Oleh:
Kelompok 1
Dosen Pengampu :
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ANDALAS
1
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis haturkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat
serta karunianya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah kelompok dengan judul ―Sejarah
dan Konsep Anak Berbakat‖ ini dengan sangat baik. Tujuan dari penulisan makalah ini ialah
untuk memenuhi tugas dosen pengampu mata kuliah Psikologi Anak Berbakat tepat pada
waktunya, dan memberikan pemahaman kepada pembaca terkait topik yang diangkat.
Terakhir, kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna, oleh sebab
itu saran dan kritik yang membangun tentu akan kami terima dengan senang hati dengan harapan
agar kedepannya kami bisa memperbaiki kesalahannya sehingga tercipta karya tulis yang lebih
baik lagi.
Penulis
2
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI................................................................................................................................... 3
1.3. Tujuan............................................................................................................................... 5
3.1. Kesimpulan..................................................................................................................... 20
3
BAB I
PENDAHULUAN
4
1.3. Tujuan
1. Menjelaskan sejarah dan asal usul konsep keberbakatan
2. Menjelaskan konsep keberbakatan secara umum, mencakup pendekatan, istilah, dan
klasifikasi anak berbakat
3. Memaparkan teori model gifted dan talented children
4. Menjelaskan perbedaan antara gifted, talented, dan the able
5. Memaparkan terkait prevalensi gifted dan talented
5
BAB 2
PEMBAHASAN
6
Pada era Menteri Prof. Dr. Fuad Hasan, pembukaan sekolah ini tidak dilanjutkan
dan diganti dengan program percepatan belajar yang dimulai pada tahun 2000 – 2015.
Namun, atas saran dari sekolah – sekolah didaerah, 15 tahun kemudian melalui UU
Sisdiknas tahun 2000, pembukaan sekolah anak berbakat dilakukan kembali dengan
sebutan Layanan Pendidikan Anak Berbakat Istimewa. Sistem pembelajarannya
memungkinkan seorang anak menyelesaikan jenjang SD dalam 5 tahun, SMP 2 tahun,
dan SMA 2 tahun (Ulfa & Aridhona, 2021).
7
Pada pendekatan ini, skor IQ menjadi penentu utama keberbakatan
yang dimiliki seorang anak untuk dikategorikan sebagai gifted (Ulfa &
Aridhona, 2021). Terman (dalam Ulfa & Aridhona, 2021), menyebutkan
bahwa anak berbakat memiliki kisaran IQ di atas 140 berdasarkan skala
intelegensi Wechlers.
b. Pendekatan Multidimensional
Pada pendekatan ini digunakan lebih dari satu dimensi untuk
menentukan keberbakatan seorang anak. IQ tidak menjadi penentu satu –
satunya dalam mengetahui keberbakatan seseorang, tetapi dipengaruhi
pula oleh dimensi lain. Misalnya konsep keberbakatan oleh Renzulli
(dalam Ulfa & Aridhona, 2021), yaitu The three rings conception, yang
menjelaskan keberbakatan dilihat dari tiga hal diantaranya kreativitas,
kemampuan individu yang diatas rata – rata, dan keterikatan terhadap
tugas.
Menurut Ulfa dan Aridhona (2021), ada beberapa istilah yang digunakan
dalam memberi arti pada keberbakatan. Yaitu sebagai berikut:
a. Precocity
Precocity mengacu pada perkembangan awal yang luar biasa yang
terjadi pada anak. Anak-anak precocity ini mengembangkan
kemampuannya pada bidang bahasa, musik, ataupun matematika di usia
yang sangat muda.
b. Insight
Insight diartikan sebagai tindakan memisahkan informasi yang tidak
relevan, menemukan hal - hal baru, dan menggunakan suatu cara yang
tepat dalam mengkombinasikan informasi ataupun menghubungkan
informasi yang baru dan lama dengan cara yang kreatif dan baru.
c. Genius
8
Genius sering digunakan sebagai indikator suatu kemampuan
tertentu dalam beberapa bidang. Dimana biasanya digunakan untuk
mengindikasikan kemampuan inteligensi atau kreativitas yang luar biasa.
