PENDAHULUAN
1
1.2 Rumusan Masalah
Apa saja dampak dari pembuangan limbah cair terhadap lingkungan?
Apa saja dampak dari pembuangan sampah padat terhadap lingkungan?
Apa saja dampak dari pembuangan tinja manusia terhadap lingkungan?
Bagaimana upaya pengendalian vektor dan rodent terhadap kesehatan?
Apa sajakah penyakit-penyakit berbasis lingkungan?
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Agar masyarakat mengetahui dan menyadari pentingnya
memiliki lingkungan yang sehat sehingga dapat meningkatkan taraf
hidup.
1.3.2 Tujuan Khusus
Untuk mengetahui dampak dari pembuangan limbah cair terhadap
lingkungan
Untuk mengetahui dampak dari pembuangan sampah padat
terhadap lingkungan
Untuk mengetahui dampak dari pembuangan tinja manusia
terhadap lingkungan
Untuk mengetahui upaya pengendalian vektor dan rodent terhadap
kesehatan.
Untuk mengetahui penyakit-penyakit berbasis lingkungan.
2
BAB 2
PEMBAHASAN
Pencemaran Limbah Rumah Tangga dan Industri Air limbah rumah tangga
merupakan sumber utama pencemaran badan air di daerah perkotaan
3
Program ini berupaya mengurangi air limbah baik dari industri maupun
yang dihasilkan dari rumah tangga.
2. Penigkatan pelayanan. Program ini lebih diarakan untuk meningkatkan
pelayanan air limbah rumah tangga, karena air limbah industri biasanya
dikelola oleh masing-masing industri.
3. Pengelolaan dan pembuangan. Limbah yang dihasilkan masih perlu diolah
dan dibuang dengan cara yang akrab lingkungan. Supaya strategi ini
berhasil, ketiga langkah di atas harus diberlakukan secara “terintegrasi” dan
tidak dapat dipisahkan. Di Indonesia, usaha pengelolaan air limbah selama
ini terkonsentrasi pada peningkatan pelayanan, pengelolaan dan
pembuangan masih kurang memperhatikan minimasi, Untuk lebih jelasnya
akan diuraikan pada langkah dan tindakan berikut ini.
4
Permasalahan sampah menjadi ancaman bagi Indonesia, faktor yang
mempengaruhi jumlah sampah adalah jumlah atau kepadatan penduduk,
sistem pengelolaan sampah, keadaan geografi, musim dan waktu,
kebiasaan penduduk, teknologi serta tingkat sosial ekonomi
(Depkes RI., 1987).
Sampah dapat berasal dari kegiatan kita sehari-hari atau berasal dari
industri, tempat-tempat komersial, pasar, taman dan kebun. Dari
kandungan materinya, sampah dikelompokan menjadi dua jenis, yaitu
sampah organik atau sampah yang berasal dari bagian hewan, tumbuhan
dan manusia serta sampah anorganik atau sampah yang berasal dari bahan
mineral seperti logam, kaca, plastik.
Penelitian mengenai sampah padat di Indonesia menunjukkan
bahwa 80% merupakan sampah organik, dan diperkirakan 78% dari
sampah tersebut dapat digunakan kembali (Outerbridge, ed., 1991). Dapat
digunakan kembali artinya sampah tersebut dapat diolah dengan
menggunakan prinsip 3R (reduce, reuse, dan recycle). 3R adalah prinsip
utama mengelola sampah mulai dari sumbernya. Dengan pengolahan
sampah akan mampu mengurangi jumlah sampah yang akan dibuang ke
TPA (tempat pembuangan akhir).
Menurut Davis dan Cornwell (2008:737) menjelaskan bahwa kata
sampah padat merupakan suatu kata yang umum digunakan untuk
menggambarkan sesuatu yang kita buang. Sampah padat, dimana terdiri
dari bermacam benda-benda yang sudah dibuang, mengandung berbagai
macam zat baik yang dapat berbahaya maupun tidak bebahaya. Akan
tetapi secara umum, sampah padat yang menumpuk mampu menimbulkan
dampak yang cukup serius bagi populasi manusia yang padat. Masalah
sampah sebagai salah satu permasalahan lingkungan dapat dikatakan juga
sebagai masalah sosial yang perlu diatur karena mempengaruhi kehidupan
masyarakat luas sebagaimana dikatakan bahwa lingkungan merupakan
5
faktor pendukung kehidupan manusia. Langkah utama adalah pemilihan
sejak dari sumber. Menurut Enviromental Services Program (2011: 19)
kunci keberhasilan program kebersihan dan pengelolaan sampah terletak
pada pemilihan. Tanpa pemilihan pengolahan sampah menjadi sulit,
mahal dan beresiko tinggi mencemari lingkungan dan membahayakan
kesehatan.
