Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH PSIKOLOGI PENDIDIKAN

“ANAK BERBAKAT(PENGERTIAN, CIRI-CIRI, DAN IMPLIKASI PENDIDIKAN)”

Untuk memenuhi tugas pada mata kuliah Psikologi Pendidikan


Dosen pengampu : Rifa’atussalwa Hayati, S.Pd., M.Pd

Disusun Oleh:
Yuliah(2110310008)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA BAHASA DAN


SASTRA INDONESIA
UNIVERSITAS TANGERANG RAYA
2022

1
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Puji syukur penulis ucapkan ke hadirat Allah SWT yang telah memberikan kemudahan
sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini tepat waktu. Tanpa pertolongan;Nya
tentunya penulis tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah ini dengan baik.

Adapun judul penulisan makalah yang penulis sajikan adalah, “Anak


Berbakat(Pengertian, Ciri-Ciri, dan Implikasi Pendididikan)”. Tujuan penulisan makalah ini
dibuat sebagai penilaian mata kuliah Psikologi Pendidikan program S1 Pendidikan Bahasa dan
Sastra Indonesia. Sebagai bahan penulisan diambil berdasarkan beberapa sumber literatur yang
mendukung penulisan ini. Penulis menyadari bahwa tanpa bimbingan dan dorongan dari semua
pihak, maka penulisan makalah ini tidak akan lancar.

Selain itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu dalam proses pembuatan makalah ini ;

1. Rifa’atussalwa Hayati, S.Pd., M.Pd selaku dosen pengampu Mata Kuliah Psikologi
Pendidikan,
2. Seluruh pihak yang memberi informasi baik secara langsung maupun tidak langsung,

Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih
banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, penulis mengharapkan
kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya makalah ini nantinya dapat menjadi
makalah yang lebih baik lagi. Kemudian apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini
penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya.

Tangerang, 07 November 2022

Penulis,

2
DAFTAR ISI

Contents
KATA PENGANTAR ........................................................................................................................... 2
DAFTAR ISI.......................................................................................................................................... 3
BAB I ...................................................................................................................................................... 4
PENDAHULUAN ................................................................................................................................. 4
A. Latar Belakang .......................................................................................................................... 4
B. Rumusan Masalah .................................................................................................................... 5
C. Tujuan Penulisan ...................................................................................................................... 6
BAB II .................................................................................................................................................... 7
PEMBAHASAN .................................................................................................................................... 7
A. Pengertian Anak Berbakat....................................................................................................... 7
a) Definisi versi Amerika .......................................................................................................... 7
b) Definisi versi Indonesia......................................................................................................... 8
B. Ciri-ciri Anak Berbakat ........................................................................................................... 9
C. Karakteristik Anak Berbakat ................................................................................................ 11
D. Identifikasi Anak Berbakat .................................................................................................... 14
E. Pendidikan yang Direkomendasikan .................................................................................... 16
F. Permasalahan yang dihadapi Anak Berbakat...................................................................... 17
G. Implikasi Pendidikan bagi Anak Berbakat ...................................................................... 18
BAB III................................................................................................................................................. 23
PENUTUP ............................................................................................................................................ 23
A. Kesimpulan .............................................................................................................................. 23
B. Saran ........................................................................................................................................ 23
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................................................... 25

3
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Berdasarkan kenyataan secara universal dan alamiah bahwa manusia itu berbeda
satu dengan lainnya dalam berbagai hal, seperti dalam hal intelegensi, bakat, kepribadian,
kondisi jasmani dan sebagainya. Secara historis, keberbakatan diartikan sebagai
mempunyai intelegensi (IQ) yang tinggi . Anak berbakat (gifted child) secara alami
memiliki karakteristik yang khas dan berbeda dengan anak-anak normal. Dalam
keberbakatan (giftedness) seseorang di Indonesia merupakan hal yang tergolong baru,
hanya beberapa orang yang memahami sehingga sering orangtua dan guru memperlakukan
anak berbakat sama dengan anak yang lain maka akibatnya banyak keberbakatan anak
'"menguap" begitu saja.

Karakteristik anak berbakat intinya mencakup beberapa domain penting, seperti


domain intelektual-kognitif, domain persepsiemosi, domain motivasi dan nilaini lai hidup,
domain aktifitas, serta domain relasi sosial. Namun demikian perlu dicatat bahwa tidak
semua anak-anak berbakat (gifted) selalu.

Setiap anak memilki anugrah tersendiri yang diberikan dari sang maha pencipta
kepadanya melalui berbagai cara salah satunya adalah sperti anak yang berbakat. Anugrah
yang diberikan bukan hanya saja berupa keblebihan namun erkadang kekuranganpun
termasuk anugrah dari tuhan yang diberikan kepada umatnya. Setiap kelebihan dan
kekurangan pada manusia pada dasarnya harus di syukuri dan cara yang mensyukuri yang
paling baik adalah dengan mengembangkan kekurangan menjadi suatu kelebihan dan
menjadikan kelebihan sebagai sebagai perantara untuk membantu orang lain dalam hal
kebaikan.

Keberbakatan hingga kini masih menjadi wacana yang sangat menarik, baik bagi
yang terlibat langsung dengan persoalan keberbakatan maupun yang tidak. Bahkan menjadi
lebih menarik lagi, karena banyak terjadi miskonsepsi terhadap keberbakatan. Secara
umum “Keberbakatan dapat diartikan sebagai kemampuan unggul yang memungkinkan
seseorang berinteraksi dengan lingkungan dengan tingkat prestasi dan kreativitas yang
sangat tinggi.”

