Anda di halaman 1dari 11

SEKOLAH TINGGI TEOLOGI GAMALIEL

MATA KULIAH : Soteriologi


DOSEN : Dr. Ir.Timotius Haryono, M.Th..
TUGAS : Artikel Tentang Soteriologi Kitab
Kejadian
NAMA : Samwel Luhut Maruba Siahaan
DIKUMPULKAN : Selasa, 23 Febuari 2021

SOTERIOLOGI KITAB KEJADIAN

Pendahuluan

Banyak sekali yang mengemukakan tentang Soteriologi, baik dari


kalangan Calvinisme, Ariminisme, Universalisme, dan lain sebagainya.
Dari sini terlihat bahwa pemahaman theology seseorang berbeda, tetapi
tetap mengarah kepada Allah.

Keselamatan sering sekali menjadi bahan pembahasan


dikalangan masyarakat yang beragama maupun tidak memegang
sistem kepercayaan, hal ini menjadi tanggung jawab dan tugas
pengikut Kristus untuk menjelaskan tentang sistem keselamatan di
dalam Kristen.

Hal ini menjadi ketertarikan para teolog untuk mencari tahu apa
itu keselamatan? Bagaimana cara memperolehnya? Mengapa kita
butuh keselamatan? Untuk menjawab hal tersebut kita memerlukan
Alkitab sebagai sumber refrensi atas jawaban tersebut.

Karya keselamatan Allah sudah dari Perjanjian Lama sampai ke


Anak-Nya yang tunggal yaitu Yesus Kristus di Perjanjian Baru, karya
keselamatan Allah berkaitan dari Kejadian sampai Wahyu.
Pembahasan kali ini akan tertuju di kitab Kejadian dimana akan
membahas :
1. Manusia Asali.
2. Manusia Berdosa.
Pengertian Soteriologi

Ajaran tentang keselamatan dikenal dengan istilah soteriologi.


Kata soteriologi berasal dari kata Yunani soterion yang berbentuk netral
dari nomina feminim soteria yang berarti keselamatan. Soteria pula
berasal dari nomina soter berarti penyelamat, juru selamat kalau
berbentuk verba berarti menyelamatkan, melepaskan dari bahaya
kehancuran. Keselamatan adalah topik yang sering dibicarakan dan
tidak pernah berakhir.1

Kelompok Universalisme Kristen yang percaya bahwa


keselamatan itu bersifat universal; artinya pada akhirnya semua
orang diselamatkan.Kelompok Calvinisme yang menekankan aspek
Kedaulatan Allah, sangat tegas menyatakan bahwa Yesus Kristus
adalah juruselamat dunia; dan melaluiNya, setiap orang yang
terpilih sejak masa kekekalan itu akan diselamatkan karena iman
dan kepercayaannya akan Tuhan Yesus Kristus, dan kaum
Armenianisme dengan tekanan Kehendak Bebas, dimana aspek
manusia dipandang menentukan keselamatannya namun jalannya
tetap ada didalam Yesus Kristus. Kelompok Armenianisme percaya
bahwa manusia berkehendak bebas dan itu asalnya dari Tuhan, dan
dalam kehendak bebas itulah maka seseorang terselamatkan karena ia
percaya kepada Kristus.Walaupun memiliki teori dan tekanan yang
berbeda dalam argumentasi soteriologi-nya, yaitu bahwa Yesus
Kristus adalah Tuhan dan Juruselamat umat manusia. 2

Jelas bahwa Yesus Kristus sebagai Juruselamat manusia,


sebagai Penebus dosa manusia, oleh karena kasih karunia Allah
mengaruniakan anak-Nya yang tunggala sehingga manusia yang
percaya kepada Yesus tidak binasa melainkan beroleh kekekalan atau
keselamatan itu. Karya-Nya dikayu salib menderita, mati dan bangkit

1
Desti Samarenna, “Konsep Soteriologi Menurut Efesus 2:1-10,” FIDEI: Jurnal Teologi Sistematika dan
Praktika 2, no. 2 (2019): 248,
https://www.researchgate.net/publication/337880792_Konsep_Soteriologi_Menurut_Efesus_21-10.
2
Demsy Jura, “KAJIAN SOTERIOLOGI DALAM TEOLOGI UNIVERSALISME, CALVINISME, DAN
ARMINIANISME SERTA KAITANNYA DENGAN PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA KRISTEN,” Shanan
Jurnal Pendidikan Agama Kristen 1, no. 2 (2017): 23,
http://ejournal.uki.ac.id/index.php/shan/article/view/1484/1184.
pada hari yang ketiga. Kebangkitan Yesus Kristus menjadi tanda
keselamatan yang nyata.

