Anda di halaman 1dari 1

BAHAN SERMON HKBP RESSORT PARANGINAN

Jumat, 18 Desember 2020 untuk Minggu, 20 Desember 2020 (Advent IV)


Ev. 2 Samuel 7 : 1 - 16 Ep. Roma 16 : 25 - 27

Topik :
“Kerajaan Mesias yang Kokoh Selama-lamanya”
“Harajaon na Hot ro di Saleleng ni lelengna”
1. Pendahuluan
Nabi Samuel adalah nabi yang melayani di masa peralihan dari zaman hakim-hakim menjadi zaman raja-raja. Dalam
masa pelayanan Samuel inilah Israel meminta raja duniawi kepada Tuhan sebagaimana mereka melihat bangsa-
bangsa lain di sekitar Israel (Lih. I Samuel 8). Tuhan menganggap permintaan bangsa itu sebagai penolakan atas diri-
Nya sebagai raja. Namun demikian, Ia mengabulkan permintaan mereka. Singkat kata, Samuel melantik Saul menjadi
raja pertama atas arahan Tuhan namun kemudian digantikan oleh Daud juga atas arahan Tuhan karena Saul banyak
melakukan pelanggaran dan lebih memilih mengikuti rancangan-rancangannya sendiri sebagai raja. Rupanya,
pengangkatan raja atas Israel tidak berarti menggantikan TUHAN sebagai Raja Sesungguhnya. Saul melupakan itu,
sehingga pemerintahannya diberikan ke tangan Daud.
Daud berfikir sudah saatnya memberikan kepada Tuhan yang sangat berjasa kepadanya (Pasal 7:1) sebuah “hadiah”
berupa rumah. Ya, sebuah rumah yang berbeda dengan yang lainnya; rumah istimewa untuk Tuhan, rumah yang suci,
sebuah Bait Suci. Dalam dunia di sekitar Israel kuno, dewa-dewa bangsa lain memiliki rumah. Demikianlah juga orang
Israel belajar bahwa Allah baru sungguh diakui dan berwibawa jika mempunyai rumah. Daud sungguh paham akan
“anggapan baik” seperti itu. Dalam konteks pemahaman seperti itulah kita melihat perikop II Samuel 7:1-17 ini. Nah,
dalam bagian pemahaman teks berikut kita akan mendalami perikop yang mengisahkan di seputar rencana Daud itu.
2. Pendalaman Nas:
Ayat 1-3: Siapakah Daud sekarang ini, yang sudah punya istana padahal dulunya gelandangan; yang sekarang sudah
aman padahal dulunya dikejar-kejar orang yang memusuhinya (dalam hal ini Saul dan pasukannya, juga berarti
kerajaan-kerajaan tetangga yang dikalahkannya) jika bukan karena TUHAN? Bagi Daud, tidak pantas rasanya ia
tinggal dalam bangunan yang terbuat dari kayu terbaik, kayu aras, sementara tabut Tuhan cuma diberikan tenda.
Rupanya nabi Natan menyetujui niat baik yang berasal dari dalam hati Daud itu. Ia memberinya restu ilahi (bernada
memberkati).
Ayat 4-7: Namun, apa yang baik di mata manusia belum tentu di mata Tuhan. Apa yang oleh Daud dan nabi Natan
anggap baik ternyata oleh TUHAN tidak. Tuhan keberatan akan rencana mereka, dan dengan segera memberikan
komplein-Nya kepada Daud, dengan perantaraan nabi Natan. Kesan kuat dari dialog Tuhan dengan Natan tentang
rencana itu adalah Tuhan tidak mau diatur dan ditempatkan di suatu tempat yang permanen dan tidak bisa diangkat
kemana-mana. Jadi, kurang lebih berarti: Tuhan lebih suka berjalan kesana dan kemari atau kemanapun Ia mau.
Dalam keberatan yang Ia sampaikan melalui Natan, Tuhan sepertinya menyindir Daud dengan mengingatkannya
bahwa tidak pernah Ia meminta dibuatkan rumah dari kayu aras.
Ayat 8-11: Tuhan kemudian berkata kepadanya melalui nabi Natan bahwa Dialah TUHAN bagi semesta alam, dan
bahwa Dia jugalah yang berkarya dalam kehidupan Daud sehingga dia yang dulunya hanya seorang gembala menjadi
raja seperti sekarang ini. Tuhanlah yang memuluskan perjalanan karirnya. Bahkan bukan hanya dirinya namun juga
seluruh bangsa Israel, Tuhanlah yang mengatur jalan hidup mereka dan menentukan tempat mereka berdiam. Nah,
dengan pengungkapan seperti itu, TUHAN menegaskan lagi kedaulatannya yang melebihi Daud. Dia tidak tergantung
kepada Daud, melainkan sebaliknya.
Ayat 11-16: Namun demikian, rupanya kemudian Tuhan menerima rencana Daud itu tetapi bukan dia yang akan
melakukannya melainkan anaknya kelak. Jadi, walaupun Tuhan menerima, pada awalnya Ia menolak dengan
setidaknya 2 alasan: pertama, Ia lebih memilih tenda yang telah dirancang-Nya sendiri. Kedua, rumah itu tidak perlu
karena Ia sendiri tidak pernah memintanya kepada Israel dan para pemimpin (hakim) orang Israel. Soal rumah yang
akan dibangun kelak itu, bukan untuk Tuhan melainkan bagi nama-Nya. Dengan berdirinya rumah itu nantinya, Tuhan
akan mengokohkan tahta kerajaan Daud melalui keturunannya itu. Pola didikan itu menurut kasih sayang bapak
kepada anaknya. Juga Tuhan menjanjikan kerajaan Daud dan keturunannya itu akan kokoh selama-lamanya. Berkat
dan janji ini bukan karena rencana Daud membangun rumah untuk Tuhan sehingga Tuhan berterima kasih. Justru dari
awal Tuhan menunjukkan keberatan-Nya. Tahta “abadi” Daud itu lebih terkait kepada perjanjian Allah dengan Israel
sebagai umat pilihan-Nya. Perlu ditekankan di sini bahwa penafsiran terhadap perikop II Samuel 7:1-16 ini dan
terutama ayat 13 dan 16 tidak sebatas kepada Salomo (sebagai anak Daud) namun juga dianggap sebagai nubuat
terhadap Mesias sebagai keturunan dan pewaris takhta Daud, sebagaimana juga yang digambarkan dalam Yes. 9:6
dan Luk. 1:32-33. Yesus disebut ‘Anak Daud’ dalam Mat. 1:1. Dalam Roma 1:3, Yesus juga disebut ‘keturunan Daud
menurut daging’.