4
Dari peranyataan tersebut dapat dipahami bahwa pertama, keberbakatan merupakan
suatu kualitas yang dibawa sejak lahir (dengan kata lain keberbakatan itu bersifat alamiah),
dan kedua, bahwa lingkungan keberbakatan adalah arena di mana anak berbakat
memainkan peran didalamnya). Karena itulah dapat dikatakan bahwa tingkat prestasi dan
kreativitas yang tinggi dihasilkan dari interaksi yang terus menerus dan fungsional antara
kemampuan dan karakteristik yang dibawa seseorang dari lahir dan yang diperoleh selama
dalam kehidupannya. Perhatian terhadap pendidikan anak berbakat sebenarnya sudah
dikenal sejak 2000 tahun yang lalu. Misalnya, Plato pernah menyerukan agar anak-anak
berbakat dikumpulkan dan dididik secara khusus karena mereka ini diharapkan bakal
menjadi pemimpin negara dalam segala bidang pemerintahan. Oleh karena itu, mereka
dibekali ilmu pengetahuan yang dapat menunjang tugas mereka (Rohman Natawijaya,
1979). Demikian pula di Indonesia, kehadiran mereka sudah dikenal sejak dulu. Banyak
sekolah yang menerapkan sistem loncat kelas atau dapat naik ke kelas berikutnya lebih
cepat meskipun waktu kenaikan kelas belum saatnya. Perhatian yang lebih serius dan
formal tersurat dalam UUSPN No. 2 Tahun 1989 bahwa peserta didik yang memiliki
kemampuan dan kecerdasan luar biasa berhak memperoleh pendidikan khusus untuk
mengembangkan potensi anak-anak tersebut secara optimal.

Anak berbakat tidak mengalami kecacatan, seperti anak tunanetra, tunarungu, dan
tunagrahita. Walaupun diantara anak berbakat ada yang menyandang kelainan, tetapi
kelainan itu bukan pada terhambatnya kecerdasan. Agar anak berbakat yang mempunyai
potensi unggul tersebut dapat mengembangkan potensinya dibutuhkan program dan
layanan pendidikan secara khusus. Mereka lahir dengan membawa potensi luar biasa yang
berarti telah membawa kebermaknaan hidup. Oleh karena itu, tugas pendidikan adalah
mengembangkan kebermaknaan tersebut secara optimal sehingga mereka dapat berkiprah
dalam memajukan bangsa dan negara.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan anak berbakat?
2. Apa saja ciri-ciri anak berbakat?
3. Apa saja karakteristik anak berbakat?
4. Bagaimana identifikasi pada anak berbakat?
5. Pendidikan apa yang direkomendasikan pada anak berbakat?
6. Apa saja kesulitan atau permasalahan anak berbakat?

5
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui pengertian anak berbakat secara luas
2. Mengetahui ciri-ciri anak berbakat
3. Mengetahui bagaimana karakteristik anak berbakat
4. Dapat mengetahui bagaimana identifikasi pada anak berbakat
5. Mengetahui Pendidikan apa saja yang direkomendasikan untuk anak berbakat
6. Dapat mengetahui permasalahan apa yang dihadapi anak berbakat

6
BAB II

PEMBAHASAN
A. Pengertian Anak Berbakat
Pengertian dan definisi mengenai anak berbakat sangat beragam. Keragaman
itu sangat tergantung dari perkembangan pandangan masyarakat terhadap
keberbakatan. Beberapa definisi keberbakatan dapat dikemukakan sebagai berikut.
a) Definisi versi Amerika
Pengertian berbakat di Amerika Serikat pada dasarnya dikaitkan dengan skor tes
inteligensia Stanford Binet yang dikembangkan oleh Terman setelah Perang Dunia I.
Dalam hasil tesnya itu, anak-anak yang memiliki skor IQ 130 atau 140 dinyatakan
sebagai anak berbakat (Kirk & Gallagher, 1979:6). Sekitar tahun 1950 pengertian
tersebut mulai berkembang ketika para pendidik di Amerika Serikat berusaha
memberikan pengertian yang lebih luas tentang anak berbakat.
Pada waktu itu yang dimaksud dengan anak berbakat (gifted dan talented) ialah
mereka yang menunjukkan secara konsisten penampilan luar biasa hebat dalam suatu
bidang yang berfaedah (Henry, seperti dikutip oleh Kirk dan Gallagher, 1979:61).
Adapun definisi yang digunakan dalam Public Law 97-135 yang disahkan oleh Kongres
Amerika Serikat pada tahun 1981, yang dimaksud dengan anak berbakat (gifted and
talented) ialah berikut ini.
Anak yang menunjukkan kemampuan/penampilan yang tinggi dalam bidang-
bidang, seperti intelektual, kreatif, seni, kapasitas kepemimpinan atau bidang-bidang,
akademik khusus, dan yang memerlukan pelayanan-pelayanan atau aktivitas-aktivitas
yang tidak biasa disediakan oleh sekolah agar tiap kemampuan berkembang secara
penuh (Clark, 1983:5).
Bertolak dari hasil penelitian tentang proses belajar maka Clark (1983:6)
mengemukakan definisi keberbakatan sebagai berikut.
Keberbakatan adalah suatu konsep yang berakar biologis, suatu nama dari
inteligensia taraf tinggi sebagai hasil dari integrasi yang maju cepat dari fungsi-fungsi
dalam otak meliputi pengindraan (physical sensing), emosi, kognisi, dan intuisi.
Fungsi yang maju dan cepat tersebut mungkin diekspresikan dalam bentuk
kemampuan-kemampuan yang melibatkan kognisi, kreativitas, kecakapan akademik,
kepemimpinan atau seni rupa dan seni pertunjukan. Oleh karena itu, dengan inteligensia
ini individu berbakat menampilkan atau menjanjikan harapan untuk menampilkan

7
inteligensia pada taraf tinggi. Oleh karena kemajuan dan percepatan perkembangan
tersebut, individu memerlukan pelayanan dan aktivitas khusus yang disediakan oleh
sekolah agar kemampuan mereka berkembang secara optimal.
Definisi formal yang dikemukakan oleh Francoya Gagne adalah sebagai berikut:
Giftedness berhubungan dengan kecakapan yang secara jelas berada di atas rata-rata
dalam satu atau lebih rendah (domains) bakat manusia. Talented berhubungan dengan
penampilan (performance) yang secara jelas berbeda di atas rata-rata dalam satu atau
lebih bidang aktivitas manusia” (Gagne dalam Calongelo dan Davis, 1991:65).

