Anda di halaman 1dari 25

RANGKUMAN MATERI FILSAFAT ILMU ATAU LOGIKA

Kelompok 1 sampai 7

Nama : Novianti Krsitin Nenobais

Kelas :B

A. SEJARAH
1) Pengertian sejarah

Sejarah adalah kesinambungan atau rentetan suatu peristiwa/ kejadian


antara masa lampau, masa sekarang dan masa depan. Hal ini dapat
diketahui dari segi kronologis dan geografis, yang bisa dilihat dengan
kurun waktu dimana sejarah itu terjadi.
pengertian sejarah menurut kamus besar bahasa indonesia terdiri dari tiga
poin yaitu :
a) Sejarah merupakan asal-usul atau keturuna berupa silsila
b) Sejarah adalah kejadian yang benar-benar sudah pernah terjadi
pada masa lalu
c) Berupa pengetahuan atau penjelasan tentang kejadian
(peristiwa)yang sudah benar terjadi dimasa lampau.

2) Pengertian sejarah perkembangan ilmu meenurut Buku filsafat ilmu


dengan pengarang Prof. Dr. Suhartono Taat Putra, dr., MS.
Meenurut buku history and philodophy of science karangan L. W. H.
Hull (1950) ditterangkan bahwa setidaknya sejarah filsafat dan ilmu
pengetahuan dapat di bagi dalam tiga periode atau masa yaitu:
 Kelahiran Nabi Isa dan periode kebangkitan islam termasuk di
dalamnya tokoh-tokoh yang terkenal pada masa itu.
Pertama masa yang paling dasar atau pertama adalah adalah
periode filsafat Yunani (abad 6 SM-0 M). pada masa ini ahli
filsafatnya adalah Thales yang ahli filsafat astronomi dan
geometri. Dalam pengembaraan intelektualnya menggunakan
pola deduktif serta dalam masa transisi inilah, kemunculan
ilmu sangat berkemabang di kalangan para masyarakat.
Kedua periode kelahiran Nbi Isa (Abad 0-6 M). pada masa ini
pertentangan antara gerja yang diwakili oleh para pastur dan
para Raja yang pro kepada gereja.
Ketiga adalah periode kebangkita islam (Abad 6-13 M) pada
masa ini dunia Kristen eropa mengalami kegelapan, ada juga
yang menyatakan periode ini sebagai periode pertengahan .
Keempat adalah periode kebangkitan eropa (adad 14-20). Pada
masa kini Kristen yang berkuasa dan menjadi sumber otoritas
kebenaran dan mengalami kehancuran, abad kemunduran umat
Islam berbagai pemikiran Yunani muncul. Alur pemikiran
yang mereka anut adalah; Empiris dan Rasionalitas
3) Perkembangan ilmu pengetahuan setelah Abad ke-17
Sebenarnya pada abad ke-17 seorang filsuf skotlandia bernama David
Hume pernah mengungkapkan problem of induction, masalah yang
terkandung di dalam metode induksi atau di sebut juga metode
generalisasi. Hume menyatakan bahwa dta representatif, seberapapun
presentasenya tidak dapat di pakai secara logis untuk mengambil
kesimpulan terhadap seluru populas.
Misalnya ada 10 apel. Anda makan 1 terasa masam. Anda ambil lagi
dan mencicipi, terasa masam juga, anda ambil satu lagi dan stelah di
cicipi maka terasa masam juga.
4) Penjelasan perkembangan ilmu dari Periode Yunani Kuno sampai
pada Periode Kontemporer
Dalam setiap periode sejarah pekembangan ilmu pengetahuan
memiliki ciri khas atau karakteristik tertentu. Ilmu pengetahuan adalah
objekt tertentu yang disusun secara sistematis sebagai hasil penelitian
dengan menggunakan metode tertentu.Perbedaan antara ilmu
pengatahuan dan filsafat adalah sebagai berikut: Filsafat adalah
pengetahuan metodis, sistematis dan koheren tentang seluruh
kenyataan sedangkan ilmu pengetahuanadalah pengetahuan metodis,
sitematis dan koheren(bertalian) tentang suatu bidang tertentu dari
kenyataan. Ilmu pengetahuan juga memiliki objek penilitian tetapi
objek yang diteliti dalam ilmu pengetahuan lebih bersifat khusus
tentang alam dan manusia.keuda objek tersebut disebut dengan objek
Formal. Sedangkan Filsafat juga memiliki dua objek yang disebut
objek formal (lapangannya) dan objek material (sudut pandang).
Periode Yunani Kuno merupakan sebuah awal dari berkembangnya
Ilmu pengetahuan modern seperti sa’at ini. Yang paling ekstensi
dalam perkembangan ilmu pada era ini adalah filsafat, adalah yang
merupakan induk dari setiap ilmu pengetahuan. Zaman Yunani Kuno
dipandang sebagai zaman keemasan Filsafat, karena pada massa ini
orang memiliki kebebasan mengunkapkan ide-ide atau pendapatnya.
Bagsa Yunani Tidak menerima pengalaman yang di dasarkan dengan
sikap yang menerima begitu saja, melainkan dengan sikap yang
senang menganalisah atau mempelajari sesuatu secara kritis. Pada
masa ini Filsafat lebih bercorak “kosmosentris”, artinya para filsuf
pada waktu itu memusatkan perhatian mereka pada masalah-masalah
yang berkaitan dengan asala mula terjadinya alam semesta. Mereka
berupaya mencari jawaban tentang prinsip pertama (arkhe) dari dalam
semesta, karena itu mereka dikenal dengan julukan “Filsuf-Filsuf
alam”. Sedangkan perkembangan sejarah ilmu pengetahuan menurut
amsal bakhtiar yang dibagi menjadi empat periode
dijelaskan sebagai berikut:
 Periode Yunani Kuno
periode perkembangan filsafat Yunani merupakan entri poin
untuk memasuki peradaban baru umat manusia. Zaman ini
berlangsung dari abad 6 SM sampai dengan sekitar abad 6 M.
Zaman ini menggunakan sikap an inquiring attitude (suatu
sikap yang senang menyelidiki sesuatu secara kritis), dan tidak
menerima pengalaman yang didasarkan pada sikap receptive
attitude (sikap menerima segitu saja).
 Thales (624-545 SM)
Kurang lebih enam ratus tahun sebelum Nabi Isa (Yesus)
terlahir, muncul sosok pertama dari tridente Miletus yaitu
Thales yang menggebrak cara berfikir mitologis masyarakat
Yunani dalam menjelaskan segala sesuatu. Thales adalah filsuf
pertama sebelum masa Socrates. Menurutnya zat utama yang
menjadi dasar segala materi adalah air. Pada masanya, ia
menjadi filsuf yang mempertanyakan isi dasar alam.
 Pythagoras (580 SM–500 SM)
Pythagoras lahir di Samos (daerah Ioni), tetapi kemudian
berada di Kroton (Italia Selatan). Ia adalah seorang
matematikawan dan filsuf Yunani yang paling dikenal melalui
teoremanya.
 Periode Islam
Di saat Eropa pada zaman Pertengahan lebih berkutat pada isu-
isu keagamaan, maka peradaban dunia Islam melakukan
penterjemahan besar-besaran terhadap karya-karya filosof
Yunani, dan berbagai temuan di lapangan ilmiah lainnya.
Menurut Harun Nasution, keilmuan berkembang pada zaman
Islam klasik (650-1250 M). Keilmuan ini dipengaruhi oleh
persepsi tentang bagaimana tingginya kedudukan akal seperti
yang terdapat dalam al-Qur`an dan hadis.
 Masa renaisans dan modern
Ciri utama renaisans yaitu humanisme, individualisme,
sekulerisme, empirisisme, dan rasionalisme. Sains berkembang
karena semangat dan hasil empirisisme, sementara Kristen
semakin ditinggalkan karena semangat humanisme. Pengaruh
ilmu pengetahuan Islam atas Eropa yang sudah berlangsung
sejak abad ke-12 M itu menimbulkan gerakan kebangkitan
kembali (renaisance) pusaka Yunani di Eropa pada abad ke-14
M.
 Periode Kontemporer
Zaman ini bermula dari abad 20 M dan masih berlangsung
hingga saat ini. Zaman ini ditandai dengan adanya teknologi
teknologi canggih, dan spesialisasi ilmu-ilmu yang semakin
tajam dan mendalam. Pada zaman ini bidang fisika menempati
kedudukan paling tinggi dan banyak dibicarakan oleh para
filsuf.

