DISUSUN OLEH:
NAMA : KIKI FATIMAH
NIM : 2012B2017
1
LAPORAN PENDAHULUAN
1. DEFINISI
Gagal jantung kongestif (decompensasi cordis) adalah ketidakmampuan jantung untuk memompa
darah dalam jumlah yang cukup untuk memenuhi kebutuhan jaringan terhadap oksigen dan nutrien.
(Diane C. Baughman dan Jo Ann C. Hockley, 2000).
Gagal jantung adalah keadaan dimana jantung tidak mampu lagi memompakan darah secukupnya
dalam memenuhi kebutuhan sirkulasi badan untuk keperluan metabolisme jaringan tubuh pada keadaan
tertentu sedangkan tekanan pengisian kedalam jantung masih cukup tinggi.( Soeparman IPD II 1987,
193 ).
Gagal jantung merupakan suatu keadaan dimana serambi kiri dan atau kanan dari jantung tidak
mampu untuk memberikan keluaran yang cukup untuk memenuhi kebutuhan jaringan dan menyebabkan
terjadinya kongesti pulmonal dan sistemik (Maryllin E Doengoes, rencana asuhan keperawatan 2000 ;
52).
Dari pengertian-pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa penyakit gagal jantung merupakan
suatu keadaan atau kondisi patofisiologis dimana jantung sebagai pompa tidak mampu lagi memompakan
darahnya dalam jumlah yang cukup untuk memenuhi kebutuhan jaringan dalam melakukan metabolisme
sehingga dapat menyebabkan terjadinya kongesti pulmonal dan sistemik.
Menurut Braunwald, gagal jantung adalah suatu keadaan patofisiologis adanya kelainan fungsi
jantung berakibat jantung gagal memompakan darah untuk memenuhi kebutuhan metabolisme jaringan
dan/atau kemampuannya hanya ada kalau disertai peninggian tekanan pengisian ventrikel kiri.
Definisi alternatif menurut Packer, gagal jantung kongestif merupakan suatu sindrom klinis yang rumit
yang ditandai dengan adanya abnormalitas fungsi ventrikel kiri dan kelainan regulasi neurohormonal,
disertai dengan intoleransi kemampuan kerja fisis (effort intolerance), retensi cairan, dan memendeknya
umur hidup (reduced longevity). Termasuk di dalam kedua batasan tersebut adalah suatu spektrum
fisiologi-klinis yang luas, mulai dari cepat menurunnya daya pompa jantung (misalnya pada infark
jantung yang luas, takiaritmia atau bradikardia yang mendadak), sampai pada keadaan-keadaan di mana
proses terjadinya kelainan fungsi ini berjalan secara bertahap tetapi progresif (misalnya pada pasien
dengan kelainan jantung yang berupa pressure atau. volume overload dan hal ini terjadi akibat penyakit
pada jantung itu sendiri, seperti hipertensi, kelainan katup aorta atau mitral dll).
Secara singkat menurut Sonnenblik, gagal jantung terjadi apabila jantung tidak lagi mampu
memompakan darah yang cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolik tubuh pada tekanan pengisian
yang normal, padahal aliran balik vena (venous return) ke jantung dalam keadaan normal.
2. KLASIFIKASI
Berdasarkan bagian jantung yang mengalami kegagalan pemompaan,gagal jantung terbagi atas gagal
jantung kiri, gagal jantung kanan, dan gagal jantung kongestif.
2
Pada gagal jantung kiri terjadi dyspneu d’effort, fatigue, ortopnea, dispnea nocturnal paroksismal,
batuk, pembesaran jantung, irama derap, ventricular heaving, bunyi derap S3 dan S4, pernapasan cheyne
stokes, takikardi, pulsusu alternans, ronkhi dan kongesti vena pulmonalis. Pada gagal jantung kanan
timbul edema,liver engorgement,anoreksia,dan kembung.Pada pemeriksaan fisik didapatkan hipertrofi
jantung kanan,heaving ventrikel kanan,irama derap atrium kanan,murmur,tanda tanda penyakit paru
kronik,tekanan vena jugularis meningkat,bunyi P2 mengeras,asites,hidrothoraks,peningkatan tekanan
vena, hepatomegali, dan pitting edema. Pada gagal jantung kongestif terjadi manifestasi gabungan gagal
jantung kiri dan kanan. New York Heart Association (NYHA) membuat klasifikasi fungsional dalam 4
kelas :
Kelas 1 ; Bila pasien dapat melakukan aktivitas berat tanpa keluhan.
Kelas 2 ; Bila pasien tidak dapat melakukan aktivitas lebih berat dari aktivitas sehari hari tanpa
keluhan.
