Anda di halaman 1dari 5

PENGANTAR PERJANJIAN LAMA 1

“KITAB II SAMUEL”

OLEH:

YUSUF YUDI SASMITO, SE.,MM


NIM. 0121015

SEKOLAH ALKITAB BAPTIS KEDIRI


2021
KITAB II SAMUEL

1. PENULIS

Kitab 2 Samuel tidak mencantumkan identitas penulisnya. Penulisnya tidak


mungkin nabi Samuel, karena ia dikisahkan sudah meninggal dalam kitab 1
Samuel. Kemungkinan besar penulisnya adalah Natan dan Gad (lihat 1 Tawarikh
29:29).

2. WAKTU PENULISAN

Berdasarkan manuskrip aslinya, kitab 1 dan 2 Samuel itu satu kitab. Para
penerjemah Septuaginta telah memisahkan kedua kitab tersebut dan sejak
pemisahan tersebut, tidak pernah digabungkan lagi.

Peristiwa yang terjadi dalam kitab 1 Samuel terjadi dalam kurun waktu 100
tahun, dari kurun wakut sekitar 1100- 1000 SM. Peristiwa yang terjadi dalam
kitab 2 Samuel kira-kira mencakup masa 40 tahun selanjutnya. Tanggal
penulisannya diperkirakan setelah 960 SM.

3. TUJUAN PENULISAN KITAB II SAMUEL

Kitab 2 Samuel adalah sambungan dari Kitab 1 Samuel. Kitab ini memuat


sejarah pemerintahan Raja Daud, mula-mula atas Yudea, kerajaan selatan (pasal
1-4), kemudian atas seluruh negeri, termasuk Israel di sebelah utara (pasal 5-24).
Dalam kitab ini diceritakan dengan jelas dan menarik bagaimana Daud berusaha
memperluas dan mengukuhkan kedudukannya. Ia harus berperang melawan
musuh-musuhnya, baik di dalam maupun di luar negeri. Daud digambarkan
sebagai orang yang sangat beriman, taat dan setia kepada Allah, juga sebagai
orang yang mampu memperoleh kesetiaan rakyatnya. Tetapi ia digambarkan juga
sebagai orang yang dapat bertindak kejam, dan yang tidak segan melakukan dosa-
dosa besar semata-mata untuk memenuhi keinginannya dan cita-citanya. Tetapi
ketika ia dihadapkan kepada dosa-dosanya oleh Natan, nabi Allah, Daud
mengakui dosa-dosanya itu dan dengan rela menerima hukuman dari Allah.

Hidup dan prestasi Daud sangat dikagumi oleh rakyat Israel. Di zaman-zaman


kemudian, bilamana ada musibah nasional, dan rakyat merindukan seorang raja,
maka yang diinginkan ialah seorang "putra Daud". Artinya, seorang keturunan
Daud yang akan bertindak seperti dia.

4. GARIS BESAR

Kitab 2 Samuel dapat dibagi menjadi dua bagian - Kemenangan Daud (pasal
1-10) dan permasalahan Daud (pasal 11-20). Bagian akhir kitab ini (pasal 21-24)
adalah lampiran yang tidak berurutan yang mengulas beberapa detil mengenai
pemerintahan Daud.

Kitab ini dimulai dengan momen Daud menerima kabar mengenai kematian
Saul dan anaknya. Ia memerintahkan digelarnya waktu berkabung. Tidak lama
kemudian, Daud dinobatkan sebagai raja atas Yudea. Sementara, Isyboset bin
Saul, garis keturunan dari Saul yang masih hidup, dinobatkan sebagai raja atas
Israel (pasal 2).

Perang saudara segera terjadi, tetapi Isyboset terbunuh. Bangsa Israel pun
meminta Daud untuk memerintah mereka (pasal 4-5).

Daud memindahkan ibukota negara dari Hebron ke Yerusalem dan


memindahkan Tabut Perjanjian (pasal 5-6). Rencana Daud untuk membangun
sebuah bait di Yerusalem ditolak oleh Allah, yang kemudian menjanjikan Daud
beberapa hal: 1) Daud akan mempunyai putra yang akan memerintah setelahnya;
2) Anak Daud yang akan membangun bait itu; 3) tahta kerajaan akan selalu diisi
oleh keturunan Daud untuk selamanya; dan 4) Allah tidak akan meniadakan belas
kasihNya dari keluarga Daud (2 Samuel 7:4-16).

Daud memimpin Israel kepada kemenangan di atas berbagai bangsa musuh


yang mengelilingi mereka. Ia menunjukkan kebaikan kepada keluarga Yonatan
dengan menerima Mefiboset, anak Yonatan yang cacat kakinya (pasal 9-10).

Kemudian Daud terjatuh dalam dosa. Ia berzinah dengan seorang wanita


cantik bernama Batsyeba, berzinah dengannya, dan mengatur pembunuhan
suaminya (pasal 11). Ketika nabi Natan menegur dosa Daud, ia segera bertobat,
dan Allah mengampuni.

Akan tetapi, Allah memberitahu Daud bahwa ada hukuman baginya melalui
masalah yang akan timbul dari keluarganya sendiri.
Masalah itu datang ketika anak sulung Daud, Amnon, memerkosa saudara
tirinya, Tamar. Sebagai pembalasan, Absalom, saudara kandung Tamar
membunuh Amnon.

Absalom kemudian melarikan diri dari Yerusalem supaya tidak menghadapi


murka ayahnya. Di kemudian hari, Absalom memimpin pemberontakan terhadap
Daud, dan beberapa mitra Daud bergabung dalam pemberontakan ini (pasal 15-
16).

Daud diusir dari Yerusalem dan Absalom menobatkan dirinya sebagai raja.
Pemberontakan ini akhirnya bisa ditaklukkan, akan tetapi - diluar kehendak Daud
- Absalom terbunuh. Daud berkabung atas kematian anaknya itu.

Perasaan bimbang menyertai sisa pemerintahan Daud. Israel mengancam


untuk berpisah dari Yudea, dan Daud harus menumpas pemberontakan lagi (pasal
20).

Lampiran kitab ini juga menyertakan informasi mengenai musim paceklik


yang berlangsung selama tiga tahun (pasal 21), nyanyian Daud (pasal 22), catatan
prestasi orang-orangnya Daud (pasal 23), dan sensus penduduk yang dilakukan
Daud yang tidak berkenan kepada Allah. Tulah datang sebagai hukuman atas dosa
ini (pasal 24).

5. HUBUNGAN DENGAN PERJANJIAN BARU

Tuhan Yesus dapat ditemui dalam dua bagian dari kitab 2 Samuel. Yang
pertama, Perjanjian Daud dinyatakan melalui 2 Samuel 7:16: "Keluarga dan
kerajaanmu akan kokoh untuk selama-lamanya di hadapan-Ku, takhtamu akan
kokoh untuk selama-lamanya."

Perjanjian ini ditegaskan sekali lagi dalam Lukas 1:3-33, ketika seorang
malaikat yang menampakkan diri kepada Maria untuk mengumumkan kelahiran
Yesus kepadanya berkata, "Ia akan menjadi besar dan akan disebut Anak Allah
Yang Mahatinggi. Dan Tuhan Allah akan mengaruniakan kepada-Nya takhta
Daud, bapa leluhur-Nya, dan Ia akan menjadi raja atas kaum keturunan Yakub
sampai selama-lamanya dan Kerajaan-Nya tidak akan berkesudahan."
Kristus adalah penggenapan Perjanjian Daud; Ia adalah Anak Allah dalam
garis keturunan Daud yang akan bertahta selamanya.

Kedua, sosok Yesus dapat dilihat dalam pujian Daud pada akhir kehidupannya
(2 Samuel 22:2-51). Ia bernyanyi tentang gunung batunya, tempat perlindungan,
kota bentengnya, tempat pelariannya, dan juruselamatnya.

Yesus adalah Gunung Batu kita (1 Korintus 10:4; 1 Petrus 2:7-9), Penyelamat
Israel (Roma 11:25-27), kota benteng dimana "kita yang mencari perlindungan,
beroleh dorongan yang kuat untuk menjangkau pengharapan yang terletak di
depan kita" (Ibrani 6:18), dan satu-satunya Juruselamat (Lukas 2:11; 2 Timotius
1:10).

6. APLIKASI DALAM KEHIDUPAN KITA SEBAGAI ORANG PERCAYA

Setiap orang dapat jatuh. Bahkan, seseorang seperti Daud, yang benar-benar
ingin mengikuti Allah dan diberkati berlimpah olehNya, masih rentan jatuh ke
dalam godaan. Dosa Daud dengan Batsyeba seharusnya menjadi himbauan bagi
kita untuk menjaga hati, mata, dan pikiran kita.

Kesombongan atas kedewasaan rohani dan kemampuan kita menahan godaan


dengan mengandalkan kekuatan diri sendiri adalah langkah awal dari kejatuhan (1
Korintus 10:12).

Allah selalu bermurah hati memberi pengampunan, bahkan untuk dosa yang
paling buruk, ketika kita sungguh-sungguh bertobat. Akan tetapi, memulihkan
luka yang diakibatkan dosa terkadang meninggalkan bekas.

Dosa pasti membawa akibat. Setelah ia diampuni, Daud harus menuai apa
yang ia tabur. Anak haram yang lahir dari perzinahan harus diambil darinya (2
Samuel 12:14-24). Lebih-lebih, ia harus menderita kesengsaraan atas putusnya
hubungan yang intim dengan Bapa surgawinya (Mazmur 32 dan 51).

Karena itu, jauh lebih baik menghindari dosa daripada mencari pengampunan
di kemudian hari.

Anda mungkin juga menyukai