Anda di halaman 1dari 12

TUGAS RESPONSI AGAMA KRISTEN

TENTANG KESELAMATAN DAN BABTISAN

Oleh :

NAMA : DESWITA PRATIWI

NMP : 198120040

UNIVERSITAS MEDAN AREA


FAKULTAS TEKNIK
ELEKTRO
T.A 2019/2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadiran Yesus Kristus berkat kasih karunianya akhirnya
saya dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul “Keselamtan dan Bantisan” ini.

Penulisan makalah ini merupakan salah satu tugas yang diberikan dalam mata kuliah
Pendidikan Agama Kristen. Dalam Penulisan makalah ini saya merasa masih banyak kekurangan
baik pada teknis penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang saya miliki. Untuk
itu, kritik dan saran dari semua pihak sangat saya harapkan demi penyempurnaan pembuatan
makalah ini. Dalam penulisan makalah ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang
sebesar- besarnya kepada pihak-pihak yang membantu dalam menyelesaikan makalah ini,
khususnya kepada bapak Pdt. James Manullang, M.Th selaku dosen yang telah memberikan dan
membimbing tugas ini juga kepada bapak Pdt. Gideon R. S.Th, M.Th. Akhir kata penulis
berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Medan, 15 November 2019

( Deswita Pratiwi )
BAB I

PENDAHALUAN

A. Latar Belakang

Keselamatan merupakan tujuan utama hidup di dunia dan di akhirat. Setiap agama pada
umumnya memberikan petunjuk pada umatnya melalui kitab suci yang merupakan satu-satunya
landasan utama dan penuntun hidup bagi umatnya agar bisa hidup sesuai dengan jalan yang
diajarkan dalam agama tersebut. Hal ini tujuannya adalah agar umat pemeluk agama tersebut
mendapatkan keselamatan, baik di dunia maupun di akhirat, jasmani maupun rohani.Seiring
perkembangan peradaban dan banyaknya kejadian besar yang terjadi pada bangsa ini, maka akan
semakin banyak pula tantangan yang muncul seiring dengan perkembangan zaman dan
kemunculan kejadian besar tersebut.Demonstrasi, konflik antara masyarakat, suku maupun etnis,
dan kerusuhan senantiasa mewarnai zaman yang terus berkembang ini.

 Oleh karena itu, tidaklah mengherankan jika dalam kehidupan masing-masing pribadi
terjadi cobaan-cobaan yang tidak tersadari dan sebagai generasi muda, pengikut Kristus dituntut
untuk “Menjadi Orang Kristen yang Taat Kepada Allah dan Firman-Nya” dan mengandalkan
Tuhan dalam segala aktivitas atau setiap kegiatan. Karena, seberat apapun masalah atau sebesar
apapun ganjalan dalam hati, jika manusia mengajak serta Tuhan Allah, percayalah, Dia akan
hadir dan senantiasa membantu serta memberikan berkat dan rahmatNya.Dalam karya tulis ini,
pengikut Kristus dipanggil untuk taat kepada Allah yang telah menciptakan dirinya sehingga
menjadi hamba layak di mataNya. Dan dalam segala problema dan rencana yang ada dalam
kehidupan orang Kristen, Tuhan Allah akan selalu menyertai. Oleh karena itu sebagai orang
Kristen yang taat harus selalu mengandalkan dan menjadikan Tuhan Yesus sebagai penuntun
jalan hidupnya.

B. Rumusan Masalah
1. Apakah konsep atau pemahaman tentang keselamatan di gereja HKBP?
2. Apakah konsep atau pemahaman tentang babtisan di gereja HKBP?
3. Apakah hubungan babtisan dengan keselamatan di gereja HKBP?