Kelas 3 ; Bila pasien tidak dapat melakukan aktivitas sehari hari tanpa keluhan.
Kelas 4 ; Bila pasien sama sekali tidak dapat melakukan aktivits apapun dan harus tirah baring.
3. ETIOLOGI
Mekanisme fisiologis yang menyebabkan timbulnya dekompensasi kordis adalah keadaan-keadaan
yang meningkatkan beban awal, beban akhir atau yang menurunkan kontraktilitas miokardium. Keadaan
yang meningkatkan beban awal seperti regurgitasi aorta, dan cacat septum ventrikel. Beban akhir
meningkat pada keadaan dimana terjadi stenosis aorta atau hipertensi sistemik. Kontraktilitas
miokardium dapat menurun pada infark miokard atau kardiomyopati. Faktor lain yang dapat
menyebabkan jantung gagal sebagai pompa adalah gangguan pengisisan ventrikel ( stenosis katup
atrioventrikuler ), gangguan pada pengisian dan ejeksi ventrikel (perikarditis konstriktif dan temponade
jantung). Dari seluruh penyebab tersebut diduga yang paling mungkin terjadi adalah pada setiap kondisi
tersebut mengakibatkan pada gangguan penghantaran kalsium di dalam sarkomer, atau di dalam sistesis
atau fungsi protein kontraktil ( Price. Sylvia A, 2006).
5
WEB OF CAUTION : DECOMPENSASI CORDIS
\
Gangguan aliran darah Arteriosklerosis Faktor sistemik Penyakit jantung Kelainan Kontraktilitas
ke otot jantung koroner (hipoksia, anemia) (stenosis katup AV, otot jantung
stenosis katup
temponade pericardium,
Atrofi Beban jantung
Disfungsi miokardium Beban volume Pasokan oksigen ke perikarditis konstruktif)
serabut otot
berlebihan jantung
Decompensasi
Cordis
MK : Penurunan
Penurunan kontraktilitas jantung
curah jantung
Tekanan
kapiler paru Fatigue
MK :
Nyeri
Edema paru MK : Intoleransi
aktivitas
MK : Gangguan
pertukaran gas
2
5. PATOFISIOLOGI
Kelainan intrinsik pada kontraktilitas myokard yang khas pada gagal jantung akibat penyakit jantung
iskemik, mengganggu kemampuan pengosongan ventrikel yang efektif. Kontraktilitas ventrikel kiri yang
menurun mengurangi curah sekuncup, dan meningkatkan volume residu ventrikel. Sebagai respon
terhadap gagal jantung, ada tiga mekanisme primer yang dapat dilihat :
1. Meningkatnya aktivitas adrenergic simpatik.
2. Meningkatnya beban awal akibat aktivasi system rennin angiotensin aldosteron, dan
3. Hipertrofi ventrikel.
Ketiga respon kompensatorik ini mencerminkan usaha untuk mempertahankan curah jantung.
Kelainan pada kerja ventrikel dan menurunnya curah jantung biasanya tampak pada keadaan
beraktivitas. Dengan berlanjutnya gagal jantung maka kompensasi akan menjadi semakin kurang
efektif. Menurunnya curah sekuncup pada gagal jantung akan membangkitkan respon simpatik
kompensatorik. Meningkatnya aktivitas adrenergic simpatik merangang pengeluaran katekolamin dari
saraf saraf adrenergic jantung dan medulla adrenal. Denyut jantung dan kekuatan kontraksi akan
meningkat untuk menambah curah jantung. Juga terjadi vasokonstriksi arteria perifer untuk
menstabilkan tekanan arteria dan redistribusi volume darah dengan mengurangi aliran darah ke organ
organ yang rendah metabolismenya seperti kulit dan ginjal, agar perfusi ke jantung dan otak dapat
dipertahankan.
Penurunan curah jantung pada gagal jantung akan memulai serangkaian peristiwa :
1. Penurunan aliran darah ginjal dan akhirnya laju filtrasi glomerulus.
2. Pelepasan rennin dari apparatus juksta glomerulus.
3. Iteraksi rennin dengan angiotensinogen dalam darah untuk menghasilkan angiotensin I.
4. Konversi angiotensin I menjadi angiotensin II.
5. Perangsangan sekresi aldosteron dari kelenjar adrenal.
6. Retansi natrium dan air pada tubulus distal dan duktus pengumpul.
Respon kompensatorik terakhir pada gagal jantung adalah hipertrofi miokardium atau
bertambahnya tebal dinding. Hipertrofi meningkatkan jumlah sarkomer dalam sel-sel miokardium;
tergantung dari jenis beban hemodinamik yang mengakibatkan gagal jantung,sarkomer dapat
bertambah secara parallel atau serial. Respon miokardium terhadap beban volume, seperti pada
regurgitasi aorta, ditandai dengan dilatasi dan bertambahnya tebal dinding.
6. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. EKG : Hipertrofi atrial atau ventrikuler, penyimpangan aksis, iskemia dan kerusakan pola
mungkin terlihat. Disritmia misalnya : takhikardi, fibrilasi atrial. Kenaikan segmen ST/T persisten
6 minggu atau lebih setelah imfark miokard menunjukkan adanya aneurime ventricular.
2. Sonogram : Dapat menunjukkan dimensi pembesaran bilik, perubahan dalam fungsi atau struktur
katub atau penurunan kontraktilitas ventrikular.
3. Scan jantung : Tindakan penyuntikan fraksi dan memperkirakan pergerakan dinding.
1
4. Kateterisasi jantung : Tekanan abnormal merupakan indikasi dan membantu membedakan gagal
jantung sisi kanan dan sisi kiri, dan stenosi katup atau insufisiensi, juga mengkaji potensi arteri
koroner. Zat kontras disuntikkan kedalam ventrikel menunjukkan ukuran abnormal dan ejeksi
fraksi atau perubahan kontrktilitas. (Wilson Lorraine M, 2001)
5. Foto thorak dapat mengungkapkan adanya pembesaran jantung, edema atau efusi fleura yang
menegaskan diagnosa CHF.
6. Elektrolit serum yang mengungkapkan kadar natrium yang rendah sehingga hasil hemodilusi
darah dari adanya kelebihan retensi air. (Nursalam M, 2002)
7. PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan dari dekompensasi kordis pada dasarnya diberikan hanya untuk menunggu saat terbaik
untuk melakukan tindakan bedah pada penderita yang potentially curable. Dasar pengobatan
dekompensasi kordis dapat dibagi menjadi :
1. Non medikamentosa.
Dalam pengobatan non medikamentosa yang ditekankan adalah istirahat, dimana kerja jantung dalam
keadaan dekompensasi harus dikurangi benar–benar dengan tirah baring (bed rest) mengingat
konsumsi oksigen yang relatif meningkat. Sering tampak gejala–gejala jantung jauh berkurang hanya
dengan istirahat saja. Diet umumnya berupa makanan lunak dengan rendah garam. Jumlah kalori
sesuai dengan kebutuhan. Penderita dengan gizi kurang diberi makanan tinggi kalori dan tinggi
protein. Cairan diberikan sebanyak 80–100 ml/kgbb/hari dengan maksimal 1500 ml/hari.
2. Medikamentosa
Pengobatan dengan cara medikamentosa masih digunakan diuretik oral maupun parenteral yang
masih merupakan ujung tombak pengobatan gagal jantung, sampai edema atau asites hilang (tercapai
euvolemik). ACE-inhibitor atau Angiotensin Receptor Blocker (ARB) dosis kecil dapat dimulai
setelah euvolemik sampai dosis optimal. Penyekat beta dosis kecil sampai optimal dapat dimulai
setelah diuretik dan ACE-inhibitor tersebut diberikan.
Digitalis diberikan bila ada aritmia supra-ventrikular (fibrilasi atrium atau SVT lainnya) dimana
digitalis memiliki mamfaat utama dalam menambah kekuatan dan kecepatan kontraksi otot. Jika
ketiga obat diatas belum memberikan hasil yang memuaskan. Aldosteron antagonis dipakai untuk
memperkuat efek diuretik atau pada pasien dengan hipokalemia, dan ada beberapa studi yang
menunjukkan penurunan mortalitas dengan pemberian jenis obat ini. Pemakaian obat dengan efek
diuretik-vasodilatasi seperti Brain Natriuretic Peptide (Nesiritide) masih dalam penelitian. Pemakaian
alat Bantu seperti Cardiac Resychronization Theraphy (CRT) maupun pembedahan, pemasangan ICD
(Intra-Cardiac Defibrillator) sebagai alat pencegah mati mendadak pada gagal jantung akibat iskemia
maupun non-iskemia dapat memperbaiki status fungsional dan kualitas hidup, namun mahal.
Transplantasi sel dan stimulasi regenerasi miokard, masih terkendala dengan masih minimalnya
jumlah miokard yang dapat ditumbuhkan untuk mengganti miokard yang rusak dan masih
memerlukan penelitian lanjut.
