Anda di halaman 1dari 11

BAB I.....................................................................................................................

2
PENDAHULUAN...................................................................................................2
BAB II....................................................................................................................2
Masalah Seputar Kelahiran dan Jabatan Raja Milik Yesus..................................2
BAB III...................................................................................................................5
Pandangan Alkitab Mengenai Jabatan Raja Milik Kristus.....................................5
Palungan Tempat Kelahiran Kristus Sang Raja....................................................5
Pandangan Alkitabiah Tentang Jabatan Raja Milik Yesus...................................7
Analisa Teologis Terhadap Penafsiran Fransiskus Mengenai Yesus Sang Raja
Miskin.....................................................................................................................9
BAB IV.................................................................................................................11
Sikap Yang Benar Terhadap Konsep Raja Milik Kristus.....................................11
BAB V..................................................................................................................11
Kesimpulan..........................................................................................................11

BAB I
PENDAHULUAN
Alkitab yang adalah Firman Allah itu sebenarnya sudah cukup untuk kita
mengerti lalu mempercayai kebenaran tentang kehidupan Yesus. Namun, masih
terus berlanjutnya pembahasan mengenai Kristologi di kalangan para teolog-
teolog Kristen maupun di luar Kristen membuat keragu-raguan timbul terhadap
kebenaran Alkitab tersebut.

Akan tetapi, bukan berarti Allah sengaja membuat Yesus Kristus sulit
untuk kita pahami dengan benar. Sebenarnya Allah telah sangat jelas dan
sistematis menjelaskan mengenai Yesus Kristus di dalam Alkitab, hanya saja
sering sekali kita mencoba memahami Yesus Kristus dengan pikiran yang
belum dikuduskan oleh Allah, sehingga yang kita pahami ialah Yesus Kristus
hasil pemikiran kita bukan lagi Yesus Kristus yang diutus oleh Allah Bapa
kepada kita.

Melalui makalah ini, penulis akan membahas salah satu keragu-raguan


manusia terhadap Kristus, yaitu mengenai jabatan Kristus sebaga “Raja” yang
dikaitkan dengan tempat kelahirannya disebuah palungan melalui penjelasan
yang Alkitbiah yang disertai dengan fakta-fakta historisnya.

BAB II

Masalah Seputar Kelahiran dan Jabatan Raja Milik Yesus


Sama seperti Matius, Lukas juga menjelaskan tentang kelahiran Kristus di
dalam injilnya, tepatnya pada pasal 2:1-7. Namun, ada sedikit perbedaan dalam
penjelasan Lukas mengenai kelahiran Yesus tersebut, yaitu mengenai tempat
kelahirannya. Matius langsung menjelaskan bahwa orang Majus menjumpai
bayi Yesus di sebuah rumah (Mat. 2:11), sedangkan Lukas menjelaskan bahwa
orang Majus tersebut menjumpai bayi Yesus di sebuah “palungan” (Luk. 2:7).
Penjelasan Lukas mengenai tempat kelahiran Yesus disebuah “palungan” tentu
menimbulkan sebuah permasalahan. Di dalam Perjanjian Lama, Yesus sudah
dinubuatkan oleh nabi Mikha (Mik. 5:1) sebagai raja bagi bangsa Israel, sama
seperti yang sudah dinubuatkan oleh Yeremia, “Sesungguhnya waktunya akan
datang, demikianlah Firman Tuhan, bahwa Aku akan menumbuhkan Tunas adil
bagi Daud. Ia akan memerintah sebagai raja yang bijaksana dan akan
melakukan keadilan dan kebenaran di negeri.” (Yer. 23:5). Dari penjelasan
diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa memang Yesus telah dinubuatkan untuk
menjadi seorang raja bagi dunia ini.