3. Penutup
Dalam Minggu Adven ini adalah dalam kerangka memahami akar teologis akan Raja Mesias yang dijanjikan itu. Jadi,
bagi orang Israel, perikop bacaan ini menjadi salah satu bagian kitab suci yang memberikan nubuat dan pengharapan
akan raja di masa depan yang mulia seperti Daud. Daud adalah raja yang tidak tertandingi dan tidak ada seperti
dirinya dari semua raja Israel. Dialah raja yang mensejahterakan Israel baik secara politis, sosial, dan rohani. Raja di
masa depan itu adalah dia yang diurapi dan dipilih Allah untuk mewujudkan janji-Nya tentang sebuah kerajaan yang
kokoh selamanya. Syaratnya, raja yang dijanjikan itu memiliki kualitas seperti Daud (band. Mat. 22:42; Yoh. 7:42).
Sebagai penerus dari pengharapan akan Mesias yang dijanjikan itu, orang Kristen mengakui Yesus Kristus sebagai
penggenapannya. Dalam hal ini, kerajaan Daud yang dijanjikan itu menjadi kerajaan dimana Allah sendiri yang
memerintahnya. Dengan Yesus sebagai “tunas, yaitu keturunan Daud” (Why. 22:16) maka kehendak Allah berlaku di
bumi seperti di Sorga. Dengan pengharapan yang sama, orang Kristen juga mengakui pemerintahan Yesus Kristus
sebagai raja (Roma 10:20). Dengan pemahaman baru tentang mesias di kalangan murid-murid (orang Kristen
generasi pertama) dan di lingkungan gereja (generasi kemudian), kerajaan itu diberi makna rohani sebagai Kerajaan
Allah atau Kerajaan Sorga, yang kekuasaannya juga berlaku di bumi (Mat. 28:18), yang Rajanya adalah Kristus.

Anda mungkin juga menyukai