CHILD ABUSE
(Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Keperawatan Anak)
Dosen Pengampu :
Denni Fransiska Marpaung, S.Kp., M.Kep
Disusun Oleh
TINGKAT 3B
BANDUNG2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat, inayah,
taufik, dan ilhamnya sehingga saya dapat menyelesaikan penyusunan makalah
ini dalam bentuk maupun isinya yang sederhana. Makalah ini disusun dalam
rangka untuk menyelesaikan tugas mata kuliah Keperawatan Anak . Harapan
saya semoga makalah ini membantu menambah pengetahuan dan pengalaman
bagi para pembaca, sehingga kami dapat memperbaiki bentuk maupun isi
makalah ini untuk kedepannya dapat lebihbaik lagi.
Makalah ini saya akui masih banyak kekurangan karena pengalaman
yang kami miliki sangat kurang. Oleh karena itu saya harapan kepada pembaca
untuk memberikan masukan-masukan yang bersifat membangun untuk
kesempurnaan makalah ini.
Penyusun
DAFTAR ISI
LatarBelakang
Dewasa ini sering kita dengar terjadinya penganiayaan/perlakuan salah terhadap anak,
baik yang dilakukan oleh keluarga ataupun oleh pihak-pihak lain. Akhir-akhir ini juga banyak
diberitakan tindakan kekerasan yang dilakukan oleh orang tua atau pengasuh terhadap
anaknya. Dari yang memukul anak, menyiram anak dengan air panas, hingga membakar
anak. Ada juga berita ayah melakukan hubungan sexual dengan anak, atau kakek dengan
anak atau kakak dengan adik, bahkan sampai hamil. Banyak alasan yang dikemukakan oleh
orang tua maupun pengasuh, antara lain kesal karena anak tidak bisa diberi tahu, anak rewel
terus, kesal pada suami, kesal pada majikan, dsb. Itu adalah fenomena child abuse yang
terjadi di sekitarkita.
Perawat, terkadang merupakan orang yang pertama mengenali adanya child abuse di
masayarakat. Perawat maternitas, perawat anak dan perawat keluarga hendaknya mengamati
adanya tanda–tanda family abuse sehingga dapat mempersiapkan untuk menangani hal
tersebut secara objektif. Hal ini penting agar korban kekerasan menjadi aman dan agar fungsi
keluarga dapat berjalan dengan baik.
Dalam bidang kedokteran sendiri, child abuse ini pertama kali dilaporkan pada tahun
1860, di Perancis. Dimana 320 orang anak meninggal dengan kecurigaan akibat perlakuan
yang salah.
Memang sangat sukar kita percayai bahwa seseorang anak yang seharusnya menjadi tempat
curahan kasih sayang dari orang tua dan keluarganya, malah mendapatkan penganiayaan
sampai harus dirawat di Rumah Sakit ataupun sampai meninggal dunia.
Insidennya :
1. Hampir 3 juta kasus penganiayaan fisik dan seksual pada anak terjadi pada tahun
1992
2. Sebanyak 45 dari setiap 100 anak dapat mengalamipenganiayaan
3. Lebih dari 100 anak meninggal setiap tahunnya karena penganiayaan danpengabaian
Penganiayaan seksual paling sering terjadi pada anak perempuan, keluarga tiri, anak-
anak yang tinggal dengan satu orang tua Dewasa ini sering kita dengar terjadinya
penganiayaan/perlakuan salah terhadap anak, baik yang dilakukan oleh keluarga ataupun oleh
pihak-pihak lain. Akhir-akhir ini juga banyak diberitakan tindakan kekerasan yang dilakukan
oleh orang tua atau pengasuh terhadap anaknya. Dari yang memukul anak, menyiram anak
dengan air panas, hingga membakar anak. Ada juga berita ayah melakukan hubungan sexual
dengan anak, atau kakek dengan anak atau kakak dengan adik, bahkan sampai hamil. Banyak
alasan yang dikemukakan oleh orang tua maupun pengasuh, antara lain kesal karena anak
tidak bisa diberi tahu, anak rewel terus, kesal pada suami, kesal pada majikan, dsb. Itu adalah
fenomena child abuse yang terjadi di sekitarkita.