Seperti pendahuluan penulis, bahwa masih ada saja orang yang


meragukan Kristus mengenai kebenaran dan keabsahannya. Hal itu terlihat dari
konsep Yesus sang “Raja” yang telah disalah mengerti oleh beberapa golongan.
Mereka menghurufiahkan konsep kerajaan Yesus yang akhirnya timbul
masalah-masalah, baik itu golongan yang menolak Kristus sebagai raja oleh
karena melihat tempat kelahiran Kristus yang tidak layak dengan gelarnya dan
golongan yang menganggap Yesus sebagai raja yang miskin yang
menyetarakan seseorang yang dipercayainya sama seperti Kristus sebagai raja
yang miskin, yaitu Fransiskus dari Asisi. Selama beberapa tahun setelah
kematiannya, para pengikutnya menganggap bahwa Fransiskus sebagai “Alter
Christus” (Kristus Kedua), karena dia dianggap begitu menyerupai Kristus dalam
konsep kerajaan-Nya.1

Dari beberapa literatur yang dibaca penulis mengenai golongan


Fransiskus ini, maka penulis menyimpulkan bahwa golongan Fransiskus dari
Asisi ini meyakini bahwa Kristus adalah seorang raja yang sangat kaya. Namun
ketika Ia turun ke dunia, Ia membuat dirinya menjadi miskin agar Ia dapat
diterima oleh semua orang, baik itu kepada orang kaya dengan status-Nya
sebagai raja dan kepada orang miskin dengan perbuatan-perbuatan-Nya
kepada orang miskin. Apa yang dilakukan Yesus sama seperti apa yang
dilakukan oleh Fransiskus. Fransiskus dulunya adalah anak dari seorang
1
John Stott, Kristus yang Tiada Tara, (Surabaya: Momentum, 2018), 126
pengusaha yang sangat kaya. Ia selalu hidup dalam kelimpahan dan
kenikmatan duniawi. Orang tuanya Fransiskus melegalkan apa yang
dilakukannya. Namun suatu hari ia ingin menjadi seorang kesatria dan ia pergi
ke sebuah kota untuk mempersiapkan dirinya menjadi seorang kesatria. Di
tengah-tengah perjalanan ia berjumpa dengan Yesus melalui sebuah mimpi
yang menegurnya atas kehidupannya selama ini dan kerinduannya untuk
menjadi kesatria tersebut. Singkatnya, ia meninggalkan harapannya untuk
menjadi seorang kesatria dan pulang kembali ke kotanya. Namun, ada yang
berbeda dengannya setelah ia berjumpa dengan Yesus. Kehidupannya
berbanding terbalik dengan kehidupan sebelum berjumpa Yesus. Ia tidak suka
lagi menikmati kekayaan orang tuanya, melainkan ia ingin hidup menjadi orang
yang miskin. Awalnya ia senang memperhatikan orang miskin, lalu perlahan-
lahan ia mulai mengikuti gaya orang miskin dan akhirnya hidup bersama orang-
orang miskin. Ayahnya yang mendengar hal itu menjadi marah, sehingga
ayahnya memberi pertanyaan kepadanya untuk tetap menjadi anak ayahnya
namun harus kembali kepada kehidupannya yang dahulu atau tetap hidup
menjadi orang miskin namun ditolak menjadi seorang anak dari ayahnya.
Mendengar hal itu, Fransiskus menjawab ayahnya untuk hidup menjadi seorang
miskin. Akhirnya ayahnya mengusir dan menolaknya sebagai seorang anak di
dalam keluarga mereka.

Sejak saat itu, ia semakin bergaul dengan orang miskin dan ia pun
disenangi oleh orang-orang miskin. Berdasarkan pengalaman-pengalaman
tersebut, Fransiskus memiliki banyak pengikut, yaitu menjadi serupa dengan
orang miskin dan memprioritaskan untuk melayani orang-orang miskin.
Walaupun begitu, John Stott mengatakan bahwa ia tetap tidak menolak, atau
merendahkan dunia material atau berkat-berkat yang baik dari Pencipta yang
baik.2

