Anda di halaman 1dari 2

Pengertian Pemilu

Menurut Rob Hague, “Pemilihan umum adalah sebuah kompetisi untuk menduduki jabatan (politik)
yang didasarkan pada pernyataan pilihan secara formal oleh rakyat. Pilihan-pilihan tersebut kemudian
digabungkan menjadi sebuah keputusan kolektif untuk menentukan kandidat mana yang menang.

Menurut Robert dahl menyebutkan bahwasannya, pemilihan umum merupakan gambaran ideal dan
maksimal bagi suatu pemerintahan demokrasi di zaman modern. Pemilihan umum merupakan
parameter dalam mengukur demokratis tidaknya suatu negara. Demokratis secara sederhana diartikan
dengan suatu sistem politik dimana para pembuat keputusan kolektif tertinggi didalam sistem itu dipilih
melalui pemilihan umum yang adil, jujur, dan berkala.

Kepentingan adanya pemilu.

Pasal 1 angka 1 UU No. 8 tahun 2012 tentang pemilu:

Pemilu adalah sarana pelaksannaan kedaulatan rakyat yang dilaksanakan secara langsung, umum,
bebas, rahasia, jujur, dan adil dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) berdasarkan Pancasila
dan UUD 1945.

Pasal 1 angka 2 UU No. 8 tahun 2012 (Pileg):

Pemilu anggota DPR, DPRD, adalah pemilu untuk memilih anggota DPR, DPRD, DPRD I, dan DPRD II
dalam NKRI berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.

Pasal 1 angka 1 UU No. 42 Tahun 2008 juncto1 UU No. 15 Tahun 2011 (Pilpres):

Pemilu Presiden dan Wakil Presiden adalah pemilu untuk memilih Presiden dan Wakil Presiden dalam
NKRI berdasarkan Pancasil dan UUD 1945.

1. Juncto atau yang biasa disingkat dengan jo menurut buku Kamus Hukum yang ditulis oleh
JCT Simorangkir, Rudy T Erwin, dan JT Prasetyo juncto yang berarti berhubungan dengan,
bertalian dengan. Menurut buku kamus hukum kata junctis adalah bentuk jamak dari kata
juncto namun tetap memiliki perbedaan dalam penggunaanya.
2. Kosong

Sistem Pemilihan Umum di Indonesia.

Sejak kemerdekaan hingga tahun 2004, bangsa Indonesia telah menyelenggarakan sembilan kali
pemilihan umum, yaitu pemilihan umum pada tahun 1955, 1971, 1977, 1982, 1987, 1992, 1997, 1999,
dan 2004. Dari pengalaman sebanyak itu, pemilihan umum 1955 dan 2004 mempunyai kekhususan atau
keistimewaan dibanding dengan yang lain.

Semua Pemilihan Umum tersebut tidak diselenggarakan dalam situasi yang Vacuum 2 meainkan
berlangsung di dalam lingkungan yang turut menentukan hasil Pemilihan Umum itu sendiri. Dari
Pemilihan Umum tersebut juga dapat diketahui adanya upaya untuk mencari sistem pemilihan umum
yang cocok untuk Indonesia.

Pemilihan Umum pada masa Demokrasi Parlementer (1945-1959).

Pemilihan Umum sebenarnya sudah direncanakan pada bulan oktober 1945, namun baru dapat
dilaksanakan oleh kabinet Burhanuddin Harahap pada tahun 1955. Pada pemilihan umum tersebut
pemungutan suara dilakukan secara dua kali, satu kali untuk mimilih anggota DPR pada bulan
september, dan yang satu kali untuk memilih anggota Konsituente pada bulan Desember.

Sistem pemilihan umum yang digunakan saat itu ialah sistem Proporsional. Pada saat itu, sistem
tersebut sebagaimana yang dicontohkan oleh belanda, merupakan satu-satunya sistem pemilihan
umum yang dikenal dan dimengerti oleh para pemimpin negara. Pemilihan Umum saatitu
diselenggarakan dalam suasana yang khidmat, karena pemilhan umum tersebut merupakan pemilihan
umum pertama dalam suasana kemerdekaan.

Pemilihan umum berlangsung secara Demokratis, tidak ada pembatasan partai-partai dan tidak ada
usaha dari pemerintah mengadakan itervensi terhadap partai-partai sekalipun kampanye berjalan seru,
terutama Masyumi dan PNI. Dan administrasi tekis berjalan dengan lancar dan jujur.

Daftar Pustaka

Komisi Yudisial RI. 2014. Problematika Hukum dan Peradilan Di Indonesia. Jakarta: Pusat data dan
Layanan Informasi.

Anda mungkin juga menyukai