Alan Richardson dalam buku yang berjudul An Introduction To


The Theology Of The New Testament mengatakan bahwa: Keselamatan
yang diperoleh manusia itu berasal dari Tuhan Allah. Keselamatan dari
Allah telah diwujudkan dalam sejarah kehidupan, dan bagi orang yang
percaya keselamatan akan dinyatakan pada hari terakhir.
Penghakiman dan keselamatan yang akan dinyatakan oleh kebenaran
itu pada masa terlahir sebenarnya sudah diterima dalam kehidupan,
kematian dan kebangkitan Yesus. Itu sebabnya setiap orang yang
percaya pada Kristus dibenarkan oleh Allah. Keselamatan dalam
Kristen merupakan kasih karunia Tuhan (Ef. 2:8-9), dan hanya
diperoleh melalui Yesus Kristus (Yoh. 3:16, 14:1-3). Walaupun ada
banyak teori tentang soteriologi Kristen, namun kesemuanya mengacu
kepada Yesus Kristus sebagai satu-satunya Tuhan dan juruselamat
umat manusia.3

Manusia Asali

Siapa manusia Asali?

Alkitab menyatakan bahwa Alllah menciptakan manusia


menurut gambar dan rupa Allah atau manusia asali (Kejadian 1:26-27;
5:1-3; 9:6; 1 Korintus 11:7; Yakobus 3:9). 4

Bagaimana keberadaan, statusnya dan karakteristik nya dan


relasi nya dengan Allah?

Tetapi ada yang perlu dibahas dalam kesamaan manusia asali,


apakah kesamaan antara manusia asali dengan Allah, seperti yang
terdapat dalam ungkapan “Baiklah kita menjadikan manusia menurut
gambar dan rupa Kita..” (Kej 1:26).