2
Ibid., Hlm. 127
BAB III

Pandangan Alkitab Mengenai Jabatan Raja Milik Kristus

Palungan Tempat Kelahiran Kristus Sang Raja


Dalam Lukas 2:7 mengatakan “dan ia melahirkan seorang anak laki-
laki, anaknya yang sulung, lalu dibungkusnya dengan lampin dan
dibaringkannya di dalam palungan, karena tidak ada tempat bagi mereka
di rumah penginapan.” Kata “Palungan” dalam bahasa Yunani ialah
fa,tnh|3 (Phatne) yang artinya “Palungan; Kandang”.4 NIV dan KJV juga
menggunakan kata yang sama, yaitu Manger yang artinya “palungan”.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia Offline, kata “palungan”
artinya sebuah bak tempat makanan dan minuman ternak (kuda, kerbau,
burung, dsb).5 Browning menambahkan bahwa palungan sering dipahat
dari batu pada suatu sisi gua.6 Ensiklopedi Alkitab Masa Kini juga
menjelaskan mengenai palungan ini, bahwa:
“Selain di Palestina palungan dikenal juga di negeri-negeri lain. Di
Palestina kandang binatang disatukan dengan rumah pemilik
binatang itu, dan di kandang itulah terdapat palungan. Dalam
kandang-kandang kuda raja di Megido yg dibangun pada zaman
wangsa Omri, terdapat batu-batu besar yg diliangi sebagai tempat
palungan. Tradisi Kristen mengatakan bahwa Yesus lahir dalam
gua di dekat Betlehem. Dalam hal ini palungan yg disebut-sebut di
situ mungkin sekali pada lubang dalam dinding batu itu.” 7

Kelahiran Yesus di sebuah palungan tersebut tentu tidak di dapat


diterima oleh orang Yahudi yang telah menantikan keadaan Mesias
sebagai sang raja. Namun, perlu kita mengetahui bahwa tempat
melahirkan pada zaman dahulu (ZamanYesus) sangat berbeda dengan
3
Hasan Sutanto, Perjanjian Baru Interlinear Yunani-Indonesia dan Konkordansi Perjanjian
Baru Jilid I, (Jakarta: LAI, 2014), Hlm. 304
4
Hasan Sutanto, Perjanjian Baru Interlinear Yunani-Indonesia dan Konkordansi Perjanjian
Baru Jilid II, (Jakarta: LAI, 2014), Hlm. 740
5
Kamus Besar Bahasa Indonesia Offline
6
W.R.F. Browning, Kamus Alkitab, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2012), Hlm. 303
7
_____, Ensiklopedi Alkitab Masa Kini Jilid II, (Jakarta: Yayasan Kominikasi Bina Kasih,
2007), Hlm. 198
zaman sekarang. Kita tidak boleh menuntut kesamaan zaman dahulu
yang masih sangat tradisional dengan zaman sekarang yan g sudah
modern dengan alat-alat yang canggih tersebut. Ensiklopedi Fakta
Alkitab menjelaskan bahwa:
“Pada zaman Alkitab, sang bayi tidak memulai kehidupan dalam
lingkungan rumah sakit yang steril. Biasanya bayi itu lahir di
rumah, di mana keadaannya tidak memenuhi syarat kesehatan.
Lantai rumah itu boleh jadi dari tanah. Kadang-kadang binatang
piaraan tinggal dalam ruangan yang sama. Air yang dipakai untuk
membersihkan bayi itu sering kali kotor; kain yang dipakai untuk
membungkus bayi itu telah dibasuh dalam air kotor yang sama.
Lalat-lalat pembawa penyakit dan serangga-serangga lain dengan
cepat menemukan bayi itu. Kandang, tempat Yesus dilahirkan
mungkin tidak lebih buruk daripada beberapa rumah di Betlehem.” 8