b) Definisi versi Indonesia


Adapun definisi berbakat versi Indonesia, seperti dirumuskan dalam
seminar/lokakarya Program alternatives for the gifted and talented yang
diselenggarakan di Jakarta (1982) bahwa yang disebut anak berbakat adalah mereka
yang didefinisikan oleh orang-orang profesional mampu mencapai prestasi yang tinggi
karena memiliki kemampuan-kemampuan luar biasa. Mereka menonjol secara
konsisten dalam salah satu atau beberapa bidang, meliputi bidang intelektual umum,
bidang kreativitas, bidang seni/kinetik, dan bidang psikososial/kepemimpinan. Mereka
memerlukan program pendidikan yang berdiferensiasi dan/atau pelayanan di luar
jangkauan program sekolah biasa, agar dapat merealisasikan turunan mereka terhadap
masyarakat maupun terhadap diri sendiri. (Utami Munandar, 1995:41).
Rumusan di atas mengandung implikasi bahwa (a) bakat merupakan potensi yang
memungkinkan seorang berpartisipasi tinggi, (b) terdapat perbedaan antara bakat
sebagai potensi yang belum terwujud dengan bakat yang sudah terwujud dan nyata
dalam prestasi yang unggul, ini berarti anak berbakat yang underachiever juga
diidentifikasi sebagai anak berbakat, (c) terdapat keragaman dalam bakat, (d) ada
kecenderungan bahwa bakat hanya akan muncul dalam salah satu bidang kemampuan,
dan (e) perlunya layanan pendidikan khusus di luar jangkauan pendidikan biasa.
Dalam UUSPN No. 2 Tahun 1989, yang disebut anak berbakat adalah “warga negara
yang memiliki kemampuan dan kecerdasan luar biasa”. Kecerdasan berhubungan
dengan perkembangan kemampuan intelektual, sedangkan kemampuan luar biasa tidak
hanya terbatas pada kemampuan intelektual. Jenis-jenis kemampuan dan kecerdasan
luar biasa yang dimaksud dalam batasan ini meliputi (a) kemampuan intelektual umum
dan akademik khusus, (b) berpikir kreatif-produktif, (c) psikososial/ kepemimpinan, (d)
seni/kinestetik, dan (e) psikomotor.

8
Berdasarkan beberapa definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa anak berbakat
adalah anak yang mempunyai kemampuan yang unggul dari anak rata-rata/normal baik
dalam kemampuan intelektual maupun nonintelektual sehingga mereka membutuhkan
layanan pendidikan secara khusus. Moh. Amin (1996) menyimpulkan bahwa
keberbakatan merupakan istilah yang berdimensi banyak. Keberbakatan bukan semata-
mata karena seseorang memiliki inteligensia tinggi melainkan ditentukan oleh banyak
faktor.
Berdasarkan teori Triarchic, pada prinsipnya ada 3 macam keberbakatan:

1. Analitik, yakni bakat dalam memilah masalah dan memahami bagian-bagian dari
masalah tersebut.
2. Sintetik, yakni bakat dalam kemampuan intuitif, kreatif dan cakap dalam mengatasi
situasi-situasi tertentu.
3. Praktis, yakni bakat dalam analitik maupun sintetik dalam kehidupan sehari-hari.

B. Ciri-ciri Anak Berbakat


Menurut banyak pakar psikologi anak (dalam Rini, 2009) ciri-ciri anak
berbakat dapat dilihat dari sebagai berikut:

1. Keterampilan motorik lebih cepat


Anak berbakat pada umumnya mengalami perkembangan motorik yang lebih
cepat dibandingkan anak biasa. Perkembangan motorik dapat dilihat dari
kemampuannya dalam berbicara, berjalan, maupun membaca. Misalnya, secara normal,
anak dapat berjalan pada usia 12,5 bulan. Namun, bagi anak berbakat, ia sudah dapat
berjalan pada umur 8 bulan. Anak berbakat juga suka menjelajah sesuatu yang bagian
menarik, misalnya mempreteli barang-barang karena rasa ingin tahunya yang besar.
Anak berbakat lebih cepat mengeluarkan suara, lebih cepat berbicara mengeluarkan
bahasa dengan cara bermakna, dapat terseyum pada orang lain, banyak bertanya dan
dapat meniru kata-kata dengan lancar.
2. Perkembangan lebih cepat
Bakat anak berkaitan dengan kerja otak kanan karena belahan otak kanan
berhubungan intuisi, kemampuan dan kreativitas. Sementara itu, belahan otak kiri
berhubungan dengan kecerdasan. Menurut Tabloid Nakita (dalam Rini, 2009), untuk
mengenali bakat anak dapat dilihat dari ke-3 kelompok ciri-ciri berikut:
• Intelektual.

9
Anak yang berbakat mudah menangkap pelajaran, berpikir logis, memiliki ingatan dan
penalaran yang baik, kosakatanya banyak, senang membaca, senang mengamati,
berkonsentrasi dalam belajar dan membaca pada usia muda.
• Kreatifitas.
Anak yang berbakat memiliki banyak gagasan/ide, menonjol dalam satu atau lebih
bidang seni, tidak mudah terpengaruhi orang lain, daya imajinasi kuat, memiliki rasa
humor tinggi, dapat bekerja sendiri, senang mencoba hal-hal baru, dan mampu merinci
satu gagasan. Ia juga sangat kreatif, senang menciptakan sesuatu. Anak kreatif
cenderung memakai permainan buatanya sendiri ketimbang dibelikan oleh orang tua.
• Motivasi.
Anak yang berbakat pada umumnya tidak mudah bosan dan putus asa dalam bekerja,
tekun menghadapi tugas, ingin mendalami bidang ilmu yang diberikan, tidak
memerlukan dorongan dari luar untuk berprestasi, dapat mempertahankan pendapat,
serta senang mencari dan memecahkan soal-soal.
3. Kaya kosakata
Anak yang berbakat menujukan penguasaan bahasa yang lebih kaya dibanding
anak-anak seusianya. Ia akan lebih ceriwis dan menyukai buku serta gambar.
4. Lebih aktif
Anak yang berbakat memiliki sikap yang lebih aktif. Hal ini yang menyebabkan
ia memiliki waktu tidur yang relatif lebih pendek dengan masa aktif. Kebanyakan anak
yang berbakat jarang tidur siang dan lebih suka bergadang dibandingkan menghabiskan
waktu untuk tidur tanpa menghasilkan apa-apa.
5. Menyenangi hal-hal menarik
Anak yang berbakat biasanya sangat bersemangat dalam mempelajari hal-hal
baru, dan tidak begitu saja menuruti intruksi atau aturan yang diberikan. Ia mempunyai
inisiatif untuk mencoba suatu mainan.

