Anda di halaman 1dari 29

DECOMPENSASI CORDIS

A. Definisi
Decompensasi cordis adalah kegagalan jantung dalam upaya untuk
mempertahankan peredaran darah sesuai dengan kebutuhan tubuh. (Dr.
Ahmad ramali,2000)
Dekompensasi kordis adalah suatu keadaan dimana terjadi penurunan
kemampuan fungsi kontraktilitas yang berakibat pada penurunan fungsi
pompa jantung (Tabrani, 1998; Price, 2000).
Gagal jantung adalah keadaan patofisiologik yang mana jantung sebagai
pompa tidak mampu memenuhi kebutuhan darah untuk metabolisme jaringan
(Carleton,P.F dan M.M. O’Donnell, 1995 ; Ignatavicius and Bayne, 1997 ).
Gagal jantung kongestif adalah keadaan yang mana terjadi bendungan
sirkulasi akibat gagal jantung dan mekanisme kompensatoriknya
(Carleton,P.F dan M.M. O’Donnell, 1995 ; Ignatavicius and Bayne, 1997).
Menurut Braunwald, gagal jantung adalah suatu keadaan patofisiologis
adanya kelainan fungsi jantung berakibat jantung gagal memompakan darah
untuk memenuhi kebutuhan metabolisme jaringan dan/atau kemampuannya
hanya ada kalau disertai peninggian tekanan pengisian ventrikel kiri.
Definisi alternatif menurut Packer, gagal jantung kongestif merupakan suatu
sindrom klinis yang rumit yang ditandai dengan adanya abnormalitas fungsi
ventrikel kiri dan kelainan regulasi neurohormonal, disertai dengan intoleransi
kemampuan kerja fisis (effort intolerance), retensi cairan, dan memendeknya
umur hidup (reduced longevity). Termasuk di dalam kedua batasan tersebut
adalah suatu spektrum fisiologi-klinis yang luas, mulai dari cepat menurunnya
daya pompa jantung (misalnya pada infark jantung yang luas, takiaritmia atau
bradikardia yang mendadak), sampai pada keadaan-keadaan di mana proses
terjadinya kelainan fungsi ini berjalan secara bertahap tetapi progresif
(misalnya pada pasien dengan kelainan jantung yang berupa pressure atau.
volume overload dan hal ini terjadi akibat penyakit pada jantung itu sendiri,
seperti hipertensi, kelainan katup aorta atau mitral dll).
Secara singkat menurut Sonnenblik, gagal jantung terjadi apabila jantung
tidak lagi mampu memompakan darah yang cukup untuk memenuhi
kebutuhan metabolik tubuh pada tekanan pengisian yang normal, padahal
aliran balik vena (venous return) ke jantung dalam keadaan normal.
A. Etiologi
Mekanisme fisiologis yang menyebabkan timbulnya dekompensasi kordis
adalah keadaan-keadaan yang meningkatkan beban awal, beban akhir atau
yang menurunkan kontraktilitas miokardium. Keadaan yang meningkatkan
beban awal seperti regurgitasi aorta, dan cacat septum ventrikel. Beban akhir
meningkat pada keadaan dimana terjadi stenosis aorta atau hipertensi
sistemik. Kontraktilitas miokardium dapat menurun pada infark miokard atau
kardiomyopati. Faktor lain yang dapat menyebabkan jantung gagal sebagai
pompa adalah gangguan pengisisan ventrikel ( stenosis katup atrioventrikuler
), gangguan pada pengisian dan ejeksi ventrikel (perikarditis konstriktif dan
temponade jantung). Dari seluruh penyebab tersebut diduga yang paling
mungkin terjadi adalah pada setiap kondisi tersebut mengakibatkan pada
gangguan penghantaran kalsium di dalam sarkomer, atau di dalam sistesis
atau fungsi protein kontraktil ( Price. Sylvia A, 2006).

Decompensasi cordis terbagi atas dua macam meliputi :