Lukas sebenarnya tidak pernah berpikir untuk merendahkan Kristus


dengan penjelasannya mengenai palungan sebagai tempat kelahiran
Kristus. Ia juga tidak bermaksud untuk memperlihatkan kemiskinan Yusuf
dan Maria ketika melahirkan Kristus. Pada saat itu mereka sedang dalam
perjalanan, jadi mereka harus bersenang hati mempergunakan tempat
yang ada untuk bersalin.9 Mereka terpaksa menggunakan palungan
berhubung karena penuhnya tempat penginapan di sekitar itu oleh
karena pendaftaran penduduk di kotanya masing-masing yang
diperintahkan oleh Kaisar Agustus pada waktu itu (Luk. 2:1-3). Mereka
yang dari Betlehem harus pulang ke daerah asalnya karena disitulah
tersimpan catatan-catatan tentang keluarganya. 10
Berdasarkan penjelasan di atas, kelahiran Kristus tidaklah seburuk
apa yang kita bayangkan saat ini. Golongan yang menolak kelahiran
Kristus Sang Raja di sebuah palungan telah terjebak hanya pada titik itu.
Mereka tidak melihat penjelasan Lukas selanjutnya bahwa Yesus yang
8
_____, Ensikopedi Fakta Alkitab Bible Almanac Jilid 2, (Malang: Gandum Mas, 2001), Hlm.
917
9
B. J. Boland, Tafsiran Alkitab: Injil Lukas, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2003), Hlm. 51
10
Charles F. Pfeiffer & Everett F. Harrison, Tafsiran Alkitab Wycliffe Volume 3, (Malang:
Gandum Mas, 2001), Hlm. 222
lahir di palungan itu telah menjalani sebuah kehidupan yang sangat
mengagumkan, dimana Ia telah mati, bangkit dan naik ke surga bagi kita
dan akan datang kembali ke dunia sebagai Raja atas segala raja. 11
Kristus akan memerintah dunia dan menghakimi semua orang sesuai
dengan keputusan mereka tentang Dia.

Pandangan Alkitabiah Tentang Jabatan Raja Milik Yesus


Pandangan Alkitab terhadap konsep jabatan Raja milik Yesus
tentulah sulit untuk di terima beberapa golongan. Pandangan dunia
mengenai raja ialah seseorang yang memiliki otoritas tertinggi dalam
memimpin sebuah kerajaan, bangsa atau negara. Penetapan sebagai
seorang raja bukanlah pilihan rakyat melainkan faktor keturunan yang ia
miliki.
Dalam Perjanjian Lama, Yesus telah dinubuatkan menjadi seorang
raja yang akan memerintah atas segala bangsa. Paul Enns membuktikan
nubuatan tersebut di dalam Perjanjian Lama sebagai berikut:
“Kej. 49:10 menubuatkan bahwa Mesias akan datang dari Suku
Yehuda dan memerintah sebagai raja. 2 Sam. 7:16
mengindikasikan bahwa Mesias akan memiliki kerajaan, suatu
bangsa akan diperintah di bawah kekuasaan-Nya, dan takhta yang
kekal. Dalam Mzm.2:6 Allah Bapa mengumumkan peneguhan
putra-Nya sebagai raja di Yerusalem.” 12

Jabatan Raja yang diperoleh Yesus berasal dari Allah, tetapi


melalui keturunan Raja Daud.13 Malaikat Gabriel telah memberitahu
kepada Maria bahwa “Ia akan menjadi besar dan akan disebut Anak
Allah Yang Mahatinggi. Dan Tuhan Allah akan mengaruniakan kepada-
Nya takhta Daud, bapa leluhur-Nya, dan Ia akan menjadi raja atas kaum
11
_____, Alkitab Penuntun Hidup Berkelmipahan Seri : Life Application Study Bible,
(Malang: Gandum Mas, 2016), Hlm. 2046
12
Paul Enns, The Moody Handbook of Theology Jilid 1, (Malang: SAAT, 2006), Hlm. 293
13
Denver Sizemore, 25 Pelajaran Tentang Doktrin Kristen, (Surabaya: YAKIN, 2008), Hlm.
37
keturunan Yakub sampai selama-lamanya dan Kerajaan-Nya tidak akan
berkesudahan (Luk. 1:32-33).” Dalam Yoh. 18:36 Yesus menjawab
Pilatus bahwa “Kerajaan-Ku bukan dari dunia ini; jika Kerajaan-Ku dari
dunia ini, pasti hamba-hamba-Ku telah melawan, supaya Aku jangan
diserahkan kepada orang Yahudi, akan tetapi Kerajaan-Ku bukan dari
sini”.
Konsep Raja yang di Israel berbeda dengan jabatan Raja yang
dimiliki Yesus. Seorang raja di Israel memiliki hak legislatif, eksekutif,
yudikatif, ekonomi dan kekuatan-kekuatan militer. 14 Jabatan Raja milik
Tuhan Yesus tidak seperti itu, melainkan sebagai Raja Rohani dan
pemerintahan-Nya adalah rohani atas umat-Nya atau gereja-Nya. 15 Oleh
karena itu, kerajaan ini tidak dapat kita mengerti dalam pandangan
duniawi, melainkan dapat kita mengerti secara rohani, yaitu melalui
proses kelahiran kembali (Yoh. 3:3).16
Mengenai Kerajaan Kristus ini, Stevri menjelaskan bahwa:
“Dasar pemerintahan kerajaan Yesus adalah kebenaran, keadilan,
hikmat, kesucian, anugerah dan kasih setia. Semuanya bertolak
dari sifat dasar diri-Nya sendiri. Dalam Kerajaan-Nya Yesus
berperan sebagai Raja secara nyata, yaitu dihubungkan dengan
salib, karena di atas kayu salib, Ia menaklukkan segala kekuasaan
dunia (Yoh. 12:31, Kol. 2:14), dan kebangkitan-Nya memastikan
kemenangan-Nya sebagai Raja (Rm. 1:4) atas segala sesuatu.” 17