Selain itu, ciri anak berbakat di ungkap oleh (Muhammad, 2010) berdasarkan
hasil seminar tentang anak berbakat di jakarta dapat ia disimpulkan ciri-ciri anak
berbakat sebagai berikut:

a) Ciri-ciri fisik
Anak berbakat memiliki ciri-ciri fisik seperti:
o sehat jasmani,
o perkembangan psikomotorik lebih cepat dari rata-rata.

10
b) Ciri-ciri emosional
Anak berbakat memiliki ciri-ciri emosional seperti:
o peka terhadap situasi di sekelilingnya,
o mempunyai kepercayaan diri yang kuat,
o menyukai hal-hal yang baru,
o tangguh dalam mewujudkan keinginannya sampai benar-benar terwujud.
c) Ciri-ciri mental intelektual
Anak berbakat memiliki ciri-ciri mental intelektual seperti:
o anak berbicara lebih dini,
o anak mempunyai daya tanggap dan pemahaman yang lebih luas dan cepat,
o anak mempunyai hasrat keingintahuan yang lebih besar dibandingkan dengan
anak-anak lainnya,
o anak mempunyai usia mental yang lebih tinngi,
o kreatif,
o mandiri dalam bekerja dan belajar serta mempunyai cara belajar yang khas.
d) Ciri-ciri sosial
Anak berbakat memiliki ciri-ciri sosial seperti:
o suka permainan yang mengandung pemecahan masalah,
o senang bergaul dengan orang yang usianya lebih tua,
o suka bekerja sendiri.

C. Karakteristik Anak Berbakat


Karakteristik anak berbakat ditinjau dari segi akademik, sosial/emosi, dan
fisik/kesehatan.

1. Karakteristik akademik
Roe, seperti dikutip oleh Zaenal Alimin (1996) mengidentifikasikan
karakteristik keberbakatan akademik adalah sebagai berikut.
a) memiliki ketekunan dan rasa ingin tahu yang benar,
b) keranjingan membaca,
c) menikmati sekolah dan belajar.

Sedangkan Kitano dan Kirby (1986) yang dikutip oleh Mulyono Abdurrahman
(1994) mengemukakan karakteristik keberbakatan bidang akademik adalah

11
a) memiliki perhatian yang lama terhadap suatu bidang akademik khusus,
b) memiliki pemahaman yang sangat maju tentang konsep, metode, dan
terminologi dari bidang akademik khusus,
c) mampu mengaplikasikan berbagai konsep dari bidang akademik khusus yang
dipelajari pada aktivitas-aktivitas bidang lain,
d) kesediaan mencurahkan sejumlah besar perhatian dan usaha untuk mencapai
standar yang lebih tinggi dalam suatu bidang akademik,
e) memiliki sifat kompetitif yang tinggi dalam suatu bidang akademik dan
motivasi yang tinggi untuk berbuat yang terbaik, dan
f) belajar dengan cepat dalam suatu bidang akademik khusus. Salah satu contoh
yang digambarkan oleh Kirk (1986) bahwa Seorang anak berbakat berusia 10
tahun, ia memiliki kemampuan akademik dalam hal membaca sama dengan
anak normal usia 14 tahun, dan berhitung sama dengan usia 11 tahun. Anak ini
memiliki keberbakatan dalam membaca.
2. Karakteristik sosial/emosi
Ada beberapa ciri individu yang memiliki keberbakatan sosial, yaitu
a) diterima oleh mayoritas dari teman-teman sebaya dan orang dewasa,
b) keterlibatan mereka dalam berbagai kegiatan sosial, mereka memberikan
sumbangan positif dan konstruktif,
c) kecenderungan dipandang sebagai juru pemisah dalam pertengkaran dan
pengambil kebijakan oleh teman sebayanya,
d) memiliki kepercayaan tentang kesamaan derajat semua orang dan jujur,
e) perilakunya tidak defensif dan memiliki tenggang rasa,
f) bebas dari tekanan emosi dan mampu mengontrol ekspresi emosional sehingga
relevan dengan situasi,
g) mampu mempertahankan hubungan abadi dengan teman sebaya dan orang
dewasa,
h) mampu merangsang perilaku produktif bagi orang lain, dan
i) memiliki kapasitas yang luar biasa untuk menanggulangi situasi sosial dengan
cerdas, dan humor. Dicontohkan pula oleh Kirk bahwa anak yang berbakat
dalam hal sosial dan emosi, bahwa seorang anak berusia 10 tahun
memperlihatkan kemampuan penyesuaian sosial dan emosi (sikap periang,
bersemangat, kooperatif, bertanggung jawab, mengerjakan tugasnya dengan
baik, membantu temannya yang kurang mampu, dan akrab dalam bermain).
12
Sikapsikap yang diperlihatkannya itu sama dengan sikap anak normal usia 16
tahun.
3. Karakteristik fisik/kesehatan
Dalam segi fisik, anak berbakat memperlihatkan
a) memiliki penampilan yang menarik dan rapi,
b) kesehatannya berada lebih baik atau di atas rata-rata, (studi longitudinal Terman
dalam Samuel A. Kirk, 1986). Dicontohkan pula oleh Kirk bahwa Seorang anak
berbakat usia 10 tahun memiliki tinggi dan berat badan sama dengan usianya.
Yang menunjukkan perbedaan adalah koordinasi geraknya sama dengan anak
normal usia 12 tahun. Mereka juga memperlihatkan sifat rapi.

Karakteristik anak berbakat secara umum, seperti yang dikemukakan oleh


Renzulli, 1981 (dalam Sisk, 1987) menyatakan bahwa keberbakatan (giftedness)
menunjukkan keterkaitan antara 3 kelompok ciri-ciri, yaitu

a) kemampuan kecerdasan jauh di atas rata-rata,


b) kreativitas tinggi dan
c) tanggung jawab atau pengikatan diri terhadap tugas (task commitment).
Masing-masing ciri mempunyai peran yang menentukan.
Seseorang dikatakan berbakat intelektual jika mempunyai inteligensia tinggi.
Sedangkan kreativitas adalah sebagai kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang
baru, memberikan gagasan baru, kemampuan untuk melihat hubungan-hubungan
yang baru antara unsur-unsur yang sudah ada. Demikian pula berlaku bagi
pengikatan diri terhadap tugas. Hal inilah yang mendorong seseorang untuk tekun
dan ulet meskipun mengalami berbagai rintangan dan hambatan karena ia telah
mengikatkan diri pada tugas atas kehendaknya sendiri.