1. Decompensasi cordis kiri/gagal jantung kiri
Dengan berkurangnya curah jantung pada gagal jantung
mengakibatkan pada akhir sistol terdapat sisa darah yang lebih banyak
dari keadaan keadaan normal sehingga pada masa diastol berikutnya
akan bertambah lagi mengakibatkan tekanan distol semakin tinggi, makin
lama terjadi bendungan didaerah natrium kiri berakibat tejadi peningkatan
tekanan dari batas normal pada atrium kiri (normal 10-12 mmHg) dan
diikuti pula peninggian tekanan vena pembuluh pulmonalis dan pebuluh
darah kapiler di paru, karena ventrikel kanan masih sehat memompa
darah terus dalam atrium dalam jumlah yang sesuai dalam waktu cepat
tekanan hodrostatik dalam kapiler paru-paru akan menjadi tinggi sehingga
melampui 18 mmHg dan terjadi transudasi cairan dari pembuluh kapiler
paru-paru.
Pada saat peningkatan tekanan arteri pulmonalis dan arteri
bronkhialis, terjadi transudasi cairanin tertisiel bronkus mengakibatkan
edema aliran udara menjadi terganggu biasanya ditemukan adanya bunyi
eksspirasi dan menjadi lebih panjang yang lebih dikenal asma kardial fase
permulaan pada gagal jantung, bila tekanan di kapiler makin meninggi
cairan transudasi makin bertambah akan keluar dari saluran limfatik
karena ketidaka mampuan limfatik untuk, menampungnya (>25 mmHg)
sehingga akan tertahan dijaringan intertissiel paru-paru yang makain lama
akan menggangu alveoli sebagai tempat pertukaran udara
mengakibatkan udema paru disertai sesak dan makin lama menjadi syok
yang lebih dikenal dengan syak cardiogenik diatandai dengan tekanan
diatol menjadi lemah dan rendah serta perfusi menjadi sangat kurang
berakibat terdi asidosis otot-otot jantung yang berakibat kematian.
Gagalnya khususnya pada ventrikel kiri untuk memompakan darah
yang mengandung oksigen tubuh yang berakibat dua antara lain :
- Tanda-tanda dan gejala penurunan cardiak output seperti dyspnea de
effort (sesak nafas pada akktivitas fisik, ortopnea (sesak nafas pada
saat berbaring dan dapat dikurangi pada saat duduk atau berdiri
kemudian dispnea noktural paroksimalis (sesak nafas pada malam
hari atau sesak pada saat terbangun).
- Kongesti paru seperti menurunnya tonus simpatis, darah balik yang
bertambah, penurunan pada pusat pernafasan, edema paru,
takikardia, Disfungsi diatolik, dimana ketidakmampuan relaksasi
distolik dini ( proses aktif yang tergantung pada energi ) dan kekakuan
dinding ventrikel.
2. Decompensasi cordis kanan
Kegagalan ventrikel kanan akibat bilik ini tidak mampu memompa
melawan tekanan yang naik pada sirkulasi pada paru-paru, berakibat
membaliknya kembali ke dalam sirkulasi sistemik, peningkatan volume
vena dan tekanan mendorong cairan keintertisiel masuk kedalam (edema
perier) . Kegagalan ini akibat jantung kanan tidak dapat khususnya
ventrikel kanan tidak bisa berkontraksi dengan optimal , terjadi
bendungan diatrium kanan dan venakapa superior dan inferior dan
tampak gejala yang ada adalah udemaperifer, hepatomegali,
splenomegali, dan tampak nyata penurunan tekanan darah yang cepat,
hal ini akibat vetrikel kanan pada saat sistol tidak mampu mempu darah
keluar sehingga saat berikutnya tekanan akhir diatolik ventrikel kanan
makin meningkat demikin pula mengakibatkan tekanan dalam atrium
meninggi diikuti oleh bendungan darah vena kava supperior dan vena
kava inferior serta selruh sistem vena tampak gejal klinis adalah
terjadinya bendungan vena jugularis eksterna, vena hepatika (tejadi
hepatomegali, vena lienalis (splenomegali) dan bendungan-bedungan
pada pada vena-vena perifer dan apabila tekanan hidrostatik pada di
pembuluh kapiler meningkat melampaui takanan osmotik plasma maka
terjadinya oedema perifer.

B. Patofisiologi
Kelainan intrinsik pada kontraktilitas myokard yang khas pada gagal
jantung akibat penyakit jantung iskemik, mengganggu kemampuan
pengosongan ventrikel yang efektif. Kontraktilitas ventrikel kiri yang menurun
mengurangi curah sekuncup, dan meningkatkan volume residu ventrikel.
Sebagai respon terhadap gagal jantung, ada tiga mekanisme primer yang
dapat dilihat :
1. Meningkatnya aktivitas adrenergic simpatik.
2. Meningkatnya beban awal akibat aktivasi system rennin angiotensin
aldosteron, dan
3. Hipertrofi ventrikel.

Ketiga respon kompensatorik ini mencerminkan usaha untuk


mempertahankan curah jantung. Kelainan pada kerja ventrikel dan
menurunnya curah jantung biasanya tampak pada keadaan beraktivitas.
Dengan berlanjutnya gagal jantung maka kompensasi akan menjadi
semakin kurang efektif. Menurunnya curah sekuncup pada gagal jantung
akan membangkitkan respon simpatik kompensatorik. Meningkatnya
aktivitas adrenergic simpatik merangang pengeluaran katekolamin dari
saraf saraf adrenergic jantung dan medulla adrenal. Denyut jantung dan
kekuatan kontraksi akan meningkat untuk menambah curah jantung. Juga
terjadi vasokonstriksi arteria perifer untuk menstabilkan tekanan arteria
dan redistribusi volume darah dengan mengurangi aliran darah ke organ
organ yang rendah metabolismenya seperti kulit dan ginjal, agar perfusi
ke jantung dan otak dapat dipertahankan.
Penurunan curah jantung pada gagal jantung akan memulai
serangkaian peristiwa :

1. Penurunan aliran darah ginjal dan akhirnya laju filtrasi glomerulus.


2. Pelepasan rennin dari apparatus juksta glomerulus.
3. Iteraksi rennin dengan angiotensinogen dalam darah untuk
menghasilkan angiotensin I.
4. Konversi angiotensin I menjadi angiotensin II.
5. Perangsangan sekresi aldosteron dari kelenjar adrenal.
6. Retansi natrium dan air pada tubulus distal dan duktus pengumpul.
Respon kompensatorik terakhir pada gagal jantung adalah hipertrofi
miokardium atau bertambahnya tebal dinding. Hipertrofi meningkatkan
jumlah sarkomer dalam sel-sel miokardium; tergantung dari jenis beban
hemodinamik yang mengakibatkan gagal jantung,sarkomer dapat
bertambah secara parallel atau serial. Respon miokardium terhadap
beban volume, seperti pada regurgitasi aorta, ditandai dengan dilatasi
dan bertambahnya tebal dinding.
C. Tanda dan Gejala
Dampak dari cardiak output dan kongesti yang terjadi sisitem vena atau
sisitem pulmonal antara lain :

