Anda di halaman 1dari 94

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT berkat rahmat


dan hidayah-Nya., akhirnya kami dapat menyelesaikan
buku ini dengan sebaik-baiknya. adapun materi yang kami
tulis ialah tentang “Dakwah Rasullah Periode Madinah”.

Kami mengucapkan banyak terima kasih kepada


guru pembimbing karena telah mengajar dan membimbing
kami dalam penyusunan buku yang sederhana ini. Kami
juga mengucapkan terima kasih kepada teman-teman
yang telah ikut berpartisipasi memberikan pemikiran,
ide, saran dalam penyelesaian buku ini, sehingga dapat
terselesaikan dengan baik.

Dengan adanya makalah ini semoga dapat


bermanfaat bagi kita semua Semoga hasil kerja penulis
yang sangat sederhana ini mendapat ridho dari Allah
SWT, Aamiin ya rabbal ‘alamin

Kami pun menyadari bahwa sebagai manusia memiliki


keterbatasan, tentu hasil kerja kami ini tidak mungkin
luput dari kekurangan. Oleh karena itu, kritik dan saran
yang bersifat membangun sangat kami harapkan dari
para pembaca demi penyempurnaannya

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................... 1


DAFTAR ISI ............................................................................ 2-3

BAB I ........................................................................................ 4-15


Substansi Dakwah Rasulullah di Madinah ....................... 4-15

BAB II ................................................. 16
Mind Mapping ...............................................................................16

BAB III ........................................... 17-77

Beberapa tokoh yang berperan dalam hijrah Rasulullah


SAW ke Madinah ............................................................................

A Ali bin Abi Thalib.....................................................17-28

B. Asma’ Binti Abu ...................................................... 28-37

C. Abu Bakar As-Shiddiq .......................................... 37-44

D. Abu Hurairah .......................................................... 44-50

E. Bilal bin Rabbah ...................................................... 50-59

F. Utsman bin Affan ................................................... 59-61

G. Umar bin Khattab .................................................. 62-72

H. Abdurrahman bin Auf .......................................... 72-77

2
BAB IV ............................................ 78-80

Sya’ir saat Rasulullah SAW sampai di Madinah ......... 78-80

BAB V .................................................. 81

Cerita Imajinatif ........................................................................81

BAB VI ............................................ 82-83

Tokoh yang paling disukai selain nabi dalam kisah .... 82-83

BAB VII ........................................... 84-88

Refleksi peristiwa perjuangan Rasulullah SAW ........ 84-88

BAB VIII .......................................... 89-90

Peta Perjalanan Perjuangan Rasulullah SAW .............. 89-90

BAB IX ............................................ 91-92

Referensi ................................................................................ 91-92

3
Dakwah Rasulullah SAW. Periode Madinah

Setelah tiba dan diterima penduduk Yatsrib


(Madinah), Nabi resmi menjadi pemimpin penduduk kota
itu. Babak baru dalam sejarah Islam pun dimulai.
Berbeda dengan periode Makkah, pada periode Madinah,
Islam, merupakan kekuatan politik. Ajaran Islam yang
berkenaan dengan kehidupan masyarakat banyak turun
di Madinah. Nabi Muhammad mempunyai kedudukan,
bukan saja sebagai kepala agama, tetapi juga sebagai
kepala Negara. Dengan kata lain, dalam diri Nabi
terkumpul dua kekuasaan, kekuasaan spiritual dan
kekuasaan duniawi. Kedudukannya sebagai Rasul secara
otomatis merupakan kepala Negara.

Dakwah Rasulullah SAW periode Madinah


berlangsung selama sepuluh tahun, yakni dari semenjak
tanggal 12 Rabiul Awal tahun pertama hijriah sampai
dengan wafatnya Rasulullah SAW, tanggal 12 Rabiul
Awal tahun ke-11 hijriah.Materi dakwah yang
disampaikan Rasulullah SAW pada periode Madinah,
selain ajaran Islam yang terkandung dalam 89 surat
Makiyah dan Hadis periode Mekah, juga ajaran Islam

4
yang terkandung dalam 25 surat Madaniyah dan hadis
periode Madinah. Adapun ajaran Islam periode Madinah,
umumnya ajaran Islam tentang masalah sosial
kemasyarakatan.

Mengenai objek dakwah Rasulullah SAW pada


periode Madinah adalah orang-orang yang sudah masuk
Islam dari kalangan kaum Muhajirin dan Anshar. Juga
orang-orang yang belum masuk Islam seperti kaum
Yahudi penduduk Madinah, para penduduk di luar kota
Madinah yang termasuk bangsa Arab dan tidak
termasuk bangsa Arab.

Rasulullah SAW diutus oleh Allah SWT bukan hanya


untuk bangsa Arab, tetapi untuk seluruh umat manusia
di dunia, Allah SWT berfirman:

Artinya: “Dan tiadalah kami mengutus kamu,


melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta
alam.” (QS. Al-Anbiyaa’, 21:107)

Dakwah Rasulullah SAW yang ditujukan kepada


orang-orang yang sudah masuk Islam (umat Islam)
bertujuan agar mereka mengetahui seluruh ajaran Islam

5
baik yang diturunkan di Mekah ataupun yang diturunkan
di Madinah, kemudian mengamalkannya dalam kehidupan
sehari-hari, sehingga mereka betul-betul menjadi umat
yang bertakwa. Selain itu, Rasulullah SAW dibantu oleh
para sahabatnya melakukan usaha-usaha nyata agar
terwujud persaudaraan sesama umat Islam dan
terbentuk masyarakat madani di Madinah.

Mengenai dakwah yang ditujukan kepada orang-


orang yang belum masuk Islam bertujuan agar mereka
bersedia menerima Islam sebagai agamanya,
mempelajari ajaran-ajarannya dan mengamalkannya,
sehingga mereka menjadi umat Islam yang senantiasa
beriman dan beramal saleh, yang berbahagia di dunia
serta sejahtera di akhirat.
Tujuan dakwah Rasulullah SAW yang luhur dan cara
penyampaiannya yang terpuji, menyebabkan umat
manusia yang belum masuk Islam banyak yang masuk
Islam dengan kemauan dan kesadaran sendiri.

Tidak sedikit pula orang-orang kafir yang tidak


bersedia masuk Islam, bahkan mereka berusaha
menghalang-halangi orang lain masuk Islam dan juga
berusaha melenyapkan agama Islam dan umatnya dari
muka bumi. Mereka itu seperti kaum kafir Quraisy

6
penduduk Mekah, kaum Yahudi Madinah, dan sekutu-
sekutu mereka.

Setelah ada izin dari Allah SWT untuk berperang,


sebagaimana firman-Nya dalam surah Al-Hajj ayat 39
dan Al-Baqarah ayat 190, maka kemudian Rasulullah
SAW dan para sahabatnya menyusun kekuatan untuk
menghadapi peperangan dengan orang kafir yang tidak
dapat dihindarkan lagi.

Artinya: “Telah diizinkan (berperang) bagi


orang-orang yang diperangi, karena Sesungguhnya
mereka telah dianiaya. dan Sesungguhnya Allah,
benar-benar Maha Kuasa menolong mereka
itu” (Q.S. Al-Hajj, 22:39).

Artinya:“Dan perangilah di jalan Allah


orang-orang yang memerangi kamu, (tetapi)
janganlah kamu melampaui batas, Karena

7
Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang
yang melampaui batas.” (QS. Al-Baqarah, 2:190)

Peperangan-peperangan yang dilakukan oleh


Rasulullah SAW dan para pengikutnya itu tidaklah
bertujuan untuk melakukan penjajahan atau meraih
harta rampasan perang, tetapi bertujuan untuk:

a. Membela diri dan kehormatan umat Islam.


b. Menjamin kelancaran dakwah, dan memberi
kesempatan kepada mereka yang hendak
menganutnya.
c. Untuk memelihara umat Islam agar tidak
dihancurkan oleh bala tentara Persia dan Romawi.

Setelah Rasulullah SAW dan para pengikutnya


mampu membangun suatu negara yang merdeka dan
berdaulat, yang berpusat di Madinah, mereka berusaha
menyiarkan dan memasyhurkan agama Islam, bukan saja
terhadap para penduduk Jazirah Arabia, tetapi juga
keluar Jazirah Arabia, maka bangsa Romawi dan Persia
menjadi cemas dan khawatir kekuaan mereka akan
tersaingi.

Oleh karena itu, bangsa Romawi dan bangsa Persia


bertekad untuk menumpas dan menghancurkan umat
Islam dan agamanya. Untuk menghadapi tekad bangsa

8
Romawi dan Persia tersebut, Rasulullah SAW dan para
pengikutnya tidak tinggal diam sehingga terjadi
peperangan antara umat Islam dan bangsa Romawi,
yaitu diantaranya perang Mut’ah, perang Tabuk, perang
Badar, perang Uhud, perang Khandaq, perjanjian
Hudaibiyah, perang Hunain.

Perang Uhud

Gambar hanya ilustrasi

Sikap Implementasi dari Pemahaman Strategi Dakwah


Rasulullah Saw. di Madinah

Pokok-pokok pikiran yang dijadikan strategi


dakwah Rasulullah SAW periode Madinah adalah:

1) Dapat terlihat dalam hak-hak atau kewajiban orang


islam yang satu dengan yang lain, seperti yang
diungkap dalam hadis nabi, yaitu:
a) Jika bertemu ucapkan salam

9
b) Jika diundang maka penuhilah
c) Jika diminta nasihat maka berilah nasihat
d) Jika bersin lalu memuji Allah, maka doakanlah
e) Jika sakit maka jenguklah
f) Jika wafat maka antarkanlah sampai ke
pemakaman Seperti diperintahkan Allah Swt.
dalam firmannya QS. Al Hujurat (49):10

Artinya: “Orang-orang beriman itu


sesungguhnya bersaudara. Sebab itu damaikanlah
(perbaikilah hubungan) antara kedua saudaramu itu
dan takutlah terhadap Allah, supaya kamu mendapat
rahmat.” (QS. Al Hujurat 49 : 10)

2) Semangat persaudaraan (ukhuwah) sebagai


implementasi dari pemahaman strategi dakwah
Nabi Muhammad Saw. di Madinah dapat terlihat
usaha Rasulullah Saw. dalam membina masyarakat
Islam. Usaha beliau antara lain adalah Mendirikan
masjid, Mempersatukan kaum Muhajirin dan
Anshar, serta Perjanjian Perdamaian dengan kaum
Yahudi.

10
a) Mendirikan masjid

Pendirian masjid sangat diprioritaskan


dalam dakwah Nabi Muhammad Saw., dalam
proses dakwah masjid menjadi tempat untuk
menyatukan umat dan menyusun kekuatan
lahir/batin dalam ikatan iman.
Di dalam masjid, Nabi Muhammad Saw.
mempersiapkan benteng pertahanan yang
bersifat moral dan spiritual. Dengan
demikian, fungsi masjid bukan sekedar
tempat ibadah, tetapi juga sebagai tempat
pembianaan umat yang berjiwa tauhid.

11
b) Mempersaudaran kaum Muhajirin dan
Anshar

Kaum muhajirin berhijrah dengan


meninggalkan sanak saudara serta harta
benda mereka di Mekah, dipererat oleh Nabi
Muhammad Saw. dengan
mempersaudarakannya dengan kaum Anshar
(Penduduk Madinah) .Hal tersebut
berlangsung di rumah Anas bin Malik. Saat itu
berkumpul 90 orang kaum muslimin dari
kalangan Muhajirin dan Anshar. Lalu
Rasulullah Saw. mempersaudarakan mereka
satu persatu, untuk saling tolong menolong
dan saling mewarisi.
Persaudaraan tesebut benar-benar
diwujudkan oleh kaum muslimin dengan
kesungguhan. Orang-orang Anshar sangat
besar perhatiannya terhadap saudara-
sardaranya dari kalangan Muhajirin. Mereka
sangat mengasihi saudaranya, mengorbankan
hartanya, bahkan lebih mementingkan
saudaranya walaupun mereka sendiri
kesusahan(itsar).

12
c) Perjanjian Perdamaian dengan kaum Yahudi

Pada waktu Rasulullah SAW menetap di


Madinah, penduduknya terdiri dari tiga
golongan, yaitu umat Islam, umat Yahudi (Bani
Qainuqa, Bani Nazir dan Bani Quraizah) dan
orang-orang Arab yang belum masuk Islam.
Agar stabilitas masyarakat dapat diwujudkan,
Nabi Muhammad SAW mengadakan ikatan
perjanjian dengan mereka.
Sebuah piagam yang menjamin kebebasan
beragama orang-orang Yahudi sebagai suatu
komunitas dikeluarkan. Setiap golongan
masyarakat memiliki hak tertentu dalam
bidang politik dan keagamaan. Kemerdekaan
beragama dijamin dan seluruh anggota
masyarakat berkewajiban mempertahankan
keamanan negeri itu dari serangan luar.

PENGALAMAN HIJRAH KELOMPOK

Berikut ini kami akan menyajikan beberapa pengalaman


pribadi kami tentang hijrah yang telah terjadi dihidup
kami :

1. Sewaktu kecil saya mulai terbiasa dengan


kebiasaaan adik dan teman teman saya sebagai
seorang lelaki, walaupun saya dilahirkan untuk

13
menjadi seorang perempuan. Seiring bergulirnya
waktu hal tersebut terus menjadi-jadi dan tingkah
saya semakin menyerupai laki-laki. Hingga pada
akhirnya seorang adik kelas perempuan menyukai
saya. Disitu saya merasa jijik dengan cara dia
memandang saya sebagai orang yang disukai. Suatu
ketika ibu saya berkata “ sesungguhnya seseorang
perempuan yang menyukai laki-laki atau sebaliknya ,
Allah akan melaknat dia seperti umat Nabi Luth”.
Seketika pikiran saya terbuka akan kesalahan yang
saya lakukan selama ini. Seiring berjalannya waktu
saya mulai membenahi akhlak dan tingkah laku saya
yang menyerupai laki-laki dan seterusnya
membenahi diri agar memjadi perempuan yang
sesuai syariat islam.
2. Saat itu saya duduk di bangku 2 SD yang tak lama
akan naik kelas 3SD , sebagai seorang ibu yang
selalu menginginkan yang terbaik untuk anaknya,
beliau ingin memindahkan saya ke sekolah islam
yang tentunya lebih mengajarkan agama, karena itu
kemauan kedua orang tua dan itu juga berdampak
positif bagi saya, saya bersedia untuk dipindahkan.
3. Saya dibesarkan di lingkungan yang tidak islami (
memakai rok mini menjadi hal yang lumrah
dilakukan) sewaktu duduk di bangku SMP saya
berteman dengan orang yang paham akan agama

14
islam (menutup aurat). Diselang waktu bermain
kami, teman saya mengingatkan saya untuk
keharusan menutup aurat dalam agama islam.
Seiring berjalannya waktu saya mulai menyadari
akan kesalahan saya dan memilih untuk menutup
aurat sesuai yang diajarkan dalam agama islam.