B. ILMU PENGETAHUAN
1) Pengertian Ilmu Pengetahuan
Ilmu pengetahuan adalah suatu system pengetahuan dari berbagai
pengetahuan mengenai suatu lapangan pengalaman yang di susun
sedemikian rupa menurut asas – asas tertentu ,hingga menjadi
kesatuan atau system dari berbagai pengetahuan. Ilmu pengetahuan
juga bias merupakan upaya menyikap realitas secara tepat dengan
merumuskan objek material dan objek formal . Upaya penyikapan
realitas dengan memakai dua perumusan tersebut adalah menggunakan
rasio dengan empiris atau mensintesikan keduanya sebagai ukuran
sebuah kebenaran. Dewasa ini, ilmu pengetahuan yang becorak
empiristik dengan metode kuantitatif lebih dominan dan kehidupan
masyarakat.
2) Bentuk Ilmu Pengetahuan
Secara garis besar ,ilmu pengetahuan di bagi menjadi dua bentuk
yakni ilmu eksakta dan ilmu humaniora. Ilmu eksakta adalah
spesifikasi keilmuwan yang menitik beratkan pada hokum sebab
akibat, penilaian terhadap ilmu eksakta cenderung, menggunakan
metode observasi yang di gunakan sebagai cara penelitiannya dan
mengukur tingkat faliditasnya. Dari buku filsafat ilmu karya Amsal
Bakhtiar,ada beberapa pendapat yang menyatakan bahwa sumber ilmu
pengetahuan keluar dari 4 hal yaitu:
 Empirisme,menurut aliran ini seseorang bias memperoleh
pengetahuan dengan pengalaman inderawinya . Dengan indera
manusia bias menghubungkan hal-hal yang bersifat fisik
kemedan intensional.
 Rasionalisme,aliran ini menyatakan bahwa akal merupakan
satu-satunya sumber kepastian pengetahuan. Pengetahuan yang
di akui benar-benar semata-mata hanya di ukur dengan rasio.
 Intuisi,menurut Henry Bergson intuisi adalah hasil evolusi dari
pemahaman yang tertinggi. Intuisi bisa di katakan hampir sama
dengan insting.
 Wahyu, sumber ini hanya khusus di peroleh melalui para nabi
yang menerima pengetahuan langsung dari Tuhan semesta
alam.
3) Metode Pengetahuan
 Metode ilmiah
Sesuatu yang di anggap ilmiah apabila memiliki patokan yang
merupakan rambu-rambu untuk menentukan benar atau salah.
Ilmu pengetahuan di anggap alamiah apabila memenuhi 4
syarat yaitu:
 Objektif,pengetahuan itu sesuai dengan objek
 Metodik,pengetahuan itu di peroleh dengan cara-
cara tertentu dan terkontrol
 Sistematika,pengetahuan itu tersusun dalam suatu
sistem, tidak berdiri sendiri, satu sama lain saling
berkaitan
 Berlaku umum atau universal.
Ada 2 pokok untuk memperoleh pengetahuan yaitu:
 Empiris yaitu pengetahuan yang di susun berdasarkan
pengalaman
 Rasionalisme yaitu pengetahuan yang di susun
berdasarkan rasio.

