Anda di halaman 1dari 33

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Masalah kesehatan merupakan masalah yang sangat kompleks yang
berkaitan dengan masalah-masalah lain di luar kesehatan sendiri. Banyak faktor
yang mempengaruhi kesehatan, baik kesehatan individu maupun kesehatan
masyarakat. Empat faktor menurut Hendrick L. Blum tersebut antara lain
lingkungan, perilaku, pelayanan kesehatan dan keturunan atau genetik yang
berpengaruh satu sama lainnya.
Faktor terbesar yang mmepengaruhi kesehatan adalah lingkungan.
Kesehatan lingkungan pada hakekatnya adalah suatu kondisi atau keadaan
lingkungan yang optimum sehingga berpengaruh positif terhadap terwujudnya
status kesehatan yang optimum pula. Ruang lingkup lingkungan yang paling dekat
dengan kegiatan manusia adalah rumah, dimana rumah sebagai tempat tinggal dan
segala aktifitas manusia.
Masyarakat pada saat ini, masih minim pengetahuan tentang kesehatan
lingkungan, dimana masih banyak perilaku manusia yang dapat merusak
lingkungan, diantaranya membuang limbah cair, sampah padat, hingga tinja
manusia tidak pada tempatnya yang mengakibatkan terundangnya hewan-hewan
pembawa penyakit atau vektor.
Maka dari itu, Kami menyusun makalah ini dengan tujuan memperoleh
derajat kesehatan yang setinggi-tingginya, baik fisik, mental, dan sosial yaitu
melalui usaha-usaha preventif, promotif, serta kuratif terhadap penyakit-penyakit
atau gangguan yang berbasis lingkungan.

1
1.2 Rumusan Masalah
 Apa saja dampak dari pembuangan limbah cair terhadap lingkungan?
 Apa saja dampak dari pembuangan sampah padat terhadap lingkungan?
 Apa saja dampak dari pembuangan tinja manusia terhadap lingkungan?
 Bagaimana upaya pengendalian vektor dan rodent terhadap kesehatan?
 Apa sajakah penyakit-penyakit berbasis lingkungan?
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Agar masyarakat mengetahui dan menyadari pentingnya
memiliki lingkungan yang sehat sehingga dapat meningkatkan taraf
hidup.
1.3.2 Tujuan Khusus
 Untuk mengetahui dampak dari pembuangan limbah cair terhadap
lingkungan
 Untuk mengetahui dampak dari pembuangan sampah padat
terhadap lingkungan
 Untuk mengetahui dampak dari pembuangan tinja manusia
terhadap lingkungan
 Untuk mengetahui upaya pengendalian vektor dan rodent terhadap
kesehatan.
 Untuk mengetahui penyakit-penyakit berbasis lingkungan.

2
BAB 2
PEMBAHASAN

2.1. Pembuangan Limbah Cair

2.1.1 Dampak pembuangan limbah cair

Masalah utama yang dihadapi permukiman adalah pencemaran


lingkungan oleh air limbah. Masalah tersebut dikarenakan tingkat pelayanan air
limbah yang sangat rendah. Air limbah rumah tangga merupakan sumber utama
pencemar lingkungan. Sedangkan pencemaran limbah industri diperkirakan
memberi kontribusi rata-rata 25-50%. Sampai saat sekarang tingkat pelayanan
air limbah tidak sebanding dengan pertumbuhan penduduk, sehingga masih
banyak air limbah yang dibuang ke sungai atau badan air dengan proses yang
kurang sempurna. Suatu strategi dan langkah dalam pengelolaan air limbah
yang efektif dan efisiensi.

2.1.2 Pencemaran limbah cair

Pencemaran Limbah Rumah Tangga dan Industri Air limbah rumah tangga
merupakan sumber utama pencemaran badan air di daerah perkotaan

Tantangan Peningkatan Pelayanan Tantangan utama yang harus dijawab pada


masa yang akan datang adalah bagaimana meningkatkan pelayan.

2.1.3 Strategi Pengelolaan limbah cair

Dalam strategi penglelolaan air limbah seyogyanya merupakan strategi


yang dimulai dimana limbah dihasilkan sampai tempat air limbah itu dibuang.
Strategi semacam ini dapat dibagi kedalam langkah dan tindakan secara sinerji
sebagai berikut :

1. Minimasi air limbah

3
Program ini berupaya mengurangi air limbah baik dari industri maupun
yang dihasilkan dari rumah tangga.
2. Penigkatan pelayanan. Program ini lebih diarakan untuk meningkatkan
pelayanan air limbah rumah tangga, karena air limbah industri biasanya
dikelola oleh masing-masing industri.
3. Pengelolaan dan pembuangan. Limbah yang dihasilkan masih perlu diolah
dan dibuang dengan cara yang akrab lingkungan. Supaya strategi ini
berhasil, ketiga langkah di atas harus diberlakukan secara “terintegrasi” dan
tidak dapat dipisahkan. Di Indonesia, usaha pengelolaan air limbah selama
ini terkonsentrasi pada peningkatan pelayanan, pengelolaan dan
pembuangan masih kurang memperhatikan minimasi, Untuk lebih jelasnya
akan diuraikan pada langkah dan tindakan berikut ini.

Dengan asumsi bahwa masih banyak pengematan yang dapat diperoleh


dari usaha kebersihan (good houskeeping) dan perbaikan teknologi kotor, maka
faktor minimasi sebesar 50% dalam periode 20 tahun tidak terlalu ambisius dan
dapat digunakan untuk memperkirakan potensi limbah. Beban pencemaran di
daerah perkotaan di Jawa dengan dan tanpa minimasi limbah ini,
menggambarkan bagaimana faktor minimasi sebesar 50% dapat mengurangi
beban pencemaran dari 370.000 ton menjadi 185.000 ton pada tahun 2020 di
daerah perkotaan di Jawa (World Bank 1994).

2.2. Pembuangan Limbah Padat


2.2.1 Pengertian sampah padat
Menurut World Health Organization (WHO) sampah adalah
sesuatu yang tidak digunakan, tidak dipakai, tidak disenangi atau sesuatu
yang dibuang yang berasal dari kegiatan manusia dan tidak terjadi dengan
sendirinya.