Perawat, terkadang merupakan orang yang pertama mengenali adanya child abuse di
masayarakat. Perawat maternitas, perawat anak dan perawat keluarga hendaknya mengamati
adanya tanda–tanda family abuse sehingga dapat mempersiapkan untuk menangani hal
tersebut secara objektif. Hal ini penting agar korban kekerasan menjadi aman dan agar fungsi
keluarga dapat berjalan dengan baik.
Dalam bidang kedokteran sendiri, child abuse ini pertama kali dilaporkan pada tahun
1860, di Perancis. Dimana 320 orang anak meninggal dengan kecurigaan akibat perlakuan
yang salah.
Memang sangat sukar kita percayai bahwa seseorang anak yang seharusnya menjadi tempat
curahan kasih sayang dari orang tua dan keluarganya, malah mendapatkan penganiayaan
sampai harus dirawat di Rumah Sakit ataupun sampai meninggal dunia.
Insidennya :
4. Hampir 3 juta kasus penganiayaan fisik dan seksual pada anak terjadi pada tahun
1992
5. Sebanyak 45 dari setiap 100 anak dapat mengalamipenganiayaan
6. Lebih dari 100 anak meninggal setiap tahunnya karena penganiayaan danpengabaian
7. Penganiayaan seksual paling sering terjadi pada anak perempuan, keluarga tiri, anak-
anak yang tinggal dengan satu orang tua atau pria yang bukankeluarga
Dewasa ini sering kita dengar terjadinya penganiayaan/perlakuan salah terhadap anak,
baik yang dilakukan oleh keluarga ataupun oleh pihak-pihak lain. Akhir-akhir ini juga banyak
diberitakan tindakan kekerasan yang dilakukan oleh orang tua atau pengasuh terhadap
anaknya. Dari yang memukul anak, menyiram anak dengan air panas, hingga membakar
anak. Ada juga berita ayah melakukan hubungan sexual dengan anak, atau kakek dengan
anak atau kakak dengan adik, bahkan sampai hamil. Banyak alasan yang dikemukakan oleh
orang tua maupun pengasuh, antara lain kesal karena anak tidak bisa diberi tahu, anak rewel
terus, kesal pada suami, kesal pada majikan, dsb. Itu adalah fenomena child abuse yang
terjadi di sekitarkita.
Perawat, terkadang merupakan orang yang pertama mengenali adanya child abuse di
masayarakat. Perawat maternitas, perawat anak dan perawat keluarga hendaknya mengamati
adanya tanda–tanda family abuse sehingga dapat mempersiapkan untuk menangani hal
tersebut secara objektif. Hal ini penting agar korban kekerasan menjadi aman dan agar fungsi
keluarga dapat berjalan dengan baik.
Dalam bidang kedokteran sendiri, child abuse ini pertama kali dilaporkan pada tahun
1860, di Perancis. Dimana 320 orang anak meninggal dengan kecurigaan akibat perlakuan
yang salah.
Memang sangat sukar kita percayai bahwa seseorang anak yang seharusnya menjadi tempat
curahan kasih sayang dari orang tua dan keluarganya, malah mendapatkan penganiayaan
sampai harus dirawat di Rumah Sakit ataupun sampai meninggal dunia.
Insidennya :
8. Hampir 3 juta kasus penganiayaan fisik dan seksual pada anak terjadi pada tahun
1992
9. Sebanyak 45 dari setiap 100 anak dapat mengalamipenganiayaan
10. Lebih dari 100 anak meninggal setiap tahunnya karena penganiayaan danpengabaian
11. Penganiayaan seksual paling sering terjadi pada anak perempuan, keluarga tiri, anak-
anak yang tinggal dengan satu orang tua atau pria yang bukankeluarga
TujuanPenulisan
A. TujuanUmum
Setelah menyelesaikan tugas pembuatan asuhan keperawatan pada pasien
dengan Child Abuse, diharapkan mahasiswa memahami tentang Child Abuse.