C. Tujuan
1. Menjelaskan konsep atau pemahaman tentang keselamatan di gereja HKBP.
2. Menjelaskan konsep atau pemahaman tentang babtisan di gereja HKBP.
3. Menjelaskan hubungan babtisan dengan keselamatan di gereja HKBP.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Konsep Keselamatan Menurut Gereja HKBP

Dalam konfessi HKBP, keselamatan adalah karya Allah, yaitu kelepasan dari dosa, dari
kuasa iblis dan maut, dan dari aneka ragam kuasa yang bertentangan dengan firman Allah.
Keselamatan dilaksanakan dengan penebusan Yesus Kristus melalui peristiwa kematian dan
kebangkitanNya. Dan jalan untuk menerima keselamatan itu adalah melalui iman yang
dilahirkan oleh Roh Kudus dan iman itulah yang diperhitungkan Allah sebagai kebenaran
manusia. Keselamatan adalah kemuliaan Allah dan kebahagiaan manusia. Allah melepaskan
orang percaya dari aneka ragam bahaya baik dalam kehidupan jasmani maupun rohani, baik
perorangan maupun kelompok.[3] Wujud dari keselamatan itu adalah kehidupan kudus yang
menghasilkan buah-buah Roh (1 Yoh. 3; 16; 2; 2 Kor. 8: 9; Kis. Rasul 4:12; Gal. 5: 22). Dengan
ajaran ini menyatakan bahwa hanya Yesus Kristus lah yang empunya orang yang
diselamatkanNya. Dan kuasa di luar Kristus tidak dapat melakukannya, dan ditegaskan lagi
bahwa manusia sendiri tidak dapat mencari keselamatan selain dari anugerah Allah.

Dari beberapa pertimbangan tersebut refleksi yang timbul tentang keselamatan adalah:
Manusia tidak akan selamat dengan usahanya sendiri mengingat bahwa manusia adalah mahluk
yang tidak luput dari dosa. Oleh karena itu saya mengikuti dan memahami keselamatan adalah
anugerah dari Allah. Manusia tidak boleh membatasi keselamatan yang diberikan Allah.
Manusia bisa saja menerima keselamatan tanpa disadari. Pernyataan keselamatan yang diberikan
Allah kepada manusia mungkin saja berbeda-beda. Contoh jika dalam Kristen, manusia
diselamatkan karena Yesus Kristus, jika dalam Islam mereka menerima anugerah melalui
Muhammad, jika dalam Budha mereka menerima anugerah karena Sidharta Gautama, dll. Dari
situ saya berpendapat ‘anugerah’ yang diberikan kepada kita itulah yang kita terima. Dan tidak
perlu tergugah meskipun ada dalam lingkungan yang plural dalam ajaran keselamatan.

Berbicara tentang anugerah, Yesus sendiri mengajarkan bahwa pembenaran manusia


(orang berdosa) hanya karena kebenaran Allah sendiri. Pembenaran manusia itu bahkan
dianugerahkan secara cuma-cuma, bukan karena kebaikan manusia atau jasa perbuatan yang
telah dilakukan. Namun bukan berarti manusia bebas untuk melakukan dosa, manusia harus tetap
aktif dengan anugerah yang diberikan itu dan itu terjadi dengan pertolongan Roh Kudus.

            Pada hakekatnya manusia tidak terlepas dari dosa karena manusia telah jatuh ke dalam
dosa. Lalu pantaskah manusia menerima keselamatan? Semua manusia (orang
berdosa) dianugerahkan iman yaitu percaya kepada Kristus yang telah menebus dosadengan
kematian dan kebangkitan-Nya. Di situ kita dapat melihat konsep Sola Gratia danSola Fide.
Keselamatan ini tentunya mempunyai landasan Alkitabiah dan dapat dilihat secara mudah di
dalam Perjanjian Baru (Sola Scriptura). Allah sendiri yang memberikan keselamatan,
mengampuni dosa-dosa manusia melalui Kristus yang sudah membuat perdamaian melalui darah
pada waktu ia disalibkan dan oleh karena karunia Roh yang memampukan manusia berjalan
dalam kehidupan yang baru dan terang sehingga keselamatan digenapi.