4
Permasalahan sampah menjadi ancaman bagi Indonesia, faktor yang
mempengaruhi jumlah sampah adalah jumlah atau kepadatan penduduk,
sistem pengelolaan sampah, keadaan geografi, musim dan waktu,
kebiasaan penduduk, teknologi serta tingkat sosial ekonomi
(Depkes RI., 1987).
Sampah dapat berasal dari kegiatan kita sehari-hari atau berasal dari
industri, tempat-tempat komersial, pasar, taman dan kebun. Dari
kandungan materinya, sampah dikelompokan menjadi dua jenis, yaitu
sampah organik atau sampah yang berasal dari bagian hewan, tumbuhan
dan manusia serta sampah anorganik atau sampah yang berasal dari bahan
mineral seperti logam, kaca, plastik.
Penelitian mengenai sampah padat di Indonesia menunjukkan
bahwa 80% merupakan sampah organik, dan diperkirakan 78% dari
sampah tersebut dapat digunakan kembali (Outerbridge, ed., 1991). Dapat
digunakan kembali artinya sampah tersebut dapat diolah dengan
menggunakan prinsip 3R (reduce, reuse, dan recycle). 3R adalah prinsip
utama mengelola sampah mulai dari sumbernya. Dengan pengolahan
sampah akan mampu mengurangi jumlah sampah yang akan dibuang ke
TPA (tempat pembuangan akhir).
Menurut Davis dan Cornwell (2008:737) menjelaskan bahwa kata
sampah padat merupakan suatu kata yang umum digunakan untuk
menggambarkan sesuatu yang kita buang. Sampah padat, dimana terdiri
dari bermacam benda-benda yang sudah dibuang, mengandung berbagai
macam zat baik yang dapat berbahaya maupun tidak bebahaya. Akan
tetapi secara umum, sampah padat yang menumpuk mampu menimbulkan
dampak yang cukup serius bagi populasi manusia yang padat. Masalah
sampah sebagai salah satu permasalahan lingkungan dapat dikatakan juga
sebagai masalah sosial yang perlu diatur karena mempengaruhi kehidupan
masyarakat luas sebagaimana dikatakan bahwa lingkungan merupakan

5
faktor pendukung kehidupan manusia. Langkah utama adalah pemilihan
sejak dari sumber. Menurut Enviromental Services Program (2011: 19)
kunci keberhasilan program kebersihan dan pengelolaan sampah terletak
pada pemilihan. Tanpa pemilihan pengolahan sampah menjadi sulit,
mahal dan beresiko tinggi mencemari lingkungan dan membahayakan
kesehatan.

2.2.2 Jenis sampah


Banyak sekali sampah-sampah yang ada di lingkungan masyarakat
yang dapat menggangu lingkungan sekitar dan berdampak pada kesehatan
masyarakat di lingkungan itu.Dalam Undang- Undang No.18 Tahun 2008
tentang Pengelolaan Sampah, jenis dan sumber sampah yang diatur
adalah :
1. Sampah Rumah Tangga
Yaitu sampah yang berbentuk padat yang berasal dari sisa kegiatan
sehari-hari di rumah tangga, tidak termasuk tinja dan sampah spesifik
dan dari proses alam yang berasal dari lingkungan rumah tangga.
Sampah ini bersumber dari rumah atau dari komplek perumahan.
2. Sampah Sejenis Sampah Rumah Tangga
Yaitu sampah rumah tangga yang bersala bukan dari rumah tangga dan
lingkungan rumah tangga melainkan berasal dari sumber lain seperti
pasar, pusat perdagangan, kantor, sekolah, rumah sakit, rumah makan,
hotel, terminal, pelabuhan, industri, taman kota, dan lainnya.
3. Sampah Spesifik
Yaitu sampah rumah tangga atau sampah sejenis rumah tangga yang
karena sifat,konsentrasi dan/atau jumlahnya memerlukan penanganan
khusus, meliputi, sampah yang mengandung B3 (bahan berbahaya
dan beracun seperti batere bekas, bekas toner, dan sebagainya), sampah

6
yang mengandung limbah B3 (sampah medis), sampah akibat bencana,
puing bongkaran, sampah yang secara teknologi belum dapat diolah,
sampah yang timbul secara periode (sampah hasil kerja bakti).

2.2.3 Pemilahan sampah


Pemilihan adalah memisahkan antara jenis sampah yang satu
dengan jenis yang lainnya. Minimal pemilihan menjadi dua jenis:
a. Sampah organik, yaitu sampah yang tidak dapat di daur ulangyang
dapat dirubah menjadi kompos yang bernilai seperti sayur, buah-buahan,
dansebagainya.
b. Sampah non-organik, yaitu sampah yang dapat di daur ulang menjadi
benda atau barang lain yang dapat bermanfaat kembali seperti plastik,
kaca, logam, dan sebagainya.
Wadah sampah yang baik adalah selalu tertutup sehingga lalat,
anjing, kucing atau tikus bisa dicegah masuk ke dalamnya, mudah
dibersihkan atau dicuci sehingga terpelihara kebersihannya, dan mudah
diambil sampahnya oleh tukang sampah.
Dalam pembuangan sampah, tempat sampah di golongkan atau di
bedakan menjadi lima macam tempat sampah yaitu :
 Tempat sampah berwarna hijau
Jenis tempat sampah berwarna hijau merupakan wadah untuk
pembuangan sampah padat organik seperti sisa – sisa makanan, daun
kering, sampah sayur dan kulit buah yang nantinya akan bisa diolah
untuk menjadi kompos.
 Tempat sampah berwarna kuning
Jenis tempat sampah berwrna kuning merupakan wadah untuk
pembuangan sampah padat non-organik seperti plastik.
 Tempat sampah berwarna merah

7
Jenis tempat sampah ini merupakan wadah untuk pembuangan
sampah padat non organik yang berbahaya dan beracun seperti
pecahan beling, kaca, sisa detergen dan obat nyamuk.
 Tempat sampah berwarna biru
Jenis tempat sampah ini merupakan wadah untuk pembuangan
sampah padat non organik berbahan kertas.
 Tempat sampah berwarna abu – abu
Jenis tempat sampah ini merupakan tempat sampah untuk
pembuangan residu.
Selain itu, menurut UU No. 18 Tahun 2008 pasal 20
tentang Pengelolaan Sampah berbunyi : “Pengurangan sampah sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 19 huruf a meliputi kegiatan:
a. pembatasan timbulan sampah
b. pendauran ulang sampah; dan/atau
c. pemanfaatan kembali sampah.