3
Ibid.
4
Jeremia Djadi, “Gambar Dan Rupa Allah,” Jurnal Jaffray (2004): 1–2,
https://ojs.sttjaffray.ac.id/JJV71/article/view/144/.
Pertama, kesamaan itu adalah kesamaan rohani. Hodge,
sebagaimana dikutip oleh Henry C. Thiessen yang mengatakan, "Allah
adalah Roh, jiwa manusia adalah roh juga. Sifat-sifat hakiki dari roh
ialah akal budi, hati nurani, dan kehendak. Roh adalah unsur yang
mampu bernalar, bersifat moral, dan oleh karena itu juga berkendak
bebas. Ketika menciptakan manusia menurut gambarNya, Allah
menganugerahkan kepadanya sifat-sifat yang dimiliki-Nya sebagai roh.
Dengan demikian, manusia berbeda dari semua makhluk lain yang
mendiami bumi ini, serta berkedudukan jauh lebih tinggi daripada
mereka. Manusia termasuk golongan yang sama dengan Allah sendiri
sehingga mampu berkomunikasi dengan Penciptanya. Kesamaan sifat
antara Allah dan manusia... juga merupakan keadaan yang diperlukan
untuk mengenal Allah dan karena itu merupakan dasar dari kesalehan
kita. Bila kita tidak diciptakan menurut gambar Allah, kita tidak dapat
mengenal Dia. Kita akan sama dengan binatang yang akhirnya binasa".
Pernyataan Hodge di atas didukung oleh Alkitab. Dalam pengudusan,
manusia "...terus-menerus diperbaharui untuk memperoleh
pengetahuan yang benar mnenurut gambar Khaliknya" (Kolose 3:10).
Sudah tentu pembaruan itu dimulai pada saat terjadi kelahiran
kembali dan dilaniutkan dalarn pengudusan. Manusia diberi
kemampuan intelektual yang tinggi tersirat dalam perintah untuk
mengusahakan Taman Eden (Kejadian 2:15), juga perintah uniuk
menguasai bumi serta segala isinya (Kejadian 1:28), dan dalam
pernyataan bahwa manusia memberi nama kepada segala binatang di
bumi (Kejadian 2:1,9-20). Kesamaan dengan Allah ini tidak dapat
dihapus, maka kehidupan manusia yang belum dilahirkan kembali
juga berharga (Kejadian 9:6; I Korintus 77:7; Yakobus 3:9). Gambaran
tentang keadaan mula-mula manusia ini sangat berbeda dengan
pandangan evolusi. Menurut teori evolusi, manusia yang pertama
hanya sedikit di atas binatang liar - yang tidak hanya bodoh, tetapi
sama sekali tanpa kemampuan mental apa pun.
Kedua, kesamaan itu adalah kesamaan moral. Kesamaan moral
artinya manusia diiengkapi dengan kebenaran dan kekudusan. Hal itu
sangat jelas dalam Alkitab, seperti yang diungkapkan dalam Efesus
4:24, "Dan mengenakan manusia baru, yang telah diciptakan menurut
kehendak Allah di dalam kebenaran dan kekudusan yang
sesungguhnya." Dapat disimpulkan bahwa pada mulanya manusia
memiliki, baik kebenaran maupun kekudusan. Konteks Kejadian 1 dan
2 membuktikan hal itu, yaitu ketika manusia diciptakan, sebelum
kejatuhannya ke dalam dosa. Hanya dengan dasar kebenaran dan
kekudusan inilah manusia dapat bersekutu dengan Allah. Kenyataan
ini juga dapat disimpulkan dari Kejadian 1:31 yang mengatakan, "Allah
melihat segala yang dijadikan-Nya itu, sesungguhnya amat baik." Kata
"segala" mencakup juga manusia yang diciptakan dengan keadaan
moral yang sempurna.
Ketiga, kesamaan itu adalah kesamaan sosial. Sifat sosial Allah
didasarkan pada kasih sayang-Nya. Yang menjadi sasaran kasih
sayang-Nya adalah pribadi-pribadi lain di dalam ketritunggalan-Nya.
Karena Allah memiliki sifat sosial, maka Ia menganugerahkan kepada
manusia sifat sosial. Akibatnya, manusia senantiasa mencari sahabat
untuk bersekutu dengannya. Pertama- tama manusia menemukan
persahabatan ini dengan Allah sendiri. Allah menciptakan manusia
untuk diri-Nya sendiri dan manusia menemukan kepuasan tertinggi
dalam persekutuan dengan Tuhannya. Di sampinp; itu, Aliah juga
menganugerahkan persahabatan manusiawi. Ia menciptakan
perempuan, karena scbagaimana dikatakan-Nya sendiri, "Tidak baik
kalau manusia itu seorang diri saja. Aku akan menjadikan penolong
baginya yang sepadan dengan cit" (Kejadian 2:18). Agar persekutuan ini
menjarli sangat mesra, Ia menciptakan perempuan dari tulang rusuk
laki-laki. Adam mengakui bahwa Hawa adalah tulang dari tulangnya
dan daging dari dagingnya, maka dinamakannya perempuan. Oleh
sebab hubungan yarrg begitu intim c1i antara keduanya, "Seorang laki-
laki akan meninggalkan ayahnya dan ibunya dan bersatu dengan
istrinya, sehingga keduanya menjadi satu daging" (Kejadian 2:24).
Jelaslah bahwa manusia diciptakan dengan sifat sosiai, sebagaimana
Allah mempunyai sifat sosial. Kasih dan perhatian sosial manusia
bersumber langsung dari unsur ini dalam watak manusia. 5

Kesimpulannya dari pemahaman diatas, Keberadaan manusia


asali memiliki hal yang istimewa dimana manusia asali memiliki relasi
yang sangat dekat dengan Allah dan bersahabat dengan Allah. Manusia
asali memiliki keberadaan atau ekstensi jauh lebih dari ciptaan yang
lain : Manusia memiliki sifat dan karakter seperti yang Allah miliki

5
Ibid.
termasuk spiritual, rasio, kehendak dan moralitas, dan juga adanya
relasi antara Pencipta dan ciptaan, serta relasi antar ciptaan.

Karakteristik dari manusia asali adalah menurut serupa gambar


Allah, yang di mahkotai-Nya dengan kemuliaan dan hormat, berkuasa
atas ciptaan lainnya. Manusia asali mempunyai karakteristik yang
istimewa dari semua citptaan Allah, sehingga menjadi ciptaan Allah
yang sangat baik (mengarah semua ciptaan Allah).