Mengapa manusia itu diselamatkan oleh Allah pada hal manusia itu yang berdosa dan
melanggar perintahNya? Karena di dalam diri manusia ada cita Allah (imago dei). Manusia
adalah ciptaan Allah sehingga Dia mengasihinya meskipun manusia itu tidak layak. Berangkat
dari pemikiran teologis itu, sejak kejatuhan manusia jatuh ke dalam dosa, manusia baik sebagai
perseorangan maupun memerlukan pertolongan, yaitu keselamatan. Ketika manusia jatuh ke
dalam dosa Ia berada dalam situasi yang sangat berbahaya. Dosa telah membuat manusia tidak
layak. Manusia sendiri tidak akan dapat menyelamatkan dirinya selain Allah sendiri yang harus
mengambil prakarsa/inisiatif. Allah memberikan keselamatan adalah melalui Tuhan Yesus
Kristus (Yoh 3:16).

Bagaimana kita yakin bahwa keselamatan itu sudah ada sejak semula? Karya Tuhan
Allah sebagai penyelamat umat-Nya ini dapat dilihat dari dua segi atau aspek, yaitu: karya-Nya
di dalam Tuhan Yesus Kristus untuk memperbaiki hubungan Tuhan Allah dengan manusia yang
telah dirusak oleh dosa itu, dan karya-Nya yang dengan perantaraan Roh Kudus untuk
menjadikan keselamatan yang telah diperoleh Kristus tadi benar-benar menjadi dimiliki manusia,
dengan kata lain Roh Kudus terus bekerja untuk memperbaharui manusia. Yesus Kristus telah
menjadi juru selamat yang menyelamatkan seluruh umat manusia dan ajaran ini akan selalu
aktual.

            Berkat Keselamatan yang diberikan Yesus adalah pasti. Di sini kita akan menjawab
pertanyaan “Sudah Selamat Atau Masih menantikan Keselamatan?”. Perjanjian Baru
menyaksikan bahwa kenyataan dari karya besar keselamatan telah selesai dilaksanakan di dalam
kematian dan kebangkitan Yesus (Kristologi), dan penyempurnaan Akhir akan dinyatakan pada
kedatangan Kristus kembali (Eskatologi). Setelah Yesus bangkit dan sebelum Yesus datang
kembali maka di dalamnya ada proses dalam gereja sebagaipersekutuan (Ekklesiologi). Sehingga
sempurnalah sudah konsep soteriologi karena Yesus Kristus. Keselamatan dari Allah telah
diwujudkan dalam sejarah kehidupan, dan bagi orang yang percaya keselamatan akan dinyatakan
pada hari terakhir. Penghakiman dan keselamatan yang akan dinyatakan oleh kebenaran itu pada
masa terlahir sebenarnya sudah diterima dalam kehidupan, kematian dan kebangkitan Yesus. Itu
sebabnya setiap orang yang percaya pada Kristus dibenarkan oleh Allah.

2.2. Konsep Baptisan Menurut Gereja HKBP

Baptisan adalah saluran kemurahan allah bagi manusia,anak-anak dan dewasa karna
melalui baptisan itu gereja berdiri ditengah dunia ini ,dan melalui iman dijadikan layak
menerima kemampuan dosa,kelahiran kedua kali,kelepasan dari kuasa maut dan kuasa iblis dan
melalui baptisan itu juga lah orang percaya dipersatukan kedalam kematian dan kebangkitan
tuhan Yesus.
Menurut konferensi HKBP adanya pengajaran penting bahwa baptisan adalah “jalan pember
ian anugerah” yang terpenting bukanlah cara,teknik atau tempat dilaksanakan
(kolam,sungai,danau dsb). Baptisan itu bagaimanapun dilakukan dan dimanapun itu berlangsung
adalah merupakan saluran dari jaminan berkat keselamatan yang di berikan oleh kematian dan
kebangkitan Yesus kristus.

