Disusun Oleh :
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas petunjuk
dan rahmat-Nya penyusun dapat menyelesaikan makalah mengenai
“Keberbakatan, Anak Berbakat, dan Pendidikannya” dengan baik dan tepat waktu.
Makalah ini disusun guna memenuhi tugas Mata Kuliah Psikologi Pendidikan.
Ucapan terima kasih kepada beberapa pihak yang ikut serta membatu
menyelesaikan makalah ini.
Semoga dengan membaca makalah ini dapat memberi manfaat bagi kita
semua, dalam hal ini dapat menambah wawasan kita mengenai Keberbakatan,
Anak berbakat, dan Pendidikannya pada Psikologi Pendidikan, khususnya bagi
penyusun. Memang makalah ini masih jauh dari sempurna, maka penyusun
mengharapkan kritik dan saran dari pembaca demi perbaikan menuju arah yang
lebih baik.
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................ii
DAFTAR ISI..........................................................................................................iii
A. TEORI.................................................................................................................1
A.1. Definisi dan Identifikasi Keberbakatan........................................................1
A.2. Karakteristik Siswa Berbakat.......................................................................6
A.3. Layanan Pendidikan bagi Anak-anak Berbakat...........................................8
A.4. Permasalahan Yang Dihadapi Anak-anak Berbakat...................................11
B. CONTOH KASUS DAN PENERAPAN TEORI.............................................15
B.1. Contoh Kasus..............................................................................................15
B.2. Penerapan Teori..........................................................................................16
C. ANALISIS KELOMPOK..................................................................................18
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................21
A. TEORI
Istilah "berbakat" yang dipergunakan dalam tulisan ini adalah padanan dari
istilah bahasa Inggris "gifted".
Pengertian keberbakatan dalam pengembangannya telah mengalami
berbagai perubahan, dan kini pengertian keberbakatan selain mencakup
kemampuan intelektual tinggi, juga menunjuk kepada kemampuan kreatif.,
bahkan menurut Clark (1986) dalam Conny Semiawan (1994), kreativitas adalah
ekpresi tertinggi keberbakatan. Keberbakatan dipengaruhi oleh berbagai unsur
kebudayaan, bahkan bagi sementara ahli sifat-sifat anak berbakat tersebut
bercirikan “cultur bound” (dibatasi oleh batasan kebudayaan). Dengan demikian
ada dua petunjuk kunci dalam mengamatidan mengerti keberbakatan tersebut
yaitu :
1). Keberbakatan itu adalah ciri-ciri universal yang khusus dan luar biasa yang
dibawa sejak lahir maupun yang merupakan hasil interaksi dari pengaruh
lingkungannya.
2). Keberbakatan itu ikut ditentukan oleh kebutuhan maupun kecenderungan
kebudayaan dimana seseorang yang berbakat itu hidup. (Conny semiawan;
1994 :40).
c. Creativity (Kreativitas)
Beberapa pelayanan pendidikan anak berbakat dapat dilakukan dengan cara sbb:
Program khusus untuk pendidikan anak berbakat ini dibuat karena anak-
anak berbakat mempunyai kebutuhan pendidikan khusus. Anak-anak ini telah
menguasai banyak konsep ketika mereka ditempatkan di satu kelas tertentu,
sehingga sebagian besar waktu sekolah mereka akan terbuang percuma. Mereka
mempunyai kebutuhan yang sama dengan siswa-siswa lainnya, yaitu kesempatan
yang konsisten untuk belajar bahan baru dan untuk mengembangkan perilaku
yang memungkinkan mereka mengatasi tantangan dan perjuangan dalam belajar
sesuatu yang baru.
Akan sangat sulit bagi anak-anak berbakat ini memenuhi kebutuhan
tersebut bila mereka ditempatkan dalam kelas yang heterogen. (Winebrenner &
Devlin, 1996). Terdapat tiga model layanan pendidikan bagi anak-anak berbakat,
yaitu (1) model inklusi (inclusion model), dan (2) cluster grouping model (model
pengelompokan terbatas).