4) Keterbatasan dan Keunggulan Ilmu Pengetahuan


 Keterbatasan indera manusia penglihatan, pendengaran,
pengecapan, pembauan, penginderaan, penginderaan dalam
dan keterbatasan ruang dan waktu. Metode ilmiah tidak
mampu menjangkau dalam membuat kesimpulan tentang baik
dan buruknya termasuk tidak menjangkau seni dan keindahan.
 Keunggulan metode ilmiah
 Memiliki rasa ingintahu yang tinggi dan rasa ingin
belajar yang tinggi
 Tidak menerima kebenaran tanpa bukti
 Jujur
 Terbuka
 Sekiptis(bersikaphati-hati)
 Optim
C. Hakekat Pengetahuan
Pengetahuan berkembang dari rasa ingin tahu yang merupakan ciri khas
manusia karana manusia adalah satu-satunya mahkluk yang mengembangkan
pengetahuan secara sunggunh-sungguh . Bianatang juga mempunyai
pengetahuan namaun pengetahunnya terbatas untuk melansungkan hidupnya (
survival). Pengetahuan ini mampu dikembangkan manusia yang disebabkan
dua hal utama, yakni pertama manusia mempunyai Bahasa yang mampu
mengkomunikasikan informasi dan jalan pikiran yang melatarbelakangi
informasi tersebut. Kedua yang menyebabkan manusia mampu
mengembangkan pengetahuannya dengan cepat dab mantap adalah
kemampuan berpikir menurut suatu alur kerangkan berpikir tertentu. Pada
dasarnya ada dua teori untuk mengetahui hakekat pengetahuan itu sendiri
yaitu:
 Realisme
Teori ini mempunyai pandangan realistis terhadap alam. Pengetahuan
menurut realisme adalah gambaran atau kopi yang sebenarnya dari apa
yang ada dalam alam nyata (Fakta atau hakekat).
Dengan demikian , realisme berpendapat bahwa pengetahuan adalah
benar dan tepat bisa sesuai dengan kenyataan.
Ajaran realisme percaya bahwa dengan sesuatu atau lain cara, ada hal-
hal yang hanya terdapat di dalam dan tentang dirinya sendiri, serta
yang hakikatnya tidak terpengaruh oleh seseorang . Contohnya, fakta
menunjukan, suatu menja tetap bagaimana adanya, kendati tidak ada
orang di dalam ruangan itu yang menangkapnya. Jadi meja itu tidak
tergantung pada gagasan kita mengenainya, tetapi tergantung pada
meja tersebut.
 Idealisme
Ajaran Idealisme menegaskan bahwa untuk mendaptkan pengetahuan
yang benar-benar sesuai dengan kenyataan adalah mustahil.
Pengetahuan adalah proses-proses mental atau proses psikologis yang
bersifat subjektif. Oleh karna itu, pengetahuan bagi seorang idealis
hanya merupakan gambaran subjektif dan bukan gambaran objektif
sebagai gambaran realitas. Ubjektif di pandang sebagaisuatu yang
mengetahui, dari orang yang membuat gambaran tersebut. Karna itu
pengetahun menurut teori ini tidak menggambarkan hakikat
kebenaran. Yang diberikan pengetahun hanyalah gambaran menurut
pendapat atau penglihatan orang yang mengetahui (subjek).

Kalau realisme mempertajamkan perbedaan antara yang mengtahui


dan yang tidak diketahui, maka idealism adalah sebaliknya. Bagi
idealisme, dunia dan bagian-bagiannya harus di pandang sebagai hal-
hal yang mempunyai hubungannya seperti organ tubuh dengan bagian-
bagiannya. Dunia merupakan suatu kebulatan bukan kesatuan
mekanik, tetapi kebulatan organic yang sesungguhnya yang
sedemikian rupa, sehingga satu bagian darinya di pandang sebagai
kebulatan logis, dengan makna inti yang teladan.

D. Ontologi

Menurut bahasa, Ontologi berasal dari bahasa Yunani yaitu : On/Ontos = ada,
dan Logos = ilmu. Jadi, ontologi adalah ilmu tentang yang ada. Sedangkan
menurut istilah Ontologi adalah ilmu yang membahas tentang hakikat yang ada,
yang merupakan ultimatereality baik yang berbentuk jasmani/konkret maupun
rohani/abstrak.

Sebuah ontologi juga dapat diartikan sebuah struktur hirarki dari istilah untuk
menjelaskan sebuah domain yang dapat digunakan sebagai landasan untuk sebuah
knowledgebase”.

Dengan demikian, ontologi merupakan suatu teori tentang makna dari suatu
objek, property dari suatu objek, serta relasi objek tersebut yang mungkin terjadi
pada suatu domain pengetahuan. Ringkasnya, pada tinjauan filsafat, ontologi
adalah studi tentang sesuatu yang ada.
a. Aliran-aliran Ontologi
 Aliran Monoisme
Aliran ini berpendapat bahwa yang ada itu hanya satu, tidak mungkin
dua.Plato adalah tokoh filsuf yang bisa dikelompokkan dalam aliran ini,
karena ia menyatakan bahwa alam ide merupakan kenyataan yang
sebenarnya. Istilah monisme oleh Thomas Davidson disebut dengan
BlockUniverse. Paham ini kemudian terbagi ke dalam dua aliran :
materialisme dan idealisme.
 Aliran Dualisme
Aliran ini berpendapat bahwa benda terdiri dari dua macam hakikat
sebagai asal sumbernya, yaitu hakikat materi dan hakikat rohani, benda
dan roh, jasad dan spirit. Hubungan keduanya menciptakan kehidupan
dalam alam ini.
 Aliran Pluralisme
Aliran ini berpandangan bahwa segenap macam bentuk merupakan
kenyataan.Pluralisme bertolak dari keseluruhan dan mengakui bahwa
segenap macam bentuk itu semuanya nyata.
 Aliran Nihilisme
Nihilisme berasal dari bahasa Latin yang berarti nothing atau tidak ada.
Istilah nihilisme diperkenalkan oleh Ivan Turgeniev pada tahun 1862 di
Rusia.
 Aliran Agnostisisme

Kata agnostisisme berasal dari bahasa Grik Agnostos, yang berarti


unknown. A artinya not, gno artinya know. A artinya not, gno artinya
know. Timbulnya aliran ini dikarenakan belum dapatnya orang mengenal
dan mampu menerangkan secara konkret akan adanya kenyataan yang
berdiri sendiri dan dapat kita kenal.

b. Aspek-aspek Ontoligi ilmu pengetahuan


 Metodis
Menggunakan cara ilmiah, berarti dalam proses menemukan
danmengolah pengetahuan menggunakan metode tertentu, tidak
serampangan.
 Sistematis
Saling berkaitan satu sama lain secara teratur dalam suatu
keseluruhan. berarti dalam usaha menemukan kebenaran dan
menjabarkan pengetahuan yang diperoleh, menggunakan langkah-
langkah tertentu yang teratur dan terarah sehingga menjadi suatu
keseluruhan yang terpadu.
 OKoheren
Unsur-unsurnya harus bertautan,tidak boleh mengandung uraian yang
bertentangan. berarti setiap bagian dari jabaran ilmu pengetahuan itu
merupakan rangkaian yang saling terkait dan berkesesuaian
(konsisten).
 Rasional
Harus berdasar pada kaidah berfikir yang benar (logis)
 Komprehensif
Melihat obyek tidak hanya dari satu sisi/sudut pandang, melainkan
secara multidimensional – atau secara keseluruhan (holistik).
 Radikal
Diuraikan sampai akar persoalannya, atau esensinya
 Universal
Muatan kebenarannya sampai tingkat umum yang berlaku di mana
saja.
c. MANFAAT MEMPELAJARI ONTOLOGI
 Ontologi yang merupakan salah satu kajian filsafat ilmu mempunyai
beberapa manfaat, di antaranya sebagai berikut:
 Membantu untuk mengembangkan dan mengkritisi berbagai bangunan
sistem pemikiran yang ada.
 Membantu memecahkan masalah pola relasi antar berbagai eksisten
dan eksistensi.
 Bisa mengeksplorasi secara mendalam dan jauh pada berbagai ranah
keilmuan maupun masalah, baik itu sains hingga etika

