Anda di halaman 1dari 131

Khotbah dan Renungan Kristen

Kumpulan Bahan dan Khotbah Kristen terbaru, Kumpulan renungan kristen, Ilustrasi
Khotbah, Ayat Emas Alkitab, Kumpulan Gambar Tuhan Yesus Kristus
 Home ▼
Thursday, March 18, 2021

Mazmur 31:8-16 Bersoraklah Akan Kasih Setia Tuhan


Bacaan Firman Tuhan: Mazmur 31:8-16

Mazmur 31 ini memperlihatkan bagaimana berat penderitaan yang dihadapi oleh


pemazmur yang sampai membuat tubuh dan jiwanya merana. Tubuhnya semakin melemah
karena tangisan dan duka yang berkepanjangan. Penderitaannya juga diperparah lagi ketika
sikap teman-teman dan kenalannya seakan tidak pernah mengenalnya dan orang yang
memusuhinya yang sudah siap untuk mencabut nyawanya. Maka pemazmur
menggambarkan dirinya seperti barang yang pecah, yang hendak menggambarkan betapa
hancurnya kehidupannya oleh karena tekanan penderitaan yang dihadapinya.

Apa yang bisa dilakukannya? Tubuh dan jiwanya yang sudah merana tidak akan mungkin
dapat berbuat bagi dirinya sendiri. Dia juga tidak bisa mengandalkan orang lain, sebab
teman dan kenalannya sendiri pun sudah tidak mau mendekat dan sudah menganggap dia
tidak ada. Artinya jika mengandalkan kemampuannya maupun mengandalkan orang lain
mustahil dia akan sanggup mengatasi pergumulannya yang berat itu.

Seandainya pemazmur ini adalah orang yang tidak beriman mungkin sudah sakit jiwa atau
mungkin bunuh diri, tetapi karena dia adalah seorang yang beriman kepada Tuhan,
andalan hidupnya hanyalah Tuhan. Pemazmur mengungkapkan dalam doanya bahwa
hidupnya ada di tangan Tuhan bukan ditangan musuh-musuhnya.

Pemazmur memiliki keteguhan iman bahwa dia memiliki Allah yang penuh dengan kasih
setia. Pemazmur percaya bahwa kasih setia Tuhan itu nyata, yaitu bahwa Tuhan menilik,
memperhatikan dan menegakkannya dalam pergumulan yang sedang dihadapinya.
Sehingga sekalipun pergumulannya itu terasa sangat berat, namun dia dapat bersorak sorai
dan bersukacita karena imannya kepada Tuhan.

Saat kita hendak memasuki peringatan masa sengsara dan kematian Tuhan Yesus, Mazmur
31 ini menjadi perenungan yang sangat mendalam bagi kita. Apa yang dialami oleh
pemazmur ini menggambarkan kesengsaraan kita yang dihancurkan oleh kuasa dosa. Tidak
ada yang dapat kita perbuat untuk keselamatan diri kita, tidak ada yang dapat diperbuat
oleh orang lain untuk menyelamatkan kita, sementara musuh kita si iblis sudah siap untuk
menyerang kita. Dosa telah membuat tubuh dan jiwa kita merana, dosa yang mendatangkan
duka, tangisan, kesakitan, kelemahan.   

Tetapi, sama seperti pemazmur yang bersorak sorai dan bersukacita karena mengimani ada
Tuhan yang penuh dengan kasih setia, demikian juga dengan kita diajak untuk bersorak
sorai menyambut kasih setia Tuhan. Memasuki minggu palmarum, kita mengingat Yesus
yang memasuki Yerusalem yang disambut dengan sorak-sorai. Ketika Yesus memasuki
Yerusalem ini artinya bahwa waktunya sudah dekat bahwa Yesus akan menghadapi
penderitaanNya dan mati di kayu salib, namun walaupun demikian, sukacita dan sorak-
sorai orang-orang yang menyambutnya tidak dapat terbendung seperti yang dikatakan oleh
Tuhan Yesus “Jika mereka ini diam, maka batu ini akan berteriak” (Luk.19:40).

Merenungkan Mazmur 31 ini di minggu Palmarum, kita diarahkan untuk merenungkan


sikap yang iman yang diperlihatkan oleh pemazmur, bahwa dalam kesengsaraannya,
pemazmur percaya bahwa Tuhan tidak akan diam, tetapi Tuhan menilik, memperhatikan
dan Tuhan menegakkannya adalah karena kasih setia Tuhan. Dan inilah yang kita lihat di
peristiwa saat Yesus akan memasuki Yerusalem, ini adalah bukti dari kasih setia Tuhan
kepada kita, bahwa dalam kesengsaraan kita karena dosa Tuhan datang menghampiri kita
yang ada dalam penderitaan bahkan Dia yang datang untuk menanggung penderitaan kita
dengan mengorbankan diriNya mati di kayu salib. Sehingga di dalam iman kita selayaknya
bersorak sorai dan bersukacita menyambut keselamatan yang Tuhan bawa dalam hidup
kita.

Maka firman Tuhan yang kita renungkan saat ini mengingatkan kita untuk selalu
menyerahkan diri kepada Tuhan, sebab tidak ada yang bisa kita andalkan di dunia ini.
Ketika kita sedang menghadapi beban hidup yang berat, tubuh dan jiwa kita dapat
melemah, orang-orang dekat bisa menjauhi kita, namun Tuhan penuh dengan kasih setia,
Dia menilik, memperhatikan apa yang sedang terjadi dalam hidup kita dan Tuhan akan
bertindak untuk keselamatan kita, dan inilah yang telah dilakukan oleh Tuhan Yesus dalam
hidup kita, bahwa kasih Tuhan itu nyata dan bekerja dalam hidup kita.   

Mungkin kita perah punya pengalaman hidup saat menghadapi pengumulan


yang  membuat tubuh dan pikiran kita tidak terkendali, tubuh kita lemah bukan karena
mengerjakan pekerjaan yang berat, hati dan pikiran kita yang lelah yang selalu memikir-
mikirkan masalah yang sedang terjadi. Tetapi Firman Tuhan hendak mengingatkan kita,
siapa yang dapat kita andalkan? bukan pikiran kita, bukan kekuatan kita bukan juga orang
lain, tetapi hanya Tuhan  saja, sebab hidup kita ada ditanganNya, Dia yang berkuasa
melepaskan kita dari beban hidup kita yang berat.
Porisman Lubis at 10:28 PM

No comments:
Post a Comment


Home

View web version


Powered by Blogger.

Khotbah dan Renungan Kristen


Kumpulan Bahan dan Khotbah Kristen terbaru, Kumpulan renungan kristen, Ilustrasi
Khotbah, Ayat Emas Alkitab, Kumpulan Gambar Tuhan Yesus Kristus
 Home ▼
Sunday, March 14, 2021

Ibrani 5:5-10 Kristus Pokok Keselamatan


 Bacaan Firman Tuhan: Ibrani 5:5-10

Sebelum dan sesudah nas bacaan kita ini, penulis kitab Ibrani menuliskan dengan panjang
lebar tentang imam dan juga tentang Melkisedek untuk menjelaskan bahwa Yesus adalah
Imam Besar Agung yang tentunya berbeda dari imam yang lain. Untuk menjelaskan ini
maka penulis menjelaskannya melalui pengutusan Melkisedek.

Hanya sedikit referensi yang bisa kita jumpai untuk mendalami tentang kehadiran
Melkisedek, (Kejadian 14:17-20, Mazmur 110:4, Ibrani 5, 7) tetapi walaupun demikian dari
referensi yang ada ini sudah lebih dari cukup untuk menjelaskan hubungan Melkisedek
dengan Tuhan Yesus.

Melkisedek menjadi misterius karena ia hanya muncul sekejap dan kemudian tidak lagi
mengetahui tentangnya. Sosok Melkisedek kita ketahui hanya saat ia menjumpai Abraham
yang pada saat itu baru saja menang melawan raja-raja di timur. Dalam kisah itu,
Melkisedek datang sebagai raja Salem dan ia juga adalah imam Allah yang Mahatinggi yang
menjumpai Abraham dengan membawa roti dan anggur yang kemudian memberkati
Abraham.
Dalam kitab Ibrani 7:3 dijelaskan bahwa Melkisedek “tidak berbapa, tidak beribu, tidak
bersilsilah, harinya tidak berawal dan hidupnya tidak berkesudahan, dan karena ia
dijadikan sama dengan Anak Allah, ia tetap menjadi imam sampai selama-lamanya.”

Melkisedek menjadi lambang Kristus yang akan datang, yang akan memberikan berkat ilahi
kepada umat Allah. Melkisedek menjadi pendahulu yang melambangkan Kristus menjadi
Imam Besar yang Agung. Sehingga Yesus ditetapkan menjadi Imam Besar yang Agung
bukan karena Yesus yang memuliakan DiriNya sendiri, namun sudah ditetapkan oleh Allah
sebagaimana Melkisedek diutus oleh Tuhan sebagai raja damai sejahtera dan sebagai imam
sampai selama-lamanya.

Maka demikianlah Yesus menjadi raja damai sejahtera dan Imam yang menanggung
kelemahan kita. Yesus menjadi Imam yang berbeda dengan imam lainnya, sebab sebelum
kedatangan Yesus, Tuhan telah mendahului tanda-tanda mengenai keImaman Yesus
melalui Melkisedek, dan ketika Yesus datang ke dunia ini diperlihatkan lagi bagaimana
Yesus menjadi Imam bukan seperti imam yang dipilih diantara manusia yang
mempersembahkan korban dosa bukan saja untuk umat tetapi untuk dirinya sendiri juga,
tetapi Yesus menjadi Imam yang turut merasakan kelemahan kita dan Dia sendiri yang
menjadi Korban yang sempurna untuk pengampunan dosa manusia.

Dalam hidup pelayanan Tuhan Yesus, Dia memperlihatkan kesungguhanNya menjadi


Imam yang melayani dengan turut merasakan dan menanggung penderitaan manusia
dalam dosa dengan setia hanya untuk keselamatan manusia.

Sehingga Tuhan Yesuslah yang menjadi Imam Agung bagi kita, Dia sebagai satu-satunya
Imam pengantara kita kepada Bapa yang di sorga, Dia adalah Imam yang berbuat bagi kita,
Dia adalah Imam yang turut merasakan penderitaan kita, Dia menjadi pokok keselamatan
yang abadi bagi setiap orang.

Melalui nas ini kita juga diingatkan bahwa Tuhan hadir beserta kita untuk memberikan
teladan, bahwa Allah menjadi manusia untuk memperlihatkan tiruan yang baik dalam
kehidupan kita, Dia menjadi Imam yang memberikan teladan bagi kita. Kita belajar bahwa
walaupun Yesus adalah Anak Allah, namun Ia mau hidup sebagai manusia yang tetap setia
dalam penderitaanNya, yang walaupun Dia adalah Tuhan, tetapi kuasa itu tidak dipakai
untuk meringankan penderitaanNya. Itu sebabnya Tuhan Yesus mengatakan “Aku telah
memberikan suatu teladan , supaya kamu juga berbuat sama seperti yang telah Kuperbuat
kepadamu” (Yoh. 13:15). Maka jika kita ada tetap bersama-sama dengan Allah dalam segenap
kehidupan kita, maka sikap dan sifat sorgawi akan nyata atas kehidupan kita. Jika kita
mengatakan bahwa kita adalah anak-anak Allah, maka kita akan menjadikan sikap dan
ajaran Tuhan Yesus menjadi teladan atas hidup kita.
Tuhan Yesus memberi kita teladan bagaimana menghadapi penderitaan. Maka kita dapat
belajar dari Tuhan Yesus dalam menghadapi penderitaanNya

      1.      Doa

Dalam menghadapi penderitaanNya, Tuhan Yesus berdoa, bahkan ratap tangis (ay. 7).
Yesus sendiri berdoa, apalagi kita ini yang sangat lemah tentunya tidak akan dapat lepas
dari doa kepada Tuhan.

Ketika kita ada niat untuk berdoa, hal ini menandakan bahwa pergumulan itu pasti dapat
kita hadapi. Ketika kita memanjatkan doa kepada Tuhan, maka itu artinya, kita tidak sendiri
menghadapi pergumulan itu, tetapi kita bersama dengan Tuhan.

Doa adalah kekuatan dan peneguhan bagi kita, ketika kita memanjatkan doa, maka bukan
lagi ketakutan yang menguasai diri kita, tetapi kita akan dikuasai oleh kekuatan dan
keyakinan dari Tuhan. Sehingga doa itu tidak hanya sekedar permohonan, namun ketika
kita berdoa saat itu juga Tuhan telah memberikan kepada kita kekuatan dan keyakinan
untuk dapat menghadapi penderitaan yang kita hadapi.

      2.      Taat dalam penderitaan

Walaupun Tuhan Yesus adalah Anak, namun Dia taat dalam penderitaanNya (ay.8).
Sebenarnya Dia adalah Tuhan, apa yang tidak dapat dilakukan dalam penderitaanNya.
Namun Dia taat dalam penderitaanNya sampai mati di kayu salib. Hal ini menjadi tiruan
yang berharga bagi kita, bagaimana kita dapat meniru ketaatan Tuhan Yesus dalam
penderitaanNya. 

Seperti apapun pahitnya derita dan pergumulan yang kita hadapi, tetaplah kita jalani
dengan tidak gentar. Jangan pernah lari dari masalah dan jangan tinggalkan iman
percayamu kepada Tuhan.

      3.      Menerima dengan iman segala sesuatu

Dalam penderitaanNya, Tuhan Yesus berdoa agar luput dari maut. Namun apa yang
terjadi? Tetap Yesus mati dengan hina di kayu salib. Bisa muncul pertanyaan, “apakah tidak
ada kuasa dari doa Tuhan Yesus?”

Jika kita melihat dan memahami perbuatan dan kasih Tuhan, bisa saja iman kita goyah
bahkan meninggalkan iman kita. Namun kita harus ingat bahwa kita tidak dapat
mengukur dan menilai kebesaran perbuatan Tuhan dengan pikiran dan logika kita.
Selama kita mempercayakan hidup kepada Tuhan dan tetap taat, walaupun yang terjadi
tidak seperti yang kita harapkan dan pikirkan terjadi dalam hidup kita, namun yang Tuhan
lakukan adalah yang terbaik bagi kita.

Apakah doa Tuhan Yesus tidak dikabulkan untuk luput dari maut? Dari logika manusia
tentu jawabnya ‘tidak dikabulkan’, namun dari rencana besar Tuhan apa yang terjadi jauh
lebih dari situ, lihatlah apa yang terjadi pada hari ketiga setelah kematianNya, bukan hanya
Tuhan yang hidup tetapi juga memberikan kehidupan bagi setiap orang yang percaya.
Demikianlah kita memahami walaupun yang terjadi dalam hidup kita tidak seperti yang
kita harapkan, namun Tuhan akan berbuat jauh lebih besar, yang terbaik diberikanNya
kepada kita.

Porisman Lubis at 5:42 AM

No comments:
Post a Comment


Home

View web version

Powered by Blogger.

Khotbah dan Renungan Kristen


Kumpulan Bahan dan Khotbah Kristen terbaru, Kumpulan renungan kristen, Ilustrasi
Khotbah, Ayat Emas Alkitab, Kumpulan Gambar Tuhan Yesus Kristus
 Home ▼
Wednesday, March 10, 2021

Efesus 2:1-10 Kasih Karunia Allah Yang


Menghidupkan
 

Bacaan Firman Tuhan: Efesus 2:1-10, Bilangan 21:4-9

Tentunya kita akan merasakan sukacita ketika kita menerima sebuah pemberian atau
hadiah, apalagi jika pemberian itu adalah sesuatu yang tidak akan mungkin kita bisa kita
dapatkan jika hanya mengandalkan kemampuan kita. demikianlah halnya dengan firman
Tuhan yang telah kita baca ini, kita diajak untuk bersukacita sebab kita telah menerima
suatu pemberian yang berharga dari Tuhan yang mustahil bisa kita dapatkan jika hanya
mengandalkan kemampuan dan usaha kita, pemberian itu hanya dapat kita terima hanya
karena kasih karunia Tuhan, yaitu kehidupan. Lebih tepatnya dikatakan kasih karunia
Tuhan yang membangkitkan kita dari kematian karena dosa dan pelanggaran kita.

Dalam nas ini Paulus menjelaskan perbedaan yang sangat berlawanan antara mati karena
dosa dan hidup karena kasih karunia. Kita telah mati karena pelanggaran dan dosa-dosa
kita, tidak ada yang dapat dilakukan oleh orang mati untuk dirinya sendiri, orang mati
tidak dapat menghidupkan dirinya sendiri. Namun oleh karena kasih karunia Tuhan yang
besar telah membangkitkan kita dari kematian bersama dengan kebangkitan Kristus. Maka
Paulus hendak menjelaskan bahwa keselamatan yang kita terima bukanlah hasil usaha atau
karena hasil pekerjaan kita, tetapi itu semua adalah kasih karunia Allah, seperti yang Tuhan
Yesus katakan “Akulah kebangkitan dan hidup”.

Kita diperlihtkan keadaan hidup yang sangat kontras perbedaannya, yaitu kehidupan orang
yang menaati penguasa kerajaan angkasa, yaitu yang tunduk pada roh jahat. Orang yang
tunduk pada roh jahat adalah orang-orang yang mati sebab dalam dirinya tidak ada
kemerdekaan, sebab hidupnya, keinginannya dan pikirannya sudah diperbudak,
dikendalikan roh jahat untuk hidup dalam hawa nafsu daging dan perbuatan jahat.

Tetapi oleh karena kasih karunia Tuhan didalam Yesus Kristus, kita telah dihidupkan dari
kematian, kita dimerdekakan dan perbudakan dosa. Sebab dalam kematian oleh dosa, kita
tidak bisa berbuat apa-apa selain mengikuti keinginan daging yang jahat. Namun didalam
iman kepada Tuhan Yesus, kita menjadi ciptaan yang baru, yang dilahirkan kembali,
memerdekakan kita melakukan pekerjaan yang baik sesuai dengan maksud dan rencana
Tuhan yang menciptakan kita.

Firman Tuhan mengajar kita agar hidup dengan penuh sukacita oleh karena kasih karunia
Tuhan yang telah menghidupkan kita dalam kasih karuniaNya yang besar. Apa yang
terbaik untuk hidup kita telah diberikan oleh Tuhan bahkan kebaikanNya itu akan terus
menyertai kehidupan kita sebagaimana yang dikatakan di ayat 7 bahwa pada masa yang
akan datang Ia menunjukkan kepada kita kekayaan kasih karuniaNya yang melimpah-
limpah.

kekayaan kasih karunia Tuhan itu akan menjadikan kita manusia yang berkualitas, manusia
yang produktif, sebab kita adalah buatan Allah, diciptakan dalam Yesus Kristus untuk
melakukan pekerjaan yang baik yang telah Tuhan persiapkan bagi hidup kita.
Kita bukan lagi orang-orang mati yang tidak bisa berbuat apa-apa, yang tidak punya
harapan hidup, yang berpikiran sempit dan dangkal yang hanya bisa mengatasi masalah
dengan mengikuti keinginan danging yang jahat. Mudah untuk berputus asa, mudah untuk
emosi, sakit hati, yang hanya bisa menggantungkan hidup pada pikiran dan kekuatan kita
saja. Tetapi kita adalah orang-orang yang telah dihidupkan oleh kasih karunia Tuhan yang
telah dikerjakanNya dalam hidup kita melalui Yesus Kristus. Sehingga kita hidup penuh
dengan pengharapan, kita mampu untuk memiliki pikiran dan pandangan yang luas,
bahwa dalam keterbatasan kita ada kasih karunia Tuhan yang selalu memberkati kita.

Jika kita mengingat kembali perjalanan umat Israel di padang gurun (Bilangan 21:4-9), yang
mereka tahu hanyalah bersungut-sungut tentang kehidupannya, sikap yang mereka
tunjukkan inilah yang bisa digambarkan dengan orang-orang yang mati karena keinginan
dangingnya yang jahat. Mereka yang tidak tahu bersyukur bahwa Tuhan sudah berbuat
banyak atas hidup mereka dan menyertai perjalalan hidup mereka sampai sejauh itu.
Sehingga Tuhan  menyuruh ular-ular tedung memagut mereka, supaya mereka sadar
bahwa tidak ada yang baik yang akan mereka terima dalam hidupnya jika bersungut-
sungut. Bagaimana kita dapat mereasakan dan menikmati kebaikan Tuhan jika kita sendiri
hanya tahu bersungut-sungut, tetapi tanpa kita sadari Tuhan selalu memberkati dan
menyertai hidup kita ketika tetap bersyukur kepada Tuhan. Sehingga Tuhan menyuruh
Musa membuat ular tedung dan ditaruh disebuah tiang, jika seseorang dipagut ular dan
memandang kepada ular tembaga itu, tetaplah ia hidup.  Dan Tuhan Yesus menggunakan
gambaran ular tembaga ini untuk menggambarkan kematianNya di kayu salib, dan jalan
satu-satunya supaya selamat hanyalah memandang kepada Kristus (Yohanes 3: 14-16).

Sehingga firman Tuhan mengingatkan kita bahwa dasar hidup bersukacita dalam hidup ini
hanyalah karena kasih karunia Tuhan. Bersama kita ada Tuhan yang berkuasa atas
kehidupan ini, Dia memberikan diriNya bagi kita, dan Dia hendak menunjukkan kekayaan
kasih karuniaNya itu kepada kita pada masa yang akan datang. Kita bukan orang-orang
yang berpikiran sempit dengan mudah menyerahkan diri kita kepada keinginan danging
yang jahat ketika menghadapi tekanan, masalah dan penderitaan. Kita sadar bahwa kita
memiliki kelemahan, tetapi kita ada bersama Tuhan yang penuh dengan kasih karunia.

Porisman Lubis at 10:55 PM

No comments:
Post a Comment


Home

View web version

Powered by Blogger.

Khotbah dan Renungan Kristen


Kumpulan Bahan dan Khotbah Kristen terbaru, Kumpulan renungan kristen, Ilustrasi
Khotbah, Ayat Emas Alkitab, Kumpulan Gambar Tuhan Yesus Kristus
 Home ▼
Wednesday, March 3, 2021

Keluaran 20:1-11 Kasih Kepada Allah


Bacaan Firman Tuhan: Keluaran 20:1-11

Kesepuluh firman atau sepuluh perintah Allah sangat mendasar dalam kehidupan
kekristenan kita, seperti ketika Tuhan memberikan kesepuluh perintah ini kepada umat
Israel. Bagi umat Israel pemberian kesepuluh perintah ini membuat mereka berbeda dari
bangsa lainnya. Ketika bangsa-bangsa lain hidup dalam rasa ketakutan sebab mereka tidak
bisa memperkirakan apa yang akan dilakukan oleh dewa yang mereka sembah, namun
tidak seperti itu dengan umat Israel, mereka menjadi bangsa yang lebih maju, sebab melalui
kesepuluh perintah itu, maka mereka telah mengetahui apa yang Allah inginkan dari
mereka dan melalui ke sepuluh perintah Allah ini maka setiap saat mereka dapat
mengetahui dan mengevaluasi diri mereka dihadapan Tuhan, sehingga mereka
dimudahkan untuk mengetahui apakah Tuhan berkenan atas kehidupan mereka atau tidak.

Dalam perjanjian Baru kita dapat melihat bahwa Tuhan Yesus lebih mempertegas lagi
kesepuluh perintah Tuhan sebagai perintah untuk mengasihi Allah dan mengasihi sesama
manusia sebagai hukum yang utama dan yang terutama. Maka dalam nas ini kita akan lebih
khusus mendalami tentang hal mengasihi Allah, “kasihilah Tuhan Allahmu dengan segenap
hatimu, dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu” yaitu hukum yang
pertama sampai dengan yang keempat dari kesepuluh perintah itu.

Dalam nas ini kita akan melihat apa alasan yang menjadi dasar kita mengasihi Allah:

      1.      Sebagai ucapan syukur.

Umat Tuhan patut bersyukur sebab Allah memilih dan menjadikan mereka menjadi
umat pilihanNya. Tuhan memperhatikan dan menuntun umatNya sebagaimana
yang telah Tuhan lakukan dengan menuntun mereka keluar dari perbudakan di
Mesir. "Akulah TUHAN, Allahmu, yang  membawa engkau keluar dari tanah Mesir, dari
tempat  perbudakan”. Tanpa campur tangan Tuhan dalam hidup umatNya, mereka
bukan siapa-siapa, mereka hanyalah budak yang menderita. Mereka bukanlah
siapa-siapa jika bukan anugerah Tuhan yang memilih mereka menjadi umat pilihan
yang dikuduskanNya.  

Dari sini kita belajar bahwa ketulusan kita mengasihi Allah adalah wujud dari
ungkapan syukur kita yang oleh anugerahNya telah mengangkat kita menjadi anak-
anak yang dikasihiNya. Kita mensyukuri kasih yang telah dicurahkan oleh Tuhan
kepada kita melalui pengorbanan AnakNya Tuhan Yesus mati di kayu salib
sehingga kita beroleh keselamatan. Yang terbesar dan yang terindah dalam hidup
ini telah Tuhan berikan kepada kita, yakni iman kepada Tuhan Yesus. Kasih kita
kepada Allah adalah ungkapan syukur kita yang telah menganugerahkan
keselamatan bagi kita.

       2.      Karena Dialah Allah Pencipta

“TUHAN menjadikan langit dan bumi, laut dan segala isinya”. Allah sebagai


pencipta memang layak mendapatkan pujian, hormat dan kemuliaan dari yang
diciptakannya. Jika kita bukan anak yang durhaka, maka selayaknyalah kita
mengasihi Allah yang menciptakan kita. Tuhanlah yang memberi kita kehidupan
dan yang memelihara kehidupan kita, dan hidup kita ada ditanganNya.
Kesempatan hidup di dunia ini hanya sekali, waktu yang lalu tidak dapat diulang
kembali, maka kita tidak akan mensia-siakan kehidupan yang telah Tuhan berikan
kepada kita. Agar hidup yang diberikan oleh Tuhan ini bermakna, maka kita harus
tetap terhubung dengan Allah pencipta kita yaitu dengan mengasihinya dengan
segenap hati, jiwa dan akal budi kita. Tuhan Yesus berkata “Tinggallah di dalam Aku
dan Aku di dalam kamu. Sama seperti ranting tidak dapat berbuah dari dirinya sendiri,
kalau ia tidak tinggal pada pokok anggur, demikian juga kamu tidak berbuah, jikalau kamu
tidak tinggal di dalam Aku.” Tuhan Yesus menegaskan agar hidup kita menghasilkan
buah, maka kita harus tetap terhubung dengan Tuhan. Di Efesus 2:10
dikatakan “Karena kita ini buatan Allah, diciptakan dalam Kristus Yesus untuk melakukan
pekerjaan baik, yang dipersiapkan Allah sebelumnya. Ia mau, supaya kita hidup di
dalamnya.” Tuhan menciptakan kita karena Tuhan sudah punya rencana yang besar
melalui hidup kita, sehingga mengasihi Allah dalam hidup ini adalah jalan yang
akan menghubungkan kita pada rencana-rencana Tuhan yang besar melalui hidup
kita.

      3.      Karena Tuhan yang berkuasa atas kehidupan ini

Disatu sisi, Dia adalah Allah yang cemburu yang membalaskan kesalahan kita,
namun disisi lainnya Dia adalah Allah yang menunjukkan kasih setia bagi yang
mengasihiNya. Tuhan mengingatkan kita bahwa Dia berkuasa membalaskan
kesalahan kita dan juga berkuasa menunjukkan kasih setiaNya. Kita mengasihi
Allah karena kita percaya bahwa Tuhan itu adil dalam hidup ini. Kita mengasihi
Allah bukan karena takut mendapat hukuman, tetapi kita percaya akan kasih setia
Tuhan yang akan menyertai kehidupan kita.   

Sehingga mengasihi Allah menjadi pondasi utama kehidupan umat Tuhan. Tanpa ada
kesungguhan untuk mengasihi Allah maka tidak akan mungkin kita dapat mentaati hukum
Tuhan yang lainnya. Kita tidak akan dapat mengasihi sesama kita manusia jika kita tidak
mengasihi Allah. Tidak akan mungkin kita menjalankan kehidupan yang seturut dengan
kehendak Tuhan jika kita tidak mengasihi Tuhan yang menetapkan aturan untuk kita
lakukan. Sebagaimana yang Tuhan Yesus katakan bahwa mengasihi Allah dengan segenap
hati, jiwa dan akal budi adalah hukum yang terutama (Matius 22:37-38). Jika Tuhan Yesus
katakan yang terutama berarti hendak menekankan betapa pentingnya mengasihi Allah
yang menjadi dasar hubungan Allah dengan manusia. Tanpa memiliki kasih yang dalam
kepada Allah, maka akan sulit bagi kita menjadi orang yang taat dan setia kepada setiap
firman yang diajarkan dan diperintahkan oleh Tuhan untuk kita lakukan.

Jika saya tidak mengasihi Allah, maka saya tidak akan dapat mengasihi diri sendiri dan juga
kepada sesama manusia dengan benar. Kasih kita kepada diri sendiri dan kepada sesama
hanya akan terbatas pada naluri kehidupan yang berdosa ini saja. Namun ketika saya
mengasihi Allah, maka saya akan memiliki kasih yang tidak terbatas seperti besarnya kasih
Tuhan.

Maka firman Tuhan menekankan kepada kita bagaimana hubungan pribadi kita dengan
Tuhan? Seperti yang dikatakan oleh Tuhan Yesus “Tinggallah di dalam Aku dan Aku di dalam
kamu”. Sebab bagaimana kita bisa mentaati segala perintah Tuhan jika kita tidak sungguh-
sungguh mengasihi Allah.

Dalam perintah Tuhan yang pertama sampai dengan keempat kita akan menemukan
pedoman bagi kita untuk melihat dan mengevaluasi bagaimana kesungguhan kasih kita
kepada Allah. Jika kita mengasihi Allah, maka:

1.      Tidak akan ada allah lain yang kita sembah selain dari Tuhan. Artinya
bahwa kita hanya mempercayakan hidup kepada Tuhan saja. Yang
dimaksud dengan “allah lain” tidak hanya sebatas menduakan Tuhan
dengan mempercayai allah yang lain, namun juga tentang sikap iman kita
yang tidak teguh untuk mempercayakan hidup hanya kepada Tuhan. Jika
kita mengasihi Allah, maka kita harus sepenuhnya percaya hanya kepada
firmanNya saja. Tidak ada kebimbangan dan kekawatiran menyerahkan
hidup sepenuhnya hanya kepada Tuhan.

2.      Kita tidak membuat patung bentuk apapun untuk disembah. Dari sini
kita hendak diajarkan bahwa memang tidak ada yang lain yang patut
disembah selain dari Tuhan. Selain dari Tuhan itu hanyalah allah yang
palsu, patung, tiruan, jadi-jadian yang buat-buat. Yang patut kita sembah,
takuti dan hormati hanyalah Tuhan. Jika kita mengasihi Allah, maka yang
patut kita sembah dan takuti hanyalah Tuhan.

3.      Kita tidak menyebut nama Tuhan dengan sembarangan. Nama Tuhan


bukan untuk dipermainkan sebab nama Tuhan adalah kudus. Apakah kita
menguduskan nama Tuhan dalam hidup kita? atau justru kita
merendahkan nama Tuhan dengan sikap hidup kita yang tidak benar,
seperti seorang anak yang mempermalukan nama orangtuanya karena
kelakuannya. Jika kita menyebut nama Tuhan dalam doa maka kita juga
akan menghormati Tuhan dalam perbuatan kita.
4.      Kita mengingat dan menguduskan hari sabat. Wujud dari kasih kita
kepada Tuhan tidak akan lepas dari kerinduan kita bersekutu denganNya.
Jika kita mengasihi Allah, kita akan selalu mengingat Tuhan dan selalu
merindukan bersekutu dengan Tuhan. Kesibukan dalam dunia ini tidak
akan pernah menghalangi kita untuk datang ke hadirat Tuhan yang
kudus. Mazmur 84:11 dikatakan “Sebab lebih baik satu hari di pelataran-
Mu dari pada seribu hari di tempat lain; lebih baik berdiri di ambang
pintu rumah Allahku dari pada diam di kemah-kemah orang fasik.”

Porisman Lubis at 1:46 AM

No comments:
Post a Comment


Home

View web version

Powered by Blogger.