HKBP juga mengenal yang dinamai baptisan darurat (tradisi na hinipu). Hal ini bisa
dilaksanakan dengan ketentuan sbb: Baptisan darurat dilakukan kepada anak-anak yang sakit
keras yang belum sempat di bawa kegereja untuk menerima baptisan. Di HKBP dirumuskan
sebagai berikut: bila ada orang yang belum di baptis yang sakit keras dan orang tua nya
berkehendak anak nya dibaptiskan dimintalah sintua setempat untuk melaksanakan nya Bila
sintua setempat tidak bisa ditemui dimintalah sintua tetangganya. Bila itu juga tidak ada,
dicarilah anggota jemaat yang rajin kegereja dan hidupnya saleh untuk melakukan pembaptisan.
Bila anggota jemaat yang seperti itu juga tidak sempat lagi dicari, orang tuanya juga boleh
melakukan pembaptisan itu, asal baptisan itu dilaksanakan dengan benar sesuai dengan
pemahaman HKBP. Bila itu yang terjadi, mereka hanya boleh membaptiskan tanpa memberi
berkat. Namun dalam situasi yang semakin maju sekarang ini, gereja tidak lagi hanya ada di
pedesaan, dan sudah banyak dikota, sekiranya ada anak yang sakit keras, mereka bisa meminta
pendeta untuk melakukan baptisan darurat.

  Pendeta harus berusaha lebih dulu menghubungi sintua sekitar keluarga tersebut, untuk
sama-sama mengunjungi si anak yang sakit keras tersebut, dan sebaiknya sintua yang
melakukannya untuk menghubungi pendeta yang bersangkutan. Tetapi bila itu tidak dapat
dilakukan, bahkan guru huria, bibelvrow atau diakones tidak bisa dihubungi, pendeta sendiri
yang melakukan baptisan darurat. Apabila anak itu meninggal, maka harus dilayani dengan
liturgi HKBP. Bila anak itu menjadi sehat, anak itu kemudian harus dibawa ke gereja pada waktu
kebaktian minggu waktu ada pembaptisan. Pada waktu anak itu dibawa ke depan altar dihadapan
pendeta, maka pendeta mengumumkan kepada jemaat sebagai berikut : Saudara-saudara yang
terkasih, kita bersyukur kepada Tuhan kita yang maha pengasih yang menyembuhkan anak ini,
karena pada waktu yang lalu anak ini sakit keras dan telah dibaptiskan dengan baptisan darurat.

 Di HKBP hanya diakui dua sakramen, yakni Perjamuan Kudus dan Baptisan Kudus.
Baptisan Kudus sendiri dilayankan dalam beberapa jenis, yaitu: baptisan bagi orang dewasa,
baptisan anak, dan baptisan dalam keadaan darurat atau dalam bahasa Batak sering disebut
sebagai Pandidion  (Baptisan) Na Hinipu (yang tiba-tiba/mendadak). Masing-masing baptisan ini
dilayankan secara berbeda dalam hal liturgis. Pertanyaan yang diajukan kepada orang dewasa
yang akan dibaptis berbeda dengan pertanyaan yang diajukan kepada orangtua dalam Baptisan
Anak. Sedangkan Pandidion Na Hinipu biasanya dilayankan pada bayi yang sakit atau dalam
keadaan yang sekarat.
            Dalam Tata Gereja HKBP (Aturan ni HKBP), mengenai sakramen disebutkan
demikian,Hanya ada dua sakramen yang diperintahkan oleh Tuhan Yesus untuk dilaksanakan
oleh gereja, yaitu Baptisan Kudus dan Perjamuan Kudus,Sedangkan mengenai Baptisan Kudus
dikatakan demikian. Di Gereja dilayankan Baptisan Kudus kepada anak sesuai dengan tata
ibadah yang ada di Agenda. Bagi mereka yang belum dibaptiskan pada masa kanak-kanaknya,
dan ingin bergabung sebagai anggota gereja, maka dia akan dibaptis sesuai dengan tata ibadah
yang diatur dalam Agenda. Di samping Tata Gereja, HKBP juga berpegang pada Pengakuan
Iman atau yang lebih dikenal dengan Konfessi HKBP. Saat ini ada dua jenis konfessi yang ada di
HKBP, yakni Konfessi yang diterbitkan pada tahun 1951 dan Konfessi yang diterbitkan pada
tahun 1996. Pokok pemikiran dari kedua Konfessi ini sebenarnya sama, hanya saja Konfessi
yang lebih bari (Konfessi 1996) lebih lengkap dari Konfessi 1951.