E. Epistemologi
Istilah “Epistemologi” berasal dari bahasa Yunani yaitu “episteme” yang
berarti pengetahuan dan ‘logos” berarti perkataan, pikiran, atau ilmu. Kata
“episteme” dalam bahasa Yunani berasal dari kata kerja epistamai, artinya
menundukkan, menempatkan, atau meletakkan. Maka, secara harafiah
episteme berarti pengetahuan sebagai upaya intelektual untuk menempatkan
sesuatu dalam kedudukan setepatnya. Bagi suatu ilmu pertanyaan yang
mengenai definisi ilmu itu, jenis pengetahuannya, pembagian ruang
lingkupnya, dan kebenaran ilmiahnya, merupakan bahan-bahan pembahasan
dari epistemologinya. Epistemologi sering juga disebut teori pengetahuan
(theory of knowledge). Epistemologi lebih memfokuskan kepada makna
pengetahuan yang berhubungan dengan konsep, sumber, dan kriteria
pengetahuan, jenis pengetahuan, dan lain sebagainya.
1) Ruang Lingkup Epistemologi
M. Arifin merinci ruang lingkup epistemologi, meliputi hakekat,
sumber dan validitas pengetahuan. Mudlor Achmad merinci menjadi
enam aspek, yaitu hakikat, unsur, macam, tumpuan, batas, dan sasaran
pengetahuan. penyederhanaan makna epistemologi itu berfungsi
memudahkan pemahaman seseorang, terutama pada tahap pemula
untuk mengenali sistematika filsafat, khususnya bidang epistemologi.
2) Epistemologi dalam ilmu pengetahuan
 Empirisme
menurut aliran ini manusia memperoleh pengetahuan melalui
pengalaman (empereikos = pengalaman).
 Rasionalisme,
Aliran ini menyatakan bahwa akal (reason) merupakan dasar kepastian
dan kebenaran pengetahuan, walaupun belum didukung oleh fakta
empiris.
 Intuisi,
Dengan intuisi, manusia memperoleh pengetahuan secara tiba-tiba
tanpa melalui proses penalaran tertentu. Henry Bergson menganggap
intuisi merupakan hasil dari evolusi pemikiran yang tertinggi, tetapi
bersifat personal.
 Wahyu
Pengetahuan yang bersumber dari Tuhan melalui hamba-Nya yang
terpilih untuk menyampaikannya (Nabi dan Rasul). Melalui wahyu
atau agama, manusia diajarkan tentang sejumlah pengetahuan baik
yang terjangkau ataupun tidak terjangkau oleh manusia.
 Keyakinan (Faith)
Keyakinan adalah suatu kemampuan yang ada pada diri manusia yang
diperoleh melalui kepercayaan.
3) Aliran-aliran epistemologi
 Empirisme
Kata empiris berasal dari kata yunani empieriskos yang berasal dari
kata empiria, yang artinya pengalaman. Menurut aliran ini manusia
memperoleh pengetahuan melalui pengalamannya. Dan bila
dikembalikan kepada kata yunaninya, pengalaman yang dimaksud
ialah pengalaman inderawi. Manusia tahu es dingin karena manusia
menyentuhnya, gula manis karena manusia mencicipinya.
 Rasionalisme
Secara singkat aliran ini menyatakan bahwa akal adalah dasar
kepastian pengetahuan. Pengetahuan yang benar diperoleh dan diukur
dengan akal. Manusia, menurut aliran ini, menmperoleh pengetahuan
melalui kegiatan akal menangkap objek. Bapak aliran ini adalah
Descartes (1596-1650).
 Positivisme
Tokoh aliaran ini adalah august compte (1798-1857). Ia menganut
paham empirisme. Ia berpendapat bahwa indera itu sangat penting
dalam memperoleh pengetahuan. Tetapi harus dipertajam dengan alat
bantu dan diperkuat dengan eksperimen. Kekeliruan indera akan dapat
dikoreksi lewat eksperimen. Eksperimen memerlukan ukuran-ukuran
yang jelas. Misalnya untuk mengukur jarak kita harus menggunakan
alat ukur misalnya meteran, untuk mengukur berat menggunakan
neraca atau timbangan misalnya kiloan.
 Intuisionisme
Henri Bergson (1859-1941) adalah tokoh aliran ini. Ia menganggap
tidak hanya indera yang terbatasa, akal juga terbatas. Objek yang selalu
berubah, demikian bargson. Jadi, pengetahuan kita tentangnya tidak
pernah tetap. Intelektual atau akal juga terbatas.
 Kritisme
Aliran ini muncul pada abad ke-18 suatu zaman baru dimana seseorang
ahli pemikir yang cerdas mencoba menyelesaikan pertentangan antara
rasionalisme dengan empirisme. Seorang ahli pikir jerman Immanuel
Kant (1724-18004) mencoba menyelesaikan persoalan diatas, pada
awalnya, kant mengikuti rasionalisme tetapi terpengaruh oleh aliran
empirisme.
 Pragmatisme.
Menurut kaum pragmatisme tidaklah dikatakan pengetahuan, jika tidak
membawa pada perubahan bagi kehidupan manusia. Jadi nilai
pengetahuan dilihat dari kadar instrumentalianya yang akan membawa
pada akibat-akibat, baik yang, setelah atau yang akan dihasilkan oleh
ide pikiran dalam dunia pengalaman nyata. Menurut kaum
pragmatisme, guru harus mengonstruksi situasi belajar dengan
menempatkan problem tertentu yang pemecahannya akan membawa
siswa pada pemahaman yang lebih baik akan lingkungan social dan
fisik mereka.
 Eksistensialisme.
Epistemologi Eksistensialisme adalah suatu eksistensi yang dipilih
dalam kebebasan. Bereksistensi berarti bereksistensi dalam suatu
perbuatan yang harus dilakukan oleh setiap orang bagi dirinya sendiri.
Pilihan bukanlah soal konseptual melainkan soal komitmen total
seluruh pribasi individu. Berangkat dari kebebasan sebagai corak
bereksistensi, demikian tidak menempatkan individu ke dalam realitas
yang abstrak tetapi individu dilihat sebagai satu pribadi yang sungguh
hadir dan konkrit.
4) Pengaruh Epistemologi terhadap manusia
Secara global epistemologi berpengaruh terhadap peradaban manusia.
Suatu peradaban, sudah tentu dibentuk oleh teori pengetahuannya.
Epistemologi mengatur semua aspek studi manusia, dari filsafat dan
ilmu murni sampai ilmu sosial. Epistemologi dari masyarakatlah yang
memberikan kesatuan dan koherensi pada tubuh, ilmu-ilmu mereka itu
—suatu kesatuan yang merupakan hasil pengamatan kritis dari ilmu-
ilmudipandang dari keyakinan, kepercayaan dan sistem nilai mereka.
Epistemologilah yang menentukan kemajuan sains dan teknologi.
Epistemologi menjadi modal dasar dan alat yang strategis dalam
merekayasa pengembangan-pengembangan alam menjadi sebuah
produk sains yang bermanfaat bagi kehidupan manusia. Demikian
halnya yang terjadi pada teknologi. Meskipun teknologi sebagai
penerapan sains, tetapi jika dilacak lebih jauh lagi ternyata teknologi
sebagai akibat dari pemanfaatan dan pengembangan epistemologi.
Epistemologi dalam ilmu filsafat akan terus mendorong manusia untuk
selalu berfikir dan berkreasi menemukan dan menciptakan sesuatu
yang baru.