Khotbah dan Renungan Kristen


Kumpulan Bahan dan Khotbah Kristen terbaru, Kumpulan renungan kristen, Ilustrasi
Khotbah, Ayat Emas Alkitab, Kumpulan Gambar Tuhan Yesus Kristus
 Home ▼
Tuesday, February 23, 2021

Roma 4:13-25 Allah Memperhitungkan Iman Orang


Percaya
 Bacaan Firman Tuhan: Roma 4:13-25

Disini rasul Paulus menjelaskan pembenaran oleh iman itu dengan mencontohkan
bagaimana Abraham dibenarkan Allah oleh karena imannya. Abraham dibenarkan bukan
karena menaati hukum taurat, tetapi karena imannya kepada Tuhan. Walaupun janji Tuhan
kepada Abraham kelihatannya mustahil terjadi, namun Abraham mempercayai janji Tuhan. 

Sama seperti Abraham yang karena imannya kepada Tuhan diperhitungkan sebagai
kebenaran maka demikian juga dengan kita dibenarkan karena mengimani janji Tuhan
melalui Yesus Kristus. Bahwa kita dibenarkan oleh Tuhan bukan karena kesalehan dan
perbuatan kita tetapi adalah karena iman kita pada anugerah Tuhan melalui kematian dan
kebangkitan Kristus. Sebagaimana Tuhan menyatakan anugerahNya kepada Abraham,
demikian juga dengan kita menerima anugerah itu, bahwa kasih setia Tuhan adalah untuk
selama-lamanya, tidak hanya kepada Abraham namun juga tetap ada selamanya bagi setiap
orang yang beriman, itulah sebabnya Abraham disebut menjadi bapa orang yang beriman.

Kita mengimani Allah yang Esa, Allah yang hidup, Allah yang selalu bekerja dalam hidup
ini, adalah Allah yang menciptakan langit dan bumi, Allah yang berfirman kepada
Abraham, Ishak dan Yakub, Allah yang menuntun umatNya Israel, Allah yang menyatakan
diriNya didalam Yesus Kristus, dan Allah yang penuh kasih karunia yang diberitakan oleh
para rasul dan Allah yang kita imani hingga saat ini adalah tetap Allah yang Satu hingga
selamanya. Sebagaimana Tuhan Yesus berfirman “Aku adalah Alfa dan Omega,  Yang
Pertama dan Yang Terkemudian, Yang Awal dan Yang Akhir” (Wahyu 22:13). Maka rasul
Paulus hendak jelaskan dalam nas ini:

      1.     Jika kita mempercayai bahwa Tuhan memenuhi janjiNya kepada Abraham, maka
kita juga mempercayai janji Tuhan yang menyelamatkan umatNya melalui
kedatangan Mesias yang telah dinyatakan didalam Yesus Kristus. Sebab Allah yang
berjanji dan yang memenuhi janjiNya kepada Abraham juga adalah Allah yang
membangkitkan Yesus dari antara orang mati.

  2. Janji Tuhan kepada Abraham kelihatannya mustahil terjadi, tetapi Tuhan yang
menjanjikannya setia menepati janjiNya, demikian halnya dengan janji keselamatan
Tuhan didalam Yesus Kristus, walaupun kelihatannya mustahil bahwa Allah
menjadi manusia bahkan sampai mati di kayu salib, tetapi semuanya itu dapat
terjadi oleh kuasa Tuhan. Bagi orang binasa salib Kristus memang adalah
kebodohan, namun bagi kita orang beriman, salib Kristus adalah kekuatan Allah
yang membawa keselamatan.

    3. Abraham memperoleh apa yang Tuhan janjikan adalah hanya karena imannya
kepada anugerah Tuhan, maka sekarang juga kita memperoleh janji keselamatan
dari Tuhan hanya oleh karena iman kita kepada anugerah Tuhan Yesus saja, bukan
karena usaha dan kemampuan kita.

Renungan yang bisa kita terima dari kebenaran firman Tuhan ini:

      1.     Iman kepada Tuhan menuntun kita pada pengharapan yang hidup

Jika kita berhadapan dengan kemustahilan, dan ada yang berkata “kalaupun bisa selamat
itu adalah mujizat Tuhan” maka kita amini saja perkataan itu, sebab memang demikianlah.
Sebab hidup kita didalam iman kepada Tuhan Yesus bukan lagi hidup oleh karena kekuatan
kita, tetapi oleh karena anugerah Allah. Dengan hidup beriman kepada Tuhan Yesus kita
telah meninggalkan segala hal yang dianggap mustahil, sebab kuasa Allah akan bekerja
dalam diri kita melalui iman kepada Tuhan Yesus, di Lukas 18:27 Tuhan Yesus berkata "Apa
yang tidak mungkin bagi manusia, mungkin bagi Allah.". Dan bagaimana Tuhan dapat
mengubah yang mustahil itu menjadi mungkin dalam hidup kita? Tuhan Yesus berkata juga
kepada kita “Imanmu telah menyelamatkan engkau” (Lukas 17:19).

Kita mungkin saja berkata, ‘aku terlalu lemah’, ‘aku tidak sanggup’, ‘aku terlalu bodoh’,
‘aku tidak berguna’, aku terlalu buruk untuk diampuni’. Ada banyak tembok-tembok
kemustahilan dalam hidup ini yang melemahkan kita. Namun kita hendak diyakinkan oleh
firman Tuhan, ketika kita mau mengangkat diri kita pada keyakinan akan iman kepada
Tuhan, maka kita sudah memiliki kuasa yang besar dalam diri kita, yaitu kuasa Allah yang
dapat menghancurkan tembok  kemustahilan. Jika kita mengandalkan kekuatan kita,
memang benar semuanya adalah kemustahilan, tetapi ketika kita mengangkat diri kita pada
iman, maka kuasa Tuhan yang akan bekerja dalam hidup kita.

Sama seperti Abraham yang tetap beriman kepada janji Tuhan yang walaupun
dihadapannya terbentang kemustahilan, dia yang sudah tua dan istrinya yang sudah
mandul, tetapi dia tetap mempercayai janji Tuhan bahwa dia akan menjadi bangsa yang
besar. Oleh karena imannya yang teguh kepada Tuhan, dia akhirnya menerima apa yang
Tuhan janjikan.

Dengan iman kepada Tuhan, kita memberikan hidup kita menjadi ‘ruang kerja’  bagi Tuhan
melakukan rencanaNya yang terbaik bagi kita. Ketika kita membuka diri bagi Tuhan melalui iman
kepadaNya, maka kita tidak akan pernah berkecil hati seperti apapun kekurangan dan kelemahan
kita, sebab bukan lagi pikiran dan kekuatan kita yang menjadi andalan hidup kita, tetapi ada Tuhan di
dalam diri kita yang sedang bekerja untuk mewujudkan rencana yang terbaik dalam hidup kita.

      2.     Iman kepada Tuhan adalah kekuatan sukacita hidup kita

Bisa banyak alasan dalam dunia ini yang dapat melemahkan kita, namun rasul Paulus
mengingatkan kita bagaimana Abraham justru tidak lemah dan berduka karena
pergumulannya, tetapi menjadi kuat oleh imannya yang tidak ragu akan janji Tuhan. Di
ayat 20 dikatakan “Malah imannya menjadikan dia bertambah kuat, sehingga ia memuji-
muji Allah”. Berbagai pergumulan dalam hidup ini bisa melemahkan dan menjatuhkan
semangat hidup kita, namun iman kepada Tuhan akan senantiasa menguatkan kita, sebab
kita tidak ragu sedikit pun akan kuasa Allah yang nyata dalam hidup ini. Dengan beriman
kepada Tuhan kita dituntun untuk hidup dalam sukacita dan memuji Tuhan dalam hidup
kita. sebab iman adalah kekayaan, kehormatan, kemuliaan, sukacita yang tidak ternilai. Kita
akan semakin merasakan keistimewaan iman itu ketika kita mau semakin menghidupi iman
kepada Tuhan dalam hidup kita.

Porisman Lubis at 5:04 PM

No comments:
Post a Comment


Home

View web version

Powered by Blogger.

Khotbah dan Renungan Kristen


Kumpulan Bahan dan Khotbah Kristen terbaru, Kumpulan renungan kristen, Ilustrasi
Khotbah, Ayat Emas Alkitab, Kumpulan Gambar Tuhan Yesus Kristus
 Home ▼
Thursday, February 18, 2021

Kejadian 9:8-17 Janji Dan Kuasa Allah


Bacaan Firman Tuhan: Kejadian 9:8-17

Peristiwa air bah pada masa Nuh mengingatkan kita pada kemahakuasaan Tuhan atas
kehidupan ini. Dalam peristiwa air bah, telah diperlihatkan bagaimana manusia yang
berdosa menolak untuk bertobat dan juga orang yang diselamatkan karena hidup benar dan
mengikuti perintah Tuhan dengan sabar yaitu Nuh dan keluarganya. Jika Tuhan
mendatangkan air bah bukan hendak menunjukkan Tuhan yang kejam, tetapi kita melihat
bahwa Tuhan sudah cukup sabar menanti agar manusia mau untuk bertobat, namun justru
mereka menertawakan kasih karunia yang Tuhan berikan kepada mereka.    

Dari peristiwa Nuh kita akan belajar bahwa Tuhan berkuasa untuk membinasakan tetapi
Dia juga berkuasa menjanjikan dan memberikan kehidupan yang baik bagi manusia.
Melalui peristiwa air bah kita hendak disadarkan juga bahwa kebinasaan akibat dari dosa
adalah hal yang tidak terelakkan. Namun ditengah kemurkaan Tuhan pada kejahatan
manusia yang berdosa tersedia bahtera keselamatan Tuhan bagi orang yang benar yang
bergaul dengan Allah dan itu Tuhan tunjukkan melalui keselamatan Nuh dan keluarganya
dari air bah. Melalui iman kepada Tuhan Yesus dan menghidupi firmanNya, bagi kita
tersedia janji keselamatan dari kebinasaan oleh dosa, yaitu melalui Tuhan Yesus yang
menuntun kita memasuki bahtera keselamatanNya sehingga kita selamat dari kebinasaan
oleh dosa.

Maka dalam nas firman Tuhan bagi kita saat ini akan merenungkan firman Tuhan tentang
kejadian setelah air bah surut dan Tuhan mengadakan perjanjian kepada manusia dan
kepada seluruh mahluk hidup bahwa tidak akan ada lagi air bah untuk memusnahkan
bumi. Tanda perjanjianNya itu adalah dengan meletakkan busurNya di awan atau yang
lebih kita kenal saat ini dengan pelangi.

Tuhan yang mengadakan perjanjian, sehingga perjanjian ini bukanlah seperti perjanjian
yang lajim ketika itu seperti kesepakatan yang diambil bersama antara satu dengan yang
lain atau antara satu suku dengan suku yang lain, tetapi perjanjian yang dibuat oleh Tuhan
ini adalah inisiatif-Nya sendiri, suatu perjanjian yang datang dari Tuhan untuk kebaikan
kehidupan dunia ini. Maka Tuhan meneguhkan janjiNya bahwa tidak akan ada lagi air bah
untuk memusnahkan bumi.

Dari janji yang Tuhan tetapkan ini kita dapat melihat bahwa Dia adalah Allah yang
berkuasa atas kehidupan ini, Dia bisa saja dengan mudahnya memusnahkan kehidupan ini
dengan kuasa yang ada padaNya tetapi Dia bukanlah Allah yang sewenang-wenang
dengan kuasaNya. Dibalik kuasaNya yang besar yang dapat dengan mudah membinasakan
ada kuasaNya yang jauh lebih besar, yaitu kasihNya kepada ciptaanNya. Inilah yang
hendak dinyatakan oleh Tuhan melalui perjanjianNya itu, yaitu kasih setiaNya yang akan
memelihara umat ciptaanNya. Sehingga manusia tidak perlu takut untuk menjalani
kehidupannya dikemudian hari kalau-kalau Tuhan kembali murka dengan mendatangkan
air bah seperti yang sudah pernah dilakukanNya.

Melalui perjanjianNya ini, Tuhan hendak menyatakan DiriNya kepada kita, bahwa Dia
adalah Allah yang berkuasa, namun kemahakuasaanNya itu bukanlah kekuasaan yang
sewenang-wenang, namun Tuhan akan menjalankan kemahakuasaanNya dengan kasih dan
kesetiaan yang kekal kepada janjiNya. Sehingga kehidupan yang dijalani oleh Nuh dan
keluarganya dan juga kehidupan seluruh umat manusia setelah air bah, hidup yang kita
jalani saat ini adalah anugerah dari Tuhan. Jika melihat kejahatan manusia, atau melihat
kejahatan umatNya Israel, mungkin Tuhan sudah melakukan pembinasaan, tetapi Tuhan
tetap berpegang pada perjanjianNya. Kita dapat melihat bagaimana keteguhan janji Tuhan,
bahwa manusia itu sudah selayaknya binasa oleh karena dosa-dosanya, tetapi Tuhan
memegang janji dan kasih setiaNya sehingga Tuhan sendiri yang menanggung akibat dari
dosa manusia melalui AnakNya Tuhan Yesus yang mati di kayu salib.
Tuhan membuat tanda atas janjiNya itu bahwa Allah tidak akan melupakan janjiNya dan
kita tidak lupa akan janji Tuhan yaitu dengan meletakkan busurNya di awan, atau busur
yang lebih kita kenal dan pahami saat ini disebut dengan pelangi. Istilah “busur” yang
dipakai disini sebagai tanda penjanjian Tuhan adalah kata yang sama juga baik untuk
menamakan busur yang dipakai berburu atau berperang dengan kata yang dipakai untuk
menyebutkan pelangi. Karena memang bentuk dari pelangi mirip dengan busur yang sering
digunakan baik untuk berburu maupun untuk berperang. Sehingga ada pendapat yang
mengatakan bahwa busur di awan atau pelangi itu sebagai tanda bahwa Tuhan
menggantungkan busurNya di awan, bahwa Tuhan tidak akan memakai busur dalam
tindakannya kepada manusia, sebab dahulu busur dikenal sebagai lambang permusuhan
dan tanda perang, namun sekarang Tuhan membuat tanda busur di awan sebagai tanda
perjanjianNya yang tidak akan melakukan pembinasaan melalui air bah.

Maka, mari kita melihat renungan yang dapat kita terima melalui nas ini:

       1.     Tuhan berkuasa dan berdaulat atas kehidupan ini

Satu hal yang tidak bisa kita lupakan dari peristiwa air bah adalah kemahakuasaan Tuhan.
Dia dapat melakukan apapun, bahwa tiada yang mustahil bagi Tuhan. Dia bisa
membinasakan namun Dia juga bisa menahan DiriNya untuk tidak membinasakan. Tuhan
berkuasa untuk mendatangkan air bah namun Dia juga berkuasa untuk berjanji untuk tidak
mendatangkan lagi air bah. Kita mau menerima janji Tuhan ini dengan penuh rasa hormat
dan bersujud kepada Tuhan bahwa Dia adalah Allah yang berkuasa dalam kehidupan ini
dan dalam diri kita.

Namun terkadang kita meremehkan kemahakuasaan Tuhan, ketika kita merasa lebih
berkuasa atas diri kita, merasa bahwa yang menentukan hidup kita adalah pikiran dan
kekuatan kita. Sehingga kita menganggap rendah pengajaran Tuhan dan lebih mengikuti
kehendak dan kemauan kita saja. Di 1 Petrus 5:6 kita diajarkan “Karena itu rendahkanlah
dirimu di bawah tangan Tuhan yang kuat, supaya kamu ditinggikan-
Nya pada waktunya”.  

Dihadapan kuasa Allah kita tidak ada apa-apanya, namun walaupun demikian kita
berharga dihadapan Tuhan. Kuasa yang ada padaNya tidak dipakaiNya untuk menakuti
kita justru Dia memakai kuasaNya untuk memperlihatkan kasihNya yang begitu besar
kepada kita. jika tangan Tuhan merendah memperlihatkan kuasaNya kepada kita, maka
selayaknyalah kita merendahkan diri datang kepada Tuhan menerima kebaikan yang Tuhan
perbuat kepada kita.

      2.     Tuhan setia kepada janjiNya


Firman Tuhan katakan dalam nas ini “Pandang dan lihatlah, Aku yang membuatnya, Aku
yang setia dan sanggup menepatinya.” Busur di awan atau pelagi menjadi tanda bahwa
Tuhan setia kepada janjiNya, dan janjiNya adalah kekal. Artinya bahwa tidak ada yang
perlu ragu akan kesetiaan Tuhan pada janjiNya. Maka kita diajak untuk memandang janji
Tuhan, yaitu janji yang diberikan untuk kebaikan hidup kita bahwa janjiNya itu pasti akan
ditepatiNya. Kita diajak untuk melihat keatas bahwa janji Tuhan itu begitu indah
sebagaimana kita kagum melihat keindahan pelangi dan dapat kita dapat melihat dalam
hidup ini bahwa janji Tuhan yang indah itu ada dan nyata dalam hidup kita seperti kita
dapat melihat pelangi.

Ditengah duka, pergumulan dan perjuangan hidup kita, apakah kita sudah memandang
dan melihat kepada Tuhan? Bahwa Tuhan ada ditengah-tengah kehidupan kita ini
menjanjikan kebaikan dalam hidup kita, Dia setia dan sanggup menepatinya.  

3.      

Porisman Lubis at 8:11 AM

No comments:
Post a Comment


Home

View web version

Powered by Blogger.

Khotbah dan Renungan Kristen


Kumpulan Bahan dan Khotbah Kristen terbaru, Kumpulan renungan kristen, Ilustrasi
Khotbah, Ayat Emas Alkitab, Kumpulan Gambar Tuhan Yesus Kristus
 Home ▼
Tuesday, February 9, 2021

2 Korintus 4:1-6 Hamba Tuhan Yang Setia


 Bacaan Firman Tuhan: 2 Korintus 4:1-6

Dari nas ini kita akan belajar suatu teladan yang berharga dari rasul Paulus untuk dapat kita
hidupi, yaitu tentang kesungguhan kita menghidupi panggilan sebagai seorang yang
percaya kepada Tuhan Yesus. Dalam hal panggilan kita sebagai seorang kristen, kita akan
belajar dari Paulus, bagaimana dia menghidupi panggilannya dari Tuhan. Maka mari kita
terlebih dahulu melihat apa yang ditekankan dalam nas yang telah kita baca ini:

         1.     Allah-lah yang mengutus Paulus untuk mengabarkan Injil, dia hanyalah hamba
yang mau untuk setia diutus oleh Tuhan Yesus. Pengutusannya untuk mengabarkan
Injil adalah kasih karunia Tuhan, sehingga Paulus tidak tawar hati, dia tidak patah
semangat menghadapi tantangan dan kesulitan yang dihadapinya, sebab yang
mengutusnya adalah Tuhan.

           2.     Apa yang Tuhan firmankan itu juga yang  diberitakan oleh Paulus, tidak ada
kepalsuan atau yang disembunyikannya dari firman Tuhan. Paulus menekankan
bahwa kebenaran Injil yang diberitakannya itu siap diuji baik dihadapan manusia
maupun dihadapan Tuhan. Maka Paulus tetap semangat memberitakan Injil adalah
karena yang diberitakannya adalah berita kebenaran tanpa ada yang ditutupi dari
kebenaran firman Tuhan. Jika dalam istilah pribahasa kita saat ini “berani karena
benar, takut karena salah”, tidak ada yang perlu ditakutkan oleh Paulus, sebab yang
diberitakannya adalah kebenaran dari Tuhan.

         3.     Jika ada yang menolak dan menutup diri atas kebenaran Injil yang
diberitakannya itu, bahkan sampai ada yang memfitnah Paulus, mereka itu adalah
orang-orang yang menutup diri untuk diterangi kemuliaan Allah. Ilah zaman telah
membutakan mereka sehingga tidak dapat melihat kemuliaan Allah yang terpancar
dari Injil yang diberitakannya. Paulus tidak pernah patah semangat memberitakan
kebenaran Injil Kristus walaupun ada yang menolak, menutup diri bahkan
memfitnah dia, sebab yang diberitakannya adalah Yesus Kristus sebagai Tuhan dan
Paulus bukan sedang memberitakan tentang dirinya sendiri atau menggunakan
firman Tuhan untuk kepentingan pribadinya. Tetapi sebaliknya, Paulus hendak
memberitakan dirinya sebagai teladan hamba Tuhan yang setia untuk melayani
Tuhan.

Maka, rasul Paulus hendak menekankan bahwa dia tidak pernah tawar hati, mundur, takut,
gentar untuk menjalankan panggilannya dalam memberitakan Injil, walaupun dia ditindas,
dianiaya dan difitnah. Walaupun dari kemanusiaannya dia rapuh dan lemah seperti bejana
tanah liat yang mudah untuk hancur jika dihempaskan (ayat 7), namun dia selalu dikuatkan
oleh Tuhan dengan berlimpah-limpah untuk selalu giat dalam memberitakan Injil Kristus.

Maka apa kebenaran firman Tuhan yang hendak kita pelajari melalui nas ini?

      1.     Hamba yang setia kepada panggilan Tuhan

Jika kita seorang yang mengabdikan diri sebagai pelayan Tuhan, maka kita hendak ditolong
oleh kebenaran firman Tuhan ini, bahwa hendaklah kita menjadi pelayan Tuhan yang setia.
Kesetiaan kita melayani Tuhan ada tanda syukur, sebab Tuhan memberikan kemurahannya
kepada kita untuk memberitakan firmanNya. Kemurahan Tuhan yang memanggil kita
menjadi pelayan firmanNya adalah kemurahan Tuhan yang tidak akan ternilai harganya,
sebab itu kita terpanggil sebagaimana sikap pelayanan yang diperlihatkan oleh Paulus yang
tetap setia dan tidak tawar hati sekalipun menghadapi berbagai tantangan pelayanan.

Namun nas ini bukan hanya bagi pelayan gereja saja, tetapi kepada semua umat yang
percaya. Jika saat ini kita mengenal dan mempercayai Tuhan Yesus, maka itu adalah
kemurahan Tuhan yang harus kita syukuri. Berbahagialah kita dapat mengenal jalan
kebenaran dan hidup melalui iman kepada Tuhan Yesus. Banggalah, bersyukurlah menjadi
seorang Kristen, jangan tawar hati, jangan minder menjadi seorang kristen. Nama Yesus
harus menjadi semangat hidup kita melayani Tuhan dalam hidup ini.

Apa yang ada pada kita saat ini itu semua adalah kasih, kemurahan, anugerah Tuhan. Nafas
hidup yang masih kita terima sampai saat ini itu adalah anugerah Tuhan, harta, pekerjaan,
keluarga, semua yang ada pada kita adalah anugerah Tuhan. Maka jangan ada dari kita
yang kecil hati, tawar hati, mider akan keadaan hidupnya sekarang.  

Apapun yang ada pada kita, semua adalah anugerah Tuhan, maka jangan tawar hati dan
jangan juga tinggi hati, tetapi layanilah Tuhan dengan apa yang Tuhan anugerahkan kepada
kita masing-masing. Apa yang ada pada kita saat ini semuanya itu adalah harta yang
berharga yang Tuhan percayakan kepada kita, itu semua adalah tugas pelayanan yang
Tuhan berikan kepada kita, supaya melalui hidup kita ini kita melayani Tuhan,
mengabarkan kabar baik dari Tuhan melalui kehidupan kita. Maka jangan kita tawar hati,
minder tentang kehidupan yang kita jalani saat ini, sebab kita hidup untuk melayani Tuhan.
Selama pekerjaan kita itu baik dan benar dihadapan Tuhan, selama kita tetap setia beriman
kepada Tuhan dalam situasi hidup yang sedang kita hadapi, maka jangan pernah berkecil
hati, tetapi syukurilah semuanya itu.

      2.     Hamba yang setia kepada kebenaran firman Tuhan


Kita tidak bisa sembunyi dari hadapan Tuhan, semuanya Tuhan tahu. Bagaimana
kesungguhan kita dalam melayani Tuhan, bagaimana kita hidup seturut dengan firmanNya,
Tuhan tahu bagaimana kesungguhan kita untuk setia kepada Tuhan. Rasul Paulus katakan
dalam nas ini “kami menyerahkan diri kami untuk dipertimbangkan oleh semua orang di
hadapan Allah” bahwa apa yang dikatakannya dan bagaimana kehidupannya dapat
dipertanggung jawabkan dihadapan Tuhan. 

Sikap yang ditujukkan Paulus ini menjadi teladan bagi kita supaya menjadi hamba Tuhan
yang jujur, yang siap untuk diuji bahwa apa yang Tuhan firmankan itu pula yang
diberitakan oleh Paulus, tidak ada niat busuknya memalsukan maupun mempergunakan
firman Tuhan untuk kepentingan duniawinya, demikian halnya dengan kita, hendaklah kita
menjadi orang-orang yang mau tunduk dibawah otoritas firman Tuhan, bahwa kita siap
diuji, apa yang Tuhan firmankan itu jugalah yang kita jalani dalam hidup ini, kita mau siap
menjadi pelaku firman Tuhan, sebab firman Tuhan adalah dasar, pondasi dan pedoman
kehidupan kita. Firman Tuhan tidak hanya sebatas kata-kata dan pengajaran, tetapi Paulus
mengingatkan kita bahwa firman Tuhan itu adalah terang kemuliaan Allah yang akan
menyinari kehidupan kita. Firman Tuhan menjadi tanda kehadiran Tuhan dalam kehidupan
kita, ketika kita hidup dalam firmanNya berarti kita hidup bersama-sama dengan Tuhan.

Namun Paulus mengingatkan mereka yang menolak firman Tuhan, mereka adalah orang-
orang yang telah dibutakan ilah zaman, yaitu mereka yang lebih memilih jalan hidup
berdasarkan hikmat dan kenikmatan duniawi daripada kebenaran firman Tuhan. Ilah
zaman yang dapat membutakan kita dengan kenikmatan-kenikmatan yang palsu. Kita ingat
kembali dengan apa yang dikatakan oleh Tuhan Yesus bahwa hanya Dia-lah jalan
kebenaran dan hidup. Apa yang kita kejar, apa yang kita cari, apa yang kita harapkan dalam
hidup ini semuanya ada pada Tuhan. Semua yang kita cari, kita kejar dan kita harapkan
diluar Tuhan hanya akan berujung pada kesia-siaan yang menuntun kita pada kebinasaan.

Maka firman Tuhan mengajar kita saat ini, biarlah firman Tuhan senantiasa yang menerangi
langkah juang hidup kita, biarlah firman Tuhan yang menguatkan, memberi semangat dan
kedamaian kepada kita mejalani hidup.      

Porisman Lubis at 3:32 PM

No comments:
Post a Comment


Home

View web version

Powered by Blogger.

Khotbah dan Renungan Kristen


Kumpulan Bahan dan Khotbah Kristen terbaru, Kumpulan renungan kristen, Ilustrasi
Khotbah, Ayat Emas Alkitab, Kumpulan Gambar Tuhan Yesus Kristus
 Home ▼
Saturday, January 30, 2021

Yesaya 40:27-31 Allah Kekuatan Kita


 Bacaan Firman Tuhan: Yesaya 40: 27-31

Ketika menghadapi beban hidup yang berat, ketakutan karena merasa kita tidak mampu,
tidak bisa melewati pergumulan bahkan bayangan-bayangan yang buruk akan terjadi bisa
saja muncul dalam diri kita. Bahkan jika lebih dalam lagi kita bisa saja berpikiran buruk
tentang Tuhan, yang menganggap Tuhan tidak adil, Tuhan tidak tahu, Tuhan tidak melihat,
Tuhan tidak perduli akan hidup kita.

Firman Tuhan hendak menguatkan kita, supaya kita jauh lebih mengenal Tuhan lebih baik
lagi. Sehingga ketika beban hidup terasa bigitu berat, kita tahu untuk bersikap yang benar
sebagai orang yang beriman kepada Tuhan.

Dalam nas ini firman Tuhan menyapa umat Israel ditengah penderitaan di pembuangan.
Dipermulaan pasal 40 firman Tuhan berkata “hiburkanlah, hiburkanlah umatKu”, bahwa
keselamatan Tuhan akan datang. Walaupun mereka sangat menderita, mereka menangis
ditepi sungai-sungai Babel, mereka dipaksa bernyanyi menyanyikan nyanyian sukacita
ditengah penderitaan (Mazmur 137), bukan artinya Tuhan tidak memperdulikan mereka,
bukan artinya Tuhan kalah atau tidak berdaya menyelamatkan mereka. Tetapi Tuhan mau
sadarkan umatNya bahwa pembuangan menjadi pelajaran yang berharga bagi umat Israel,
agar mereka sadar dan kembali melihat, mencari dan memandang Tuhan.

Jika mereka menjadi bangsa yang terbuang itu adalah akibat dari dosa mereka, dan Tuhan
mengijinkan itu terjadi. Sekarang, Tuhan tidak lagi menyuarakan berita penghukuman
tetapi kabar baik, yaitu berita keselamatan yang akan Tuhan datangkan. Artinya semua bisa
terjadi, bahkan Tuhan dapat memakai bangsa yang tidak mengenal Tuhan menjalankan
kehendakNya. Hidup mereka dan kehidupan dunia ini ada dibawah kendali Tuhan.

Maka, mari kita melihat perenungan apa yang hendak kita terima dari kebenaran firman
Tuhan ini:

      1.     Jangan berpikiran buruk tentang Tuhan


Jangan kita mempersalahkan Tuhan atas segala sesuatu yang terjadi dalam hidup kita,
seperti keluhan umat Israel dalam penderitaannya berkata "Hidupku tersembunyi dari
TUHAN, dan hakku tidak diperhatikan Allahku?" Apakah kita akan mengeluh bahwa
penderitaan itu tidak layak untuk kita terima karena kita merasa benar dihadapan Tuhan,
apakah kita akan mengeluh menganggap bahwa Tuhan tidak tahu tentang apa yang sedang
kita alami.

Keterbatasan pikiran kita tidak akan dapat memahami jalan-jalan Tuhan, sebab firman
Tuhan berkata “rancanganKu bukanlah rancanganmu dan jalanmu bukanlah jalanKu” (Yesaya
55:8). Kesusahan bisa terjadi karena kecerobohan kita, karena hati kita yang keras menerima
nasehat firman Tuhan, namun Tuhan juga bisa mengijinkan pergumulan dan persoalan
berat terjadi sehingga kita dapat melihat dan merasakan kemuliaan Tuhan dalam hidup
kita. namun hal yang harus kita yakini bahwa Tuhan akan membuat segala sesuatu indah
pada waktunya, pertolongan Tuhan tidak akan datang terlambat. Yang harus kita yakini
bahwa Tuhan berdaulat daan berkuasa atas segala sesuatu, segala yang terjadi dalam hidup
kita. Jika Tuhan menginjinkan pergumulan terjadi dalam hidup kita berarti kita sedang
diarahkan untuk semakin mengenal dan merasakan kemuliaan Tuhan dalam hidup kita.

      2.     Suatu Pergumulan tidak sebanding dengan banyaknya berkat yang telah


perbuat dalam hidup kita.

Terkadang ketika kita menghadapi pergumulan, kita terlalu fokus dengan apa yang sedang
terjadi sehingga kita melupakan apa yang sudah pernah terjadi, apa yang sudah pernah
Tuhan perbuat, apa yang Tuhan telah firmankan untuk menguatkan kita. Terkadang
kekawatiran dan ketakutan kita membuat kita semakin kerdil dan masalah itu menjadi
raksasa yang begitu menakutkan, sampai-sampai kita melupakan Tuhan jauh lebih besar
dari masalah yang sedang kita hadapi. Itulah sebabnya firman Tuhan mengingatkan umat
Israel “tidakkah kautahu, tidakkah kaudengar, Tuhan adalah Allah yang kekal yang menciptakan
bumi?” mengapa hanya karena satu pergumulan dapat mengombang-ambingkan hidup
kita, apakah kita telah melupakan bahwa ada Tuhan yang selama ini tetap setia memberkati
kita.

Kita harus percaya, jika selama ini Tuhan senantiasa memberkati kita, maka ketika
pergumulan hidup terjadi, Tuhan pun akan tetap memberkati kita. maka ketika pergumulan
itu datang, maka kita diajak untuk merenungkan dan mengingat kembali segala kebaikan
yang telah Tuhan perbuat dalam hidup kita, apa nasehat yang telah difirmankan Tuhan
selama ini akan memberi kita keteguhan dalam menghadapi persoalan kita. Bahwa ternyata
pergumulan yang sedang kita hadapi tidak seberapa dibandingkan dengan kebesaran dan
kebaikan Tuhan dalam hidup kita.   

      3.     Pengharapan kepada Tuhan adalah kekuatan kita menghadapi pergumulan


hidup

Dalam nas ini firman Tuhan berkata “Orang-orang muda menjadi lelah dan lesu dan teruna-
teruna jatuh tersandung” artinya orang muda yang dikenal dengan kekuatannya pun ada
batasnya maupun taruna yang dikenal dengan kelicahannya tetap saja bisa tersandung. Jika
kita menghadapi pergumulan hidup hanya mengandalkan kekuatan kita, maka kita akan
lelah dan dapat tersandung jatuh. Tidak semua hal dapat dibeli dengan uang, jabatan, tidak
semua hal dapat dihadapi hanya mengandalkan pikiran dan kemampuan. Uang tidak akan
menjamin kita dapat terhindar dari masalah, uang tidak dapat menjamin dapat memberi
penyelesaian dalam pergumulan hidup kita.

Seperti umat Israel di pembuangan, mereka tidak memiliki apa-apa seakan lepas dari
pergumulan hidup di pembuangan adalah kemustahilan. Namun firman Tuhan berkata
lain, sebab Tuhanlah yang mengendalikan hidup ini. Pengharapan untuk dapat lepas dari
pergumulan hidup ada pada Tuhan, bukan pada kekuatan dan kemampuan mereka.

Maka didalam nas ini, firman Tuhan berkata “tetapi orang-orang yang menanti-nantikan
TUHAN mendapat kekuatan baru: mereka seumpama rajawali yang naik terbang dengan kekuatan
sayapnya; mereka berlari dan tidak menjadi lesu, mereka berjalan dan tidak menjadi
lelah.” Pengharapan pada pertolongan Tuhan tidak akan sia-sia, Tuhan yang menguatkan
kita menghadapi pergumulan hidup kita, dan Tuhan juga yang akan memberi kelepasan
bagi kita dari berbagai pergumulan hidup. Orang yang menanti-nantikan tuhan artinya
adalah orang yang selalu berharap kepada Tuhan akan dimampukan menjalani
pergumulannya, sebab kita tahu bahwa kesudahan dari pergumulan kita adalah kebaikan
yang sudah dirancangkan oleh Tuhan.

Doa, pengharapan dan iman kita kepada Tuhan adalah daya tahan rohani yang selalu
membuat kita kuat seperti rajawali yang naik terbang dengan kekuatan sayapnya. Kita
senantiasa dikuatkan bahwa dibalik badai akan selalu ada pelangi, badai pasti akan berlalu,
dibalik pergumulan dan berbagai persoalan yang kita hadapi ada berkat Tuhan yang sudah
menanti kita. ingatlah selalu dengan apa yang difirmankan oleh Tuhan Yesus “Siapakah di
antara kamu yang karena kekuatirannya dapat menambahkan sehasta saja pada jalan
hidupnya?” (Matius 6:27). Maka hadapilah pergumulan hidup dengan pengharapan kepada
Tuhan bukan dengan kekawatiran.

Porisman Lubis at 10:04 PM

1 comment:

1.

efendi Dolok SaribuFebruary 7, 2021 at 11:10 AM

Terima kasih buat penulis atas firman Tuhan yang indah ini. Kiranya menjadi berkat
untuk banyak orang. AMin
Reply


Home
View web version
Powered by Blogger.

Khotbah dan Renungan Kristen


Kumpulan Bahan dan Khotbah Kristen terbaru, Kumpulan renungan kristen, Ilustrasi
Khotbah, Ayat Emas Alkitab, Kumpulan Gambar Tuhan Yesus Kristus
 Home ▼
Tuesday, January 26, 2021

Lukas 4: 31-37 Perkataan Yesus Yang Penuh Kuasa


 Bacaan Firman Tuhan: Lukas 4: 31-37

Kita akan mempelajari firman Tuhan tentang Yesus yang mengajar di rumah ibadat di
Kapernaun. Rumah ibadat berbeda dengan Bait Allah, rumah ibadat atau disebut juga
synagoge biasanya adalah tempat perkumpulan orang Yahudi untuk membaca dan
mempelajari kitab suci, berdoa dan beribadah, dan tempat pendidikan anak-anak. 

Ketika Yesus mengajar di rumah ibadat di Kapernaun, mereka yang ada di rumah ibadat itu
kagum akan cara dan pengajaranNya yang berwibawa. Mengapa dikatakan berwibawa?
Sebab Yesus mengajar bukan seperti pengajaran yang sudah biasa mereka dengar, ataupun
mendengar pengajaran dengan mengutip perkataan orang yang lain, tetapi Yesus
berwibawa mengajar sebagai seorang yang mengetahui tentang kebenaran firman Tuhan.
Para pendengar dapat merasakan sedang mendengar firman Tuhan secara langsung melalui
pengajaran Tuhan Yesus. Dikatakan disini “perkataanNya penuh kuasa”, bahwa tidak
hanya pengajaranNya yang berkuasa, tetapi juga pribadi Yesus yang sedang berbicara itu.
Sehingga pribadi Yesus yang sedang mengajar dan perkataanNya dalam pengajaran itu
menyatu, ada wibawa dan kuasa dalam pribadi dan perkataan Tuhan Yesus.

Kemudian dikatakan lagi, pada saat itu ada orang yang kerasukan setan atau orang yang
dirasuki oleh roh jahat dan berteriak dengan keras. Disini kita lihat bahwa kuasa dan
wibawa Yesus itu telah membuat roh jahat yang ada dalam diri seseorang itu terusik, roh
jahat itu berkata “Hai Engkau, Yesus orang Nazaret, apa urusan-Mu dengan kami? Engkau
datang hendak membinasakan kami? Aku tahu siapa Engkau: Yang Kudus dari Allah.” Dari
ucapan ini kita dapat perhatikan bahwa roh jahat itu ketakutan akan datangnya Yesus,
sebab roh jahat itu tahu siapa Yesus yang datang dari Allah dan sanggup untuk
membinasakan kuasa jahat.
Yesus menghardik roh jahat itu supaya diam dan keluar dari orang yang dirasukinya. Disini
kita diperlihatkan bagaimana kuasa dan wibawa Yesus, roh jahat itu pergi hanya dengan
bentakan dan perintah Yesus tanpa melukai orang yang dirasuki roh jahat itu

Disini orang-orang yang ada di rumah ibadat itu dibuat lebih kagum lagi, karena bukan
hanya kebenaran firman Tuhan yang mereka dengar yang membuat mereka kagum, tetapi
mereka menyaksikan sendiri bagaimana roh jahat itu ketakutan karena mengenali siapa
Yesus, kuasa dan wibawa Yesus berkuasa mengusik ketenangan setan dan keluar dari
tubuh seseorang yang dirasukinya di rumah ibadat itu, dan Yesus berkuasa dengan
perkataanNya untuk memerintahkan setan itu pergi. Maka disini kita dapat melihat bahwa
kuasa dan perkataan Yesus itu tidak hanya dari kata-kata saja, namun mereka menyaksikan
sendiri kuasa dari perkataan Yesus itu bekerja.

1.     Kuasa Firman Tuhan hidup dalam Kata dan perbuatan

Pengalaman iman kita mempercayai Yesus bukanlah hanya melaui kata-kata (tulisan) tetapi
Tuhan memperlihatkannya, kasih dan perbuatan Tuhan bukan hanya kata-kata yang tertulis
bukan hanya kesaksian dan nubuatan, tetapi firman itu telah menjadi daging dan diam
diantara kita (Yoh. 1:14). Kuasa Tuhan tidak hanya melalui kata-kata tetapi juga perbuatan,
yaitu Dia yang telah menyatakan kuasaNya didalam Yesus Kristus yang datang ke dunia.
Firman Tuhan adalah kebenaran dan juga kenyataan yang telah disaksikan oleh Allah
didalam Yesus Kristus, bahkan roh jahat itu sendiri mengakui siapa Yesus yaitu “yang
kudus dari Allah”.  

Demikian halnya dengan kita, Tuhan juga menuntut kita supaya tidak hanya menjadi
pendengar tetapi kita juga menjadi pelaku firmanNya, firmanNya adalah seperti benih yang
perlu untuk diterima dan ditanam dalam diri kita (Markus 4: 14, 27). Kita tidak akan pernah
bisa merasakan kuasa dan mujizat dari firman Tuhan jika kita tidak melakukannya. Jangan
kita berharap akan menuai buah yang melimpah jika kita tidak menanam benihnya terlebih
dahulu. Jika kita masih mengingat pesan yang disampaikan kepada kita di Yunus 3:1-10
walaupun firman Allah yang disampaikan kepada bangsa Niniwe adalah berita
penghukuman, namun karena mereka percaya kepada firman Allah dan mereka menyadari
kejahatannya sehingga mereka berbalik dari kejahatannya, maka berita penghukuman itu
berubah menjadi berita keselamatan bagi bangsa Niniwe. Artinya ketika firman Tuhan itu
direspon dengan perbuatan, maka firman Tuhan itu akan berbuahkan kebaikan dalam
hidup kita.

            2.     Firman Tuhan berkuasa untuk melepaskan kita dari kuasa kegelapan.


Dalam nas ini kita diperlihatkan bagaimana kuasa dan wibawa Tuhan Yesus mengusik
ketenangan roh jahat yang merasuki seseorang. roh jahat itu tidak bisa tenang untuk tinggal
lebih lama lagi karena kehadiran Tuhan Yesus disitu, roh jahat itu tidak bisa bersembunyi
untuk menghindar dari kuasa Yesus. Roh jahat itu terpaksa untuk menunjukkan
kehadirannya yang telah merasuki seseorang karena takut untuk dibinasakan. Bahwa
firman Tuhan itu memiliki kuasa yang besar untuk memperbaharui kehidupan kita kepada
kebaikan. Tuhan berkuasa untuk mengusir dan menjagai hidup kita dari kuasa roh jahat
yang merusak hidup kita.

Di Matius 12: 43-45 Tuhan Yesus menjelaskan kepada kita bahwa manusia dapat
diibaratkan seperti rumah tempat tinggal yang sangat disukai oleh roh-roh jahat. Ketika
rumah itu kosong maka roh jahat itu akan masuk dan memanggil roh-roh jahat yang
lainnya. Ada banyak ruangan dalam diri kita untuk bisa ditinggali roh-roh jahat, sikap,
perbuatan, pikiran, keinginan. Dan tentunya tidak ada kebaikan yang akan kita terima dari
kehadiran roh jahat dalam diri manusia, kehadiran roh jahat hanya akan menyusahkan.

Disinilah pentingnya kita tetap hidup dalam firman Tuhan. Kita tetap hidup dalam
pembacaan dan perenungan firman Tuhan. Kita mau tetap mengisi hidup kita dengan kuasa
firman Tuhan, sehingga tidak ada tempat bagi roh jahat dalam diri kita, justru si setan itu
akan lari dari kita sebab ada kuasa yang tidak akan dapat dilawannya dalam diri kita.

Tuhan Yesus juga mengajarkan kita bahwa menghidupi firman Tuhan tidak hanya sekedar
mendengar, Tuhan Yesus mengibaratkannya seperti benih yang jatuh dipinggir jalan, maka
datanglah iblis mengambil benih yang baru ditaburkan itu (Markus 4:15; Matius 13:18-19).
Agar firman Tuhan itu dapat tinggal dan bertumbuh dengan baik dalam diri kita, maka kita
harus menempatkan firman Tuhan dengan tepat dalam hidup kita, artinya ada
kesungguhan  untuk mau memahami dan menghidupi firman Tuhan, sehingga kita harus
memohon pertolongan, hikmat dari Tuhan untuk mengerti dan memahami firmanNya.

Kita bersyukur atas anugerah Tuhan yang memberitakan firmanNya yang penuh kuasa itu
dalam diri kita. Ketika kita menghidupi kebenaran firman Tuhan maka kita akan takjub,
bahwa firman Tuhan itu adalah Dia Tuhan Yesus yang berbicara kepada untuk
membimbing dan menuntun hidup kita. firman Tuhan yang akan selalu memberi kita
kekuatan, semangat, sukacita dan pembaharui sikap dan perbuatan kita.  

Porisman Lubis at 11:17 AM
No comments:
Post a Comment


Home

View web version

Powered by Blogger.

Khotbah dan Renungan Kristen


Kumpulan Bahan dan Khotbah Kristen terbaru, Kumpulan renungan kristen, Ilustrasi
Khotbah, Ayat Emas Alkitab, Kumpulan Gambar Tuhan Yesus Kristus
 Home ▼
Thursday, January 21, 2021

Yunus 3:1-10 Tuhan Mengampuni Dosamu


 

Bacaan Firman Tuhan: Yunus 3:1-10

Melanjutkan firman Tuhan di minggu yang lalu kita telah belajar bahwa Tuhan maha
mengetahui, Dia tahu siapa kita dan Dia tahu perbuatan kita, Dia tahu kejahatan yang kita
lakukan. Manusia bisa kita kelabui, tetapi Tuhan tidak dapat kita kelabui. Tuhan Maha
mengetahui segala perbuatan kita yang tersembunyi, Dia tahu kejahatan yang kita lakukan
dan Dia juga tahu kesungguhan kita mau bertobat.

Maka dalam kitab Yunus ini kita akan belajar tentang penyataan kemuliaan Tuhan, bahwa
Dia adalah Tuhan yang penuh dengan kasih anugerah dan pengampunan. Tuhan tahu
mengapa Yunus menolak perintah Tuhan dan Tuhan mengampuninya, Tuhan tahu
bagaimana kejahatan orang-orang Niniwe dan Tuhan melihat kesungguhan orang-orang
Niniwe mau untuk bertobat dari kejahatannya.

Setelah perintah Tuhan yang pertama Yunus memberontak, akhirnya Yunus pergi
melakukan perintah Tuhan kedua kalinya untuk memberitakan firman Tuhan
bahwa “Empat puluh  hari  lagi, maka Niniwe  akan ditunggangbalikkan”. Dari ayat 8 kita dapat
melihat bagaimana orang-orang Niniwe, yaitu orang yang jahat dan penuh dengan
kekerasan. Pertanyaannya kemudian mengapa harus “empat puluh hari lagi” setelah berita
penghukuman itu disampaikan? Walaupun informasi yang kita dapatkan dalam nas ini
seperti sebuah vonis hukuman yang akan dijatuhkan, namun kita melihat ada waktu empat
puluh hari lagi barulah penghukuman akan datang. Jika kita membandingkan dengan pasal
4:2 “sebab  aku tahu, bahwa  Engkaulah  Allah  yang pengasih  dan penyayang, yang panjang
sabar  dan berlimpah  kasih setia”. Maka dalam waktu empat puluh hari itu ada pertobatan, maka
Tuhan dapat mengubah keputusanNya untuk menghukum kota Niniwe.

Dan ternyata orang Niniwe percaya kepada Allah, artinya bahwa mereka menerima berita


itu dengan sungguh-sungguh bahwa Allah akan menghukum mereka dan mereka
mengakui dan sadar bahwa hidup mereka itu jahat dan penuh dengan kekerasan.

Jika kita kembali ke waktu yang telah ditetapkan oleh Tuhan yaitu empat puluh hari, maka
mereka semua dan juga ternak berpuasa dan memakai kain kabung, berseru kepada Allah
dan berbalik dari kejahatannya. Dengan harapan bahwa disisa waktu yang ada itu
“Siapa tahu, mungkin Allah akan berbalik dan menyesal serta berpaling dari murka-Nya yang
bernyala-nyala itu, sehingga kita tidak binasa.” Dan benar saja, Tuhan melihat bagaimana
kesungguhan mereka untuk bertobat dari kejahatannya, sehingga Tuhan tidak jadi mendatangkan
hukuman kepada orang-orang Niniwe.

Perenungan apa yang bisa kita pelajari dari nas ini?

     1.     Upah dosa adalah maut (Roma 6:23). Kebinasaan adalah konsekuensi yang tidak
akan terelakkan dari setiap perbuatan dosa. Tetapi syukur kepada Tuhan oleh kasih
anugerahNya memberi kita pengampunan. Dia memberikan kita kesempatan untuk
bertobat, meninggalkan kejahatan dan dosa-dosa kita. Tuhan telah menyatakan
kemuliaanNya yang penuh kasih pengampunan melalui Yesus Kristus yang datang
ke dunia menyelamatkan kita dari dosa. Melalui nas ini kita diingatkan bahwa
Tuhan kita imani, Dialah Tuhan yang berkuasa mendatangkan penghukuman atas
dosa manusia, Dia bukan hanya Tuhan yang berkuasa menegur kejahatan umatNya
Israel, tetapi juga kejahatan bangsa-bangsa lain. Tuhan yang kita imani, hanya Dia
jugalah yang berkuasa memberikan pengampunan. Kemuliaan Tuhan yang
berkuasa menghukum atas dosa kita dan kemuliaan Tuhan yang penuh kasih
pengampunan itu telah dinyatakan kepada kita didalam Yesus Kristus Tuhan kita.

      2.     Sulit dipercaya bahwa ternyata orang-orang Niniwe itu percaya pada firman
Tuhan yang diberitakan oleh Yunus bahwa mereka akan dihukum oleh Tuhan
karena kejahatannya. Mereka bukanlah bangsa yang percaya kepada Allah, mereka
yang dikenal kejam dan jahat, tetapi bisa bertobat. Hal menarik yang bisa kita lihat
disini bahwa tidak ada yang mustahil akan adanya pertobatan. Ketika kita sedang
bergumul tentang dosa dan kejahatan kita, ketika kita bergumul tentang kelakukan
dari orang-orang yang kita kasihi, disini kita dikuatkan untuk tidak menyerah. Jika
bangsa Niniwe yang tidak mengenal Tuhan, yang kejam dan jahat saja mau untuk
bertobat, maka tetaplah kita kuat dan bersabar memohon pengasihan Tuhan agar
diri kita, orang-orang yang kita kasihi dimenangkan oleh kuasa firman Tuhan.

     3.     Takutlah akan Tuhan. Kita belajar dari orang-oran Niniwe sangat begitu tanggap
kepada firman Tuhan. Kita bisa perhadapkan kepada diri kita sendiri, apakah kita
memiliki sikap yang tanggap dan merespon firman Tuhan seperti orang-orang
Niniwe ini. Atau kita justru mengeraskan hati kita, cuek, tidak perduli seperti yang
dikatakan oleh Tuhan Yesus “Kamu akan mendengar dan mendengar, namun tidak
mengerti, kamu akan melihat  dan melihat, namun tidak menanggap” (Matius 13:14).
Ketika kita berhadapan dengan pandemi Covid-19, ketika berbagai bencana yang
terjadi akhir-akhir ini seperti banjir, gempa bumi, longsor, apakah kita mau tanggap
menyikapinya didalam iman seperti yang sudah kita pelajari dari Mazmur 29 bahwa
suara Tuhan ada dalam badai untuk menyadarkan kita untuk memuliakan Tuhan
dalam hidup ini.

Porisman Lubis at 9:05 AM

No comments:
Post a Comment


Home

View web version

Powered by Blogger.

Khotbah dan Renungan Kristen


Kumpulan Bahan dan Khotbah Kristen terbaru, Kumpulan renungan kristen, Ilustrasi
Khotbah, Ayat Emas Alkitab, Kumpulan Gambar Tuhan Yesus Kristus
 Home ▼
Friday, January 15, 2021

Yohanes 1:43-51 Tuhan Mengenal Kita


 Bacaan Firman Tuhan: Yohanes 1: 43-51

Di minggu yang lalu kita telah belajar bahwa Allah yang menyatakan kemuliaanNya di
dalam badai (Mazmur 29). Sebesar apapun badai kehidupan yang sedang kita hadapi,
Tuhan jauh melebihi badai kehidupan yang sedang kita hadapi. Maka di minggu ini kita
akan belajar juga tentang penyataan kemuliaan Tuhan bahwa Dia adalah Allah yang datang,
berjalan, memanggil, berbicara, mendengarkan dan Dia adalah Allah yang mengetahui
siapa kita, di Matius 10: 30 Tuhan Yesus katakan “Dan kamu,
rambut  kepalamupun terhitung  semuanya”. Di minggu ini  kita diajak untuk datang, melihat
dan mengimani Yesus yang datang ke dalam hidup kita adalah Allah yang Maha
mengetahui dan mengenal kita.

Hal ini dapat kita saksikan ketika Filipus dipanggil untuk mengikut Yesus, dan
pemanggilan ini menjadi sukacita yang besar baginya dan Filipus dengan segera
memberitahukan apa yang telah dialaminya kepada Natanael. Sumber kita untuk
mengetahui lebih jauh tentang hubungan Filipus dengan Natanael dan siapa Natanael ini
memang terbatas, tetapi dari percakapan dalam nas ini kita dapat melihat bahwa Filipus
dan Natanael tentunya memiliki hubungan yang dekat, dan Filipus begitu bersemangat
untuk memberitahukan tentang perjumpaannya dengan Tuhan Yesus. Filipus
berkata “Kami telah menemukan Dia, yang disebut oleh Musa  dalam kitab Taurat dan  oleh para
nabi, yaitu Yesus, anak  Yusuf dari Nazaret.” Tetapi Natanael mempertanyakan ucapan Filipus
ini “Mungkinkah sesuatu yang baik datang dari Nazaret?” saya rasa bukan maksud
Natanael merendahkan Nazaret, tetapi ia mempertanyakan itu sebab Nazaret bukanlah
tempat yang dibicarakan dalam nubuatan di Perjanjian Lama, atau mungkin selama ini
Natanael mengenal gaya hidup orang di Nazaret kurang baik. Namun Filipus mengajak
Natanael untuk langsung bertemu dengan Yesus, karena Filipus masih belum bisa dapat
menjelaskan dengan kata-kata secara tepat, tapi jika Natanael telah melihatNya, maka dia
pasti akan mengerti.

Perjumpaan Natanael dengan Tuhan Yesus kemudian akan membawa kita kepada suatu
pengertian tentang kemahakuasaan dan kemahatahuan Yesus. Bagaimana Tuhan Yesus
mengenal Natanael, bagaimana sifat dan kepribadiannya yaitu “seorang Israel yang sejati”;
mengetahui kebiasaannya di bawah pohon ara (pada masa itu dibawah pohon ara adalah
tempat seorang rabi belajar dan mengajar); dan bahkan walaupun Filipus yang membawa
Natanael kepada Yesus, tetapi sebenarnya Yesus sudah tahu bahwa perjumpaan ini akan
terjadi melalui perkataan Tuhan Yesus “sebelum Filipus memanggil engkau”. Disini kita
melihat bahwa Yesus sudah terlebih dahulu mengenal dan memahami Natanael sebelum ia
mengenal Yesus. Dan kejadian ini membawa Natanael kepada pengakuan imannya “Rabi,
Engkau  Anak  Allah, Engkau  Raja  orang Israel!”.

Pengakuan Natanael ini tentu membuat Yesus senang, sebab Natanael sudah mulai
mengenal Yesus, tetapi mungkin pengenalan ini masih mendasar sesuai dengan apa yang
masih diketahuinya dari kitab taurat dan nabi, tetapi masih ada hal-hal besar lainnya lagi
yang nanti akan dilihat dan diketahuinya yang akan digenapi oleh Tuhan Yesus.
Pengakuannya itu hanyalah permulaan saja, sebab nanti mereka akan melihat hal-hal yang
lebih besar dari Tuhan Yesus. Bahwa melalui Yesus mereka akan melihat kemuliaan Tuhan
melalui Yesus bahwa “langit terbuka dan malaikat-malaikat Allah turun naik kepada
Anak Manusia”. ucapan ini akan mengingatkan kepada kita pada mimpi Yakub di Kejadian
28:12. Dalam mimpi Yakub itu ada tangga yang didirikan di bumi sampai ke langit dan
malaikat Tuhan turun naik di tangga itu. Namun sekarang Tuhan Yesus meyaksikan bahwa
sekarang penglihatan itu bukan lagi mimpi tetapi sudah menjadi kenyataan di dalam diri
Yesus Kristus. Bahwa Allah yang mulia dalam kerajaan Sorga telah turun ke dunia, dan kita
di ajak untuk “datang dan melihat” kemuliaan itu.

Kejadian ini semua menjadi penutup atau klimaks dari pemanggilan Yesus kepada murid-
muridNya, bahwa Tuhan Yesus menyatakan kemuliaanNya kepada murid-muridNya siapa
Yesus yang telah memanggil mereka. Bahwa Tuhan mengenal siapa mereka yang telah
dipanggil Tuhan Yesus untuk mengikutiNya, walaupun mereka hanyalah orang biasa
masih kurang memahami lebih dalam siapa dan bagaimana pekerjaan Yesus selanjutnya,
namun kemahakuasaan Tuhan akan menyertai dan memampukan mereka menjadi saksi-
saksi Kristus.
Sama seperti murid-murid yang baru dipanggil oleh Tuhan Yesus ini, seperti Natanael, kita
memiliki keterbatasan untuk mengenal Tuhan dengan sangat dalam, tetapi satu yang pasti
bahwa Tuhan mengenal kita, Tuhan tahu siapa kita, dan Tuhan tahu apa yang terbaik bagi
hidup kita.

Pertanyaan-pertanyaan, keraguan-keraguan kita tentang kemahakuasaan Tuhan tidak akan


bisa terjawab dengan instan, ada proses, jalan panjang yang harus kita lalui. Itulah sebabnya
Tuhan Yesus katakan “ikutlah Aku”. Setia mengikut Yesus akan membawa kita kepada
pengenalan yang semakin baik dan dalam, setia mengikut Yesus akan membawa kita
kepada hal-hal besar yang akan Tuhan tunjukkan kepada kita.

Kita di ajak untuk datang, melihat, mengenal dan mengikut Yesus di sepanjang hidup kita.
setialah dalam doa-doamu, setialah dalam ibadahmu, setialah dengan perbuatan baikmu,
setialah dalam kasihmu, setialah untuk tetap berpengharapan. Jangan kita sombong merasa
sudah mengenal Tuhan, merasa sudah hidup benar, mengenal Tuhan adalah proses yang
akan selalu menjadi pengalaman hidup kita. Seperti yang di ungkapkan oleh Tuhan Yesus
tentang Natanael “Lihat, inilah seorang Israel  sejati, tidak  ada kepalsuan  di dalamnya!” kita
mau menjadi orang kristen yang sejati, yang selalu setia dalam proses pertumbuhan iman. Jangan
menjadi kristen palsu, kristen tipu-tipu, kristen munafik   

Kemudian kita juga belajar melalui nas ini bahwa Tuhan mengenal kita lebih baik daripada
kita mengenal diri kita sendiri, jumlah rambut dikepala kita pun diketahui oleh Tuhan.
Engkau bisa mengelabui manusia, tetapi engkau tidak bisa mengelabui Tuhan, kita memiliki
keterbatasan untuk mengetahui isi hati manusia yang terdalam tetapi segala sesuatu
telanjang dan terbuka di depan mata Kristus (Ibrani 4:12-13). Tuhan mengetahui keluhan
hati kita, Tuhan tahu apa yang selalu kita doakan, Tuhan tahu apa tujuan hidup kita, tidak
ada yang tersembunyi di hadapan Tuhan.

Porisman Lubis at 11:10 AM

No comments:
Post a Comment


Home

View web version

Powered by Blogger.
Khotbah dan Renungan Kristen
Kumpulan Bahan dan Khotbah Kristen terbaru, Kumpulan renungan kristen, Ilustrasi
Khotbah, Ayat Emas Alkitab, Kumpulan Gambar Tuhan Yesus Kristus
 Home ▼
Friday, November 13, 2020

Yeremia 29:1-7 Krisis Menjadi Berkat


 Bacaan Firman Tuhan: Yeremia 29: 1-7

Kota Dubai di Uni Emirat Arab saat ini telah dikenal menjadi destinasi wisata modern yang
diminati diseluruh dunia. Mereka berhasil untuk mengubah keadaan mereka dari padang
gurun yang tandus karena mereka ketersediaan minyak yang sudah menipis. Mereka
mampu untuk menggunakan krisis menjadi berkat. Kita juga bisa banyak belajar dari
banyak tokoh-tokoh sukses, yang mana mereka terdorong menjadi sukses adalah karena
kepahitan hidup mereka.

Dari sini kita belajar bahwa tidak ada kata putus asa, hilang harapan sekalipun kita
menghadapi pergumulan yang berat. Jika kita mau, pergumulan dan kesulitan yang kita
hadapi itu dapat kita pakai menjadi kebaikan dalam hidup kita. seperti pribahasa yang
mengatakan ”tak ada rotan, akar pun jadi” (apabila yang baik tidak ada, maka yang kurang
baik pun dapat digunakan). Sehingga tidak ada kata menyerah, hilang harapan, meratapi
nasib, putus asa. Akan selalu ada jalan jika kita mau. Jangan kita biarkan setiap keadaan
berlalu begitu saja, jangan biarkan pergumulan dan persoalan yang kita hadapi berlalu
begitu saja, mungkin justru itu adalah cara dan jalan Tuhan untuk mengangkat kita pada
kehidupan yang lebih baik. Jika kita mampu untuk memahami kesulitan yang kita hadapi
dari iman, maka dalam kesulitan itu kita dapat melihat ada kebaikan yang akan Tuhan
berikan, namun jika kita hanya menanggapinya dengan keputusasaan, justru kita bisa
menganggap bahwa Tuhan itu tidak adil, Tuhan itu tidak baik kepada kita.

Sama halnya dengan bangsa Yahudi yang di buang ke Babel, Yeremia mengirim surat
kepada mereka untuk memahami situasi yang sedang mereka hadapi dengan kacamata
iman. Mereka dapat memanfaatkan situasi sulit yang mereka hadapi menjadi kebaikan bagi
kehidupan mereka. Yeremia hendak mengingatkan bahwa jangan sampai ada anggapan
yang menganggap bahwa mereka yang dibuang ke Babel merasa yang paling berdosa dari
mereka yang tetap tinggal di Babel. Tetapi Yeremia justru mengingatkan bahwa mereka
yang terbuang ke Babel itu adalah orang-orang yang penting dalam suatu negeri. Mereka
dibawa ke pembuangan supaya negeri mereka tidak bisa lagi terbangun karene semua
orang-orang penting, tukang, pandai besi dan pegawai istana sudah terbuang ke Babel.
Yeremia menyadarkan mereka bahwa walaupun Tuhan menghajar mereka karena dosa
yang telah mereka perbuat sehingga mereka harus menghadapi situasi sulit, tetapi Tuhan
tidak hendak membinasakan mereka, tetapi Tuhan memiliki rencana yang indah untuk
kebaikan mereka.

Maka umat Tuhan jangan putus asa dalam kesulitannya, tetapi supaya mereka kreatif
menggunakan kesulitan yang mereka hadapi. Dalam kesulitan mereka sebagai orang
buangan di negeri orang, Tuhan menyadarkan mereka bahwa ada potensi-potensi yang
mereka miliki untuk tetap dapat membangun kehidupan yang baik.

Situasi yang sulit yang sedang mereka hadapi itu adalah kesempatan yang baik untuk mulai
membenahi kehidupan rohani mereka dan juga membangun kehidupan yang lebih baik
walaupun mereka di pembuangan. Tuhan memerintahkan mereka supaya membangun
kehidupan tanpa kehilangan identitas mereka sebagai umat Tuhan. Sekalipun mereka di
Babel, Tuhan akan tetap memelihara kehidupan umatNya. Dan Tuhan memerintahkan agar
mereka turut serta mengusahakan kesejahteraan tempat dimana mereka dibuang dan juga
mendoakannya, sebab kesejahteraan tempat dimana mereka tinggal juga adalah menjadi
kesejahteraan hidup mereka.

Disini kita dapat melihat bahwa jangan pernah ada keputusasaan, kata menyerah dalam
menghadapi kesulitan yang kita hadapi, kita percaya bahwa Tuhan dapat memakai apapun
untuk kebaikan kita. Tuhan sudah merancang segala sesuatunya untuk kebaikan kita. Jika
kita menyadarinya dan jika kita dan kita mau tunduk pada rancangan Tuhan, maka kita
akan melihat rancangan Tuhan yang indah, kebaikan Tuhan yang luar biasa dari krisis yang
sedang kita hadapi. Di Yesaya 55: 8-9 firman Tuhan berkata “Sebab rancangan-Ku bukanlah
rancanganmu, dan jalanmu bukanlah jalan-Ku, demikianlah firman TUHAN. Seperti
tingginya langit dari bumi, demikianlah tingginya jalan-Ku dari jalanmu dan rancangan-
Ku dari rancanganmu.”

Porisman Lubis at 8:18 AM

1 comment:

1.

UnknownDecember 2, 2020 at 3:02 PM

Mohon doa dari bpk Pendeta P.Lubis krn sy hidup dlm kekuatiran. Kiranya Tuhan
Yesus mendengar doa kita. Kiranya Tuhan Yesus memberkati bpk dan
pelayanannya.
Reply


Home

View web version


Powered by Blogger.

Khotbah dan Renungan Kristen


Kumpulan Bahan dan Khotbah Kristen terbaru, Kumpulan renungan kristen, Ilustrasi
Khotbah, Ayat Emas Alkitab, Kumpulan Gambar Tuhan Yesus Kristus
 Home ▼
Monday, November 2, 2020

Daniel 6:1-15 Setia Beriman Diantara Orang Yang


Tidak Beriman
 Bacaan Firman Tuhan: Daniel 6: 1-15

Pada masa pembuangan ke Babel, Daniel adalah seorang dari orang Yahudi yang dibawa ke
Babel. Dalam kitab Daniel ini kita mendapati sosok Daniel yang setia kepada Tuhan dan
memuliakan Tuhan di negeri orang yang tidak percaya kepada Tuhan. Kesetiaan Daniel
kepada Tuhan membuatnya menjadi orang yang diberkati oleh Tuhan, dan Tuhan
memakainya menjadi seorang yang menyatakan kebesaran nama Tuhan di antara bangsa
yang tidak percaya kepada Tuhan. Melalui Daniel, Tuhan menyatakan kepada bangsa-
bangsa bahwa walaupun orang Yahudi dibawa kepada pembuangan bukan artinya Tuhan
mereka dikalahkan, tetapi itu adalah hukuman atas dosa umatNya. Melalui Daniel, Tuhan
menyatakan bahwa Tuhan berdaulat atas sejarah kehidupan bangsa-bangsa (Daniel 4:25).

Diperlihatkan kepada kita bahwa Tuhan selalu menyertai Daniel di setiap krisis yang
dihadapinya, bahkan melalui pergumulan yang di lalui Daniel itu, Tuhan menyatakan
kemahakuasaanNya ditengah-tengah bangsa yang tidak percaya kepada Tuhan. Dari
beberapa krisis yang dihadapi oleh Daniel salah satunya adalah tentang pekerjaan. Daniel
yang diangkat menjadi salah satu pejabat tinggi dalam kerajaan bangsa yang tidak percaya
membuat orang disekitarnya cemburu karena Daniel dipromosikan menempati posisi yang
lebih tinggi, yaitu setingkat lebih rendah dari raja. Tentu hal ini membuat pejabat di negeri
itu cemburu, bagaimana mungkin orang Yahudi mendapat posisi jabatan yang tinggi di
negeri mereka. Mereka tidak dapat menemukan celah untuk menjatuhkan Daniel jika dari
segi pekerjaan. Maka mereka mencari cara lain, yaitu memakai isu agama, dengan membuat
suatu undang-undang bahwa setiap orang di negeri itu tidak boleh menyembah dewa atau
manusia kecuali kepada raja, maka akan dihukum.
Hal ini tidak membuat Daniel menjadi menjadi takut kehilangan jabatannya. Dia seperti
biasanya tetap setia kepada Tuhan untuk berdoa tiga kali sehari berdoa dan memuji Tuhan.
Sehingga inilah cara yang dipakai untuk menjatuhkan Daniel dari jabatannya hingga
mendapat hukuman untuk dimasukkan ke dalam gua singa yang kelaparan. Namun seperti
krisis yang sudah pernah dialami sebelumnya Tuhan menyertai Daniel untuk selamat dari
penghukuman itu, dan melalui kejadian itu nama Tuhan dimuliakan.

Dari kisah Daniel ini kita belajar banyak dalam hal kesetiaan kepada Tuhan. Bahwa
sekalipun kita bekerja dan berkarir diantara orang-orang yang tidak percaya kepada Tuhan,
bukan artinya kita menjadi takut untuk menyatakan iman kita sebagai pengikut Yesus,
tetapi kita harus percaya bahwa sama seperti Daniel, kita juga dipakai oleh Tuhan untuk
menyatakan kuasa dan kemuliaan Tuhan diantara orang-orang yang tidak percaya kepada
Tuhan. Sekalipun kita akan mendapatkan konsekuensi akan kehilangan jabatan karena kita
iman kita dan sulit untuk mendapatkan posisi yang baik, itu adalah tantangan iman yang
harus dapat kita kalahkan. Kita percaya bahwa Tuhanlah pengendali dan yang berkuasa
dalam kehidupan ini. Jika kita setia kepada Tuhan, tantangan yang kita hadapi itu bisa
dipakai Tuhan untuk kebaikan kita.

Kemudian kita juga belajar dari kisah hidup Daniel supaya kita menjadi pekerja yang
profesional oleh karena iman kita kepada Tuhan. Jangan karena kita bekerja untuk
masyarakat yang bukan kristen sehingga kita bekerja sembarangan dan asal-asalan, tetapi
kita mau sungguh-sungguh bekerja adalah untuk kemuliaan nama Tuhan. Sebagaimana
firman Tuhan di Yeremia 29:7 berkata kepada kita “Usahakanlah kesejahteraan kota ke
mana kamu Aku buang, dan berdoalah untuk kota itu kepada TUHAN, sebab
kesejahteraannya adalah kesejahteraanmu.”

Dalam konteks kehidupan kita di Indonesia, walaupun kita orang kristen dianggap sebagai
agama minoritas, sebagaimana yang kita ketahui banyaknya kasus-kasus diskriminasi dan
juga usaha-usaha untuk menghalang-halangi berdirinya gereja. Hal ini jangan membuat kita
umat kristen menjadi takut dan gentar atas iman kita kepada Tuhan. Kita mau belajar dari
Daniel untuk tetap memperlihatkan jati diri kita sebagai warga negara yang beriman
memperlihatkan sikap yang benar dan baik. Sekkalipun kita mendapatkan banyak
penolakan, tetapi kita harus tetap mengusahakan supaya dimanapun orang kristen itu
berada tetap menjadi berkat bagi sekitarnya. Kita percaya dibalik semua sikap intoleran
yang kita hadapi, ada Tuhan yang menjadi pengendali sejarah kehidupan manusia. Amin

Porisman Lubis at 12:43 PM
No comments:
Post a Comment


Home

View web version

Powered by Blogger.

Khotbah dan Renungan Kristen


Kumpulan Bahan dan Khotbah Kristen terbaru, Kumpulan renungan kristen, Ilustrasi
Khotbah, Ayat Emas Alkitab, Kumpulan Gambar Tuhan Yesus Kristus
 Home ▼
Friday, October 30, 2020

2 Raja-raja 23: 1-14 Pembaharuan Yosia


Bacaan Firman Tuhan: 2 Raja-raja 23: 1-14

Jangan-jangan kita itu hanya merasa masih berjalan bersama Yesus, padahal kita sudah jauh
terpisah dari Tuhan Yesus, kita katakan kita mengikut Yesus, padahal yang kita ikuti bukan
lagi Tuhan Yesus.

hal seperti ini bisa saja terjadi, kedengarannya aneh, namun kenyataannya bisa seperti itu.
Aneh tapi nyata, kedengarannya konyol, tapi itulah kenyataan yang terjadi. Kita mau
diingatkan tentang hal ini dari pembaharuan atau reformasi yang dilakukan oleh raja Yosia
yang dapat kita lihat di kitab 2 Raja-raja 22-23. Suatu tempat yang dinamakan rumah Tuhan,
namun yang ada didalamnya adalah benda-benda dan perkakas penyembahan berhala dan
dewa-dewa. Sebenarnya di dalam rumah Tuhan itu ada kitab firman Tuhan namun seiring
berjalannya waktu kejahatan umat Tuhan semakin lama menyisihkan kitab firman Tuhan
sampai tersembunyi dan terlupakan keberadaannya karena semakin banyaknya benda dan
perkakas penyembahan dewa-dewa masuk ke rumah Tuhan.

Hati Yosia terasa remuk ketika dilakukan perbaikan rumah Tuhan dan ternyata di dapati
kitab Taurat Tuhan tersebunyi diantara benda-benda penyebahan berhala. Rumah Tuhan
seharusnya adalah yang kudus tempat pembacaan, perenungan dan penyimpanan Taurat
Tuhan, namun di rumah Tuhan saat itu justru sebaliknya, Taurat Tuhan tersisihkan sampai
dilupakan keberadaannya dan digantikan dengan tempat perkakas penyembahan dewa-
dewa dan berhala. 

Seiring berjalannya waktu, banyak hal yang terjadi disepanjang hidup kita, mari kita
perhatikan diri kita, apakah posisi keberadaan firman Tuhan itu sudah bergeser dari tempat
yang semestinya, apakah posisi Tuhan sudah bergeser atau bahkan mungkin sudah
terlupakan?

Itulah sebabnya rasul Paulus menasehatkan kita di 1 Korintus 3:10-17 lihat dan perhatikan
bagaimana kamu hidup. Memang kamu membangun hidupmu sudah di dasar atau pondasi
yang kuat yaitu didalam Yesus Kristus, tapi lihat dan perhatikan bagaimana kamu
membangun hidupmu, bahan bangunan seperti apa yang kamu pakai, dengan emas atau
dengan jerami? Pada saatnya, Api akan menguji bangunan hidupmu.

Kemudian rasul Paulus juga mengajarkan bahwa tubuh kita ini adalah bait Allah, yang
seharusnya ada dalam hidup kita adalah Allah dan juga firmanNya. Tetapi lihatlah apa
yang terjadi pada umat Tuhan sampai pada masa Yosia, bangunannya dinamakan dengan
rumah Tuhan, namun didalamnya adalah berhala penyembahan dewa-dewa.

Maka, mari kita perhatikan bagaimana kita hidup, mungkin kita sudah waktunya seprti
yang dilakukan oleh Yosia yaitu melakukan pembersihan besar-besaran. Menata kembali
hidup kita, menempatkan kembali Tuhan pada tempat yang semestinya.

Mungkin saja Tuhan Yesus sudah tersingkir oleh kesibukan kita

Mungkin saja Tuhan Yesus sudah tersingkir oleh kesenangan hidup ataupun karena
pergumulan hidup kita,

Atau mungkin juga Tuhan sudah tersingkir oleh kesombongan kita, perilaku, sikap kita
yang sudah berubah,

Seiring berjalannya waktu, ada banyak hal kita lalui dalam hidup ini, setidaknya hidup kita
ini membutuhkan bersih-bersih secara berkala, seperti sebuah rumah yang akan selalu
dibersihkan dan di tata kembali.

Porisman Lubis at 6:47 AM
No comments:
Post a Comment


Home

View web version

Powered by Blogger.

Khotbah dan Renungan Kristen


Kumpulan Bahan dan Khotbah Kristen terbaru, Kumpulan renungan kristen, Ilustrasi
Khotbah, Ayat Emas Alkitab, Kumpulan Gambar Tuhan Yesus Kristus
 Home ▼
Monday, October 26, 2020

1 Korintus 3: 10-17 Tubuhmu Adalah Bait Allah


Bacaan Firman Tuhan: 1 Korintus 3: 10-17

Dasar iman kita telah diletakkan yaitu Yesus Kristus. Setiap orang percaya memiliki dasar
iman yang sama yaitu dasar yang kuat yang merupakan karya kesematan Allah yang
dinyatakan di tengah-tengah kehidupan kita. Supaya melalui dasar itu kita dibangun
menjadi umat Tuhan kuat dan teguh menghadapi berbagai pergumulan dunia.

Melalui nas ini, Paulus menggambarkan bagaimana orang kristen itu menjalani
kehidupannya adalah seperti membangunan suatu bangunan. Dasarnya sudah pasti kuat
dan kokoh karena sudah diatas dari iman kepada Yesus Kristus. Namun bahan bangunan
seperti apa yang kita buat untuk mendirikan bangunan di atas dasar itu?

Paulus membedakan sifat dari bahan bangunan itu dengan pengujian api. Ada bahan
bangunan yang tahan api yaitu Emas, Perak dan Batu Permata, dan bahan bangunan yang
tidak tahan api yaitu Kayu, Rumput Kering dan Jerami. Hal hendak menggambarkan
kepada kita bahwa api menggambarkan Hari Tuhan yang akan menguji setiap orang. Ada
yang akan terbakar dan lenyap bersama api itu dan ada yang bertahan bahkan semakin
dimurnikan oleh api itu.

Seperti itulah peringatan yang disampaikan oleh Paulus kepada pemberita Injil dan juga
kepada umat Tuhan. Supaya mereka tidak jatuh kepada pertikaian tentang pelayanan siapa
yang baik dan tidak baik, tidak perlu untuk membanding-bandingkan diri kita dengan
orang lain, sebab Tuhan sendirilah yang nantinya menilai dan memberi upah pekerjaan dan
hidup yang kita jalani dalam dunia ini. Tuhan itu adil seperti sifat dari api, apa yang dapat
dibakarnya pasti akan terbakar dan apa yang bertahan dari api pasti akan tidak akan
terbakar hangus.

Maka firman Tuhan menasehatkan kepada kita untuk melihat kembali pelayanan dan hidup
kita, dengan bahan apakah kita membangunan hidup dan pelayanan kita, dengan emas atau
jerami? Ilustrasi sederhananya adalah bahwa Tuhan telah menetapkan spesifikasi bahan
bangunan untuk mendirikan suatu bangunan yang kokoh dan kuat, namun ketika kita
korupsi, mencari keuntungan dengan menurunkan kualitas dari bahan bangunan itu, maka
saatnya akan kelihatan apakah kita mendirikan bangunan sesuai standar yang telah
ditetapkan atau kita hanya mau mencari keuntungan bagi diri sendiri bukan untuk
bersungguh-sungguh menyelesaikan pekerjaan yang telah Tuhan perintahkan kepada kita.
Maka Paulus mengingatkan kita bahwa kita adalah Bait Allah dalam dunia ini, jika kita
membangunan hidup kita dengan jerami maka kita sedang membinasakan Bait Allah.

Firman Tuhan bagi kita saat ini mengajak kita untuk melihat kembali diri kita, seperti apa
kita dalam membangun kehidupan kita di dunia ini. Adakah kita membangun hidup dan
pelayanan kita di atas dasar kehendak Tuhan atau kehendak dunia ini, apakah kita
membangun hidup kita dengan kebenaran firman Tuhan atau dengan keinginan dunia.
Tuhan Yesus telah menebuskan dan menguduskan kita dengan darahNya yang kudus,
supaya kita menjadi baitNya yang kudus dalam dunia ini. Maka jangan justru kita
mengotori dan merusaknya kembali dengan perbuatan-perbuat kecemaran. Jika Tuhan telah
mempercayakan diri kita menjadi baitNya yang kudus hendaklah kita juga menjaga dan
memelihara kepercayaan yang telah Tuhan berikan kepada kita. Pada saatnya Tuhan akan
berkata kepada kita “Baik sekali perbuatanmu itu, hai hambaku yang baik dan setia;
engkau telah setia dalam perkara kecil, aku akan memberikan kepadamu tanggung jawab
dalam perkara yang besar. Masuklah dan turutlah dalam kebahagiaan tuanmu.” (Matius
25:21).

Porisman Lubis at 7:35 AM

No comments:
Post a Comment


Home

View web version


Powered by Blogger.

Khotbah dan Renungan Kristen


Kumpulan Bahan dan Khotbah Kristen terbaru, Kumpulan renungan kristen, Ilustrasi
Khotbah, Ayat Emas Alkitab, Kumpulan Gambar Tuhan Yesus Kristus
 Home ▼
Monday, October 19, 2020

1 Raja-raja 17: 1-6 Hidup Elia Dipelihara Tuhan


 Bacaan Firman Tuhan: 1 Raja-raja 17: 1-6

Pada masa pemerintahan Ahab, nabi Elia diutus Tuhan ketengah-tengah umat Israel
tepatnya di Kerajaan Israel Utara. Raja Ahab kawin dengan perempuan kafir, kemudian
Ahab mendirikan kuil Baal dan ikut menyembahnya, dan umat Israel telah turut
menyembah berhala. Mereka percaya bahwa dewa Baal adalah dewa kesuburan yang
menguasai hujan dan panen berlimpah. Maka Tuhan mengutus Elia untuk menyampaikan
penghukuman Tuhan atas ketidaktaan umat Israel bahwa Allah akan menahan hujan tidak
datang selama tiga setengah tahun.

Setelah Elia memberitahukan kepada Ahab tentang apa yang akan Tuhan lakukan, maka
Elia disuruh untuk bersembunyi dan Tuhan memelihara hidupnya selama masa
penghukuman Tuhan dengan pergi ke sungai Kerit supaya ia dapat minum dan menyuruh
burung-burung gagak membawa makanan kepadanya.

Allah adalah pencipta segala sesuatu, tentunya Dia berdaulat atas kehidupan ini. Dia dapat
memakai apapun sebagai cara Tuhan memberi peringatan dan juga penghukuman, tetapi
Tuhan juga memakai segala sesuatu sebagai cara Tuhan untuk menyatakan kasih dan
pemeliharaan Tuhan atas kehidupan umatNya. Ini pula yang dapat kita perhatikan dalam
nas ini, Tuhan menahan hujan turun untuk menghukum dan menyadarkan kejahatan umat
Israel, tetapi Tuhan juga berdaulat atas burung gagak untuk membawa makanan kepada
Elia. Tuhan dapat melakukan apa yang tidak bisa dilakukan oleh manusia, kemahakuasaan
Allah yang melampaui akal, pikiran dan kekuatan kita itu nyata ada ditengah-tengah
kehidupan kita.

Melalui nas ini kita hendak belajar memahami bencana, pergumulan maupun masalah yang
kita hadapi ditengah-tengah kehidupan kita. Tidak ada manusia yang tidak rentan dengan
persoalan hidup, termasuk nabi Elia. Ketika kekeringan berkepanjangan melanda Israel, Elia
juga akan turut merasakan dampaknya, tetapi Tuhan memberi jalan bagi Elia untuk dapat
bertahan selama masa kekeringan itu terjadi.
Disini kita mau diingatkan, bahwa jika kita sudah beriman, setia dan takut akan Tuhan
bukan artinya kita akan terhindar dari berbagai pergumulan dalam hidup ini. Kita semua
sama, kita hanyalah manusia ciptaan Tuhan. Tetapi kita orang beriman percaya kepada
kuasa Tuhan bahwa seberat apapun krisis dan kesulitan yang kita hadapi, Tuhan beserta
kita untuk dapat melalui semua pergumulan yang kita hadapi. Tuhan punya banyak cara
dan jalan agar kita diselamatkan dari berbagai pergumulan yang ada.

Melalui pemeliharaan Tuhan atas hidup Elia ini mengingatkan kita juga tentang kehadiran
Tuhan Yesus dalam kehidupan kita, bahwa Dia datang ke dunia ini menjadi “Roti Hidup”
dan juga “Air Hidup” (Yohanes 4: 5-14). Tubuh kita yang fana ini bisa mati karena tidak
makan dan minum, tetapi setiap orang yang memakan roti hidup dan juga meminum air
kehidupan dari Tuhan Yesus akan memperoleh kehidupan. Seperti yang dikatakan Tuhan
Yesus “Manusia hidup bukan dari roti saja, tetapi dari setiap firman yang keluar dari
mulut Allah” (Matius 4:4).

Dalam menjalani kehidupan di dunia ini, ada banyak hal terjadi, tentu akan membuat jiwa
kita haus dan dahaga, sehingga kita menjadi lemah, putus asa, kebimbangan, kekawatiran.
Makanan dan minuman jasmani tidak akan pernah dapat melegakan kita dari semuanya itu.
Maka kita membutuhkan roti hidup dan air kehidupan dari Tuhan, yang akan senantiasa
memberikan kita kekuatan dan semangat yang baru dalam menjalani kehidupan.
Sebagaimana Firman Tuhan di Yesaya 40: 31 “tetapi orang-orang yang menanti-nantikan
TUHAN mendapat kekuatan baru mereka seumpama rajawali yang naik terbang dengan
kekuatan sayapnya; mereka berlari dan tidak menjadi lesu, mereka berjalan dan tidak
menjadi lelah.”  Amin.    

Porisman Lubis at 11:28 PM

No comments:
Post a Comment


Home

View web version

Powered by Blogger.
Khotbah dan Renungan Kristen
Kumpulan Bahan dan Khotbah Kristen terbaru, Kumpulan renungan kristen, Ilustrasi
Khotbah, Ayat Emas Alkitab, Kumpulan Gambar Tuhan Yesus Kristus
 Home ▼
Friday, October 16, 2020

Ayub 42: 7-17 Ayub Dipulihkan Dari Penderitaannya


 Bacaan Firman Tuhan: Ayub 42:7-17

Mengikuti kisah penderitaan Ayub maka kita akan dibawa untuk melihat emosi dan
pemikiran-pemikiran yang seakan-akan hendak mencoba menjawab dan memecahkan
suatu misteri tentang penderitaan yang terjadi pada Ayub. Harta benda miliknya seketika
lenyap, anak-anaknya meninggal dan ditambah lagi dia harus menanggung penderitaan
oleh penyakit yang merongrong tubuhnya.

Sahabat-sahabat Ayub datang untuk memberi penghiburan dan memberi tanggapan atas
apa yang terjadi pada Ayub.  Mengapa penderitaan ini terjadi pada Ayub? Sahabat-sahabat
Ayub mencoba untuk menghibur dan menerangkan tentang keadilan Tuhan yang mereka
ketahui dengan menerangkan bahwa Tuhan itu adil, ketika seseorang berbuat baik, maka
kebaikan Tuhan pun akan terjadi dalam hidup seseorang, dan sebaliknya jika seseorang itu
hidup dalam kejahatan maka penderitaan pun akan menghampirinya, artinya penderitaan
Ayub adalah karena dosanya.

Namun Ayub tidak menemukan sesuatu yang jahat dilakukannya sehingga membangkitkan
murka Tuhan. Ayub tidak dapat menerima pikiran sahabat-sahabatnya itu yang
menganggap bahwa penderitaannya adalah karena dosanya. Justru sebaliknya Ayub
berpendapat mengapa orang yang tidak bersalah itu mendapatkan penderitaan, bukankah
ini artinya bahwa Tuhan itu tidak adil?

Melalui kisah penderitaan Ayub, Tuhan menunjukkan bahwa jalan dan pekerjaan Tuhan
memang tidak terselami manusia. jalan-jalan Tuhan tidaklah semudah ucapan iblis yang
menganggap bahwa Ayub itu menjadi orang yang benar hanyalah karena diberkati. Bukan
juga seperti pikiran sahabat-sahabat Ayub yang berkata bahwa keadilan Tuhan nyata ketika
kita baik maka Tuhan akan mendatangkan kebaikan dan sebaliknya jika kita jahat maka
penderitaan akan datang. Tuhan juga tidaklah semudah pikiran Ayub yang hampir saja
menganggap bahwa Tuhan itu tidak adil.   

Bagaimanapun kehebatan manusia untuk berusaha menjawab berbagai persoalan yang


terjadi dalam hidup ini, kita manusia akan selalu mempunyai keterbatasan, tidak semua hal
dapat kita jawab hanya mengandalkan nalar dan logika berpikir kita. Kita harus tunduk dan
merendahkan diri di hadapan kemahakuasaan Tuhan, jalan-jalan Tuhan tidaklah tidaklah
semudah cara berpikir kita, dan Tuhan juga tidaklah serumit yang kita pikirkan.

Namun Tuhan mau supaya kita mengambil langkah yang tepat sebagaimana yang
dilakukan oleh Ayub. Sekalipun penderitaan itu sudah begitu beratnya, namun Ayub selalu
mencari dan berdoa kepada Tuhan dan didalam penderitaannya itu selalu terselip doa-doa
yang tiada hentinya. Walaupun Ayub tidak menemukan jawaban tentang semua
penderitaan yang terjadi padanya, tetapi Ayub akhirnya menerima semua jawaban dari
doa-doanya kepada Tuhan. Kita diingatkan ketika masalah dan pergumulan berat datang,
jangan sampai kita terjebak di “lingkaran setan” yang tidak ada ujungnya, penyesalan,
bertanya-tanya mengapa ini terjadi bukanlah solusi, justri ini akan memperburuk keadaan
kita. Namun kita mau belajar dari kisah Ayub untuk mencari Tuhan: “Serahkanlah segala
kekuatiranmu kepada-Nya, sebab Ia yang memelihara kamu” (1 Petrus 5:7)

Penderitaan Ayub diakhiri dengan happy ending, Tuhan memulihkan keadaan Ayub dan
memberikan dua kali lipat dari apa yang telah hilang dahulu. Tuhan membenarkan Ayub
bukanlah karena kebenaran pikirannya tentang Tuhan, tetapi adalah kerendahan hatinya
datang kepada Tuhan, memohon pengampunan Tuhan karena dia begitu tergesa-gesa
untuk menilai Tuhan. Sementara sahabat-sahabat Ayub berada dalam murka Tuhan karena
mereka memiliki pemikiran yang salah tentang Tuhan dan yang semakin mempersulit
keadaan Ayub dengan pemikiran mereka yang salah itu.

Ada dua hal yang hendak kita perhatikan di akhir kisah Ayub ini:

      1.     Tuhan menyebut Ayub dengan sebutan “hamba-Ku”  

Tuhan menyebut Ayub dengan “hamba-Ku” memperlihatkan bagaimana kesetiaan Ayub


kepada Tuhan, sekalipun dia dalam penderitaan. Walaupun Ayub tidak tahu apa
percakapan Tuhan dengan si iblis tentang dirinya, tetapi Ayub dapat memenangkan ujian
dalam penderitaannya, Ayub juga telah berhasil mengalahkan si iblis melalui kesetiaannya
kepada Tuhan dalam penderitaannya.

Tuhan menghargai kesetiaan Ayub dalam pergumulannya, yaitu dengan menyikapi


penderitaannya sebagai pergumulan di dalam iman dan dia memenangkannya. Ayub
menang atas penderitaannya bukan karena dapat menemukan jawaban mengapa
penderitaan itu terjadi pada Ayub, tetapi justru Ayub memenangkan penderitaannya adalah
karena dia mau datang dan merendahkan diri dihadapan Tuhan. Mempertanyakan
penyebab penderitaannya bukanlah solusi yang tepat, tetapi dia menang adalah karena
mengambil sikap yang benar yaitu merendahkan diri kepada Tuhan di dalam doa.
Sikap yang diambil Ayub ini mengajarkan kita suatu teladan yang berharga, seperti apapun
penderitaan itu tetaplah setia kepada Tuhan, tidak terpancing bertindak di luar
kemahakuasaan Tuhan. Dan melalui penyebutan “hamba-Ku” kepada Ayub ini
mengingatkan kita dengan apa yang dikatakan oleh Tuhan Yesus “Baik sekali perbuatanmu
itu, hai hambaku yang baik dan setia; engkau telah setia dalam perkara kecil, aku akan
memberikan kepadamu tanggung jawab dalam perkara yang besar. Masuklah dan turutlah
dalam kebahagiaan tuanmu.” (Matius 25:21).

      2.     Tuhan memulihkan keadaan Ayub setelah ia meminta doa untuk sahabat-


sahabatnya

Jika mengikuti kisah Ayub ini, kita mendapati perkataan Ayub yang
mengatakan “penghibur sialan kamu semua” (Ayub 16:2) kepada sahabat-sahabatnya. Niat
sahabat-sahabatnya mungkin baik untuk menguatkan Ayub, namun penghiburan yang
mereka lakukan justru adalah penghakiman. Ayub yang sudah menderita harus ditambah
lagi pahitnya kata-kata penghakiman dari sahabatnya itu. Dan kita ketahui bahwa Ayub
semakin merasakan sakitnya penderitaan itu justru adalah setelah dikunjungi oleh sahabat-
sahabatnya. Niat ketiga sahabat Ayub mungkin baik yaitu untuk menghibur, namun cara
mereka memberikan penghiburan telah membuat Ayub semakin susah dalam
penderitaannya.

Maka Tuhan murka kepada sahabat-sahabat Ayub dan Tuhan hanya akan meluputkan
mereka dari murkaNya jika mereka membawa persembahan dan doa melalui Ayub. Ujian
akhir dari Ayub sesungguhnya ada disini, bagaimana Ayub benar-benar layak disebut
sebagai hamba Tuhan yang mampu untuk memaafkan dan berdoa bagi orang lain atau
kepada sahabat-sahabatnya. Dan Ayub dapat melalui ujian akhir ini sehingga Tuhan
memulihkannya.

Disini kita mau bejalar bagaimana indahnya persekutuan dalam Tuhan. Diperlihatkan
kepada kita bahwa dibalik murka Tuhan, tersedia pengampunan dan pengampunan Tuhan
itu akan kita nikmati ketika kita mau untuk saling mengampuni dan saling mendoakan.
Sahabat Ayub mau merendahkan diri mengakui kesalahannya dan Ayub mau untuk
mengampuni dan berdoa bagi sahabatnya.

Tuhan memulihkan dan bahkan menggandakan apa yang sempat hilang dari Ayub, iman
Ayub menjadi kuat dan teruji, memulihkan hubungannya dengan sahabatnya, memulihkan
relasi dengan kerabatnya, mengembalikan harta dan kebahagiaan dan keluarganya. Kita
dapat melihat iman Ayub yang begitu kuat, iman yang tidak tergoyahkan sekalipun segala
sesuatu hilang darinya, tetapi Ayub tetap memiliki hati sebagai hamba yang selalu mau taat
kepada Tuhan. Tuhan Yesus berkata “Tetapi carilah dahulu Kerajaan Allah dan
kebenarannya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu”  (Matius 6:33).

Porisman Lubis at 2:02 AM

No comments:
Post a Comment


Home

View web version

Powered by Blogger.

Khotbah dan Renungan Kristen


Kumpulan Bahan dan Khotbah Kristen terbaru, Kumpulan renungan kristen, Ilustrasi
Khotbah, Ayat Emas Alkitab, Kumpulan Gambar Tuhan Yesus Kristus
 Home ▼
Tuesday, October 13, 2020

Yohanes 2: 1-12 Mijizat Tuhan Yesus Air Menjadi


Anggur
 

Bacaan Firman Tuhan: Yohanes 2: 1-12

Yohanes mengisahkan mujizat pertama Yesus ketika Yesus berada di suatu acara
perkawinan di Kana. Dikisahkan bahwa ibu Yesus datang kepadaNya dan berkata “mereka
kehabisan anggur”. Namun Yesus berkata bahwa saatNya belum tiba. Ibu Yesus tidak
menjawab secara langsung tanggapan Yesus, tetapi berkata kepada pelayan-pelayan “apa
yang dikatakan kepadamu, buatlah itu”. Kemudian Yesus menyuruh pelayan itu mengisi 6
tempayan pembasuhan dengan air dan segera dicedok untuk dibawa kepada pemimpin
pesta. Pemimpin pesta itu tidak tahu apa yang telah terjadi, namun dia terheran sebab
masih tetap tersedia anggur yang baik.

Setidaknya ada dua tradisi adat orang Yahudi yang diperlihatkan dalam nas ini:
      1.     Tempayan air untuk pembasuhan dipakai oleh Tuhan Yesus menjadi tempat
mengubah air menjadi anggur. Sebagaimana kita ketahui bahwa adat orang Yahudi
bahwa mereka tidak akan makan sebelum membasuh tangan dengan air (Markus
7:3). Namun Tuhan Yesus memberikan suatu makna yang dalam, bahwa sebanyak
apapun air yang digunakan oleh manusia dalam membasuh tubuhnya tidak akan
pernah dapat menyucikan. Yang dapat menguduskan manusia hanyalah anugerah
Tuhan melalui darah Tuhan Yesus. Bahwa anggur menjadi tanda darah Yesus yang
ditumpahkan untuk pengampunan dosa.

    2.     Anggur yang baik biasanya akan disediakan sampai orang puas minum barulah
disediakan anggur yang kurang baik. Hal ini merupakan gambaran kelemahan kita
manusia, selalu akan memiliki kekurangan, bahwa tidak ada manusia yang
sempurna. Hanya Yesus yang dapat menyempurnakan hidup kita. Tanpa Yesus,
manusia tidak akan dapat menerima kebaikan hidup sampai selama-lamanya. Sebab
hanya di dalam Yesuslah manusia mendapatkan kekekalan hidup.

Melalui mujizat Tuhan Yesus ini, kita akan mendapatkan banyak perenungan yang
memberikan kita penguatan dalam menjalani kehidupan ini.

         1.     Kekosongan hidup bisa terjadi kepada siapapun, ada banyak penyebabnya,


bisa pergumulan ataupun bisa karena kebosanan karena rutinitas yang seperti itu
saja dijalani setiap saat. Namun mujizat Tuhan Yesus ini hendak mengingatkan kita
bahwa Tuhan ada bersama dengan kita, Yesus yang akan selalu memberi kita
‘anggur yang baik’ setiap saat. Sekalipun kita berhadapan dengan persoalan atau
rutinitas hidup yang menjenuhkan, namun Tuhan Yesus selalu memberi kita ‘rasa’
yang memampukan kita hidup dengan sukacita (setiap saat hidup dalam pesta
perjamuan bersama Tuhan).

               2.     Jika kita mengikuti percakapan singkat antara Ibu Yesus, Yesus dan
Pelayan, maka kita akan menemukan adanya tiga hal yang sangat berkaitan, yaitu
Doa, Iman dan pengharapan. Tuhan Yesus akhirnya mau untuk melakukan mujizat
bukanlah karena itu permintaan dari ibu-Nya, tetapi Yesus mau menjelaskan bahwa
Tuhan mempunyai waktu tersendiri, waktu yang terbaik untuk berbuat. Dan
walaupun Yesus menanggapi permintaan ibuNya dengan berkata waktunya belum
tiba, akhirnya Yesus berbuat sesuatu juga atas masalah yang terjadi saat itu. Tuhan
Yesus hendak memperlihatkan kepada kita bagaimana iman dan juga kekuatan
pengharapan ibuNya bahwa Yesus pasti akan berbuat sesuatu atas permohonannya
itu. Maka demikianlah kita dalam menghidupi doa dalam hidup ini, bahwa kita
diajarkan bahwa bukan kehendak kita yang jadi tetapi kehendak Tuhanlah yang
jadi. Namun kehendak Tuhan yang terbaik dalam hidup kita hanya akan terjadi
ketika kita mempunyai iman dan pengharapan akan kebaikan Tuhan. Amin

Porisman Lubis at 12:14 AM

No comments:
Post a Comment


Home

View web version

Powered by Blogger.

Khotbah dan Renungan Kristen


Kumpulan Bahan dan Khotbah Kristen terbaru, Kumpulan renungan kristen, Ilustrasi
Khotbah, Ayat Emas Alkitab, Kumpulan Gambar Tuhan Yesus Kristus
 Home ▼
Wednesday, September 30, 2020

Kejadian 2: 18-25 Setara Di Hadapan Tuhan


 

Bacaan Firman Tuhan: Kejadian 2: 18-25

Mungkin dari kita semua sudah tahu kisah fiksi tentang Tarzan? Sejak dari kecil dia
dibesarkan oleh kera sampai dewasa. Tarzan hidup dalam pemeliharaan kera dan hidup
dalam lingkungan para binatang. Kisah kehidupan Tarzan sampai pada puncaknya, ketika
ia berjumpa dengan seorang wanita. Singkat cerita, tarzan tertarik dengan wanita tersebut
dan mengejar sampai ke kota.

Jika kita potong ceritanya sampai disini, apa yang ada dalam benak kita tentang kisah hidup
Tarzan? Walaupun dia sudah terbiasa bahkan dibesarkan oleh kera dan hidup bersama
binatang, tetap saja instingnya sebagai manusia tidak dapat hilang. Dengan nalurinya ia
dapat mengenal siapa sesamanya, bahwa ia memang berbeda dengan segala binatang yang
ada disekitarnya.

Dalam kisah penciptaan di Kejadian 2, kita dapat melihat bahwa sama seperti Adam yang
diciptkan dari tanah, maka Tuhan pun membentuk segala binatang dari tanah dan
diberikan pada Adam untuk menamai dan melihat mana yang sepadan dengannya. Maka
Tuhan melihat Adam menamai segala binatang tetapi Adam tidak menjumpai satu pun
yang dapat menjadi penolong yang sepadan dengannya.

Tuhan melihat bahwa tidak akan ada penolong yang sepadan dengan adam jika masih tetap
dibentuk dari tanah. Maka TUHAN Allah berfirman: "Tidak baik, kalau manusia itu
seorang diri saja. Aku akan menjadikan penolong baginya, yang sepadan dengan
dia”. Tuhan ingin agar manusia pertama itu ada penolong yang sepadan baginya. Maka
Tuhan membuat hawa dari bahagian tubuh adam, yakni salah satu dari tulang rusuknya
ketika Tuhan membuat adam tidur nyenyak.

Ketika Tuhan membawa hawa kepada adam, maka Adam menamakannya perempuan dan
ia sangat setuju bahwa perempuan itu akan menjadi penolong yang sepadan dengannya.
Perempuan yang diambil dari tulang dan dagingnya, bahwa laki-laki akan bersatu dengan
istrinya menjadi satu daging.

Dari sini kita dapat melihat bagaimana Allah aktif memperhatikan, menolong dan memberi
apa yang dibutuhkan manusia. Namun pertolongan Tuhan kepada manusia tidak diberikan
begitu saja, tetapi Tuhan memberikan manusia kesempatan untuk menggunakan
kemampuan dan pengetahuan yang telah Tuhan berikan kepada manusia itu. Walaupun
manusia diberi kesempatan untuk berusaha untuk menemukan yang terbaik bagi dirinya,
tetapi Tuhan tetap melihat dan memperhatikan usaha manusia itu, dan pada akhirnya dapat
kita lihat bahwa seperti apapun kemampuan dan pengetahuan manusia dalam
mengusahakan yang terbaik baginya dalam dunia ini dengan memberi nama kepada segala
mahluk hidup, tetapi usaha manusia itu tidak akan pernah bisa membuat manusia itu
menemukan yang terbaik bagi hidupnya tanpa campur tangan Tuhan. Kebaikan hidup
manusia adalah hidup bersama Tuhan, memiliki komunikasi yang baik dengan Allah
penciptanya.

Maka jelaslah bahwa sesungguhnya tidak ada sesuatu apapun di dunia ini yang sepadan
menjadi penolong manusia. Kesempurnaan manusia menjalani kehidupannya hanya pada
Allah. Sebab Tuhan juga memberi kesempatan kepada Adam mencari penolong yang
sepadan dengannya dari apa yang telah diciptakan oleh Tuhan, tetapi tiada yang
ditemuinya.

Ketika manusia itu tidak menemukan penolong yang sepadan baginya dari segala binatang
yang diciptakan Tuhan. Maka Tuhan menjadikan hawa dari tulang rusuk adam,dari sinilah
kita dapat menemukan jawaban bagaimana Tuhan memberikan penolong yang sepadan
kepada manusia yaitu dengan mengambil dari manusia itu sendiri  seorang perempuan,
haruslah kita menyadari bahwa kita manusia adalah sama, berasal dari tubuh manusia yang
pertama. Dari penciptaan manusia yang pertama Adam dan Hawa kita dapat melihat
bahwa sesama kita manusia adalah bahagian dari diri kita juga. Itulah sebabnya Tuhan
berfirman kepada kita “Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri” (Matius 22:
29).

Dari sini kita mau disadarkan betapa mulianya kita manusia dibandingkan dengan ciptaan
Tuhan yang lainnya. Tuhan menjadikan kita manusia menurut gambar dan rupa Allah. Dan
Tuhan juga berfirman bahwa tidak baik kalau manusia itu seorang diri saja, manusia itu
membutuhkan yang sepadan yaitu sesamanya manusia.

Perenungan apa yang bisa kita angkat dari kisah ini? Jika biasanya nas ini sering
dihubungkan tentang pernikahan. Namun tentunya ada banyak hal lagi catatan yang bisa
kita gali dari sini. Nas ini juga akan menggugah hati nurani kita memandang sesama kita
manusia sebagai sesama ciptaan Tuhan yang sungguh amat mulia. Kita sadari atau tidak,
keegoisan, tinggi hati, ingin tampil lebih dari orang lain, kita telah membuat orang lain lebih
rendah dari kita, padahal kita semua sama di hadapan Tuhan.

Kita juga melihat bagaimana manusia yang tidak lagi mengasihi sesamanya manusia seperti
dirinya sendiri. Kita lihat bagaimana Adam sendiri tidak menjumpai penolong yang
sepadan dengan dia dari semua ciptaan Tuhan yang lainnya, namun anehnya di dunia kita
saat ini justru sebaliknya, ada orang yang lebih menghargai benda, uang dari sesamanya
manusia. Ada orangtua yang tega melakukan kekerasan pada anaknya sendiri hanya karena
tidak sengaja menjatuhkan handphone, atau karena seorang anak mencoret-coret mobil,
kekerasan dalam rumah tangga, perilaku orang yang main hakim sendiri sampai tega
memukuli dan membakar, kita juga dapat melihat bagaimana pembunuhan dan mutilasi,
menggugurkan kandungan, membuang bayi, terorisme, intoleran, persekusi.

Bahkan dikemajuan media sosial online saat ini, semakin membuka peluang yang besar bagi
setiap orang tidak dapat mengontrol diri dalam memberi pendapat, berkomentar. Ada yang
membuat media sosial menjadi tempat pelarian untuk melampiaskan kemarahan, ketidak
setujuan ataupun ketidaksenagannya, seakan media sosial itu menjadi zona bebas mau
berbuat dan berbicara apa saja, maka dalam bermedia sosial tentu kita juga harus bijak,
jangan sampai hati nurani kepada sesama kita manusia tergerus oleh kata yang sia-sia.

Tuhan Yesus dalam pelayananNya di dunia ini telah memperlihatkan kepada kita,
bagaimana Dia memberikan kita pengajaran tentang penghargaan kepada sesama kita
manusia. Apa yang Dia lakukan kepada anak-anak, perempuan, orang berdosa, orang sakit,
orang cacat, orang miskin. Jika mereka ini statusnya direndahkan, namun Tuhan Yesus mau
mengajarkan bahwa tidak ada alasan untuk merendahkan mereka.
Maka, Kejadian 2: 18-25 ini mau mengingatkan kita tentang jati diri kita sebagai manusia
yang ciptaan Tuhan yang mulia, supaya jangan pernah kita merendahkan siapapun juga.
Kita punya pasangan hidup, teman kerja, tetangga, masyarakat yang ada di sekitar kita,
orang-orang yang kita jumpai di tengah jalan, semua orang adalah karya Allah, hikmat
Allah dalam kehidupan ini yang harus kita syukuri keberadaannya. Jangan jadikan sesama
kita manusia menjadi musuh, ancaman, pelampiasan kemarahan dan keegoisan, tetapi
sesama kita adalah berkat untuk kebaikan bersama.

Porisman Lubis at 12:25 PM

No comments:
Post a Comment


Home

View web version

Powered by Blogger.

Khotbah dan Renungan Kristen


Kumpulan Bahan dan Khotbah Kristen terbaru, Kumpulan renungan kristen, Ilustrasi
Khotbah, Ayat Emas Alkitab, Kumpulan Gambar Tuhan Yesus Kristus
 Home ▼
Tuesday, September 29, 2020

1 Korintus 11: 8-12 Semua Manusia Sama Di


Hadapan Tuhan
 

Bacaan Firman Tuhan: 1 Korintus 11: 8-12

Sebagaimana yang tertulis di Kejadian 2: 21-25 Bahwa manusia yang pertama diciptakan
adalah laki-laki dan Tuhan menjadikan perempuan yang menjadi penolong yang sepadan
dengan laki-laki di ambil dari tulang rusuk laki-laki. Berdasarkan inilah Paulus memberikan
pengajaran kepada jemaat di Korintus supaya setiap orang dapat saling mengenal siapa
dirinya diantara jemaat supaya tidak terjadi kekacauan. Apa yang telah diatur hikmat
Tuhan atas kehidupan manusia haruslah kita taati. Jika Tuhan menjadikan kita sebagai
seorang laki-laki maka taatilah Tuhan dengan hidup layaknya sebagai seorang laki-laki dan
demikian juga sebagai seorang perempuan.  

Paulus hendak mengingatkan, bahwa pertemuan jemaat adalah untuk membangun


persekutuan yang saling membangun di dalam Tuhan, bukan menjadi tempat penonjolan
diri merasa lebih dari orang lain. Seorang perempuan bisa berdoa dan bernubuat dalam
pertemuan jemaat, namun jangan sampai melepas tudung di kepalanya. Sebab tudung di
kepala bagi perempuan pada masa itu adalah tanda penundukan kepada suami mereka.
Jika seorang perempuan dapat berdoa dan bernubuat maka hal itu tidaklah dilarang tetapi
jangan mereka sampai melanggar norma kesopanan dan jangan sampai seorang perempuan
itu merasa menjadi lebih unggul dari laki-laki karena kemampuannya.

Jika Paulus mengajarkan supaya jemaat perempuan di Korintus tetap mengenakan tudung
kepala bukan artinya Paulus menyetujui bahwa perempuan itu lebih rendah dari laki-laki
seperti budaya ketika itu yang merendahkan perempuan. Namun paulus mau mengajarkan
supaya pemakaian tudung kepala itu dilihat dari kaca mata iman Kristen, bahwa tudung
kepala itu adalah tanda wibawa, dengan mengenakan tudung kepala seorang perempuan
telah menjaga wibawa laki-laki sekaligus juga menjaga wibawanya sendiri sebagai seorang
perempuan untuk dapat saling menghormati dan menghargai dengan tidak merendahkan
seorang dengan yang lainnya. 

Kita tidak bisa melanggar apa yang telah Tuhan tetapkan dari mulanya, bahwa “laki-laki
tidak berasal dari perempuan, tetapi perempuan berasal dari laki-laki”. Bahwa manusia
yang pertama diciptakan adalah laki-laki dan Tuhan menjadikan perempuan yang menjadi
penolong yang sepadan dengan laki-laki di ambil dari tulang rusuk laki-laki. Rasul Paulus
hendak mengingatkan kita bahwa kita tidak bisa menolak bahwa pada hakikatnya laki-laki
dan perempuan itu memanglah berbeda, namun perbedaan itu bukan untuk membedakan
derajat manusia tetapi perbedaan itu adalah untuk saling melengkapi bagi kebaikan hidup
manusia, sebab laki-laki dan perempuan sama di hadapan Tuhan sebagai manusia
ciptaanNya.

Jika Tuhan memberikan kita hidup sebagai seorang laki-laki ataupun perempuan, maka kita
harus mensyukurinya kepada Tuhan dengan penuh hikmat. Laki-laki dan perempuan tentu
memiliki perbedaan dari kekuatan fisik, emosi, demikian juga dengan peran laki-laki dan
perempuan dalam sosial dan budaya terlebih juga perintah Tuhan. Maka kita selayaknya
harus berhikmat dalam membawakan diri kita untuk kebaikan bersama. Baik di keluarga,
gereja dan masyarakat perbedaan antara laki-laki dan perempuan bukan untuk
dipertentangkan, tetapi harus dapat saling menghargai. Tuhan menjadikan manusia laki-
laki dan perempuan adalah untuk saling melengkapi dan saling mengasihi. Jika seseorang
memiliki kemampuan lebih dari orang lain jangan itu menjadi alat untuk merasa diri lebih
dari orang lain dan merendahkan sesamanya. “mengasihi sesama manusia seperti diri
sendiri” adalah prinsip yang harus dipegang setiap orang dalam hubungannya dengan
sesamanya. Amin     

Porisman Lubis at 11:30 AM

No comments:
Post a Comment


Home

View web version

Powered by Blogger.

Khotbah dan Renungan Kristen


Kumpulan Bahan dan Khotbah Kristen terbaru, Kumpulan renungan kristen, Ilustrasi
Khotbah, Ayat Emas Alkitab, Kumpulan Gambar Tuhan Yesus Kristus
 Home ▼
Thursday, September 24, 2020

2 Samuel 9: 1-8 Berbuahkan Kebaikan


 Bacaan Firman Tuhan: 2 Samuel 9: 1-8

Di kitab 2 Samuel 9: 1-8 kita akan belajar memahami makna dari kebaikan. Di kisahkan
kepada kita bahwa Mefiboset yang adalah anak dari Yonatan, cucu Saul raja pertama bangsa
Israel. Saul dan Yonatan terbunuh dalam pertempuran dan takhta kerajaan di isi oleh Daud.
Bahwa pada masa itu raja yang baru sering kali memusnahkan semua orang yang
berhubungan dengan dinasti raja sebelumnya, yang dikhawatirkan adanya pemberontakan
di kemudian hari. Namun Daud mengingat persahabatannya dengan Yonatan dan janjinya
kepada Yonatan untuk tidak memutus kasih setianya kepada keturunannya sampai
selamanya ( 1 Sam. 20:15-17).

Dalam diri Daud mungkin saja muncul perenungan yang dalam membayangkan
kehidupannya dahulu dengan keadaannya sekarang dapat duduk di kursi raja dan hidup
nyaman di istana yang megah. Namun semua ini dapat dirasakannya tidak terlepas dari
peran sahabatnya yang telah menolongnya pada masa kekusahannya yaitu Yonatan. Maka
Daud pun bertanya: "Masih adakah orang yang tinggal dari keluarga Saul? Maka aku akan
menunjukkan kasihku kepadanya oleh karena Yonatan."

Daud mendapat informasi dari hamba Saul yaitu Ziba yang mengatakan bahwa masih ada
keluarga Saul yang tertinggal, yaitu seorang anak laki-laki Yonatan yang cacat kakinya,
lebih tepatnya kedua kakinya timpang yang bernama Mefiboset. Kedua kaki Mefiboset
timpang ketika inang pengasuhnya membuatnya terjatuh ketika dia dibawa lari dengan
tergesa-gesa setelah mengetahui kabar bahwa Saul dan Yonatan telah mati, yang saat itu
umur Mefiboset adalah lima tahun (2 Sam. 4:4).

Mengetahui informasi ini, Daud segera memerintahkan untuk membawa Mefisobet ke


istana. Tidak ada pertimbangan bagi Daud yang membuatnya ragu dan berfikir untuk
membawa dia ke istana yang walaupun kondisi fisik Mefiboset yang cacat. Tidak ada
batasan syarat atau halangan dalam diri Daud untuk membawa Mefisobet ke istana karena
ketidak sempurnaan fisiknya. Misi Daud hanya satu, yaitu “Aku hendak menunjukkan
kepadanya kasih yang dari Allah” (ay. 3). Daud menunjukkan kasihnya kepada Mefiboset
dengan mengembalikan segala ladang Saul neneknya dan juga makan sehidangan dengan
Daud. Artinya bahwa Daud menjamin kehidupan Mefiboset di istana, seperti pengakuan
Mefiboset sendiri tentang dirinya yang seperti “anjing mati” namun sekarang dia dapat
duduk sehidangan dengan Daud, sebelumnya dia takut akan di bunuh karena masih
keluarga dari Saul, namun kenyataannya dia dikasihi tinggal di istana raja.

Apa yang dilakukan oleh Daud ini menggambarkan kepada kita juga dengan apa yang
dilakukan oleh Tuhan kepada kita orang berdosa. Bahwa Tuhan memanggil dan memilih
kita menjadi anakNya untuk mewarisi kerajaan sorga bukanlah karena kebaikan kita. Bukan
karena kebenaran kita sehingga kita dikasihi Tuhan, namun kita ini hanyalah orang cacat
dan tidak berdaya oleh karena dosa, atau seperti istilah Mefiboset yang
mengatakan "Apakah hambamu ini, sehingga engkau menghiraukan anjing mati seperti aku?",
siapa kita ini? Kita hanyalah orang yang hina karena dosa dan kejahatan kita, namun Tuhan
mau menyelamatkan kita dengan memberikan hidupnya mati di kayu salib bagi
keselamatan kita. Sama seperti Daud yang menerima Mefiboset ke dalam istana bukan
karena kebaikan yang ada dalam diri Mefiboset, tetapi Daud mengingat janji setianya
kepada sahabatnya Yonatan. Demikian halnya dengan Tuhan Yesus yang mengasihi kita
dan dilayakkan menjadi anakNya dan satu meja perjamuan dengan Tuhan adalah
mengingat akan janji kasih setiaNya kepada umatNya.

Tuhan Yesus telah memperlihatkan kepada kita kebaikan Allah melalui kasihNya yang
tidak terselami dalamnya, apa yang dilakukan oleh Allah di dalam Tuhan Yesus menjadi
teladan terbesar tentang kebaikan. Namun Alkitab juga mencacat beberapa tokoh yang
menghidupi kasih Tuhan dalam hidupnya yang juga menjadi teladan dan pengajaran
kepada kita dalam menghidupi kebaikan dalam hidup ini. Salah satunya adalah Daud
dalam nas ini. Kita hendak mendalami lebih dalam lagi ketulusan hati dan perbuatan Daud
yang berkata dalam nas ini “Aku hendak menunjukkan kepadanya kasih yang dari Allah” (ay. 3).

Apa yang dapat kita pelajari dari ungkapan ini? Jika Daud hendak menunjukkan kasih
Allah kepada orang lain, adalah karena Daud telah merasakan, melihat dan menyaksikan
sendiri kasih Allah dalam dirinya. Daud dapat merasakan bagaimana penggembalaan
Tuhan dalam dirinya, dari seorang gembala domba menjadi raja di Israel, Daud juga dapat
merasakan pengalaman hidup bersama dengan penyertaan Tuhan, maka Daud mau supaya
kasih Tuhan itu juga dirasakan oleh orang lain, lihat dan rasakanlah betapa baiknya Tuhan
itu.

Kebaikan Daud kepada Mefiboset tidak lagi hanya semata-mata karena balas budi atau
balas jasa dan bukan hanya karena janji setianya kepada sahabatnya Yonatan, tetapi jauh
lebih dalam lagi bahwa Daud hendak memperlihatkan kasih Allah itu dan supaya orang
lain juga dapat merasakan kasih setia Allah. Daud telah merasakan bagaimana kasih Allah
yang menyertai hidupnya, sekalipun di tengah-tengah kesukaran Tuhan menyertai dia
dengan memberinya seorang sahabat yang baik yaitu Yonatan, semuanya itu adalah
penggembalaan Tuhan dalam hidupnya.

Apa yang dilakukan oleh Daud disini adalah teladan bagi kita juga dalam menghidupi
kebaikan dalam kehidupan ini. Kita menghidupi kebaikan bukan untuk mengharapkan
balasan kebaikan dari orang lain ataupun dari Tuhan, tetapi kita mau melakukan kebaikan
adalah karena kita sudah terlebih dahulu merasakan kebaikan Tuhan dalam hidup kita.
Pengakuan kita akan limpahan kebaikan Tuhan dalam hidup kita sejatinya juga akan
berbuahkan kebaikan yang akan dapat dirasakan orang lain.

Setiap saat kita memiliki peluang yang tidak terbatas untuk menghidupi kebaikan, ada
banyak jalan dan cara yang dapat kita lakukan untuk menyatakan kebaikan bagi orang lain.
Bagaimana supaya kita selalu menjadi berkat bagi orang lain, menjadi sumber kebaikan,
sukacita kepada orang lain. Jangan kita membatasi kebaikan itu berbuah dalam hidup kita,
sebab Tuhan juga tidak membatasi berkat dan kebaikanNya dalam hidup kita.

Kebaikan dalam diri kita adalah buah Roh Kudus yang bekerja dalam diri kita, orang yang
melakukan kebaikan karena ada maunya, dibalik kebaikannya ada maksud dan tujuan lain,
itu adalah kebaikan yang palsu, manusia mungkin saja bisa kita dustai, tetapi kita tidak bisa
mendustai Tuhan. Ketulusan kita melakukan kebaikan akan tercipta ketika kita melakukan
kebaikan itu bukan untuk manusia tetapi untuk Tuhan.
Kebaikan itu juga hendaknya berbuah dengan tidak memandang orang. Siapapun
orangnya, bahkan orang yang memusuhi kita sekalipun, biarkan kebaikan itu menghasilkan
buahnya. Sebab demikian juga Allah berbuat baik kepada kita, Mazmur 145: 9
dikatakan “TUHAN itu baik kepada semua orang, dan penuh rahmat terhadap segala yang
dijadikan-Nya.” Kita berbuat baik kepada saudara, sahabat, tetangga atau orang-orang
yang kita kenal itu mungkin sudah biasa yang sudah menjadi bahagian dari kehidupan
sosial kita sehari-hari. Namun kebaikan yang diharapkan buahnya dari kita jauh lebih dari
situ, di Matius 25:40 Tuhan Yesus berkata “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya segala
sesuatu yang kamu lakukan untuk salah seorang dari saudara-Ku yang paling hina ini,
kamu telah melakukannya untuk Aku” – “Sebab ketika Aku lapar, kamu memberi Aku
makan; ketika Aku haus, kamu memberi Aku minum; ketika Aku seorang asing, kamu
memberi Aku tumpangan; ketika Aku telanjang, kamu memberi Aku pakaian; ketika Aku
sakit, kamu melawat Aku; ketika Aku di dalam penjara, kamu mengunjungi Aku.” (Matius
25: 35-36)

Maka, langkah-langkah apa yang dapat kita lakukan untuk mengembangkan kebaikan
dalam diri kita? Mari kita jauhkan diri dari keegoisan yang hanya mementingkan diri
sendiri, mari kita melatih diri untuk peka akan kebutuhan orang lain. Kita mau menjadi
berkat bagi orang lain, melalui perkataan, tindakan dan perbuatan kita. Jangan tunggu
orang lain berbuat baik kepada kita, selalu ambil langkah pertama untuk melakukan
kebaikan bagi orang lain.

Porisman Lubis at 11:50 AM

No comments:
Post a Comment


Home

View web version

Powered by Blogger.

Khotbah dan Renungan Kristen


Kumpulan Bahan dan Khotbah Kristen terbaru, Kumpulan renungan kristen, Ilustrasi
Khotbah, Ayat Emas Alkitab, Kumpulan Gambar Tuhan Yesus Kristus
 Home ▼
Tuesday, September 22, 2020

Lukas 14: 12-14 Jangan Sesat Oleh Kebahagiaan


Dunia Yang Semu
Bacaan Firman Tuhan: Lukas 14: 12-14

Dalam suatu pesta Yesus memberikan pengajaran kepada semua orang yang ada dalam pesta itu.
pengajaranNya disampaikan kepada pihak undangan dan juga pengundang. Kepada para undangan
Yesus menyampaikan pengajaran bahwa barang siapa meninggikan diri akan direndahkan dan
barangsiapa yang merendahkan diri akan diringgikan. Yesus menyampaikan hal ini sebab Dia melihat
banyak para undangan yang berusaha untuk menduduki tempat kehormatan (ayat 7-11).

Dan dalam nas firman Tuhan bagi kita saat ini (ayat 12-14) Yesus juga memberikan pengajaran juga
bagi pengundang. Bahwa sang pengundang sesungguhnya telah mengalami kerugian besar dengan
hanya mengundang saudara, keluarga, sahabat, tetangga dan orang kaya. Sebab sebaik apapun
pesta dan hidangan yang disediakan kepada tamu itu, tiada yang berharga yang bisa didapatkannya
selain mendapatkan undangan balasan. Padahal jika si pengundang itu mengundang orang miskin
dan orang cacat betapa bahagianya mereka atas undangan itu dan yang lebih berharga bahwa si
pengundang itu telah berbuat sesuatu yang besar bagi keselamatan jiwanya. Sementara jika
perjamuan itu diadakan kepada orang kaya, apalah gunanya sebab orang kaya itu tanpa datang
keperjaumuan itu pun dapat menikmati yang seperti itu di rumahnya sendiri, seperti perumpamaan
yang dapat kita lihat setelah nas ini (ayat 15-24) bahwa bagi orang kaya undangan itu bukanlah
sesuatu yang istimewa sehingga harus dihadiri, padahal bagi orang miskin undangan itu akan
menjadi sukacita yang besar bagi mereka.

Melalui pengajaran Tuhan Yesus ini, kita hendak diingatkan bahwa pengajaran Yesus ini bukanlah
hanya berkaitan dengan undangan pesta atau perjamuan, namun juga dalam konteks kehidupan
yang jauh lebih luas lagi. Tuhan Yesus hendak mengingatkan kita agar jangan sampai jatuh ke dalam
kebahagiaan dunia yang semu, kita berusaha “mengundang” kebahagiaan dunia ini ke dalam diri kita
dengan harapan bahwa sukacita kita semakin melimpah, namun pada kenyataannya kita sudah
mengalami kerugian besar sebab ketika kita mendapatkan apa yang ada di dunia ini hanya bagi diri
kita sendiri, maka kita sudah mendapatkan upah dan tidak lebih dari itu, kita hanya menerima
kebahagiaan yang sementara.

Maka Tuhan Yesus hendak mengajar kita untuk dapat berbuat sesuatu agar dapat menerima lebih
dari apa yang dapat diberikan oleh dunia ini, yaitu ketika kita dapat memakai apa yang ada pada kita
berguna untuk keselamatan hidup kita dan dilayakkan menjadi bahagian dari orang-orang benar
yang akan diselamatkan.
Ketika si pengundang itu mengundang orang miskin dan orang-orang cacat, tidak ada yang dapat
mereka berikan sebagai balasan dari kebaikan si pengundang, namun dapat kita bayangkan semakin
banyak orang miskin dan orang cacat di undang maka akan semakin banyak juga orang yang akan
bahagia karena kebaikan dari si pengundang itu, mereka akan bersyukur kepada Tuhan atas
kebaikan dari si pengundang itu. Hanya dari sini, kita sudah dapat melihat apa yang diterima oleh si
pengundang itu, dia telah mendapatkan kebahagiaan yang berlipat ganda, sebagaimana yang tertulis
dalam Kisah Para Rasul 20:35 “adalah lebih berbahagia memberi daripada menerima”.  

Kebaikan Si pengundang telah membuat orang lain bahagia itu jauh lebih berharga dan lebih tinggi
nilainya daripada sebatas menerima upah undangan balasan dari orang kaya, dan yang jauh lebih
berharga lagi bahwa kita telah berbuat sesuatu yang berguna untuk keselamatan hidup kita.

Khotbah Tuhan Yesus di bukit mengajarkan kepada kita “kumpulkanlah bagimu harta di


sorga” (Mat. 6:19-21). Jangan kita sia-siakan hidup, harta, kemampuan dan bakat kita hanya untuk
kenikmatan dunia yang sementara ini, namun hendaklah kita menggunakannya seluruh yang ada
pada kita menjadi kemuliaan bagi Tuhan dan yang berguna untuk kehidupan kita yang kekal.

Tuhan memanggil kita supaya menjadi berkat bagi dunia ini, bukan menjadi orang yang
mementingkan diri sendiri. Apa yang kita kumpulkan dalam dunia ini pada akhirnya akan kita
tinggalkan dan akan lenyap, tetapi harta yang berharga yang kita kumpulkan di sorga tidak akan
pernah lenyap. Maka bersyukurlah kepada Tuhan jika sampai saat ini kita masih diberi Tuhan
kesempatan menjadi saluran berkatNya dalam dunia ini. Amin    

Porisman Lubis at 12:32 AM

No comments:
Post a Comment


Home

View web version

Powered by Blogger.

Khotbah dan Renungan Kristen


Kumpulan Bahan dan Khotbah Kristen terbaru, Kumpulan renungan kristen, Ilustrasi
Khotbah, Ayat Emas Alkitab, Kumpulan Gambar Tuhan Yesus Kristus
 Home ▼
Wednesday, September 16, 2020

Lukas 17: 26-37 Peringatan Tentang Kebinasaan


Karena Dosa
Bacaan Firman Tuhan: Lukas 17: 26-37

Dalam nas ini, Tuhan Yesus memperingatkan tentang kedatangan Anak Manusia yaitu
kedatanganNya kelak pada zaman akhir. Tuhan Yesus mengingatkan kembali pada
peristiwa yang sudah pernah terjadi yaitu ketika datangnya air bah dan pemusnahan kota
Sodom. Air bah dan hujan belerang datang memusnahkan mereka semua yang tidak
terduga kedatangannya. Dengan merujuk pada peristiwa air bah dan juga pemusnahan kota
Sodom, Tuhan Yesus memperingatkan bahwa kesengsaraan besar pada akhir zaman akan
terjadi, tidak ada yang dapat selamat dari kesengsaraan itu selain dari orang-orang yang
setia kepada Tuhan dan yang percaya kepada peringatanNya akan diangkatNya kepada
keselamatan.

Dosa dan kebinasaan adalah pasangan yang tidak dapat dipisahkan, sebab upah dosa ialah
maut (Roma 6: 23). Maka Tuhan Yesus memberikan jalan bagi kita untuk memperoleh
keselamatan dari kebinasaan itu. Dia memberi kita peringatan untuk tidak “bermain api”
dengan dosa. Ada dua hal yang dapat kita perhatikan dari peringatan Tuhan Yesus disini:

      1.     Jangan terlena di zona nyaman

Sebab dosa akan membuat kita terlena, merasa nyaman, dan menganggap bahwa inilah
kebahagiaan hidup, inilah tujuan hidup. Namun tanpa kita sadari, kebinasaan itu akan
datang tiba-tiba tanpa kita sadari, entah kita sedang makan dan minum, entah kita sedang
bekerja, diperjalanan maupun sedang tidur. Kita harus tersadar, bahwa kita tidak tahu apa
yang akan terjadi nanti, jangan merasa nyaman karena menganggap kita masih muda, atau
menganggap kita merasa tidak menderita sakit yang parah, kita menganggap kita
mempunyai banyak uang.

Sesibuk apapun kita ditengah-tengah dunia ini, bekerja keras untuk menggapai harapan
dan cita-cita, mengumpulkan bekal hidup atau bahkan menikmati berbagai kebahagiaan
dan keindahan dalam dunia ini. Namun kita hendak di ingatkan, tetaplah kita terjaga
semuanya itu akan berakhir dan akan kita tinggalkan, di kitab Pengkhotbah 2: 11 dikatakan
bahwa pada akhirnya semua yang ada di bawah matahari adalah kesia-siaan, usaha
menjaring angin.
Kita harus tetap tersadar, waktu akan terus berjalan dan semua yang ada di dunia ini akan
berakhir dan akan kita tinggalkan, dan pada akhirnya kebahagiaan yang kekal itu hanya
tinggal satu, yaitu hidup di dalam kebenaran Tuhan.

      2.     Jangan meragukan janji keselamatan Tuhan

Kita juga hendak diperingatkan oleh Tuhan Yesus, jika sudah mengetahui peringatanNya,
kita sudah diarahkannya menuju keselamatan, maka jangan lagi menoleh kebelakang
seperti istri Lot yang menoleh ke belakang akhirnya menjadi tiang garam. Tuhan Yesus
mengingatkan “Barangsiapa berusaha memelihara nyawanya, ia akan kehilangan
nyawanya, dan barangsiapa kehilangan nyawanya, ia akan menyelamatkannya.” Tidak
ada seorang pun dari kita dapat menyelamatkan dirinya sendiri dan tidak ada suatu apapun
yang ada di dunia ini dapat menyelamatkan kita, sebab jalan keselamatan hanya ada di
dalam Tuhan Yesus Kristus. Maka jangan pernah kita memiliki hati yang bimbang dan ragu
untuk mengimani dan mengikuti Tuhan Yesus satu-satunya jalan keselamatan hidup kita.  

Porisman Lubis at 10:55 AM

No comments:
Post a Comment


Home

View web version

Powered by Blogger.

Khotbah dan Renungan Kristen


Kumpulan Bahan dan Khotbah Kristen terbaru, Kumpulan renungan kristen, Ilustrasi
Khotbah, Ayat Emas Alkitab, Kumpulan Gambar Tuhan Yesus Kristus
 Home ▼
Saturday, September 12, 2020

Pengkhotbah 2: 4-11 Segala Sesuatu Adalah Kesia-


siaan
Bacaan firman Tuhan: Pengkhotbah 2: 4-11
Kita harus jujur mengatakan bahwa tidak ada dari kita yang menolak berpenghasilan tinggi,
memiliki banyak harta bahkan jika mungkin kita bisa mendapatkan apapun yang hendak
kita inginkan. Namun kitab penghotbah mengatakan setelah aku menyelidiki semuanya itu,
dan dia dapat mencapai semuanya itu, apapun yang disebut dengan kenikmatan dalam
dunia ini telah dirasakannya, namun dia berkata bahwa semuanya adalah kesia-siaan dan
usaha menjaring angin.

Mengapa pengkhotbah berkata bahwa itu semua adalah kesia-siaan? Pengkhotbah


memperingatkan kita bahwa ketika kita telah mencapai apapun yang disebut dengan
kebahagiaan maupun kenikmatan dalam dunia ini semuanya akanberakhir dengan kesia-
siaan. Kita hanya menyusahkan diri berusaha mencapai sesuatu yang nyatanya setelah kita
mencapainya yang kita dapat adalah kesia-siaan. Apapun yang kita sebut dengan
kenikmatan dan kebahagiaan dalam hidup di dunia ini, dan setelah kita mencapainya kita
akan tersadar bahwa ternyata tidak ada kebahagiaan atau kenikmatan bisa kita jumpai
disitu. Anda berusaha untuk memiliki handphone yang telah lama anda dambakan untuk
memilikinya, dan akhirnya anda berhasil memilikinya, namun lihatlah berapa lama
kebahagiaan itu tetap tinggal bersama anda? Tidak butuh waktu yang lama kebahagiaan itu
akan lenyap. Dan lebih dalam lagi, kita diingatkan bahwa pencapaian apapun yang telah
kita raih dalam hidup ini, pada akhirnya akan kita tinggalkan, tidak ada yang bisa kita bawa
mati selain dari perbuatan kita selama kita hidup di dunia ini yang nantinya akan kita
pertanggungjawabkan pada hari penghakiman (Wahyu 14:13).

Maka, bagaimana kita dapat memaknai kehidupan di dunia ini jika pada akhirnya adalah
kesia-siaan? Semua kebahagiaan dan kenikmatan dalam dunia ini memang pada akhirnya
adalah kesia-siaan, namun tidak demikian halnya bagi orang yang hidup dalam Tuhan.
Orang yang hidup di dalam Tuhan bukan sedang mencari kebahagiaan dan kenikmatan
dunia yang sia-sia, namun sedang menjalani kehidupan di dunia ini menuju kehidupan
yang kekal, yaitu kebahagiaan yang sejati. Jika di dunia ini kita dapat merasakan apa yang
disebut dengan kebahagiaan ataupun kenikmatan maka itu adalah berkat Tuhan yang harus
kita syukuri, namun tujuan hidup orang beriman tidak berhenti disitu,

Jalan kebenaran dan hidup yang sejati telah perlihatkan oleh Tuhan Yesus kepada kita,
supaya langkah hidup kita tidak berhenti hanya untuk menikmati sesuatu yang pada
akhirnya adalah kesia-siaan, tetapi Tuhan mau menuntun kita kepada kehidupan yang
sejati, yaitu kehidupan yang kekal yang telah disediakan bagi setiap orang yang percaya
dan yang setia kepada tuntunanNya.

Manusia di dunia ini bisa saja mengusahakan dengan segala upaya untuk mencapai
kebahagiaan hidup yang diinginkannya, namun jika itu dilakukannya di luar Tuhan, maka
itu semua akan berakhir dengan kesia-siaan, namun jika manusia itu mengusahakan segala
sesuatu dalam hidupnya adalah untuk kemuliaan nama Tuhan, maka hidup bersama Tuhan
tidak ada yang sia-sia.

Porisman Lubis at 2:03 AM

No comments:
Post a Comment


Home

View web version

Powered by Blogger.

Khotbah dan Renungan Kristen


Kumpulan Bahan dan Khotbah Kristen terbaru, Kumpulan renungan kristen, Ilustrasi
Khotbah, Ayat Emas Alkitab, Kumpulan Gambar Tuhan Yesus Kristus
 Home ▼
Tuesday, September 8, 2020

Galatia 5: 19-21 Hidup Dalam Perbuatan Daging Tidak


Mendapat Tempat Dalam Kerajaan Allah
 

Bacaan Firman Tuhan: Galatia 5: 19-21

Kedatangan Tuhan Yesus ke dunia adalah untuk menyelamatkan manusia dari kuasa dosa
yaitu dengan memberitakan kabar baik tentang Kerajaan Allah (Lukas 4:43). Tuhan Yesus
mengajarkan banyak hal tentang Kerajaan Allah supaya manusia dapat memahaminya, baik
melalui pengajaran dan juga perumpamaan. Supaya melalui kedatangan Tuhan Yesus maka
nyatalah pemisahan orang yang hidup dalam Kerajaan Allah dengan orang yang hidup
dalam kuasa dosa, sebagaimana yang Tuhan Yesus katakan di Matius 10:34 “Aku datang
bukan untuk membawa damai, melainkan pedang”. Dengan dedatangan Yesus nyatalah
pemisahan yang akan menolong manusia untuk menentukan jalan hidupnya mana jalan
kebenaran dan hidup dan mana jalan yang menuju kebinasaan.

Untuk tetap dapat teguh berjalan dijalan kebenaran maka kita harus berjuang melawan
keinginan daging. Maka Tuhan Yesus telah memberi kita Roh Kudus tinggal didalam kita
untuk dapat melawan segala keinginan daging (Yoh. 14: 16-17). Dalam nas firman Tuhan
bagi kita saat ini, rasul Paulus mengajarkan bahwa keinginan daging dan keinginan Roh
akan berlawanan dan bertentangan (ay.16-17). Jika kita memberi diri dipimpin oleh Roh
maka dari dalam diri kita akan menentang segala bentuk keinginan daging, seperti yang
telah dijelaskan dalam nas ini ada percabulan, penyembahan berhala, perselisihan, iri hati,
kemabukan dan lain sebagainya.

Ada begitu banyak keinginan daging yang dapat menghambat jalan kita untuk mewarisi
Kerajaan Allah. Namun rasul Paulus mengajarkan kepada kita, bahwa kuasa Roh dalam diri
kita akan menerangi jalan hidup kita untuk dapat melihat mana keinginan daging yang
harus kita hindari (ay. 19-21) dan mana buah Roh (ay. 22-23) yang harus kita hidupi.

Untuk dapat melawan keinginan daging tentu bukanlah hal yang mudah, namun bukan
artinya tidak dapat kita kalahkan. Tuhan Yesus telah memberikan kepada kita petunjuk
untuk dapat mengalahkan keinginan daging sebagaimana yang diajarkan Tuhan
Yesus “Setiap orang yang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul
salibnya setiap hari dan mengikut Aku” (Lukas 9:23). Menyangkal diri lebih mudah kita
pahami adalah seperti doa Tuhan Yesus “Bukan kehendak-Ku, ya bapa, melainkan
kehendak-Mulah yang jadi”. Dalam hidup ini tentu kita memiliki harapan dan keinginan
yang hendak kita capai, namun terkadang untuk menggapainya kita bisa saja berbenturan
dengan keinginan daging yang dapat menjatuhkan kita ke dalam dosa, maka sebagai
pengikut Yesus kita harus membuat keputusan yang benar seperti yang Tuhan Yesus
ajarkan “apa gunanya seorang memperoleh seluruh dunia, tetapi ia membinasakan atau
merugikan dirinya sendiri?” (Lukas 9:25). 

Memilih keputusan yang benar untuk hidup dalam kehendak Tuhan maka kita juga harus
siap menerima penderitaan oleh karena keteguhan iman kita. Setiap orang memiliki salib
yang berbeda-beda untuk dipikulnya, ada seorang karyawan yang tidak naik jabatan karena
imannya, ada yang mau mengalah dan mengorbankan diri untuk kebaikan bersama, dan
masih banyak lagi bentuk dari salib yang harus siap kita tanggung. Namun dari semuanya
itu, rasul Petrus mengajarkan supaya kita bersukacita menanggung semuanya itu, sebab
dengan menanggung semuanya itu kita telah mendapat bahagian dalam penderitaan
Kristus (1 Petrus 4:12-14). 
Tuhan juga menuntut kesetiaan dan ketaatan kita untuk mau digembalakan oleh Tuhan
disepanjang hidup kita. Mengikut Yesus berarti kita telah menyerahkan hidup untuk
dipimpin oleh Tuhan bukan lagi keinginan duniawi. Kita mau untuk selalu belajar,
membenahi diri untuk semakin baik dan disempurnakan sehingga kita layak menjadi
pewaris Kerajaan Allah.

    

Porisman Lubis at 10:02 AM

No comments:
Post a Comment


Home

View web version

Powered by Blogger.

Khotbah dan Renungan Kristen


Kumpulan Bahan dan Khotbah Kristen terbaru, Kumpulan renungan kristen, Ilustrasi
Khotbah, Ayat Emas Alkitab, Kumpulan Gambar Tuhan Yesus Kristus
 Home ▼
Friday, September 4, 2020

Matius 27: 1-10 Yudas Menghianati Yesus


 

Bacaan Firman Tuhan: Matius 27: 1-10

Yudas dan juga para imam-imam Yahudi menghargai nyawa Yesus dengan 30 uang perak,
sementara bagi Yesus betapa sangat berharganya hidup manusia itu supaya jangan ada
seorangpun binasa, dan Dia memberikan diriNya sendiri menjadi korban bagi keselamatan
hidup semua manusia.
Dalam nas ini kita dapat melihat bagaimana penyesalan Yudus atas perbuatannya yang
telah menghianati Tuhan Yesus dengan menyerahkanNya kepada para imam dengan
imbalan 30 uang perak. Dia menyesal atas perbuatannya setelah mengetahui bahwa
ternyata Yesus akan dijatuhi hukuman mati, begitu sangat menyesalnya dia sampai
mengembalikan uang itu dan sampai bunuh diri. Dari sini kita dapat melihat bahwa
mungkin saja rencana penghianatan Yudus ini bukanlah semata-mata hanyalah karena
uang, namun bisa juga ada rencana Yudas yang lain, berharap bahwa Yesus akan bertindak
lebih agresif, karena mungkin dalam pikirannya tidak mungkin Yesus dijatuhi hukuman
mati, karena orang Yahudi tidak memiliki wewenang untuk menghukum mati ketika itu.
Walaupun Yesus sudah berkali-kali mengatakan kepada murid-muridNya bahwa Dia akan
menderita dan mati dibunuh, namun murid-muridNya masih sulit memahami ucapan
Tuhan Yesus itu. Namun apapun yang menjadi motif ataupun alasan penghianatan Yudas
ini, dia menanggung akibat dari dosanya yang telah menghianati Yesus dengan
merendahkan Yesus dengan nilai 30 uang perak.

Firman Tuhan hendak mengajarkan kita bahwa betapa berharganya kita (manusia) bagi
Tuhan. Karena begitu berharganya, bahkan Dia yang adalah Tuhan saja sampai
memberikan hidupNya hanya untuk keselamatan manusia agar tidak binasa karena dosa
(Yoh. 3:16). Tuhan menghargai hidup manusia itu dengan menyerahkan hidupNya sendiri
di kayu salib, bahkan Dia menghargai hidup kita ini bukan karena kebenaran kita tetapi
justru adalah karena kejahatan kita. Begitulah kasih Allah akan hidup kita, namun sekarang
bagaimana dengan kita manusia? Firman Tuhan berkata kepada kita di 1 Yohanes 4:11
dikatakan “jikalau Allah sedemikian mengasihi kita, maka haruslah kita juga saling
mengasihi.”

Yudas dan imam-imam Yahudi telah memperlihatkan kepada kita bahwa dosa telah
membuat rendah harga diri manusia. Betapa rusaknya kehidupan manusia dibuat oleh dosa
itu, ketika keinginan duniawi dan uang lebih berharga dari nyawa manusia. Melalui
pemberitaan di media atau mungkin kejadian yang pernah kita ketahui bahwa ada banyak
kasus bahwa peri kemanusiaan yang hilang hanya karena uang ataupun karena keinginan
yang tidak terpenuhi. Ada anak yang membunuh ibu atau ayahnya ataupun sebaliknya ada
ayah maupun ibu yang membunuh anak kandungnya sendiri, ada juga yang membunuh
saudaranya sendiri. Sampai saat ini juga perdagangan manusia masih saja terus terjadi,
mempekerjakan seseorang dibawah tekanan dan penyiksaan yang dibuat menjadi mesin
pencetak uang.

Sama seperti Yudas yang walaupun adalah seorang dari murid Tuhan Yesus namun pada
akhirnya menghianati Yesus, maka potensi untuk menghianati Yesus juga bisa terjadi
kepada setiap orang. Maka nas ini menjadi peringatan bagi kita untuk selalu berhati-hati
akan tipu daya si iblis. Apapun yang sedang kita hadapi dalam hidup ini, meninggalkan
iman, menghianati Yesus dan menyangkal Yesus bukanlah pilihan yang baik, tidak ada
kebaikan yang akan kita dapatkan selain dari kebinasaan.

Porisman Lubis at 9:35 AM

No comments:
Post a Comment


Home

View web version

Powered by Blogger.

Khotbah dan Renungan Kristen


Kumpulan Bahan dan Khotbah Kristen terbaru, Kumpulan renungan kristen, Ilustrasi
Khotbah, Ayat Emas Alkitab, Kumpulan Gambar Tuhan Yesus Kristus
 Home ▼
Saturday, August 29, 2020

Ulangan 18: 9-14 Menang Atas Kuasa Kegelapan


 

Bacaan Firman Tuhan: Ulangan 18: 9-14

Dalam alkitab, kita dapat melihat banyak cara yang dilakukan oleh iblis untuk menggoda,
memperdaya dan menyesatkan manusia untuk menentang Allah, salah satu pekerjaan dari
iblis itu adalah menjerumuskan kita ke dalam kuasa kegelapan. 

Berbagai bentuk kuasa kegelapan telah banyak dilakukan oleh manusia dari dahulu sampai
sekarang. Ada orang yang hidup dalam kuasa kegelapan karena belum mengenal
kebenaran Injil Kristus, namun setelah percaya kepada Yesus mereka akhirnya
meninggalkan semua segala bentuk praktek kuasa kegelapan itu. Seperti yang kita dapat
lihat di epistel minggu ini, banyak orang akhirnya meninggalkan praktek-praktek kuasa
kegelapan ketika mereka mengetahui bahwa iblis tahluk kepada nama Yesus. Itulah
sebabnya bahwa Injil harus diberitakan sampai ke seluruh dunia, yang percaya akan
diselamatkan tetapi yang tidak percaya akan binasa. Namun ada juga yang telah percaya
kepada Tuhan Yesus, akan tetapi praktek-praktek kuasa kegelapan masih saja dilakukan.
Katanya beriman, tetapi masih juga mengantongi jimat, berkomunikasi dengan orang mati,
bertanya kepada dukun. Firman Tuhan tegas mengatakan “Jangan ada allah lain di
hadapanKu”.

Nas firman Tuhan bagi kita minggu ini mengingatkan kita tentang peringatan yang
disampaikan kepada umat Israel, bahwa tanah perjanjian yang akan mereka diami itu ada
orang kafir yang hidup dalam kuasa kegelapan, maka jangan sampai mereka meniru
perbuatan orang kafir itu, karena itu adalah kekejian bagi Tuhan.

Firman Tuhan hendak mengingatkan umatnya, bahwa umat Allah harus mempunyai
integritas, identitas yang jelas sebagai umat pilihan Allah, jangan sampai umat Tuhan
membenarkan kebiasaan, tetapi umat Tuhan haruslah hidup dalam kebenaran firman
Tuhan Tuhan. Jika orang lain melakukan praktek-praktek kuasa kegelapan jangan kita
menjadi ikut-ikutan meniru mereka, tetapi kita harus mampu menjadi umat Tuhan yang
berintegritas yang hanya percaya kepada kuasa Tuhan benar.

Itulah sebabnya Tuhan menghalau orang kafir itu keluar dari tanah Kanaan, sebab tidak ada
tempat bagi penyembah iblis dapat tinggal di tanah yang diberkati oleh Tuhan, tanah yang
diberkati oleh Tuhan itu adalah tempat umat pilihan yang dikuduskan oleh Tuhan bukan
tempat orang-orang yang menyembah iblis. Sebagaimana juga yang tertulis di 1 Korisntus
6:9-10 bahwa penyembah berhala tidak akan mendapat bagian dalam kerajaan Allah.
Firman Tuhan dengan tegas mengatakan kepada kita bahwa tidak ada tempat dalam
kerajaan sorga bagi orang-orang yang menyerahkan dirinya diperbudak oleh kuasa iblis.

Sesuai dengan topik minggu kita “menang atas kuasa kegelapan”. Maka bagaimana supaya
kita tidak jatuh ke dalam kuasa kegelapan? Maka kita harus memiliki suatu prinsip dasar
hidup yang menjadi integritas jati diri kita sebagai umat Tuhan, sebagaimana yang tertulis
di Yakobus 1:17 dikatakan “Setiap pemberian yang baik dan setiap anugerah yang
sempurna, datangnya dari atas, diturunkan dari Bapa segala terang; pada-Nya tidak ada
perubahan atau bayangan karena pertukaran.” Maka jangan pernah kita berharap
mendapatkan kebaikan dalam hidup ini selain dari Tuhan, jika kita mau mencari kebaikan
di luar Tuhan, yang kita dapat hanyalah kebinasaan. Tidak ada jalan keselamatan yang lain
selaian daripada Tuhan Yesus yang telah menyerahkan hidupNya bagi keselamatan kita.
Berhala mana, kuasa kegelapan mana yang mau memberikan dirinya untuk keselamatan
kita?
Banyak cara dan jalan yang bisa dipakai oleh iblis untuk menggoda kita untuk
menyembahnya supaya kita masuk dalam kuasa kegelapan. Bisa itu karena sakit penyakit,
pekerjaan, biar bisa cepat naik pangkat, supaya usaha berhasil, bisa juga karena sakit hati,
dendam. Ini adalah beberapa contoh titik-titik rawan yang dapat dimanfaatkan oleh si iblis
untuk menyesatkan kita. Maka jika iman kita tidak kuat, kita tidak mempunyai integritas
iman yang jelas, maka ini bisa menjadi celah untuk dipakai si iblis menjatuhkan kita ke
dalam kuasa kegelapan.

Dalam nas ini ada beberapa contoh kuasa kegelapan yang harus kita hindari:

1.     Mempersembahkan anak menjadi korban

Dari sini kita sudah dapat melihat dengan jelas betapa kejinya kuasa kegelapan itu,
anak kandungnya sendiri pun dikorbankan, praktek seperti ini dapat juga dikatakan
memutus urat nadi peri kemanusiaan seseorang. di zaman sekarang praktek seperti
ini ada ataupun tidak lagi ada, namun ada makna yang dapat kita ambil, yaitu
ketika kita mau tunduk pada kuasa kegelapan, peri kemanusiaan kita bisa putus,
kita akan menjadi senjata iblis yang siap dipakainya kapan saja untuk
menghancurkan hidup sesama kita manusia. (molo nungga adong hata na mandok
songon on: “na diulaulai jolma do on” nungga boi ragam panghorhon ni on).

Praktek mengorbankan anak menjadi korban jika di zaman sekarang bisa dikatakan
bisa jauh lebih banyak terjadi, jika dahulu hal ini dilakukan dengan bentuk ritual,
namun sekarang bisa terjadi dengan sembunyi-sembunyi yaitu dengan
menggugurkan kandungan. Kita dapat melihat bagaimana si iblis merusak peri
kemanusiaan seseorang sampai tega membuang janin, membuang bayi ke tempat
sampah.

2.     Ramalan

Karena kita memang tidak bisa mengetahui tentang apa yang akan terjadi di masa
yang akan datang, sehingga wajar-wajar saja jika kita kadang mau bertanya-tanya
seperti apa nantinya hidupku?, apakah dia ini memang benar-benar jodohku?
Namun jika penasaran kita itu berlebihan sampai bertanya kepada “paranormal”
atau ke “peramal”, atau kalau dari kita masih ada yang percaya kepada ramalan
zodiak, maka ini bisa menjadi celah bagi si iblis untuk menyesatkan kita. Padahal
hidup kita di masa depan bukan ditentukan oleh ramalan manusia dan jalan hidup
kita bukan di tentukan oleh iblis, tetapi hidup kita bergantung pada Tuhan. Amsal
16: 9 dikatakan “Hati manusia memikir-mikirkan jalannya, tetapi Tuhanlah yang
menentukan arah langkahnya.” Di Matius 6:34 Tuhan Yesus juga katakan “Sebab itu
janganlah kamu kuatir akan hari besok, karena hari besok mempunyai
kesusahannya sendiri. Kesusahan sehari cukuplah untuk sehari.”

3.     Sihir/mantera

Ilmu sihir maupun mantera dilakukan orang untuk mencapai tujuan tertentu
dengan melibatkan kuasa kegelapan, atau bisa juga dikatakan bersekutu dengan
iblis untuk mencapai tujuan atau keinginan. Tergantung tujuannya, entah dia mau
cepat kaya, tahan bacok, ya entah apapun itu. Tetapi kita yang telah percaya kepada
Tuhan Yesus, kesungguhan iman kita kepada Yesus sudah lebih dari cukup.
Apapun harapan, keinginan, cita-cita kita, mari kita katakan “Tuhan adalah
kekuatanku” “Tuhan adalah gembalaku” Tuhan adalah keselamatanku” biarlah
hidup mati kita di tangan Tuhan, jangan serahkan hidupmu kepada iblis.

4.     Bertanya kepada arwah orang mati

Jika sudah kematian yang memisahkan, maka tidak ada lagi komunikasi yang dapat
kita lakukan kepada orang yang sudah mati. Namun jika ada yang mengatakan bisa
berbicara kepada orang yang sudah mati, sebenarnya dia bukan berbicara kepada
orang yang sudah mati itu, tetapi berbicara kepada iblis. Si iblis dengan tipu
dayanya bisa saja menirukan persis seperti orang yang sudah mati itu. Jika kita ada
bersama dengan Tuhan yang hidup, mengapa kita bertanya kepada orang yang
sudah mati? Tidak ada yang bisa dilakukan orang yang sudah mati kepada kita,
tetapi Tuhan dapat berbuat banyak kebaikan dalam kehidupan kita. Berdoalah
kepada Tuhan, bacalah firman Tuhan supaya kita mendapatkan hikmat menjalani
kehidupan ini.

Kuasa kegelapan hanyalah satu dari sekian banyak tipu daya yang dilakukan si iblis
untuk menjauhkan kita dari Tuhan. Tetaplah kita ingat apa yang tertulis di 1 Petrus
5:8 “Sadarlah dan berjaga-jagalah! Lawanmu, si Iblis, berjalan keliling sama
seperti singa yang mengaum-aum dan mencari orang yang dapat ditelannya.” Maka
apa yang dapat kita lakukan untuk menang melawan kuasa kegelapan?  Di Yakobus
4: 7 dikatakan “Karena itu tunduklah kepada Allah, dan lawanlah Iblis, maka ia
akan lari dari padamu!”

Porisman Lubis at 9:10 AM
No comments:
Post a Comment


Home

View web version

Powered by Blogger.

Khotbah dan Renungan Kristen


Kumpulan Bahan dan Khotbah Kristen terbaru, Kumpulan renungan kristen, Ilustrasi
Khotbah, Ayat Emas Alkitab, Kumpulan Gambar Tuhan Yesus Kristus
 Home ▼
Tuesday, August 25, 2020

Kisah Para Rasul 19:13-20 Nama Yesus Bukan


Mantera
 Bacaan Firman Tuhan: Kisah Para Rasul 19:13-20

Tujuh orang anak dari imam Yahudi yaitu Skewa yang menjadi tukang jampi menggunakan
nama Tuhan Yesus untuk mengusir roh jahat. Namun yang terjadi bukan roh jahat itu yang lari,
namun mereka yang menggunakan nama Yesus menjadi jampi itulah yang akhirnya lari
telanjang dan luka-luka dibuat oleh orang yang dirasuki roh jahat itu.

Mungkin para tukang jampi itu telah mendengar bahwa banyak muzijat-muzijat yang luar biasa
telah dilakukan oleh Paulus ketika melakukan pemberitaan Injil (ayat 11-12). Para tukang jampi
itu mencoba menggunakan nama Yesus dengan harapan bahwa mereka juga akan seperti
Paulus dapat mengadakan muzijat. Namun yang terjadi justru roh jahat itu mempertanyakan
tindakan mereka menggunakan nama Yesus, roh jahat itu berkata “Yesus aku kenal, dan
Paulus aku ketahui, tetapi kamu, siapakah kamu?

Roh jahat itu pastinya akan ditahlukkan oleh kuasa Tuhan Yesus, sebagaimana yang dilakukan
oleh Paulus, tetapi apa yang dilakukan oleh tukang jampi itu bukanlah untuk pemberitaan Injil
tetapi untuk mencari keuntungan dengan menggunakan nama Yesus. Para tukang jampi itu
berharap bahwa nama Yesus bisa menjadi jampi yang mendatangkan keuntungan. Jika hal itu
bisa dilakukan oleh tukang jampi itu, maka Tuhan Yesus tidak ada bedanya dengan nama-nama
atau mantra-mantra lainnya yang biasa diucapkan oleh para tukang jampi. 
Dari sini kita dapat melihat bahwa nama Tuhan Yesus tidak dapat dipermainkan oleh manusia.
Kita tidak bisa menyamakan kuasa Tuhan dengan kuasa-kuasa roh jahat, justru sebaliknya siapa
yang hendak bermain dengan roh jahat maka roh jahat itu sendiri yang akan balik menyerang.

Dari sini kita belajar bahwa pada dasarnya roh jahat itu akan tahluk di bawah kuasa Tuhan
Yesus sebagaimana yang tertulis di 1 Korintus 15: 27 “Sebab segala sesuatu telah
ditaklukkan-Nya di bawah kaki-Nya.” Jika roh jahat saja tahu bahwa kuasa Tuhan Yesus dapat
menahlukkannya apalagi kita manusia tentulah dia tahu akan kejahatan kita. Jika Paulus dapat
melakukan tanda-tanda muzijat dalam nama Tuhan Yesus adalah karena kuasa Tuhanlah yang
bekerja dan memberikan Paulus panggilan untuk memberitakan Injil, sementara para tukang
jampi itu tidak memiliki dasar menggunakan nama Yesus.

Dalam kehidupan kekristenan, walaupun seseorang telah mengaku percaya bisa saja seseorang
itu masih menggunakan mental maupun pola hidup orang-orang yang menyembah berhala.
Misalnya saja menggunakan salib atau alkitab menjadi seperti ‘jimat’, ataupun seperti yang
dilakukan oleh tukang jampi dalam nas ini menggunakan nama Yesus dalam keseharian
hidupnya, namun apa yang dia kerjakan, kehidupannya, sikapnya, perilakunya tidak
memperlihatkan bahwa dia adalah seorang yang beriman kepada Yesus. Ada juga yang
beraggapan bahwa jika sudah di baptis dan mengaku percaya maka sudah otomatis
diselamatkan dan mendapatkan tempat dalam kerajaan sorga sementara kehidupannya tidak
memperlihatkan pertobatan.

Kita percaya bahwa kuasa Tuhan itu berkuasa dalam hidup ini, sekalipun ada kuasa jahat yang
hendak mengganggu kehidupan kita, namun kita percaya bahwa tidak ada yang dapat
memisahkan kita dari kasih Kristus (Roma 8: 38-39). Tuhan menyatakan kuasaNya dalam
kehidupan kita adalah untuk memperbaharui kehidupan kita menjadi manusia yang berkenan
dalam kerajaan sorga supaya jiwa kita mendapatkan keselamatan bukan menjadi mantera yang
kita salah gunakan hanya untuk keselamatan tubuh kita yang fana ini.  

Porisman Lubis at 3:02 AM

No comments:
Post a Comment


Home

View web version


Powered by Blogger.
Khotbah dan Renungan Kristen
Kumpulan Bahan dan Khotbah Kristen terbaru, Kumpulan renungan kristen, Ilustrasi
Khotbah, Ayat Emas Alkitab, Kumpulan Gambar Tuhan Yesus Kristus
 Home ▼
Thursday, August 6, 2020

Kolose 3: 22-25 Bekerja Untuk Tuhan


Bacaan Firman Tuhan: Kolose 3: 22-25

Hai hamba-hamba, taatilah  tuanmu  yang di dunia  ini dalam segala hal, jangan  hanya di  hadapan
mereka  saja untuk menyenangkan mereka, melainkan  dengan  tulus  hati  karena takut  akan Tuhan.
Apapun  juga yang  kamu perbuat, perbuatlah  dengan segenap  hatimu  seperti  untuk
Tuhan  dan  bukan  untuk manusia. Kamu tahu, bahwa  dari  Tuhanlah  kamu akan menerima  bagian
yang ditentukan  bagimu sebagai upah. Kristus  adalah tuan  dan kamu hamba-Nya. Barangsiapa
berbuat kesalahan, ia akan menanggung  kesalahannya  itu, karena Tuhan tidak  memandang orang.

Mulai dari halaman pertama Alkitab kita, firman Tuhan sudah memperlihatkan kita tentang
budaya kerja, kita lihat di Kejadian 1: 1 “Pada mulanya Allah menciptakan langit dan
bumi”. Allah memulai firmanNya dengan bekerja yaitu untuk menjadikan segala
sesuatunya, Tuhan tidak bekerja hanya sebatas mencipta, namun Dia juga tetap terus
bekerja bahkan pekerjaanNya lebih nyata lagi Dia datang ke dunia di dalam Tuhan Yesus
Kristus. Yesus bekerja menyatakan Kerajaan sorga di dunia ini. Apakah Tuhan berhenti
bekerja setelah Dia naik kembali ke sorga? Tidak.... Dia terus bekerja melalui Roh Kudus,
Dia bekerja di dalam hati dan pikiran kita. Di Yohanes 5:17 Tuhan Yesus berkata “Bapa-Ku
bekerja sampai sekarang, maka Akupun bekerja juga”. Maka demikian juga kita umat
Tuhan, jika Tuhan saja terus bekerja, masa kita bermalas-malas, orang yang beriman, orang
yang percaya kepada Tuhan Yesus adalah orang-orang yang rajin bekerja.

Mungkin Tuhan jadi bigung lihat kita, ketika kita berdoa supaya di berkati, supaya diberi
berkat tapi kita malas bekerja, gimana Tuhan mau kasi berkatNya? Emang kita ini siapa....
kita rebahan buka facebook trus maunya Tuhan bekerja keras mendatangkan berkatNya
kepada kita? Emang kita ini boss nya Tuhan yang seenaknya kita suruh-suruh?  Di 2
Tesalonika 3:10 dikatakan “Jika seorang tidak mau bekerja, janganlah ia makan”.

Amsal 6: 6 di epistel kita tadi di katakan “Hai pemalas, pergilah kepada semut,
perhatikanlah lakunya dan jadilah bijak” semut saja bekerja untuk bekal hidupnya, apalagi
kita manusia yang dianugerahi akal dan pikiran.
Firman Tuhan bagi kita minggu ini hendak mengajar kita lebih jauh dalam hal bekerja, umat
Tuhan juga dalam hal bekerja jangan asal kerja, tanpa memperdulikan bagaimana dia
bekerja, yang penting kerja, tetapi Tuhan mengendaki kita supaya menjadi pekerja yang
profesional, pekerja yang terampil, pekerja yang dapat dipercaya. Dalam nas kita dikatakan
disitu “Hai hamba-hamba, taatilah tuanmu  yang di dunia  ini dalam segala hal,
jangan hanya di  hadapan mereka saja untuk menyenangkan mereka,
melainkan dengan tulus hati  karena takut akan Tuhan”. Maka jangan kita menggunakan
tipu daya dalam bekerja.

Apapun yang menjadi profesi dan pekerjaan kita, selama pekerjaan itu adalah pekerjaan
yang baik di hadapan Tuhan, kita harus mengerjakannya dengan kesungguhan, firman
Tuhan berkata “perbuatlah dengan segenp hatimu, seperti untuk Tuhan dan bukan untuk
manusia”.

Apapun profesi kita, apapun pekerjaan kita, di perusahaan manapun kita bekerja, ingatlah
bahwa kita adalah pekerja Tuhan, kita bekerja buat Tuhan bukan untuk manusia. sekalipun
kita mendapatkan gaji atau upah dari tempat kita bekerja, tetapi sesungguhnya itu adalah
berasal dari Tuhan, firman Tuhan berkata dalam nas ini “upah kita berasal dari Tuhan”, jika
kita menerima upah dari Tuhan berapa pun gaji atau upah kita, itu akan menjadi berkat dan
kebaikan bagi hidup kita. Namun jika kita mendapat upah dari hasil tipu daya, kecurangan,
korupsi, maka seberapapun banyaknya tidak akan mendatangkan kebaikan dalam hidup
kita. Jika kita mengusahakan yang terbaik bagi Tuhan, maka Tuhan juga pasti akan
memberikan yang terbaik bagi kita,

Kesetiaan kita kepada Tuhan harus juga nyata dimana kita bekerja. Apapun pekerjaan kita
bukan menjadi alasan bagi kita untuk semakin jauh dari Tuhan, justru pekerjaan kita itu
semakin membuat kita dekat kepada Tuhan,

Ketika kita bekerja dalam suatu pekerjaan, Kita harus ingat bahwa kita bekerja di ladang
Tuhan dan kita adalah pekerja-pekerja Tuhan. Maka jangan ada dari antara kita yang
minder, malu dengan profesinya, selama itu pekerjaan yang berkenan bagi Tuhan, tetaplah
kita mensyukuri dan bersukacita dalam pekerjaan kita.

Lihatlah Tuhan Yesus, dimana Dia bekerja, walaupun Dia adalah Tuhan, tetapi Dia tidak
hanya tinggal di bait suci, tetapi tempat kerjaNya ada di semua tempat. Di jalan, di tepi
danau, di pinggir kolam, di pinggir sumur, di pasar, di taman, di rumah-rumah. Maka
dimanapun kita bekerja, kita tidak bisa meninggalkan iman kita di rumah, kita juga harus
mengerjakan segala pekerjaan kita di dalam iman, supaya apa yang kita kerjakan menjadi
berkat bagi diri kita dan juga berkat bagi sesama kita.
Dalam dunia kerja kita bisa berhadapan dengan berbagai tantangan, persaingan yang tidak
sehat, iri hati, kebosanan, kejenuhan, godaan uang, perselingkuhan. Semua tantangan itu
bisa kita hadapi jika kita tetap memiliki kesadaran bahwa dimana tempat kita bekerja
adalah ladang Tuhan. Kita bekerja di ladang Tuhan, seperti lagu rohani “ayo kerja buat
Tuhan sungguh senang-senang eee”

Ketika kita bekerja bersama dengan iman kita, maka kita pasti akan bisa mengalahkan
kemalasan, kebosanan, kecurangan. Tuhan akan selalu memberi kita semangat kerja,
sukacita, kekuatan yang baru, ingatlah apa yang dikatakan Tuhan Yesus di Lukas 16:
10 "Barangsiapa setia  dalam perkara-perkara kecil, ia setia juga  dalam perkara-perkara
besar. Dan barangsiapa tidak benar dalam  perkara-perkara kecil, ia tidak
benar  juga dalam  perkara-perkara besar.”

Dalam hal bekerja, kita bisa mengambil pelajaran yang berharga dari perjalanan kehidupan
Yusuf, yaitu Yusuf yang di jual oleh saudara-saudaranya dan menjadi budak di tanah mesir.
Firman Tuhan bersaksi tentang kehidupan Yusuf, bahwa segala sesuatu yang di
kerjakannya berhasil karena Tuhan selalu beserta Yusuf. Padahal dia mendapatkan banyak
tantangan dalam pekerjaannya, mungkin saja kerinduannya kepada ayahnya karena dia
adalah anak yang dimanja ayahnya bisa mengganggu konsentrasinya, atau perlakuan buruk
saudara-saudaranya yang telah menjualnya menjadi budak bisa saja mengganggu
pikirannya bekerja, belum lagi banyak tantangan yang harus di hadapinya di tempat dia
bekerja, dia harus berhadapan dengan godaan istri potifar, dia di penjara. Namun karena
Yusuf bekerja bersama dengan penyertaan Tuhan, dia menjadi pribadi yang dapat di
percaya, sampai dia menjadi seorang penguasa tertinggi di Mesir. 

Semua tantangan yang kita hadapi di tempat kerja akan dapat kita atasi jika kita bekerja
bersama penyertaan Tuhan. Jika prinsip kerja kita hanya untuk manusia, kita bisa bosan,
malas, sakit hati, dendam, kita bisa menghalalkan kecurangan, tetapi ketika kita bekerja
membawa Iman, Pengharapan dan Kasih, maka Tuhan akan selalu memperbaharui
semangat dan kekuatan kita melakukan yang terbaik, bukun untuk manusia tetapi untuk
Tuhan.

Firman Tuhan di Roma 12: 11 berkata “Janganlah  hendaknya kerajinanmu kendor, biarlah


rohmu  menyala-nyala dan layanilah  Tuhan.”

Porisman Lubis at 8:51 PM

No comments:
Post a Comment


Home

View web version

Powered by Blogger.

Khotbah dan Renungan Kristen


Kumpulan Bahan dan Khotbah Kristen terbaru, Kumpulan renungan kristen, Ilustrasi
Khotbah, Ayat Emas Alkitab, Kumpulan Gambar Tuhan Yesus Kristus
 Home ▼
Tuesday, August 4, 2020

Amsal 6: 6-11 Hai Pemalas Belajarlah Dari Semut


Bacaan Firman Tuhan: Amsal 6:6-11

Hai pemalas, pergilah  kepada  semut, perhatikanlah  lakunya  dan jadilah bijak:  biarpun  tidak
ada  pemimpinnya, pengaturnya  atau penguasanya,    ia menyediakan  rotinya  di musim panas, dan
mengumpulkan  makanannya  pada waktu panen.    Hai pemalas, berapa lama  lagi engkau
berbaring? Bilakah  engkau akan bangun  dari tidurmu?    "Tidur  sebentar  lagi,
mengantuk  sebentar  lagi, melipat  tangan  sebentar  lagi untuk tinggal berbaring" --  maka
datanglah  kemiskinan  kepadamu seperti seorang penyerbu, dan kekurangan  seperti orang  yang
bersenjata.

“Ora et Labora” (bekerja dan berdoa) sudah merupakan istilah yang umum kita ketahui
bersama. Bahwa kehidupan rohani tidak terlepas dari kehidupan jasmani kita. Firman
Tuhan adalah kekuatan, hikmat dan semangat kita dalam menjalani kehidupan dengan
baik. Demikian halnya dengan bekerja dan menggunakan waktu yang Tuhan berikan
dengan baik, sebab waktu tidak dapat di putar kembali.

Tantangan bagi panggilan hidup kita dalam hal bekerja adalah kemalasan, yang mensia-
siakan waktu yang Tuhan berikan dalam hidupnya. Dalam kitab Amsal ini para pemalas di
ajukan suatu pertayaan: Hai pemalas, berapa lama lagi engkau berbaring? Bilakah  engkau
akan bangun dari tidurmu? "Tidur sebentar lagi, mengantuk  sebentar  lagi,
melipat  tangan  sebentar  lagi untuk tinggal berbaring"

Pemalas mensia-siakan waktu bekerja selagi hari masih siang, pemalas mensia-siakan waktu
bekerja selagi musim masih memungkinkan kita bekerja dengan maksimal. Maka kitab
Amsal memberi pengajaran supaya belajar dari semut, yang walaupun tidak mempunyai
pemimpin dan pengaturnya, namun semut giat bekerja mengumpulkan bekal hidupnya
ketika masih musim panas.

Dalam era digital saat ini, selain dampak positif yang kita terima dalam kehidupan ini yang
memberikan kita kemudahan dan informasi yang cepat untuk meningkatkan produktivitas
kerja, namun juga kita harus berhadapan dengan dampak negatifnya yang bisa membuat
kita jatuh ke dalam kemalasan, salah satunya adalah penggunaan media sosial yang tidak
terkontrol, bahkan jika tangan sudah refleks untuk menggenggam Handphone dan membuka
media sosial. Berapa lama kita menghabiskan waktu untuk media sosial sehingga
mengabaikan pekerjaan lain yang sebenarnya jauh lebih berguna dan bermanfaat.

Sebagaimana yang dikatakan oleh Tuhan Yesus “Bapa-Ku bekerja sampai sekarang, maka
Aku pun bekerja juga” (Yohanes 5:17). Bahwa nilai bekerja itu ditunjukkan dalam diri
Tuhan kita, mulai dari penciptaan sampai pada masa Yesus dan hingga saat ini melalui
Roh Kudus-Nya Tuhan kita tetaplah bekerja. Maka kita pun umat ciptaanNya di panggil
untuk ikut ambil bahagian dalam karya penciptaanNya, yaitu untuk mengusahakannya.
Jika Tuhan kita saja bekerja sampai saat ini, masakan kita umatNya bermalas-malasan
duduk bersilah tangan.

kita harus pahami bahwa sebagai umat Tuhan, bekerja tidak hanya sekedar memenuhi
kebutuhan hidup, tetapi ada makna yang lebih dalam dari situ. Sebagaimana Tuhan Yesus
mengatakan di dalam Yohanes 6: 27 “Bekerjalah, bukan untuk makanan yang akan dapat
binasa, melainkan untuk makanan yang bertahan sampai kepada hidup yang kekal”. Dari
sinilah kita memahami segala pekerjaan yang kita lakukan dalam kehidupan kita ini, bahwa
banyak yang dapat kita kerjakan, tetapi tidak semua pekerjaan itu berguna bagi kehidupan
kita dan juga untuk keselamatan kita. Sebagaimana nasehat Paulus yang
mengatakan “apapun juga yang kamu perbuat, perbuatlah dengan segenap hatimu seperti
untuk Tuhan dan bukan untuk manusia” (Kolose 3: 23). Maka yang kita perbuat dan
kerjakan tentulah perkerjaan yang baik yang membangun kehidupan jasmani dan rohani
kita. 

Maka dari itu, mari kita tinggalkan kemalasan dan kesibukan-kesibukan yang tidak
berguna. Mari kita gali segala potensi yang kita miliki, akan selalu ada jalan untuk berbuat
yang terbaik untuk diri kita dan juga iman kita. “Selamat bekerja, Tuhan Yesus memberkati..!”.
Porisman Lubis at 12:20 PM

No comments:
Post a Comment


Home

View web version

Powered by Blogger.
Khotbah dan Renungan Kristen
Kumpulan Bahan dan Khotbah Kristen terbaru, Kumpulan renungan kristen, Ilustrasi
Khotbah, Ayat Emas Alkitab, Kumpulan Gambar Tuhan Yesus Kristus
 Home ▼
Monday, July 27, 2020

Kisah Para Rasul 5:1-11 Ananias dan Safira


Mendustai Roh Kudus
Bacaan Firman Tuhan: Kisah Para Rasul 5: 1-11

Kita dapat pelajari bagaimana kehidupan jemaat mula-mula sebagaimana kesaksian yang
tertulis dalam kitab Kisah Para Rasul, khususnya di Kisah 4: 32-37 bahwa jemaat hidup
dengan penuh kasih saling membangun sebagai tubuh Kristus. Mereka hidup tanpa
berkekurangan sebab segala kepunyaan yang ada pada mereka menjadi milik bersama.
Mereka menjual segala kepunyaannya untuk di bawa dan meletakkannya di depan kaki
rasul-rasul.

Diantara jemaat mula-mula itu adalah Ananias dan Safira, pasangan suami istri yang juga
menjual sebidang tanah untuk di bawa kehadapan rasul-rasul. Namun ternyata hasil
penjualan tanah itu tidak diberikan semua kehadapan rasul-rasul, namun menahannya
sebahagian.

Rasul Petrus mengetahui kejahatan hati Ananias dan juga Safira, bahwa mereka tidak jujur,
apa yang mereka lakukan itu adalah mendustai Roh Kudus, bukan manusia yang mereka
dustai tetapi mereka mendustai Allah. Rasul Petrus menjelaskan bahwa pemberian segala
kepunyaan menjadi milik bersama itu bukanlah suatu tuntutan keharusan, bukan pula
tekanan kepada jemaat, namun Tuhan menyukai orang yang memberi dengan sukacita (2
Kor. 9:7), melakukan perbuatan baik, jangan seolah-olah dengan paksa, melainkan dengan
sukarela (Flm. 1:14).

Rasul Petrus menegaskan bahwa lebih baik mereka tidak menjual tanahnya sama sekali
daripada menjual untuk menahan sebagian uang hasil penjualannya. Lebih baik tidak usah
memberi jika pemberian itu bukan dari ketulusan bahkan hanya sekedar untuk
mendapatkan pujian. Rasul Petrus menyampaikan bahwa tanah itu selama belum
diseraahkan kepada rasul adalah kuasa mereka, mau diserahkan apa tidak bergantung pada
mereka, namun jika memang benar-benar mau memberikannya, maka selayaknya mereka
memberikannya dengan sepenuh hati, apa yang mereka jual dan berapa hasil penjualannya
sepenuhnya mereka persembahkan dengan ketulusan.
Ketika kita memberikan hati kita kepada Allah, kita tidak boleh memberikannya sebagian,
jika kita mengasihi Allah maka kasihilah dengan segenap hati, akal dan budimu. Sehingga
akibat dari dosa mereka yang mendustai Roh Kudus, Ananias dan Safira seketika itu juga
meninggal di depan kaki rasul Petrus.

Apa yang terjadi pada Ananias dan Safira ini mengingatkan kita dengan apa yang dikatakan
oleh Tuhan Yesus “Kamu  tidak dapat mengabdi  kepada Allah dan kepada Mamon." Jika
kita memang benar-benar mau memberikan hidup kita pada panggilan Tuhan Yesus maka
kita harus sepenuhnya memberikan diri kepada Tuhan, bukan setengah hati.

Orang yang setengah hati mengikut Yesus maka bisa seperti Ananias dan Safira ini, yang
diperbuatnya hanyalah kemunafikan dan menyalahgunakan nama Tuhan untuk mendapat
pujian bagi diri sendiri.

Kita mau di ajar, bahwa Tuhan tidak dapat didustai, apa yang kita lakukan secara
tersembunyi di hadapan manusia semuanya terlihat jelas di mata Tuhan. Kita bisa saja
mengelabui atau menutup-nutupi apa yang ada dalam hati kita di hadapan sesama kita
manusia, namun tidak ada yang tersembunyi di hadapan Tuhan, bahkan Tuhan sendiri
yang jauh lebih mengetahui siapa kita dibandingkan kita sendiri.

Kesungguhan iman dan kasih kita kepada Tuhan haruslah dengan kesungguhan
mempersembahkan hidup kita menjadi persembahan yang kudus di hadapan Tuhan. Iman
kita dengan sendirinya akan teruji kemurniannya dalam menghadapi setiap situasi dalam
kehidupan ini, dalam hubungan kita dengan sesama, dalam keluarga, dalam kehidupan
berjemaat, dalam pekerjaan dan juga hidup bermasyarakat. Tuhan melihat apa yang kita
perbuat, apa yang ada dalam hati kita.

Porisman Lubis at 10:14 PM

No comments:
Post a Comment


Home

View web version

Powered by Blogger.
Khotbah dan Renungan Kristen
Kumpulan Bahan dan Khotbah Kristen terbaru, Kumpulan renungan kristen, Ilustrasi
Khotbah, Ayat Emas Alkitab, Kumpulan Gambar Tuhan Yesus Kristus
 Home ▼
Thursday, July 23, 2020

Yohanes 13: 31-35 Perintah Tuhan Yesus Untuk


Saling Mengasihi
Bacaan Firman Tuhan: Yohanes 13: 31-35

Sesudah Yudas pergi, berkatalah Yesus:


"Sekarang Anak Manusia dipermuliakan dan Allah dipermuliakan di dalam Dia. Jikalau
Allah dipermuliakan di dalam Dia, Allah akan mempermuliakan Dia juga di dalam diri-Nya,
dan akan mempermuliakan Dia dengan segera. Hai anak-anak-Ku, hanya seketika saja
lagi Aku ada bersama kamu. Kamu akan mencari Aku, dan seperti yang telah
Kukatakan kepada orang-orang Yahudi: Ke tempat Aku pergi, tidak mungkin kamu datang,
demikian pula Aku mengatakannya sekarang juga kepada kamu. Aku
memberikan perintah baru kepada kamu, yaitu supaya kamu saling mengasihi; sama
seperti Aku telah mengasihi kamu demikian pula kamu harus saling mengasihi.
Dengan demikian semua orang akan tahu, bahwa kamu adalah murid-murid-Ku, yaitu
jikalau kamu saling mengasihi."

Kasih bukanlah hal yang aneh atau sesuatu yang jauh dari kehidupan kita, dalam
kehidupan kita sehari-hari kita tidak bisa lepas dari kasih, mulai dari kasih kita kepada diri
sendiri, kasih kepada anak dan keluarga, kasih kepada sahabat, dan lain sebagainya. Kasih
adalah kebaikan dalam diri manusia yang menjadi salah satu motor penggerak dalam
kehidupan kita. Apalagi dalam kekristenan, kasih sudah menjadi identitas atau tanda
pengenal yang melekat dalam hidup orang kristen.

Sama seperti pohon, sejatinya kasih itu haruslah berkembang, bertumbuh hingga
menghasilkan buah yang banyak. Namun masalahnya kasih yang ada dalam diri kita
adalah kasih yang kerdil, jangankan menghasilkan buah bertumbuh menjadi besar saja
tidak. Mengapa bisa demikian? Sebab kita membatasi kasih yang ada dalam diri kita, seperti
tanaman bonsai, dari bawah diberi pot yang kecil, dan dari atas daunnya yang selalu
dipangkas, sehingga kasih itu tetap kerdil.

Sebenarnya kasih itu haruslah bebas bertumbuh dalam diri kita, namun kita membatasinya
dengan keegoisan, kebencian, keserakahan, persaingan. Kita tidak ingin kasih dalam diri
kita itu berkembang lebih jauh, cukuplah kasih itu bagi diriku sendiri, untuk kepentingan
diriku. Kasih itu akhirnya tidak menjadi kebaikan bagi hidup manusia, justru membawa
kekecewaan, duka, sakit hati.
Kita manusia membutuhkan kasih agape, yaitu kasih dari Allah, kasih yang sempurna,
kasih yang iklas berkorban. Kasih inilah yang dibutuhkan oleh manusia di dunia ini, dan
itulah yang dibawa oleh Tuhan Yesus dalam dunia ini. Dikatakan di Yohanes
3:16 “Karena begitu besar kasih Allah  akan dunia  ini, sehingga  Ia telah
mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya  setiap orang  yang percaya kepada-
Nya  tidak binasa, melainkan  beroleh  hidup  yang kekal.” Kebesaran dan kuasa dari kasih
agape yang dari Allah itu telah diperlihatkan oleh Tuhan Yesus di kayu salib, bahwa kasih
agape itu berkuasa memperbaharui dan menyelamatkan kehidupan manusia.

Ketika Yesus menghadapi penderitaanNya, terlihat bagaimana dosa yang telah merusak
sikap, sifat dan perilaku manusia. Dosa, kejahatan hati kita, keegoisan kita, kesombongan
kita, sakit hati kita, iri hati kita, ketamakan kita, kerakusan kita ada bersama-sama dengan
sekumpulan orang-orang yang menyalibkan Tuhan Yesus. Itulah realita kasih yang dimiliki
oleh manusia yang jatuh dalam dosa.

Maka Tuhan Yesus hendak menyatakan kemuliaanNya dalam  dunia ini, yang akan
memperbaharui kehidupan manusia dengan teladan yang diberikanNya, seperti apa kasih
yang seharusnya dimiliki oleh manusia. Dan Tuhan Yesus berkata kepada kita: “Aku
memberikan  perintah baru kepada kamu, yaitu supaya  kamu saling  mengasihi; sama
seperti  Aku telah mengasihi  kamu”, kasih agape hanya dapat diperoleh melalui Yesus
Kristus sebagai sumber kasih yang sempurna, kasih agape itu akan menjadi pembaharu
kehidupan kita, kasih agape menjadi identitas, tanda pengenal bagi setiap orang yang
diselamatkan oleh kasih Tuhan Yesus. Kasih agape dari Tuhan Yesus adalah kasih yang
ajaib, kasih yang menyembuhkan, kasih yang menguatkan, kasih yang menyelamatkan.  

Porisman Lubis at 7:58 AM

No comments:
Post a Comment


Home

View web version


Powered by Blogger.
!
Halaman ini akan otomatis tertutup beberapa saat dan dapat dikenakan tariff data standar

Khotbah dan Renungan Kristen


Kumpulan Bahan dan Khotbah Kristen terbaru, Kumpulan renungan kristen, Ilustrasi
Khotbah, Ayat Emas Alkitab, Kumpulan Gambar Tuhan Yesus Kristus
 Home ▼
Tuesday, July 14, 2020

Markus 12: 41-44 Memberikan Yang Terbaik Bagi


Tuhan
Bacaan Firman Tuhan: Markus 12: 41-44

Pada suatu kali Yesus duduk  menghadapi  peti persembahan  dan


memperhatikan  bagaimana  orang banyak  memasukkan  uang  ke dalam  peti  itu. Banyak  orang
kaya  memberi jumlah yang besar.    Lalu datanglah  seorang  janda  yang miskin  dan ia
memasukkan  dua  peser, yaitu satu duit. Maka  dipanggil-Nya  murid-murid-Nya  dan
berkata  kepada mereka: "Aku berkata  kepadamu, sesungguhnya janda  miskin  ini  memberi lebih
banyak dari pada  semua  orang yang memasukkan  uang ke dalam  peti persembahan. Sebab
mereka semua  memberi  dari  kelimpahannya, tetapi  janda ini memberi dari  kekurangannya,
semua  yang ada  padanya, yaitu seluruh  nafkahnya."

Orangtua yang mengasihi anak-anaknya, tentunya akan berusaha melakukan yang terbaik
bagi anak-anaknya. Seperti lagu Batak yang sering kita dengar “anakhonhi do hamoraon di
au”, bahwa kekayaan dan kebahagiaan orangtua adalah ketika melihat anaknya meraih
keberhasilan dari perjuangan orangtuanya mengajar dan membutuhi semua keperluan
anaknya sampai dapat sukses. Orangtua akan bekerja keras bahkan jika masih kurang
sampai meminjam uang. Demikian besarnya kasih orangtua kepada anaknya hanya ingin
melihat anaknya dapat bahagia dan berhasil. Maka menghabiskan banyak uang bahkan
sampai berhutang bukanlah pemborosan bagi orangtua, tetapi sebisa dan semampunya
akan dilakukan karena kasihnya kepada anak-anaknya.
Sama seperti perempuan yang mengurapi Yesus dengan minyak narwastu yang mahal,
namun bagi Yudas Iskariot apa yang dilakukan perempuan itu adalah pemborosan. Karena
memang bagi Yudas Iskariot itu adalah pemborosan karena baginya lebih mengasihi uang
daripada kasihnya kepada Yesus. Tetapi bagi perempuan itu, minyak narwastu yang mahal
itu tidaklah seberapa dibandingkan dengan kasihnya kepada Yesus.

Demikian juga halnya yang dapat kita lihat melalui nas ini, ketika Tuhan Yesus
memperhatikan orang banyak memasukkan uang ke dalam peti persembahan. Yesus
berkata bahwa walaupun janda miskin itu hanya memberikan dua peser namun dia
memberikan lebih banyak dari semua orang bahkan dari orang kaya yang memberi dalam
jumlah besar, karena semua orang memberi dari kelimpahannya, sementara janda miskin
itu memberi dari kekurangannya, bahkan semua yang ada padanya. Walaupun janda yang
miskin itu hanya memberi dua peser namun pemberiannya jauh lebih banyak dari
semuanya, karena yang diberikannya adalah dari seluruh yang ada padanya (ayat 43).

Dari sini kita dapat melihat bahwa persembahan itu bukan masalah jumlah yang diberikan,
namun bagaimana kita mempersembahkan yang terbaik bagi Tuhan. Memberi
persembahan yang terbaik kepada Tuhan bukanlah pemborosan, ataupun akan kehilangan,
tetapi kita hendak memberikan yang terbaik kepada Tuhan adalah kerena kasih kita kepada
Tuhan yang telah memelihara dan menyediakan seluruh kebutuhan hidup kita. Sama
seperti orangtua yang mengasihi anak-anaknya tidak akan merasa kehilangan ataupun rugi
mengorbankan semua yang ada padanya untuk keberhasilan anak-anaknya. Demikian juga
kasih kita kepada Tuhan, kita tidak akan merasa kehilangan atau rugi memberikan yang
terbaik kepada Tuhan, karena kita memang benar-benar mengasihi Tuhan.

Kita juga dapat belajar dalam hal memberikan yang terbaik bagi Tuhan sebagaimana yang
tertulis dalam Alkitab, seperti janda sarfat kepada Elia atau seperti jemaat di Makedonia,
yang walaupun mereka miskin, namun mereka kaya dalam kemurahan, sebab mereka
memberi sesuai kemampuan mereka bahkan melampaui kemampuan mereka ( 2 Kor. 8: 2-
3).

 Nilai dari persembahan itu, tidak di tentukan dari jumlahnya, tetapi motivasi dan hati si
pemberi tentang pengakuan dan kasihnya kepada Tuhan. Dan jika kita lebih dalam lagi,
persembahan yang terbaik kepada Tuhan tidak hanya sebatas pada materi tetapi juga
adalah hidup kita, sebagaimana yang tertulis di Roma 12: 1 “Karena itu, saudara-saudara,
demi  kemurahan  Allah  aku menasihatkan  kamu, supaya  kamu
mempersembahkan  tubuhmu  sebagai persembahan  yang hidup, yang kudus  dan yang
berkenan  kepada Allah: itu adalah ibadahmu  yang sejati.” Sebagaimana juga dengan kasih Kristus
yang memberikan nyawaNya bagi kita, demikianlah kasih kita kepada Tuhan, dengan memberikan
hidup kita, menjadi persembahan yang kudus dan yang harum bagi kemuliaan Tuhan.
Lihat juga Renungan ini di Channel YouTube Sukacitamu id 

Porisman Lubis at 1:38 PM

No comments:
Post a Comment


Home

View web version

Powered by Blogger.

Khotbah dan Renungan Kristen


Kumpulan Bahan dan Khotbah Kristen terbaru, Kumpulan renungan kristen, Ilustrasi
Khotbah, Ayat Emas Alkitab, Kumpulan Gambar Tuhan Yesus Kristus
 Home ▼
Tuesday, July 14, 2020

Ulangan 16: 13-17 Mensyukuri Berkat Penyertaan


Tuhan
Bacaan Firman Tuhan: Ulangan 16: 13-17

Hari raya  Pondok Daun  haruslah kaurayakan  tujuh  hari  lamanya, apabila engkau selesai
mengumpulkan  hasil tempat pengirikanmu  dan tempat pemerasanmu. Haruslah engkau
bersukaria  pada hari rayamu  itu, engkau  ini dan anakmu laki-laki  serta anakmu perempuan,
hambamu laki-laki  dan hambamu perempuan, dan orang Lewi, orang asing, anak yatim  dan
janda  yang  di dalam tempatmu. Tujuh  hari  lamanya harus engkau mengadakan perayaan  bagi
TUHAN, Allahmu, di tempat  yang  akan dipilih  TUHAN; sebab  TUHAN, Allahmu, akan
memberkati  engkau dalam segala  hasil tanahmu  dan dalam segala  usahamu, sehingga engkau
dapat bersukaria  dengan sungguh-sungguh. Tiga  kali  setahun  setiap  orang laki-laki  di antaramu
harus menghadap  hadirat  TUHAN, Allahmu, ke tempat  yang  akan dipilih-Nya, yakni pada hari
raya  Roti Tidak Beragi, pada hari raya  Tujuh Minggu  dan pada hari raya  Pondok Daun. Janganlah  ia
menghadap  hadirat  TUHAN  dengan tangan hampa, tetapi masing-masing  dengan sekedar
persembahan, sesuai dengan berkat  yang  diberikan  kepadamu oleh TUHAN, Allahmu."

Setelah umat israel menuai dan sudah selesai mengumpulkan hasil panen, maka di
rayakanlah hari raya Pondok Daun bahwa umat Israel akan tinggal di pondok-pondok
daun. Hari raya Pondok Daun ini mengingatkan mereka dan juga keturunannya bahwa
Tuhan yang menuntun mereka keluar dari tanah Mesir (Imamat 23: 43) dan juga mengingat
perjalanan mereka di padang gurun menuju tanah Kanaan bahwa mereka tidak tinggal di
rumah tetapi tinggal di kemah atau pondok sebagai pengembara dan Tuhan yang
senantiasa melindungi dan yang menyediakan kebutuhan hidup mereka selama
pengembaraan di padang gurun.

Bagi kita umat Tuhan di masa kini, hari raya Pondok Daun ini memberikan kita pesan:

       1.      Kita adalah “Pendatang dan Perantau” di dunia ini

Pondok Daun akan mengingatkan kita bahwa dunia ini bukanlah tempat kita yang
abadi, namun seiring berjalannya waktu pondok daun itu secara berlahan akan
mengering dan hancur. Dan dalam hidup di dunia ini juga kita seperti umat Israel
yang mengembara di padang gurun menuju Kanaan. Bahwa dunia ini adalah seperti
padang gurun yang harus kita lalui dan tinggalkan menuju Kanaan yang abadi.

Padang Gurun bukanlah tempat yang nyaman untuk di tinggali, menjalani padang
gurun tentu adalah perjalanan yang sangat melelahkan. Walaupun tidak nyaman
dan melelahkan umat Tuhan tetap dapat menjalaninya penuh dengan sukacita,
sebab Tuhan ada bersama dengan mereka, menyediakan kebutuhan mereka,
memberikan mereka tiang awan dan tiang api supaya mereka tetap nyaman melalui
padang gurun. Dan satu hal lagi bahwa seperti apapun sulitnya dan lelahnya
perjalanan di padang gurun itu tidak akan ada apanya di bandingkan dengan
pengaharapan mereka akan janji Tuhan menuju tanah yang dijanjikan oleh Tuhan.

Perjananan di padang gurun ini menjadi refleksi juga bagi kita dalam menjalani
hari-hari hidup kita di dunia ini. Kita harus sadari bahwa kita hidup adalah seperti
pendatang dan perantau sebagaimana yang tuliskan di 1 Petrus 2:11, bahwa pada
saatnya kita akan meninggalkan dunia ini. Dan perjalanan kita di dunia ini tentu
bukanlah hal yang mudah, sama seperti sulitnya hidup di padang gurung, kita juga
menghadapi berbagai tantangan dan kesusahan yang harus kita hadapi, namun kita
diingatkan firman Tuhan di Roma 8:18 “Sebab aku yakin, bahwa penderitaan
zaman sekarang ini tidak dapat dibandingkan dengan kemuliaan yang akan
dinyatakan kepada kita.”