Jadi, sudah jelaslah bahwa konsep jabatan Raja milik Yesus telah
salah dimengerti oleh beberapa golongan tersebut. Kerajaan Yesus tidak
sama seperti konsep kerajaan yang ada di dunia ini. Penting untuk
ditegaskan sekali lagi bahwa akibat dosa terhadap cara berpikir manusia

14
Charles C. Ryrie, Teologi Dasar Jilid 1, (Yogyakarta: Andi, 2010), Hlm. 350
15
Stevri I. Lumintang, Keunikan Theologia Kristen Di Tengah Kepalsuan, (Batu: Lit. YPPII
Batu, 2010), Hlm. 104
16
Trivena Ambarsari, Kristologi: Doktrin Kristus, (Surabaya: Momentum, 2014), Hlm. 24
17
Stevri I. Lumintang, Keunikan Theologia Kristen Di Tengah Kepalsuan, Hlm. 104
dalam konteks ini telah membatasi jabatan Raja milik Yesus dengan
menyamakan-Nya seperti raja yang ada di dunia ini.

Analisa Teologis Terhadap Penafsiran Fransiskus Mengenai Yesus Sang


Raja Miskin
Bagi Fransiskus, kelahiran Yesus dalam sebuah palungan
merupakan pernyataan tertinggi dari kemiskinan yang Anak Allah
bebankan pada diri-Nya sendiri.18 Hal inilah yang membuatnya ikut
merendahkan diri untuk hidup miskin dan mencintai kemiskinan serta
lebih memprioritaskan orang-orang miskin.19
Kita tidak boleh mengatakan Yesus seorang raja yang miskin hanya
dengan melihat tempat kelahiran Yesus di sebuah palungan. Seperti
penjelasan sebelumnya, bahwa Yesus lahir di sebuah palungan bukanlah
keinginan dari orang tua-Nya. Yusuf dan Maria telah berusaha untuk
mencari tempat penginapan untuk melakukan persalinan pada saat itu,
namun oleh karena penuhnya tempat-tempat penginapan akibat
kembalinya penduduk-penduduk asli kota tersebut untuk mencari
dokumen-dokumen keluarga mereka yang diperintahkan oleh Kaisar
Agustus pada saat itu mengharuskan Maria untuk melahirkan Yesus di
sebuah gua dan melatakkan bayi Yesus tersebut di sebuah palungan
(Luk. 2:1).
Pada saat kelahiran Yesus, Alkitab menjelaskan bahwa orang
majus datang melihat Yesus dan memberikan persembahan berupa
emas, kemenyan dan mur (Mat. 2:11). Ketiga persembahan tersebut
jelas merupakan barang yang berharga dan merupakan pemberian yang
berlimpah, yang biasanya untuk dipersembahkan kepada seorang raja.20