F. Aksiologi
Aksiologi adalah cabang ilmu yang mempelajari dan mempertanyakan
bagaimana manusia menggunakan ilmunya. Aksiologi membahas tentang
etika dan estetika, dengan demikian Aksiologi adalah studi tentang pprinsip-
prinsip dan konsep yang mendasari penilaian terhadap perilaku manusia.
Contonya tindakan membedakan benar atau salah menurut moral, apakah
kesenangan merupakan ukuran dapat dikatakan sebagai ukuran yang baik,
apakah putusan moral bertindak sewenang-wenang atauu sekehendak hati,
dan apakah sebuah seni itu indah atau tidak indah. Istilah aksiologi berasal
dari perkataan axios (Yunani) yang berarti nilai, dan logos yang berarti ilmu
atau teori. Jadi aksiologi adalah “ teori tentang nilai”.dapat dipahami bahwa
aksiologi adalah ilmu yang mempelajari tentang nilai.
Pada tingkatan ini, aksiologi berperan sebagai sarana proses sosialisasi
manusia. Aksiologi mengajarkan nilai-nilai yang ada dalam kehidupan, yang
berfungsi sebagai mengontrol sifat keilmuan manusia.
a. Pengertian Etika dan Estetika
 Etika
Etika memiliki dua arti, yaitu sebagai kumpulan pengetahuan
mengenai penilaian terhadap perbuatan manusia dan suatu predikat
yang digunakan untuk membedahkan nilai baik atau buruk perbuatan
manusia lainnya. Etika berasal dari bahasa Yunani Kuno yang berarti
“ethikos”yang berarti timbul dari kebiasaan. Artinya merupakan suatu
dimana dan bagaimana cabang utama filsafat yang mempelajari
tentang nilai atau kualitas yang menjadi studi atau standard dan
penilaian. Etika mencakup implementasi konsep terhadap penilaian
benar, salah, baik, buruk, dan tanggung jawab. Etika adalah ilmu yang
menjelaskan tentang nilai baik atau buruk. Adapun etika adalah filsafat
yang memuat pendapat, norma dan istilah moral. Etika menilai
perbuatan manusia, sehingga dapat dikatakan bahwa 0bjek formal etika
adalah norma-norma kesusilaan manusia. Dalam perkembangan
sejarah etika ada empat teori etika sebagai sistem filsafat moral yaitu
utiliterisme, eudemonisme, deontology, teleologis, dan hedonisme.
 Estetika
Estetika subjektif adalah bagian filsafat tentang nilai dan penilaian
yang memandang karya manusia dari sudut indah dan jelek. Maka
dapat dipahami nilai seni dan keindahan subjektif adalah yang
tergantung pada cara pandak subjek, yaitu manusia memiliki
pandangan tersendiri yang berbeda-beda pada sebuah objek sesuai
kadar perasaan dan intelektualitasnya. Karena subjek adalah sumber
penentu yang menyatakan indah atau tidak indah sebuah objek
sehingga objek bersifat tidak tetap dan akan berubah-ubah sesuai
pendangan subjek. Estetika adalah teori indah dan tidak indah yang
meliputi dua buah diskursus, yaitu subjektif dan objektif. Estetika
subjektif adalah yang tergantung pada cara pandang subjek, sedangkan
Estetika objekrif adalah seni dan keindahan yang bersifat pada objek,
yaitu bahwa manusi memandang seni tersebut indah atau tidakk
tergantung pada keadaan objek tersebut berdasarkan pada
kenyataannya.
Aksiologi merupakan salah satu penemuan penting dalam masa filsafat
dewasa ini. Aksiologi secara mendasar mangadakan perbedaan antara
hakikat ada (being) yang dibahas dalam Antologi dengan hakikat nilai
(value). Hakikat nilai mulai di bedakan dari permasalahan hakikat ada
sejak abad XIX. Pemikiran tentang masalah nilai-nilai keindahan,
kebaikan, dan religious sejak abad XIX telah muncul dalam
pembahasan sistematis yang bediri sendiri, yaitu dengan
melepaskannya dari bahasan antologi. Permasalahan tentang nilai-nilai
keindahan dan kebaikan, dan religious sebgai objek material di bahas
di Aksiologi dari sudut pandang objek formal pengertiannya yang
terdalam yaitu sampai pada hakikatnya.
 Objek Material dan Formal
Pembahasan tentang objek material dan objek formal
Aksiologi Frondizi (1963:5). Objek material (bahan bahasan)
Aksiologi adalah nilai. Nilai-nilai Aksiologi terutama meliputi
kebenaran, kebaikan, keindahan, dan religius. Nilai kebenaran
dalam hubungan dengan pengetahuan di bahas oleh
epistemology. Nilai kebaikan dalam hubungannya dengan
moralitas dibahas oleh etika. Nilai keindahan dalam
hubungannya dengan seni dibahas ole estetika dan filsafat seni.
Nilai religius dalam hubungannya dengan keyakinan dibahas
oleh oleh filsafat ketuhanan.
 Aksiologi membahas tentang nilai-nilai secara teoretis filsafat,
sehingga tidak langsung bersifat operasional. Faedah praktis
aksiologi akan tampak apabila dieksplistkan dengan
menghadapkannya kepada berbagai masalah kehidupan yang
dinamis atau selalu silih berganti melalui refleksi yang rasional
sehingga akan terungkap makna faeda praktisnya.