“Kita percaya dan menyaksikan: Hanyalah dualah Sakramen yang diperintahkan Tuhan
Yesus kepada kita untuk melakukannya, yaitu Pembaptisan Kudus dan Perjamuan Kudus. Inilah
yang dipesankanNya, untuk memberikan dengan barang terlihat, anugerah yang tidak terlihat,
yaitu keampunan dosa, hidup dan sejahtera yang kita terima dalam iman (Mat. 28:19; Mrk.
16:15-16; Mat. 26; Mrk. 14; Luk. 22; II Kor. 11),

Kita percaya dan menyaksikan: Pembaptisan Kudus, ialah jalan pemberian anugerah
kepada manusia, sebab dengan pembaptisan disampaikan kepada yang percaya keampunan dosa,
kelepasan dari maut dan iblis, serta sejahtera yang kekal.Dengan ajaran ini kita menyaksikan:
Anak kecil pun harus dibaptiskan karena dengan pembaptisan itu mereka juga masuk ke dalam
persekutuan yang menerima anugerah pengorbanan Kristus, berhubungan pula dengan
pemberkatan anak-anak oleh Tuhan Yesus (Mrk. 10:14; Luk. 18:16).

Baptisan itu adalah saluran kemurahan Allah bagi manusia, anak-anak dan yang dewasa,
karena melalui Baptisan itu Gereja berdiri di tengah dunia ini, dan melalui iman dijadikan layak
menerima keampunan dosa, kelahiran keampunan dosa, kelahiran kedua kali, kelepasan dari
kuasa maut dan kuasa iblis, dan memperoleh kebahagiaan kekal. Dan melalui Baptisan itu
jugalah orang percaya dipersatukan ke dalam kematian dan kebangkitan Tuhan Yesus, dan
menerima kuasa Roh Kudus (Mrk. 10:14; Luk.18:16; Kis 2:41; 10:48; 16:33; Rm. 6:4; I Kor.
10:1-9; Tit. 3:5; Ibr. 11:29; I Ptr. 3:21).

Dengan ajaran ini kita menekankan bahwa anak bayi dibaptiskan di tengah Gereja,
karena dengan demikianlah mereka termeteraikan ke dalam persekutuan yang ditebus Kristus,
sebab Tuhan Yesus adalah juga bersukacita menerima anak-anak. Orang tua diimbau agar
mereka mendorong anak-anak mereka yang sudah dibaptis ikut Sekolah Minggu, dan
persekutuan lainnya di Gereja. Kita juga menekankan, Gereja itu esa dalam Baptisan Kudus.
Cukuplah Baptisan Kudus dilayankan sekali kepada seseorang selama hidupnya.
2.3. Hubungan Babtisan dengan Keselamatan

Gereja-gereja Karismatik/Pentakosta (tradisional) kadang-kadang masih kurang tepat


dalam memahami defenisi dan makna babtisan air sebagai salah satu sakramen. Dengan
penafsiran ayat-ayat yang berbicara tentang babtisan seperti Markus 16:16; Yohanes 3, mereka
mengklaim bahwa mengikuti babtisan air adalah salah satu syarat untuk memperoleh
keselamatan.