Menurut Treffinger (1981), mengemukakan sejumlah karateristik unik anak


berbakat ialah bahwa anak berbakat memiliki karateristik berikut:

1) Rasa ingin tahu yang tinggi (Curiosity),


2) Berimajinasi (Imagination),
3) Produktif (Productivity),
4) Independen dalam berpikir dan menilai (Independence in thought and judgement),

5) Mau mengeluarkan biaya lebih untuk mendapatkan informasi dan mewujudkan ide-
ide (Extensive fund of information and ideas),

13
6) Memiliki ketekunan (Persistence),

7) Bersikukuh dalam menyelesaikan masalah (Commitment to selving problems),

8) Berkonsentrasi ke masa depan dan hal-hal yang belum diketahui (Concern with the
future and the unknown), tidak hanyut pada masa lalu, terpaku hari ini, atau cepat puas
pada hal-hal yang sudah diketahui (not merely with the past, the present, or the know).

D. Identifikasi Anak Berbakat


Menurut Swassing (1985) identifikasi mempunyai dua konsep yaitu konsep
penyaringan ( screening) dan identifikasi aktual (actual identification). Produk dari
proses penyaringan ialah pemisahan antara anak-anak yang diperkirakan sebagai
anakberbakat dan yang bukan berbakat. Sedangkan identifikasi identifikasi aktual ialah
proses penelitian penelitian lebih mendalam lagi tentang karakteristik kelompok anak-
anak yang telah ditetapkan sebagai kandidat anak berbakat.

Prosedur yang digunakan dalam proses identifikasi bersifat non diskrimatif,


dikaitkan dengan ras, latar belakang ekonomi, suku, dan kondisi kecacatan. Dalam
rangka identifikasi ABA, ada dua langkah penting, yaitu penjaringan(screening) dan
asesmen(Assesment).

1. Penjaringan(screening).
a. Nominasi Guru
Observasi guru memungkinkan evaluasii berkembangsepanjang waktu. Guru dapat
mempertimbangkan cara siswa memecahkan masalah, seperti juga mempertimbangkan
jawabannya. Guru dapat juga melihat bagaimana siswa menggunakan menggunakan
waktunya waktunya, dan bagaimana bagaimana beberapa ndikator keberbakatan yang
telah dikutif untuk diterapkannya. Juga, meminta siswa menjawab siapa yang paling
pintar dan paling membantu di antara mereka dapat membantu guru dalam melakukan
identifikasi, termasuk melakukan sosiometri.
b. Nominasi Orang tua.
Orang tua dapat memungkinkan pemberian rekomendasi berdasarkan pengamatannya
yang lama terhadap bakat yang dimiliki anak. Berkaitang dengan itu orang tua dapat
memperhatikan tingkat penguasaan penguasaan anak dalam tugas intelektual
intelektual, minat dan keingintahuan yang bervariasi. Pada kenyataannya, menyuruh

14
orang tua untuk mempertimbangkan bakat anak adalah suatu cara yang baik untuk
melibatkan orang tua dalam memberikan informasi yang sangat berharga bagi
pemahaman anak yang lebih konprihensif.
c. Nominasi teman sebaya(peer nomination).
Penunjukkan teman sebaya dapat memberikan informasi tentang keunggulan anak
berbakat dalam sekolah. Baik berkenaan dengan keunggulan akademik maupun bidang
non akademik, terutama kemampuan anak memecahkan masalah, kemampuan
kepemimpinan, dan sikap kejujuran anak.
d. Prestasi akademik anak
Posisi anak pada saat diidentifikasi memiliki nilai informasi yang sangat penting,
terutama berkenaan dengan kedudukan prestasi terakhir siswa, disamping sejarah
akademiknya, maupun non akademiknya yang sangat terkait dengan keunggulan anak
dalam kinerjanya.
e. Portopolio
Kemajuan sepanjang waktu yang disertai dengan prestasi keseluruhannya, dapat dinilai
oleh pemantau bahan-bahan yang disimpan dalam portopolionya. Ini memungkinkan
evalusi dalam berbagai bidang, seperti bellajang yng memiliki gaya tertentu tertentu
dan penggunaan penggunaan pengetahuan pengetahuan. Selain itu bahwa portopolio
memungkinkan kegiatan asesmen kreativitas siswa melalui unjuk kinerja dalam
berbagai even yang telah terdokumentasikan. Untuk membantu dalam membakukan
evaluasi portopolio, sekolah dapat mengembangkan suatu daftar kriteria untuk
dipertimbangkan, seperti:Kompleksitas penyajian.
f. Produk kerja atau kinerja yang bagus sekali.
Selama dalam sejarah kehidupan anak, perlu terus ditelusuri produk-produk karya
siswa berbakat, baik yang dihasilksn secara voluntir maupun hasil lomba, yang
dibuktikan dengan piala atau piagam penghargaan penghargaan. Karya -karya mereka
dapat didokumentasikan dengan baik, sehingga dapat dijadikan bukti sebagai karya-
karya yang berprestasi untuk melengkapi bukti-bukti lainnya.
g. Observasi
Pengamatan terhadap perilaku anak berbakat, baik dalam kelas, maupun di luar kelas
terutama berkenaan dengan perilaku-perilaku yang menunjukkan kinerja baik sebagai
pribadi maupun anggota anggota kelompok kelompok, keluarga keluarga, atau
masyarakat masyarakat. Kegiatan ini dapat dilakukan oleh konselor atau wali kelas
yang memang bertanggung jawab dalam mendampingi kehidupan anak di sekolah.
15
h. Mereview catatan siswa.
Siswa biasanya memilki catatan pribadi, melalui cara ini dapat dilihat bagaimana
catatan pribadi siswa tentang kegiatan diluar sekolah, misalnya: Keanggotaan suatu
drama club, perann dalam kegiatan kegiatan keluarga keluarga, dan peran serta di
masyarakat masyarakat, yang juga sangat penting adalah bagaimana dengan konsisten
prestasi sekolah.
i. Tes kelompok(group test).
Tes kelompok ini dilakukan untuk menambah informasi tentang anak, baik berkenaan
dengan informasi inteligensi, maupun bakat skolastik, dan prestasi belajarnya. Untuk
itu perlu dilakukan tes inteligensi inteligensi, tes bakat skolastik skolastik, maupun tes
prestasi prestasi belajar. Asesmen(assessment).
2. Berdasarkan hasil skrining, maka selanjutnya dilakukan asesmen baik terkait dengan
kemampuan kecerdasan umum, bakat skolastik, dan bakat lainnya, serta tingkat
kreativitas dan komitmen terhadap tugas. Untuk melakukan asesmen tersebut
digunakan digunakan tes dan instrument instrument terstandar terstandar, di antaranya
digunakan tes inteligensi, tes bakat skolastik, tes bakat, tes kreativitas, dan inventory
komitmen terhadap tugas. Sebagian besar tes tersebut lebih bersifat individual.
Teknik-teknik Asesmen
a) Observasi
b) Wawancara
c) Riwayat kasus
d) Tes