1. Model Inklusi
2. Tracking System
Dalam model ini, anak-anak berbakat dari semua tingkatan kelas yang
sama di satu sekolah (biasanya mereka yang termasuk 5% dari siswa berprestasi
tertinggi dalam populasi tingkatan kelasnya), dikelompokkan dalam satu kelas.
Kelompok tersebut terdiri dari 5 sampai 8 siswa berbakat, dibimbing oleh seorang
guru yang telah memperoleh pelatihan dalam mengajar anak-anak berkemampuan
luar biasa. Jika terdapat lebih dari 8 anak berbakat, maka mereka dikelompokkan
ke dalam dua atau tiga cluster group. Pada umumnya, satu cluster group itu
belajar
bersama-sama dengan anak-anak lain dari berbagai tingkat kemampuan, tetapi
dalam bidang keluarbiasaannya (misalnya matematika), mereka belajar secara
terpisah. (Winebrenner & Devlin, 1996).
Model cluster grouping ini mempunyai beberapa keuntungan
dibandingkan dengan apabila anak-anak berbakat itu didistribusikan secara merata
di semua kelas.
Pertama, anak berbakat itu memperoleh perhatian khusus untuk
pengembangan bidang-bidang kemampuan luar biasanya, dan sekaligus juga tetap
memperoleh keuntungan dari belajar bersama dengan anak-anak dari berbagai
tingkatan kemampuan lainnya. (Hoover, Sayler, & Feldhusen, 1993; Kulik &
Kulik, 1990; Rogers, 1993).
Kedua, Pengaturan waktu untuk mempersiapkan bahan-bahan khusus
untuk anak berbakat akan lebih efisien bila anak-anak itu berada dalam satu
kelompok.
Ketiga, Siswa-siswa berbakat akan dapat lebih memahami dan menerima
kenyataan bahwa mereka mempunyai "kelainan" dalam belajarnya jika di dalam
kelasnya ada anak lain yang seperti mereka. (Winebrenner & Devlin, 1996).
1. Trilogi Inteligensi
Konsep trilogi inteligensi mengemukakan bahwa ada tiga jenis kecerdasan
yang integral yaitu: (a) Kecerdasan intelektual (IQ), (b) Kecerdasan emosional
(EQ), dan (c) Kecerdasan spiritual (SQ).
a) Calvin mempunyai kecerdasan intelektual yaitu kemampuan pengetahuan praktis,
daya ingat (memori), daya nalar (reasoning). Karena pada saat mendengarkan
music klasik dan saat berlatih, Calvin mempunyai memori untuk mengingat nada
untuk memainkan music klasik tersebut.
b) Calvin kurang mempunyai kecerdasan emosional karena kurang mampu
mengendalikan diri ketika tampil di depan Presiden namun mempunyai motivasi
diri yaitu ketika berlatih sehari 3 jam.
c) Pada kecerdasan spiritual adalah tanggung jawab orangtua Calvin sehingga Calvin
merasa sebagai satu pribadi yang utuh secara intelektual, emosional, dan spiritual
dalam bermain music atau yang lainnya.
2. Teori Faktor
Teori ini dikembangkan oleh Spearman. Beliau mengembangkan teori dua
faktor dalam kemampuan mental manusia, yaitu :
a) Teori faktor “g” (faktor kemampuan umum). Faktor G berhubungan dengan
kemampuan menyelesaikan masalah atau tugas–tugas secara umum. Pada saat
berlatih, Calvin mampu menyelesaikan apa yang diajrkan oleh gurunya semisal
ada lagu baru yang harus dimainkan.
b) Teori faktor “s” (faktor kemampuan khusus). Faktor S berhubungan dengan
kemampuan menyelesaikan masalah atau tugas-tugas secara khusus. Pada saat
berlatih, Calvin mempunyai kemampuan tugas khusu missal berupa tangga nada
yang sangat rumit oleh guru pengajarnya.
4. Teori Kognitif
Inteligensi dapat dianalisis kedalam komponen yang dapat membantu
seseorang untuk memecahkan masalah seperti pada kasus Bab II, Calvin
mempunyai kemampuan yaitu pada saat orangtua Calvin yang sering
memperdengarkan music klasik, Calvin mencari tahu informasi yang muncul
informasi yang baru dan penyimpanannya dalam ingatan.
C. ANALISIS KELOMPOK