Anda di halaman 1dari 15

Nama : Ega Frenly Sembiring (22.01.

2075)

Febri Marulianti Siburian (22.01.2084)

Kelas/ Jurusan : 1A/ Teologi

Mata kuliah : Sejarah Gereja Umum 1

Dosen Pengampu : Berthalyna Br Tarigan, M.Th Kelompok 5

KONSILI-KONSILI GEREJAWI (YERUSALEM 50, NICEA 325,


KONSTANTINOPEL 381, EFESUS 431, CHALCELDON 451) DAN
DAMPAKNYA TERHADAP TERBENTUKNYA ALIRAN-ALIRAN
GEREJA.

I. PENDAHULUAN
Pada sajian kali ini, penyaji akan membahas dan mencoba menjelaskan
mengenai Konsili-Konsili gerejawi atau yang sering disebut dengan persidangan atau
pertemuan. Tujuan dari Konsili ini diadakan adalah untuk merumuskan ajaran, paham
atau disiplin. Pada pembahasan kali ini kita akan menggali tentang latar belakang,
hasil keputusan, dan dampak dari setiap Konsili yang terjadi serta tokoh-tokoh yang
berperan dalam proses Konsili yang terjadi, semoga melalui sajian ini dapat
menambah wawasan kita semua.
II. PEMBAHASAN
II.1 Pengertian Konsili
Konsili adalah pertemuan para pemimpin gereja, dimana berbagai
masalah penting dibahas, nasihat memberikan secara seksama dan berbagai
keputusan dibuat. Konsili berasal dari bahasa latin Concillium yang berarti
bermusyawarah.1 Konsili ialah sidang resmi para uskup dan wakil beberapa
Gereja yang diundang dengan tujuan merumuskan suatu ajaran atau disiplin
Gereja.2
Konsili dalam bahasa Latin “Concilium” yang artinya rapat untuk
merundingkan sesuatu. Kata yang dipakai adalah kata Sinode dalam bahasa
Yunani “Synodos”, sedangkan dalam bahasa Latin “Synodus”. Yang artinya
rapat atau pertemuan. Dalam Gereja kuno istilah seperti ini dipakai untuk
1
Jonar S, Kamus Alkitab & Theologi (Yogyakarta: ANDI, 2016), 239.
2
F.D. Wellem, Kamus Sejarah Gereja (Jakarta: Gunung Mulia, 2006), 232.

1
menunjuk rapat para uskup-uskup untuk memberundingkan perkara-perkara
tentang kegerejaan. Konsili diadakan khususnya untuk membicarakan soal
yang mengancam keesaan gereja. Kemudian mengadakan sinode yang menjadi
kebiasaan para uskup dalam suatu daerah atau propinsi kekaisaran Romawi.
Dari sini sangat jelas bahwa dengan adanya Konsili Oikumenis yang
dimaksudkan Konsili untuk seluruh gereja. Namun, keputusan-keputusan yang
sering diambil dalam rapat Konsili oikumenis dianggap sangat mengikat
seluruh gereja. Untuk itu sangat perlu diketahui bahwa Konsili Oikumenis
sebenarnya bukanlah ciptaan Gereja akan tetapi sebuah ciptaan Negara. Yang
memanggil Konsili Oikumenis yang pertama di (Nicea, pada tahun 325) bukan
gereja, tetapi kekaisaran Romawi (Constantinus Agung). Dan para kaisar lah
yang mewajibkan semua keputusan-keputusan yang terjadi kepada seluruh
Gereja dan keputusan Konsili itu dijadikan hukum Negara. Mula-mula seluruh
Gereja sangat tidak senang dengan pembaruan yang dilakukan oleh kaisar-
kaisar Romawi, karena ditakutkan bahwa Konsili akan menjadi alat manipulasi
Gereja oleh Negara, tetapi lambat-laun Gereja menerima Konsili Oikumenis.
Dengan gagasan teologis bahwa Roh Kudus memakai sinode untuk
memelihara keesaan gereja3.
II.2 Latar Belakang Terjadinya Konsili
Pengakuan agama Kristen mulai terjadi melalui dua tahap: pada tahun
313 Konstantinus Agung, ketika ia berada di kota Milano, Italia, ia
mengeluarkan edikt (surat perintah), yang umumnya disebut dengan edikt
Milano. Dalam edikt ini diberikan kebebasan kepada warga Negara Romawi
untuk menganut agama Kristen. Agama Kristen mulai tidak dilarang lagi,
tetapi sudah diperbolehkan. Oleh karena itu edikt tersebut adalah edikt
toleransi. Dengan edikt Milano mulailah periode yang baru bagi gereja. Gereja
dapat berkembang dalam kebebasan dan menikmati hak-hak yang sama dengan
agama yang lainnya. Pada waktu penghambatan gedung-gedung yang telah
dirusakkan, dan akan dibangun kembali dengan uang Negara. Agama yang lain
mengalami hambatan-hambatan tetapi agama Kristen mendapatkan posisi yang
istimewa. Keadaan tersebut menjadi hukum Negara pada tahun 380, waktu
Kaisar Theodosius yang mengeluarkan edikt tersebut. Sejak abad ke-2 telah
timbul pertikaian-pertikaian tentang Kristus, pada periode ini membicarakan
3
Christian de Jonge, Gereja Mencari Jawab, (Jakarta: 1993), 1-2.