 Lelah
 Angina
 Cemas
 Oliguri. Penurunan aktifitas GI
 Kulit dingin dan pucat
Tanda dan gejala yang disebakan oleh kongesti balikdari ventrikel kiri,
antara lain :
 Dyspnea
 Batuk
 Orthopea
 Reles paru
 Hasil x-ray memperlihatkan kongesti paru.
Tanda-tanda dan gejala kongesti balik ventrikel kanan :
 Edema perifer
 Distensi vena leher
 Hari membesar
 Peningkatan central venous pressure (CPV)

D. Pathway

E. Klasifikasi
Berdasarkan bagian jantung yang mengalami kegagalan
pemompaan,gagal jantung terbagi atas gagal jantung kiri,gagal jantung
kanan,dan gagal jantung kongestif.
Pada gagal jantung kiri terjadi dyspneu d’effort,fatigue,ortopnea,dispnea
nocturnal paroksismal,batuk,pembesaran jantung,irama derap,ventricular
heaving,bunyi derap S3 dan S4,pernapasan cheyne stokes,takikardi,pulsusu
alternans,ronkhi dan kongesti vena pulmonalis. Pada gagal jantung kanan
timbul edema,liver engorgement,anoreksia,dan kembung.Pada pemeriksaan
fisik didapatkan hipertrofi jantung kanan,heaving ventrikel kanan,irama derap
atrium kanan,murmur,tanda tanda penyakit paru kronik,tekanan vena
jugularis meningkat,bunyi P2 mengeras,asites,hidrothoraks,peningkatan
tekanan vena, hepatomegali, dan pitting edema. Pada gagal jantung
kongestif terjadi manifestasi gabungan gagal jantung kiri dan kanan. New
York Heart Association (NYHA) membuat klasifikasi fungsional dalam 4 kelas
:

1. Kelas 1 ; Bila pasien dapat melakukan aktivitas berat tanpa


keluhan.
2. Kelas 2 ; Bila pasien tidak dapat melakukan aktivitas lebih berat
dari aktivitas sehari hari tanpa keluhan.
3. Kelas 3 ; Bila pasien tidak dapat melakukan aktivitas sehari hari
tanpa keluhan.
4. Kelas 4 ; Bila pasien sama sekali tidak dapat melakukan aktivits
apapun dan harus tirah baring.

F. Manifestasi Klinis
Dampak dari cardiak output dan kongesti yang terjadi sisitem vena atau
sistem pulmonal antara lain :
1. Lelah
2. Angina
3. Cemas
4. Oliguri. Penurunan aktifitas GI
5. Kulit dingin dan pucat
Tanda dan gejala yang disebakan oleh kongesti balikdari ventrikel kiri,
antara lain :
1. Dypnea
2. Batuk
3. Orthopea
4. Reles paru
5. Hasil x-ray memperlihatkan kongesti paru.
Tanda-tanda dan gejala kongesti balik ventrikel kanan :
1. Edema perifer
2. Distensi vena leher
3. Hati membesar
4. Peningkatan central venous pressure (CPV)
G. Penatalaksanaan
Pada dasarnya pengobatan penyakit decompensasi cordis adalah sebagai
berikut :
1. Pemenuhan kebutuhan oksigen
- Pengobatan faktor pencetus
- Istirahat
2. Perbaikan suplai oksigen /mengurangi kongesti
- Pengobatan dengan oksigen
- Pengaturan posisi pasien untuk kelancaran nafas
- Peningkatan kontraktilitas myocrdial (obat-obatan inotropis positif)
- Penurunan preload ( pembatasan sodium, diuretik, obat-obatan,
dilitasi vena)
- Penurunan afterload (obat - obatan dilatasi arteri, obat dilatasi
arterivena, inhibitor ACE
H. Komplikasi
Komplikasi dari decompensatio cordis adalah:
1. Syok kardiogenik.
2. Episode tromboemboli.
3. Efusi dan tamporiade pericardium.
I. Pemeriksaan Diagnostik

1. Keluhan penderita berdasarkan tanda dan gejala klinis


2. Pemeriksaan fisik EKG untuk melihat ada tidaknya infark myocardial akut,
dan guna mengkaji kompensaai seperti hipertropi ventrikel
3. Echocardiografi dapat membantu evaluasi miokard yang iskemik atau
nekrotik pada penyakit jantung kotoner
4. Film X-ray thorak untuk melihat adanya kongesti pada paru dan
pembesaran jantung
5. Esho-cardiogram, gated pool imaging, dan kateterisasi arteri
polmonal.utuk menyajikan data tentang fungsi jantung

J. Asuhan Keperawatan Secara Teori


1. Pengkajian
a. Aktivitas dan Istirahat
- Gejala : Mengeluh lemah, cepat lelah, pusing, rasa
berdenyut dan berdebar. Mengeluh sulit tidur (ortopneu, dispneu
paroksimal nokturnal, nokturia, keringat malam hari).
- Tanda : Takikardia, perubahan tekanan darah, pingsan
karena kerja, takpineu, dispneu.
b. Sirkulasi
- Gejala : Menyatakan memiliki riwayat demam reumatik
hipertensi, congenital : kerusakan arteial septal, trauma dada,
riwayat murmur jantung dan palpitasi, serak, hemoptisisi, batuk
dengan atau tanpa sputum, riwayat anemia, riwayat shock
hipovolema.
- Tanda : Getaran sistolik pada apek, bunyi jantung; S1
keras, pembukaan yang keras, takikardia. Irama tidak teratur;
fibrilasi arterial.
c. Integritas Ego
- Tanda : menunjukan kecemasan; gelisah, pucat,
berkeringat, gemetar. Takut akan kematian, keinginan mengakhiri
hidup, merasa tidak berguna, kepribadian neurotik.
d. Makanan / Cairan
- Gejala : Mengeluh terjadi perubahan berat badan, sering
penggunaan diuretik.
- Tanda : Edema umum, hepatomegali dan asites,
pernafasan payah dan bising terdengar krakela dan mengi.