2.2.3 Pengangkutan sampah


Pengangkutan sampah biasa dilakukan dengan gerobak kecil dari
sumber sampah ke tempat penampungan sementara (TPS) yang biasanya
berupa transfer depo, kontainer atau pool gerobak. Pengangkutan sampah
secara teratur dan berkala akan mencegah menumpuknya sampah di
sekitar wadah.
Di TPS, sampah diangkut secara berkala ke TPA. Jika tidak, maka
beberapa permasalahan akan muncul seperti bau busuk,
berkembangbiaknya ribuan lalat, sarang nyamuk, tikus, kucing dan
anjing, serta sampah tercecer ke jalanan dan got sehingga terkesan kumuh
dan dapat mengakibatkan banjir.

1. Tempat Pembuangan Akhir (TPA)

8
Tempat Pembuangan Akhir (TPA) merupakan tempat dimana
sampah mencapai tahap terakhir dalam pengelolaannya sejak mulai
timbul di sumber, pengumpulan, pemindahan atau pengangkutan,
pengolahan dan pembuangan. TPA merupakan tempat dimana sampah
dikumpulkan secara aman agar tidak menimbulkan gangguan terhadap
lingkungan sekitarnya. Di TPA, sampah masih mengalami proses
penguraian secara alamiah dengan jangka waktu panjang. Beberapa
jenis sampah dapat terurai secara cepat, misalnya sisa makanan, kulit
buah, dedunan, dan lainnya. Sementara yang lain lebih lambat dan ada
beberapa jenis sampah yang tidak berubah atau tidak terurai hingga
berpuluh – puluh tahun misalnya plastik. Selama ini masih banyak
persepsi keliru tentang TPA yang lebih sering dianggap hanya
merupakan tempat pembuangan sampah. Hal ini menyebabkan banyak
Pemerintah Daerah yang masih berat untuk mengalokasikan pendanaan
bagi penyediaan fasilitas di TPA.

1.1 Persyaratan Lokasi TPA


Persyaratan lokasi TPA seperti tercantum dalam SNI tentang
Tata Cara Pemilihan Lokasi Tempat Pembuangan Akhir Sampah
yang diantaranya dalam kriteria regional yaitu :
 Bukan daerah rawan geologi (daerah patahan, daerah rawan
longsor, dan rawan gempa),
 Bukan daerah rawan hidrogeologis yaitu daerah dengan
kondisi kedalaman air tanah kurang dari 3 meter, jenis tanah
mudah meresapkan air, dekat dengan sumber air,
 Bukan daerah rawan topografis (kemiringan lahan lebih dari
20%),

9
 Bukan daerah rawan terhadap kegiatan penerbangan di
Bandara,
 Bukan daerah atau kawasan yang dilindungi.

2.2.4 Metode pembuangan sampah padat


Pembuangan sampah mengenal beberapa metode dalam
pelaksanaannya yaitu:
1. Open Dumping
Open dumping atau pembuangan terbuka merupakan cara
pembuangan sederhana dimana sampah hanya dihamparkan pada
suatu lokasi atau dibiarkan terbuka tanpa pengamanan dan
ditinggalkan setelah lokasi tersebut penuh.
Cara ini tidak disarankan untu digunakan lagi karena
banyaknya potensi pencemaran yang dapat ditimbulkannya seperti:
- Perkembangan vektor penyakit seperti lalat,
- Polusi udara oleh bau dan gas yang dihasilkan,
- Polusi air akibat banyaknya lindi (cairan sampah) yang timbul,
- Estetika lingkungan yang buruk karena pemandangan yang
kotor.
2. Control Landfill
Metode ini merupakan peningkatan dari open dumping
dimana sampah yang telah tertimbun ditutup dengan lapisan tanah
untuk mengurangi potensi gangguan lingkungan. Dalam
menjalankannya dilakukan perataan dan pemadatan sampah untuk
meningkatkan pemanfaatan lahan dan kestabilan permukaan TPA.
Untuk dapat melaksanakan metode ini diperlukan penyediaan
beberapa fasilitas diantaranya:

10
1. Saluran drainase untuk mengendalikan aliran air hujan,
2. Saluran pengumpul lindi dan kolam penampungan,
3. Pos pengendalian operasional,
4. Fasilitas pengendalian gas metan,
5. Alat berat.

3. Sanitary Landfill
Metode ini merupakan metode standar yang dipakai secara
internsional dimana penutupan sampah dilakukan setiap hari
sehingga potensi gangguan yang timbul dapat diminimalkan.
Namun demikian diperlukan penyediaan prasarana dan sarana
yang cukup mahal bagi penerapan metode ini sehingga sampai
saat ini baru dianjurkan untuk kota besar dan metropolitan.

2.3. Pembuangan Tinja

2.3.1 Pengertian pembuangan tinja manusia


Jamban adalah suatu bangunan yang digunakan untuk membuang
danmengumpulkan kotoran manusia(tinja) yang lazim disebut kakus atau
wc, sehingga kotoran atau najis tersebut tersimpan dalam suatu tempat
tertentu dan tidak menjadi penyebab atau penyakit dan mengotori
lingkungan pemukiman (Departemen Kesehatan, 2010).

2.3.2Masalah akibat pembuangan tinja

11
Jumlah manusia di bumi telah mencapai milyaran jumlahnya.
Pembuangan Tinja yang tidak dikelola dengan benar akan dapat
menyebabkan masalah-masalah terkait dengan banyaknya jumlah tinja
yang dihasilkan oleh manusia. Menurut jurnal dari Otik Widyastutik selaku
dosen dari Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas
Pontianak yaitu, pembuangan tinja manusia yang tidak memenuhi syarat
sanitasi dapat menyebabkan terjadinya pencemaran tanah serta penyediaan
air bersih, dan memicu hewan vektor penyakit, misalnya lalat, tikus atau
serangga lain untuk bersarang, berkembang biak serta menyebarkan
penyakit. Hal tersebut juga tidak jarang dapat menyebabkan timbulnya bau
yang tidak sedap.

Di Indonesia sendiri penyakit yang disebabkan oleh masalah


lingkungan, terutama masalah pembuangan tinja yang tidak memenuhi
standar begitu banyak jumlahnya. Penyakit tersebut disebabkan karena
kuman yang berada di tinja dapat menyebar dan menjangkiti manusia.
Beberapa penyakit tersebut di antara lain yaitu, diare, cholera, disentri,
polio myelitis, askariasis, tipus abdominalis, viralhepatitis dan sebagainya
(DepKes RI, 2007).