6
yang mengandung limbah B3 (sampah medis), sampah akibat bencana,
puing bongkaran, sampah yang secara teknologi belum dapat diolah,
sampah yang timbul secara periode (sampah hasil kerja bakti).
7
Jenis tempat sampah ini merupakan wadah untuk pembuangan
sampah padat non organik yang berbahaya dan beracun seperti
pecahan beling, kaca, sisa detergen dan obat nyamuk.
Tempat sampah berwarna biru
Jenis tempat sampah ini merupakan wadah untuk pembuangan
sampah padat non organik berbahan kertas.
Tempat sampah berwarna abu – abu
Jenis tempat sampah ini merupakan tempat sampah untuk
pembuangan residu.
Selain itu, menurut UU No. 18 Tahun 2008 pasal 20
tentang Pengelolaan Sampah berbunyi : “Pengurangan sampah sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 19 huruf a meliputi kegiatan:
a. pembatasan timbulan sampah
b. pendauran ulang sampah; dan/atau
c. pemanfaatan kembali sampah.
8
Tempat Pembuangan Akhir (TPA) merupakan tempat dimana
sampah mencapai tahap terakhir dalam pengelolaannya sejak mulai
timbul di sumber, pengumpulan, pemindahan atau pengangkutan,
pengolahan dan pembuangan. TPA merupakan tempat dimana sampah
dikumpulkan secara aman agar tidak menimbulkan gangguan terhadap
lingkungan sekitarnya. Di TPA, sampah masih mengalami proses
penguraian secara alamiah dengan jangka waktu panjang. Beberapa
jenis sampah dapat terurai secara cepat, misalnya sisa makanan, kulit
buah, dedunan, dan lainnya. Sementara yang lain lebih lambat dan ada
beberapa jenis sampah yang tidak berubah atau tidak terurai hingga
berpuluh – puluh tahun misalnya plastik. Selama ini masih banyak
persepsi keliru tentang TPA yang lebih sering dianggap hanya
merupakan tempat pembuangan sampah. Hal ini menyebabkan banyak
Pemerintah Daerah yang masih berat untuk mengalokasikan pendanaan
bagi penyediaan fasilitas di TPA.
9
Bukan daerah rawan terhadap kegiatan penerbangan di
Bandara,
Bukan daerah atau kawasan yang dilindungi.
10
1. Saluran drainase untuk mengendalikan aliran air hujan,
2. Saluran pengumpul lindi dan kolam penampungan,
3. Pos pengendalian operasional,
4. Fasilitas pengendalian gas metan,
5. Alat berat.
3. Sanitary Landfill
Metode ini merupakan metode standar yang dipakai secara
internsional dimana penutupan sampah dilakukan setiap hari
sehingga potensi gangguan yang timbul dapat diminimalkan.
Namun demikian diperlukan penyediaan prasarana dan sarana
yang cukup mahal bagi penerapan metode ini sehingga sampai
saat ini baru dianjurkan untuk kota besar dan metropolitan.
11
Jumlah manusia di bumi telah mencapai milyaran jumlahnya.
Pembuangan Tinja yang tidak dikelola dengan benar akan dapat
menyebabkan masalah-masalah terkait dengan banyaknya jumlah tinja
yang dihasilkan oleh manusia. Menurut jurnal dari Otik Widyastutik selaku
dosen dari Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas
Pontianak yaitu, pembuangan tinja manusia yang tidak memenuhi syarat
sanitasi dapat menyebabkan terjadinya pencemaran tanah serta penyediaan
air bersih, dan memicu hewan vektor penyakit, misalnya lalat, tikus atau
serangga lain untuk bersarang, berkembang biak serta menyebarkan
penyakit. Hal tersebut juga tidak jarang dapat menyebabkan timbulnya bau
yang tidak sedap.