e. Neurosensoris
- Gejala : Mengeluh kesemutan, pusing
- Tanda : Kelemahan
f. Pernafasan
- Gejala : Mengeluh sesak, batuk menetap atau nokturnal.
- Tanda : Takipneu, bunyi nafas; krekels, mengi, sputum
berwarna bercak darah, gelisah.
g. Keamanan
- Gejala : Proses infeksi atau sepsis, riwayat operasi
- Tanda : Kelemahan tubuh
h. Penyuluhan / pembelajaran
- Gejala : Menanyakan tentang keadaan penyakitnya.
- Tanda : Menunjukan kurang informasi
2. Diagnosa Keperawatan
a. Kerusakan pertukaran gas ; O2 dan CO2 berhubungan dengan
kongesti paru dan terjadinya edema paru.
b. Penurunan curah jantung berhubungan dengan penurunan kontraksi
miokard sekunder  terhadap gagal jantung
c. Perubahan pola pemenuhan nutrisi; kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan mual dan anoreksia.
d. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan insufisiensi oksigen untuk
aktivitas  kehidupan sehari – hari.
e. Gangguan  pemenuhan kebutuhan tidur berhubungan dengan
dyspnoe  noktural.
f. Ansietas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang
penyakitnya.
g. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan penurunan aliran
darah  ginjal sekunder terhadap gagal jantung kanan.
A. Pengkajian
1. Identitas
Tanggal Pengkajian : 6 dan 7 Januari 2014
Jam : 13.00 WIB dan 18.30 WIB
Sumber Data : Pasien,Keluarga, Rekam Medis, Tim Kesehatan
Pasien
Nama : Ny. N D
Jenis Kelamin : Perempuan
Umur : 84 tahun
Agama : Islam
Status Perkawinan : Cerai Mati
Pendidikan : -
Pekerjaan : Tidak Bekerja
Suku / Kebangsaan : Indonesia
Alamat : Banjarejo, Wonosari
Diagnosa Medis : Obs Dyspnea e.c Susp DC
Nomor CM : 45 37 56
Tanggal masuk perawatan : 4 Januari 2014
Keluarga / Penanggung Jawab
Nama : Ny. J
Umur : 55 tahun
Hubungan dengan pasien : Anak
2. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan Utama Saat Masuk Rumah Sakit
Keluarga pasien mengatakan pasien tidak mau makan ± 2 minggu,
Pasien mengatakan saat berbaring sesak nafas, Keluarga pasien
mengatakan pasien b.a.k ± 7 hari disertai darah dan berwarna coklat,
Keluarga mengatakan pasien demam ± 7 hari, Keluarga pasien
mengatakan pasien b.a.b cair saat masuk rumah sakit, Keluarga
pasien mengatakan pasien batuk disertai dahak.
b. Keluhan Utama Saat Pengkajian
Pasien mengatakan sesak nafas, Pasien mengatakan nyeri dada
seperti tertekan, Pasien mengatakan nyeri rasanya perih pada bagian
perut kanan bawah.
c. Kesehatan sekarang
Pasien terpasang infus pada tangan kanan cairan D5 mikro 15 Tpm,
Pasien mengatakan sesak nafas, Pasien mengatakan tidak mau tidur
karena tidak mengantuk, Pasien terpasang kateter, Pasien memakai
O2 dengan terapi 3 liter/menit.
d. Riwayat Kesehatan Dahulu
Keluarga pasien mengatakan pasien mengeluh sesak nafas dan nyeri
dada sudah ±3 minggu ini, Keluarga pasien mengatakan pasien
belum pernah masuk rumah sakit dan tidak pernah menderita sakit
yang sama tetapi pasien berobat jalan di klinik sinar husada sebelum
masuk ke RSUD Wonosari, Keluarga pasien mengatakan pasien tidak
mengalami memiliki riwayat darah tinggi tetapi baru beberapa bulan
ini pasien darah tinggi.
e. Riwayat Kesehatan Keluarga
Keluarga pasien mengatakan kurang mengetahui ada tidaknya
keluarga yang menderita penyakit yang sama. Keluarga pasien
mengatakan keluarganya tidak memiliki penyakit keturunan seperti
Hipertensi, Jantung dan Diabetes Mellitus.
f. Riwayat Alergi
Pasien mengatakan tidak memiliki alergi makanan atau obat-obatan.
3. Pola Kebiasaan Pasien
Aspek Fisik - Biologis
a. Pola Nutrisi dan Metabolik
Sebelum Sakit
Keluarga pasien mengatakan pasien makan biasa 3x sehari dengan
porsi sedang dengan sayur dan lauk seperti tempe dan tahu.
Keluarga pasien mengatakan pasien minum 2 – 3 gelas air putih dan
teh setiap harinya.