Kontaminasi oleh Tinja yang dipenuhi oleh mikroorganisme patogen


mempunyai siklus seperti bagan di bawah ini:

Gambar 3.1
Siklus Kontaminasi Tinja

12
Dari bagan di atas didapatkan bahwa dari tinja, apabila tidak
ditangani dengan benar, akan mencemari air dan tanah, terkena oleh
tangan, dihinggapi serangga. Apabila manusia mengkonsumsi makanan
atau minuman yang airnya telah terkontaminasi, dihinggapi serangga yang
sebelumnya menghinggapi tinja, manusia pada akhirnya akan dapat sakit
atau bahkan meninggal dunia. Hal seperti ini dapat terjadi dikarenakan tinja
mengandung banyak mikroorganisme patogen yang dapat berpindah
menuju manusia melalui hal-hal yang disebutkan di atas.

2.3.3Kriteria jamban sehat sebagai tempat pembuangan tinja


Menurut Ehlers & Steel (Wagner & Lanoix, 1958), tempat
pembuangan tinja yang sesuai dengan kesehatan, antara lain:
1. Tidak boleh mengotori air permukaan.
2. Tidak boleh mengotori air tanah dalam.
3. Kotoran tidak boleh terbuka sehingga dapat dipakai tempat lalat bertelur
atau perkembang biakan vektor penyakit lainnya.
4. Kakus harus terlindung dari penglihatan orang lain.
5. Pembuatannya mudah dan murah.

2.3.4Metode pembuangan tinja


Wagner & Lenoix (1958, hlm 39 – 42) mengkategorikan teknik
pembuangan tinja ke dalam dua kelompok yaitu Teknik Pembuangan Tinja
dengan Sistem Jamban(privy method) dan Teknik Pembuangan Tinja
dengan Sistem Aliran Air (watercarried method).
Teknik pembuangan tinja dengan sistem jamban dibagi menjadi tiga, yaitu:
1. Teknik yang menggunakan jamban tipe utama,
2. Teknik yang menggunakan jamban tipe yang kurang dianjurkan, dan
3. Teknik yang menggunakan jamban untuk situasi khusus.
1. Teknik yang menggunakan jamban tipe utama.

13
Ada dua jenis jamban yang memenuhi kriteria jamban yang sehat di
atas yaitu jamban cubluk dan jamban air.
a. Jamban cubluk
Jamban cubluk biasa ditemukan di Eropa, Afrika, maupun
Timur Tengah. Jamban jenis ini apabila penempatan dan
konstruksinya sedikit diperhatikan tidak akan membuat tanah
terkontaminasi, yaitu asalkan jauh dari sumber air. Serangga pun
tidak akan masuk ke jamban asalkan tutup Jamban tertutup. Oleh
karena itu, jamban ini termasuk jenis jamban sehat dan ideal.

Gambar 3.2. Jamban Cubluk (Wagner & Lanoid 1958)


b. Jamban air
Jamban air merupakan jamban modifikasi dari jamban
yang menggunakan tangki pembusukan. Apabila tangki yang
digunakan kedap air, tanah, air tanah maupun air di sekitar
tangki tidak akan terkontaminasi. Lalat pun tidak akan tertarik
karena tangki tertutup dan bau tidak akan terdeteksi.

14
Gambar 3.3. Jamban air (Wagner & Lanoid 1958)
c. Jamban leher angsa
Jamban leher angsa atau jamban tuang siram yang
menggunakan sekat air bukanlah jenis instalasi pembuangan
tinja yang tersendiri, melainkan lebih merupakan modifikasi
yang penting dari slab atau lantai jamban biasa.

Gambar 3.4. Jamban Leher Angsa

2. Teknik yang menggunakan jamban tipe yang kurang dianjurkan.


Jamban bor (bored-hole latrine), jamban keranjang (bucket latrine),
jamban parit (trench latrine), dan jamban gantung (overhung privy) kurang
dianjurkanpenggunaannya karena berbagai resiko pencemaran dan
penularan penyakit yangdapat ditimbulkannya. Jamban bor merupakan
variasi dari jamban cubluk namun dengan kapasitas yang jauh lebih kecil,
sehingga rentan penuh dan sangat rentan mencemari lingkungan.

15
3. Teknik yang menggunakan jamban untuk situasi khusus
Beberapa jenis jamban yang cocok untuk situasi khusus adalah
jambankompos, jamban kimia, jamban kolam dan jamban gas bio. Kakus
komposdigunakan didaerah yang penduduknya yang suka membuat
kompos daricampuran tinja dan sampah organik di jamban yang
digunakannya.

4. Teknik Pembuangan Tinja menggunakan sistem Aliran air


Teknik ini sangat dianjurkan karena metode ini memenuhi seluruh
standar metode yang paling sehat dan merupakan metode yang paling
ramah lingkungan.Berbagai metode dapat digunakan untuk membuang
limbah cair, metode-metode tersebut meliputi:
a. Pembuangan dengan pengenceran di badan air yang besar
b. Penggunaan kolam pembuangan
c. Penggunaan sumur peresapan
d. Penggunaan system tangki pembusukan yang terdiri dari tangki
pengendapan ruang tunggal atau ruang ganda, diikuti bidang irigasi
bawah tanah, parit penyaring, pasir penyaring, dan penyaring tetes.

2.4. Pengendalian Vektor dan Rodent


2.4.1. Pengertian vektor dan rodent

MenurutWorld Health OrganizationWHO (1993) vektor adalah


seekor binatang yang membawa bibit penyakit dari seekor binatang atau
seorang manusia kepada binatanglainnya atau manusia lainnya. Chandra
(2006) menyebutkan bahwa vektor adalah organisme hidup yang dapat
menularkan agen penyakit dari suatuhewan ke hewan lain atau manusia

16
Ada dua jenis vektor yaitu vektor biologis dan vektor
mekanis.Vektor disebut vektor biologis jika sebagian siklus hidup
parasitnya terjadi dalam tubuh vektor tersebut. Vektor disebut sebagai
vektor mekanis jika sebagian siklus hidup parasitnya tidak terjadi dalam
tubuh vektor tersebut (Natadisastra dan Agoes, 2005). Contohnya lalat
sebagai vektor mekanis dalam penularan penyakit diare, trakoma,
keracunan makanan, dantifoid, sedangkan nyamuk -nopheles sebagai
vektor biologis dalam penularan penyakit malaria (Chandra, 2006)

Rodent adalah hewan pengerat yang memiliki gigi depan yang


selalutumbuh dan biasanya pada manusia bisa menyebabkan penyakit dan
dapatdigunakan sebgai hewan percobaan. Tikus adalah suatu jenis
binatang pengerat yang perkembangbiakannya sangat cepat dan sering
merugikan manusia karena dalam kehidupan sehari-harinya tikus sering
merusak bahan makanan dan peralatan manusia baik di rumah, kantor,
gudang, dsb.Tikus juga merusak kabel sehingga dapat menyebabkan
terjadinya