Relasi manusia asali dengan Allah, manusia asali memliki


potensi ilahi, dimana Potensi ilahi tersebut adalah spiritualitas, rasio,
mampu berkomunikasi, memungkinkan adanya hubungan timbal balik
antara Allah dan manusia. Sehingga manusia asali dapat
berkomunikasi dengan Allah dan menjalin persahabatan.

Manusia Berdosa

Manusia berdosa adalah manusia yang kehilangan kemuliaan


dari Allah. Dengan kata lain, manusia sudah mengalami kerusakan
total. Dampaknya, manusia menjadi senang untuk melakukan
perbuatan dosa seperti melawan perintah Tuhan, saling bermusuhan
dengan manusia lainnya, dan juga tidak berdamai dengan alam.

Dalam Bahasa Yunani Dosa ialah Ἁμαρτία(amartia)


Mengherankan bahwa perkataan yang paling umum untuk dosa baik
dalam PL maupun PB berarti “tidak mengenai sasaran” atau “meleset
dari sasaran”. Ἁμαρτία (Amartia)adalah kata Yunani yang mewakili
arti tersebut. Selain salah tidak mengenai sasaran, Kamus E-Sword
Thayer mendefinisikan dosa dengan: to miss or wander from the
path of uprightness and honour, to wander from the law of God
(menyimpang dari jalan, garis kebenaran dan kehormatan,
menyimpang dari hukum Tuhan). 6
Bagaimana bisa manusia berdosa?

6
Natanael Wasiyono, “Memahami Teologi Paulus Tentang Dosa,” SOTIRIA : Jurnal Theologia dan
Pendidikan Agama Kristen 2, no. 2 (2019): 80–82, accessed February 23, 2021,
http://sttpaulusmedan.ac.id/e-journal/index.php/sotiria/article/view/12/10.
Manusia jatuh dalam dosa karena melanggar perintah Allah,
kejatuhan yang dimaksud adalah ketika Adam dan Hawa di dalam
Taman Eden, memakan buah, “pengetahuan yang baik dan yang
buruk” yang ada di tengah-tengah taman itu (Kej. 3). Halini terjadi
ketika manusia menjadikan dirinya bebas di luar tatanan yang telah
ditentukan bagi mereka oleh firman Allah. Hal yang sama juga
diungkapkan oleh James Montgomery Boice, ia berkata bahwa dosa
bermula dari kejatuhan dari Adam dan Hawa di Taman Eden. 7

Mengapa manusia dapat berdosa?

Manusia memiliki kehendak bebas untuk memilih dan


melakukan, dan juga memiliki intelektual. Oleh sebab itu manusia
yang memilih untuk taat dan untuk tidak taat, dari hal itu manusia
dapat melanggar perintah Tuhan Allah.

Millard J. Erikson dalam buku “Teologi Kristen” mengatakan


bahwa sumber dosaadalah keinginan manusia itu sendiri. Menurutnya
dosa bersumber dari keinginan manusia yang merupakan sarana
potensial untuk pencobaan dan dosa. Tiga keinginan manusia yang
paling mendasar dan menjadi sarana dosa yaitu, keinginan untuk
menikmati sesuatu, keinginan untuk mendapatkan sesuatu, keinginan
untuk melakukan sesuatu. 8

Bagaimana akibat dan dampak manusia berdosa?

Ketika Adam dan Hawa memakan buah dari pohon tentang yang
baik dan yang jahat, akibat pertama kali yang mereka alami ialah mata
mereka terbuka tahu bahwa mereka telanjang (Kejadian 3:7), mereka
ketakutan mendengar suara langkah Tuhan Allah (sebelumnya berelasi
dengan dengan Allah) (Kejadian 3:7,10), mereka saling menyalahkan
(Kejadian 3:12, 13), mereka kena kutuk dari Allah (Kejadian 3:16-19),
dan yang terakhir ialah mereka dikeluarkan dari taman Eden (Kejadian
3:23).

7
Pardomuan Marbun, “Konsep Dosa Dalam Perjanjian Lama Dan Hubungannya Dengan Konsep
Perjanjian,” CARAKA: Jurnal Theologi Biblika Dan Praktika 1, no. 1 (2020),
https://ojs.sttibc.ac.id/index.php/ibc/article/view/9.
8
Ibid.
Dampak yang manusia alami ialah relasi dengan Allah, dimana
manusia sebelumnya berelasi dekat dengan Allah, manusia dipelihara
oleh Allah di taman Eden (Kejadian 2), tetapi karena manusia jatuh
dalam dosa akhirnya putuslah hubungan antara manusia dan Allah.