Selama Sakit
Keluarga pasien mengatakan pasien tidak mau makan, Keluarga
pasien mengatakan pasien hanya makan 3-4 sendok bubur yang
diberikan gizi dari rumah sakit, Pasien mengatakan pasien minum 1/2
gelas air putih. Pasien terpasang infus D5 15 Tpm.
b. Pola Eliminasi
Sebelum Sakit
Keluarga pasien mengatakan pasien b.a.b yaitu 1x setiap 2 hari,
Keluarga pasien mengatakan b.a.k 5 – 6 x sehari.
Selama Sakit
Selama dirawat di rumah sakit keluarga pasien mengatakan pasien
belum pernah b.a.b , Pasien terpasang kateter dan saat pengkajian
terdapat urine 100 cc dengan warna coklat seperti teh.
Pola Aktivitas Istirahat – Tidur
a. Pola Aktivitas dan latihan
Keluarga pasien mengatakan pasien di rumah tidak bekerja, Keluarga
pasien mengatakan pasien tidak bisa diam jika di rumah seperti
pasien suka mengerjakan semua pekerjaan seperti mencari kayu, di
sawah dan menyapu.
b. Keadaan Pernafasan
Saat pengkajian tanggal 6 Januari 2014 Pasien mengatakan sesak
nafas dan terpasang O2 dengan terapi 3 liter/menit.
c. Pola Istirahat dan Tidur
Sebelum sakit
Keluarga pasien mengatakan pasien di rumah tidur malam ± 5 – 6
jam, Keluarga pasien mengatakan pasien tidak pernah tidur siang.
Selama sakit
Keluarga pasien mengatakan pasien tidak mau tidur, Keluarga pasien
mengatakan pasien selama di rumah sakit pasien tidak mau tidur dan
hanya ingin duduk saja tetapi pasien biasanya dapat tertidur 1-2 jam
saat malam hari, Keluarga pasien mengatakan pasien tidak pernah
tidur siang.

Pola Kebersihan Diri


Keluarga pasien mengatakan selama di rumah sakit pasien belum
pernah mandi hanya dilap dengan handuk. Pasien terlihat lesu,
kulitnya terlihat berminyak.
Riwayat Psikologi
a. Status Emosi
Keluarga pasien mengatakan selama di rumah sakit pasien jarang
mengeluh sakit tetapi pasien terlihat gelisah.
b. Gaya Komunikasi
Keluarga pasien mengatakan pasien jarang berbicara, Saat di ajak
berbicara pasien jarang menjawabnya karena keterbatasan
pendengaran pasien yang sudah berkurang.
Riwayat Sosial
Keluarga pasien mengatakan pasien jarang mengeluh sakit, Pasien
hanya menjawab sedikit – sedikit pertanyaan yang diajukan perawat saat
pengkajian, Pasien berinteraksi pasif.
Riwayat Spiritual
Keluarga pasien mengatakan pasien sebelum sakit shalat 5 waktu
dengan rajin tetapi selama sakit pasien tidak melaksanakan shalat 5
waktu karena kondisi yang tidak memungkinkan.
4. Pemeriksaan Fisik
a. Keluhan umum : lemah
b. Tingkat kesadaran: composmentis
c. Pengukuran antropometri
BB : 35 Kg
TB : 145 cm
IMT : 16,64 Kg/m2
d. Tanda vital :
TD : 115/70 mmHg
N : 89 x / menit
RR : 45 x / menit
S : 35,4 °C

e. Pemeriksaan Kepala
1) Kepala
Bentuk kepala Brakhiocephalus, simetris, tidak ada luka, rambut
pasien sudah berwarna putih, kulit kepala pasien berminyak.
2) Leher
Leher pasien simetris, tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, tidak
ada lesi.
f. Pemeriksaan Wajah
1) Mata
Konjungtiva Bactericus, mata berair, keluarga mengatakan mata
pasien masih bisa melihat dengan jelas.
2) Telinga
Keluarga pasien mengatakan pasien pendengarannya sudah
berkurang yaitu telinga kanan dan kiri, telinga simetris, tidak ada
luka, telinga pasien terlihat terdapat sedikit kotoran.
3) Hidung
Simetris, pada hidung pasien terdapat cairan, Hidung pasien tidak
ada pembesaran polip.
4) Mulut
Mulut pasien terlihat berwarna pucat, kering, simetris, tidak ada
stomatitis, bau mulut, gigi pasien terlihat kurang bersih.
g. Pemeriksaan Thoraks/ dada
Inspeksi
Susunan ruas tulang belakang lordosis, bentuk dada asimetris, kulit
keriput, pasien batuk kering, tidak ada lesi.
Auskultasi
Catatan Dokter : vesikuler +/+ , Ronchi +/+, Wheezing -/-
h. Pemeriksaan Jantung
Catatan Dokter : Ictus cordis +, bergeser ke kiri.
i. Pemeriksaan Abdomen
Inspeksi
Pertumbuhan rambut tidak ada, simetris, tidak ada benjolan, terdapat
retraksi.

Auskultasi
Bising usus : 25 x/menit
Perkusi
Kuadran I : dull
Kuadran II : tympani
Kuadran III : tympani
Kuadran IV : tympani
Palpasi
Bagian Kuadran IV pasien mengatakan sakit
j. Pemeriksaan Genetalia
Tidak terkaji, pasien terpasang kateter.
k. Pemeriksaan Ekstermitas
Ekstermitas atas : anggota gerak lengkap, tidak ada fraktur,
capillary refill tidak lebih dari 3 detik, ekstermitas dapat digerakkan
dengan baik.
Ekstermitas bawah : anggota gerak kaki lengkat, tidak ada
fraktur, ekstermitas dapat digerakkan dengan baik, tidak ada luka.
l. Pemeriksaan Kulit / Integument
Kulit terlihat tidak ada lesi, turgor kulit jelek, struktur keriput, akral
dingin
5. Data Penunjang
Hasil Lab tanggal : 4 Januari 2015 ( 18.00 WIB )
Pemeriksaan Hasil Normal
Hemoglobin 11,0 gr% 12 – 16 gr%
A Leukosit 18400 4300 – 11400 µ/l
Hemogram Eos Bas Stab Seg Limp Mon
0 0 2 87 5 6
HCT/HMT 32 % 37 %
A Eritrosit 3,4 4,4 – 5,5 jt µ/l
Gol Darah O
Glukosa Darah 157 mg/dl 76 – 110 mg/dl
Sesaat