Ada beberapa aspek epidemiologi yang dapat mempengaruhi


terjadinya suatu penyakit, diantaranya :

a. Cuaca
Iklim dan musim merupakan faktor utama yang
memepengaruhi terjadinya faktor infeksi. Agens penyakit tertentu
ditemukan terbatas di daerah tertentu karena mereka membutuhkan
reservoir dan vekto untuk kelangsungan hidupnya.
b. Vektor
Organisme hidup yang dapat menularkan agents penyakit dari
satu hewan ke hewan lainnya disebut sebagai vektor. Arthopoda

17
merupakan vektor penting didalam penularan penyakit parasite dan
virus yang lebih spesifik.
c. Reservoir
Hewan-hewan yang menyimpan kuman pathogen tetapi hewan
tersebut tidak terekena penyakit disebut reservoir. Reservoir untuk
arthropodborne disease adalah hewan yang dapat hidup bersama
pathogen.
d. Geografis
Insidensi penyakit yang ditularkan arthropoda berhubungan
langsung dengan geografis tempat reservoir dan vektor berada.
Bertahan hidupnya agents penyakit bergantung pada iklim (suhu,
kelembaban dan curah hujan) dan fauna lokal.
e. Perilaku Manusia
Interaksi antar manusia, kebiasaan manusia untuk membuang
sampah seacara sembarangan, kebersihan individu, dan lingkungan
menjadi penyebab penularan penyakit bawaan arthropoda
(arthropodborne disease)
2.4.2. Jenis vektor
Arthropoda, berasal dari kata “arthro” dan “poda”, meruapakn suatu
filum kerajaan binatang. Hewan yang termasuk dalam filum ini memiliki
organ dengan lubang eksokeleston yang bersendi dan keras seta tungkai yang
bersatu. Anggota filum ini antara lain :
1. Kelas Insekta
2. Kelas Arachnida
3. Kelas Crustaseae

2.4.3. Transmisi penyakit

18
Agens penyebab penyakit infeksi umumnya ditularkan pada manusia
yang rentan. Mekanisme utama penularan transmisi agents infeksius dapat
melalui beberapa cara, yaitu :
1. Dari orang ke orang
2. Melalui Udara
3. Melalui makanan dan air
4. Melalui hewan
5. Melalui vektor arthropoda

Transmisi Arthropodborne Disease

Masuknya agens penyakit ke dalam tubuh manusia sampai terjadi gejala


penyakit disebut masa inkubasi.Khusus Arthropodborne Disease terdapat dua periode
masa inkubasi, periode pada tubuh vektor dan periode pada manusia.

Beberapa istilah yang sering digunakan transmisi Arthropodborne Disease, antara


lain :

1. Inokulasi (Inoculation)
Masuknya agen penyakit atau bibit yang berasal dari arthropoda
kedalam tubuh manusia melalui gigitan pada kulit atau deposit pada
membrana mukosa.
2. Infestasi (Infestation)
Masuknya arthropoda pada permukaan tubuh manusia kemudian berkembang
biak disebut sebagai infestasi, contohnya scabies.
3. Extrinsic Incubation Period dan Intrinsic Incubation Period
Waktu yang diperlukan untuk perkembangan agen penyakit dalam
tubuh vektor disebut sebagai masa inkubasi ektrinsik, sedangkan waktu yang
diperlukanuntuk perkembangan agen penyakit dalam tubuh manusia disebut
sebagai masainkubasi intrinsik. Contohnya parasit malaria dalam tubuh
nyamuk anopheles berkisar antara 10- 14hari tergantung dengan temperatur

19
lingkungan. Masa inkubasi intrinsik dalam tubuh manusia berkisar antara 12-
30 hari tergantung dengan jenis plasmodium malaria.
4. Definitive Host dan Intermediate Host
Apabila terjadi siklus seksual dalam tubuh vektor atau manusia maka
vektor atau manusia tersebut disebut sebagai host definitif, sedangkan apabila
terjadisiklus aseksual maka disebut sebagai host intermediet.5ontohnya
parasitmalaria mengalami siklus seksual dalam tubuh nyamuk dan siklus
aseksualdalam tubuh manusia, maka nyamuk Anopheles
adalah host definitif dan manusia adalah host intermediet.

Berikut 3 jenis cara penularan arthropoborne disease.

1. Kontak Langsung
Arthropoda secara langsung memindahkan penyakit dari satu orang ke
orang lain melalui kontak langsung. Contohnya adalah scabies.
2. Transmisi Secara Mekanik
Arthropoda sebagai vektor mekanik membawa agen penyakit dari
manusia berupa tinja dan darah. Kontaminasi bisa hanya pada permukaan
tubuh arthropoda tapi juga bisa dicerna dan kemudian dikeluarkan melalui
ekskreta Contohnyaadalah Salmonella typhosa, Escherichia coli, dan,
Shigella

3. Transmisi Secara Biologi


Agen penyakit mengalami perubahan siklus dengan atau tanpa multiplikasi
didalam tubuh arthropoda. Ada 3 cara transmisi biologis yaitu :
1. Propagative transmission, agen penyakit tidak mengalami perubahan
siklus, tetapi bermultiplikasi didalam tubuh vektor. Contoh : plague bacilli
pada pinjal tikus.

20
2. Cyclo-propagative, agens penyakit mengalami perubahan siklus dan
bermultiplikasi didalam tubuh arthropoda. Contoh : parasit malaria
padanyamuk anopheles.
3. Cyclo-developmental , agens penyakit mengalami perubahan siklus, tetapi
tidak bermultiplikasi didalam tubuh arthropoda. Contoh : parasil filarial
pada nyamuk culex, dan cacing pita pada Cyclops.

Parasit (dalam tubuh) vektor)

Multifikasi
Perubahan Siklus

Cyclo-developmental Propagative
Cyclo-propagative
Gambar 4.1 Persebaran Transmisi Secara Biologi
Sumber : Buku Pengantar Kesehatan Lingkungan

2.4.4. Pengendalian vektor dan rodent


Ada beberapa prinsip yang perlu diketahui salam pengendalian vektor
dan rodent antara lain :
1. Pengendalian Lingkungan
Cara terbaik untuk mengontrol vektro dan rodent karena hasilnya
bersifat permanen. Contoh : Membersihkan tempat-tempat hidup vektor dan
rodent.
2. Pengendalian Kimia
Penggunaan insektisida seperti golongan organoklorin, golongan
karbamat, golongan organofosfat. Namun, penggunaan insektisida ini dapat
menimbulkan kontaminasi pada lingkungan.
3. Pengendalian Biologi

21
Pengendalian ini digunakan untuk mengurangi pencemaran
lingkungan akibat pemakaian bahan insektisida yang berasal dari bahan-bahan
beracun. Contoh : Pemeliharaan Ikan.