Ada beberapa pendapat dari para ahli teologi tentang dampak


dari dosa :

Olson berpendapat kejatuhan dosa memiliki dampak kerusakan


yang sangat fatal, yang mengakibatkan manusia pada perbudakan
akan dosa. Olson percaya, kejatuhan dosa mengakibatkan
ketidakmampuan manusia untuk percaya pada Allah.
Arminius berkata pengaruh dosa asal membuat manusia tidak
mampu dalam dirinya sendiri untuk berpikir, mengingini, berbuat apa
yang baik atau menolak pencobaan yang datang dari Iblis. Karena
Adam dan Hawa memiliki kovenan dengan Allah, maka ketidaktaatan
mereka akan menimbulkan kutuk yang akan diteruskan kepada
keturunan manusia. Inilah mengapa sebabnya seluruh manusia
mengalami kematian.
Bagi Wesley, dampak dosa asal mengakibatkan “setiap imajinasi
dan keinginan hati manusia selalu jahat dan hanya jahat, manusia
tidak mampu untuk memilih apa yang baik, dan dalam kebebasannya
manusia selalu melakukan apa yang jahat setiap saat.” Pernyataan
Wesley ini mengutip perkataan Allah, ketika Ia melihat kejahatan
manusia sangat besar pada zaman Nuh (Kej. 6:5).
Orton Wiley berkata bahwa dampak dosa asal menjadikan
manusia bersalah (guilty) dan mendapat hukuman (penalty). Pengertian
bersalah berhubungan dengan hukum, yaitu manusia melanggar
hukum Allah. Hukuman adalah penghukuman akibat dosa yang
berasal dari karakter Allah yang kudus. Dalam Alkitab, hukuman
akibat dosa adalah kematian (Kej. 2:17). Kaum Arminian menafsirkan
kematian ini berupa kematian fisik, sementara dan kekal. 9

9
Limasaputra. Alexander Dermawan, “Tinjauan Terhadap Dampak Dosa Asal Dan Kaitannya Dengan
Doktrin Prevenient Grace Kaum Classical Arminian,” Consilium : Jurnal Teologi dan Pelayanan 11 (2014):
3–4, http://repository.seabs.ac.id/handle/123456789/523.
Dari beberapa pendapat dari para teologi, yang perlu diketahui
bahwa kejatuhan manusia, membuat banya dampak didalamnya, baik
dari relasi, ketidak kemampuan manusia untuk memulihkannya,
bahkan sampai hukuman maut.

Bagaimana Relasi Allah dengan manusia berdosa?

Kecenderungan manusia berbuat dosa membuka kemungkinan


relasi manusia dengan Allah menjauh. Terlepas ketika manusia itu
diberikan hukuman karena dosa mereka, setelah itu mereka di usir
dari taman Eden (Kej 3:23), sehingga relasi Allah dengan manusia
menjauh, karena dosa tersebut.

Sesuai dengan kekudusan Allah, Allah maha Kudus tidak bisa


berelasi dengan manusia berdosa tersebut, sehinga manusia patut
dimurkai oleh Allah. Tetapi Allah itu maha Kasih, dimana ketika
manusia itu berdosa Allah tetap mencari mereka (Kejadian 3:9), dan
Allah memberikan janji keselamatan kepada manusia lewat keturunan
perempuan (Kejadian 3:15)