B. Tujuan Khusus
Setelah menyelesaikan tugas asuhan keperawatan pada pasien dengan
Child Abuse, mahasiswa mampu :
a) Memahami definisi ChildAbuse
b) Mengetahui etiologi terjadinya ChildAbuse
c) Mengetahui patofisiologi terjadinya ChildAbuse
d) Mengetahui proses terjadinya ChildAbuse
e) Mengetahui manifestasi klinis dari ChildAbuse
f) Mengetahui komplikasi dari ChildAbuse
g) Mengetahui pemeriksaan penunjang untuk ChildAbuse
h) Merumuskan asuhan keperawatan pada anak dengan Child Abuse meliputi
pengkajian, diagnosis keperawatan, dan intervensikeperawatan
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
Definisi
Etiologi
Perlakuan salah terhadap anak bersifat multidimensional, tetapi ada 3 faktor penting
yang berperan dalam terjadinya perlakuan salah pada anak, yaitu :
1. Karakteristik orangtua dankeluarga
Faktor-faktor yang banyak terjadi dalam keluarga dengan child abuse antara lain:
a) Para orangtua juga penderita perlakuan salah pada masakanak-kanak.
b) Orangtua yang agresif danimpulsif.
c) Keluarga dengan hanya satuorangtua.
d) Orangtua yang dipaksa menikah saat belasan tahun sebelum siap secara emosional
danekonomi.
e) Perkawinan yang saling mencederai pasangan dalamperselisihan.
f) Tidak mempunyaipekerjaan.
g) Jumlah anak yang banyak.
h) Adanya konflik denganhukum.
i) Ketergantungan obat, alkohol, atau sakitjiwa.
j) Kondisi lingkungan yang terlalupadat.
k) Keluarga yang baru pindah ke suatu tempat yang baru dan tidak mendapat
dukungan dari sanak keluarga sertakawan-kawan.
5. PhysicalAbuse
Cedera yang dialami oleh seorang anak bukan karena kecelakaan atau
tindakan yang dapat menyebabkan cedera serius pada anak, atau dapat juga
diartikan sebagai tindakan yang dilakukan oleh pengasuh sehingga mencederai
anak. Biasanya berupa luka memar, luka bakar atau cedera di kepala atau lengan.
Indikator fisik – luka memar, gigitan manusia, patah tulang, rambut yang
tercabut, cakaran. Indikator perilaku – waspada saat bertemu degan orang dewasa,
berperilaku ekstrem seerti agresif atau menyendiri, takut pada orang tua, takut
untuk pulang ke rumah, menipu, berbohong, mencuri.
6. Neglect
Kegagalan orang tua untuk memberikan kebutuhan yang sesuai bagi anak,
seperti tidak memberikan rumah yang aman, makanan, pakaian, pengobatan, atau
meninggalkan anak sendirian atau dengan seseorang yang tidak dapat
merawatnya.
Indikator fisik–kelaparan, kebersihan diri yang rendah, selalu mengantuk,
kurangnya perhatian, masalah kesehatan yang tidak ditangani.
Indikator kebiasaan. Meminta atau mencuri makanan, sering tidur, kurangnya
perhatian pada masalah kesehatan, masalah kesehatan yang tidak ditangani,
pakaian yang kurang memadai ( pada musim dingin ),ditinggalkan.
7. SexualAbuse
Termasuk menggunakan anak untuk tindakan sexual, mengambil gambar
pornografi anak-anak, atau aktifitas sexual lainnya kepada anak. Indikator fisik ,
kesulitan untuk berjalan atau duduk, adanya noda atau darah di baju dalam, nyeri
atau gatal di area genital, memar atau perdarahan di area genital / rektal,
berpenyakit kelamin.
Indikator kebiasaan pengetahuan tentang seksual atau sentuhan seksual
yang tidak sesuai dengan usia, perubahan pada penampilan, kurang bergaul
dengan teman sebaya, tidak mau berpartisipasi dalam kegiatan fisik, berperilaku
permisif / berperilaku yang menggairahkan, penurunan keinginan untuk sekolah,
gangguan tidur, perilaku regressif ( misal: ngompol).