Gambar 3.1
Siklus Kontaminasi Tinja
12
Dari bagan di atas didapatkan bahwa dari tinja, apabila tidak
ditangani dengan benar, akan mencemari air dan tanah, terkena oleh
tangan, dihinggapi serangga. Apabila manusia mengkonsumsi makanan
atau minuman yang airnya telah terkontaminasi, dihinggapi serangga yang
sebelumnya menghinggapi tinja, manusia pada akhirnya akan dapat sakit
atau bahkan meninggal dunia. Hal seperti ini dapat terjadi dikarenakan tinja
mengandung banyak mikroorganisme patogen yang dapat berpindah
menuju manusia melalui hal-hal yang disebutkan di atas.
13
Ada dua jenis jamban yang memenuhi kriteria jamban yang sehat di
atas yaitu jamban cubluk dan jamban air.
a. Jamban cubluk
Jamban cubluk biasa ditemukan di Eropa, Afrika, maupun
Timur Tengah. Jamban jenis ini apabila penempatan dan
konstruksinya sedikit diperhatikan tidak akan membuat tanah
terkontaminasi, yaitu asalkan jauh dari sumber air. Serangga pun
tidak akan masuk ke jamban asalkan tutup Jamban tertutup. Oleh
karena itu, jamban ini termasuk jenis jamban sehat dan ideal.
14
Gambar 3.3. Jamban air (Wagner & Lanoid 1958)
c. Jamban leher angsa
Jamban leher angsa atau jamban tuang siram yang
menggunakan sekat air bukanlah jenis instalasi pembuangan
tinja yang tersendiri, melainkan lebih merupakan modifikasi
yang penting dari slab atau lantai jamban biasa.
15
3. Teknik yang menggunakan jamban untuk situasi khusus
Beberapa jenis jamban yang cocok untuk situasi khusus adalah
jambankompos, jamban kimia, jamban kolam dan jamban gas bio. Kakus
komposdigunakan didaerah yang penduduknya yang suka membuat
kompos daricampuran tinja dan sampah organik di jamban yang
digunakannya.
16
Ada dua jenis vektor yaitu vektor biologis dan vektor
mekanis.Vektor disebut vektor biologis jika sebagian siklus hidup
parasitnya terjadi dalam tubuh vektor tersebut. Vektor disebut sebagai
vektor mekanis jika sebagian siklus hidup parasitnya tidak terjadi dalam
tubuh vektor tersebut (Natadisastra dan Agoes, 2005). Contohnya lalat
sebagai vektor mekanis dalam penularan penyakit diare, trakoma,
keracunan makanan, dantifoid, sedangkan nyamuk -nopheles sebagai
vektor biologis dalam penularan penyakit malaria (Chandra, 2006)
a. Cuaca
Iklim dan musim merupakan faktor utama yang
memepengaruhi terjadinya faktor infeksi. Agens penyakit tertentu
ditemukan terbatas di daerah tertentu karena mereka membutuhkan
reservoir dan vekto untuk kelangsungan hidupnya.
b. Vektor
Organisme hidup yang dapat menularkan agents penyakit dari
satu hewan ke hewan lainnya disebut sebagai vektor. Arthopoda
17
merupakan vektor penting didalam penularan penyakit parasite dan
virus yang lebih spesifik.
c. Reservoir
Hewan-hewan yang menyimpan kuman pathogen tetapi hewan
tersebut tidak terekena penyakit disebut reservoir. Reservoir untuk
arthropodborne disease adalah hewan yang dapat hidup bersama
pathogen.
d. Geografis
Insidensi penyakit yang ditularkan arthropoda berhubungan
langsung dengan geografis tempat reservoir dan vektor berada.