18
John Stott, Kristus yang Tiada Tara, (Surabaya: Momentum, 2018), Hlm. 126
19
Maria Setiawati, Santo Fransiskus Dari Asisi, (Yogyakarta: Kanisius, 1991), Hlm. 11
20
Leon Morris, Injil Matius, (Surabaya: Momentum, 2016), Hlm. 44
Dalam Injil Matius istilah orang majus ini merupakan sebutan yang lebih
baik untuk mengacu kepada tokoh-tokoh terhormat dari agama Timur. 21
Selain itu, Alkitab juga menjelaskan sikap Herodes terhadap
kelahiran Yesus. Ia memanfaatkan orang majus untuk mengetahui
kelahiran Yesus, agar ia dengan mudah untuk membunuh Yesus.
Namun, orang-orang majus itu tidak kembali kepada Herodes, sehingga
ia marah dan memerintahkan untuk membunuh semua anak di Betlehem
yang berumur dibawah umur 2 tahun. Herodes Agung memang terkenal
kejam terhadap orang yang ia curigai mau merebut kerajaannya. Jelas
bahwa ia menyuruh membunuh anak-anak yang berumur dua belas
tahun ke bawah supaya Anak yang lahir untuk menjadi Raja itu ikut
terbunuh pula.22
Jadi, dapat disimpulkan bahwa Yesus bukanlah raja yang miskin.
Orang majus dan Herodes telah menunjukkan bahwa Yesus merupakan
raja yang besar, yang Maha Agung, yang melebihi dari raja segala raja.

BAB IV

Sikap Yang Benar Terhadap Konsep Raja Milik Kristus


Konsep jabatan Raja milik Kristus tidaklah sama dengan konsep jabatan
raja yang ada di dunia ini. Dalam kerajaan-Nya, Yesus tidak ditugaskan untuk
melakukan tugas-tugas seperti yang dilakukan oleh raja di dunia ini. Alkitab dan
fakta-fakta historis telah menjawab segala keragu-raguan manusia terhadap
konsep jabatan Raja milik Kristus yang dilihat dari faktor tempat kelahiran-Nya

21
Charles F. Pfeiffer & Everett F. Harrison, Tafsiran Alkitab Wycliffe Volume 3, Hlm. 25
22
_____, Injil Matius, (Jakarta: Kartidaya, 2008), Hlm. 1
yang tidak sesuai dengan jabatan yang Yesus miliki. Oleh karena itu, kita harus
tunduk pada keabsahan Alkitab tersebut, dengan terlebih dahulu menguduskan
pikiran kita, agar kita benar-benar mempercayai apa yang Alkitab dan faktor
sejarah telah jelaskan mengenai konsep jabatan Raja milik Kristus yang kita
ragukan tersebut, sehingga tidak keragu-raguan akan jabatan Raja milik Kristus
tidak timbul lagi dalam pikiran manusia yang sudah tercemar oleh dosanya.

BAB V

Kesimpulan
Dampak dosa terhadap cara berpikir manusia telah mempengaruhi konsep
jabatan Raja milik Kristus. Manusia tidak lagi mengerti apa yang Allah
maksudkan, sehingga manusia membuat pengertiannya sendiri dalam
memahami konsep jabatan Raja milik Kristus ini.
Namun Alkitab dan fakta-fakta historis telah menjawab segala kesalahan
manusia mengenai konsep jabatan Raja milik Kristus tersebut. Alkitab dan fakta
historis telah menyatakan bahwa palungan tidak menjelaskan kemisikinan
Yesus, melainkan bukti kerendahan hati-Nya untuk umat manusia. Kerajaan
Kristus memiliki sifat sama seperti kerajaan yang ada di dunia ini, melainkan
bersifat kekal, rohani, telah ada, kini di sini dan yang akan datang, yang terfokus
kepada penebusan”23
Oleh karena itu, tidak ada kesalahan mengenai jabatan Raja milik Kristus.
Ia benarlah Raja bagi umat manusia di dalam Kerajaan Allah yang bersifat ilahi
tersebut.

23
Yakob Tomatala, Yesus Kristus Juruselamat Dunia, (Jakarta: YT Leadership Foundation,
2004), Hlm. 117

Anda mungkin juga menyukai