Patofisiologi
Faktor Sosiokultural
1. Nilai/norma yang ada dimasyarakat
2. Hubungan antarmanusia
3. Kemajuanzaman
Situasi Pencetus
Disiplin
Konflik
keluarga/pertengkaran
Masalah keluarga
Sikap/perbuatan yangkeliru
Penganiayaan
Keracunan
Terormental
Manifestasi Klinis dari Penganiayaan dan PengabaianAnak
Akibat pada fisik anak, antara lain : Lecet, hematom, luka bekas gigitan, luka bakar,
patah tulang, perdarahan retina akibat dari adanya subdural hematom dan adanya kerusakan
organ dalam lainnya. Sekuel/cacat sebagai akibat trauma, misalnya jaringan parut, kerusakan
saraf, gangguan pendengaran, kerusakan mata dan cacat lainnya. Kematian.
Akibat pada tumbuh kembang anak. Pertumbuhan dan perkembangan anak yang
mengalami perlakuan salah, pada umumnya lebih lambat dari anak yang normal, yaitu:
8. CideraKulit
Cidera kulit adalah tanda-tanda penganiayaan anak yang paling umum dan
paling mudah dikenali. Bekas gigitan manusia tampak sebagai daerah lonjong
dengan bekas gigi, tanda hisapan atau tanda dorongan lidah. Memar multiple atau
memar pada tempat-tempat yang tidak terjangkau menunjukkan bahwa anak itu
telah mengalami penganiayaan. Memar yang ada dalam berbagai tahap
penyembuhan menunjukkan adanya trauma yang terjadi berulang kali. Memar
berbentuk objek yang dapat dikenali umumnya bukan suatu kebetulan.
9. Kerontokan RambutTraumatik
Kerontokan rambut traumatik terjadi ketika rambut anak ditarik, atau
dipakai untuk menyeret atau menyentak anak. Akibatnya pada kulit kepala dapat
memecahkan pembuluh darah di bawah kulit. Adanya akumulasi darah dapat
membantu membedakan antara kerontokan rambut akibat penganiayaan atau non-
penganiayaan.
10. Jatuh
Jika seorang anak dilaporkan mengalami kejatuhan biasa, namun yang
tampak adalah cidera yang tidak biasa, maka ketidaksesuaian riwayat dengan
trauma yang dialami tersebut menimbulkan kecurigaan adanya penganiayaan
terhadap anak.
3. Sindroma BayiTerguncang
Guncangan pada bayi menimbulkan cidera ekslersi deselersi pada otak,
menyebabkan regangan dan pecahnya pembuluh darah. Hal ini dapat
menimbulkan cidera berat pada system saraf pusat, tanpa perlu bukti-bukti cidera
eksternal.
5. Pertumbuhan fisik anak pada umumnya kurang dari anak2 sebayanya yang
tidak mendaapat perlakuansalah.
11. Laboratorium
Jika dijumpai luka memar, perlu dilakukan skrining perdarahan. Pada
penganiayaan seksual, dilakukan pemeriksaan :
Swab untuk analisa asam fosfatase, spermatozoa dalam 72 jam setelah
penganiayaanseksual.
Kultur spesimen dari oral, anal, dan vaginal untukgenokokus
Tes untuk sifilis, HIV, dan hepatitisB
Analisa rambutpubis
12. Radiologi
Ada dua peranan radiologi dalam menegakkan diagnosis perlakuan salah pada
anak, yaitu untuk:
Identifiaksi fokus darijejas
Dokumentasi
Pemeriksaan radiologi pada anak di bawah usia 2 tahun sebaiknya dilakukan
untuk meneliti tulang, sedangkan pada anak diatas 4-5 tahun hanya perlu dilakukan jika
ada rasa nyeri tulang, keterbatasan dalam pergerakan pada saat pemeriksaan fisik. Adanya
fraktur multiple dengan tingkat penyembuhan adanya penyaniayaanfisik.
13. CT-scan
lebih sensitif dan spesifik untuk lesi serebral akut dan kronik, hanya diindikasikan
pada pengniayaan anak atau seorang bayi yang mengalami trauma kepala yang
berat.