2
serta memutuskan konsili-Konsili Oikumenis, yaitu sidang-sidang yang
dihadiri oleh uskup-uskup dari seluruh Gereja (walaupun hanya perwakilan
dari Gereja Eropa Barat yang hadir, dalam praktek kebanyakan uskup yang
berasal dari Eropa Timur dan Asia Barat)4.
II.3 Konsili Yerusalem 50 M
1. Latar Belakang (Kis 15: 1-11)
Pokok permasalahan pada masa Rasul ini adalah perpalingan
orang-orang Yunani ke dalam iman Kristen (Kis 11: 19-30). Lalu
muncul pertanyaan dari pertobatan mereka apakah harus sunat atau
tidak dan menuruti hukum taurat dan apa mereka dibebaskan dari
segala ketentuan yang ada. Pertanyaan ini muncul karena penganut
Kristen lebih banyak berlatar belakang Yahudi, maka dari itu kaum
Yudais menuntut agar orang-orang Yunani juga disunat dan menuruti
hukum musa sebelum menerima keselamatan. Pertemuan antara
pemimpin Jemaat Yerusalem dengan orang dari Anthiokia yang
dipimpin oleh Paulus dan Barnabas sebagai mana yang digambarkan
dalam Kisah para Rasul 15 sering disebut Konsili Yerusalem.
2. Hasil Konsili Yerusalem
Yakobus dan para Rasul-rasul lain memutuskan bahwa Injil
hanya disediakan bagi orang-orang Yahudi, tentu saja agama Kristen
akan termasuk sebagai bagian di dalam agama Yahudi. Namun hal ini
menyebabkan perluasan Injil akan terbatas, dan makna Injil berpotensi
untuk kompromikan. Namun perdebatan di antara kaum Yudais, Petrus,
dan Paulus dengan mengatakan Allah bermaksud untuk menyelamatkan
semua orang yang sedang mencari dia. Anugrah Allah bukan hanya
dari hukum taurat tetapi anugerah Allah lah yang berkuasa untuk
menyelamatkan manusia. 5
Dalam Konsili ini dicapai kesekepakatan
antara orang-orang Yahudi dengan mereka yang telah berhasil
memelopori misi kepada orang non-Yahudi.6

3. Tokoh-tokoh konsili

4
C. De Jonge, Pembimbing Ke Dalam Sejarah Gereja, (Jakarta: 2015), 56-58.
5
Jonathan E. Culver, Sejarah Gereja Umum.
6
W.R.F. Browning, Kamus Alkitab, (Yogyakarta: Gunung Mulia,2013), 248.

3
 Petrus
Petrus merupakan pemimpin yang unggul, saat Petrus
belum bergelar paus ia telah menjadi kepala Konsili Para Rasul
di Yerusalem pada tahun 50, meskipun yang menjadi ketua
adalah Yakobus, saudara Yesus Kristus. Petrus pergi dan
tinggal di Roma yang mana Roma merupakan pusat seluruh
Kekaisaran Romawi. 7
 Paulus

Paulus menyebut dirinya sebagai Rasul bagi bangsa-


bangsa non-Yahudi. Mereka yang dari keturunan Yahudi,
berpendapat bahwa untuk menjadi pengikut Yesus, orang-orang
yang bukan Yahudi haruslah pertama-tama menjadi Yahudi
terlebih dahulu. Murid yang mula-mula sempat tidak
berpendirian menghadapi hal ini contohnya Petrus. Untuk
menyelesaikan konflik ini diadakan persidangan di Yerusalem
yang disebut sebagai Konsili gereja yang pertama atau Konsili
Yerusalem. Paulus dijadikan sebabagai seorang penasihat oleh
seluruh gereja yang menghargai Santo, termasuk Katolik Roma,
Ortodoks Timur, Anglican, dan beberapa dedominasi Lutheran.