d. Creativity
Creativity mengacu pada kemampuan dalam mengungkapkan ide-ide
baru, memahami dan mengembangkan hubungan baru, dan
mempertanyakan hal-hal yang sebelumnya tak terpikirkan namun penting
untuk dipertanyakan. Intinya pemikiran yang out of the box.
e. Talent
Talent digunakan untuk mengindikasikan kemampuan (ability),
bakat (aptitude), ataupun prestasi.
f. Giftedness
Giftedness diartikan sebagai kognitif yang superior, kreatif, dan
dorongan mengkombinasikan dan mengatur sesuatu, yang membuatnya
berbeda dari rekan sebayanya sehingga memungkinkannya memberikan
kontribusi pada nilai-nilai tertentu dalam masyarakat.
9
menunjukkan bakat atau kemampuan tertentu yang menonjol dalam suatu
bidang. Beberapa karakteristik anak gifted antara lain perhatian kuat pada
sains, serba ingin tau, suka berimajinasi, dan senang membaca, atau
mengoleksi sesuatu.
c. Superior
Anak yang dikategorikan superior memiliki IQ berkisar antara 110 –
125. Mereka menunjukkan prestasi belajar yang cukup tinggi jika
dibandingkan dengan teman setingkatnya. Beberapa karakteristik dari anak
superior adalah memiliki kemampuan berbicara lebih dini dan mampu
mengerjakan tugas sekolah dengan mudah.
Model teori ini dikemukakan oleh Renzulli (1986). Model teori ini telah
banyak digunakan di sekolah dan institusi pendidikan lainnya di dunia sejak awal
ditemukan. Model ini didasarkan pada interaksi antara tiga kelompok dasar dari
tiga sifat manusia, yaitu kemampuan di atas rata-rata, komitmen tugas yang tinggi,
dan kreativitas yang tinggi. Model ini dikembangkan dari penelitian yang meneliti
ciri-ciri orang dewasa yang sangat sukses di bidangnya. Dari penelitian tersebut
diketahui bahwa masing-masing orang dewasa memiliki karakteristik tersebut
dalam tingkat yang berbeda-beda (Page, 2006).
10
menemukan konteks atau bidang minat yang mereka kuasai. Tingkat komitmen
tugas mereka mungkin terlihat kurang, namun alasan kekurangan ini mungkin
karena mereka belum mendapatkan motivasi atau ransangan yang diperlukan
untuk mendorong bakat mereka. Oleh karena itu, disarankan agar model Renzulli
digunakan bersama dengan model keterbakatan lainnya untuk mengembangkan
informasi tentang kemampuan anak (Page, 2006).
Domain kedua adalah creative. Anak anak harus mampu menemukan cara-
cara baru unruk menyelesaikan suatu masalah agar dapat memenuhi kriteria ini.
Anak harus memiliki inovasi dan bekerja dengan bahan atau ide untuk
menghasilkan sesuatu yang berbeda. Hasil tersebut harus sesuai dengan harapan
11
mereka. Namun, apabila hasil tersebut tidak sesuai dengan harapan mereka,
praktisi dapat mendengarkan dan memahami maksud dan harapan mereka. Anak-
anak harus memiliki kesempatan tersendiri untuk bereksperimen dan menilai diri
sendiri serta waktu dan sumber daya yang dapat menghasilkan karya yang inovatif
(Macintyre, 2008).
12
melepaskan endorphin ke aliran darah sehingga membuat anak memiliki perasaan
senang dan mendorong mereka untuk terus mencoba (Macintyre, 2008).
13
melalui warisan genetik, pelatihan, peluang lingkungan, dan sosialisasi nilai-nilai
budaya (Davidson, 2009).
Teori yang dikemukakan oleh Robert Sternberg ini berfokus pada proses
mental yang mendasari kecerdasan, bukan pada domain spesifiknya. Menurut
teori Sternberg (1985), terdapat tiga aspek yang saling berkontribusi terhadap
keberhasilan kecerdasan. Aspek pertama terdiri dari keterampilan analitis yang
membantu individu mengevaluasi, menilai, mengkritik, atau menganalisis sebuah
informasi. Aspek kedua mencakup kemampuan praktis yang menciptakan
kesesuaian antara keterampilan individu dengan lingkungan eksternalnya.