Sedangkan pengendalian vektor menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik


Indonesia Nomor 50 Tahun 2017 pasal 5 ayat 2 dan 3 tentang Standar baku mutu
kesehatan lingkungan dan persyaratan kesehatan untuk vektor dan binatang pembawa
penyakit serta pengendaliannyaberbunyi : “Pengendalian Vektor dan Binatang
Pembawa Penyakit sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi kegiatan:

a) pengamatan dan penyelidikan Bioekologi, penentuan status kevektoran,


status resistensi, dan efikasi, serta pemeriksaan sampel;
b) Pengendalian Vektor dan Binatang Pembawa Penyakit dengan metode fisik,
biologi, kimia, dan pengelolaan lingkungan; dan
c) Pengendalian terpadu terhadap Vektor dan Binatang Pembawa Penyakit.

“Pengendalian terpadu sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf c dilakukan


berdasarkan asas keamanan, rasionalitas dan efektivitas pelaksanaanya, serta dengan
mempertimbangkan kelestarian keberhasilannya.”

2.4.5. Macam-macam vektor dan rodent


1. Nyamuk
Nyamuk adalah vektor mekanis penyakit pada manusia
dan hewan yang disebabkan oleh virus dan parasit. Nyamuk yang
terbang dan menggigit pada siang hari.Berikut adalah penjelan
mengenai penyakit akibat dari vektor nyamuk.
a. Malaria

22
Penyakit malaria disebabkan oleh parasit protozoa yang di
bawa oleh nyamuk Anopheles yang merupakan vector dari penyakit
ini. Pada manusia di temukan 4 jenis Plasmodium adalah
Plasmodium Vivax, P. ovale, P. malariae dan P. Falciparum.
b. Deman Berdarah
Demam berdarah disebabkan oleh type virus Flavivirus. Ada
4 Flavivirus yang dapat menyebabkan demam berdarah atau demam
yang di sertai shock ( DHF/DSS).
c. Deman Kuning
Vektor utama Demam kuning adalah Ae. aegypti. Ciri klasik
demam kuning adalah hepatitis yang merupakan penyebab
terjadinya warna kuning pada kulit. Pencegahan dapat dilakukan
dengan menghindari dari gigitan nyamuk, menggunakan zat
penolak serangga, pakaian proteksi dan menggunakan kelambu.
d. Kaki Gajah
Salah satu anggota nematode yang merupakan parasit
penting pada manusia adalah cacing filarial yang menyebabkan
penyakit filariasis. Gejala penyakit Filariasis adalah Lymphatic
Filariasis pada manusia dapat berbentuk kronik dan akut serta
adanya syndrome yang berhubungan dengan infeksi yang mungkin
dapat atau tidak di sebabkan oleh parasit.

23
Gambar 4.2 Proses Terjadinya Filiarisis
Sumber :https://id.wikipedia.org/wiki/Filariasis

e. Chikungunya
Vektor utama Chikungunya adalah jenis-jenis nyamuk
seperti :Aedes , culex anopheles dan mansonia.. Nyamuk- nyamuk
yang mengandung virus chikungunya menyebarkan penyakit
dengan menusuk dan mengisap darah dari satu orang ke orang lain.

Cara Pengendalian Nyamuk

a. Pengendalian Mekanis yaitu dengan cara hilangkan sarang nyamuk,


membersihkan kontainer, tambak, dan sebagainya, membersihkan
lingkungan.
b. Pengendalian Fisika dengan cara Penyinaran Radiasi.
c. Pengendalian Kimia dengan cara menggunakan insektisisda untuk
membunuh larva nyamuk.
d. Pengendalian Biologi adalah pengendalian vektor nyamuk dengan
menggunakan bakteri pathogen B. thuringiensis.
e. Pengendalian cara terpadu terhadap vektor nyamuk dalam hal ini
dengan melibatkan masyarakat dan pemerintah dalam hal ini lintas
sektoral yaitu dengan melakukan beberapa kegiatan seperti secara
rutin melakukan pembersihan lingkukan seperti jumat bersih di
sekolah dan kantor dan kegiatan penyemprotan atau pengasapan
yang melibatkan masyarakat dan pemerintah dalam hal ini Dinas
Kesehatan.
2. Lalat

24
Lalat adalah penyebab penyakit karena vektor ini biasannya
hidup ditempat yang kurang bersih.Penularan penyakit ini terjadi
secara mekanis, dimana kulit tubuh dan kaki-kakinya yang kotor
tadi, merupakan tempat menempelnya micro- organisine penyakit
yang kemudian Jalat tersebut hinggap pada makanan.Berikut adalah
penjelan mengenai penyakit akibat dari vektor lalat.
a. Disentri
Penyebaran bibit penyakit yang dibawa oleh lalat rumah yang
berasal dari sampah, kotoran manusia atau hewan terutama melalui
bulu-bulu badannya, kaki dan bagian tubuh yang lain dari lalat dan
bila lalat hinggap ke makanan manusia maka kotoran tersebut akan
mencemari makanan yang akan dimakan oleh manusia ini.
b. Diare
Cara penyebarannya sama dengan desentri dengan gejala
sakit pada bagian perut, feses lembek dan cair, dehidrasi,
kehilangan nafsu makan, dan terus menerus ke toilet.
c. Typhoid
Cara penyebaran sama dengan desentri, gangguan pada usus,
sakit pada perut, sakit kepala, berak darah dan demam tinggi.
d. Kolera
Cara penyebarannya sama dengan desentri dengan gejala
muntah-muntah, demam, dehidrasi.

Cara Pengendalian

Tindakan pengendalian lalat dibagi menjadi 2 yaitu :


1. Secara tak langsung dengan mengurangi atau menghilangkan
perindukan lalat, mengurangi sumber yang menarik lalat,
melindungi makanan ataupun peralatan makan dan orang yang
kontak dengan lalat.

25
2. Secara Langsung dengan dibagi menjadi 3 cara yaitu, cara fisik,
cara kimiawi dan cara biologi.

