PENYUSUN:
Farisa Nur Amarina 17010664130
Salma Maimunah 17010664
Yustika Dwi Rahayu 17010664
KELAS 2017-B
B. Rumusan Masalah
1.
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi Anak Berbakat
Dehaan & Havighurst (1962, dalam Fitriani 2015) Individu yang memiliki
bakat atau individu berbakat adalah mereka yang memiliki kemampuan yang
termasuk dalam suerior san mampu memberikan kontribusi yang luar biasa
pada kesejahteraan serta peningkatan pada kehidupan bermasyarakat.
Sedangkan Coleman mengatkan individu yang diidentifikasikan sebagai anak
yang mampu mencapai prestasi tinggi dikarenakan memiliki kemampuan yang
diatas rata-rata. Baik kemampuan intelektual umum, kemampuan akademik
khusus, kemampuan berfikir kreatif, kemampuan memimpin, kemampuan
dalam bidang seni, serta kemampuan dalam psikomotor (Fitriani, 2015). Serta
Renzulli (1978) mengatkan keterbakatan terdiri dari tiga karakter dasar yang
dimilki oleh individu antara lain kemampuan umum yang diatas rata-rata,
kreativitas diatas rata-rata, serta tingginya nilai komitmen mereka atas tugas
yang mereka miliki (Fitriani, 2015)
Terdapat beberapa tokoh yang mengemukakan cara atau teknik untuk meng
identifikasi anak yang memiliki bakat istimewa, yaitu Stenberg, Renuzulli, dan
Dacey. Menurut Stenberg (dalam Murtadlo, 2004) dalam mengukur aspek
dalam keterbakatan ada beberapa hal, antara lain:
2. Identifikasi bakat seni, hal ini merupakan suatu keunggulan yang dimiliki
oleh individu dalam mengekspresikan artistik yang dapat dinikmati oleh
panca indera manusia.
4
Selain itu Menurut Renuzulli (dalam Sobur, 2003) dalam mengidentifikasi
anak berbakat terdapat beberapa cara yaitu :
1. Pendekatan psikometri
Proses identifikasi dapat dilakukan oleh guru ataupun orang tua yang
mengamati dan melakukan pencatatan jika terdapat perkembangan yang
berbeda dari pada umumnya, karena perkembangan anak berbakat
cenderung lebih cepat. Dalam perkembangan, terdapat peningkatan
kecepatan pada masa perkembangan yang sesuai dengan keadaan dan
kematangannya. Peningkatan kecepatan perkembangan yang ada pada
individu yang memiliki bakat luar biasa akan cenderung lebih cepat
dibandingkan perkembangan individu pada umumnya, hal ini bayak
diketahui sebagai prekositas (precocity, yang memiliki arti; cooked too soon).
Prekositas ini sendiri menyangkut beberapa aspek perkembangan seperti
aspek fisik, dan aspek mentalnya.
Dalam teknik ini untuk mengidentifikasi individu yang memiliki bakat luar
biasa akan lebih mudah dilihat melalui prestasi formal berupa angka-angka
yang telah dicapainya. Selain itu, individu yang memiliki bakat liar biasa
akan dapat diamati melalu perilaku-perilaku yang nampak yang terkadang
secara mendadak ia memunculkan kualitas berpikir yang luar biasa. Namun
tidak mudah untuk memberikan nilai yang objektif dalam mengamati setiap
perilaku yang nampak, karena pengaruh penilaikan subjektif masih
sangatlah besar khususnya pada orang tua.
4. Pendekatan sosiometri
Untuk melakukan identifikasi pada anak yang memiliki bakat luar biasa
dapat dilakukan dengan cara yang tidak formal yang dilakukan oleh
lingkungan sosialnya yang mengamati dan memberikan penilaian pada anak
yang memunculkan tanda-tanda bahwa dirinya memiliki bakat luar biasa.
5
Selanjutnya menurut Dacey (1989, dalam Murtadlo 2004) mengemukakan
terdapat langkah-langkah dalam mengidentifikasi anak berbakat, antara lain:
4. Evaluasi pendidikan, hal ini untuk mengukur seberapa efektif program yang
telah dilakukan untuk dilanjutkan atau tidak.
Menurut Farke (1989, dalam Fitriani 2015) asesmen memilki langkah dan alat
ukur yaitu:
6
- Menentukan proram yang - Ranking &
cocok untuk penghargaan
kebutuhanmengembangkan
potensi
- Menetapkan penempatan
7
untuk meningkatkan mental melakui kreativitas serta pengalaman belajar
tingkat tinggi. Komponen kurikulum ini yaitu :
c. Berorientasi pada proses, kegiatasn aktif dan penerapan tugas dan memberi
peluang pada individu yang memilih kegiatan belaj yang mereka minati
8
konteks yang memiliki makna sehingga tidak fragmentaris. Jangka waktu
portofolio sendiri bergantung pada focus tujuan penelitian tersebut.
3. Bakat kepemimpinan
9
4. Bakat visual dan pertunjukan
5. Bakat psikomotor
6. Bakat kreatif
10
2. Pelatihan, coaching, pengajaran, keterampilan, kerja keras. Tingkat kedua
ini memberikan arah bahwa adanya bakat pembawaan perlu dilakuan
pelatihan dan dikembangkan dengan kerja keras agar dapat terwujud.
Melalui kedua cara tersebut menjadi sebuah cara yang efektif untuk
mengenali bakat siswa, adanya kurikulum berdiferensiasi maupun
kurikulum reguler yang dimodifikasi dapat membantuk tenaga pedidik
untuk menggali bakat siswa dengan berbagai jenis bakat dan minat,
lanjutnya tenaga pendidik dapat melayani atau mengembangkan bakat
tersebut melalui pembelajaran di kelas dan dengan dilakukan pengontrolan.
11
BAB III
SIMPULAN
12
DAFTAR PUSTAKA
Pangestuti, R. W. (2017). Strategi layanan perencanaan individual bagi anak berbakat
akademik. Prosiding seminar nasional peran bimbingan dan konseling dalam penguatan
pendidikan karakter. 159-172
Fitriana, D. (2015). Individu berbakat (giftedness):tinjauan psikologi pendidikan. Jurnal
Psikologi Islam: Al-Qalb, 7(1), 53-61
Murtado. (2004). Pendidikan anak berbakat dengan teknik inklusif dan pendidikan khusus.
Surabaya: Unesa University Press
Sobur, A. (2003). Psikologi umum (cetakan ke-5). Bandung: CV Pustaka Setia
Brown, W.S., Renzulli, E., Joseph, S., Siegle, D., Zhang, W., Chen, C.H. (2007).
Assumptions underlying the identification of gifted and talented students. Gifted Child
Quarterly. 49 (1), 68-79
Semiawan, C.R. (2009). Kreativitas dan keberbakatan. Jakarta: PT. Indeks
13