E. Pendidikan yang Direkomendasikan


Dalam kaitannya dengan layanan pendidikan anak dengan cerdas istimewa ini,
Ohio Association for Gifted Children (OAGC) mengajukan beberapa alternatif tentang
program pendidikan anak berbakat, antara lain:

1. Curriculum Compacting
Curriculum Compacting yaitu kurikulum yang dimampatkan atau dipadatkan dalam
waktu yang singkat, dengan memberi peluang siswa unggul untuk mempelajari materi-
materi lain yang terkait, sementara teman sekelasnya menuntaskan materi pelajaran
pokok.
2. Akselerasi

16
Akselerasi (Acceleration) atau program akselerasi ini dapat dilaksanakan dengan cara
percepatan masa belajar di sekolah. Loncat Kelas (Advanced Placement) merupakan
salah satu cara dari program akselerasi, yaitu dengan memberikan peluang kepada anak
untuk mengikuti program pembelajaran ke kelas yang lebih tinggi.
3. Enrichment
Pengayaan (enrichment) adalah pengembangan program layanan di mana kurikulum
dimodifikasi untuk memberikan peluang atau kesempatan kepada anak agar
memperoleh pengalaman belajar yang bervariasi, lebih luas dan mendalam.
4. Curriculum Differentiated
Kurikulum Berdiferensiasi (Differentiated Curriculum) lebih merujuk kepada proses
penyusunan dan implementasi kurikulum yang menyangkut isi, proses, hasil yang
diharapkan, serta penataan lingkungan belajar yang memfasilitasi perkembangan
kemampuan anak (memenuhi kebutuhan anak dalam mengembangkan
keberbakatannya).
5. Cluster Grouping
(Cluster Grouping) adalah program pendidikan yang diberikan kepada sekelompok
anak (5 sampai 10) yang diidentifikasi sebagai anak berbakat dalam satu kelas bersama
dengan anak-anak lain yang kemampuannya di bawah mereka.

F. Permasalahan yang dihadapi Anak Berbakat


Permasalahan-permasalahan yang dihadapi anak berbakat di antaranya adalah :
1. Labeling
Memberikan label pada anak berbakat bahwa ia berbakat dapat menimbulkan
harapan terhadap kemampuan anak tersebut dan dapat mengakibatkan beban mental
bilamana anak tersebut tidak dapat memenuhi apa yang diharapkan oleh si pemberi
label.
2. Memberi nilai (grading) dalam bentuk angka
Pemberian angka bagi anak berbakat dapat menimbulkan permasalahan bilamana
angka yang dimilikinya tidak menggambarkan kemampuannya. Angka seringkali
tidak cermat, artinya sering kurang mencerminkan kemampuan yang sebenarnya.
Terutama bagi anak berbakat, penilaian dalam bentuk angka turut berbicara, karena
mereka sangat sensitive, angka ini menjadi kepedulian yang besar yang kadangkala
juga terlalu berlebihan. Oleh karena itu, pemberian angka harus dilakukan secara

17
hati-hati dan lebih mengacu kepada penilaian berdasarkan criteria. Mengatasi
penilaian yang kurang cermat bagi anak berbakat dapat dilakukan dengan self-
diagnose. Pemeriksaan kembali pekerjaan dapat menjadikan siswa menyadari apa
kesalahannya dan mengapa kesalahan-kesalahan tersebut dibuatnya.
3. Underachievement
Underachievement diantara anak berbakat adalah kinerja yang secara signifikan
berada di bawah potensinya (Kitano and Kirty, 1986). Hal ini dapat terjadi karena
anak berbakat mengalami berbagai tekanan baik dari rumah, sekolah maupun teman
sebayanya. Tekanan-tekanan yang dialami anak berbakat antara lain :
a. Perasaan bahwa ia harus menjadi manusia sempurna dan sangat inteligen
b. Keinginan untuk menjadi sangat kreatif dan luar biasa, yang kemudian
diterjemahkan sebagai manusia yang lain dari yang lain
c. Kepedulian untuk dikagumi oleh teman sebaya karena penampilannya dan
popularitasnya. (Colangelo, 1991) Tekanan yang dialami anak berbakat
diinternalisasikan pada dirinya karena orang-orang disekitarnya telah
mengagumi mereka karena keluarbiasaan kemampuannya. Hal ini membuat
mereka merasa sulit untuk mencapai kemajuan bila tidak dipuji. Kekuatan
intrinsic reinforcement tergantung pada kekuatan extrinsic reinforcement.
4. Konsep diri
Konsep diri terbentuk bukan hanya dari bagaimana orang lain memandang tentang
dirinya, tetapi juga bagaimana dia sendiri menghayati pengalaman tersebut. Anak-
anak yang berbakat sangat ambivalent sikapnya terhadap keberbakatannya, dan
cenderung anak berbakat mempersepsikan dirinya secara positif, namun
mengganggap bahwa lingkungannya yaitu teman sebaya dan gurunya memiliki
pandangan negatif terhadap dirinya.