b. Pengertian, ciri-ciri, dan wujud nilai


 Pengertian Nilai
Dari pandangan di atas nilai dapat dikelompokan menjadi dua
pendangan, yaitu objektif dan subjektif. Pandangan objektif dapat
diketahui melalui pemberian arti sebagai berikut:

a.Nilai adalah keistimewaan, keunggulan yang dianggap baik sehingga


dihormati, dihargai, dan ditinggikan.
b.Nilai adalah kualitas baik atau benar atau indah yang dapat
meniimbulkan minat.
c.Nilai adalah kualitas preferensi, yaitu kualitas yang disukai dengan
kesepakatan minat manusia.
Pandangan bahwa adanya nilai bersifat subjektif dapat diketahui
melalui pemberian arti sebagai berikut:
a.Nilai disamakan dengan kepuasan, keinginan, dan kenikmatan.
b.Nilai disamakan dengan kegunaan.
c.Nilai disamakan dengan cita-cita atau tujuan bersama.
 Ciri-ciri Nilai
 Nilai sebagai kualitas empiris
Kualitas empiris adalah kualitas yang diketahui melalui
pengelaman. Panjang, lebar, berat, dan keadaan adalah kualitas
empiris primer. Kualitas primer adalah kualitas yang harus ada
untuk objek yang berwujud. Kualitas empiris primer meliputi
warna, bau, dan rasa yang dapat dialami melalui alat-alat
indrawi. Karena itu nilai berbeda dengan kualitas empiris dapat
dialami secara akal langsung yang intiutif, bukan hasil
penyimpulan akal dari data indra. Nilai merupakan pengertian
semesta atau universal dan merupakan kualitas psiko-spiritual.
 Nilai sebagai objek universal
Minat yang hakiki menuju pada nilai-nilai yang hakiki dan
abadi, sedangkan minat yang sementara tertuju pada nilai-nilai
instrumental atau sementara. Nilai-nilai kualitas untuk
memenuhi minat yang abadi dan universal.
 Nilai bersifat pragmatis yang objektif
Pragmatism mendasarkan diri di atas akibat-akibat sehingga
pandangannya tentang nilai juga didasarkan pada akibat. Nilai
adalah akibat dari minat. Pandangan Pragmatisme tersebut
tidak sepenuhnya benar. Minato rang satu per satu
sesungguhnya tidak menyebabkan suatu objek bernilai.
Kualitas nilai yang melekat pada objek itu yang menyebabkan
yang menanggapinya memberi penilaian sebgai suatu yang
bernilai. Nilai bukan sesuatu yang dicari untuk ditemukan.
 Nilai sebagai kualitas apriori
Cirri nilai sebagai apriori dianalisis dari penjelasan Kattsoff
dalam menanggapi pandangan yang objektivistis, bahwa nilai
merupakan kualitas tidak empiris. Nilai dikategorikan sebagaii
esensi merupakan akibat dari pandangan realistis tentang nilai.
 Wujud Nilai
Kottsoff menjelaskan bahwa pandangan-pandangan tentang wujud
nilai dapat dikelompokkan menjadi tiga aliran, yaitu:
a. Subjektivisme berpendirian bahwa nilai-nilai merupakan reaksi-
reaksi yang diberikan oleh manusia sebagai pelaku dan keberadaannya
tergantung pada pengalaman-pengalaman.
b. Objektivisme logis berpendirian bahwa nilai-nilai merupakan
kenyataan ditinjau dari segi ontologi, tetapi tidak terdapat dalam ruang
dan waktu. Nilai-nilai merupakan esensi-esensi logis dan dapat
diketahui melalui akal.
c. Objektivisme metafisika berpendirian bahwa nilai-nilai merupakan
unsure-unsur objektif yang menyusun kenyataan.

G. Struktur Ilmu Pengetahuam

Struktur Ilmu pengetahuan merupakan suatu bagian yang sangat luas karena
Ilmu pada dasarnya memilki metode Induktif-Empiris untuk memperoleh
ilmu pengetahuan.