15
MIND MAPPING

16
Beberapa tokoh yang berperan dalam substansi
dakwah Rasulullah SAW di Madinah

A. PERANAN ALI bin ABI THALIB DALAM


SEJARAH HIJRAH RASULULLAH KE
MADINAH.

Ali termasuk diantara orang-orang yang dicintai


Rasulullah, walaupun bukan orang yang dicintainya
secara mutlak. Rasulullah sangat mencintainya seperti
anaknya sendiri sampai beliau berkenan menikahkannya
dengan putri kesayangannya Fatimah Az-Zahra. Ada
beberapa hadis Nabi mengenai kecintaannya kepada Ali,
diantaranya adalah hadis yang diriwayatkan oleh Abu
Bakar dan Aisyah. "Sangatlah wajar apabila Rasulullah
sangat mencintainya karena Ali adalah putra pamannya
yang diasuhnya semenjak kecil dan terlebih lagi Ali
adalah suami dari putri kesayangannya".

Kedekatan Ali dengan Rasulullah terjalin semenjak


Ali lahir, dimana pada waktu itu Rasulullah masih dalam
asuhan ayahnya Abu Thalib. Ketika Ali masih bayi,
Rasulullah yang memomongnya sebagaimana yang
dikisahkan Ali sendiri, "Apakah anda tahu apa yang
menyatukan aku dan Nabi?. la adalah hubungan

17
kekeluargaan dan kepribadian yang baik. Dia mencintai
aku sejakaku dilahirkan, ia memomongku di pangkuannya
ketika aku bayi mendekapkan aku ke dadanya, tidur di
sampingku, inerasakan kehangatan tubuhnya, mencium
wangi nafasnya, ia mengunyahkan makanan yang keras
untukku".

SEKILAS BIOGRAFI ALI

Nama dan tanggal periode : Khulafaur Rasyidin:


632–661

Ayah : Abu Thalib

Ibu : Fatimah binti Asad

Pasangan :

1. Fathimah binti Muhammad


2. Umamah binti Zainab
3. Fathimah binti Hizam
4. Laila binti Mas'ud
5. Asma binti 'Umays
6. Khaulah binti Ja'far
7. As-Sahba' binti Rabi'ah

Anak :

1. Hasan
2. Husain

18
3. Zainab
4. Ummu Kultsum
5. Muhsin
6. Muhammad
7. Abbas
8. Abdullah
9. Hilal

Agama : Islam

Sebagai salah satu pemeluk Islam awal, Ali telah


terlibat dalam Ali bin Abi Thalib lahir sekitar 13
Rajab 23 SH/599 Masehi – wafat 21 Ramadan 40
Hijriah/661 Masehi) adalah khalifah keempat yang
berkuasa pada tahun 656 sampai 661. Dia termasuk
golongan pemeluk Islam pertama dan salah satu
sahabat utama Nabi. Secara silsilah, 'Ali adalah
sepupu dari Nabi Muhammad. Pernikahan 'Ali
dengan Fatimah az-Zahra juga menjadikannya
sebagai menantu Nabi Muhammad.

Ali ibn Abi Thalib

 Khalifah sudut pandang Sunni


Berkuasa : 20 Juni 656 – 29 Januari 661 (4 tahun,
223 hari)

19
Pendahulu : Utsman bin Affan
Penerus : Hasan bin Ali
 Imam sudut pandang Syi'ah
Berkuasa : 632–661
Penerus : Hasan bin Ali

Lahir : 15 September 601 (13 Rajab 21 SH)

Ka'bah, Makkah, Jazirah Arab

Wafat : 29 Januari 661 (21 Ramadan 40 H)

(usia 59) Kufah, Mesopotamia

Pemakaman : Masjid Imam Ali, Najaf

Suku : Bani Hasyim (Quraisy)

Nama lengkap : Ali Bin Abi Thalib

berbagai peran besar sejak masa kenabian, meski


usianya terbilang muda bila dibandingkan sahabat
utama Nabi yang lain. Ali mengikuti semua perang,
kecuali Perang Tabuk, pengusung panji, juga berperan
sebagai sekretaris dan pembawa pesan Nabi. Ali juga
ditunjuk sebagai pemimpin pasukan pada Perang
Khaibar.

Sepeninggal Nabi Muhammad, Ali diangkat sebagai


khalifah atau pemimpin umat Islam setelah Abu Bakar,

20
Umar, dan Utsman. Dalam sudut pandang Sunni, Ali
bersama tiga pendahulunya digolongkan sebagai
Khulafaur Rasyidin. Di sisi lain, kelompok Syi'ah
memandang bahwa Ali yang harusnya mewarisi
kepemimpinan umat Islam begitu mangkatnya Nabi
Muhammad atas tafsiran mereka dalam peristiwa
Ghadir Khum, membuat kepemimpinan tiga khalifah
sebelumnya dipandang tidak sah. Masa kekuasaan Ali
merupakan salah satu periode tersulit dalam sejarah
Islam karena saat itulah terjadi perang saudara
pertama dalam tubuh umat Muslim yang berawal dari
terbunuhnya Utsman bin Affan, khalifah ketiga.
Terlepas dari perbedaan pendapat mengenai status Ali
dan hak kepemimpinannya atas umat Islam, Sunni dan
Syi'ah sepakat mengenai pribadinya yang saleh dan adil.

DUKUNGAN ALI DALAM PERJUANGAN DAKWAH


RASULULLAH DI MADINAH

Peran All dalam dakwah Islam sebelum menjadi


khalifah, nampak begitu jelas pada peristiwa hijrah.
Sedangkan pada masa masa sebelum itu peranan Ali
dalam dakwah Islam tiqak terlalu banyak dibahas dalam
buku-buku sejarah. Perjuangan Ali dalam
mempertahankan Islam juga tidak terlepas pada masa
Rasul dan momen-momen tertentu pada masa
khalifahkhalifah sebelumnya. Selain melalui sahabat-
sahabat lainnya, melalui Ali pula Rasulullah dapat
menyampaikan risalah dakWah dan mendeklarasikan

21
kebenaran Islam. Tanpa Ali maka syari'at Islam tidak
akan tegak dan misi dakwah tidak dapat
dimasyarakatkan. Ali adalah penopang dan pendukung
Islam. Ali membantu Rasulullah mewujudkan misi
kenabiannya.

Jasa-jasa perjuangan dakwah Ali sebelum menjadi


khalifah dapat dilihat dari peranan Ali membantu
Rasulullah dalam mempertahankan dakwah Islam pada
peristiwa-peristiwa penting. Dalam peristiwa Hijrah, Ali
mempertaruhkan nyawanya untuk mengelabuhi kaum
Qurays yang hendak membunuh Rasulullah pada malam
hijrah. Ali menggantikan Rasulullah di tempat tidur
beliau sebagai wujud ketaatan dan pengorbanan untuk
melindungi Rasulullah dan dakwah Islam. Ali
mengembalikan harta yang dititipkan kepada Rasulullah
kepada pemiliknya, membayar semua hutang beliau,
menjaga keluarga beliau serta mengurus perjalanan
hijrah mereka. Setelah tugasnya selesai, Ali menyusul
Rasulullah ke Madinah dengan menempuh perjalanan
panjang yang meletihkan, menakutkan dan penuh
bahaya. All berjalan kaki seorang diri selama dua
minggu mendampingi keluarga Rasulullah hijrah sampai
kedua kakinya pecahpecah. Ali menjalaninjfa dengan
penuh keberanian dan tawakal karena Ali tahu yang
dihadapi Rasulullah jauh lebih berat, lebih berbahaya
dan lejbih besar resikonya. Semua itu Ali lakukan untuk
mempertahankan dakwah Islam.

22
Beberapa hari setelah tinggal di Madinah, Ali
berpidato di masjid Nabawi menjelaskan tafsir surat
Shad ayat 70-77 tentang kefanatikan dan kesombongan
iblis terhadap Adam. Ali mengingatkan umat Islam agar
memadamkan api fanatisme, kesombongan dan
kedengkian jahiliyah yang bersarang dalam hati karena
hal itu merupakan tipu muslihat dan bisikan syetan yang
akan menjerumuskan pada permusuhan. Dari pidato
tersebut Mencerminkan bahwa betapa pedulinya Ali
akan integritas umat Islam dalam menghadapi musuh-
musuli dakwah.

Dalam perang Badar, Ali bersama Zubair bin


Awwam dan Sa'ad bin Abi Waqash menjalankan
perintah Rasululjah untuk memata-matai musuh,
mencari berita tentang mereka di sekitar Badar.
Peranan Ali mempertahankan dakwah Islam dalAm
perang Badar tidak begitu menonjol dibandingkan
dengan peranannya dalam peperangan sesudah itu. Hal
ini disebabkan usia Ali yang relatif lebih muda
dibanding dengan sahabatsahabat Rasulullah yang lain
yang sudah berpengalaman. Tetapi meskipun demikian
Ali berhasil melumpuhkan beberapa pemimpin Qurays
yang mempunyai posisi penting dalam masyarakatnya.
Setelah perang Badar, Ali menikah dengan Fatimah.
Dalam kehidupannya, Ali dan Fatimah menyantuni fakir
miskin dengan menyiapkan makan malam untuk mereka
dan berusaha membebaskan mereka dari meminta-minta

23
dan dari kemiskinan. Bahkan tidak jarang Ali bersama
Fatimah memberikan makanan yang sudah siap disantap
kepada orang yang meminta-mina karena lapar.

Saat perang Uhud, kebanyakan orang tergiur dengan


rampasan perang setelah keberhasilan mereka, All
tetap waspada dan melindungi Rasulullah dari serangan
musuh sehingga Rasulullah terhindar dari bahaya sampai
malaikatpun memuji ketangkasannya. All bersama Abu
Dujanah Al-Anshari dan Sahl bin Hunaif membantu para
sahabat yang tengah imembela Rasulullah. Ali dapat
mengatasi para penyerang yang datang dari berbagai
arah. Ali mengadakan perlawanan dan, berhasil
mengatasi keadaan. Banyak para pemuka Qurays
diantaranya dari Bani Makhzum yang dapat dikalahkan.
Kekalahan muslimin dalam perang Uhud merupakan
kesempatan bagi kabilah-kabilah Qurays untuk
memperkuat pasukannya. Hal ini teritu sangat
mengancam keberadaan muslimin di Madinah. Bani
Nadhir adalah salah satu kabilah yang dikhawatirkan
akan menyerang kaum muslimin secara tiba-tiba. Untuk
itu Rasulullah mengadakan operasi militef terhadap Bani
Nadhir. Rasulullah mendirikan tenda di sebuah sungai
kering di daerah Bani Khatmah, tiba-tiba di kegelapan
malam seorang Bani Nadhir bernama Gharur
menembakkan anak panah ke arah Rasulullah namun
tidak mengenai sasaran. Ali yang menyaksikan aksi
tersebut, seketika itu juga menangkap Gharur dan

24
menyerahkannya kepada Rasulullah. Setelah itu
Rasulullah memerintahkan Abu Dujanah Simak bin
Kharasyah dan Sahl bin Hunaif untuk menyertai Ali
mengejar sembilan orang Yahudi lainnya yang kabur.
Pada akhirnya mereka dapat dikejar dan dibunuh.
Dengan demikian benteng Bani Nadhir dapat dikuasai.

Tantangan yang lebih besar setelah Bani Nadhir


dapat dikuasai, adalah ketika kabilah-kabilah Qurays
menyitukan diri hendak menyerang Madinah dan
kemudian terjadiljah perang Khandak (Ahzab). Dalam
perang ini Amr bin Abdu Wudd bin Abi Qais bin Amr
bin Lu'ai bin Ghalib, Ikrimah bin Abu Jahalj Hubairah
bin Abi Wahab, Naufal bin Abdullah bin Al-Mughirah
dan dua orang dari Bani Makhzum Dhirar bin Al-
Khathab dan Mirdas Al Fihri menantang muslimin untuk
bertanding satu lawan satu, namun tidak satupun
muslimin yang berani menghadapi mereka. Lalu Ali
meminta ijin kepada Rasulullah untuk mengljadapinya.
Pada mulanya Rasulullah tidak mengijinkan Ali
inengingat kehebatan Amr dalam berperang. Tetapi
pada akhirnya ifeasulullah mengijinkan. Ali menghampiri
Amr disertai dengan Jarir bin Abdullah Al- Anshari, Ali
menyeru Amr untuk masuk Islam, bersaksi bahwa tiada
tuhan selain Allah dan Muhammad adalah utusan Allah.
Namun Amr menolak ajakan tersebut sehingga Ali
terpaksa bertanding dengannya sampai Amr tidak
berdaya. Walaupun demikian Ali membiarkannya dan

25
tidak melucuti pakaiannya hingga dia tewas. Setelah
Amr tewas, pemuka Qurays lainnya melarikan diri
kecuali Nufail yang terjebak di parit dan masih
menantang untuk bertanding.

Kemudian Ali turun ke parit untuk menghadapainya


sampai Alipun dapat mengalahkannya. Penaklukan
terhadap wilayah-wilayah dan kabilah-kabilah tersebut
merupakan benteng keamanan bagi dakwah Islam. Dalam
kondisi seperti itulah kemudian Rasulullah beserta kaum
muslimin bermaksud menunaikan umrah, namun kaum
Qurays menghalanginya sampai akhirnya disepakatilah
perjanjian Hudaibiyah. Dalam perjanjian ini Ali oleh
Rasulullah jdijadikan sekretaris. Dalam proses penulisan
perjanjian itu Ali mengingatkan Suhail bin Amr yang
tidak mau menerima kata Bismillahirrahmanirrahim dan
kata Muhammad Rasulullah. Tetapi karena perintah
Rasulullah maka Ali menyelesaikan dokumen perjanjian
itu.

Bukan hanya itu peranan Ali dalam perjanjian


Hudaibiyah, suatu saat ketika Rasulullah berhenti di
daerah Juhfah dan tidak menemukan air, All berangkat
dengan membawa kantong air sampai akhirnya
menemukan air di daerah Al-H|arar dan
menyerahkannya kepada Rasulullah. Selain ituijuga Ali
memperbaiki salah satu jepitan sandal Rasulullah yang
rusak.