Hasil Lab tanggal : 5 Januari 2015 ( 11.00 WIB )


Pemeriksaan Hasil Normal
SGOT 43 µ/l 10 – 50 µ/l
SGPT 15 µ/l 10 – 50 µ/l
Urea 27 mg/ dl 15 – 45 mg/ dl
Creatinine 0,5 mg/ dl 0,6 – 1,3 mg/ dl
Kalium 8,7 mmol/l 3,4 – 5,3 mmol/l
Natrium 128 mmol/l 135 – 155 mmol/l
Clorida 96 mmol/l 95 – 108 mmol/l

6. Terapi
- O2 2- 3 ltr/menit
- Infus RL/D5 Mikro 15 Tpm
- Inj Ceftriaxon 1 gr/12 jam
- Ambroxol 3 x 1 sendok
- PCT 3 X 500 mg
- Inj Kalnex 250 mg / 8 jam ( bila hematuri + )
- Diet bubur saring

B. Analisa Data
Hari, tanggal : Selasa, 6 Januari 2014
Waktu : 18.00 WIB
Data Masalah Penyebab
DS : Kerusakan Kongesti paru dan
- Pasien mengatakan sesak nafas pertukaran terjadinya edema
- Pasien mengatakan saat berbaring gas O2 dan paru.
sesak nafas CO2
- Pasien mengatakan nyeri dada seperti
tertekan
DO :
- RR : 45 x / menit
- Pasien terlihat terengah-engah
- Catatan Dokter : vesikuler +/+ ,
Ronchi +/+, Wheezing -/-
DS : Penurunan Penurunan
Keluarga pasien mengatakan dari dokter curah jantung kontraksi miokard
mengatakan jantung pasien bermasalah. sekunder terhadap
DO : gagal jantung
- Tanda vital :
TD : 115/70 mmHg
N : 89 x / menit
RR : 45 x / menit
S : 35,4 °C
- Keluhan umum: lemah
- Catatan Dokter : Ictus
cordis +, bergeser ke kiri.

DS : Perubahan Kurang dari


- Sebelum Sakit
pola kebutuhan tubuh
Keluarga pasien mengatakan pasien
pemenuhan berhubungan
makan biasa 3x sehari dengan porsi
nutrisi dengan mual dan
sedang dengan sayur dan lauk seperti
anoreksia.
tempe dan tahu. Keluarga pasien
mengatakan pasien minum 2 – 3 gelas
air putih dan teh setiap harinya.
- Keluarga pasien mengatakan pasien
tidak mau makan ( nafsu makan
berkurang ) ± 2 minggu,
- Keluarga pasien mengatakan pasien
b.a.b cair saat masuk rumah sakit,
- Selama Sakit
Keluarga pasien mengatakan pasien
tidak mau makan, Keluarga pasien
mengatakan pasien hanya makan 3-4
sendok bubur yang diberikan gizi dari
rumah sakit, Pasien mengatakan
pasien minum 1/2 gelas air putih.
DO : Pasien terpasang infus D5 Tpm 15
Tpm
DS : Gangguan Dyspneu  noktural.
- Pasien mengatakan sesak nafas saat pemenuhan
berbaring kebutuhan
- Keluarga pasien mengatakan pasien tidur
tidak mau tidur,
- Keluarga pasien mengatakan pasien
selama di rumah sakit pasien tidak
mau tidur dan hanya ingin duduk saja
tetapi pasien biasanya dapat tertidur 1-
2 jam saat malam hari,
- Keluarga pasien mengatakan pasien
tidak pernah tidur siang.
DO :
- Keadaan umum : lemah
- Tingkat kesadaran : composmentis

C. Diagnosa Keperawatan
1. Kerusakan pertukaran gas O2 dan CO2 berhubungan dengan kongesti
paru dan terjadinya edema paru ditandai dengan
DS :
- Pasien mengatakan sesak nafas
- Pasien mengatakan saat berbaring sesak nafas
- Pasien mengatakan nyeri dada seperti tertekan
DO :
- RR : 45 x / menit
- Pasien terlihat terengah-engah
- Catatan Dokter : vesikuler +/+ , Ronchi +/+, Wheezing -/-
2. Penurunan curah jantung berhubungan dengan penurunan kontraksi
miokard sekunder terhadap gagal jantung ditandai dengan
DS :
Keluarga pasien mengatakan dari dokter mengatakan jantung pasien
bermasalah.
DO :
- Tanda vital :

TD : 115/70 mmHg
N : 89 x / menit
RR : 45 x / menit
S : 35,4 °C

- Keluhan umum: lemah


- Catatan Dokter : Ictus cordis +, bergeser ke kiri
3. Perubahan pola pemenuhan nutrisi berhubungan dengan kurang dari
kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual dan anoreksia ditandai
dengan

DS :

- Sebelum Sakit
Keluarga pasien mengatakan pasien makan biasa 3x sehari
dengan porsi sedang dengan sayur dan lauk seperti tempe dan
tahu. Keluarga pasien mengatakan pasien minum 2 – 3 gelas air
putih dan teh setiap harinya.
- Keluarga pasien mengatakan pasien tidak mau makan ( nafsu
makan berkurang ) ± 2 minggu,
- Keluarga pasien mengatakan pasien b.a.b cair saat masuk rumah
sakit,
- Selama Sakit
Keluarga pasien mengatakan pasien tidak mau makan, Keluarga
pasien mengatakan pasien hanya makan 3-4 sendok bubur yang
diberikan gizi dari rumah sakit, Pasien mengatakan pasien minum
1
/2 gelas air putih.
DO : Pasien terpasang infus D5 Tpm 15 Tpm
4. Gangguan pemenuhan kebutuhan tidur berhubungan dengan dyspneu 
noktural ditandai dengan
DS :
- Pasien mengatakan sesak nafas saat berbaring
- Keluarga pasien mengatakan pasien tidak mau tidur,
- Keluarga pasien mengatakan pasien selama di rumah sakit pasien
tidak mau tidur dan hanya ingin duduk saja tetapi pasien biasanya
dapat tertidur 1-2 jam saat malam hari,
- Keluarga pasien mengatakan pasien tidak pernah tidur siang.
DO :
- Keadaan umum : lemah
- Tingkat kesadaran : composmentis
D. Perencanaan Keperawatan
E.