Ilmu itu bagaikan “bangunan yang tersusun dari batu bata” batu-batu itu
tersusun saru persatu dengan begitu baik dan rapi sehingga membentuk suatu
kesatuan yang sangat bagus, semakin banyak batu bata yang tersusun maka
semakin megah pula bangunan itu. Begitu pula dengan Illmu pengetahuan
jika semakin banyak dicari dan dipelajari maka akan semakin banyak dan
bertambah pula pengetahuan yang dapat sehingga berguna bagi bagi
kehidupan kita sendiri. Adapun beberapa kerangkah dasar procedure dalam
struktur ilmu pengetahuan :
Metode Ilmiah metode ilmiah merupakan suatu procedure untuk
mendapatkan pengetahuan yang disebut Ilmu. Jadi bisa dikatakan bahwa
Ilmu merupakan pengetahuan yang didapatkan melalui metode ilmiah. Tidak
semua pengetahuan disebut dengan ilmu sebab ilmu merupakan pengetahuan
yang didapatkan dengan memenuhi syarat-syarat tertentu. Metode merupakan
suatu procedure atau cara mengetahui sesuatu, yang mempunyai langkah-
langkah sistematis. Metode yang akan dipakai juga harus dikaji dan dipelajari
dengan baik peraturan dalam metode tersebut, sebab metode yang digunakan
untuk mencari sebuah ilmu juga mempunyai aturan-aturan atau yang biasa
disebut dengan Metodologi, setelah metode itu dikaji maka metode tersebut
akan dibahas mengenai bagaimanakah untuk mendapatkan pengetahuan atau
Epistimologi.
Hipotesis, adalah pernyataan sementara tentang hubungan antara variabel.
Hungna hipotesma berupa dugaan atau teori untuk menjelaskan kemungkinan
tersebu, dengan dasar coba-coba dengan fungsi untuk merangkum data sebaik
mungkin sehingga hubungan yang kita dugakan dapat tergambar dengan jelas
dan yang dugaan yang diajukan pun bersifat sementara.
Logika, atau berpikir membuahkan pengetahuan, bagaimana caranya agar
penalaran dapat menghasikan kebenaran? Sebab semau orang mampu untuk
berpikir dan melakukan penalaran tetapi tidak semua orang mampu berpikir
dan menghasilkan kebenaran bukan saja benar tetapi kebenaran itu bersifat
baik, untuk itu proses berpikir juga memilki cara-cara tertentu untuk menarik
suatu kesimpulan, proses penarikan kesimpulan inila yang disebut dengan
logika yang artinya “pengkajian berpikir secara valid” .
Data-informasi, tahapan ini dalam sangat dipakai dalam metode keilmuan,
sebab semua kegiatan keilmua berawal dari pengumpulan-pengumpulan data-
informasi lalu data-data tersebut akan dituangkan dalam bentuk pernyataan-
pernyataan, lalu semua pernyataan akan diidentifikasi, dianalisis,
dibandingakan, serta membedakan fakta-fakta yang tetap bergantung pada
klasifikasi yang disebut taksonomi dan ilmu modern terus berusaha umetode
keilmuan, sebab semua kegiatan keilmua berawal dari pengumpulan-
pengumpulan data-informasi lalu data-data tersebut akan dituangkan dalam
bentuk pernyataan-pernyataan, lalu semua pernyataan akan diidentifikasi,
dianalisis, dibandingakan, serta membedakan fakta-fakta yang tetap
bergantung pada klasifikasi yang disebut taksonomi dan ilmu modern terus
berusaha untuk menyempurnakan taksonomi untuk bidang keilmuan.
Pembuktian, segala yang kita lakukan yang belum kita katahui kepastian
maka kita akan berusaha untuk mencari suatu bukti untuk membenarkan suatu
masalah. Pembuktian yang didapatkan akan semakin membuktikan dan
membenarkan hal tersebut. Hipotesis yang telah ditentukan biasanya bersifat
sementara lewat pembuktian inilah hipotesis tersebut dicari kebenaranya.
Evaluasi,dalam hal ini yaitu melakukan penjelasan serta penilaian rangkaian
metode ilmiah apakah sebuah hipotesis yang diajukan ditolak atau diterim.
Sekiranya dalam proses pengujian hipotesis tidak terdapat fakta-fakta yang
cukup maka hipotesis tersebut ditolak. Hipotesis yang diterima kemudia
diangap menjadi bagian dari penegtahuan ilmiah sebelumnya serta teruji
kebenarnya.
Paradigma, merupakan struktur ilmu pengetahuan yang terahir yang perlu
diketahui.Paradigma merupakan seperangkat kenyakinan atau dasar yang
menutut seseorang untuk bertindak dalam kehidupan sehari-hari. Sedangkan
menurut Guba paradigma ilmu pengetahuan mempunyai definisi bahwa
seperangakat kenyakinan mendasar yang memandu tindakan-tindakan
manusia dalam keseharian atau penyelidikan ilmiah.

 Peran struktur nilai


Kemajuan ilmu pengetahuan menjadikan manusia semanusia semakin
melaju dalam peradaban termasuk pula kejiwaan, sikap dan pengambilan
keputusan tertentu yang didasarkan pada pengetahuan yang dimiliki oleh
seseorang. Semakin baik pengetahuan yang dimiliki maka akan berpengaruh
baik pada seluruh aspek kehidupan orang tersebut. Kebenaran akan dilihats
secara persial pemutlakan dan pemabatasan secara feudal menjadi fatwa.
Aspek Ketuhan dan kemajemukan manusia dikemudiankan.Sekulerisme dan
homo hominilupus menjadi citra kehidupan. Krisis kultur benar-benar
melanda manusia sampai pada sendi-sendi dalam diri dan kehidupannya.
Nilai-nilai kultrul yang utuh dan kompleks dipersempit dalam nilai-nilai
peradaban modern yang sifatnya determinasi. Hal ini menyebabkan krisis
kultural yang melanda manusia, sehingga kita diperhadapkan dengan
kecongkakan, kesewenang-wenangan dan absurditas dalam
kehidupan.Epistemology ialah proses dalam cara manusia berada dengan
budaya, akal pikiran, pengalaman, intuisi, relasi serta kenyakinan yang khas
manusia semakin tercabut. Ini menjadikan gerakan pencerahan, positivisme,
intelektualisme, sekularisme, postmodernisme dan lainnya menjadi kekuatan
baru, yakni kekutan pengetahuan. Hal yang kembali dipersoalkan “apakah
manusia untuk pengetahuan atau pengetahuan untuk manusia”.

 Jenis-jenis ilmu pengetahuan

Ilmu Murni (pure science), Yang dimaksud dengan Ilmu murni adalah
ilmu tersebut hanya murni bermanfaat untuk ilmu itu sendiri dan
berorientasi pada teoritisasi, dalam arti ilmu pengetahuan murni tersebut
terutama bertujuan untuk membentuk dan mengembangkan ilmu
pengetahuan secara abstrak yakni untuk mempertinggi mutunya.

Ilmu Praktis (applied science), Yang dimaksud dengan ilmu praktis


adalah ilmu tersebut praktis langsung dapat diterapkan kepada masyarakat
karena ilmu itu sendiri bertujuan untuk mempergunakan hal ikhwal ilmu
pengetahuan tersebut dalam masyarakat banyak.

Ilmu Murni (pure science), Yang dimaksud dengan Ilmu murni adalah
ilmu tersebut hanya murni bermanfaat untuk ilmu itu sendiri dan
berorientasi pada teoritisasi, dalam arti ilmu pengetahuan murni tersebut
terutama bertujuan untuk membentuk dan mengembangkan ilmu
pengetahuan secara abstrak yakni untuk mempertinggi mutunya.
Sedangkan dalam fungsi kerjanya (paradigmatic), ilmu juga dapat
dibedakan atas berikut ini: Ilmu teoritis rasional, Ilmu teoritis rasional
adalah ilmu yang memakai cara berpikir dengan , sangat dominan,
deduktif dan mempergunakan silogisme, misalnya dogmatis hukum. Ilmu
empiris praktis, Ilmu empiris praktis adalah ilmu yang cara
penganalisaannya induktif saja, dalam pekerjaan social atau dalam
mewujudkan kesejahteraan umum dalam masyarakat. Ilmu teoritis empiris,
Ilmu teoritis empiris adalah ilmu yang memakai cara gabungan berpikir,
induktif-deduktif atau sebaliknya deduktif-induktif.
H. Moralitas Ilmu Pengetahuan
 Pengertian Ilmu dan Moral

Secara etimologi, kata ilmu merupakan kata serapan dari bahasa Arab
“ilm” yang berarti memahami, mengerti atau mengetahui. Dalam kaitan
penyerapan katanya, ilmu pengetahuan dapat berarti memahami suatu
pengetahuan dan ilmu sosial dapat berarti mengetahui masalah-masalah
sosial dan lain sebagainya.