3. Tikus
Tikus dan mencit adalah hewan mengerat (rodensia) yang lebih
dengan dengan hama pertanian, perusak barang digudang atau
hewan yang menjijikan di perumahan. Penyakit yang ditularkan
tersebut disebabkan oleh infeksi berbagai agen penyakit dari
kelompok virus, bakteri, protozoa, dan cacing. Dan penyakit ini
dapat ditularkan kepada manusia secara langsung melaui ludah,
urin, dan fesesnya tau melalui gigitan ektoparasitnya. Berikut
adalah penjelan mengenai penyakit akibat dari vektor Tikus.
Menurut Centers for Disease Control and Prevention (CDC)
(1993), ada beberapa penyakit yang disebabkan oleh tikus, antara
lain :
a. Murine Thypus
Penyakit ini disebabkan infeksi virus R. Typhi yang
ditularkan padamanusia melalui kutu yang berasal dari tikus. Kutu
dari tikus yang sudah terinfeksi virus ini bisa ditemukan sepanjang
tahun di lingkungan tropis yang lembab, seperti Indonesia.
b. Hantaviru Pulmonary Syndrome (HPS)
Penyakit ini merupakan penyakit berbahaya yang disebabkan
tikus yangterinfeksi melalui air seni, tinja, atau air liur.
Penularannya dapat terjadisaat menghirup udara yang sudah
tercemar hantavirus penyebab HOS.
c. Rat-Bite Fever (RBF)
Penyakit ini disebabkan oleh bakteri Streptobacillus
moniliformis yang ditularkan melalui gigitan atau cakaran tikus.

26
RBF juga bisa menular karena konsumsi makanan yang sudah
tercemar kotoran tikus.
d. Salmonella enterica serovoar Typhimurium
Penyakit ini menimbulkan gejala diare, kram perut, muntah!
muntah, sertamual dan bisa berlangsung selama 7 hari. Pada anak-
anak jika tidak ditangani dengan serius bisa berakibat fatal.
e. Leptospirosis
Penyakit ini ditimbulkan bakteria dari genus Leptospira. Jika
dialami manusia banyak gejala yang timbul seperti demam tinggi,
pusing,menggigil, kejang otot, muntah, mata merah, sakit pada otot
perut, diare,serta ruam kulit. Jika tidak ditangani bisa menyebabkan
kerusakan ginjal,meningitis, kegagalan fungsi hati, serta gangguan
pernafasan

Cara Pengendalian

Pengendalian tikus secara kimiawi dilakukan dengan


menggunakan umpan beracun. Pengendalian tikus dengan
menggunakan umpan beracun atau perangkap berumpan racun
mempunyai efek sementara, racun perut (Rodentisia campuran,
antikoagulan kronik) adalah umpan beracun yang hanya dianjurkan
digunakan didaerah/tempat yang tidak dapat dicapai oleh hewan
Somestik dan anak-anak.

2.5. Penyakit Berbasis Lingkungan

Pengaruh lingkungan dalam menimbulkan penyakit pada manusia, seperti


dikemukakan Blum dalam Planing for health, development and application of
social change theory, bahwa faktor lingkungan berperan sangat besar dalam
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Sebaliknya kondisi kesehatan

27
masyarakat yang buruk, termasuk timbulnya berbagai penyakit juga
dipengaruhi oleh lingkungan yang buruk (Anies, 2006).

2.5.1 ISPA (Infeksi Saluran Pernafasan Akut)

ISPA adalah infeksi saluran pernapasan yang disebabkan oleh bakteri


Streptococcus pneumonia, hemophilhillus influenza, asap dapur, dan
sirkulasi udara yang tidak baik. berlangsung sampai 14 hari, yang dimaksud
dengan saluran pernafasan adalah mulai dari hidung sampai gelembung paru
beserta organ-organ disekitarnya seperti sinus, ruang telinga tengah dan
selaput paru (Depkes RI, 2001).

ISPA dapat dicegah dengan cara menjaga sirkulasi udara dalam rumah
dengan membuka jendela setiap hari, menghindari polusi udara di dalam
rumah seperti asap dapur dan asap rokok, menjaga kebersihan rumah dan
lingkungan sekitarnya (Depkes RI, 2001).

2.5.2 Diare

Diare adalah buang air besar lembek sampai encer lebih dari 3 kali
dalam satu hari. Diare dapat disebabkan oleh bakteri/virus seperti: Rotavirus,
Escherrichia Coli Enterotoksigenik (ETEC), Shigella, Compylobacter Jejuni,
Cryptospondium (Depkes RI, 2001).

Diare karena bakteri Escherrichia Coli (E.Coli) berkembang biak


dalam tinja manusia, cara penularan melalui makanan yang terkontaminasi
dengan bakteri E.Coli yang dibawa oleh lalat yang hinggap pada tinja, air
yang terkontaminasi bakteri E.Coli yang tidak dimasak sampai mendidih,
tangan yang terkontaminasi bakteri E.Coli karena sudah buang air besar
tidak mencuci tangan dengan sabun (Depkes RI, 2001).

Cara pencegahan diare dapat dilakukan antara lain: menutup makanan


agar tidak dihinggapi lalat, tidak buang air besar sembarangan, mencuci

28
tangan dengan sabun sebelum menyiapkan makanan dan setelah buang air
besar, memasak air sampai mendidih dan menggunakan air bersih yang
memenuhi syarat (Depkes RI, 2001).

2.5.3 Demam Berdarah Dengue (DBD)

Demam Berdarah Dengue disebabkan oleh virus dengue dan


ditularkan oleh nyamuk Aedes Aegypti, dengan cara seseorang yang dalam
darahnya mengandung virus Dengue digigit setelah satu minggu di dalam
tubuh nyamuk, dan nyamuk menggigit orang sehat maka nyamuk akan
menularkan virus Dengue sehingga dapat menularkan kepada orang sehat
lainnya (Depkes RI, 2001).

Nyamuk Aedes Aegypti berkembang biak di dalam dan di luar rumah


seperti ember, drum, tempayan, tempat penampungan air bersih, dan lain
sebagainya.

Upaya praktis yang dapat dilakukan dalam pengendalian vector dan


pemberantasan penyakit DBD adalah sebagai berikut (Anies, 2006) :

1. Menguras tempat penyimpanan air seperti bak mandi, drum,


gantilah air di vas bunga serta di tempat minum burung
sekurang-kurangnya seminggu sekali.
2. Menutup rapat tempat penampungan air seperti drum dan
tempayan agar nyamuk tidak dapat masuk dan berkembang
biak.
3. Jangan meletakkan pakaian digantungan di tempat terbuka
misalnya dibelakang pintu kamar agar nyamuk tidak hinggap.
4. Perlindungan diri terhadap gigitan nyamuk misalnya dengan
menggunakan anti nyamuk.