Kemampuan ini digunakan untuk menerapkan dan mengimplementasikan ide
14
individu ke dunia nyata. Aspek ketiga adalah kecerdasan kreatif, yang
memaksimalkan pengalaman seseorang untuk menghasilkan produk baru dan
memecahkan permasalahan yang relatif baru (Davidson, 2009).
15
menggabungkan informasi tersebut, serta informasi apa yang harus dibandingkan
(Davidson, 2009).
16
able yaitu mereka yang tidak memiliki bakat bawaan yang menonjol, namun
menunjukkan prestasi yang tinggi sebagai hasil dari kerja keras. Sehingga,
siswa dalam kategori ini disebut pula The Able & Ambitious.
17
3. Mengacu pada orang yang memiliki aktifitas performance yang
superior
c. Able
1. Memiliki kemampuan luar biasa yang didapatkan dari hasil kerja keras
2. Menunjukkan usaha yang lebih untuk bisa memahami suatu hal
18
2.8 Child Prodigious
Child Prodigious adalah anak yang menunjukkan kinerja tingkat dewasa diusia yang
masih dini. Keterampilan mereka biasanya ada pada bidang tertentu, seperti catur dan
musik, mungkin karena hal ini tidak memerlukan banyak pembelajaran sebelumnya. Tidak
hanya dapat mempelajari suatu keterampilan dengan waktu yang cepat, child prodigious
dapat mencapai tingkat kompetensi yang lebih tinggi dibandingkan yang lain.
19
BAB 3
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Keberbakatan dikemukakan oleh Plato sekitar 2000 tahun yang lalu dengan
sebuatan Men of Gold. Di Indonesia sendiri, sekolah untuk anak berbakat pertama kali
dibuka pada tahun 1983 dengan konsep berbakat menurut teori Renzulli. Dimana, teori
anak berbakat terdiri dari teori renzulli’s three ring conception of giftedness, gagne’s
model of giftedness and talent, the three stratum theory, the theory of multiple
intelligences, dan teori the triarchic theory of successful intelligence. Selain itu,
perkembangan konsep keberbakatan terjadi melalui dua pendekatan, yaitu pendekatan
unidimensional dan pendekatan multidimensional.
Anak berbakat diklasifikasikan dalam tiga kelompok yaitu genius, gifted, dan
superior. Selain istilah gifted, dalam bidang pendidikan juga terdapat istilah lain yaitu the
able dan talented. Dimana, ketiga istilah ini memiliki perbedaannya masing-masing. Dan
untuk tingkat prevalensi anak gifted dan talented sebenarnya sulit untuk ditentukan
karena berbagai alasan.
20
DAFTAR PUSTAKA
Amka, A. Mirnawati. Lestari, A., I. Fatimah, S. (2021). Identifikasi Anak Berbakat/Gifted di
Sekolah Inklusi. Sidoarjo: Nizamia Learning Center.
Gagné, F. (1999). Gagné’s Differentiated Model of Giftedness and Talent (DMGT). Journal for
the Education of the Gifted, 22(2), 230—234. doi:10.1177/016235329902200209
Macintyre, C. (2008). Gifted and Talented Children 4-11: Understanding ann Supporting their
Development. New York: Routledge.
Page, A. (2006). Three models for understanding gifted education. Kairaranga, 7(2), 11 – 15.
Porter, R. M. (1970). Saturday Seminars for the Able and Ambitious. The bulletin of the National
Association of Secondary School Principals, 54(348), 26—38.
Sholehah, A. M. (2022). Anak Berbakat (Jenius Atau Gifted Children). Indonesian Journal of
Early Childhood: Jurnal Dunia Anak Usia Dini, 4(1), 304—317.
Suparman. (2016). Prosiding konferensi nasional ke-4: asosiasi program pascasarjana perguruan
tinggi muhammadiayah (appptm). Pendidikan dan Pemikiran Islam, 1(0), 65 – 70.
Tunnicliffe, C. (2010). Teaching Able, Gifted and Talented Children: A Guide for Postgraduates
and Researchers. Teaching Able, Gifted and Talented Children, 1-144.
Ulfa, M., & Aridhona, J. (2021). Psikologi Anak Berbakat. Aceh: Syiah Kuala University Press
21