Istilah moral berasal dari bahasa Latin. Bentuk tunggal kata ‘moral’ yaitu
‘mos’ sedangkan bentuk jamaknya yaitu ‘mores’ yang masing-masing
mempunyai arti yang sama yaitu kebiasaan, adat.

 Hakikat Hubungan Antara Ilmu dan Moral


Ilmu dan moral adalah dua kata yang memiliki makna berbeda namun
sebenarnya kedua makna kata tersebut saling melengkapi dan berhubungan
erat dengan kepribadian seseorang. Seperti yang telah diutarakan bahwa
ilmu bisa menjadi malapetaka kemanusiaan jika seseorang
memanfaatkannya tidak bermoral atau paling tidak mengindahkan nilai-
nilai moral yang ada. Tetapi sebaliknya, ilmu akan menjadi rahmat bagi
kehidupan manusia jika dimanfaatkan secara benar dan tepat serta
mengindahkan aspek moral. Sejak saat pertumbuhannya ilmu sudah terkait
dengan masalah-masalah moral namun dalam perspektif.
 Pentingnya Ilmu dan Moral
llmu merupakan sesuatu yang penting bagi kehidupan manusia. Karena
dengan ilmu manusia dapat memperpendek proses pencapaian semua
keperluan dan kebutuhannya sehingga bisa terpenuhi secara cepat dan
mudah. Ilmu juga telah banyak berpengaruh terhadap kehidupan
manusia seperti halnya memberantas penyakit, kelaparan, kemiskinan,
dan berbagai wajah kehidupan yang sulit lainnya. Dengan kemajuan
ilmu juga manusia bisa merasakan kemudahan lainnya seperti
transportasi, pemukiman, pendidikan, komunikasi, dan lain
sebagainya. Singkatnya ilmu merupakan sarana untuk membantu
manusia dalam mencapai tujuan hidupnya.
Meski sedemikian pentingnya kedudukan ilmu di dalam kehidupan
manusia, harus kita kritisi apakah ilmu selalu merupakan sesuatu yang
bermanfaat bagi manusia? Dan memang sudah terbukti dengan
kemajuan ilmu pengetahuan, manusia dapat menciptakan berbagai
bentuk teknologi. Misalnya, pembuatan bom yang pada awalnya untuk
memudahkan kerja manusia (pekerjaan menambang, misalnya), namun
kemudian dipergunakan untuk hal-hal yang bersifat negatif yang
menimbulkan malapetaka bagi umat manusia itu sendiri, seperti yang
terjadi di Hiroshima dan Nagasaki bertahun-tahun lalu. Disinilah
kemudian ilmu harus di letakkan secara proporsional dan memihak
pada nilai-nilai kebaikan dan kemanusian. Sebab, jika ilmu tidak
berpihak pada nilai-nilai, maka yang terjadi adalah bencana dan
malapetaka.
 Moralitas Ilmu Pengetahuan
Manusia sebagai manipulator dan articulator dalam mengambil
manfaat dalam ilmu pengetahuan. Dalam psigkologi, dikenal konsep
diri dan freud menyebut sebagai “id”, “ego” dan “super ego” , “id”
adalah bagian kepribadian yang dorongan biologi (hawa nafsu dalam
agama ) dan hasrat-hasrat yang mengandung dua insting: libido
(konstruktif) dan thanatos (destruktif dan agresif). “Ego” penyelaras
antara “Id” dan realitas dunia luar.“super ego” adalah polisi
kepribadian yang mewakili ideal, hati nurani (jalaludin Rahmat, 1989).
Dalam agama ada sisi destruktif manusia, yaitu sisi angkara murka
(hawa nafsu).
Ketika manusia memanfaatkan ilmu pengetahuan untuk tujuan praktis,
mereka dapat saja hanya mefungsikan “id” nya, seingga dapat
dipastikan bahwa manfaat pengetahuan diaarahkan untuk hal-hal yang
destruktif. Misalnya dalam pertarungan antara id dan ego, dimana ego
kalah sementara superego tidak berfungsi optimal, maka tentu atau
juga nafsu angkara murka yang mengendalikan tidak manusia
mejatuhkan pilihan dalam memanfaatkan ilmu pengetahuan amatlah
nihil kebaikan yang diperolehmanusia,atau malah mungkin
kehancuran. Kisah dua kali perang dunia, kerusakan lingkungan,
penipisan lapisan ozon, adalah pilihan “id” dari kepribadian manusia
yang mengalahkan “ego” maupun “super ego”nya.
Etika adalah pembahasan mengenai baik, buruk, semestinya, benar,
dan salah. Yang paling menonjol tentang baik dan
kuwajiban .keduanya bertalian denga hati nurani.
 Fungsi Moralitas Ilmu Pengetahuan
Dalam pergaulan hidup bermasyarakat, bernegara, hingga pergaulan
hidup tingkat internasional, diperlukan suatu sistem yang mengatur
bagaimana seharusnya manusia bergaul. Sistem pengaturan pergaulan
itu menjadi saling menghormati dan dikenal dengan sebutan sopan
santun, tata karma, protokoler, dan lain-lain. Maksud pedoman
pergaulan tidak lain untuk menjaga kepentingan masing-masing yang
terlibat agar mereka senang, tenang tentram, terlindung tanpa
merugikan kepentingannya serta terjamin agar. Perbuatannya yang
tengah dijalankan sesuai dengan adat kebiasannya yang berlaku dan
tidak bertentangan dengan hak-hak asasi mumumnya. Hal itulah yang
mendasari tumbuh kembangnya etika di masyarakat kita. Untuk itu
perlu kiranya bagi kita mengetahui tentang pengetikan etika serta
macam-macam etika dalam kehidupan bermasyarakat.
Sumber dasar ajaran yaitu tradisi dann adat istiadat, ajaran agama atau
ideology tertentu. Adapun etika bukan suatu sumber tambahan bagi
ajaran moral, melainkan merupakan filsafat atau pemikiran kritis dan
mendasar tentang ajaran dan pandangan moral. Etika yaitu suatu ilmu,
bukan suatu ajaran. Jadi, etika yaitu ajaran moral yang tidak berada
pada tingkat yang sama.

Anda mungkin juga menyukai