14. MRI (Magnetik ResonanceImaging)
Lebih sensitif pada lesi yang subakut dan kronik seperti perdarahan subdural dan
sub arakhnoid.
15. Ultrasonografi
Digunakan untuk mendiagnosis adanya lesi viseral
16. Pemeriksaankolposkopi
Untuk mengevaluasi anak yang mengalami penganiayaan seksual
Dampak ChildAbuse
Moore (dalam Nataliani, 2004) menyebutkan bahwa efek tindakan dari korban
penganiayaan fisik dapat diklasifikasikan dalam beberapa kategori. Ada anak yang menjadi
negatif dan agresif serta mudah frustasi; ada yang menjadi sangat pasif dan apatis; ada yang
tidak mempunyai kepibadian sendiri; ada yang sulit menjalin relasi dengan individu lain dan
ada pula yang timbul rasa benci yang luar biasa terhadap dirinya sendiri. Selain itu Moore
juga menemukan adanya kerusakan fisik, seperti perkembangan tubuh kurang normal juga
rusaknya sistem syaraf.
Anak-anak korban kekerasan umumnya menjadi sakit hati, dendam, dan menampilkan
perilaku menyimpang di kemudian hari. Bahkan, Komnas PA (dalam Nataliani, 2004)
mencatat, seorang anak yang berumur 9 tahun yang menjadi korban kekerasan, memiliki
keinginan untuk membunuh ibunya.
Berikut ini adalah dampak-dampak yang ditimbulkan kekerasan terhadap anak (child
abuse), antara lain ;
a. Dampak kekerasan fisik, anak yang mendapat perlakuan kejam dari orang tuanya
akan menjadi sangat agresif, dan setelah menjadi orang tua akan berlaku kejam
kepada anak-anaknya. Orang tua agresif melahirkan anak-anak yang agresif, yang
pada gilirannya akan menjadi orang dewasa yang menjadi agresif. Lawson (dalam
Sitohang, 2004) menggambarkan bahwa semua jenis gangguan mental ada
hubungannya dengan perlakuan buruk yang diterima manusia ketika dia masih kecil.
Kekerasan fisik yang berlangsung berulang-ulang dalam jangka waktu lama akan
menimbulkan cedera serius terhadap anak, meninggalkan bekas luka secara fisik
hingga menyebabkan korban meninggaldunia;
b. Dampak kekerasan psikis. Unicef (1986) mengemukakan, anak yang sering dimarahi
orang tuanya, apalagi diikuti dengan penyiksaan, cenderung meniru perilaku buruk
(coping mechanism) seperti bulimia nervosa (memuntahkan makanan kembali),
penyimpangan pola makan, anorexia (takut gemuk), kecanduan alkohol dan obat-
obatan, dan memiliki dorongan bunuh diri. Menurut Nadia (1991), kekerasan
psikologis sukar diidentifikasi atau didiagnosa karena tidak meninggalkan bekas yang
nyata seperti penyiksaan fisik. Jenis kekerasan ini meninggalkan bekas yang
tersembunyi yang termanifestasikan dalam beberapa bentuk, seperti kurangnya rasa
percaya diri, kesulitan membina persahabatan, perilaku merusak, menarik diri dari
lingkungan, penyalahgunaan obat dan alkohol, ataupun kecenderungan bunuhdiri;
c. Dampak kekerasan seksual. Menurut Mulyadi (Sinar Harapan, 2003) diantara korban
yang masih merasa dendam terhadap pelaku, takut menikah, merasa rendah diri, dan
trauma akibat eksploitasi seksual, meski kini mereka sudah dewasa atau bahkan sudah
menikah. Bahkan eksploitasi seksual yang dialami semasa masih anak-anak banyak
ditengarai sebagai penyebab keterlibatan dalam prostitusi. Jika kekerasan seksual
terjadi pada anak yang masih kecil pengaruh buruk yang ditimbulkan antara lain dari
yang biasanya tidak mengompol jadi mengompol, mudah merasa takut, perubahan
pola tidur, kecemasan tidak beralasan, atau bahkan simtom fisik seperti sakit perut
atau adanya masalah kulit, dll (dalam Nadia,1991);
d. Dampak penelantaran anak. Pengaruh yang paling terlihat jika anak mengalami hal ini
adalah kurangnya perhatian dan kasih sayang orang tua terhadap anak, Hurlock
(1990) mengatakan jika anak kurang kasih sayang dari orang tua menyebabkan
berkembangnya perasaan tidak aman, gagal mengembangkan perilaku akrab, dan
selanjutnya akan mengalami masalah penyesuaian diri pada masa yang akandatang.
e. Dampak yang lainnya (dalam Sitohang, 2004) adalah kelalaian dalam mendapatkan
pengobatan menyebabkan kegagalan dalam merawat anak dengan baik. Kelalaian
dalam pendidikan, meliputi kegagalan dalam mendidik anak mampu berinteraksi
dengan lingkungannya gagal menyekolahkan atau menyuruh anak mencari nafkah
untuk keluarga sehingga anak terpaksa putussekolah.
MEKANISMEKOPING
Mekanisme koping adalah tiap upaya yang diarahkan pada penatalaksanaan stress,
termasuk upaya penyelesaian masalah langsung dan mekanisme pertahanan yang digunakan
untuk melindungi diri. Beberapa mekanisme koping yang dipakai pada klien untuk
melindungi diri antara lain :
17. Sublimasi : Menerima suatu sasaran pengganti yang mulia artinya di mata masyarakat
untuk suatu dorongan yang mengalami hambatan penyalurannya secara normal.
Misalnya seseorang yang sedang marah melampiaskan kemarahannya pada obyek lain
seperti meremas adonan kue, meninju tembok dan sebagainya, tujuannya adalah untuk
mengurangi ketegangan akibat rasa marah.
18. Proyeksi :Menyalahkan orang lain mengenai kesukarannya atau keinginannya yang
tidakbaik.Misalnyaseseorangwanitamudayangmenyangkalbahwaiamempunyai
perasaan seksual terhadap rekan sekerjanya, berbalik menuduh bahwa temannya
tersebut mencoba merayu, mencumbunya.
19. Represi : Mencegah pikiran yang menyakitkan atau membahayakan masuk ke alam
sadar. Misalnya seseorang anak yang sangat benci pada orang tuanya yang tidak
disukainya. Akan tetapi menurut ajaran atau didikan yang diterimanya sejak kecil
bahwa membenci orang tua merupakan hal yang tidak baik dan dikutuk oleh Tuhan,
sehingga perasaan benci itu ditekannya dan akhirnya ia dapatmelupakannya.
20. Reaksi formasi : Mencegah keinginan yang berbahaya bila diekspresikan, dengan
melebih-lebihkan sikap dan perilaku yang berlawanan dan menggunakannya sebagai
rintangan. Misalnya seorang yang tertarik pada teman suaminya, akan
memperlakukan orang tersebut dengankasar.
21. Displacement : Melepaskan perasaan yang tertekan biasanya bermusuhan, pada obyek
yang tidak begitu berbahaya seperti yang pada mulanya yang membangkitkan emosi
itu. Misalnya Timmy berusia 4 tahun marah karena ia baru saja mendapat hukuman
dari ibunya karena menggambar di dinding kamarnya. Dia mulai bermain perang-
perangan dengantemannya.
Pendidik
Sekolah mempunyai hak istimewa dalam mengajarkan bagian badan yang sangat
pribadi, yaitu penis, vagina, anus, mammae dalam pelajaran biologi. Perlu ditekankan
bahwa bagian tersebut sifatnya sangat pribadi dan harus dijaga tidak diganggu orang
lain. Sekolah juga perlu meningkatkan keamanan anak di sekolah.
Sikap atau cara mendidik anak juga perlu diperhatikan agar tidak terjadi aniaya
emosional. Guru juga dapat membantu mendeteksi tanda-tanda aniaya fisik dan
pengabaian perawatan pada anak.