Diagnosa Keperawatan Tujuan Intervensi Rasional


Selasa, 6 januari 2015 Selasa, 6 januari Selasa, 6 januari 2015 Selasa, 6 januari 2015
18.00 WIB 2015 18.00 WIB 18.00 WIB
Kerusakan pertukaran gas O2 dan CO2 18.00 WIB Kaji pola nafas  dan Untuk mengetahui
berhubungan dengan kongesti paru dan Setelah dilakukan frekuensi   respirasi. keadekuatan pertukaran
terjadinya edema paru ditandai dengan asuhan O2  dan CO2 paru
DS : keperawatan jaringan paru.
Tinggikan tempat tidur Ekspansi paru   lebih
- Pasien mengatakan sesak nafas selama 3 x 24
dengan posisi  fowler. baik dapat dicapai pada
- Pasien mengatakan saat berbaring jam pertukaran
posisi ini
sesak nafas gas adekuat
Kelola pemberian O2 Membantu pemenuhan
- Pasien mengatakan nyeri dada seperti dengan kriteria
sesuai kebutuhan keperluan O2 dalam 
tertekan hasil
tubuh
DO : - Sesak nafas Bimbing klien latihan Melatih pola nafas agar
- RR : 45 x / menit berkurang nafas dalam ; dengan pertukaran gas adekuat.
- Pasien terlihat terengah-engah bahkan hilang. cara menarik nafas
Catatan Dokter : vesikuler +/+ , - Respirasi dalam  melalui hidung 
Ronchi +/+, Wheezing -/- dalam batas dan menghembuskan
Rina normal (16 – secara perlahan melalui
20 x/menit ) mulut.
- Tidak terdapat Observasi perubahan Agar dapat dipantau 
respirasi tiap 6 jam. perubahan respirasi
tanda sianosis. Rina yang terjadi secara
Rina kontinyu
Rina

Selasa, 6 januari 2015 Selasa, 6 januari Selasa, 6 januari 2015 Selasa, 6 januari 2015
18.00 WIB 2015 18.00 WIB 18.00 WIB
Penurunan curah jantung berhubungan 18.00 WIB Istirahatkan / bedrest Dengan istirahat maka
dengan penurunan kontraksi miokard Setelah dilakukan secara  fisik dan mental beban volume dan
sekunder terhadap gagal jantung ditandai asuhan kontraksi jantung tidak
dengan keperawatan berat.
Observasi dan catat tanda Untuk mengetahui
DS : selama 3 x 24
– tanda vital tiap 6 jam kelainan lanjutan yang
Keluarga pasien mengatakan dari dokter jam kardiak
serta amati tanda – tanda terjadi dan sebagai
mengatakan jantung pasien bermasalah. output adekuat
perfusi jaringan. dasar penetapan 
DO : dengan kriteria
selanjutnya.
- Tanda vital : hasil
Amati pengaruh negatif Mencegah alergi
TD : 115/70 mmHg - Tanda – tanda
pemberian obat digitalis. ataupun efek samping
N : 89 x / menit vital dalam
yang tidak diinginkan.
RR : 45 x / menit batas normal Berikan diet makanan Kelebihan garam
S : 35,4 °C - Lemah rendah garam meningkatkan retensi
- Keluhan umum: lemah berkurang, Rina cairan dan dapat
- Catatan Dokter : Ictus keadaan meningkatkan volume
cordis +, bergeser ke kiri. umum klien vaskuer dan beban kerja
Rina membaik. jantung.
- Kulit perifer Rina
terutama
ekstremitas
hangat.
Rina
Selasa, 6 januari 2015 Selasa, 6 januari Selasa, 6 januari 2015 Selasa, 6 januari 2015
18.00 WIB 2015 18.00 WIB 18.00 WIB
Perubahan pola pemenuhan nutrisi 18.00 WIB Kaji  frekuensi  dan  porsi Mengetahui jumlah
berhubungan dengan kurang dari Setelah dilakukan makan klien frekuensi dan banyaknya
kebutuhan tubuh berhubungan dengan asuhan porsi makan klien.
Sajikan makanan dalam Agar  klien dapat
mual dan anoreksia ditandai dengan keperawatan
keadaan hangat, menarik, berselera makan.
DS : selama 3 x 24
- Sebelum Sakit bervariasi, namun tetap
jam Masukan
Keluarga pasien mengatakan pasien sesuai dengan diet
nutrisi adekuat
makan biasa 3x sehari dengan porsi rendah garam.
dengan kriteria
sedang dengan sayur dan lauk seperti
hasil
tempe dan tahu. Keluarga pasien  Anjurkan agar tidak Mencegah sekresi asam
- Porsi makan
mengatakan pasien minum 2 – 3 gelas mengkonsumsi makan lambung  yang
habis.
air putih dan teh setiap harinya. yang terlalu panas, dingin, berlebihan.
- Mual
- Keluarga pasien mengatakan pasien tidak terlalu pedas, atau terlalu
berkurang
mau makan ( nafsu makan berkurang ) ± asam.
bahkan hilang.
2 minggu, - Tidak terjadi Anjurkan klien makan Agar pencernaan tidak
- Keluarga pasien mengatakan pasien b.a.b penurunan dengan porsi sedikit tapi langsung bekerja terlalu
cair saat masuk rumah sakit, berat badan. sering  dan tingkatkan keras dan makanan 
- Selama Sakit Rina porsi makan secara yang masuk dapat 
Keluarga pasien mengatakan pasien bertahap. ditolerir
Kolaborasi dengan dokter Dengan hilangnya mual
tidak mau makan, Keluarga pasien
dalam mengatasi mual dan muntah maka nafsu
mengatakan pasien hanya makan 3-4
dan  muntah. makan dapat meningkat.
sendok bubur yang diberikan gizi dari
Rina Rina
rumah sakit, Pasien mengatakan pasien
minum 1/2 gelas air putih.
DO : Pasien terpasang infus D5 Tpm 15
Tpm
Rina
Selasa, 6 januari 2015 Selasa, 6 januari Selasa, 6 januari 2015 Selasa, 6 januari 2015
18.00 WIB 2015 18.00 WIB 18.00 WIB
Gangguan pemenuhan kebutuhan tidur 18.00 WIB Ciptakan lingkungan yang Agar klien dapat tidur
berhubungan dengan dyspneu  noktural Setelah dilakukan tenang  dan batasi jumlah dengan baik  dan tidak
ditandai dengan asuhan pengunjung  terutama mengganggu tidur klien.
DS : keperawatan saat jam tidur klien.
Atur posisi klien pada saat Dengan  posisi yang
- Pasien mengatakan sesak nafas saat selama 3 x 24
akan tidur senyaman mengenakkan, klien
berbaring jam Kebutuhan
mungkin. dapat lebih rileks  dan
- Keluarga pasien mengatakan pasien tidur klien  tidak gelisah.
Buat jadwal tindakan Agar tidak mengganggu
tidak mau tidur, terpenuhi dengan
sedemikian  rupa   agar tidur klien.
- Keluarga pasien mengatakan pasien kriteria hasil
tidak mengganggu  tidur
selama di rumah sakit pasien tidak Klien dapat tidur
klien
mau tidur dan hanya ingin duduk saja dengan tenang.
Bila tindakan dilakukan Agar klien tidak 
tetapi pasien biasanya dapat tertidur 1- Klien dapat tidur
saat klien sedang tidur, terbangun.
2 jam saat malam hari, dengan nyenyak
lakukanlah dengan hati – Rina
- Keluarga pasien mengatakan pasien dengan jumlah
hati .
tidak pernah tidur siang. jam tidur  7  - 8
Rina
DO : jam  per hari.
- Keadaan umum : lemah Klien terlihat
- Tingkat kesadaran : composmentis segar.
Rina Rina