Alkitab tidak mengajarkan bahwa baptisan menyelamatkan, sebab jika demikian maka
Alkitab tidak konsisten dan kebenaran Allah bukanlah kebenaran yang absolut. Sebab dengan
tegas Alkitab mengajarkan kepada kita bahwa keselamatan adalah anugerah Allah dengan Yesus
Kristus sebagai satu-satu-Nya jalan dan pembuka jalan keselamatan. Ayat-ayat Alkitab tidak
mungkin bertentangan satu dengan yang lainnya. Sekalipun ada ayat-ayat yang tampaknya
memberi indikasi bahwa baptisan berperan dalam keselamatan, tetapi kita tidak boleh
menerimanya begitu saja tanpa menyelidikinya terlebih dahulu.

Babtisan air tidak menyucikan kita, tetapi merupakan kesaksian tentang iman kita pada
Tuhan Yesus Kristus yang sudah bangkit. Iman yang harus kita miliki sebelum kita masuk dalam
babtisan air. Oleh karena itu, bukan air itu sendiri yang menyelamatkan kita, tetapi apa yang
dilambangkan dengan melalui babtisan itu: kebangkitan Yesus Kristus, kebangkitan yang
memperlihatkan bahwa Allah telah menerima pengurbanan Yesus demi kita dan sebagai
pengganti kita. Perjanjian Baru dengan jelas memperlihatkan bahwa bukan babtisan air,
melainkan darah Yesus yang membawa penyucian dan pengampunan: Oleh darah-Nya kita
dibenarkan (Rm. 5:9), hati nurani kita disucikan (Ibr. 4:14), dan kita ditebus (1Pet. 1:19).

Ketika Petrus berbicara tentang babtisan “untuk pengampunan dosamu” (KPR. 2:38), ia
menggunakan susunan kalimat bahasa Yunani yang sama dengan yang dipakai Yohanes
Pembabtis ketika ia berkata, “Aku membabtis kamu dengan air sebagai tanda pertobatan” (Mat.
3:11). “Sebagai tanda pertobatan” berarti “disebabkan oleh pertobatan” atau “sebagai kesaksian
tentang pertobatan.” Demikian juga “untuk pengampunan dosa” berarti “oleh sebab
pengampunan dosa” atau “sebagai kesaksian tentang fakta bahwa dosa telah diampuni.” Kecuali
seseorang pertama-tama telah percaya dan disucikan oleh darah Kristus, maka babtisan air tidak
berarti apa-apa.

Ayat Problematik

1 Petrus 3:21

"Juga kamu sekarang diselamatkan oleh kiasannya, yaitu baptisan--maksudnya bukan untuk
membersihkan kenajisan jasmani, melainkan untuk memohonkan hati nurani yang baik kepada
Allah--oleh kebangkitan Yesus Kristus."
Inilah ayat dalam Alkitab yang mengatakan bahwa baptisan menyelamatkan. Apakah ayat ini
mengajarkan bahwa kita harus dibaptis agar bisa diselamatkan? Tidak. Tetapi, supaya kita dapat
memahami ayat ini dengan benar, kita perlu untuk melihat konteksnya.

Jika kita perhatikan konteks ayat ini, suatu kemungkinan yang menarik akan muncul, meskipun
saya akui, bukanlah suatu tafsiran yang sangat disukai oleh para sarjana. Baptisan dapat
disamakan dengan apakah? Banjirkah? Atau, Bahterakah? Apakah yang telah menyelamatkan
keluarga Nuh? Bah itu ataukah bahteranya? Jelas, bahteranya. Nuh membangun dan masuk ke
dalam bahtera berdasarkan iman dan diselamatkan (Ibrani 11:7). Air bah itu menghancurkan
mereka yang fasik. Lagi pula, Petrus secara konsisten mengacu kepada air bah sebagai alat
untuk menghancurkan orang fasik (2 Petrus 2:5; 3:6), bukan sebagai keselamatan bagi Nuh dan
keluarganya. Melainkan, bahtera itulah yang menyelamatkan, bahtera yang dimasuki oleh Nuh
dengan iman. Sangat cocok rasanya bahwa baptisan di sini mengacu kepada bahtera, bukan air
bah.