Penegak Hukum dan Keamanan
Hendaknya Undang-Undang No. 4 tahun 1979, tentang kesejahteraan anak cepat
ditegakkan secara konsekuen. Hal ini akan melindungi anak dari semua bentuk
penganiayaan dan kekerasan. Bab II pasal 2 menyebutkan bahwa “anak berhak atas
perlindungan terhadap lingkungan hidup yang dapat membahayakan atau
menghambat pertumbuhan dan perkembangannya secarawajar.
Media Massa
Pemberitaan penganiayaan dan kekerasan pada anak hendaknya diikuti oleh artikel-
artikel pencegahan dan penanggulangannya. Dampak pada anak baik jangka pendek
maupun panjang diberitakan agar program pencegahan lebih ditekankan.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
Pengkajian
Psikososial
1) Melalaikan diri (neglect), baju dan rambut kotor, bau
2) Gagal tumbuh denganbaik
3) Keterlambatan perkembangan tingkat kognitif, psikomotor danpsikososial
4) With drawl (memisahkan diri) dari orang-orangdewasa
Muskuloskletal
1) Fraktur
2) Dislokasi
3) Keseleo(sprain)
GenitoUrinaria
1) Infeksi salurankemih
2) Perdarahan pervagina
3) Luka padavagina/penis
4) Nyeri waktumikasi
5) Laserasi pada organ enetalia eksternal, vagina &anus
Intergumen
1) Lesi sirculasi (biasanya pada kasus luka bakar oleh karenarokok)
2) Luka bakar pad kulit, memar atauabrasi
3) Adanya tanda-tanda gigitan manusia yang tidak dapatdijelaskan
4) Trauma yang tidakdijelaskan
5) Bengkak
Diagnosa Dan Rencana Asuhan Keperawatan
Evaluasi
Child abuse adalah segala perlakuan buruk yang dilakuakn terhadap anaka atupun
remaja oleh para orang tua,wali atau orang lain yang seharusnya memelihara dan merawat orang
tersebut.
Child abuse ini dapat dibagi dalam 2 jenis,yaitu di dalam keluarga dan diluar keluarga
Diagnosa keperawatan pada child abuse ditegakkan berdasarkan :
Riwayat penyakit dan pemeriksaanfisik
Penganiyaanfisik
PemeriksaanLaboratorium
Pemeriksaanradiologi
Pencegahan dan penanggulangan penganiayaan dan kekerasan pada anak merupakan hal
serius yang segera harus dilakukan oleh semua pihak, yaitu orang tua/keluarga, pendidik,
penegak hukum, penanggung jawab keamanan, mass media dan pelayanan kesehatan
Mengingat dampak penganiayaan dan kekerasan akan mengganggu proses kehidupan anak yang
panjang hendaknya upaya pencegahan lebih diprioritaskan. Terlebih atas anak adalah masa
depan suatu bangsa.
Diharapkan dengan adanya Undang – undang no.23 tahun 2002 tentang Perlindungan
Anak ,maka angka kejadian child abuse bisa berkurang bahakan hilang dari permukaan Negara
Indonesia ini.
DAFTAR PUSTAKA
Anna Budi Keliat, ., Penganiayaan Dan Kekerasan Pada Anak, FIK UI, 1998
Ennis Sharon Axton,Pediatric Nursing Care Plans,2nd Edition,Pearson Education,New
Jersey,2003
Nelson, Ilmu Kesehatan Anak I, Jakarta, EGC 1999
Whaley’s and Wong, Clinic Manual of Pediatric Nursing,4th Edition,Mosby Company,1996
Sowden Betz Cicilia, , Keperawatan Pediatric, Jakarta, EGC, 2002
SUMBER :
http://www.researchgate.net/publication/42321513_Asuhan_Keperawatan_Pada_Anak_Child
_Abusehttp://dwihandra089.blogspot.com/2012/11/askep-kekerasan-pada-
anak.htmlhttp://asuhankeperawatankesehatan.blogspot.com/2013/05/askep-perilaku-
kekerasan.htmlhttp://janisarwestri.blogspot.com/2013/07/asuhan-keperawatan-pada-child-
abuse_5.html