4. Dampak Konsili Yerusalem


Konsili memutuskan bahwa orang-orang dapat menikmati karya
penyelamatan Yesus dengan tidak harus menjadi Yahudi terlebih
dahulu. Orang orang Kristen yang bukan berlatar belakang Yahudi
Tidak diwajibkan mengikuti tradis dan pantangan Yahudi seperti Sunat
dan memakan makanan yang diharamkan. Paulus juga mendapatkan
mandat untuk memberitakan injil ke daerah-daerah berbahasa Yunani.
Konsili ini menyetujui bahwa hukum Yahudi tidak mengikat orang-
orang bukan Yahudi yang masuk Kristen.8
II.4 Konsili Nicea 325 M
1. Latar Belakang

7
Wendy Sepmady Hutahean, kepemimpinan Dalam Perjanjian Baru,(Malang: Ahli Media Press,2020),
20.
8
Ed. Andika Manurung dan Suardin Gaurifa, Perspektif Misi dalam Perjanjian Lama dan Perjanjian
Baru, (Medan: Pelita Kebenaran Press,2018), 73.

4
Pada awal abad keempat seorang imam dari Alexandria, mesir
Bernama Arius menyebut dirinya Kristen. Namun Arius menerima juga
teologia Yunani yang mengajarkan bahwa Allah itu unik adanya dan
tidak dapat dikenal. Allah begitu beda dan tidak dapat membagi
hakikatnya dengan apa pun. Arius menyatakan bahwa Yesus memiliki
sifat keilahian namun bukan Allah. Hanya Allah Bapa, puteranya itu
merupakan manusia yang diciptakan, ia seperti Bapa tetapi bukan
Allah.
Banyak dari antara bekas kafir menerima pandangan Arius.
Dengan pandangan Arius mereka dapat celah mempertahankan ide
yang telah mandarah daging, yaitu Allah yang tidak dapat dikenal dan
memendang Yesus sama seperti tokoh-tokoh dalam mitologi Yunani.
Alexander memandang bahwa agar dapat menyelamatkan dosa
manusia, Yesus haruslah sungguh-sungguh Allah. Arius dihukum oleh
sinode, namun imam yang popular itu mempunyai banyak pendukung,
kerusuhan di Alexandria terjadi karena persaingan teologis yang
menyinggung perasaan dan para rohaniwan berpihak pada masing-
masing kubu. Kaisar Kontatinus tidak dapat lagi memandang
perdebatan itu sebagai persoalan agama belaka. Untuk menangani
masalah ini, maka diadakan Konsili di seluruh kota Nicea. Lebih dari
300 uskup yang hadir agar menyelesaikan masalah ini.9
2. Hasil Konsili Nicea
Konsili Nicea menolak dan mengutuk pandangan Arius. Konsili
ini mengutuk Arius dan menyusun pengakuan iman anti-Arius yaitu
pengakuan iman Nicea yang berbunyi: “Aku percaya kepada satu
Allah, BapaYang Mahakuasa, Pencipta segala yang kelihatan dan
yang tidak kelihatan.Dan kepada satu Tuhan, Yesus Kristus, Anak
Allah, yang diperanakan dari Bapa, yang dari Hakikat Bapa. Allah
dari Allah, terang dari terang, Allah sejati dari Allah Sejati, yang
diperanakan, bukan dijadikan, sehakikat [Homoousios] dengan Bapa,
yang oleh-Nya segala sesuatu dijadikan, yaitu apa yang di surga dan
yang dibumi. Yang demi kita manusia dan demi keselamatan kita,
turun dan menjadi daging, menjelma menjadi manusia, menderita
9
A. Kenneth Churtis, dkk, 100 Peristiwa Penting dalam Sejarah Kristen, (Jakarta: 2015),. 21

5
sengsara dan bangkit pula pada hari yang ketiga; naik kesorga dan
akan datang untuk menghakimi orang yang hidup dan yang mati. Dan
kepada Roh Kudus.10
3. Tokoh-tokoh konsili
 Anthanasius
Anthanasius dilahirkan di Aleksandria, pada tahun 296.
Mungkin ia belajar sekolah kateketik di Aleksandria. Pekerjaan
kegerejaannya dimulainya sebagai Lektor (pembaca Alkitab dalam
ibadah) dan kemudian diangkat menjadi diaken oleh Uskup
Aleksander. Anthanasius adalah seorang Bapa Gereja Yunani yang
berkali-kali mengalami pengusiran dari kedudukannya sebagai
uskup di Aleksandria karena ia sangat gigih untuk mepertahankan
pokok ajaran-ajaran Konsili Nicea11.
 Arius
Arius adalah seorang pandeta. Ia beranggapan bahwa Kristus
berada di bawah Allah. Menurut Arius dia bukan dari kekekalan,
bukan ilahi, melainkan makhluk yaitu salah seorang malikat yang
tertinggi yang diangkat menjadi anak Allah.12
4. Dampak Konsili Nicea
Meskipun Arius ditolak, teologinya bertahan beberapa dekade
lamanya. Sekalipun Arius sudah meninggal (336). Konsili Nicea
memecah – belah Gereja dalam dua kelompok utama. Di satu pihak
“kelompok Nicea” (Gereja Barat, aliran Antiokhia dan lain-lain dari
Timur)13.
II.5 Konsili Konstantinopel 381 M
1. Latar Belakang
Konsili Nicea telah gagal mengakhiri persengketaan Arianisme.
Arius dan beberapa uskup menolak untuk menandatangani kredo Nicea.
Seorang diaken dari Alexandria, Athanasius menjadi salah satu tokoh
yang melawan Arianisme. Pada tahun 328 Athanasius menjadi uskup di
Alexandria dan melanjutkan peperangan dalam Jemaat nya.
10
Tony Lane, Runtut Pijar (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2005), 24.
11
F. D. Wellem, Riwayat Hidup Singkat Tokoh-Tokoh Dalam Sejarah Gereja, (Jakarta: 2011), 21
12
TH. Van Den End, Harta Dalam Bejana, (Jakarta: Gunung Mulia,1990),75.
13
Tony Lane, Runtut Pijar, (Jakarta:BPK Gunung Mulia, 2016), 25.

6
Konsili yang diselenggarakan pada tahun 381 di
Konstantinopel, Konsili ini mengesahkan ulang Konsili Nicea tetapi
jejak-jejak pemikiran Arius tidak hilang dari gereja.14 Pada tahun 379
warga barat Bernama Theodosius menjadi kaisar kerajaan timur ia
adalah seorang pendukung Konsili Nicea. Konsili ini merupakan
Konsili bapa-Bapa Kapodokia. Ajaran sesat yang ditolak oleh bapa-
Bapa Kapodakia adalah ajaran Arianisme, Macedonianisme,
Apolinarisme. Konsili Konstantinopel dianggap sebagai Konsili
Oikumenis yang kedua, yang dipakai secara luas di Gereja barat
maupun timur. Konsili Konstantinopel dalam kanon nya yang ketiga
menciptakan sumber perselisihan pada waktu yang mendatang.
2. Hasil Konsili Konstantinopel
Konsili Konstantinopel membenarkan bahwa Yesus Kristus
adalaah Allah sepenuhnya, yang bertentangan dengan Arianisme. Dari
manusia sepenuhnya bertentangan dengan Apolinarisme. 15
Konsili ini
menegaskan kembali keyakinan Gereja sebagaimana diungkapkan
dalam kredo Nicea, dan juga menyatakan keyakinanya akan keilahian
Roh Kudus. Doktrin Trinitas adalah suatu artikel fundamental dalam
iman Kristen yaitu keyakinan Gereja pada Bapa, Anak, dan Roh Kudus
sebagai Tuhan Tritunggal yang sekarang telah ditetapkan sepenuhnya.
3. Dampak Konsili
Konsili ini adalah penolakan Gereja yang terakhir dan sempurna
terhadap paham Arianisme. Dan pada masa ini paham ajaran Arianisme
tampak lenyap.16 Konsili Constantinopel kemudian dianggap sebagai
Konsili oikumenis yang kedua dan dipakai secara luas baik di Gereja
Barat dan Gereja Timur17. Hasil Konsili ini adalah Bapa, Anak, dan
Roh Kudus yang mempunyai hakikat ilahi yang sama, akan tetapi
haruslah dibedakan menjadi tiga Okunum ilahi atau tiga cara Allah
yang Esa berada. Keputusan Konsili ini diterima, baik di timur maupun
barat. Konsili ini menyempurnakan pengakuan iman Nicea. Konsili ini

14
A. Kenneth Churtis, dkk, 100 Peristiwa Penting dalam Sejarah Kristen, (Jakarta: 2015), 22.
15
Tony Lane, Runtut Pijar, (Jakarta:BPK Gunung Mulia, 2016), 32-33 .
16
B.K. Kuiper, The Church in History, (Malang: Gandum Mas,2010), 38.
17
Tony Lane, Runtut Pijar, (Jakarta:BPK Gunung Mulia, 2016), 32

7
menghasilkan pengakuan iman yang disebut pengakuan iman Nicea
Constantinopel18. Isi dari pengakuan Iman Nicea Constantinopel ialah:
“Aku percaya kepada satu Allah, BapaYang Maha kuasa,
Penciptalangit dan bumi, segala yang kelihatan dan tidak
kelihatan. Dan kepada satu Tuhan, Yesus Kristus, Anak Allah yang
tunggal, yang lahir dari Sang Bapasebelum ada segala
zaman,terang dari terang, Allah yang sejati dari Allah sejati,
diperanakkan, buakn dibuat, sehakikat (Homoousios) dengan Sang
Bapa. Yang dengan perantaraan-Nya segala sesuatu dibuat; yang
telah turun dari sorga untuk kita manusia dan untuk keselamatan
kita, dan menjadi daging oleh Roh Kudus dari anak dara Maria,
dan menjadi manusia; yang disalibkan bagi kita di bawah
pemerintahan Pontius Pilatus, menderita dan dikuburkan; yang
bangkit pada hari ketiga, sesuai dengan isi Kitab-kitab, dan naik ke
sorga; yang duduk di sebelah kanan Sang Bapa, dan akan datang
kembali dengan kemuliaan untuk menghakimi orang yang hidup
dan yang mati; yang kerajaan-Nya takkan berakhir. Aku percaya
kepada Roh Kudus, yang jadi Tuhan dan yang menghidupkan, yang
keluar dari Sang Bapa. Yang bersama-sama dengan Sang Bapadan
Sang Anak disembah dan dimuliakan, yang telah berfirman dengan
perantaraan para nabi. Aku percaya satu Gereja yang kudus dan
am dan rasuli. Aku mengaku satu baptisan untuk pengampunan
dosa. Aku menantikan kebangkitan orang mati dan kehidupan di
zaman yang akan datang. Amin.”.
Sementara itu ada tiga ajaran yang dikutuk di Konsili
Constatinopel yaitu:
1. Arianisme
Pengakuan Iman tersebut mengadung tiga dari empat
kamimat anti-Arianisme dari Pengakuan Iman Nicea. Mereka
meringkas pengakuan iman yang dirumuskan pada Konsili
tahun 381 sebagai percaya kepada “satu ke-Allah-an satu kuasa
dan hakikat dari Sang Bapa, Sang Anak dan Roh Kudus, yang
kemulian-Nya sama dengan kebenaran-Nya seabadi yang
18
F.D. Wellem, Kamus Sejarah Gereja, (Jakarta: Gunung Mulia, 2006) 237

8
adalah tiga hypostasis yang sempurna atau tiga oknum yang
sempurna”. Ini lah ringkasan yang tepat dari ajaran para
BapaCappadokia tentang ketritunggalan.
2. Mecadonianisme
Tiga puluh enam diantara uskup-uskup yang hadir pada
Konsili Konstatinopel adalah penggikut Macedonianisme.
Mereka mengajarkan Yesus Kristus adalah Allah tetapi satu
Roh kudus dianggap mahluk.
3. Apollinarisme
Yang menyangkal bahwa Yesus mempunyai jiwa
manusia, dikutuk di Roma pada tahun 377. Ia juga dikutuk pada
Konsili ini19.
II.6 Konsili Efesus 431
1. Latar Belakang
Konsili Efesus sesudah Nestorius muncul Eutychyes dari aliran
Alexandria yang berusaha mempertahankan keutuhan Yesus Kristus
dengan jalan mnguburkan kemanusiaannya ini ditentang dan
dinyatakan pada Konsili Chalcedon pada tahun 451. Kaisar Theodosius
II memanggil Konsili Efesus untuk menyelesaikan masalah antara
Cyrillus dan Nestorius. Kelompok uskup-uskup Antiokia mendukung
Nestorius. Nestorius terlambat di Efesus sedangkan Cyrillus sudah
mendapat dukungan dari Roma sehingga Nestorius dipecat. Mereka
menolak Konsili dari Cyrillus dan mengadakan Konsili sendiri dimana
Cyrillus dikutuk. Ada sekitar 30 uskup antiokia dibandingkan dengan
200 uskup Konsili Cryllus. Konsili ini di pandang sebagai Konsili
oikumenis yang ketiga. Sebelum diadakan Konsili Efesus ini, antara
Cyrillus dengan Nestorius terjadi konflik dalam masalah pengajaran
tentang ketuhanan Yesus. Nestorius menyangkal bahwa Maria
melahirkan Allah, ia mengatakan bahwa Yesus yang lahir dari maria
bukan Allah Firman. Nestorius bersih keras untuk mendapatkan
dukungan dari Roma. Cyrillus menuliskan surat kepada Nestorius dan
menuntut ia agar menyatakan tunduk dalam waktu sepuluh hari. Ia juga
menyuruh Nestorius menandatangani 12 anatema yaitu yang berisi 12
19
Tony Lane, Runtut Pijar, (Jakarta:BPK Gunung Mulia, 2016), 33.

9
pernyataan berisi ajaran yang cyrillus anggap sebagai paham-paham
yang sesat. Namun Nestorius menolak lalu kaisar Theodosius
memanggil Konsili efesus sehingga Nestorius dipecat.20
2. Hasil konsili
Konsili Efesus ini memutuskan bahwa Nestorius dipecat dari
keuskupan konstantinopel serta ajarannya tentang penggantian
Theotokos dengan Kristokos ditolak21.
Isi dari Pengakuan Iman Efesus ialah:
“Oleh karenanya kami mengakui bahwa Tuhan kita Yesus
Kristus, Anak tunggal Allah, adalah Allah sempurna dan manusia
sempurna, terdiri dari jiwa akali dan tubuh. Ia diperanakkan dari Sang
Bapa sebelum segala zaman, sebagai Allah, dan belakangan ini, demi
kita dan keselamatan kita, ia dilahirkan dari anak dara Maria sebagai
manusia. Ia sehakikat dengan kita, sebagai manusia. Sebab ada
kesatuan dua kodrat dan oleh karena itu kami mengaku satu Kristus,
satu Anak, satu Tuhan”22.
3. Tokoh-tokoh konsili
 Neostorius
Neostorius dilahirkan di Germanaica menjelang akhir abad ke-
4. Ia belajar di Antiokhia, mungkin pada Theodorus dari
Mopsuestia. Di Antiokhia ia tinggal dalam Biara Euprepios. Pada
tahun 428 Kaisar Theodosius II mengangkat Nestorius menjadi
Patriarch Konstantinopel. Ia adalah seorang yang sangat saleh,
pasih lidah dan disegani. Ia sangat bersemangat untuk
mempertahankan ajaran Gereja yang ortodoks, ia sangat membenci
penyesat-penyesat dan ia mengajak kaisar untuk membantunya
dalam penghapusan penyesat-penyesat itu. Dalam khotbah
penakbisannya, Nestorius berkata, “berilah kepadaku, ya kaisar,
bumi yang bersih dari penyesat-penyesat dan sebagai gantinya aku
memberikan padamun sorga.”23. Dalam khotbah-khotbahnya di

20
Jonar T. H. Situmorang, Sejarah Gereja Umum, (Yogyakarta: Andi, 2014), 160.
21
Jonathan E. Cluver, Sejarah Gereja Umum, (Bandung: 2013), 132.
22
Tony Lane, Runtut Pijar, 46.
23
F. D. Wellem, Riwayat Hidup Singkat Tokoh-Tokoh Dalam Sejarah Gereja, 141.

10
Konstantinopel Nestorius menyangkal bahwa perawan Maria
adalah Theotokos (“melahirkan Allah”)24.
 Cyrillius
Cyrillius atau Kirilos dari Aleksandria (bahasa Latin: Cyrilius
Alexandrinus; adalah seorang Kristen pada abad ke-4 yang
menjabat sebagai uskup di Alexandria, Mesir mulai tahun 412 M).
Ketika ia ditahbiskan menjadi uskup, Cyrilius menggantikan
pamannya yaitu, Theofilus. Ia memiliki pandangan bahwa Yesus
Kristus bukan manusia yang didiami atau dipersatukan dengan
Allah (firman), melainkan ia adalah Allah firman yang telah
menjadi manusia25. Cyrillius menentang Nestorius karena
perbedaan pendapat yang mendasar mengenai pribadi Yesus
Kristus26.
4. Dampak Konsili
Gereja menekankan Kembali keyakinan nya pada keilahian
kristus yang sempurna dan penuh, tetapi juga mengakui keyakinannya
pada kemanusiaan nya yang sama lengkap dan sempurna. Gereja
mengakui keberadaan dua sifat kristus yaitu kemanusiaannya dan
keilahiannya, hubungan kedua sifat ini Gereja mengakui bahwa kedua
sifat tersebut ada dalam Kristus tanpa ada kekacauan, perubahan,
pembagian, ataupun pemisahan dan akhirnya Gereja mengakui bahwa
meski Kristus memiliki dua sifat namun dia adalah satu pribadi bukan
dua pribadi.27
II.7 Konsili Chalceldon 451
1. Latar Belakang
Konsili Chalcedon adalah sebuah Konsili yang menolak doktrin
monofissitisme dari kaum pengikut Eutikus dan menetapkan
pengakuan iman Chalcedon. Konsili ini berlangsung mulai tanggal 8
Oktober-1 November 451, di Khalsedon (sebuah kota di Bithinia di

24
Tony Lane, Runtut Pijar, 44.
25
https://id.m.wikipedia.org/wiki/Sirilus_dari_Aleksandria. Diakses pada Jumat 19 Februari 2022,
pukul 16:40 WIB.
26
Tony Lane, Runtut Pijar, 44.
27
Jonar T. H. Situmorang, Sejarah Gereja Umum, (Yogyakarta: Andi, 2014), 160-161.