Itulah mengapa sisa ayat tadi mengatakan, "maksudnya bukan untuk membersihkan kenajisan
jasmani, melainkan untuk memohonkan hati nurani yang baik kepada Allah oleh kebangkitan
Yesus Kristus" yang konsisten dengan apa yang dikatakan Paulus dalam Kolose 2:11-12 di mana
ia menyamakan baptisan dengan penyunatan atas hati.

Masalah dengan tafsiran ini adalah bahwa tafsiran ini tidak sesuai dengan "air dalam tipologi
air." Tampaknya akan lebih alamiah jika menyamakan air baptisan dengan air bah, karena sama-
sama air. Lebih jauh lagi, jika kita melihat bahwa air bah itu merupakan alat untuk
menyingkirkan kejahatan dari muka bumi, kita dapat berkata "sesuai dengan" air dari baptisan
yang menyingkirkan dosa dari hati kita. Meskipun cara menafsir seperti ini tampak lebih
alamiah, tafsiran seperti ini juga bermasalah.

Air baptisan bukanlah yang menyelamatkan kita, tetapi pengorbanan Kristus yang kita terima
berdasarkan imanlah yang menyelamatkan kita. Kita membaca banyak sekali ayat mengenai
pembenaran karena iman (Roma 5:1), keselamatan karena iman (Efesus 2:8), dll., bukan
pembenaran "oleh iman dan baptisan," atau keselamatan "oleh iman dan baptisan."1 Faktanya
adalah bahwa keselamatan diterima berdasarkan iman. Petrus, karena tidak ingin mengatakan
bahwa baptisan itu sendiri adalah yang menyelamatkan kita, denga segera menambahkan kata-
kata, "maksudnya bukan untuk membersihkan kenajisan jasmani, melainkan untuk memohonkan
hati nurani yang baik kepada Allah oleh kebangkitan Yesus Kristus." Baptisan air,
karenanya,mestinya mengiringi karya Roh Kudus dalam diri seseorang. Komentar tambahan
Petrus menerangkan kepada kita bahwa kegiatan baptisan fisik bukanlah hal yang
menyelamatkan, tetapi "baptisan sebagai permohonan kepada Allah." Permohonan kepada Allah
melalui iman ini sama dengan iman Nuh dalam Tuhan yang memimpinnya untuk membangun
bahtera, memasukinya, dan tetap tinggal di sana hingga banjir berlalu. Bahtera itulah yang
menyelamatkan Nuh, bukan air bah itu.
BAB IV

PENUTUP

4.1.Kesimpulan

Keselematan datang dari mereka yang percaya kepada tuhan Yesus kristus, Keselamatan
hanya dapat diperoleh dari tuhan Yesus kristus maka dari itu orang orang yang percaya kepada
nya dan mematuhi perintah nya akan memperoleh keselamatan,

Tinjauan teologis terhadap sakramen baptisan menyatakan bahwa baptisan air tidak turut
berperan mengerjakan keselamatan manusia. Hanya kurban Kristus di kayu salib sebagai satu-
satunya karya yang mengerjakan keselamatan. Tetapi kendati demikian, hal ini bukanlah menjadi
dalih bagi orang Kristen untuk meniadakan baptisan air. Sebab baptisan adalah ajaran yang
Alkitabiah dan sama sekali tidak menentang Firman Tuhan.

4.2. Saran

Penulis menyadari masih terdapat kekurangan dalam penulisan ini, untuk itu diharapkan
saran-saran dari pembaca supaya tulisan ini dapat dikembangkan lebih lanjut lagi untuk
mendapatkan pemahaman yang lebih baik. Lewat makalah ini diharapkan dapat memberikan
pemahaman yang benar tentang makna baptisan baik bagi diri sendiri maupun bagi orang lain.
Dengan pemahaman tersebut maka semakin meningkatkan ketaatan kepada Allah kita hingga
kedatangan-Nya menjemput gereja-Nya.
DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai