Anda di halaman 1dari 3

Nama : Novianti Kristin.

Nenobais

NIM : 0120190066

Kelas/semester : B/III

MK : Pengantar Dogmatika

1. Istilah “dogmatika”

Istilah “dogmatika” berasal daripada kata Yunani yaitu dogma, jamaknya yaitu dogmata.
Kata itu mula-mula berarti pemdapat atau pandangan. Terutama pemandangan atau ajaran
pada lapangan filsafat. Kata dogma juga berarti keputusan atau apa yang sudah diputuskan.
Kata kerjanya ialah dogmatizo, artinya merumuskan sesuatu pendapat atau dahlil- ajaran,
mengumumkan suatu keputusan atau perintah.

Dalam arti yang demikian, kata tersebut dipergunakan juga oleh rasul Paulus (Kolose
2:14,20; Ef 2:15). Di dalam perjanjian baru kata dogma juga kita temui dalam arti : hukum-
hukum, perintah-perintah, atau peraturan-peraturan dari pihak pemerintah (Luk 2:1; Kis 17:7;
Ibr 11:23).

Di kalangan jemaat kristen, sudah segera mendapat arti yang istimewa. Di dalam tulisam-
tulisan dari zaman itu kita jumpa ungkapan “dogmata Tuhan” atau “dogma injin” (Injil
adalah berita tentang Yesus Kristus). Kemudian timbul juga “dogmata Gereja”.

Demikianlah arti kata dogma itu lama-kelamaan menjadi seperti artinya yang sekarang, yakni
suatu dahlil-ajaran, suatu rumusan tentang sesuatu kebenaran keagamaan, suatu pasal dari
kepercayaan gereja kristen. Jadi dapat dikatakan : bagian dari ilmu theologia yang kita
sebutkan “dogmatika” itu ada sangkut pautnya dengan isi pengakuan iman Gereja Kristen.

2. Hubungan kita dengan Gereja sedunia dan sejarah Gereja

Apakah yang kita selidiki di dalam ilmu yang disebutkan dogmatika itu ?

Gereja mempunyai sejarah dan selalu berada “ditengah jalan” selalu bergerak (harus selalu
bergerak). Sejarah gereja sebagian besarnya merupakan sejarah dan dogmatika ataupun
sejarah dari dogmatis. Jadi dogmatika pun mempunyai sejarah dan selalu berada di tengah
jalan selalu bergerak. Kepada kita akan nyata, bahwa “berdogmatika” adalah usaha yang
hangat sekali.
Pergerakan-pergerakan besar didalam sejarah gereja senantiasa berlangsung sejalan dengan
pergerakan-pergerakan besar di lapangan dogmatika. Ingatlah misalnya akan pembaruan
gereja di Eropa pada abad ke-16. Dan sejarah gereja berlangsung terus pun sesudah
pembaruan itu.

Sesudah suatu masa pergerakan yang hebat, seperti pembaruan gereja maka biasanya
mengancamlah bahaya membeku. Demikianlah pada abad ke-17 dipelbagai gereja timbul
semacan orthodoxi yang berbahaya. Ajaran gereja pun pada masa itu dituang dalam bentuk
yang tetap, yang tidak berubah-ubah lagi. Demikianlah dogmatika menjadi suatu sistem yang
kokoh dan logis (masuk akal), yang utuh. Alkitabpun dipergunakan terutama sebagai suatu
himpunan ayat-ayat untuk membuktikan kebenaran-kebenaran dogmatis. Makanya sistem
dogmatika itu seolah-olah berada di atas Alkitab sambil menaungi Alkitab.

Sebagai reaksi atau obyektivisme itu timbullah di dalam sejarah gerja antara lain
“subyektivisme” dari ahli theologia Jerman yang bernama Schleiermacher. Dapat dikatan
bahwa Schleiermacher telah sangat mempengaruhi, malah menguasai perkembangan ilmu
theologia di dalam gereja-gereja protestan di abad ke-19.

Dapat kita hargai bahwa ilmu theologia semacam itu mau ditujukan kepada hati manusia,
bukan hanya kepada otaknya. Kalau hanya perasaan kita yang menentukan kehidupan dan
kepercayaan kita, tanpa adanya norma mutlak yang berasal dari luar, maka segeralh kita
kehilangan segala batas ajaran yang benar. Semboyannya menjadi “asal saja beragama serta
saleh”. Yang ditekankan bukan lagi “hal menjadi kristen” tetapi “hal menjadi beragama”.

Berbagai-bagai aliran dan gerakan didalam sejarah gereja akan dapat dibicarakan lagi,
misalnya Pietisme dan Metodisme dan theologia dari masa pencerahan. Dalam mempelajari
sejarah gereja dan sejarah dogmatika nyatalah kepada kuta bahwa segala perkembangan di
dalamnya masih tetap aktuil, juga bagi kita dan gereja-gereja kita. Siapa yang mempelajari
sejarah gereja, akan menemukan bahwa pelbagai pandangan yang pada masa kini di anggap
merupakan pandangan-pandangan baru, sebenarnya sudah ada pada zaman yang dahulu dari
pada kita (Pkh 1:10).

Usaha kita dilapangan dogmatika haruslah merupakan usaha yang sungguh-sungguh.

3. Dogmatika dan Pemberitaan Gereja

Gereja ada untuk memberi kesaksian tentang kebenaran yang dari Allah. Kebenaran itu telah
dinyatakan kepada kita di dalam kedatangan Yesus Kristus. Didalam segala pekerjaan
gerejani hanya itulah yang menjadi tujuan, dan hanya itulah yang merupakan hak hidup
berdirinya gereja. Dan karena gereja berkhotbah, memberitakan injil, memberi kesaksian
tentang Yesus Kristus, maka itulah sebabnya diperlukan usaha yang disebut dogmatika.

Jadi dogmatika bukanlah suatu mata-pelajaran yang biasa dan bukanlah merupakan seonggok
bahan-bahan yang harus kita pelajari untuk diketaui. Dalam melakukan dogmatika, gereja
menanyakan diri nya sendiri, apa yang diberitakannya dan apakah benar-benar firman Allah
yang diberitakannya itu. Dogmatika adalah penyelidikan sendiri yang di usahakan oleh gereja
mengenai isi pemberitaannya.

Melakukan dogmatika adalah berusaha sungguh-sungguh supaya berlangsung pemberitaan


yang benar. Dogmatika sungguh ada sangkut-pautnya dengan masa kini. Dogmatika adalah
suatu syarat untuk kehidupan gereja. Dogmatika adalah usaha dogmatis yang dilakukan terus-
menerus. Dogmatika adalah usaha yang kritis yang dilakukan oleh gereja mengenai isi
pemberitaannya.

4. Alkitab sebagai ukuran

Dogmatika merupakan pekerjaan manusia. Didalam usaha dogmatika manusia mau


menyelidiki kebenaran yang dari Allah. Alkitab merupakan ukuran usaha kita dilapangan
dogmatika.

Anda mungkin juga menyukai