F. Implementasi dan Evaluasi


Waktu Implementasi Evaluasi Paraf
6 Januari 2015 Mengkaji pola nafas  dan frekuensi   S : Pasien mengatakan sesak nafas,
19.00 WIB
respirasi. pasien mengatakan nyeri pada dada,
Meninggikan tempat tidur dengan posisi 
pasien mengatakan batuk
fowler.
O:
Mengelola pemberian O2 sesuai
RR : 45 X/menit
kebutuhan 4 ltr/menit
Membimbing klien latihan nafas dalam ; Terpasang O2 kanul binasal 4ltr/menit
dengan cara menarik nafas dalam  melalui Pendengaran pasien menurun
hidung  dan menghembuskan secara sehingga pasien susah untuk
perlahan melalui mulut. mengikuti latihan nafas dalam.
A : Masalah teratasi sebagian
P : Lanjut intervensi mengelola
pemberian O2 4ltr/menit
6 Januari 2015 Mengistirahatkan / bedrest secara  fisik S : Pasien mengatakan tidak mau Rina
21.00 WIB
dan mental tidur, pasien mengatakan kalau tidur
Menciptakan lingkungan yang tenang  dan
sesak nafas.
batasi jumlah pengunjung  terutama saat
jam tidur klien.
O:
 Mengatur posisi klien pada saat akan
Memotivasi pasien untuk tidur, Saat
tidur senyaman mungkin.
di observasi pasien semalaman tidak
tidur tetapi hanya duduk.
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjut intervensi
7 Januari 2015 Mengkaji frekuensi  dan  porsi makan klien S : Keluarga pasien mengatakan Rina
06.30 WIB Menganjurkan klien makan dengan porsi
nafsu makan berkurang yaitu pasien
sedikit tapi sering  dan tingkatkan porsi
hanya habis 3-4 sendok diit cair
makan secara bertahap.
O : Memotivasi pasien untuk
menghabiskan makanannya
A : Masalah teratasi sebagian
P : observasi pola makan
7 Januari 2015 Mengelola pemberian injeksi ranitidine 50 S : Pasien mengatakan sakit perut Rina
16.30 WIB
mg/12 jam dan kalnex 250 mg O : Injeksi ranitidine 50 mg
Injeksi kalnex 250 mg
A : Tujuan tercapai
P : lanjut intervensi
Daftar Pustaka

Baradero, M dkk. 2008. Klien gangguan kardiovaskuler. Jakarta: EGC

Carpenito J.L. (1998.). Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi 8 EGC. Jakarta.

Doengoes, Marylin E. (2000). Rencana Asuhan Dan Dokumentasi Keperawatan. Edisi 3 EGC. Jakarta.

Guyton hall. 2008. Buku ajar fisiologi kedokteran ed.2. Jakarta: EGC

Smeltzer, Suzzane C. & Brennda G Bare. 2002. Keperawatan edikal bedah. Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai