Anda di halaman 1dari 2

BAHAN SERMON PARHALADO HKBP SUKAPURA

MAZMUR 50 : 1 – 6
TOPIK MINGGU : “YESUS ANAK ALLAH, DENGARKANLAH DIA”
Senin, 05 Feb 2024

I. Pengantar / Latar Belakang


Kitab Mazmur adalah kumpulan “Nyanyian” dan “Pujian”. Dan yang paling terkenal sebagai
penggubah dari kitab Mazmur ini adalah Raja Daud, maka sering kali ketika kita berbicara tentang
kitab Mazmur, kita akan membicarakan tentang Daud. Tapi ternyata kita juga menemukan beberapa
penulis yang lain dalam kita kitab Mazmur ini, yang hidup dalam suatu masa yang sama dalam
pemerintahan Raja Daud ataupun masa sesudahnya. Seperti misalnya yang kita baca di Mazmur 50
ini, yang merupakan “Nyanyian” yang di-Mazmur-kan oleh Asaf.
Asaf (Asaf bin Berekhya bin Simea) adalah seorang ahli musik keturunan suku Lewi dari bani
Gerson, yang hidup di jaman pemerintahan Raja Daud. Asaf menulis 12 Mazmur dalam kitab Mazmur,
yaitu Mazmur 50, Mazmur 73 - Mazmur 83. Asaf bersama-sama dengan Heman (cucu Samuel) dan
Etan, merupakan penyanyi utama di bait Allah pada masa pemerintahan Raja Daud. Dan nantinya,
anak-anak keturunannya (disebut bani Asaf) akan menjabat sebagai Imam Penyanyi dan banyak
melakukan nubuatan dalam bait Allah. (lihat 1 Taw 25 : 1 - 31, 2 Taw 5 : 12; 2 Taw 20 : 14; 2 Taw
29 : 13; 2 Taw 35 : 15).
Mazmur 50 ini, terbagi dalam beberapa bagian. Bagian pertama, tepat di nats yang kita baca
(ayat 1 - ayat 6). Bagian kedua di ayat 7 - ayat 15. Dan bagian ketiga di ayat 16 - ayat 23. Pembagian
ini dapat dilihat dengan akhiran kata “S e l a” di setiap akhir ayat. Kata “S e l a” ini artinya pemazmur
ataupun pembaca/penyanyi atau siapapun yang membacakannya “BERDIAM!”. Dalam diam tersebut,
umat diajak untuk merenungkan apa yang sudah diucapkan (di mazmurkan / di nyanyikankan). Ketika
“perenungan” sudah dilakukan, maka nyanyian Mazmur kembali dilanjutkan ke ayat berikutnya. Jadi
kata “S e l a” bukan kata yang dibacakan, tapi merupakan momen diam untuk perenungan.

II. Isi / Keterangan


A. Ayat 1 – Ayat 3
Asaf memulai Mazmur-nya dengan pengagungan kepada Allah, dengan jelas Asaf
mendefinisikan siapakah Allah menurut pandangannya, yaitu “Yang Maha Kuasa”. Yang berfirman
dan memanggil seluruh umatNya, dari terbitnya matahari sampai kepada terbenamnya (ayat 1). Yang
artinya, Asaf mendefinisikan; bahwa panggilan Allah kepada umatNya terus menerus Dia lakukan di
sepanjang hari. Asaf menunjukkan kepedulian Allah terhadap umatNya, Allah tidak akan berdiam
melihat kesalahan/pelanggaran yang dilakukan oleh umatNya. Allah murka, atas apa yang dilakukan
oleh bangsa Israel (bagian ke-2; ayat 7 - 15 dan bagian ke-3; ayat 16 - 23). Asaf menggambarkan
kemurkaan Allah dengan api yang menjilat dan badai yang dahsyat (ayat 3).

B. Ayat 4 – 6
Asaf mengungkapkan bentuk kepedulian Allah terhadap kesalahan umatNya; adalah dengan
mendatangkan pengadilan kepada mereka yang melakukan kesalahan (ayat 4). Yang meskipun dalam
bentuk kemurkaan Allah ketika melihat kesalahan/pelanggaran yang dilakukan oleh umatNya, Allah
tetap mengasihi mereka (ayat 5). Ini tentu sifat ke-Ilahian Allah yang sangat kontradiktif jika kita
bandingkan dengan sifat ke-manusiaan kita. murka namun tetap mengasihi. Kepedulian Allah
terhadap umat yang dikasihiNya; umat yang telah melakukan kesalahan/pelanggaran, ditunjukkan
dalam bentuk kemurkaan dengan mendatangkan pengadilan bagi mereka. Allah adalah Hakim yang
Maha Adil dan Allah yang penuh kasih (ayat 6).

1
Mengapa Allah murka? Apa penyebab Allah akan mendatangkan pengadilan kepada umat
Israel? Allah melihat kemunafikan yang terjadi pada bangsa itu, mereka memberikan persembahan
korban sembelihan dan korban bakaran bagi Allah (ayat 8) namun mereka tetap melakukan
kejahatan. Mereka mengesampingkan Firman Tuhan (ayat 17), mereka berkawan dan bergaul
(menjadi sama) dengan para pencuri dan penzinah (ayat 18), mulut mereka mengucapkan hal-hal
yang jahat dan penuh dengan tipu daya/kebohongan (ayat 19 - 20).
Dengan kata lain, bangsa Israel beranggapan bahwa Allah dapat “disuap/disogok”. Mereka
menganggap Allah dapat dicukupkan dengan ritus-ritus ibadah mereka saja, persembahan korban
sembelihan dan bakaran saja, tapi tidak merubah tingkah laku kehidupan mereka sehari-hari supaya
sesuai dengan perintah dan hukumNya. Ternyata Allah melihat itu semua, dan menjadi murka
karenanya dan akan mendatangkan pengadilan bagi bangsa itu dan menghukum mereka (ayat 21).

III. Penutup / Kesimpulan


Melalui Mazmur 50 : 1 - 6 ini, kita dapat belajar tentang 2 hal :
A. Allah kita adalah Allah yang peduli, Allah yang penuh kasih; bentuk ke-murkaanNya adalah
bentuk kepedulian dan kasihNya kepada kita umat ciptaanNya. Allah tidak ingin melihat
umatNya terus menerus hidup dalam kesalahan/pelanggaran kita. “Itulah yang engkau lakukan,
tetapi Aku berdiam diri” (ayat 21 a) dalam murkaNya, Allah berdiam; dengan arti, Allah
memberikan kesempatan kepada umatNya untuk menyadari akan kesalahan-kesalahan yang
telah dilakukan (bertobat) dan kembali ke jalan Allah, sebelum akhirnya Ia akan mengadili dan
menghukum kita.
B. Allah membenci kemunafikan! Perilaku kehidupan keagamaan kita, sering kali tidak berbanding
lurus dengan perilaku kehidupan keseharian kita. Ibadah ritual kita berbanding terbalik dengan
ibadah aktual kita; perilaku kudus hanya nampak dalam ibadah ritual kita saja, namun ternyata
dalam hidup keseharian kita (ibadah aktual), kita terus menikmati hidup dalam gelimang dosa
dan berperilaku yang tidak benar. Kita beranggapan bahwa hidup sebagai anak-anak Allah,
cukup dengan rutin melakukan ibadah ritual saja, padahal Allah menginginkan lebih dari itu.
Allah menginginkan kita mempersembahkan tubuh kita sebagai persembahan yang hidup, yang
kudus dan yang berkenan kepada Allah; itu adalah ibadah yang sejati (Roma 12 : 1). Artinya
seluruh aspek kehidupan kita sehari-hari harus mencerminkan bahwa kita adalah anak-anak
Allah, kita harus terus berusaha menjaga untuk hidup kudus, karena itulah yang Allah inginkan.

Demikian sedikit uraian yang dapat saya sampaikan mengenai bahan Sermon kita hari ini dari Mazmur
50 : 1 – 6 ini, kiranya amang dan inang dapat memberi masukan ataupun penambahan materi dari
sudut pandang yang berbeda, agar pemahaman kita akan bahan ini semakin bertambah, Tuhan Yesus
memberkati.

St. Saut M. Gultom

Anda mungkin juga menyukai