Bertahan hidupnya agents penyakit bergantung pada iklim (suhu,
kelembaban dan curah hujan) dan fauna lokal.
e. Perilaku Manusia
Interaksi antar manusia, kebiasaan manusia untuk membuang
sampah seacara sembarangan, kebersihan individu, dan lingkungan
menjadi penyebab penularan penyakit bawaan arthropoda
(arthropodborne disease)
2.4.2. Jenis vektor
Arthropoda, berasal dari kata “arthro” dan “poda”, meruapakn suatu
filum kerajaan binatang. Hewan yang termasuk dalam filum ini memiliki
organ dengan lubang eksokeleston yang bersendi dan keras seta tungkai yang
bersatu. Anggota filum ini antara lain :
1. Kelas Insekta
2. Kelas Arachnida
3. Kelas Crustaseae
18
Agens penyebab penyakit infeksi umumnya ditularkan pada manusia
yang rentan. Mekanisme utama penularan transmisi agents infeksius dapat
melalui beberapa cara, yaitu :
1. Dari orang ke orang
2. Melalui Udara
3. Melalui makanan dan air
4. Melalui hewan
5. Melalui vektor arthropoda
1. Inokulasi (Inoculation)
Masuknya agen penyakit atau bibit yang berasal dari arthropoda
kedalam tubuh manusia melalui gigitan pada kulit atau deposit pada
membrana mukosa.
2. Infestasi (Infestation)
Masuknya arthropoda pada permukaan tubuh manusia kemudian berkembang
biak disebut sebagai infestasi, contohnya scabies.
3. Extrinsic Incubation Period dan Intrinsic Incubation Period
Waktu yang diperlukan untuk perkembangan agen penyakit dalam
tubuh vektor disebut sebagai masa inkubasi ektrinsik, sedangkan waktu yang
diperlukanuntuk perkembangan agen penyakit dalam tubuh manusia disebut
sebagai masainkubasi intrinsik. Contohnya parasit malaria dalam tubuh
nyamuk anopheles berkisar antara 10- 14hari tergantung dengan temperatur
19
lingkungan. Masa inkubasi intrinsik dalam tubuh manusia berkisar antara 12-
30 hari tergantung dengan jenis plasmodium malaria.
4. Definitive Host dan Intermediate Host
Apabila terjadi siklus seksual dalam tubuh vektor atau manusia maka
vektor atau manusia tersebut disebut sebagai host definitif, sedangkan apabila
terjadisiklus aseksual maka disebut sebagai host intermediet.5ontohnya
parasitmalaria mengalami siklus seksual dalam tubuh nyamuk dan siklus
aseksualdalam tubuh manusia, maka nyamuk Anopheles
adalah host definitif dan manusia adalah host intermediet.
1. Kontak Langsung
Arthropoda secara langsung memindahkan penyakit dari satu orang ke
orang lain melalui kontak langsung. Contohnya adalah scabies.
2. Transmisi Secara Mekanik
Arthropoda sebagai vektor mekanik membawa agen penyakit dari
manusia berupa tinja dan darah. Kontaminasi bisa hanya pada permukaan
tubuh arthropoda tapi juga bisa dicerna dan kemudian dikeluarkan melalui
ekskreta Contohnyaadalah Salmonella typhosa, Escherichia coli, dan,
Shigella
20
2. Cyclo-propagative, agens penyakit mengalami perubahan siklus dan
bermultiplikasi didalam tubuh arthropoda. Contoh : parasit malaria
padanyamuk anopheles.
3. Cyclo-developmental , agens penyakit mengalami perubahan siklus, tetapi
tidak bermultiplikasi didalam tubuh arthropoda. Contoh : parasil filarial
pada nyamuk culex, dan cacing pita pada Cyclops.
Multifikasi
Perubahan Siklus
Cyclo-developmental Propagative
Cyclo-propagative
Gambar 4.1 Persebaran Transmisi Secara Biologi
Sumber : Buku Pengantar Kesehatan Lingkungan
21
Pengendalian ini digunakan untuk mengurangi pencemaran
lingkungan akibat pemakaian bahan insektisida yang berasal dari bahan-bahan
beracun. Contoh : Pemeliharaan Ikan.
22
Penyakit malaria disebabkan oleh parasit protozoa yang di
bawa oleh nyamuk Anopheles yang merupakan vector dari penyakit
ini. Pada manusia di temukan 4 jenis Plasmodium adalah
Plasmodium Vivax, P. ovale, P. malariae dan P. Falciparum.
b. Deman Berdarah
Demam berdarah disebabkan oleh type virus Flavivirus. Ada
4 Flavivirus yang dapat menyebabkan demam berdarah atau demam
yang di sertai shock ( DHF/DSS).
c. Deman Kuning
Vektor utama Demam kuning adalah Ae. aegypti. Ciri klasik
demam kuning adalah hepatitis yang merupakan penyebab
terjadinya warna kuning pada kulit. Pencegahan dapat dilakukan
dengan menghindari dari gigitan nyamuk, menggunakan zat
penolak serangga, pakaian proteksi dan menggunakan kelambu.
d. Kaki Gajah
Salah satu anggota nematode yang merupakan parasit
penting pada manusia adalah cacing filarial yang menyebabkan
penyakit filariasis. Gejala penyakit Filariasis adalah Lymphatic
Filariasis pada manusia dapat berbentuk kronik dan akut serta
adanya syndrome yang berhubungan dengan infeksi yang mungkin
dapat atau tidak di sebabkan oleh parasit.
23
Gambar 4.2 Proses Terjadinya Filiarisis
Sumber :https://id.wikipedia.org/wiki/Filariasis
e. Chikungunya
Vektor utama Chikungunya adalah jenis-jenis nyamuk
seperti :Aedes , culex anopheles dan mansonia.. Nyamuk- nyamuk
yang mengandung virus chikungunya menyebarkan penyakit
dengan menusuk dan mengisap darah dari satu orang ke orang lain.
24
Lalat adalah penyebab penyakit karena vektor ini biasannya
hidup ditempat yang kurang bersih.Penularan penyakit ini terjadi
secara mekanis, dimana kulit tubuh dan kaki-kakinya yang kotor
tadi, merupakan tempat menempelnya micro- organisine penyakit
yang kemudian Jalat tersebut hinggap pada makanan.Berikut adalah
penjelan mengenai penyakit akibat dari vektor lalat.
a. Disentri
Penyebaran bibit penyakit yang dibawa oleh lalat rumah yang
berasal dari sampah, kotoran manusia atau hewan terutama melalui
bulu-bulu badannya, kaki dan bagian tubuh yang lain dari lalat dan
bila lalat hinggap ke makanan manusia maka kotoran tersebut akan
mencemari makanan yang akan dimakan oleh manusia ini.
b. Diare
Cara penyebarannya sama dengan desentri dengan gejala
sakit pada bagian perut, feses lembek dan cair, dehidrasi,
kehilangan nafsu makan, dan terus menerus ke toilet.
c. Typhoid
Cara penyebaran sama dengan desentri, gangguan pada usus,
sakit pada perut, sakit kepala, berak darah dan demam tinggi.
d. Kolera
Cara penyebarannya sama dengan desentri dengan gejala
muntah-muntah, demam, dehidrasi.
Cara Pengendalian
25
2. Secara Langsung dengan dibagi menjadi 3 cara yaitu, cara fisik,
cara kimiawi dan cara biologi.
3. Tikus
Tikus dan mencit adalah hewan mengerat (rodensia) yang lebih
dengan dengan hama pertanian, perusak barang digudang atau
hewan yang menjijikan di perumahan. Penyakit yang ditularkan
tersebut disebabkan oleh infeksi berbagai agen penyakit dari
kelompok virus, bakteri, protozoa, dan cacing. Dan penyakit ini
dapat ditularkan kepada manusia secara langsung melaui ludah,
urin, dan fesesnya tau melalui gigitan ektoparasitnya. Berikut
adalah penjelan mengenai penyakit akibat dari vektor Tikus.
Menurut Centers for Disease Control and Prevention (CDC)
(1993), ada beberapa penyakit yang disebabkan oleh tikus, antara
lain :
a. Murine Thypus
Penyakit ini disebabkan infeksi virus R. Typhi yang
ditularkan padamanusia melalui kutu yang berasal dari tikus. Kutu
dari tikus yang sudah terinfeksi virus ini bisa ditemukan sepanjang
tahun di lingkungan tropis yang lembab, seperti Indonesia.
b. Hantaviru Pulmonary Syndrome (HPS)
Penyakit ini merupakan penyakit berbahaya yang disebabkan
tikus yangterinfeksi melalui air seni, tinja, atau air liur.
Penularannya dapat terjadisaat menghirup udara yang sudah
tercemar hantavirus penyebab HOS.
c. Rat-Bite Fever (RBF)
Penyakit ini disebabkan oleh bakteri Streptobacillus
moniliformis yang ditularkan melalui gigitan atau cakaran tikus.
26
RBF juga bisa menular karena konsumsi makanan yang sudah
tercemar kotoran tikus.
d. Salmonella enterica serovoar Typhimurium
Penyakit ini menimbulkan gejala diare, kram perut, muntah!
muntah, sertamual dan bisa berlangsung selama 7 hari. Pada anak-
anak jika tidak ditangani dengan serius bisa berakibat fatal.
e. Leptospirosis
Penyakit ini ditimbulkan bakteria dari genus Leptospira. Jika
dialami manusia banyak gejala yang timbul seperti demam tinggi,
pusing,menggigil, kejang otot, muntah, mata merah, sakit pada otot
perut, diare,serta ruam kulit. Jika tidak ditangani bisa menyebabkan
kerusakan ginjal,meningitis, kegagalan fungsi hati, serta gangguan
pernafasan
Cara Pengendalian
27
masyarakat yang buruk, termasuk timbulnya berbagai penyakit juga
dipengaruhi oleh lingkungan yang buruk (Anies, 2006).
ISPA dapat dicegah dengan cara menjaga sirkulasi udara dalam rumah
dengan membuka jendela setiap hari, menghindari polusi udara di dalam
rumah seperti asap dapur dan asap rokok, menjaga kebersihan rumah dan
lingkungan sekitarnya (Depkes RI, 2001).
2.5.2 Diare
Diare adalah buang air besar lembek sampai encer lebih dari 3 kali
dalam satu hari. Diare dapat disebabkan oleh bakteri/virus seperti: Rotavirus,
Escherrichia Coli Enterotoksigenik (ETEC), Shigella, Compylobacter Jejuni,
Cryptospondium (Depkes RI, 2001).
28
tangan dengan sabun sebelum menyiapkan makanan dan setelah buang air
besar, memasak air sampai mendidih dan menggunakan air bersih yang
memenuhi syarat (Depkes RI, 2001).
2.2.4 Malaria
29
Penyakit malaria adalah penyakit yang disebabkan oleh parasit dari
genus Plasmodium yang termasuk golongan protozoa, yang penularannya
melalui vector nyamuk Anopheles spp, dengan gejala demam, pening, lemas,
pucat, nyeri otot, menggigil, suhu bias mencapai 40ºC.
30
Pencegahan malaria juga dapat dilakukan dengan memasang kasa
nyamuk dan jendela, menggunakan anti nyamuk, jangan bergadang pada
malam hari serta menutup seluruh badan jika diluar rumah pada malam hari
(Depkes RI, 2001).
BAB 3
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Limbah cair dan padat yang tidak diolah secara benar akan dapat mencemari
lingkungan dan dapa mengganggu kelangsungan ekosistem sekitar. Limbah
cair dapat diolah dengan meminimasi air limbah, meningkatkan pelayanan air
limbah, dan mengolahnya agar menjadi ramah lingkungan. Di lain sisi, limbah
padat dapat dipilah lalu dikelola dengan menggunakan prinsip 3R (Reduce,
Reuse, Recycle).
31
Masalah lain yang perlu diperhatikan lebih lanjut adalah vektor dan rodent.
vektor dan rodent berkontribusi langsung dalam penyebaran beberapa
penyakit menular. Namun, dengan penanganan yang tepat, vektor dan rodent
tidak perlu lagi ditakuti sebagai penyebar penyakit.
Hal-hal yang disebutkan di atas dapat menyebakan banyak sekali masalah
kesehatan serius semacam DBD, malaria, diare, dan penyakit kulit. Oleh
karena itu penanganan tepat guna untuk tiap penyakit tetaplah harus
dilakukan.
3.2. Saran
Pelayanan maupun fasilitas dalam bidang kesehatan di indonesia, terlebih
langkah-langkah preventif dalam menghadapi masalah kesehatan di Indonesia
belum memadai standar yang ditetapkan. Setidaknya, masyarakat indonesia
seharusnya dapat terbina secara khusus agar kesehatan lingkungan terjaga
dengan baik dan masalah kesehatan dapat terhindarkan.
Daftar Pustaka
32
Komariah, Pratista, S & Malaka T, 2010, ‘Pengendalian Vektor’, vol.6, no.1,
hh.35-41
Soeparman, H.M. 2001, Pembuangan Tinja Dan Limbah Cair, EGC, Jakarta.
33