Penyelamatan Allah terhadap manusia Berdosa

Kitab Kejadian adalah sumber yang menjelaskan dari mana


dosa itu berasal. Lukisan ciptaan Allah serta hubungan yang indah di
dua pasal pertama di dalam kitab ini seolah-olah menemui
antiklimaks di pasal yang ketiga. Manusia memilih untuk tidak
mentaati Allah. Namun, di pasal yang sama juga (Kej. 3:15)
terdapat janji yang sering disebut sebagai protoevangelium yang
berisi pemberitaan pertama tentang misi penyelamatan yang Allah
akan wujudkan.Ayat ini banyak dipahami dengan paradigma
profetik soteriologis akan datangnya keselamatan dari Allah atas
manusia yang berdosa.“Aku akan mengadakan permusuhan antara
engkau dan perempuan ini, antara keturunanmu dan
keturunannya; keturunannya akan meremukkan kepalamu, dan
engkau akan meremukkan tumitnya."Keturunan perempuan akan
meremukkan kepala ular diyakini sebagai nubuatan akan
kekalahan Setan dan kuasa maut; dan Keturunan perempuan itu
akan diremukkan tumit-Nya oleh ular yang menjelaskan tentang
penderitaan dan sengsara yang akan ditanggung oleh-Nya. Janji ini
merupakan nubuatan akan datangnya figur mesianik yang digenapi di
dalam kehadiranYesus Kristusdan karya-Nya di kayu salib. 10

Janji keselamatan Allah berjalannya waktu ketika Tuhan


memakai keluarga Nuh untuk mewujudkan keselamatan kepada
bumi dengan perjanjian kekal, bahwa penghukuman kepada bumi
tidak akan terjadi lagi dengan cara yang sama (Kej. 9).

Konsistensi Allah dalam mewujudkan karya keselamatan ini


juga terlihat dengan jelas ketika melihat kerangka kovenan
yang dinyatakan di dalam Alkitab.
Daftar skema Perjanjian Allah:

 Konvenan Eden (Kejadian 3:15), keturunan perempuan.


 Kovenan Abrahamik (Kejadian 12:1-3), keturunan
Abraham..
 Kovenan Davidik ( 2 Sam 7:12-16), keturunan Daud. 11

Bahwa Allah memiki janji dan rencana misi dalam penyelamatan


manusia, melalui keturunan perempuan, keturunan Abraham, dan
keturunan Daud, setelah itu beralih lahirnya Yesus Kristus sebagai
Juru Selamat manusia, dimana Yesus menjalankan misi dari Allah
dengan menderita, mati di kayu salib, dan bangkit pada hari yang
ketiga (1 Kor 15:3-4), supaya lewat Yesus tidak ada lagi korban
pengampunan dosa berulang kali, tetapi lewat Yesus yang menjadi
penghapus dosa manusia selama-lamanya (Ibrani 10:12). Barangsiapa
yang percaya kepada Yesus maka akan beroleh hidup kekal (Yohanes
3:16).

Kesimpulan

10
Bakhoh Jatmiko, “Teologi Keluarga: Kajian Terhadap Kejadian 1-3 Sebagai Dasar Pemahaman Esensi
Keluarga Kristen,” SANCTUM DOMINE : Jurnal Theologi 6, no. 2 (June 2018): 98, accessed February 23,
2021, https://journal.sttni.ac.id/index.php/SDJT/article/view/40.
11
Ibid.
Kesimpulan yang diambil atas penjelasan dari Soteriologi Kitab
Kejadian, bahwa manusia yang diciptakan menurut gambar rupa Allah
(Kej 1:26), dan berelasi dekat dengan Allah (Kejadian 2), yang disebut
manusia asali.

Tetapi hal itu tidak bertahan lama, ketika kejatuhan manusia


dalam dosa, yang melanggar perintah Allah, dimana memakan buah
pengetahuan yang baik dan benar. Banyak sekali dampak dan akibat
yang di alami manusia ketiak mereka jatuh dosa, seperti mereka
mendapatkan hukuman dan relasi mereka dengan Allah terputuh.
Sehingga mereka diusir dari taman Eden.

Hal ini menjadi penyimpangan terhadap kekudusan Allah dengan


manusia berdosa, dimana Allah tidak bisa bersama-sama dengan
manusia berdosa karena Allah itu sendiri kudus. Tetapi Allah yang
maha Kasih, tetap mencari manusia ketika mereka jatuh dalam dosa
(Kej 3:9), dan memberikan janji keselamatan kepada keturunan
perempuan (Kej 3:15). Hal ini akan tertuju kepada lahir nya Yesus
Kristus.

Bersyukur atas kasih karunia Allah yang memberikan janji


keselamatan lewat pengorbanan Yesus Kristus di kayu salib, menjadi
korban penghapus dosa selamanya, sehingga manusia yang percaya
kepada Yesus di hapus segala dosanya, mendapatkan hidup kekal, dan
berelasi dengan Allah.

Anda mungkin juga menyukai