G. Implikasi Pendidikan bagi Anak Berbakat

Setiap peserta didik memiliki potensi yang berbeda-beda satu dengan yang lain,
karena setiap orang memang dilahirkan dengan berbagai bakat yang berbeda-beda
dan telah membawa fitrahnya masing-masing, yaitu fitrah baik yang mendorong
bertauhid maupun fitrah lainnya dalam bentuk berbagai potensi bawaan serta bakat,
kemampuan intelektual dan lain-lain. Jika peserta didik berminat kepada bakat yang

18
dimilikinya maka hal tersebut akan mempermudah dalam pengembangan bakatnya.
Minat dan bakat merupakan hal yang begitu sangat penting di dalam pendidikan.
Melalui tes minat dan bakat, siswa dapat lebih mengetahui potensi apa yang
dimilikinya pada dirinya termaksud kelebihan dan kekurangannya, baik dari segi
akademis maupun kepribadian.
Minat
Minat merupakan ketertarikan akan sesuatu objek yang berasal dari hati, bukan
karena paksaan dari orang lain. Ciri-Ciri Minat Menurut Elizabet B. Hurlock dalam
jurnal (Yulianti:2016) berikut ini adalah ciri-ciri minat pada anak, yaitu:
1. Minat tumbuh bersamaan , dengan perkembangan fisik dan mental.
2. Minat bergantung pada kesiapan belajar.
3. Minat bergantung pada kesempatan belajar.
4.Perkembangan minat mungkin terbatas
5.Minat dipengaruhi pengaruh budaya.
6.Minat berbobot emosional
7. Minat itu egonsentris.
Bakat
Kemampuan alami dari diri seorang yang luar biasa akan sesuatu hal atau
kemampuan seseorang yang di atas rata-rata kemampuan orang lain akan sesuatu
hal. Ciri-Ciri Bakat Berikut ciri-ciri yang merupakan bakat anak adalah Munif
Chatib:2012 sebagai berikut
l. Aktivitas yang disukai tidak bisa dibatasi.
2. Bakat biasanya memunculkan banyak momen spesial.
3. Merasa nyaman mempelajari aktivitas yang disukai.
4. Bakat itu fast learner
5. Bakat itu terus memunculkan minat untuk memenuhi kebutuhan anak
6. Bakat selalu mencari jalan keluar.
7. Bakat menghasilkan karya.
8. Bakat menjadikan anak menyukai untuk penampilan

Tes bakat (aptitude testi) merupakan sebagai kemampuan belajar bawaan dalam
bidang khusus yang sangat diperlukan untuk memfasilitasi belajar, kecerdikan,
kepandaian, kesesuaian, kesiapan, kecenderungan, alam atau diperoleh disposisi
atau kapasitas untuk aktivitas tertentu penilaian bakat dapat digunakan untuk
19
memprediksi keberhasilan atau menentukan jenjang pendidikan yang sesuai
(Sutan:2012) Seperti minat, bakat juga dapat dilihat melalui ciri-ciri yang dimiliki
seorang peserta didik. Bakat memiliki peranan penting pada keberhasilan peserta
didik pada Jurusan atau kompetensi yang dipilihnya. Bakat dapat dikatakan sebagai
dasar kompetensi yang perlu untuk dilatih dan dikembangkan sehingga menjadi
keahlian yang tepat. Karena sangat pentingnya guna penentuan jurusan atau
kompetensi. Tes minat dan bakat bukan hanya kalkulasi suatu nilai, tetapi
mencerminkan gambaran pola pikir dari peserta didik. Pola pikir yang dibentuk dari
bidang keteknikan dengan melihat minat dan bakat harus mampu dideteksi secara
dini polanya. Dapat dikatakan bahwa tes minat dan bakat dalam mengambil suatu
keputusan sangat rumit. Untuk itu diperlukan suatu metode pemecahan yang tepat
untuk mampu melihat dan membedakan pola yang terbentuk. Bakat diartikan
sebagai kemampuan bawaan, sebagai potensi yang masih perlu dikembangkan dan
dilatih agar terwujud (Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan 2016). Kemampuan
menunjukan bahwa suatu bentuk tindakan (Performance) yang dapat dilakukan saat
ini. Prestasi merupakan perwujudan dari bakat dan kemampuan. Salah satu cara
untuk mengetahui minat dan bakat seseorang adalah dengan melakukan tes minat
dan bakat. Tes bakat dan minat dapat diguakan untuk memetakan seseorang dalam
pemilihan bakat dan minat yang sesuai dengan kompetensi dan keterampilan yang
dimiliki.
Tes minat dan bakat yang disusun oleh Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan
termasuk dalam karakteristik tes bakat dan minat dalam konteks pendidikan. Tes
bakat dan minat ini pada umumnya sama dengan tes bakat dan minat psikologi
lainnya, mengukur minat. dan bakat seseorang dengan tujuan supaya dalam
menjalani pendidikan atau pekerjaan sesuai dengan bakat dan minat nya tersebut.
Dalam menentukan minat dan bakat seseorang, memerlukan peran seorang
psikolog Dimana dalam prosesnya, memerlukan waktu dan serangkaian test yang
lama dan melelahkan. Setelah beberapa pengujian dan test, seorang psikolog harus
melakukan sejumlah perhitungan . dan analisa untuk menentukan minat dan bakat
seseorang. Dengan perkembangan teknologi pembelajaran mesin yang semakin
pesat. Dalam menentukan minat dan bakat seseorang, memerlukan peran seorang
psikolog Dimana dalam prosesnya, memerlukan waktu dan serangkaian test yang
lama dan melelahkan. Setelah beberapa pengujian dan test, seorang psikolog harus
melakukan sejumlah perhitungan . dan analisa untuk menentukan minat dan bakat
20
seseorang. Dengan perkembangan teknologi pembelajaran mesin yang semakin
pesat.
Bakat dan minat se unsur psikologis yang sangat menentukan keberhasilan
pendidikan, maka seluruh elemen yang terlibat dalam pendidikan sudah seharusnya
mampu menjamin pemerataan kesempatan pendidikan, peningkatan mutu dan
relevansi serta efisiensi manajemen pendidikan. Betapa banyak peranan yang harus
dilakukan oleh guru kepada siswa, maka seorang guru harus mampu membantu
kesulitan-kesulitan yang dihadapi siswanya dalam proses pembelajaran terutama
dalam menumbuh kembangkan bakat minat siswa. Hal ini sebagai simbol bahwa
seorang guru diharuskan untuk mengingati siswa supaya dapat terus
mengembangkan bakat minat yang diminati.
Peran guru dalam menumbuh bakat minat siswa suatu hal yang sangat penting
dalam proses belajar mengajar suatu pembelajaran siswa harus mampu
menunjukkan bakat minat yang dimilikinya. namun pada kenyataannya saat ini
banyak siswa yang kurang berminat terhadap suatu pelajaran tertentu lantaran
minimnya peran guru dalam menumbuh kembangkan bakat minat siswa. Betapa
sangat besarnya jasa seorang guru dalam menumbuh kembangkan bakat minat
siswa. Hal ini tidak bisa dibiarkan secara terus menerus karena bisa merugikan diri
siswa. Oleh karena itu sangat dibutuhkan guru yang berbakat dan siswa yang
berbakat disekolah. Potensi bisa diartikan sebagai bakat, maupun minat siswa. Saat
ini banyak remaja ataupun dewasa yang masih tidak mengetahui bakat dan minat
apa yang dimiliki dirinya. Guru tentu memiliki peran yang sangat penting untuk
kemajuan dan perkembangan peserta didiknya dalam bidang pelajaran maupun
perkembangan dalam bidang karakter dan kecerdasan emosionalnya.(R. R. Lubis,
Irwanto, & Harahap, 2019). Guru sebagai penyalur pembelajaran yang bertanggung
jawab terhadap perkembangan siswa, alangkah baiknya dapat mengenali bakat apa
yang dimiliki siswanya. Selebihnya guru berusaha untuk mengembangkan minat
dan bakat yang dimiliki oleh peserta didik agar kebanyakan dilema yang terjadi di
masyarakat tidak terjadi lagi. Hasibuan & Panjaitan dalam jurnal
(Mainnah,Evina.,Dll:2020). Proses pembelajaran yang mendidik, saat ini harus
menuntut guru harus peduli terhadap bakat dan minat siswa secara individual.
Karna itu proses pembelajaran yang berbasis bakat dan minat individual siswa perlu
lebih banyak diupayakan guru mata pelajaran dalam bentuk yang lebih bervariasi.