11
Asia kecil). Dalam Konsili Chalcedon ini dihadiri oleh 500 orang
peserta. Konsili ini diakui oleh beberapa Gereja diantaranya:
 Gereja Katolik
 Gereja Anglikan
 Gereja Ortodoks Timur
 Gereja Protestan28

Konsili Chalcedon dipanggil oleh Kaisar Marcianus untuk


menyelesaikan persoalan Eutyches yang telah dikutuk oleh Leo 29.
Konsili ini diadakan di Chalcedon, Asia Kecil, di dekat Konstantinopel
pada tahun 451, atas undangan dari Kaisar Marcianus. Dalam Konsili
ini menhadirkan semua uskup dari bagian Timur kekaisaran Romawi30.
Pada situasi yang berubah-ubah ini, bergabunglah seorang Biarawan
yang menekankan ajaran Aleksandria yang mengarah pada aliran sesat.
Eutyches, kepala sebuah biara dekat konstantinopel mengajarkan ajaran
yang dikenal sebagai Monophysitisme (mono artinya “satu” dan physis
artinya “kodrat”). Ajaran ini mengatakan bahwa kodrat Kristus telah
hilang dalam keilahian,”seperti setetes madu yang jatuh dalam laut,
larut didalamnya” sehingga Patriakh Flavianus dari Konstantinopel
mengutuk Eutyces sebagai seorang pengajar sesat, tetapi Patriakh
Dioscurus dari Alexandria mengangkatnya. Atas permintaan Dioscurus,
Teodosis mengadakan satu Konsili lagi yang berlangsung di Efesus
pada 449.

Dalam persidangan itu, dinyatakan bahwa Eutyches tidak sesat,


namun banyak Gereja menyatakan Konsili tersebut tidak sah sehingga
Paus Leo menganggap ajaran Eutyches itu sesat, maka Leo meminta
pada kaisar agar diadakan satu Konsili lagi yang mengambil tempat di
Chalcedon dekat Konstantinopel pada tahun 451. Konsili ini
mengundang lebih dari 400 Uskup melebihi Konsili-Konsili
berikutnya31.

28
https://id.m.wikipedia.org/wiki/Konsili_Kalsedon. Diakses pada senin 19 Februari 2023, pukul 17:20
WIB.
29
Tony Lane, Runtut Pijar, 50.
30
F. D Wellem, Kamus Sejarah Gereja, (Jakarta: 1994), 234.
31
A. Kenneth Churtis, dkk, 100 Peristiwa Penting dalam Sejarah Kristen, (Jakarta: 2015), 33-34.

12
2. Hasil konsili
Dalam Konsili Chalcedon terdapat beberapa hasil keputusan
pada Konsili ini:
1) Keputusan Konsili Latrosinium dibatalkan dan Eutikhes dikutuk.
2) Keputusan Nicea dan Konstantinipel tentang oknum Kristus
dikuatkan kembali dan ajaran Nestorius dikutuk.
3) Mereka yang menolak gelar theotokos bagi Maria dikutuk.
4) Mereka yang menyatakan bahwa Kristus sebelum berinkernasi
mempunyai dua tabiat dan setelah inkernasi menjadi satu tabiat
ditolak.
5) Surat Sirillus kepada Nestorius dan surat Leo kepada Flavianus
dibenarkan.
6) Ajaran bahwa Kristus adalah satu oknum yang mempunyai dua
tabiat yang tidak tercampur, tidak berubah dan tidak terpisah
ternyata dibenarkan.
7) Uskup Konstantinopel diberi gelar patriarkh dan menduduki
kehormatan pada tempat kedua setelah Roma.
8) Pengakuan Iman Chalcedon ditetapkan32.

Adapun Pengakuan Iman dalam Konsili Chalcedon ini adalah:

“Aku percaya kepada Allah Bapayang Mahakuasa, khalik langit


dan bumi. Dan kepada Yesus Kristus, Anak-Nya yang tunggal, Tuhan kita,
yang dikandung dari Roh Kudus, lahir dari anak dara Maria, yang
menderita dibawah pemerintahan Pontius Pilatus, disalibkan, mati dan
dikuburkan, turun ke dalam kerajaan maut, pada hari yang ketiga bangkit
pula dari antara orang mati, naik ke surga, duduk disebelah kanan Allah,
Bapayang mahakuasa, dan akan datang dari sana untuk menghakimi orang
yang hidup dan yang mati. Aku percaya kepada Roh Kudus; Gereja yang
Kudus dan am; persekutuan orang kudus; pengampunan dosa; kebangkitan
daging; dan hidup yang kekal”33.

3. Tokoh konsili

32
F. D Wellem, Kamus Sejarah Gereja, 234.
33
Tony Lane, Runtut Pijar, 52.

13
Leo adalah seorang yang mempunyai kepribadian yang kuat dan
sangat berpengaruh baik dalam bidang kegerejaan maupun dalam dunia
politik sehingga ia menjadi satu-satu yang berkuasa di Barat. Leo
berusaha untuk memperoleh kekuasan Yurisdiksi atas seluruh Gereja di
wilayah Barat. Leo memberikan rumusan yang ortodoks tentang
Kristologi, ia menulis surat yang berisi pandangannya tentang
Kristologi. Leo juga menyatakan bahwa dalam Kristus Yesus terdapat
dua tabiat, yakni ilahi dan manusia yang sama sempurna, tak terpisah,
tak tercampur34.
4. Dampak Konsili
Keputusan Konsili Chalcedon mengakibatkan perpecahan
dalam Gereja Kristen yang berlangsung sampai sekarang. Gereja-
Gereja Monofosit dan Gereja Nestorian memisahkan diri dari Gereja
dalam Kekaisaran Romawi. Pengikut-pengikut Nestorius maupun
Cyrillus yang ekstrem memisahkan diri dari gereja, dan membentuk
Gereja baru. Kaum Nestorian melarikan diri ke Persia dan mendirikan
di sana Gereja Nestorian35. Dan pertikaian Kristologi dituntaskan oleh
Konsili ini36.

III. PENUTUP
Konsili- konsili yang dilakukan pada sekitar tahun 50 M- 500 M, banyak
membawa perubahan cara pandang berpikir Jemaat pada saat itu. Dimana banyak
multitafsir yang tidak tepat mengenai ajaran-ajran Kristen. Konsili-konsili Gerejawi
merupakan salah satu bagian dari perkembangan Sejarah Geraja. Konsili adalah sidang
resmi para Uskup dan wakil beberapa Gereja yang diundang dengan tujuan
merumuskan suatu ajaran atau disiplin Gereja, dan konsili ini terjadi karena adanya
perbedaan pendapat dari para teolog tentang Trinitas Kristologi. Dari sejarah konsili
ini dapat kita maknai bahwa perbedaan akan menghasilkan perubahan yang lebih baik
lagi.

DAFTAR PUSTAKA

Browning, W.R.F., Kamus Alkitab, Yogyakarta: Gunung Mulia,2013.


34
F. D. Wellem, Riwayat Hidup Singkat Tokoh-Tokoh Dalam Sejarah Gereja, 122.
35
Thomas Van Den End, Harta Dalam Bejana, (Jakarta: BPK-GM, 2018), 72.
36
F.D.Wellem, Kamus Sejarah Gereja,, (Jakarta: BPK Gunung Mulia,2018), 129.

14
Culver, Jonathan E, Sejarah Gereja umum.
Cluver, Jonathan E., Sejarah Gereja Umum, Bandung: 2013.
Churtis, A. Kenneth, dkk, 100 Peristiwa Penting dalam Sejarah Kristen, Jakarta:
2015.
De Jonge,Christiaan, Gereja Mencari Jawab, Jakarta: 1993.
De Jonge,C., Pembimbing Ke Dalam Sejarah Gereja, Jakarta: 2015.
End,Thomas Van Den, Harta Dalam Bejana, (Jakarta: BPK-GM, 2018.
Ed. Andika Manurung dan Suardin Gaurifa, Perspektif Misi dalam Perjanjian Lama
dan Perjanjian Baru, Medan: Pelita Kebenaran Press,2018.
Hutahean, Wendy Sepmady, kepemimpinan Dalam Perjanjian Baru, Malang: Ahli
Media Press,2020.
Kuiper, B.K.The Church in History, Malang: Gandum Mas,2010.
Lane, Tony, Runtut Pijar Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2005.
Situmorang, Jonar T. H, Sejarah Gereja Umum, Yogyakarta: Andi, 2014.
Situmorang, Jonar, Kamus Alkitab & Theologi Yogyakarta:ANDI, 2016.
TH. Van Den End, Harta Dalam Bejana, Jakarta: Gunung Mulia,1990.
Wellem, F.D, Kamus Sejarah Gereja Jakarta:BPK Gunung Mulia, 2006.
Wellem, F. D., Riwayat Hidup Singkat Tokoh-Tokoh Dalam Sejarah Gereja,Jakarta:
2011.

Sumber lain
https://id.m.wikipedia.org/wiki/Konsili_Kalsedon. Diakses pada Minggu, 19 Februari
2023, pukul 17:20 WIB.
https://id.m.wikipedia.org/wiki/Sirilus_dari_Aleksandria. Diakses pada Minggu, 19
Februari 2023, pukul 16:40 WIB.

15

Anda mungkin juga menyukai