untuk membantu dalam mengerti atau memahami diri
seseorang. Tujuan sebenarnya dari test – test semacam itu menurut Witherington
(1978), ialah memungkinkan meramalkan kemampuan potensial untuk belajar atau
melakukan pekerjaan sekolah, supaya dengan demikian dapatlah orang menentukan
apa yang sebaiknya dia lakukan selanjutnya.
Bahkan anastasi menulis, bahwa sebagian besar test inteligensi dapat dianggap
sebagai pengukur bakat belajar. Hasil pengukuran inteligensi yang biasanya
dinyatakan dengan IQ dapat merupakan gambaran pendidikan terdahulu yang telah
dicapainya, dan dapat pula merupakan predictor (alat peramal) terhadap hasil
pendidikan dimasa mendatang. Skinner (1958) sependapat dengan pernyataan itu dan
ia mengemukakan bahwa pada umumnya telah di temukan bahwa IQ berguna sebagai
salah satu faktor di dalam memprediksi kesuksesan belajar di sekolah.
Maka jelaslah, bahwa hubungan hasil test inteligensi memang mampu dan berguna
dalam meramalkan kesuksesan belajar di sekolah. Dan tidak di ragukan lagi, bahwa
memprediksi suatu hasil terutama dalam dunia pendidikan memang sangat diperlukan,
apalagi dengan kaitannya terhadap penyeleksian calon siswa ataupun mahasiswa yang
melampui batas tampung sekolah atau perguruan tinggi. Namun harus disadari bahwa
tidak semua test inteligensi cocok unutk di jadikan alat unutk memprediksi sebab
banyak faktor yang dapat mempengaruhi kecocokan penerapan tersebut. Dan harus
pula di sadari dalam meramalkan suatu kesuksesan belajar bahwa belajar itu sendiri
tidak semata – mata sebagai pemanfaatan kemampuan potensial (intelegensia),
melainkan masih banyak faktor yang ikut menentukan hasil dari proses belajar.
Faktor – faktor tersebut antara lain; faktor indogen, yaitu faktor dari dalam individu
itu sendiri , baik faktor fisiologis seperti keadaan jasmani, indera, dan lain – lain,
namun faktor psikologisnya seperti minatnya, kecenderungan pribadinya, dan lain –
lain. Juga faktor eksogeen, yaitu faktor yang berasal dari luar, misalnya ada keributan
dari orang – orang di sekeliling tempat belajar, atau ada gambar seseorang yang dapat
mengganggu konsentrasinya dan faktor – faktor non sosial seperti keadaan alam dan
alat perlengkapan belajar. Jadi jelas hasil test intelugensi bukan jaminan untuk sukses
belajar, akan tatapi sangat bermanfaat untuk meramalkan kemampuan mencapai
sukses dalam belajar.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Secara garis besar dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan inteligensi
adalah suatu kemampuan mental ataupun rohani yang melibatkan proses berpikir
secara rasional untuk meyesuaikan diri kepada situasi yang baru. Oleh karena itu,
inteligensi tidak dapat diamati secara langsung, melainkan harus disimpulkan dari
berbagai tindakan nyata yang merupakan manifestasi dari proses berpikir rasional.
Inteligensi sebagai sebuah kemampuan yang tertanam dalam diri masing-masing
individu dapat ditumbuh kembangkan dengan berbagai cara agar dapat membantu
sebagai daya berpikir yang ada dalam diri setiap individu manusia. Karena tanpa
adanya inteligensi maka pendidikan hampir mustahil untuk dilaksanakan.
B. Saran
Penulis menyadari banyak terdapat kekeliruan dalam penulisan makalah ini, maka
penulis mengharapkan masukan dan kritikan yang membangun dari para
pembaca demi kesempurnaan makalah ini. Atas masukan kritikan dan sarannya,
penulis ucapkan terima kasih.
DAFTAR PUSTAKA

M. Ed, Purwanto. 2010. Intelegensi: Konsep dan Pengukurannya.


https://jurnaldikbud.kemdikbud.go.id/index.php/jpnk/article/view/479 (26 November 2019)
N, Admin. 2018. Pengertian Intelegensi yang Lengkap Ciri, Macam dan Faktor yang
Mempengaruhinya. http://www.markijar.com/2018/12/pengertian-intelegensi-lengkap-
ciri.html (26 November 2019)
Unknown. 2010. http://amintabin.blogspot.com/2010/01/inteligensi-dan-ciri-ciri-
inteligensi.html (26 November 2019)
Andrio, Jimmy. 2013. http://jimmyandrio.blogspot.com/2013/09/makalah-psikologi-
pendidikan.html (26 November 2019)
Azzura, Azzarqa. 2016. http://azzarqa-azzura.blogspot.com/2016/04/makalah-psikologi-
umum-inteligensi.html (26 November 2019)

Anda mungkin juga menyukai