2.2.4 Malaria

29
Penyakit malaria adalah penyakit yang disebabkan oleh parasit dari
genus Plasmodium yang termasuk golongan protozoa, yang penularannya
melalui vector nyamuk Anopheles spp, dengan gejala demam, pening, lemas,
pucat, nyeri otot, menggigil, suhu bias mencapai 40ºC.

Beberapa faktor ligkungan sangat berperan dalam berkembang biaknya


nyamuk sebagai vector penular malaria, faktor-faktor tersebut antara lain,
lingkungan fisik seperti suhu udara.

Tempat berkembangbiak nyamuk Anopheles antara lain : kolam ikan


yang tidak dipakai lagi, bekas galian tanah atau pasir yang terisi air hujan,
batang bamboo yang dapat menampung air hujan, kaleng bekas, serta
saluran air yang tidak mengalir (Depkes RI, 2001).

Lingkungan biologi juga berperan dalam perkembangbiakan vector


penular malaria, misalnya ada lumut, yang membuat Anopheles sundaicus
merasa nyaman untuk membesarkan anak keturunannya berupa telur dan
larva (Achmadi, 2008).

Penyakit malaria dapat menular dengan cara nyamuk malaria


menggigit dan menghisap darah orang yang sakit malaria, parasit di dalam
tubuh manusia masuk ke dalam tubuh nyamuk, parasit tersebut
berkembangbiak dalam tubuh nyamuk dan menjadi matang, setelah parasit
matang, jika nyamuk menggigit manusia sehat maka parasit malaria akan
masuk ke dalam tubuh orang yang sehat, maka orang yang sehat akan
menjadi sakit (Depkes RI, 2001).

Malaria dapat dicegah dengan membersihkan semak belukar di sekitar


rumah, mengubur barang-barang bekas yang dapat menampung air hujan,
membersihkan tempat air minum burung dan vas bunga secara teratur,.
(Depkes RI, 2001).

30
Pencegahan malaria juga dapat dilakukan dengan memasang kasa
nyamuk dan jendela, menggunakan anti nyamuk, jangan bergadang pada
malam hari serta menutup seluruh badan jika diluar rumah pada malam hari
(Depkes RI, 2001).

2.2.5 Penyakit Kulit

Penyakit kulit atau sering disebut dengan kudis/scabies/gudik/budukan


yang disebabkan oleh tungau atau sejenis kutu yang sangat kecil (Sarcoptes
Scabies), tempat berkembangbiaknya adalah dilapisan tanduk kulit dan
membuat terowongan dibawah kulit sambil bertelur.

Penularannya dapat melalui kontak langsung dengan penderita atau


melalui perantara seperti baju, handuk, sprei. pencegahan dapat dilakukan
dengan menghindar menukar baju, handuk, menjaga kebersihan lingkungan
dan personal hygiene (Depkes RI, 2001).

BAB 3
PENUTUP

3.1. Kesimpulan
Limbah cair dan padat yang tidak diolah secara benar akan dapat mencemari
lingkungan dan dapa mengganggu kelangsungan ekosistem sekitar. Limbah
cair dapat diolah dengan meminimasi air limbah, meningkatkan pelayanan air
limbah, dan mengolahnya agar menjadi ramah lingkungan. Di lain sisi, limbah
padat dapat dipilah lalu dikelola dengan menggunakan prinsip 3R (Reduce,
Reuse, Recycle).

31
Masalah lain yang perlu diperhatikan lebih lanjut adalah vektor dan rodent.
vektor dan rodent berkontribusi langsung dalam penyebaran beberapa
penyakit menular. Namun, dengan penanganan yang tepat, vektor dan rodent
tidak perlu lagi ditakuti sebagai penyebar penyakit.
Hal-hal yang disebutkan di atas dapat menyebakan banyak sekali masalah
kesehatan serius semacam DBD, malaria, diare, dan penyakit kulit. Oleh
karena itu penanganan tepat guna untuk tiap penyakit tetaplah harus
dilakukan.

3.2. Saran
Pelayanan maupun fasilitas dalam bidang kesehatan di indonesia, terlebih
langkah-langkah preventif dalam menghadapi masalah kesehatan di Indonesia
belum memadai standar yang ditetapkan. Setidaknya, masyarakat indonesia
seharusnya dapat terbina secara khusus agar kesehatan lingkungan terjaga
dengan baik dan masalah kesehatan dapat terhindarkan.

Daftar Pustaka

Chandra, B 2005, Pengantar Kesehatan Lingkungan, edk 1, Jakarta, Buku


Kedokteran EGC

Depkes RI, 2008, Kesehatan lingkungan, Jakarta.

Depkes RI, 2006, Profil Kesehatan. Jakarta.

Depkes RI, 2007, Kesehatan Lingkungan. Jakarta.

Dobiki, 2018, ‘Analisis Ketersediaan Prasarana Persampahan di Pulau Kumo Dan


Pulau Kakara Di Kabupaten Halmahera Utara, Spasial, vol. 5, no. 2, hh. 220 –
228.

32
Komariah, Pratista, S & Malaka T, 2010, ‘Pengendalian Vektor’, vol.6, no.1,
hh.35-41

Sabari Yunus & Kusuma, 2011, ‘Presepsi Masyarakat Terhadap Pengelolaan


Sampah Padat Perkotaan di Kecamatan Dom Aleixo Kabupaten Dili Timor
Leste’,MGI, vol. 25, no. 2, hh. 162-180

Soeparman, H.M. 2001, Pembuangan Tinja Dan Limbah Cair, EGC, Jakarta.

Victor M. Ehlers, Ernest W. Steel, Municipal and rural sanitation, McGraw-Hill,


New York.

Wagner, Lanoix, J N. 1958, Excreta Dispsal of Rural Areas and Small


Communities, World Health Organization, Geneva.

Wahyono, 2001, ‘Pengolahan Sampah Organik dan Aspek Saanitasi’, Teknologi


Lingkungan, vol. 2, no. 2, hh. 113-118.

WIDYASTUTIK, Otik. FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN


KEPEMILIKAN JAMBAN SEHAT DI DESA MALIKIAN, KALIMANTAN
BARAT. IKESMA, [S.l.], v. 13, n. 1, aug. 2017. ISSN 1829-7773. Available at:
<https://jurnal.unej.ac.id/index.php/IKESMA/article/view/5223>. Date accessed:
12 sep. 2019. doi: https://doi.org/10.19184/ikesma.v13i1.5223.

33

Anda mungkin juga menyukai