21
Guru memiliki peran yang lebih strategis di dalam pengembangan diri siswanya
(Ahmad, 2018).

22
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Seorang anak dikatakan anak berbakat (luar biasa) karena ia berbeda dengan
anak-anak lainnya. Perbedaan terletak pada ciri yang khas yang menunjukkan pada
keunggulan dirinya. Namun, 'keunggulan' tersebut selain menjadi sebuah kekuatan
dalam dirinya sekaligus menjadi 'kelemahan'. Yang dimaksud sebagai kelemahan di
sini adalah diabaikannya ia sebagai individu yang memiliki keberbakatan dan memiliki
hak sama dalam mendapatkan yang sesuai kebutuhan dirinya.
Anak berbakat merupakan aset bangsa yang perlu mendapatkan pendidikan
sebaik mungkin, kurangnya pemberian stimulus, perlakuan dan layanan yang sesuai
dengan bakat, kemampuan dan kebutuhan anak berbakat dapat menjadikan tidak
terkembangnya kemampuan-kemampuan unggul yang dimilikinya. Melalui bimbingan
yang tepat bagi anak berbakat diharapkan dapat lebih memfasilitasi tumbuh kembang
mereka seoptimal mungkin.

B. Saran
Orangtua sebaiknya perlu menambah wawasan tentang tumbuh kembang anak,
hal ini mencakup tahap-tahap perkembangan anak, pola asuh dan pola didik anak.
Dengan mengetahui informasi tentang tahap perkembangan anak, maka orangtua bisa
secara dini mengenali hal-hal yang tidak biasa yang terdapat dalam diri anak.
Kemudian, dengan memahami konsepkonsep pola asuh dan pola didik yang ilmiah,
maka orangtua akan mampu menimimalisir kesalahan dalam menerapkan nilai, sikap,
dan perilaku dalam menghadapi anak, terutama ketika anak-anak menunjukkan
kebiasaan-kebiasaan yang berbeda dengan anak-anak seusianya.
Di samping orangtua, seorang pendidik atau guru dianjurkan juga menambah
pengetahuan perkembangan disamping tentang anak, menguasai substansi mata
pelajaran yang diajarkannya di dalam kelas, tentunya hal ini akan memudahkan bagi
guru dalam menerapkan pendekatan agar sesuai dengan kepribadian si anak. Sistem
manapun yang dipilih oleh guru untuk anak-anak berbakat tidak identik dengan
perlakuan yang eksklusif dan elit me!ainkan untuk memberikan peluang seluas-luasnya
kepada anak berbakat untuk berkembang sesuai potensinya.

23
Pemerintah sebagai payung utama pertumbuhan dan perkembangan bagi warga
negarnnya, semestinya menaruh perhatian besar terhadap penelitian, penelitian
pengembangan-pengembangan terkait dengan pendidikan anak-anak berbakat. Dan
memfasilitasi sarana dan prasarana bagi pengembangan keberbakatan anak maupun
kompetensi gurunya. Karena hal itu terkait dengan kesuksesan menciptakan generasi
muda sebagai Indonesia penerus di bangsa dalam menyongsong masa generasi emas.

24
DAFTAR PUSTAKA
https://konselor.id/main/tips/ciri-ciri-anak-berbakat.html
Conny R. Semiawan. 2009. Kreativitas Keberbakatan. Jakarta : Indeks
Davis, Gary A. 20 12. Anak Berbakat dan Pendidikan Keberbakatan . Jakarta : Indeks
https://doktersehat.com/ibu-dan-anak/kesehatan-anak/ciri-ciri-anak-cerdas/
http://staffnew.uny.ac.id/upload/131405893/lainlain/mengenal-anak-berbakat-akademik-dan-
mengidentifikasikannya.pdf
file:///C:/Users/yuliah/Downloads/uppi,+PERMATA+VOL+2+NO+1+JANUARI+2017-
4.pdf
http://file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._PEND._LUAR_BIASA/194808011974032-
ASTATI/Karakteristik_Pend._Berbakat.pdf
Adinugroho & Horstman. 2007. Model Pendidikan Gifted dan Talented.Makalah Seminar
Trend Perubahan Dunia Pendidikan Khusus, tanggal 3Maret2007 di Jakarta.
http://file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._PGTK/196510011998022-
ERNAWULAN_SYAODIH/Bimb_karir_anak_berbakat__peb_05_.pdf

25

Anda mungkin juga menyukai