3. Operatif
Pemakaian Alat dan Tindakan Bedah antara lain :
2
a. Revaskularisasi (perkutan, bedah)
b. Operasi katup mitral
c. Aneurismektomi
d. Kardiomioplasti
e. External cardiac support
f. Pacu jantung, konvensional, resinkronisasi pacu jantung biventricular
g. Implantable cardioverter defibrillators (ICD)
h. Heart transplantation, ventricular assist devices, artificial heart
i. Ultrafiltrasi, hemodialisis
3
INSTITUT ILMU KESEHATAN STRADA INDONESIA
FAKULTAS KEPERAWATAN DAN KEBIDANAN
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
ALAMAT : JL. Manila No. 37 Sumberece Kediri Telp. (0354) 7009713 Fax. (0354) 695130
I. PENGKAJIAN
B. RIWAYAT KESEHATAN
1. KELUHAN UTAMA :
Klien mengatakan sesak nafas
2. RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG :
Pasien laki-laki usia 45 tahun diantar keluarganya ke UGD dengan keluhan sesak napas sejak 2 hari
yang lalu. Sesak bertambah pada saat pasien berbaring dan berkurang dengan posisi setengah duduk.
Pasien sering mengalami keringat dingin. Hasil pemeriksaan didapatkan: Tekanan Darah
80/60mmHg, frekuensi napas 30x/mnt, pitting oedema pada ekstremitas bawah, JVP (+), dan terdapat
suara ronchi di bagian basal paru
4
3. RIWAYAT PENYAKIT MASA LALU :
a. Penyakit yang pernah dialami
Tidak ada
c. Pernah Operasi
Tidak pernah
d. Riwayat alergi
Tidak ada
5. GENOGRAM ( 3 GENERASI)
5
6. RIWAYAT PSIKOSOSIAL :
Tidak gangguan
Kemampuan 0 1 2 3 4 5
Perawatan diri
Mandi
Toileting
Berpakaian
Mobilitas di tempat
tidur
Berpindah
Ambulasi (ROM)
Interpretasi Hasil :
0 : mandiri
1 : alat Bantu
2 : dibantu olang lain
3 : tergantung total
8. PEMERIKSAAN FISIK :
a. Keadaam umum : lemah
Kesadaran : composmetis
GCS : 4-5-6
6
c. tinggi badan :160 Cm.
berat badan : 60 Kg.
status nutrisi : normal, IMT: 23,4
d. Kepala dan leher :
Kapala simetris dan tidak ada benjolan , pusing.
Leher simetris tidak ada pembengkakan dan kaku kuduk, JPV (+)
g. Pemeriksaan Abdomen :
a) Inspeksi
a. Bentuk abdomen : normal
b. Benjolan / massa : tidak ada massa
c. Bayangan pembuluh darah : tidak terlihat
b) Auskultasi
a. Peristaltik usus : terdengan gerakan peristaltik usus, bising usus <
20x/menit
c) Palpasi
a. Tanda nyeri tekan : tidak ada tekan
b. Benjolan / massa : tidak ada massa
c. Tanda ascites : tidak ascites
d. Hepar : tidak ada.
e. Lien : tidak ada
7
f. Titik Mc Burney : tidak ada
d) Perkusi
a. Suara abdomen : tympani
b. Pemeriksaan ascites : tidak ada
j. Pemeriksaan Integumen :
a.Kebersihan : bersih
b. Kehangatan : akral dingin
c.Warna : normal
d. Turgor : baik
e.Kelembapan : lembab
f. Kelainan pada kulit : kulit berkeringat
9. SPIRITUAL :
Pasien beribadah sesuai kemampuan dan keyakinan
8
Nama Pasien : Ny. S No. Register : ……………………
ANALISIS DATA
9
Nama Pasien : Ny. S No. Register : ……………………
10
Nama Pasien : Tn. X No. Register :………………………………………..
RENCANA KEPERAWATAN
Terapeutik
- Atur intervalpemantauan respirasi
sesuai kondisi pasien
- Pertahankan kepatenan jalan
nafas
Edukasi
- Jelaskan tujuan dan prosedur
pemantauan
Kolaborasi
- Kolaborasi penggunaan O2 saat
aktivitas dan atau tidur
Jumat, D. 0008 Perubahan Luaran Utama : Intervensi utama :
21 maret curah jantung Curah jantung - Perawatan jantung
2017 berhubungan
dengan Luaran tambahan : Intervensi pendukung :
perubahan - Status cairan - Manajemen cairan
11
preload - Tingkat keletihan - Pemberian obat oral
Edukasi
- Ajarkan pasien dan keluarga
mengukur intake output cairan
harian
- Jelaskan jenis obat, alas an
pemberian tindakan yang di
harapkan dan efek samping
sebelum pemberian
Kolaborasi
- Pemberian obat oral
12
CATATAN PERKEMBANGAN
DOKUMENTASI ABSEN
13
14