26
Setelah perjanjian Hudaibiyah dilanggar, terjadilah
perang Khaibar. Dalam perang ini pemegang panji
peperangan dan orang orang melarikan diri dari medan
pertempuran. Kemudian atas perintah Rasulullah Ali
mengambil alih panji tersebut. Ali berhasil menghadapi
Marhab pemimpin benteng Khaibar sehingga Ali
berhasil menguasai benteng tersebut dengan
merobohkan pintu gerbang walaupun pada saat itu Ali
sedang sakit mata dan sakit kepala. Ali mampu
mempengaruhi sikap orang-orang sehingga dapat
mengurungkan niat mereka yang hendak kabur dan
meninggalkan pasukan yang dikomando beliau. Dengan
segala upaya Ali memberikan dorongan kepada muslirnin
sehingga Ali mampu memperbaiki situasi di Khaibar.

KESIMPULAN

Ali adalah orang yang pertama-tama beriman


terhadap kerasulan Rasulullah dari kalangan anak-anak.
Keimanannya membuatnya semakin dekat dengan
Rasulullah. Ada beberapa pendapat mengenai umur Ali
ketika masuk Islam. Ada yang mengatakan tujuh tahun,
delapan tahun, sepuluh tahun dan ada pula yang
mengatakan bahwa pada waktu itu Ali berumur
enambelas tahun. Pendapat yang paling kuat adalah
pendapat yang menyatakan sepuluh tahun. Karena pada
saat itulah dakwah Islam dimulai.

27
Kepribadian Ali bayak dipengaruhi oleh pola asuh
Rasulullah karena semenjak kecil Ali sudah tinggal
bersarna beliau. Keluhuran pribadi Rasulullah
menjadikan Ali terkenal dengan budi pekerinya yang
luhur, keshalihan, keadilan dan kebesaran jiwanya. Ali
menimba pengetahuan, budi pekerti dan kebesaran jiwa
Rasulullah sampai pada akhirnya Rasulullah wafat.
Adapun kepribadian yang dicontoh Ali dari Rasulullah
yaitu Loyalitas yang tinggi terhadap Islam, Konsisten
dalam melaksanakan hukum Islam, Berani membela
kebenaran, Sederhana 'dan jujur, serta Menguasai ilmu
Al-Qur'an dan Hadits.

B. PERANAN ASMA’ BINTI ABU BAKAR DALAM


HIJRAH NABI KE MADINAH.

Hijrahnya kaum muslimin merupakan sebuah


peristiwa yang sangat penting dalam sejarah
perkembangan dakwah Nabi SAW hijrah memerlukan
pengorbanan yang tidak sedikit. Kaum muslimin rela
meninggalkan tanah air dan tanah kelahiran yang
mereka cintai, berpisah dengan keluarga serta
meninggalkan harta benda yang mereka miliki. Semua
itu mereka korbankan demi mempertahankan kebebasan
untuk memilih akidah serta keyakinan dalam kehidupan
mereka. Oleh karena itu tidak ada yang sanggup

28
melaksanakan hijrah yang membutuhkan pengorbanan
tidak sedikit ini, kecuali orang- orang yang memang
memiliki keimanan yang tebal dan keyakinan yang tinggi.

Adapun peranan Asma’ binti Abu Bakar dalam hijrah


Nabi Muhamma SAW ke Madinah adalah:

A. Menyiapkan bekal makanan untuk Nabi Muhammad


SAW dan Abu Bakar

Ketika Rasulullah hendak hijrah ke Madinah,


Rasulullah pergi ke rumah Abu Bakar untuk
mengabarkan bahwa Rasulullah telah diizinkan untuk
berhijrah. Di rumah Abu Bakar saat itu ada Aisyah
dan Asma’. Rasulullah SAW meminta izin masuk ke
rumah Abu Bakar. Setelah Rasulullah masuk,
Rasulullah menyuruh orang- orang yang ada di rumah
Abu Bakar untuk keluar (Aisyah dan Asma’) namun
Abu Bakar berkata, “Tiada seorangpun kecuali
keluargamu sendiri, biarlah ayahku berkurban
untukmu ya Rasulullah!”. Lalu Rasulullah SAW
bersabda, “Aku telah diizinkan Allah untuk
berhijrah”. Abu Bakar berkata, “Apakah aku yang
menemanimu? Biarlah ayahku berkurban untukmu ya
Rasulullah!”. Rasulullah SAW bersabda, “Ya”. Abu
Bakar berkata, “Biarkan ayahku berkurban untukmu
ya Rasulullah! Ambillah satu diantara dua unta saya
ini”. Rasulullah bersabda, “Ya, aku mau mengambilnya.
Tapi aku harus membayar harganya.” Maka A’isyah

29
dan Asma’ menyiapkan perbekalan dan menyimpan
makanan ke dalam kantung kulit milik mereka. Asma’,
memotong ikat pinggangnya menjadi dua bagian dan
mengikat bibir kantung kulit itu dengannya. Oleh
karena itulah Asma’ dikemudian hari dipanggil dengan
Dhāt al- Niṭāqayni.

Dari penjelasan tersebut terlihat bahwa


Asma’ binti Abu Bakar dan Aisyah yang menyiapkan
bekal makanan Nabi dan Abu Bakar.

B. Merahasiakan keberadaan Rasulullah dan Abu Bakar.

Selain peranan dalam menyiapkan dan


mengantarkan makanan kepada Rasulullah dan Abu
Bakar, Asma’ juga merahasiakan keberadaan mereka.
Ketika Rasulullah dan Abu Bakar telah berangkat
menuju Gua Thūr dan kaum Quraish belum
menemukan keberadaan mereka, Abu Jahal datang
ke rumah Abu Bakar . Ia menggedor pintu rumah.
Ketika itu Asma’ binti Abu Bakar menemui mereka di
ambang pintu. “Mana ayahmu?” Tanya mereka. “Demi
Allah, aku tidak tahu dimana ayahku berada”.
Jawabnya. Abu jahal langsung mengangkat tangannya
dan menampar pipi Asma’ hingga anting- antingnya
terlepas. Meski demikian ia tetap terdiam dan tidak
memberitahukan keberadaan Nabi dan Abu Bakar
pada kaum Quraish.

30
C. Mengirimkan makanan untuk Rasulullah dan Abu
Bakar
ketika berada di gua Tsūr. Selain menyiapkan
makanan untuk Rasulullah dan Abu Bakar serta
membelah ikat pinggangnya untuk mengikat bekal
makanan Rasulullah dan Abu Bakar ketika hendak
melanjutkan perjalanan hijrah, Asma’ setiap sore
saat Rasulullah dan Abu Bakar bersembunyi di gua ia
mengantarkan makanan untuk mereka. Hal ini
dijelaskan oleh Ibnu Hishām dari Ibnu Isḥāq bahwa,
“Ketika Rasulullah SAW memutuskan keluar dari
Makkah dan hijrah ke Madinah, beliau pergi ke
rumah Abu Bakar bin Abu Quhafah. Kemudian
keduanya keluar dari pintu rahasia rumah Abu Bakar
di depan rumahnya. Setelah itu keduanya pergi ke
Gua Tsūr di gunung Makkah Bawah dan masuk ke
dalamnya. Abu Bakar memerintahkan anaknya,
Abdullah bin Abu Bakar untuk mendengarkan apa
yang dikatakan manusia tentang Rasulullah SAW dan
Abu Bakar di siang hari, kemudian sore harinya ia
menyampaikan informasi yang di dengarnya kepada
keduanya. Selain itu, Abu Bakar memerintahkan
mantan budaknya, Amir bin Fuhairah
menggembalakan kambingnya di siang hari di dekat
gua Tsūr dan sore harinya ia membawa kambing
tersebut kepada keduanya di gua. Abu Bakar

31
memerintahkan Asma’ binti Abu Bakar mengantarkan
makanan yang memadai kepada keduanya.”

Pendapat seperti itu juga diungkapkan oleh


Ibnu al-Athīr dalam Al Kāmil fi al-Tārīkh. Begitu
juga Muhammad Said Ramadhan al-Buti dalam Fiqh
Sirahnya juga mengatakan hal demikian. Ia
menjelaskan bahwa Asma’ binti Abu Bakar di suruh
Abu Bakar untuk mengantarkan makanan kepada
keduanya ketika petang. Prof. Dr. Syalabi dalam
bukunya Sejarah dan Kebudayaan Islam juga
menuliskan bahwa Asma’ binti Abu Bakar lah yang
diminta Abu Bakar untuk mengantarkan makanan
tiap- tiap sore dengan datang ke gua yang jauh itu.

Jarak antara Makkah dengan Gua Tsūr adalah


sekitar lima mil. Ini termasuk jalan yang menanjak,
sulit dan berat. Banyak bebatuan besar yang harus
dilewati. Sungguh luar biasa Asma’ binti Abu Bakar
setiap petangnya mampu mengirim makanan
Rasulullah dan Abu Bakar, padahal selain jalan yang
sulit ketika itu kaum Quraish juga tidak tinggal diam
untuk selalu mencari Rasulullah dan Abu Bakar. Bisa
saja suatu waktu Asma’ tertangkap oleh kaum
Quraish. Namun Asma’ memang perempuan yang
pemberani. Ia tidak takut meski keadaan
mengancam. Ia tetap melakukan apa yang telah
diperintahkan oleh Ayahandanya, Abu Bakar .

32
Asma’ binti Abu Bakar mengirim makanan
kepada Rasulullah dan Abu Bakar pada petang hari,
sehingga kemungkinan besar kaum Quraish ketika itu
sudah kembali ke rumahnya masing- masing.
Sedangkan jejak kaki Asma’ binti Abu Bakar setelah
mengantarkan makanan dan Abdullah yang ketika itu
mendapatkan tugas untuk mencari informasi dari
kaum Quraish dengan segera telah dihapus dengan
jejak domba- domba yang digembala oleh Amir bin
Fuhairah.

D. Mendapat julukan Dhāt al-Niṭāqayni.

Ada perbedaan pendapat diantara para


Sejarawan mengenai waktu kapan Asma’ binti Abu
Bakar membelah ikat pinggangnya dan dijuluki Dhāt
al-Niṭāqayni.

a) Pendapat dari Imam Bukhari yang dikutip oleh


Imam Zainuddin Ahmad bin Abdul Laṭīf al-Zabidi
mengatakan bahwa Asma’membelah ikat
pinggangnya setelah ia menyiapkan bekal
perjalanan Nabi dan Abu Bakar ketika hendak
berangkat ke gua.

Imam Bukhari menjelaskan dalam sebuah


hadis yang diriwayatkan oleh Aisyah bahwa
Asma’ memotong ikat pinggangnya ketika ia telah
mempersiapkan segala kebutuhan untuk hijrah

33
Nabi dan Abu Bakar . Memang dalam
penjelasannya, ia tidak menuturkan kapan secara
jelas Asma’ membelah ikat pinggangnya, namun
jika di lihat dari kronologi keterangan matan
hadis di atas, maka akan terlihat bahwa Asma’
memotong ikat pinggangnya ketika Rasulullah dan
Abu Bakar masih dirumah Abu Bakar dan hendak
melakukan perjalanan hijrah. Seperti pendapat
ulama’ modern, Dr. ‘Aidh bin ‘Abdullah alQarni,
menjelaskan bahwa Asma’ binti Abu Bakar
membelah ikat pinggangnya ketika Rasulullah dan
Abu Bakar hendak hijrah dan mereka masih
berada di kediaman Abu Bakar .

b) Pendapat dari Ibnu Hishām bahwa Asma’


membelah ikat pinggangnya ketika Asma’
bersama Rasulullah dan Abu Bakar berada di Gua
Tsūr saat mereka hendak melanjutkan
perjalanan ke Madinah.

Ibnu Hishām dari Ibnu Isḥāq berkata,


“Tiga hari kemudian, dan setelah orang- orang
Makkah tidak lagi membahas tentang Rasulullah
SAW dan Abu Bakar, maka orang yang di sewa
datang kepada keduanya dengan membawa unta
keduanya dan unta miliknya. Asma’ binti Abu
Bakar juga datang kepada keduanya dengan
membawa makanan bekal perjalanan. Asma’ binti

34
Abu Bakar lupa tidak membawa tali makanan.
Ketika Rasulullah SAW dan Abu Bakar telah
berangkat, Asma’ binti Abu Bakar pergi untuk
mengikat makanan bekal perjalanan, namun ia
tidak mendapatkan tali, kemudian ia lepas ikat
pinggangnya dan menjadikannya sebagai tali
pengikat. Serta ia ikat makanan tersebut
dengannya. Oleh karena itu ia dinamakan Dhāt
al-Niṭāqayni (wanita yang mempunyai dua ikat
pinggang). Dari keterangan Ibnu Isḥāq tersebut,
bisa dilihat bahwa Asma’binti Abu Bakar
membelah ikat pinggangnya ketika Rasulullah dan
Abu Bakar sudah berada di gua dan hendak
melanjutkan perjalanan hijrah ke Madinah.

Ulama sekarang, Shafiyurrahman al-


Mubarakhfuri condong pada pendapat Ibnu
Isḥāq tersebut, yang dikutip oleh Ibnu Hishām.
Shafiyurrahman al-Mubarakhfuri menjelaskan
bahwa Asma’ binti Abu Bakar membelah ikat
pinggangnya ketika Rasulullah dan Abu Bakar
telah berangkat ke Gua dan hendak melanjutkan
perjalanan ke Madinah.

Dari pemaparan diatas, meski ada


perbedaan pendapat, namun mayoritas ulama
sepakat bahwa Asma’ binti Abu Bakar sangat
berperan dalam hijrah Nabi ke Madinah.
Meskipun dalam hijrah tersebut Asma’ hanya

35
menyiapkan dan mengirimkan makanan untuk
Rasulullah dan Abu Bakar, namun ini adalah suatu
tindakan yang belum tentu orang lain mampu
melakukannya. Karena jalan menuju gua Tsūr
bukanlah mudah, penuh bebatuan dan harus
dengan kehati-hatian serta selalu waspada.
Selain itu Asma’ juga harus menghadapi
kekerasan kaum musyrikin seperti dari Abu
Jahal, yang menamparnya hingga anting-anting
Asma’ binti Abu Bakar lepas. Selain itu ia juga
harus pandai- pandai melihat situasi dan kondisi
kaum musyrikin karena bisa saja mereka
sewaktu- waktu menemukan dan mengetahui apa
yang dilakukan Asma’.

Peranan Asma’ dalam hijrah Nabi ini


menunjukan bahwa Islam memang sangat
menghargai kaum perempuan. Ia memberikan
kesempatan pada kaum perempuan untuk ikut
serta memajukan Islam. Peristiwa Asma’ ini
adalah bukti nyata bahwa Islam memberikan
peluang bagi perempuan untuk ikut serta dalam
memajukan Islam. Islam tidak membedakan
antara laki- laki dan perempuan.

Dari penjelasan diatas, penulis lebih condong


bahwa Asma’ binti Abu Bakar dalam hijrah Nabi
ke Madinah berperan dalam menyiapkan makanan
Rasulullah dan Abu Bakar ketika mereka berdua

36
hendak pergi ke Gua Tsūr, Asma’ binti Abu Bakar
juga merahasiakan keberadaan Rasulullah dan
Abu Bakar . Selain itu Asma’ binti Abu Bakar
mengirimkan makanan untuk mereka berdua
ketika berada di Gua selama tiga hari tiga
malam. Dan Asma’ juga mendapat julukan Dhāt
al-Niṭāqayni karena ia membelah ikat
pinggangnya untuk mengikat bekal makanan
Rasulullah dan Abu Bakar.

C. PERAN ABU BAKAR AS-SHIDDIQ DALAM


HIJRAH NABI KE MADINAH

Abu Bakar As-Shiddiq radhiallahu anhu (RA) bukanlah


seorang Rasul, namun keutamaan dan kebaikannya tak
pernah habis untuk dituliskan. Beliau adalah orang yang
paling kuat keimanannya setelah para nabi. Dan juga
orang yang paling mencintai Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wa sallam (SAW).

Dalam Kitab Sirah An-Nabawiyah yang dilansir dari


KisahMuslim.com, dikisahkan perjuangan Abu Bakar dan
Rasulullah SAW ketika hijrah ke Madinah. Ketika Allah
mengizinkan Nabi hijrah, para sahabat pun bersegera
berangkat. Baik laki-laki atau perempuan, tua dan muda,
dewasa maupun anak-anak, bertolak dari Mekkah

37
menuju menuju Madinah. Mereka menempuh perjalanan
460 Km melintasi gurun yang panas dan gersang.

Ibnu Hisyam dalam kitab Shirah Nabawiyahnya


mencatat, Abu Bakar adalah salah seorang sahabat
yang bersegera memenuhi seruan Allah dan Rasul-Nya
untuk berhijrah. Ia meminta izin kepada Rasulullah
untuk berhijrah. Namun beliau SAW bersabda, “Jangan
terburu-buru. Semoga Allah menjadikan untukmu teman
(hijrah)”. Rasulullah berharap agar Abu Bakar menjadi
temannya saat berhijrah menuju Madinah. (Baca Juga:
Abu Bakar, Sahabat Nabi yang Memiliki 16 Keutamaan)

Suatu hari Jibril memberi kabar kepada Rasulullah


bahwa orang-orang Quraisy telah membulatkan tekad
untuk membunuh beliau. Jibril memerintahkan agar
tidak lagi menghabiskan malam di Mekkah.

Nabi pun mendatangi Abu Bakar dan mengabarkannya


bahwa waktu hijrah telah tiba untuk mereka. Aisyah
radhiallahu ‘anha yang saat itu berada di rumah Abu
Bakar mengatakan, “Saat kami sedang berada di rumah
Abu Bakar, ada seorang yang mengabarkan kepada Abu
Bakar kedatangan Rasulullah dengan menggunakan cadar
(penutup muka). Beliau datang pada waktu yang tidak
biasa”.

38
Kemudian beliau SAW meminta izin untuk masuk, dan
Abu Bakar mengizinkannya. Beliau bersabda,
“Perintahkan semua keluargamu untuk hijrah”. Abu
Bakar menjawab, “Mereka semua adalah keluargamu
wahai Rasulullah”.

Rasulullah kembali mengatakan, “Sesungguhnya aku


sudah diizinkan untuk hijrah”. Abu Bakar menanggapi,
“Apakah aku menemanimu (dalam hijrah) wahai
Rasulullah?” Beliau menjawab, “Iya.”

Lalu Rasulullah menunggu malam datang. Pada malam


hari, Nabi keluar dari rumahnya yang sudah dikepung
orang-orang kafir Quraisy. Lalu Allah menjadikan
mereka tidak dapat melihat Nabi SAW. Saat itu
Rasulullah menabur debu di kepala-kepala mereka,
namun mereka tidak menyadarinya.

Beliau menjemput sahabat Abu Bakar yang saat itu


itu sedang tertidur. Abu Bakar pun menangis bahagia,
karena menemani Rasulullah berhijrah. Aisyah
mengatakan, “Demi Allah! Sebelum hari ini, aku tidak
pernah sekalipun melihat seseorang menagis karena
berbahagia. Aku melihat Abu Bakar menangis pada hari
itu”. Perjalanan berat yang mempertaruhkan nyawa itu,
Abu Bakar sambut dengan tangisan kebahagiaan.

39
Sembunyi di Gua Tsur

Dalam perjalanan hijrah ke Madinah, Rasulullah SAW


dan Abu Bakar bersembunyi di sebuah gua yang dikenal
dengan nama Gua Tsur atau Tsaur. Gua Tsur adalah gua
berada di puncak Jabal (bukit) Tsur Kota Makkah,
berjarak terletak sekitar 7 Km dari Masjidil Haram.
Nabi dan Abu Bakar sembunyi di Gua Tsur untuk
menghindari kejaran kafir Quraisy.

Ketika sampai di mulut gua, Abu Bakar berkata,


“Demi Allah, janganlah Anda masuk ke dalam gua ini
sampai aku yang memasukinya terlebih dahulu. Kalau
ada sesuatu (yang jelek), maka akulah yang
mendapatkannya bukan Anda”.

40
Abu Bakar masuk kemudian membersihkan gua
tersebut. Setelah itu, Abu Bakar tutup lubang-lubang di
gua dengan kainnya karena ia khawatir jika ada hewan
yang membahayakan Rasulullah keluar dari lubang-
lubang tersebut; ular, kalajengking. Hingga tersisalah
dua lubang, yang nanti bisa ia tutupi dengan kedua
kakinya.

Setelah itu, Abu Bakar mempersilakan Rasulullah


masuk ke dalam gua. Rasulullah pun masuk dan tertidur
di pangkuan Abu Bakar. Ketika Rasulullah istirahat,
tiba-tiba seekor hewan menggigit kaki Abu Bakar. Ia
menahan dirinya untuk tidak bergerak menahan gigitan
hewan itu (riwayat lain menyebut seekor ular). Abu
bakar berusaha sekuat tenaga menahan sakit karena
tidak ingin membangunkan Rasulullah dari istirahatnya.

Namun, Abu Bakar adalah manusia biasa. Rasa sakit


akibat sengatan hewan itu membuat air matanya
menetes dan terjatuh di wajah Rasulullah. Sang kekasih
Allah pun terbangun, kemudian bertanya, “Apa yang
menimpamu wahai Abu Bakar?” Abu Bakar menjawab,
“Aku disengat sesuatu”. Kemudian Rasulullah
mengobatinya. Dalam satu riwayat disebutkan bahwa
Nabi mengobati Abu Bakar dengan ludah beliau.

Melindungi Nabi dari Teriknya Matahari

41
Diriwayatkan oleh Imam Bukhari, Abu Bakar
menceritakan hijrahnya bersama Nabi. “Kami berjalan
siang dan malam hingga tibalah kami di pertengahan
siang. Jalan yang kami lalui sangat sepi, tidak ada
seorang pun yang lewat. Aku melemparkan pandangan ke
segala penjuru, apakah ada satu sisi yang dapat kami
dijadikan tempat berteduh.

Akhirnya, pandanganku terhenti pada sebuah batu


besar yang memiliki bayangan. Kami putuskan untuk
istirahat sejenak di sana. Aku ratakan tanah sebagai
tempat istirahat Nabi SAW, lalu kuhamparkan sehelai
jubah kulit dan mempersilahkan beliau untuk tidur di
atasnya. Istirahatlah wahai Rasulullah. Beliau pun
beristirahat.

Setelah itu, aku melihat keadaan sekitar. Apakah ada


seseorang yang bisa dimintai bantuan. Aku pun bertemu
seorang penggembala kambing yang juga mencari
tempat untuk berteduh. Aku bertanya kepadanya,
“Wahai anak muda, engkau budaknya siapa?” Ia
menyebutkan nama tuannya, salah seorang Quraisy yang
kukenal. Aku bertanya lagi, “Apakah kambing-
kambingmu memiliki susu?” “Iya.” Jawabnya. “Bisakah
engkau perahkan untukku?” pintaku. Ia pun
mengiyakannya. Setelah diperah. Aku membawa susu
tersebut kepada Nabi dan ternyata beliau masih
tertidur. Aku tidak suka jika aku sampai membuatnya
terbangun.

42
Saat beliau terbangun aku berkata, “Minumlah wahai
Rasulullah”. Beliau pun minum susu tersebut sampai aku
merasa puas melihatnya.

Mengawal Rasulullah Selama Perjalanan

Diriwayatkan al-Hakim dalam Mustadrak-nya dari


Umar bin al-Khattab, ia menceritakan. Ketika Rasulullah
dan Abu Bakar keluar dari gua. Abu Bakar terkadang
berjalan di depan Rasulullah dan terkadang berada di
belakang beliau. Rasulullah pun menanyakan perbuatan
Abu Bakar itu. Abu Bakar menjawab, “Wahai Rasulullah,
kalau aku teringat orang-orang yang mengejar (kita),
aku berjalan di belakang Anda, dan kalau teringat akan
pengintai, aku berjalan di depan Anda”.

Apa yang dilakukan Abu Bakar ini menunjukkan


kecintaan beliau yang begitu besar kepada Nabi SAW.
Ia tidak ingin ada sedikit pun yang mengancam jiwa
Nabi. Jika ada mara bahaya menghadang, ia tidak ridha
kalau hal itu lebih dahulu menimpa Nabi.

Demikianlah kisah indah Abu Bakar bersama


Rasulullah. Rasulullah ingin bersama Abu Bakar ketika
hijrah dan Abu Bakar pun sangat mencintai Rasulullah.
Inilah kecocokan ruh sebagaimana disabdakan Nabi:
“Ruh-ruh itu bagaikan pasukan yang berkumpul
(berkelompok). Jika mereka saling mengenal maka
mereka akan bersatu, dan jika saling tidak mengenal

43
maka akan berpisah (tidak cocok).” (HR Bukhari dan
Muslim)

Dalam satu hadis, Nabi SAW pernah memuji Abu Bakar:


“Sesungguhnya orang yang paling besar jasanya padaku
dalam persahabatan dan kerelaan mengeluarkan
hartanya adalah Abu Bakar. Andai saja aku
diperbolehkan mengangkat seseorang menjadi
kekasihku selain Rabbku, pastilah aku akan memilih Abu
Bakar, namun cukuplah persaudaraan seislam dan
kecintaan karenanya. Maka tidak tersisa pintu masjid
kecuali tertutup selain pintu Abu Bakar saja.” (HR Al-
Bukhari).

D. PERANAN ABU HURAIRAH DALAM HIJRAH


NABI KE MADINAH

Rawiyatul Islam, Abu Hurairah Nama, Kuniyah,


Nasab dan Nisbahnya:

Beliau adalah Abu Hurairah ‘Abdurrahman bin


Shakhr Ad-Dausy Al-Yamany radiyallahu ‘anhu.

Ada banyak pendapat lainnya yang disebutkan para


ulama perihal nama beliau dan nama ayahnya.
Diantaranya bahwa nama beliau sebelum memeluk agama
islam adalah ‘Abdusy Syams yang bermakna penyembah

44
matahari, lalu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam
mengganti namanya menjadi ‘Abdullah. Sedangkan nama
ayahnya disebutkan bernama ‘Amir, Namun riwayat yang
lebih masyhur dan paling rajih bahwa nama beliau
adalah ‘Abdurrahman bin Shakhr sebagaimana
disebutkan oleh Al-Hafidz Adz-Dzahabi rahimahullah
dalam “Siyar A’lam An-Nubalaa 2/578”.

Beliau berasal dari negeri Yaman, suku Daus, olehnya


nisbah beliau adalah Al-Yamany Ad-Dausy. Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam pernah bertanya kepada Abu
Hurairah, “Engkau berasal dari mana ?”, beliau
menjawab, “Aku berasal dari suku Daus”, maka
Rasulullah memberi kabar baik dengan sabdanya, “Aku
tak pernah menyangka sebelumnya bahwa akan ada
seseorang yang memiliki kebaikan sepertimu dari suku
Daus.”

Abu Hurairah pernah berkata kepada para sahabat,


“Mengapa kalian memanggilku dengan kuniyah Abu
Hurairah ? padahal Rasulullah telah memanggilku
dengan sebutan “Abu Hirr”. Para sahabat radiyallahu
‘anhum memang lebih sering memanggil beliau dengan
julukan Abu Hurairah, sebab beliau punya kebiasaan
bermain dengan beberapa anak kucing peliharaannya
selagi ia menggembalakan kambing-kambing milik
keluarganya.

Keislamannya:

45
Beliau telah memeluk agama islam semenjak masih
berada di negeri Yaman. Keislaman beliau setelah
pulangnya pemimpin suku Daus Thufail bin ‘Amr dari
kota Madinah dan menyebarkan islam di negeri Yaman.
Pada tahun ketujuh hijriyyah, Abu Hurairah akhirnya
melakukan hijrah ke kota Madinah untuk berbakti
terhadap agama Allah subhanahu wata’ala.

Ketika beliau datang, Rasulullah shallallahu ‘alaihi


wasallam dan para sahabat telah berangkat menuju
peperangan khaibar. Kota Madinah yang saat itu sedang
kosong, diamanahkan kepada sahabat Siba’ bin
‘Urfuthah yang juga menjadi imam sholat rawatib di
masjid nabawi. Abu Hurairah tiba tepat ketika sholat
subuh didirikan, maka Siba’ membaca surah Maryam
pada raka’at pertama, dan surah Al-Muthoffifin pada
raka’at kedua. Usai melaksanakan sholat, Abu Hurairah
bergumam, “Celakalah ayahku, karena sangat sedikit
dari pedagang di kampung melainkan mereka pasti
memiliki dua timbangan penakar, satu untuk keuntungan
dirinya, dan yang satu dipakai untuk menipu para
pembeli.”

Bentuk Fisik, Akhlak, dan Kehidupannya:

Beliau adalah seorang yang berperawakan baik dan


lembut, tubuhnya bidang, rambutnya dikepang dua,
janggutnya berwarna merah semir. Dilihat dari
keadaannya, setiap orang akan tahu bahwa beliau adalah

46
orang yang tidak memiliki harta. Beliau memang hijrah
ke kota Madinah dengan membawa bekal seadanya saja
sebab ‘azam yang membulatkan tekadnya untuk hijrah
adalah menuntut ilmu dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wasallam. Diantara bekal yang beliau bawa adalah
seorang budak yang seyogyanya akan beliau jual, namun
di tengah perjalanan budak itu melarikan diri darinya.

Rumah beliau adalah masjid nabawi, ia tinggal


bersama kurang lebih 70 orang ahlus suffah di
dalamnya. Beberapa kali ia menggeliat bak orang gila
atau kesurupan diantara mimbar Rasulullah dengan
rumah ‘Aisyah atau yang dikenal dengan raudhah saat
ini. Sahabat yang melihatnya kadang duduk di atas
dadanya hendak membacakan ayat-ayat ruqyah
kepadanya, maka Abu Hurairah lekas mendongak dan
berkata, “Aku seperti ini karena rasa laparku.”

Guru-gurunya:

Tentu saja guru beliau yang paling mulia adalah


Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Guru dari seluruh
guru, penghulu para Nabi dan Rasul Allah subhanahu
wata’ala.

Hidup di masjid nabawi memiliki keutamaan yang sangat


besar bagi beliau. Beliau dapat mengikuti majelis-
majelis ilmu Rasulullah, mendengarkan arahan dan
nasehatnya, serta bertanya kepada Rasulullah. Namun
beliau tidak membatasi diri dengan hanya menimba ilmu

47
dari Rasulullah, sebab telah lewat masa perjuangan yang
panjang dalam sejarah islam sedang Abu Hurairah tak
berada di sana. Maka selama 4 tahun hidup bersama
Rasulullah, Abu Hurairah terus fokus mempelajari Al
Quran dan Hadits, serta bertanya kepada para sahabat
senior seperti Abu Bakar, Umar, Ubay bin Ka’ab,
Usamah bin Zaid, ‘Aisyah, Al-Fadhl bin ‘Abbas, Bashrah
bin Abi Bashrah, dan Ka’ab Al-Habr. Hingga beliau
mendulang ilmu yang lebih banyak dibandingkan sahabat
lainnya bahkan tak seorangpun melebihi ilmu beliau.

Murid-muridnya:

Dengan membawa ilmu yang sangat banyak tersebut


maka bukan sebuah hal yang mengherankan apabila
beliau menjadi menara ilmu yang dituju oleh para
sahabat sendiri dan tabiin yang datang setelah mereka.
Berkata Imam Bukhari rahimahullah, “Jumlah murid
beliau melebihi 800 orang.”

Menuntut Ilmu dan Khidmat Kepada Hadits:

Abu Hurairah juga digelar sebagai “Rawiyatul


Islam” atau perawi agama islam karena beliau
meriwayatkan hadits yang sangat banyak dari Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam. Bahkan terbanyak dari
seluruh sahabat dengan jumlah 5.374 hadits. Menjadi
tongkat estafet pertama yang menukilkan secara
langsung syariat islam dan secara khusus hadits-hadits
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam kepada para ulama

48
yang datang setelahnya. Tentu saja hal ini adalah
khidmat dan kontribusi terbesar yang pernah dilakukan
oleh seorang ulama hadits

Para sahabat sendiri merasa keheranan dengan


hapalan hadits yang dimiliki oleh Abu Hurairah. Maka
beliau menjelaskan, “Bahwa ketika orang-orang
Muhajirin sibuk dengan ladang mereka, dan orang-orang
Anshar sibuk dengan perniagaan mereka, di awktu yang
sama aku justru sibuk dengan hadits Rasulullah, aku
hadir dalam majelis beliau di saat mereka tak ada”.
Memang semangat beliau dalam menuntut ilmu tidak ada
duanya, hingga Rasulullah mempersaksikan hal tersebut
ketika Abu Hurairah bertanya kepada beliau tentang
orang yang paling berbahagia dengan syafaatnya,

Maka Rasulullah bersabda:

“Sungguh Aku telah mengira wahai Abu Hurairah


bahwa tidak akan ada seorangpun yang mendahuluimu
untuk bertanya tentang hal tersebut karena
semangatmu dalam mempelajari ilmu hadits. Orang yang
paling berbahagia dengan syafaatku kelak pada hari
kiamat adalah orang yang mengucapkan kalimat tauhid,
tulus ikhlas dari dirinya.” (HR. Bukhari nomor 99)

Abu Hurairah yang miskin dan memfokuskan dirinya


pada ilmu dengan menghapal serta murajaah di masjid
nabawi juga mendapatkan karunia doa Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam yang mustajab. Seperti

49
permintaan Abu Hurairah kepada Rasulullah untuk
diajarkan ilmu yang diberikan Allah kepadanya, lalu
Rasulullah menyobek sedikit kain pakaian Abu Hurairah
dan membentangkannya, kemudian Rasulullah
menyampaikan sebuah kalimat untuk dihapalkan Abu
Hurairah, keesokan harinya Abu Hurairah dapat
menghapal semua hadits Rasulullah tanpa kesalahan
sedikitpun.

Berdasarkan doa Rasulullah tersebut, maka para


ulama menjadikan ajaibnya kekuatan hapalan Abu
Hurairah sebagai salah satu bukti kenabian Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam.

Wafatnya:

Di akhir hidupnya setelah mengorbankan begitu banyak


pengorbanan dan khidmat terhadap agama islam, Abu
Hurairah jatuh sakit dan meninggal pada tahun 57 H di
kota Madinah, dan dikuburkan di pekuburan Baqi’.

E. PERAN BILAL BIN RABAH DALAM HIJRAH


RASULULLAH SAW KE MADINAH

Sebagai Muadzin Rasulullah.

Seperti yang sudah dijelaskan pada bab sebelumnya


bahwa Bilal bin Rabah adalah Muadzin pertama

50
Rasulullah hingga beliau wafat. Bilal menyerukan adzan
selama 13 tahun.1 Muadzin menurut penulis adalah
orang yang mengumandangkan seruan adzan. Semua
berawal dari hijrahnya nabi ke kota Madinah dan
menjadikannya sebagai Penyeru Umat Islam dalam
menjalankan kewajiban Sholat.

Karena adzan baru disyariatkan ketika Rasulullah


dan para sahabat hijrah ke kota Madinah. Jika kita
membicarakan muadzin maka tidak luput dari perkara
munculnya adzan sehingga menjadikan Bilal bin Rabah
sebagai penyeru adzan. Adzan menurut pengertian
adalah pemberitahuan tentang masuknya waktu sholat
dengan lafal-lafal tertentu, dengan harapan akan
tercapai seruan untuk shalat berjamaah serta syiar
Islam.

Muhyi ad-Din ibn ‘Arabi Ra, mengatakan bahwa


adzan adalah pemberitahuan tentang masuknya waktu
dan ajakan untuk sholat berjama’ah dimasjid. Dalam
makna batin, adzan adalah pemberitahuan tentang
tajalli ketuhanan (hadir atau munculnya eksistensi
ketuhanan) agar diri suci di dalam ber-musyahadah
kepada-Nya.Dalam hadits Bukhori juga menjelaskan
tentang keutamaan adzan yakni: Dari Abu Hurairah,
sesungguhnya Rasulullah bersabda,

“Apabila dikumandangkan seruan untuk sholat, setan


pun pergi sambil terkentut-kentut sampai ia tidak

51
mendengar adzan. Apabila adzan telah selesai, ia
kembali. Jika diulangi kembali seruan sholat (Iqamah),
setan pun pergi lagi. Dan apabila selesai (iqamah), setan
pun kembali sehingga ia membisiki ke dalam hati
seseorang. Setan berkata, ‘Ingat begitu, ingat begitu,’
yang hal tersebut tidak teringat olehnya sebelumnya,
sampai seseorang tidak sadar sudah berapa rakaat ia
shalat.”Sedangkan keutamaannya bagi Muadzin dari
sebagian hadits adalah:

• “Barang siapa yang menyerukan adzan selama dua


belas tahun, maka wajib baginya Surga. Akan dituliskan
untuk adzan yang diserukannya itu setiap hari sebanyak
enam puluh kebaikan, sedangkan iqamatnya sebanyak
tiga puluh kebaikan.”

• “Dosa orang yang menyerukan adzan diampuni sejauh


jangkauan suaranya, dan diberi pahala seperti pahala
orang yang shalat bersamanya.”

• “Penyeru Adzan akan diampuni sejauh jangkauan


suaranya, dan segala sesuatu yang basah maupun kering
akan bersaksi baginya.”

• “Orang yang mengumandangkan adzan adalah orang


yang paling panjang lehernya pada hari
kiamat.”6.Munculnya adzan yang menjadikan sahabat
Bilal bin Rabah sebagai muadzin Rasulullah. Penulis
memaparkan sejarah Bilal bin Rabah menjadi muadzin
Rasulullah dalam dakwahnya baik di Madinah maupun di

52
Makkah. Keterlibatan dalam Perang Sesungguhnya asas
dan dasar abadi bagi hubungan antara kaum muslimim
dan kalangan non muslim dalam islam adalah perdamaian.
Dengan demikian, peperangan dalam islam adalah satu
situasi dan kondisi yang bersifat temporer bagi
hubungan antara keduanya dan keluar dari kaidah dasar
pergaulan yang digariskan Islam. Oleh karena itu,
peperangan dalam Islam tidak akan dilakukan kecuali
untuk menghilangkan tindak kezhaliman dan
kedurjanaan.

Dengan dasar yang demikian, maka Islam


tersebar dengan cara damai. Sebab iamerupakan agama
perdamaian, mengusung keharmonisan hidup dan
ketentraman, bukan agama perang atau agama
permusuhan.Peperangan yang dilakukan oleh Rasulullah
SAW dan kaum muslimin, secara umum dapat dikatakan
sebagai perang untuk mempertahankan diri. Rasulullah
dan para sahabat tidak pernah melakukan penyerangan
terlebih dahulu kecuali untuk menjamin terwujudnya
ketentraman bagi kaum muslimin, agar kaum muslimin
terhindar dari kezaliman, untuk menolak setiap usaha
yang akanmelemahkan kaum muslimin serta demi
menjaga kebebasan memilih akidah bagi umat manusia.

Sahabat Rasulullah Bilal bin Rabah ikut serta


dalam berjihad bersama Rasulullah Bilal ikut serta
bersama dalam Perang berikut penulis memaparkan

53
kejadian yang tercatat dalam sejarah ketika ia ikut
berjihad di jalan Allah SWT.

Perang badar kubro

Peristiwa perang badar ini terjadi bulan Maret tahun


624 M.35Pada jum’at pagi, tepatnya pada tanggal tujuh
belas Ramadhan, memasuki tahun kedua hijrahnya Nabi
SAW. Dalam perang badar ini, jumlah seluruh pasukan
yang dipimpin langsung oleh Rasulullah SAW
sebagaimana yang diinformasikan oleh Ibnu Ishaq
adalah sebanyak 314 orang, dengan komposisi terdiri
dari 83 orang Muhajirin; dari suku Aus sebanyak 61
orang, sementara dari suku Khazraj sebanyak 70 orang.
Sementara kaum Musyrikin kurang lebih sekitar 650
orang, jumlah tersebut sudah dalam kondisi agak
sedikit terpecah.

Peperangan terjadi di sebuah daerah yang dikenal


dengan nama Badar. Sebuah daerah terdapat sumber
air dan seringkali dijadikan sebagai tempat transaksi
dagang. Jarak tersebut dari kota Madinahsekitar
seratus enam puluh (160) kilo meter. Salah satu taktik
dan strategi Rasulullah SAW dalam menghadapi kaum
musyrikin Quraisy adalah mengadakan penyempitan
ruang gerak perdagangan mereka.dalam perang ini,
kaum muslimin mendapatkan kemenangan yang menjadi
pukulan yang sangat keras bagi pasukan
Quraisy.37Sahabat Bilal, juga ikut berperan dalam

54
perang badar tersebut, Dia berperang dengan kegigihan
ketika itu, berpartisipasi dan berprestasi dengan baik.
Allah pun berkehendak mengqishas Umayyah bin
Khallaf, berkas majikannya yang dahulu menimpakan
berbagai siksaan di padang pasir Makkah.

Umayyah yang jahat dibunuh Bilal dalam perang


Badar. Walaupun awalnya Umayyah tidak mau terlibat
dalam perang tersebut. Dia sudah mengira, kehadiran
dalam perangan Badar akan menyebabkannya bertemu
dengan Bilal. Tidak mau terlibat dalam perang badar,
memperlihatkan kekecutan Umayyah yang dilihat berani
dihadapan hamba-hamba yang lemah. Uqbah bin Abi
Mu’it mencemooh Umayyah dengan menggambarkan
Umayyah seperti perempuan.

Diambilnya setanggi wangian, diperasapkan


dihadapan Umayyah seraya berkata, ”Wangian setanggi
akan melekat kepada tubuh kamu wahai Umayyah. Ini
menandakan, kamu sebenarnya tidak jantan, tetapi
adalah wanita,” lalu Abu Mu’it tertawa terbahak-
bahak.Bagai ditempeleng ke muka dengan penghinaan
yang dilakukan oleh Abu Mu’it, menyebabkan Umayyah
memutuskan ikut serta dalam perang Badar. Perang
yang merupakan perang terakhir baginya. Karena
setelah itu, Umayyah berjumpa dengan Allah yang maha
memberi keadilan. Umayyah terbunuh dalam perang
Badar dengan sabetan pedang yang dilakukan oleh Bilal.
Sebelum sabetan terkena lehernya, kelihatan raut

55
takut di wajahnya. Tidak seperti Bilal yang disiksanya
dahulu.

Seorang sahabat mulia, Abdurrahman bin Auf,


menceritakan bagaimana Allah memberi kesempatan
kepada Bilal untuk membalas orang kafir itu: “Umayyah
bin Khallaf adalah salah seorang temanku. Aku masih
bernama Abdu Amr saat bersamanya, sebelum diganti
menjadi Abdurrahman setelah memeluk Islam. Sewaktu
perang Badar berkecamuk aku melewatinya. Terlihat dia
sedang berdiri sambil memegang erat tangan anaknya,
Ali. Aku sedang membawa baju perang rampasan, dia
melihatku berseru: ‘Abdu Amr!’ Aku tidak sudi
menjawab seruan itu, maka Umayyah memanggil:

‘Abdullah.’‘Ya,’ jawabku. Dia pun bertanya: ‘tidakkah


kamu menginginkanku? Aku lebih baik daripada baju
perang di tanganmu.’ Aku menyahut: ‘Kamu benar, demi
Allah.’ Aku segera membuang baju perang tersebut,
lantas menggandeng Umayyah dan anaknya. Umayyah
mengatakan: ‘Tidak pernah aku mengalami hal seburuk
ini. Apakah kamu menginginkan susu?’ tanpa berkata
apa-apa aku terus berjalan mendampingi mereka.”

Abdurrahman melanjutkan dalam riwayat yang


lain disebutkan Umayyah bin Khalaf bertanya, yakni
ketika aku berada di antara dia dan anaknya serta
memegang tangan mereka: ‘Hamba Allah, siapakah laki-
laki yang pada dadanya ada bulu burung unta itu?’

56
‘Hamzah bin Abdul Muthalib,’ jawabku. Umayyah
menyebutkan: ‘Sepak terjangnya menyusahkan kami.’
Demi Allah, aku menuntunnya dengan hati-hati, namun
tiba-tiba Bilal muncul dan melihat kami. Umayyah
pernah menyiksa Bilal di Makkah, guna memaksanya
meninggalkan Islam; untuk itulah dia menjemurnya
dibawah terik matahari, lantas menindihkan batu besar
di dada budaknya itu seraya mengancam: ‘Kamu akan
terus seperti ini sampai mau meninggalkan ajaran
Muhammad!’ Namun Bilal tetap berucap lirih, ‘
Ahad...Ahad..’ Spontan Bilal mengatakan: ‘Ini salah
seorang pemimpin kaum Musyrikin, Umayyah bin Khalaf!
Aku tidak akan selamat jika dia selamat.’ Aku
mengingatkannya: ‘Bilal, apa kamu hendak merampas
tawananku?’ ‘Aku tidak akan selamat bila dia selamat!’
tegasnya. Aku membalas: ‘Apa kamu tidak mendengarku,
Ibnu Sauda?’ Dia kembali menegaskan: ‘Aku tidak akan
selamat jika dia selamat!’.

Selanjutnya Bilal berteriak: ‘Wahai para pembela


Allah Ada pemimpin orang-prang kafir di sini, Umayyah
bin Khalaf! Sungguh, aku tidak akan selamat jika dia
selamat!’ Serta-merta mereka mengepung kami,
melingkari kami seperti gelang pada tangan, sedangkan
aku berusaha melindungi dua orang kafir ini. Sejurus
kemudian seorang laki-laki menghunuskan pedang ke
arah kaki Ali sehingga membuatnya jatuh terjerembab,
dan Umayyah berteriak histeris karenanya. Saat itulah

57
aku menyadari kelemahan diri, maka aku berkata:
‘Selamatkanlah dirimu, tidak ada yang sanggup
menyelamatkanmu dari mereka! Demi Allah, aku tak bisa
Mereka pun memenggal kepala Umayyah dan anaknya.

Pedang-pedang berkelebat hebat sampai keduanya


tewas. Semoga Allah merahmati Bilal; baju perang
rampasanku raib sudah, dan dia membuatku bersedih
dengan terbunuhnya dua tawananku.”

Di dalam Zadul-Ma’ad disebutkan bahwa


Abdurrahman bin Auf berkata kepada Umayyah,
“Telentangkan badanmu!” Maka Umayyah pun
menelentangkan badannya, lalu Abdurrahman
menelentangkan badan diatas Umayyah. Namun mereka
tetapmenusuk-nusukkan pedang ke badan Umayyah yang
di tindih Abdurrahman. Akibatnya ada diantara pedang
mereka yang juga mengenai badan
Abdurrahman.44Tetapi rencana Allah pasti terjadi.
Sehingga membiarkan Umayyah pergi karena ada utang
lama antara ia dan salah seorang budak Allah. Inilah
waktu untuk menyelesaikannya. Maka, sebagaimana kau
memperlakukan orang, demikianlah kamu akan
diperlakukan orang.

Sudah dijelaskan bahwa Bilal bin Rabah sangat


mencintai didalamnya secara detail Bilal bin Rabah ikut
serta dalam perang apa saja, namun dalam perang badar
inilah Bilal bin Rabah diceritakan kisahnya sebab dalam

58
perang tersebut Bilal dan orang-orang muslim telah
membunuh Umayyah bin Khalaf pemuka Quraisy yang
sangat kejam. Penulis hanya bisa memberikan
penjelasan tentang salah satu perang yang diikuti Bilal
yang diabadikan ceritanya.Rasulullah dan setia
mendampinginya, dan juga mengikuti semua perang
dengan tujuan berjihad di jalan-Nya. Tetapi tidak
dijelaskan

F. PERANAN UTSMAN bin AFFAN DALAM


HIJRAH NABI KE MADINAH

Terlahir dari keluarga saudagar yang sejahtera,


'Utsman dikenal sebagai pribadi yang lembut dan murah
hati. Sumbangsihnya yang paling menonjol dan sangat
melekat padanya adalah kedermawanan dalam
memberikan harta. 'Utsman pernah membeli sumur
seorang Yahudi dengan harga sangat mahal saat
kemarau dan mempersilakan penduduk mengambil air
dari sana dengan cuma-cuma. Saat Perang Tabuk
meletus, 'Utsman turut serta menyumbangkan ratusan
unta dan kuda selain uang sejumlah ribuan dirham.

Sepeninggal 'Umar, 'Utsman menggantikannya


sebagai khalifah pada saat usianya sudah menginjak

59
sekitar 64 atau 65 tahun, menjadikannya sebagai salah
satu khalifah tertua saat berkuasa. Berbeda dengan
'Umar yang memusatkan segala urusan negara dalam
kendali kuat khalifah, 'Utsman cenderung memberikan
hak otonomi yang lebih longgar pada bawahannya. Hal ini
menjadikan perluasan wilayah kekhalifahan dapat
dilangsungkan secara lebih mandiri, sehingga dapat
mencapai wilayah yang lebih jauh. Pada masanya,
kekhalifahan sudah mencapai Khorasan Raya (kawasan
Asia Tengah) di batas timur. Di masanya, masyarakat
Muslim dan non-Muslim menjadi lebih makmur dalam
masalah ekonomi dan menikmati kebebasan yang lebih
besar di bidang politik.

Terlepas dari segala capaian dan sumbangsih


yang telah dilakukan, 'Utsman dikritik keras atas
beberapa kebijakannya, yang utama terkait keluarga
besarnya yang dipandang lebih dikedepankan untuk
menempati berbagai kedudukan penting. Kelonggaran
yang diberikan 'Utsman juga menjadi jalan bagi pihak
oposisi untuk melakukan demonstrasi besar hingga
berujung pada upaya pemberontakan dan pengepungan
kediamannya pada tahun 656. Meski demikian, 'Utsman
yang tidak mau menjadi penyebab perang saudara
menolak bantuan militer dari sanak saudaranya atau
pihak lain, menjadikannya terbunuh pada akhir
pengepungan.

Hijrah ke Madinah

60
Pada 622, Utsman dan istrinya, Ruqayyah,
berada di antara kelompok ketiga Muslim untuk
bermigrasi ke Madinah. Setelah sampai, Utsman tinggal
bersama Abu Talha bin Thabit sebelum pindah ke
rumah yang ia beli beberapa waktu setelahnya. Utsman
adalah salah satu pedagang terkaya di Mekkah, tanpa
membutuhkan bantuan keuangan dari saudara-saudara
Ansari , karena ia telah membawa kekayaan yang sangat
besar yang telah ia kumpulkan dengannya ke Madinah.
Sebagian besar Muslim Madinah adalah petani dengan
sedikit minat dalam perdagangan, dan orang Yahudi
telah melakukan sebagian besar perdagangan di kota.
Utsman menyadari ada peluang komersial yang besar
untuk mempromosikan perdagangan di kalangan umat
Islam dan segera memantapkan dirinya sebagai
pedagang di Madinah. Dengan kerja keras dan
kejujuran, bisnisnya berkembang pesat, membuatnya
menjadi salah satu orang terkaya di Madinah.

Ketika Ali menikahi Fatimah , Utsman membeli


tameng Ali seharga lima ratus dirham. Empat ratus
disisihkan sebagai mahar untuk pernikahan Fatimah,
meninggalkan seratus untuk semua pengeluaran lainnya.
Kemudian, Utsman mempersembahkan baju besi kembali
ke Ali sebagai hadiah pernikahan.

61
G. PERANAN UMAR bin KHATTAB DALAM HIJRAH
NABI KE MADINAH

Hijrah ke Madinah,(bahasa Arab: ‫النبوية الهجرة‬


)hijrah Rasulullah saw dan sejumlah kaum muslim dari
Mekah ke Yatsrib, pada tahun ke-13 kenabian. Alasan
utama hijrah kaum muslim ke Yatsrib adalah supresi
dan penindasan kaum musyrik Mekah dan baiat ‘Aqabah
penduduk Yatsrib dengan Nabi saw untuk membela
kaum muslim, jika beliau berhijrah ke kota tersebut.
Pada masa kekhilafahan khalifah kedua secara resmi
menjadi awal penanggalan kaum muslim.

Pertempuran Kabilah-kabilah Yatsrib

Sebelum Rasulullah saw hijrah ke Yatsrib, telah


terjadi pertempuran-pertempuran yang berkepanjangan
antara kabilah Yatsrib, semisal Aus dan Khazraj.
Pertempuran Bu’ats (sengketa terakhir Aus dan
Khazraj) telah mengusik kedua belah pihak, dan setelah
gencatan senjata, telah menyiapkan konteks psikologis
lazim untuk pengaruh dan penyebaran Islam di Yatsrib.
Sampai-sampai dua tahun berikutnya, pertemuan
berturut-turut penduduk Yatsrib dengan Rasulullah saw
pada musim haji (sepuluh sampai duabelas Bi’tsah)
berujung pada bai’at ‘Aqabah pertama dan kedua dan
pada akhirnya hijrah beliau dan sejumlah kaum muslim
lainnya ke Yatsrib.

62
Awal Hijrah Kaum Muslim ke Yatsrib

Setelah baiat ‘Aqabah dan pulangnya 75 orang


baiat A’qabah kedua ke Madinah serta kaum Quraisy
akan mengetahui ajakan dan baiat yang dilakukan oleh
Aus dan Khazraj dengan Rasulullah saw, maka represi
penindasan kaum Quraiys terhadap kaum muslim
semakin intensif, sampai-sampai kehidupan di Mekah
bagi kaum muslim amatlah sukar, sampai akhirnya
mereka meminta izin kepada Nabi untuk berhijrah dan
Nabipun mengizinkan mereka untuk pergi menuju
Madinah dan pergi menemui para saudaranya, Anshar
dan berkata kepada mereka, "Allah swt menjadikan
untuk kalian saudara dan tempat aman di situ".

Menurut riwayat, kaum muslim berangkat


menuju Madinah secara berkelompok-kelompok dan
Rasulullah tetap tinggal di Mekah sambil menanti izin
dari Allah. Hijrah kaum muslim ke Madinah dimulai
bulan Dzulhijjah, tahun 13 dari kenabian. [4] Ayat-ayat
Hijrah Telah diturunkan beberapa ayat terkait hijrah
ke Madinah dan peristiwanya, diantaranya:

"Dan (ingatlah), ketika orang-orang kafir (Quraisy)


memikirkan daya upaya terhadapmu untuk menangkap
dan memenjarakanmu atau membunuhmu, atau
mengusirmu. Mereka memikirkan tipu daya dan Allah
menggagalkan tipu daya itu. Dan Allah sebaik-baik
Pembalas tipu daya". (QS. Al-Anfal: 30)

63
"Dan di antara manusia ada orang yang mengorbankan
dirinya karena mencari keridhaan Allah; dan Allah Maha
Penyantun kepada hamba-hamba-Nya". (QS. Al-
Baqarah: 207)

"Dan Kami adakan di hadapan mereka dinding dan di


belakang mereka dinding (pula), dan Kami tutup (mata)
mereka sehingga mereka tidak dapat melihat". (QS.
Yasin: 9)

"Jikalau kamu tidak menolongnya (Muhammad) maka


sesungguhnya Allah telah menolongnya (yaitu) ketika
orang-orang kafir (musyrikin Mekah) mengeluarkannya
(dari Mekah) sedang dia salah seorang dari dua orang
ketika keduanya berada dalam gua, di waktu dia
berkata kepada temannya: "Janganlah kamu berduka
cita, sesungguhnya Allah beserta kita." Maka Allah
menurunkan keterangan-Nya kepada (Muhammad) dan
membantunya dengan tentara yang kamu tidak
melihatnya, dan Al-Quran menjadikan orang-orang kafir
itulah yang rendah. Dan kalimat Allah itulah yang tinggi.
Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana". (QS. At-
Taubah: 40)

"Sesungguhnya orang-orang yang diwafatkan malaikat


dalam keadaan menganiaya diri sendiri, (kepada mereka)
malaikat bertanya : "Dalam keadaan bagaimana kamu
ini?." Mereka menjawab: "Adalah kami orang-orang yang
tertindas di negeri (Mekah)." Para malaikat berkata:

64
"Bukankah bumi Allah itu luas, sehingga kamu dapat
berhijrah di bumi itu?." Orang-orang itu tempatnya
neraka Jahannam, dan Jahannam itu seburuk-buruk
tempat kembali". (QS. An-Nisa: 97)

Para Muhajir Pertama

Pendapat terkait para muhajirin pertama ke


Madinah amatlah beragam. Nampaknya orang pertama
dari kalangan sahabat Rasulullah saw yang pergi ke
Yatsrib, adalah anak paman beliau, Abu Salamah, yang
kembali dari Habasyah dan datang ke Mekah. Saat
Quraisy menganiayanya dan mendapat berita bahwa
masyarakat Madinah telah memeluk Islam, satu tahun
sebelum baiat ‘Aqabah kedua ia berhijrah ke Madinah.
Setelah itu disusul oleh ‘Amir bin Rabi’ah, bersama
istrinya Laila binti Abu Hasymah al-Adawi, Abdullah bin
Jahsy bin Riab al-Asadi, dengan keluarga dan
saudaranya Abu Ahmad bin Abd bin Jahsy; dengan
demikian rumah Bani Jahsy kosong dan tidak ada
seorangpun yang mendiaminya. Abu Salamah, ‘Amir,
Abdullah dan saudaranya, kesemuanya memasuki Quba,
menemui kabilah Bani Amr bin ‘Auf bin Mubasyyir bin
Abdul Mundzir. Kemudian para muhajir tiba di Madinah
secara berkelompok-kelompok, seperti suku Bani
Ghanam bin Dudan bin Asad bin Khuzaimah, baik laki-
laki maupun perempuan kesemuanya berhijrah.

65
Selain Abdullah dan saudaranya: ‘Ukasyah bin
Mihshan, Syuja’ dan ‘Uqbah putra Wahab, Arbad bin
Humayyir, Munqiz bin Nubatah, Said bin Ruqaisy,
Muhzir bin Nadhlah, Yazid bin Ruqaisy, Qais bin Jabir,
‘Amr bin Mihshan, Malik bin ‘Amr, Shafwan bin ‘Amr,
Tsaqf bin ‘Amr, Rabi’ah bin Aktsam, Zubair bin
Ubaidah, Tammam bin Ubaidah, Sakhbarah bin
‘Ubaidah, Muhammad bin Abdullah bin Jahsy, dan dari
kalangan wanita: Zainab binti Jahsy, Ummu Habib binti
Jahsy, Jazzamah binti Jandal, Ummu Qaisy binti
Mihshan, Ummu Habib binti Tsumamah, Aminah binti
Ruqaisy, Sakhbarah binti Tamim, Hamnah binti Jahsy.
Kemudian Umar bin Khattab dan ‘Iyasy bin Abi Rabi’ah
al-Makhzumi.

Keputusan Quraisy untuk Membunuh Rasulullah saw

Karena baiat ‘Aqabah kedua berlangsung pada


bulan Dzulhijjah tahun ke-13 kenabian dan kemudian
dalam waktu kurang dari tiga bulan, mayoritas sahabat
Rasulullah saw berangkat menuju Madinah, dan para
lelaki Quraisy mengetahui Yatsrib menjadi markas dan
pelindung beliau dan para sahabatnya, dan masyarakat
Madinah siap bertempur dengan para musuh beliau,
maka mereka mengkhawatirkan hijrahnya Rasulullah
saw. Dengan demikian untuk membendung hal tersebut,
diselenggarakanlah sebuah pertemuan pada akhir bulan
Shafar tahun 14 dari kenabian di Dar al-Nadwah.
Kemudian dipilih seseorang dari setiap kabilah, guna

66
mengambil keputusan yang berkaitan dengan Nabi saw.
Saat itu ada seorang lelaki tua berdiri di depan pintu
dan ketika hendak memasuki Dar al-Nadwah
mengatakan, bawalah aku serta ke dalam. Mereka
mengatakan, siapakah engkau wahai bapak tua? Ia
menjawab, aku orang tua dari Mudhir dan aku punya
pendapat yang akan membimbing kalian.

Lantas semuanya masuk dan duduk kemudian


saling bermusyawarah satu sama lainnya, sementara
laki-laki tua tersebut juga ikut duduk. Setelah
membahas, mereka berpendapat Rasulullah harus
dikeluarkan. Ia mengatakan, pendapat ini tidak bagus,
jika kalian mengeluarkannya, ia akan mengumpulkan
pasukan dan akan memerangi kalian. Mereka menjawab,
benar apa yang kamu katakan, pendapat ini tidak bagus.
Karena inilah kita saling bermusyawarah dan
memutuskan untuk memenjarakannya.

"Pendapat ini tidak bagus", ucapnya. Jika kalian


melakukan hal tersebut, dengan bertolak bahwa
Muhammad saw adalah seseorang yang bertutur manis,
maka lambat laun akan merusak anak-anak dan budak
kalian, dan jika merusak saudara, anak-anak dan istri
kalian, lantas apa gunanya penjara baginya? Kemudian
mereka bermusyawarah dan bersepakat untuk
membunuh beliau dan untuk hal ini mereka memilih para
remaja dari setiap kabilah, yang akan menghunuskan
pedang kepada Nabi.

67
Lailatul Mabit

Pada malam Kamis, tanggal 1 bulan Rabiul Awwal


(tahun ke-14 dari kenabian), Rasulullah saw keluar dari
Mekah dan pada malam itu, Ali as berbaring di tempat
tidurnya dan malam itu dinamakan dengan Lailatul
Mabit. Alasannya juga adalah Rasulullah saw mengetahui
intrik kaum musyrik untuk meneror, dimana sebagian
orang berpendapat ayat "Dan (ingatlah), ketika orang-
orang kafir (Quraisy) memikirkan daya upaya
terhadapmu untuk menangkap dan memenjarakanmu
atau membunuhmu, atau mengusirmu. Mereka
memikirkan tipu daya dan Allah menggagalkan tipu daya
itu. Dan Allah sebaik-baik Pembalas tipu daya" (QS. Al-
Anfal: 30) terkait pemberitahuan kepada Rasulullah
saw akan intrik tersebut.

Lailatul Mabit adalah malam dimana Rasulullah


saw dengan perintah Allah berhijrah dari Mekah
menuju Madinah dan dikarenakan keputusan para
pemimpin Quraisy untuk membunuh Nabi, maka
Rasulullah meminta Ali as agar berbaring di tempat
tidurnya dan kaum musyrik tidak sadar dengan
ketidakhadiran beliau. Terkait keagungan pengorbanan
Ali as, Allah menurunkan ayat, "Dan di antara manusia
ada orang yang mengorbankan dirinya karena mencari
keridhaan Allah; dan Allah Maha Penyantun kepada
hamba-hamba-Nya". (QS. Al-Baqarah: 207)

68
Hadir di Gua Tsur

Pada malam pertama Rabiul Awwal, Rasulullah


bergerak menuju gua Tsaur dan Abu Bakar bin Quhafah
juga menyertai Nabi dan setelah tiga hari tinggal di
dalam gua, pada malam ke-4 Rabiul Awwal beliau
berangkat menuju Madinah.

Awal keikutsertaan Abu Bakar dengan Rasulullah


saw tidaklah terlalu jelas dan sebagian berpendapat,
beliau saw secara kebetulan melihat Abu Bakar di jalan
dan beliaupun mengajaknya. Demikian juga dinukilkan,
pada malam penyerangan kaum musyrik, Rasulullah saw
pergi ke rumah Abu Bakar dan dari situ beliau bergerak
menuju gua Tsaur. Pendapat ketiga menjelaskan bahwa
Abu Bakar mendatangi beliau saw dan Ali as
menunjukkan tempat persembunyian beliau.

Aksi-aksi Imam Ali as

Imam Ali as tetap bersabar setelah


keberangkatan Rasulullah saw ke gua Tsaur sampai tiba
malam berikutnya. Imam Ali bersama Hind bin Abi
Halah bergerak menuju gua untuk menemui Nabi saw
dan di situ Rasulullah saw memerintahkan Hind supaya
membelikan dua onta untuk dirinya dan yang
menyertainya. Abu Bakar berkata, ya Rasulullah, aku
telah menyiapkan dua tunggangan untuk diriku dan
dirimu sehingga dengannya kita pergi ke Madinah.
Rasulullah saw berkata, aku tidak menerima keduanya,

69
dan bahkan salah satunya, kecuali aku membelinya. Abu
Bakar berkata, terserah engkau. Dan beliau
memerintahkan Ali as agar memberikan seharga onta
dan kemudian berpesan kepadanya supaya
mengembalikan amanat dan menunaikan janji-janji
beliau. Ali as menetap di Mekah tiga hari tiga malam
dan menghantarkan amanat-amanat masyarakat kepada
pemiliknya yang ada pada Rasulullah, dan ketika
semuanya selesai lantas beliau berhijrah ke Madinah
dan bersama Rasulullah menginap di rumah Kultsum bin
Hadm.

Pengejaran Rasulullah saw

Quraisy saat gagal menjalankan rencananya,


mereka berupaya mengejar Rasulullah sebelum tiba ke
Madinah. Karenanya, mereka membuntuti jejak beliau
sampai tiba di gua. Salah satu dari mereka mengatakan,
mereka tidak melewati sini, atau naik ke langit atau
masuk ke bumi. Menurut sebagian riwayat, Allah
memerintahkan laba-laba, sehingga dengan sarang-
sarangnya menutupi pintu gua. Saat para pengejar
melihat sarang laba-laba yang ada, maka mereka
menyimpulkan tidak ada orang yang memasuki gua,
dengan demikian mereka berhenti melakukan
pengejaran.

Bergerak Menuju Yatsrib

70
Rasulullah saw tinggal di gua selama tiga hari dan
kemudian bergerak menuju Madinah.

Berhenti di Quba

Rasulullah saw tiba di Yatsrib saat zhuhur,


tanggal 12 Rabiul Awwal dan berhenti di Quba dan Nabi
melaksanakan salat. Di situ beliau menjadi tamu (Bani)
Amr bin ‘Auf dan Nabi menetap di situ sekitar 10 hari.
Masyarakat kabilah ini memintanya supaya tinggal
bersama mereka dan mereka akan membangunkan
sebuah rumah untuknya; namun Nabi tidak menerimanya
dan berkata dirinya sedang menunggu kedatangan Ali
bin Abi Thalib as dan beliau menetap di situ sampai Ali
tiba.

Masuk ke Madinah

Sumber-sumer riwayat menulis secara terperinci


tentang peristiwa kedatangan Rasulullah saw ke
Yatsrib. Seperti penukilan Abdur Rahman bin Uwaim bin
Sa’idah, yaitu dikarenakan kita mendapat berita
keberangkatan Rasulullah dari Mekah dan kami
menunggu kedatangannya, setiap hari setelah salat
shubuh, kami keluar dari Madinah dan di luar kota kami
duduk menanti kedatangannya, dan saat bayang-bayang
telah hilang dan tidak ada bayang-bayang lagi, lantas
kami kembali lagi ke Madinah.Hari itu juga kami
menunggu kedatangan Nabi di luar kota sampai bayang-
bayang pun hilang dan dikarenakan terik sinar matahari

71
yang menyengat, terpaksa kami kembali ke rumah
masing-masing dan beliau tiba pada saat kami berada di
rumah masing-masing. Orang pertama yang melihat
beliau adalah seorang Yahudi, yang mengetahui apa yang
kami lakukan setiap hari dan ia tahu bahwa kami sedang
menunggu kedatangan Rasulullah. Lantas ia berteriak
dengan lantang, Hai Bani Qailah: ini dia kawan kalian
datang!. Dengan mendengar suara ini, lantas kami
berbondong-bondong keluar dari rumah dan menemui
Nabi dan Abu Bakar juga bersamanya, dikarenakan
mayoritas kami tidak pernah melihat Nabi, lantas kami
mengenal Rasululah saat kami mencari bayang-bayang
beliau dan Abu Bakar berdiri dan menaunginya. Di
Quba, Rasulullah menemui Kultsum bin Hadm, salah
seorang pemuka Bani Amr bin ‘Auf dan untuk
perjumpaan dengan masyarakat, Nabi singgah di rumah
Sa’ad bin Khaitsamah, yang tidak memiliki istri dan
anak, dan para muhajir laki-laki singgah dan menginap di
rumahnya.

H. PERANAN ABDURRAHMAN bin AUF DALAM


HIJRAH NABI KE MADINAH

Hanya dalam waktu sekitar dua tahun, ia


bersama pedagang Muslim lainnya berhasil membangun
dominasi perekonomian Islam dengan mengalahkan
pedagang Yahudi di Madinah. Ia menjadi salah satu

72
konglomerat dan penyokong dana yang berjasa dalam
membantu perjuangan dan dakwah Islam saat itu dan
juga ikut aktif berjihad bersama Rasulullah.

Abdurrahman bin Auf termasuk golongan


sahabat yang paling awal masuk Islam, berselang dua
hari setelah Islamnya Abu Bakar Ash-Shiddiq. Ia turut
dalam hijrah bersama sahabat Muhajirin ke Habasyah
dan kemudian hijrah ke Madinah. Di saat hijrah ke
Madinah, ia tidak membawa bekal apapun. Semua yang
ia miliki ditinggal di Mekkah.

Ketika Rasulullah mempersaudarakan antara


sahabat Muhajirin dengan sabahat Anshor,
Abdurrahman bin Auf dipersaudarakan dengan Sa'ad
bin al-Rabi' al-Ansari. Semua dilakukan untuk saling
membantu, terutama Sahabat Muhajirin yang telah
berkorban meninggalkan tanah kelahiran dan harta
benda mereka.

Begitu tiba di Madinah, Sa’ad berkata kepada


Abdurrahman, “Wahai saudaraku, aku adalah penduduk
Madinah yang kaya raya. Silakan pilih separuh hartaku
dan ambillah, dan aku mempunyai dua istri, pilihlah salah
satu yang menurut anda lebih menarik dan akan aku

73
ceraikan dia supaya anda bisa memperistrinya.”
Abdurrahman pun menjawab, “Semoga Allah
memberkati anda, istri anda dan harta anda.
Tunjukkanlah jalan menuju pasar.”

Jawaban Abdurrahman bin Auf kemudian menjadi


fenomenal. Menjadi inspirasi bagi pembisnis terutama
dari kalangan muslim. Ia melihat kondisi pasar Madinah
yang dulunya dikuasai oleh Yahudi. Setelah mengamati
kondisi perekonomian di sana, Abdurrahman membentuk
strategi dan taktik bisnis. Dengan bantuan sahabat
Ansharnya, Abdurrahman membeli tanah di pasar
tersebut dan membolehkan para pedagang berjualan di
tempat itu.

Dalam waktu singkat lahirlah pasar muslim


pertama di Kota Madinah. Pasar muslim ini memberikan
keleluasaan kepada kaum muslimin dalam menerapkan
aturan ekonomi Islam tanpa harus takut diganggu oleh
kepentingan bisnis Yahudi. Dari sana Abdurrahman
memperlihatkan kelihaiannya dalam membangun bisnis
dari nol hingga sukses.

74
Rully Attaqi dalam bukunya yang berjudul
“Tunjukkan Saya di mana Pasar” menyebutkan kunci
sukses Abdurrahman ada dalam rumus 5 beres, yaitu:

1) beres akidahnya, di mana Abdurrahman yakin bahwa


Allah yang memberi rezeki dan tidak memasukkan
unsur riba ke dalam dagangannya dan tidak
merugikan orang lain;
2) beres pemikirannya, yaitu pola pikir positif terhadap
rezeki Allah dan mental sukses;
3) beres jam terbang yaitu ia sudah memiliki
pengalaman cukup dalam berdagang, bahkan sebelum
hijrah ke Madinah;
4) beres relasi; dan
5) beres reputasi.

Yang tak kalah penting dari keteladan


Abdurrahman yaitu selalu menginfakkan hartanya.
Kekayaan yang diperoleh dari perputaran bisnisnya
digunakan untuk membangun kepentingan umat. Sejarah
mencatat, Abdurrahman menyumbangkan sebanyak
4.000 dirham, 500 kuda perang dan 1.500 Unta untuk
keperluan Perang Tabuk pada tahun 9 Hijrah, ia
menyantuni para alumni Perang Badar yang masih hidup
waktu itu dengan santunan sebesar 400 dinar emas
(sekitar Rp 480 juta) per orang untuk veteran yang
jumlahnya tidak kurang dari 100 orang dan banyak lagi
kedermawanan yang diperlihatkan oleh Abdurrahman.

75
Orang-orang Madinah pernah berkata, “Seluruh
penduduk Madinah berserikat (menjalin usaha) dengan
Abdurrahman bin Auf pada hartanya. Sepertiga
dipinjamkan kepada mereka, sepertiga digunakan untuk
membayar hutang mereka, dan sepertiga sisanya
diberikan dan dibagi-bagikan kepada mereka.” Sikap
inilah yang kemudian menumbuhkan sikap saling tolong-
menolong, tidak hanya mengejar keuntungan semata.
Hasilnya, Abdurrahman bersama saudagar lainnya
berhasil mematahkan dominasi pasar Yahudi di Madinah
dan membantu masyarakat muslim yang membutuhkan.

Begitulah kisah Abdurrahman, sahabat nabi yang


dijamin masuk surga. Kisahnya dalam menguasai pasar
terbukti mampu menghidupkan perekonomian umat
Islam di Madinah. Tidak mengejar keuntungan sebesar-
besarnya seperti pandangan kapitalisme, ia berdagang
untuk kepentingan dunia akhirat. Berdagang dengan
mematuhi etika ekonomi Islam.

Kisah ini tentunya tidak hanya menjadi sejarah


kesuksesan pribadi yang turut meluaskan maslahat dari
usahanya ke masyarakat luas. Semangat yang sama juga
diusung Global Wakaf, khususnya melalui program

76
Warung Wakaf. Program wakaf ini juga berikhtiar
membangkitkan perekonomian umat dengan pengelolaan
bisnis ritel modern. Manfaat dari hasil pengelolaan
Warung Wakaf yang diperoleh, sebagian diberikan
kepada pengelola Warung Wakaf dan masyarakat yang
membutuhkan. Tidak hanya itu, dalam jangka panjang,
hasil pengelolaan Warung Wakaf juga mampu
menyokong pembangunan Warung Wakaf lainnya.
Dengan demikian, ekonomi umat terus bertumbuh
menguasai pasar.

Saat ini puluhan Warung Wakaf sudah berdiri di


Lombok untuk memenuhi kebutuhan warga terdampak
gempa dan membantu membangun kembali perekonomian
masyarakat dan mitra pengelola Warung Wakaf. Tidak
hanya itu, saat ini Warung Wakaf juga dibangun di
daerah Jabodetabek. Insya Allah, Warung Wakaf akan
menjangkau daerah-daerah di seluruh Indonesia.

77
Sya’ir saat Rasulullah SAW sampai di Madinah

78
Artinya :

Bulan purnama sempurna telah datang

Dari Thaniyyatil wada'

Patutlah kita senantiasa bersyukur kepada Allah

Utusan Allah telah berada di tengah kita

membawa amanat

Telah terbit bulan purnama menerangi negeri kami

Telah datang kepada kami Rasulullah pembawa risalah

Keindahanmu tiada tertandingi

Wahai wajah yang senantiasa berseri

Engkau laksana matahari,

Engkau bak bulan purnama sempurna

Engkaulah cahaya mengungguli semua cahaya

Engkau laksana logam mulia

Engkaulah pellihata hati seluruh umat

Wahai kekasih Allah

Wahai Muhammad nabi terpuji

Engkau penghias langit dan bumi

Engkau Sang Penolong

79
Wahai nabi yang dimuliakan

Wahai Imam Dua Kiblat

Gambar Bersholawat

80
CERITA IMAJINATIF

1. Pada suatu waktu Ali Bin Abi Thalib diperintahkan


untuk menggantikan tidur Rasulullah SAW dengan
menutup wajahnya dengan selimut. Sebegitu cintanya
beliau dengan Rasulullah yang bisa saja mengancam
nyawanya, seandainya saya berada diposisi beliau
mungkin saya sedikit takut dan ragu untuk
menggantikan rasulullah.
2. Abu Bakar merupakan salah satu sahabat Rasulullah
yang setia dalam menemani Rasulullah berdakwah.
Seandainya saya menjadi Abu Bakar saya tidak
menjamin akan menjadi sesetia beliau.

81
TOKOH YANG DISUKAI

Dari banyak sahabat nabi, berikut ini adalah tokoh yang


paling kami sukai :

1. Ali bin Abi Thalib , karena dia adalah sahabat nabi


yang pemberani dan bersedia mengorbankan
nyawanya untuk nabi.
2. Abu Bakar , karena kesetiaan abu bakar terhadap
Rasulullah ditunjukkan dengan abu bakra yang tetap
menemani Rasulullah saat peristiwa hijrah ketika
pindah ke madinah.
3. Ustman bin Affan,karena suka memberi makan orang
.Beliau juga sering memberikan hartanya untuk
keperluan jihad Allah SWT.Maka sudah amat pasti
Ustman bin Affan banyak disukai.
4. Abdurrahman bin Auf,karena beliau sangat
dermawan,tidak silau kekuasaan,sederhana dan
berbaur dengan orang kecil banyak hartawan yang
ingin menampakkan kekayaannya.Berbeda dengan
Abdurrahman yang amat bersahaja dengan
penampilannya dan bahkan tak sungkan berbaur
dengan pelayan-pelayannya sendiri ,tidak
menganggap dirinya lebih baik dari yang lain banyak

82
orang yang berlomba-lomba terlihat paling baik
paling dermawan paling hebat paling banyak
kekuasaan dan bangga jika mendapat
sanjungan,namun berbeda dengan Abdurrahman bin
Auf beliau justru senantiasa menganggap dirinya
belum apa-apa dibanding orang lain.Dan
Abdurrahman bin Auf juga tidal tergoda denagn
tawaran duniawi yang menggiurkan.dari sifat-sifat
diatas Abdurrahman binAuf banyak disukai.
5. Umar bin Khatab,karena menyeru pada
kebaikan,menyeru kemungkaran.Meskipun dijuluki
singa dipadang pasir krena keangkuhan dan
ketegasan.akan tetapi Umar bin Khatab seringkali
tam[pil ramah dalam mencegah kemungkaran.

83
REFLEKSI PERJUANGAN NABI YANG HARUS
DIIMPLEMENTASIKAN DALAM KEHIDUPAN
SEHARI-HARI.

Dari kisah perjuangan Rasulullah ke madinah ada


banyak sekali yang bisa kita teladani. Yang bisa kita
teladani dari kisah perjuangan Rasulullah SAW yaitu :

1. Ketaatan Beliau Akan Perintah dari Allah SWT.

Ketaatan Rasulullah akan perintah dari Allah Swt


dapat kita lihat saat beliau mendapat perintah untuk
berhijrah ke Madinah. Dan pada saat itu keadaan
beliau sangat tidak memungkinkan untuk beliau
keluar dari rumahnya,karena rumah beliau dikepung
oleh Orang orang Quraisy. Tetapi beliau tetap
menjalankan perintah dari Allah.

2. Menciptakan Hubungan Persaudaraan.

Dalam sejarah perjalanan dan perkembangan


hijrah Nabi di Madinah, Nabi Muhammad Saw.
berhasil mempersaudarakan semua komponen
masyarakat Madinah, terutama kaum Aus dan

84
Khajraj yang selama ini tidak bisa bersatu dan sering
mengalami konflik horizontal di antara keduanya.
Dalam aspek ini Nabi Muhammad Saw. menggunakan
sebuah istilah baru untuk mengikat masyarakat
Madinah menjadi suatu kesatuan yang kokoh, yaitu
ukhuwah Islamiyah, atau persaudaraan sesama
muslim. Dalam rangka menguatkan hal ini, Rasulullah
bersabda, “Seorang muslim bersaudara denga muslim
lainya. Dia tidak menganiayanya, tidak pula
menyerahkannya (kepada musuh). Barangsiapa yang
memenuhi kebutuhan saudaranya, Allah akan
memenuhi pula kebutuhanya. Barangsiapa yang
melapangkan dari seorang muslim suatu kesulitan,
Allah akan melapangkan baginya suatu kesulitan dari
kesulitan-kesulitan yang dihadapinya di hari
kemudian. Barangsiapa yang menutup aib seorang
muslim, Allah menutup aibnya di hari kemudian.” (HR.
Bukhari dan Muslim).

Semangat hijrah yang dilanjutkan dengan


spirit untuk membangun persaudaraan danukhuwah
Islamiyah pada kenyatannya berhasil menjadikan
umat Islam sebagai kekuatan yang luar biasa dan
diperhitungkan oleh siapapun, maka jika mengamati
fenomena ini dapat ditarik kesimpulan, bahwa relasi
antara hijrah dan pembangunan normal”">ukhuwah
Islamiyah bagaikan dua sisi koin yang tidak bisa

85
dipisahkan, keduanya akan saling bersinergi dan
menopang satu dengan lainya.

3. Mengambil Keputusan dengan Cara Musyawarah.

Rasulullah dalam mengambil keputusan beliau


selalu mengedepankan musyawarah. Maka dari itu
kita juga harus mengikuti jejak beliau dengan
menurunnya.

4. Sifat-Sifat Rasulullah SAW yang Dapat


diteladani :

a) Shiddiq, yang berarti jujur. Nabi dan rasul selalu


jujur dalam perkataan dan perilakunya dan
mustahil akan berbuat yang sebaliknya, yakni
berdusta,dan munafik.
Kita juga harus selalu memelihara sifat
jujur dalam keseharian kita. Jujur merupakan
sifat yang sangat mulia, tetapi memang sulit
untuk diwujudkan. Terkadang orang dengan
sengaja untuk tidak berbuat jujur dengan alasan
bahwa jujur akan mengakibatkan hancur. Karena
itu, dewasa ini kejujuran sulit ditemukan di
tengah-tengah peradaban manusia yang semakin
maju. Orang berusaha untuk mengesahkan
perilaku tidak jujur. Seandainya kejujuran ini

86
terpelihara dengan baik, maka para penuntut dan
pembela hukum di negeri ini tidak akan terlalu
sulit untuk menerapkan dan mewujudkan keadilan
di tengah-tengah masyarakat. Kenyataannya,
sebagian besar orang tidak mau berbuat jujur,
sehingga seringkali orang yang jujur malah
menjadi hancur (akibat disalahkan). Rasulullah
selalu berbuat jujur tidak hanya kepada para
sahabatnya tetapi juga kepada lawan-lawannya.
Dan inilah yang merupakan kunci keberhasilan
Rasulullah dalam misi risalah dan kenabiannya.

b) Amanah, yang berarti dapat dipercaya dalam


kata dan perbuatannya. Nabi dan rasul selalu
amanah dalam segalatindakannya, seperti
menghakimi, memutuskan perkara, menerima dan
menyampaikan wahyu, serta mustahil akan
berperilaku yang sebaliknya.

Kita harus dapat menjaga amanat yang diberikan


oleh Allah kepada kita selaku manusia. Amanat
apa pun yang diberikan kepada kita, harus kita
lakukan sesuai dengan apa yang dikehendaki oleh
pemberi amanat tersebut. Karena itu, apa pun
aktivitas yang kita lakukan, jangan sampai kita
menyimpang dari aturan-aturan yang sudah
berlaku sesuai tuntunan Alquran dan sunnah
Nabi. Kita harus berusaha menjaga amanat ini
sebagaimana Rasulullah yang tidak pernah
berkhianat walau sekalipun.

87
c) Tabligh, yang berarti menyampaikan. Nabi dan
rasul selalu menyampaikan apa saja yang
diterimanya dari Allah (wahyu) kepada umat
manusia dan mustahil nabi dan rasul
menyembunyikan wahyu yang diterimanya.

d) Fathanah, yang berarti cerdas atau pandai.


Semua nabi dan rasul cerdas dan selalu
mampu berfikir jernih sehingga dapat
mengatasi semua permasalahan yang
dihadapinya. Tidak ada satu pun nabi dan
rasul yang bodoh, mengingat tugasnya yang
begitu berat dan penuh tantangan.

88
PETA PERJALANAN DAN PERJALANAN HIJRAH NABI

89
Rute yang ditempuh Rasul itu adalah setelah keluar
dari rumah beliau, jalan yang ditempuh adalah Gua Tsur,
berjarak sekitar 6-7 kilometer di selatan Makkah.
Sedangkan Madinah berada di sebelah utara Makkah.
Langkah ini diambil untuk mengelabui kafir Quraisy. Di
Gua Tsur ini, Rasulullah dan Abu Bakar tinggal selama
kurang lebih tiga hari.

Selanjutnya, beliau mengambil jalur ke arah barat


menuju Hudaibiyah, arah sebelah timur desa Sarat.
Kemudian, menuju arah Madinah dan berhenti di sebuah
kawasan di al-Jumum dekat wilayah Usfan. Lalu,
bergerak ke arah barat dan memutar ke perkampungan
Ummul Ma'bad dan berhenti di wilayah Al-Juhfah.

Selanjutnya, beliau menuju Thanniyat al-Murrah,


Mulijah Laqaf, Muwijaj Hujaj, Bath Dzi Katsir, hingga
tiba di Dzu Salam. Di sini, beliau memutar ke arah
barat sebelum meneruskan ke arah Madinah dan
berhenti di daerah Quba. Di sinilah beliau mendirikan
Masjid Quba, yaitu Masjid pertama yang didirikan Rasul
SAW.

Setelah dari Quba, atau sekitar satu kilometer dari


Quba, beliau bersama umat Islam lainnya, melaksanakan
shalat Jumat. Untuk memperingati peristiwa itu,
dibangunlah masjid di lokasi ini dengan nama Masjid
Jumat. Setelah itu, barulah Rasul SAW menuju
Madinah.

90
DAFTAR PUSTAKA

Mubarakfury , syeikh Shafiyurrahman. 2010 . Sirah


Nabawiyah. Bandung . Arkanleema

Gayo, H.M. Iwan. 2000. Dakwah Rasulullah ke Madinah.


Jakarta. Pustaka Warga Negara

DR. Shalah Al-Khalidy.1999. Kisah-Kisah Al-Quran.


Gema Insani

Endi Suhendi,MA.2014.Buku pendidikan agama islam


tentang dakwah Rasulullah SAW di Madinah.

https://www.republika.co.id/berita/ensiklopedia-
islam/islam-digest/10/12/08/151083-inilah-rute-
hijrah-nabi-muhammad-saw-dahulu

https://www.academia.edu/8343617/MAKALAH_DAK
WAH_NABI_MUHAMMAD_SAW_PERIODE_MADIN
AH

https://www.google.com/url?q=http://eprints.uny.ac.id
/2597/1/9._Meneladani_Nabi_Muhammad_Saw._dalam
_Kehidupan_Sehari-
hari.pdf&sa=U&ved=2ahUKEwix0beu9-
rhAhX96nMBHUogA5YQFjACegQIChAB&usg=AOvVaw
0stIRjUDKy7q66rODXZnFk

91
https://www.academia.edu/12000095/Substansi_Dakw
ah_Rasulullah_di_Madinah

https://www.google.com/url?sa=i&rct=j&q=&esrc=s&sou
rce=images&cd=&ved=2ahUKEwiKmZOjjPLhAhX_8XMB
HQ4cC6cQjRx6BAgBEAU&url=http%3A%2F%2Fnurul-
asri-cimahi.blogspot.com%2F2016%2F10%2Fpeta-
perjalanan-hijrah-dari-mekah-
ke.html&psig=AOvVaw2HHlo95auAkIWzNrAFE3LT&us
t=1556517110569906

92
PENULIS :

Nadhirotul Laily

Novinka Putri

Nur Lailatul Adha

Putri Ayu Agustini

Rabi’ah Nur Azizah

Editor :

Savira Almas Nur Arifin

Vika Indrawati

Zuhriyyatul Jannah

Pencetak :

Orlyn Eeng Fa

Rifky Fredi Pradana

Siti Nur Fatimah

Very Gilang Ramadhan

Kelompok wardah
93
Kritik & saran :

94

Anda mungkin juga menyukai