Perjalanan kita di padang gurun dunia ini sekalipun penuh dengan tantangan dan
rintangan yang dapat menyulitkan hidup kita namun bukan alasan bagi kita tidak
memiliki sukacita, justru sebaliknya kita dapat bersukacita di tengah pergumulan,
sebab kita memiliki pengharapan yang tidak mengecewakan (Roma 5:5).
Kita melewati padang gurun dunia ini ada bersama dengan Tuhan Yesus yang
selalu menyertai kita menuju jalan kebenaran dan hidup. Dia memanggil kita kita
supaya mengikutiNya dalam dunia ini, kita sedang di tuntunNya menuju rumah
sorgawi yang kekal.

Tuhan Yesus berjanji pada kita bahwa Dia akan senantiasa menyertai kita sampai
kepada akhir jaman. PenyertaanNya itulah kekuatan dan sukacita kita dalam hidup
ini, sekalipun kita menjalani hari-hari kehidupan kita penuh dengan tantangan,
masalah dan berbagai pergumulan, tetapi Tuhan selalu ada beserta kita,
memberikan hikmat dan pertolonganNya sehingga kita dapat melalui padang gurun
dunia ini. Walaupun dunia ini seperti padang gurun yang tandus, namun berkat
penyertaan Tuhan akan membuat padang gurun yang tandus itu menjadi dataran
yang teduh dan sejuk untuk dilalui. Dan kita juga diingatkan bahwa apapun yang
dapat kita terima, kita rasakan, kita nikmati dalam dunia ini pada akhirnya akan kita
tinggalkan. Sebab bersama Tuhan Yesus kita dituntunNya supaya sampai kepada
Kanaan yang abadi yaitu ke Rumah Bapa yang kekal. 

       2.      Mensyukuri segala berkat dan kebaikan Tuhan

Umat Tuhan patut bersyukur atas segala kebaikan Tuhan, apa yang mereka tuai dan
dikumpulkan menjadi bekal hidup mereka semuanya itu adalah berkat Tuhan yang
harus disyukuri. Setiap orang mendapat berkat dari Tuhan dalam kehidupannya,
dan umat Tuhan patut untuk mengakuinya dengan membawa persembahan kepada
Tuhan.

Dikatakan dalam nas ini, bahwa pengakuan kita akan berkat Tuhan itu adalah hari
sukacita, sungguh-sungguh bersukaria, maka pemberian persembahan kepada
Tuhan adalah dengan sukacita karena Tuhan telah memberkati segala hasil usaha
mereka.

Maka persembahan itu harus timbul dari hati yang penuh syukur dan penuh
sukacita bukan dengan keterpaksaan dan sungut-sungut. Umat yang mengakui
berkat Tuhan akan bersukacita dalam memberi persembahan bukan bersungut-
sungut. Persembahan yang diperintahkan adalah sesuai dengan kesanggupan atau
sekedar persembahan sesuai dengan berkat Tuhan yang diterima.

Seperti yang kita dapat pelajari dari persembahan janda yang miskin, walaupun dia
hanya memberi dua peser namun itu jauh lebih banyak dari apa yang diberikan
semua orang, sebab persembahan itu bukan tentang jumlah tetapi kesungguhan
memberikan yang terbaik bagi Tuhan.
Memberi sebenarnya bukanlah yang sulit, apalagi jika memiliki sesuatu untuk
diberikan. Namun kita hendak di ingatkan bahwa motivasi kita dalam memberi
persembahan haruslah benar. Umat Tuhan selayaknya memberikan persembahan
bukan supaya diberkati, namun jelas ditekankan kepada kita bahwa kita
memberikan persembahan adalah karena kita sudah diberkati oleh Tuhan,
dikatakan di Ulangan 16:17 “tetapi masing-masing dengan sekedar persembahan,
sesuai dengan berkat yang  diberikan kepadamu oleh TUHAN, Allahmu." Intinya orang
memberi persembahan dengan sukacita adalah umat yang mengakui dan yang tidak
lupa akan segala kebaikan Tuhan.  

Tuhan memberkati kita dalam kehidupan ini adalah supaya kita tetap bersama
dengan Tuhan yang telah memanggil kita sebagai umatNya, bukan sebaliknya
melupakan Tuhan dan lebih mengasihi apa yang ada dalam dunia ini, karena pada
akhirnya apapun yang ada di dunia ini akan kita tinggalkan dan akan kembali
kepada Tuhan pencipta, seperti padang gurun yang pada akhirnya akan berlalu dan
sampai kepada tanah Kanaan yang abadi.

Lihat Khotbah ini di Channel YouTube Sukacitamu id 

Porisman Lubis at 12:56 PM

No comments:
Post a Comment


Home

View web version

Powered by Blogger.

Khotbah dan Renungan Kristen


Kumpulan Bahan dan Khotbah Kristen terbaru, Kumpulan renungan kristen, Ilustrasi
Khotbah, Ayat Emas Alkitab, Kumpulan Gambar Tuhan Yesus Kristus
 Home ▼
Wednesday, July 8, 2020

Amsal 4:1-9 Mencintai Hikmat Dan Didikan Tuhan


Bacaan Firman Tuhan: Amsal 4: 1-9

Dengarkanlah, hai anak-anak, didikan  seorang ayah, dan perhatikanlah  supaya engkau
beroleh  pengertian, karena  aku memberikan  ilmu  yang baik  kepadamu;
janganlah  meninggalkan  petunjukku. Karena  ketika aku masih tinggal  di rumah ayahku  sebagai
anak, lemah  dan sebagai anak tunggal  bagi ibuku,  aku diajari  ayahku, katanya  kepadaku:
"Biarlah hatimu  memegang  perkataanku; berpeganglah  pada petunjuk-petunjukku, maka
engkau akan hidup. Perolehlah  hikmat, perolehlah  pengertian, jangan  lupa, dan
jangan  menyimpang  dari perkataan  mulutku. Janganlah  meninggalkan  hikmat itu, maka engkau
akan dipeliharanya, kasihilah  dia, maka engkau akan dijaganya. Permulaan  hikmat  ialah:
perolehlah  hikmat  dan dengan segala  yang kauperoleh  perolehlah  pengertian. Junjunglah  dia,
maka engkau akan ditinggikannya; engkau akan dijadikan terhormat, apabila  engkau
memeluknya. Ia akan mengenakan  karangan bunga  yang indah  di kepalamu, mahkota  yang
indah  akan dikaruniakannya  kepadamu."

Salomo di kenal sebagai seorang raja yang penuh hikmat, pada masa pemerintahannya
Israel mencapai puncak kejayaan, menjadi bangsa yang termasyur dan umat Israel hidup
dalam damai sejahtera. Hikmat yang dimiliki oleh Salomo tentu bukan tanpa sebab, dia
hendak berbagi pengalaman hidupnya sehingga menjadi orang yang berhikmat.

Salomo menyebutkan bahwa semuanya di awali dari keluarga, disebutkan


disitu “Dengarkanlah didikan seorang ayah” – “aku di ajari ayahku”. Pengajaran itu
jangan sampai di lupakan dan juga menyimpang dari situ. Sekalipun si anak tidak lagi
tinggal bersama ayah dan ibunya bukan berarti si anak melupakan pengajaran yang sudah
di terimanya, tetapi itu menjadi pondasi bagi kehidupannya.

Hikmat itu akan menjagainya, yang meninggikannya dan menjadi mahkota yang indah di
kepalanya. Maka seorang anak haruslah mempunyai hati yang cinta akan didikan, dan
orangtua mempunyai hati yang mendidik mempersiapkan generasinya menjadi orang yang
berhikmat dan berpendidikan. Sebagaimana tertulis dalam Mazmur 78: 6 “supaya dikenal
oleh angkatan yang kemudian, supaya anak-anak, yang akan lahir kelak, bangun dan
menceritakannya kepada anak-anak mereka”.

Jika kita masih ingat sinetron yang berjudul “Keluarga Cemara” di syair lagunya
dikatakan “harta yang paling berharga adalah keluarga, mutiara yang paling indah adalah
keluarga, puisi yang paling bermakna adalah keluarga”.  Bahwa keluarga menjadi tempat
pertama dan pondasi dasar yang akan mempengaruhi kehidupan seseorang. Disadari atau
tidak disadari bahwa dalam keluarga akan terjadi proses belajar dan mengajar tentang
kehidupan, itulah sebabnya sering kita dengar bahwa keluarga adalah “Sekolah
Kehidupan”.
Maka firman Tuhan hendak mengajar kita bagaimana untuk mencintai didikan, hikmat
Tuhan. Jika orangtua cinta akan hikmat Tuhan maka dia akan mengajarkannya pada
anaknya, jika anak atau orang muda mau mendapatkan kehidupan yang baik maka dia akan
cinta didikan dari hikmat Tuhan melalui orangtuanya.

Disini kita belajar supaya jangan sampai kita dikelabui oleh hikmat dunia yang pada
akhirnya menyesatkan anak-anak kita dan membuat duka orangtuanya. Ketika orangtua
disesatkan oleh hikmat dunia bahwa kebahagiaan dan keberhasilan anak-anaknya hanyalah
dengan ilmu pengetahuan yang diajarkan oleh manusia, maka akhirnya mereka akan
terobsesi dengan kebahagiaan dan kesuksesan yang fana. Dan juga ketika orangtua hanya
mempercayakan pendidikan anaknya pada tenaga pendidik, padahal orangtua adalah
pengajar dan pendidik terbaik bagi anak-anaknya. Kepada setiap orangtua kristen telah
diberikan wibawa menjadi pengajar dan pendidik bagi generasi selanjutnya.

 Dalam 1 Korintus 1: 30 dikatakan “tetapi oleh Dia kamu berada dalam Kristus Yesus,
yang oleh Allah telah menjadi hikmat bagi kita”. Di dalam Tuhan Yesus Kristus, kita telah
menerima hikmat dari Tuhan. Di dalam Tuhan Yesus kita telah diperlihatkan jalan
kebenaran dan hidup. Hikmat memperoleh kehidupan itu ada di dalam Tuhan Yesus.
Marilah kita membangun keluarga yang mencintai hikmat dan didikan Tuhan.

Porisman Lubis at 3:58 AM

No comments:
Post a Comment


Home

View web version

Powered by Blogger.

Khotbah dan Renungan Kristen


Kumpulan Bahan dan Khotbah Kristen terbaru, Kumpulan renungan kristen, Ilustrasi
Khotbah, Ayat Emas Alkitab, Kumpulan Gambar Tuhan Yesus Kristus
 Home ▼
Wednesday, July 8, 2020

Lukas 6: 39-42 Yesus Sang Guru Hikmat


Bacaan Firman Tuhan: Lukas 6: 39-42

Yesus mengatakan  pula  suatu perumpamaan  kepada mereka: "Dapatkah  orang


buta  menuntun  orang buta? Bukankah  keduanya  akan jatuh  ke dalam  lobang? Seorang
murid  tidak lebih  dari pada  gurunya, tetapi  barangsiapa  yang telah tamat  pelajarannya
akan  sama dengan  gurunya.    Mengapakah  engkau melihat  selumbar  di
dalam  mata  saudaramu, sedangkan  balok  di dalam  matamu  sendiri  tidak  engkau ketahui?
Bagaimanakah  engkau dapat  berkata  kepada saudaramu: Saudara, biarlah  aku
mengeluarkan  selumbar  yang ada di dalam  matamu, padahal balok  yang di
dalam  matamu  tidak  engkau  lihat? Hai orang munafik, keluarkanlah  dahulu  balok  dari  matamu,
maka  engkau akan melihat dengan jelas  untuk mengeluarkan  selumbar  itu
dari  mata  saudaramu."

Mari kita belajar bagaimana memperoleh hikmat Tuhan melalui perumpamaan Tuhan
Yesus sebagaimana yang tertulis di Lukas 6: 39-42:

      1.     "Dapatkah orang buta menuntun orang buta?

Dosa telah membuat kita semua buta, karena kebutaan itu semua kita akan terperosok ke
dalam lubang maupun jurang kematian. Itu sebabnya Tuhan Yesus
berkata "Dapatkah  orang buta  menuntun orang buta? Bukankah  keduanya akan jatuh ke
dalam  lobang?”. Tidak ada dari antara kita yang dapat menuntun orang lain, sebab diri kita
sendiri pun tidak bisa kita tuntun apalagi orang lain.

Ini adalah perumpamaan Tuhan Yesus, bahwa sebenarnya tidak ada jalan bagi kita manusia
dapat selamat dan menemukan jalan yang benar, tidak ada yang dapat memberikan kepada
kita tuntunan yang benar menuju kepada keselamatan selain dari Tuhan Yesus yang datang
dari sorga. Sebagaimana yang Tuhan Yesus katakan “Akulah jalan kebenaran dan hidup”.

Yesus adalah hikmat sorgawi yang telah dinyatakan kepada kita, kunci kebahagiaan hidup
yang sejati hanyalah ada pada Yesus, hanya Yesus yang dapat menuntun kita kepada
sukacita, kebahagiaan dan hidup yang sejati, di luar Tuhan Yesus adalah kebinasaan.

Orang yang memberi diri menerima hikmat Tuhan akan mengulurkan tangannya dan
hatinya pada tuntunan Tuhan, bukan hawa nafsu dan kenikmatan dunia yang sifatnya
adalah semu. Yang membuat hidup kita tenang dan damai adalah Tuhan Yesus.

  2.     Seorang murid tidak lebih dari pada gurunya, tetapi barangsiapa yang telah


tamat pelajarannya akan sama dengan gurunya
Walaupun Yesus adalah Anak Allah, namun hal itu bukanlah alasan bahwa Yesus
membedakan diriNya dengan orang-orang di zamanNya. Namun kita dapat pelajari, bahwa
sejak dari masa kanak-kanak pun Yesus sama seperti anak-anak lainnya yang hidup dalam
pengajaran orangtuaNya. Sama seperti anak laki-laki Yahudi lainnya, Yesus pun belajar
dimulai dari orangtuaNya yang menuntunNya pada adat dan tadisi agama Yahudi. Bahkan
sampai mati, Dia belajar menjadi taat. Kita belajar banyak tentang ketaatan dari Tuhan
Yesus di semua perjalanan kehidupanNya, mulai dari masa kecil sampai mati di kayu salib.

Ketika kita menerima Yesus menjadi hikmat yang menuntun kita pada jalan kebenaran dan
hidup, tentunya kita juga akan mengikuti teladanNya, sebagaimana yang Tuhan Yesus
katakan di Yohanes 13: 15 “Sebab Aku telah memberikan suatu teladan  kepada kamu,
supaya kamu  juga berbuat  sama seperti  yang telah Kuperbuat kepadamu.”

Jika kita memang benar-benar murid yang setia yang mau di ajar oleh Tuhan Yesus, maka
jangan berharap lebih dari yang diterima oleh Tuhan Yesus sebagai “Sang Guru”. Jangan
berharap untuk mendapatkan upah ketaatan kita dengan mendapatkan kenikmatan
duniawi, tetapi jadilah sama seperti “Sang Guru”, yang kemuliaanNya terpancar dari
ketaatanNya bahkan taat sampai mati. Rasul Paulus menuliskan di 1 Korintus 1:
18 Sebab  pemberitaan  tentang salib  memang  adalah  kebodohan bagi mereka yang akan
binasa, tetapi bagi kita yang diselamatkan pemberitaan itu adalah kekuatan Allah.

Ketika kita mau untuk hidup dalam hikmat Tuhan, maka kita akan semakin taat meneladani
Tuhan Yesus, melakukan seperti yang dilakukan oleh Tuhan Yesus, meneladani ketaatan
kepada BapaNya, kerendahan hatiNya, belas kasihanNya, kasihNya. Seperti itulah orang-
orang yang dituntun oleh hikmat Tuhan, ukuran upah ketaatan kita kepada Tuhan tidak
akan dapat diukur dan di nilai oleh hikmat dunia. Jangan berbicara tentang upah untuk taat
kepada Tuhan, sebab hanya meniru teladan Tuhan Yesus saja, kita sudah mendapatkan
lebih dari apa yang dapat dipikirkan dan diharapkan oleh dunia ini.

  3. Bagaimanakah engkau dapat berkata kepada saudaramu: Saudara, biarlah aku


mengeluarkan selumbar yang ada di dalam matamu, padahal balok yang di
dalam matamu tidak engkau lihat?

Ini juga adalah kelanjutan dari perumpamaan yang tadi, bahwa seorang murid tidak lebih
dari pada gurunya. “Sang Guru” pemberi hikmat itu adalah Tuhan satu-satunya, dan kita
adalah murid-muridNya. Maka jangan menjadi “guru” bagi orang lain, tetapi tetaplah
menjadi murid yang setia dan taat mau untuk diajar.

Kita semua sama-sama memiliki selumbar dan balok di dalam mata kita yang membuat kita
buta, bagaimana mungkin orang buta menuntun orang buta, jika kita memaksakan diri
untuk mengeluarkan selumbar di mata orang lain, itu namanya orang munafik. Sebab
hanya Tuhan yang dapat mengeluarkan selumbar yang ada di mata orang lain dan balok
yang ada di mata kita.

Orang yang menghidupi hikmat Tuhan itu akan selalu merindukan tuntunan Tuhan supaya
hidupnya selalu diperbaharui oleh Tuhan, seperti rusa yang merindukan sungai seperti
domba yang merindukan padang rumput yang segar. Dia akan menjauhkan diri dari
kemunafikan, merasa diri lebih baik, lebih hebat dari orang lain. “Bagaimana kita dapat
menjadi pintar jika kita sok pintar”; bagaimana kita menjadi orang yang berpengetahuan
jika kita sok tahu segalanya”. Biarlah hidup kita selalu seperti bejana yang siap dibentuk,
serahkanlah hidup kita kepada Tuhan “Sang Guru Hikmat”.  

Kita menerima hikmat Tuhan dengan:

Memiliki hati yang mau di tuntun

Meniru ketaatan Tuhan Yesus

Memberikan diri untuk siap di bentuk

Porisman Lubis at 3:52 AM

No comments:
Post a Comment


Home

View web version

Powered by Blogger.

Khotbah dan Renungan Kristen


Kumpulan Bahan dan Khotbah Kristen terbaru, Kumpulan renungan kristen, Ilustrasi
Khotbah, Ayat Emas Alkitab, Kumpulan Gambar Tuhan Yesus Kristus
 Home ▼
Wednesday, June 24, 2020

Kolose 3: 18-21 Membangun Keluarga Kristen Yang


Bahagia
Bacaan Firman Tuhan: Kolose 3: 18-21

Hai isteri-isteri, tunduklah kepada suamimu, sebagaimana seharusnya


di dalam  Tuhan.  Hai suami-suami, kasihilah  isterimu  dan  janganlah  berlaku
kasar  terhadap  dia. Hai anak-anak, taatilah orang tuamu  dalam segala hal,
karena itulah yang indah di dalam  Tuhan.  Hai bapa-bapa, janganlah  sakiti hati  anakmu,
supaya jangan tawar hatinya.

Ecclesia Domestica atau gereja rumah tangga, atau dapat dikatakan bahwa keluarga adalah
gereja kecil, persekutuan orang yang dikuduskan Tuhan tempat pertama setiap orang untuk
belajar dan menghayati iman kepada Tuhan. Keluarga menjadi tempat setiap orang
ditempah untuk dapat menghayati iman, kasih sayang, kedamaian, belas kasih,
kelemahlembutan, kesabaran.

Demikian juga hal yang dapat kita lihat dari surat Paulus kepada jemaat di Kolose ini,
tentang bagaimana kita sebagai umat yang telah dikuduskan oleh Tuhan yang telah
mengenakan manusia baru dalam sikap dan perbuatan kita kepada sesama dan orang lain
semuanya haruslah di awali dari lembaga yang terkecil yaitu keluarga. Penampakan umat
yang dikuduskan oleh Tuhan Yesus akan dimulai dari orang yang terdekat yaitu keluarga.

Maka dalam keluarga kita di tempah untuk mengenal kasih dan pengampunan Tuhan. Di
sinilah kita diajarkan oleh firman Tuhan bagaimana suami, istri dan anak sebagai keluarga
yang dikuduskan oleh Tuhan.

Yang pertama: kepada ISTRI dikatakan: “tunduklah kepada suamimu,


sebagaimana  seharusnya di dalam  Tuhan”. Jika dikatakan seorang istri tunduk kepada
suami bukan artinya istri lebih rendah dari suami, tetapi justru disitulah kehormatan
seorang istri, bahwa seorang istri dapat memperlihatkan dan juga pengajaran tentang sikap
ketaatan kepada Tuhan, tidak hanya istri tetapi juga semua anggota keluarga mengetahui
bagaimana kerendahan hati, bagaimana menghormati dan menghargai, “tunduk kepada
suami” bukan artinya suami adalah raja atau penguasa yang harus ditakuti, namun tunduk
disini bahwa seorang istri memperlihatkan sikap penghargaan yang penuh kasih,
kelemahlembutan dan pengampunan, seorang istri yang memperlihatkan kerendahan hati
sebagaimana yang diperlihatkan Kristus kepada kita. Sehingga melalui sikap seorang istri,
maka semua orang dalam keluarga itu dapat mengenal dan belajar bagaimana Yesus yang
merendahkan DiriNya bagi keselamatan manusia.
Yang kedua: kepada SUAMI dikatakan: “kasihilah  isterimu  dan  janganlah  berlaku
kasar  terhadap  dia”. Di Efesus 5: 25 dikatakan bahwa kasih seorang suami kepada istri
adalah seperti kasih dan pengorbanan Kristus. Penghayatan seorang suami tentang kasih
Tuhan Yesus akan nyata juga dalam sikapnya terhadap istrinya. Bagaimana seorang suami
menghayati kasih pengorbanan Tuhan Yesus? Maka demikianlah suami berbuat kepada
istri. Semua orang dalam keluarga dapat melihat melalui seorang suami atau bapa
bagaimana hangatnya dan lembutnya kasih Tuhan. Bukan orang lain yang ada di luar
rumah kita yang dapat mengajarkan dengan baik seperti apa itu kasih, tetapi justru itu di
dapatkan dari sosok suami, bapa atau ayah

Maka, jika kita memahami ini, dapatlah kita melihat bahwa baik suami maupun istri
memiliki tugas panggilan masing-masing dalam keluarga untuk menyatakan kehadiran
Tuhan dan juga pengajaran Tuhan melalui sikap dan perbuatannya.  

Yang ketiga: kepada ANAK  “taatilah orang tuamu dalam  segala hal, karena  itulah  yang


indah di dalam  Tuhan.” Ketaatan seorang anak yang dimaksud disitu bahwa seorang anak
yang memiliki hati yang mau di ajar, mau menerima hikmat dan didikan. Sebagaimana
yang tertulis di Amsal 19: 20 “Dengarkanlah nasehat dan terimalah didikan, supaya engkau
menjadi bijak di masa depan”. Ketaatan anak kepada orangtua menjadi indah di dalam
Tuhan, karena disitulah terkandung janji Tuhan kepada setiap anak untuk memperoleh
masa depannya. Keluarga menjadi sekolah yang pertama dalam pembentukan kepribadian
seseorang. Dari keluarga seorang anak mendapatkan hal-hal yang mendasar tentang
kehidupannya di masa yang akan datang dan salah satunya adalah pengenalan akan iman
kepada Tuhan. Pengajaran, kebiasaan, sikap yang ditunjukkan oleh orangtuanya menjadi
bahan ajar bagi anaknya dalam pembentukan karakternya. Maka diingatkan juga supaya
orangtua tidak mengajar terlampau keras atau dengan mengajar anaknya bukan dengan
kekerasan yang justru hal ini membuat anak menolak atau anti pengajaran. Orangtua dalam
pengajarannya kepada anak-anaknya dibutuhkan kesabaran yang tanpa lelah tetap mengisi
kehidupan anak dengan hal yang berkenan kepada Tuhan.

Melalui orangtuanya, seorang anak akan mengenal kasih, pengampunan, iman dan
pengharapan. Pengajaran orangtua tidak selalu dengan kata-kata, tetapi juga perbuatan,
contoh tiruan yang baik.

Kerendahan hati yang saling menghormati, saling mengasihi dan ketaatan ini menjadi
kesatuan dalam hidup keluarga kristen. Ini adalah berkat rohani dari Tuhan yang dimiliki
oleh keluarga kristen. Relasi suami istri dan anak diikkat dalam ikatan yang kudus, yaitu di
dalam Tuhan.
Ini adalah dasar, pondasi yang seharusnya di miliki oleh keluarga kristen untuk seterusnya
melangkah jauh keluar dalam hubungannya dengan orang lain. Dan ini juga dasar dan
pondasi yang awal dalam menyikapi tantangan dan godaan dari luar yang dapat merusak
kebahagiaan dan kedamaian dalam keluarga.

Porisman Lubis at 8:48 AM

No comments:
Post a Comment


Home

View web version

Powered by Blogger.

Khotbah dan Renungan Kristen


Kumpulan Bahan dan Khotbah Kristen terbaru, Kumpulan renungan kristen, Ilustrasi
Khotbah, Ayat Emas Alkitab, Kumpulan Gambar Tuhan Yesus Kristus
 Home ▼
Wednesday, June 17, 2020

Imamat 25: 1-13 Tahun Sabat dan Tahun Yobel


Bacaan Firman Tuhan: Imamat 25: 1-13

Di kitab Imamat 25: 1-13 Tuhan berfirman kepada Musa, ketika umat Israel nantinya telah memasuki
tanah yang dijanjikan oleh Tuhan untuk mereka tempati, maka tanah pemberian Tuhan itu harus
mendapat perhentian.

Tanah yang mereka tempati, tanah yang mereka usahakan itu adalah pemberian Tuhan, tanah itu
adalah anugerah Tuhan. Maka, jangan sampai umatNya melupakan segala kebaikan Tuhan pada
mereka. Kehidupan mereka sebagai suatu bangsa yang berdaulat yang memiliki tanah untuk di diami
dan juga mendapatkan hasil dari tanah yang mereka kelola semuanya adalah bersumber dari Tuhan.
Tuhan tidak ingin umatNya menjadi umat yang lupa diri ketika nantinya mereka menikmati segala
kebaikan dari tanah pemberian Tuhan itu.
Sehingga Tuhan menetapkan bahwa tanah yang mereka usahakan itu harus mendapat perhentian,
ini adalah salah satu cara supaya umat Israel tidak lupa diri, bahwa tanah yang memberi mereka
kehidupan dan kebahagiaan itu berasal dari Tuhan. Mereka tidak boleh semaunya sesuka hatinya
dalam mengusahakan tanah pemberian Tuhan itu. Maka Tuhan menetapkan:

Tahun Sabat, yaitu perhentian pada tahun yang ke tujuh setelah melakukan pekerjaan dan
mengusahakan tanah itu selama enam tahun, tanah itu harus diistirahatkan untuk diusahakan. Apa
yang tumbuh sendiri di tanah itu selama tahun sabat adalah bagian dari orang-orang miskin.
Kemudian,

Tahun Yobel, yaitu tahun yang ke-limapuluh,  menguduskan tahun itu menjadi tahun pembebasan.
Setelah tanah itu diusahakan selama 49 tahun, maka tahun ke-50 haruslah dikuduskan dengan tidak
mengusahakannya dan juga menuainya. Tahun itu adalah tahun pembebasan, bahwa hak milik
tanah harus dikembalikan kepada pemilik awalnya. Tahun Yobel ini adalah pemulihan dan
pencegahan terhadap ketamakan orang yang serakah untuk mengumpulkan sebanyak-banyaknya
dan semakin menyengsaakan orang yang miskin. Di tahun Yobel, sangkakala akan berbunyi sebagai
tanda sukacita atas pemeliharaan Tuhan atas seluruh  umatNya.

Jika kita melihat ke belakang, ketika Tuhan memanggil Abraham untuk menjadikannya bangsa yang
besar, dan juga menjadi berkat. Tuhan memanggil umat pilihanNya adalah supaya berkehidupan
melalui kebaikan dan berkat Tuhan di tanah yang dijanjikanNya itu. Sehingga tanah pemberian
Tuhan itu bukan untuk segelintir orang yang tamak, tetapi harus menjadi kebaikan bagi semua
umatNya.

Sehingga melalui Tahun Sabat dan Tahun Yobel ini, Tuhan mau ingatkan bahwa Tuhan memberkati
umatNya adalah supaya menjadi berkat juga bagi orang lain. Berkat Tuhan yang mereka terima
harus dapat menjadi kebaikan bagi orang lain, jangan sampai berkat Tuhan itu menjadi di monopoli
oleh segelintir orang yang tamak, jangan sampai berkat Tuhan diperalat menjadi alat penindasan
bagi orang lain. Kesejahteraan hidup umatNya tidak bergantung pada banyaknya yang di kumpulkan,
namun umatNya bergantung pada pemeliharaan Tuhan, segala kebaikan dalam hidup adalah
bersumber dari anugerah berkat Tuhan.

Ditengah-tengah berkat yang kita terima dari Tuhan, sangkakala harus berbunyi, pujian dan ucapan
syukur kepada Tuhan harus kita perdengarkan. Kita hendak mengakui berkat yang telah kita terima
dari Tuhan. Bagaimana bentuk pengakuan kita atas berkat Tuhan? Apa hanya dalam bentuk kata-
kata atau nyanyian saja? Tidak, firman Tuhan berkata “maklumkan kebebasan di negeri itu bagi
segenap penduduknya”. Bahwa berkat yang kita terima dari Tuhan juga harus bisa menjadi berkat
bagi orang lain. Tanda syukur kita atas segala berkat dan kebaikan Tuhan adalah bahwa kita juga
harus bisa menjadi berkat bagi orang lain.
Kemudian, melalui Tahun Sabat dan Tahun Yobel ini, kita juga melihat  bahwa untuk segala sesuatu
ada waktunya, ada waktunya kita untuk bekerja dan juga memetik hasil kerja kita, namun juga ada
waktunya kita untuk beristirahat dari segala pekerjaan kita, Tuhan menetapkan “perhentian” –
“sabat bagi Tuhan”, tidak hanya manusia itu yang beristirahat, tetapi juga tanah yang diusahakan itu
membutuhkan istirahat.

Tuhan menciptakan segala sesuatu yang sungguh amat baik itu di dalamnya sudah termasuk
beristirahat. Maka ketika perhentian atau beristirahat itu diambil, maka akan berdampak tidak
baik, karena istirahat itu sudah menjadi bahagian dari roda kehidupan. Oleh karena itu Tuhan telah
menetapkan waktu dan musim agar kehidupan itu berjalan dengan baik.

Mustahil manusia bisa hidup dengan baik tanpa istirahat, demikian juga dengan tanah yang
diusahakan oleh manusia butuh istirahat. Kita harus memahami konteks dari nas ini tentang tanah
yang membutuhkan istirahat. Bahwa tanah itu diberikan Tuhan untuk diusahakan bukan untuk
memuaskan ketamakan manusia, dan tanah itu juga perlu istirahat yang hanya untuk memenuhi
kebutuhan kita saja, namun juga harus dapat memenuhi kebutuhan orang lain yang membutuhkan,
tanah itu harus juga kita berikan untuk dipakai Tuhan sesuai dengan firmanNya.

Artinya, apapun yang menjadi profesi dan pekerjaan kita, dan melalui itu kita memperoleh
kebutuhan hidup kita, ingatlah bahwa Tuhan menghendaki supaya kita tidak hanya menuai bagi diri
kita sendiri saja, tetapi orang lain juga bisa dapat turut merasakan tuaian kita.    

Sumber dari segala kebaikan hidup kita itu adalah berkat Tuhan bukan kekuatan kita. Jangan sampai
kita menggantungkan hidup pada materi yang bisa kita kumpulkan di dunia ini. Kita ingat
perumpamaan Tuhan Yesus tentang orang kaya yang bodoh yang menggantungkan kesenangannya
hidupnya pada materi yang dikumpulkannya. Tetapi ingatlah juga dengan apa yang dikatakan oleh
Tuhan Yesus di Yohanes 6: 27 “Bekerjalah, bukan  untuk makanan  yang akan dapat binasa,
melainkan  untuk makanan  yang bertahan  sampai kepada  hidup  yang kekal, yang  akan
diberikan  Anak  Manusia  kepadamu; sebab  Dialah  yang disahkan oleh Bapa, Allah, dengan
meterai-Nya."

Kunjungi juga Channel Sukacitamu id:

Porisman Lubis at 1:30 PM

No comments:
Post a Comment


Home

View web version

Powered by Blogger.

Khotbah dan Renungan Kristen


Kumpulan Bahan dan Khotbah Kristen terbaru, Kumpulan renungan kristen, Ilustrasi
Khotbah, Ayat Emas Alkitab, Kumpulan Gambar Tuhan Yesus Kristus
 Home ▼
Thursday, June 11, 2020

Lukas 12: 13-21 Perumpamaan Orang Kaya Yang


Bodoh
Bacaan Firman Tuhan: Lukas 12: 13-21

Dalam nas ini Tuhan Yesus memberikan perumpamaan tentang orang kaya yang bodoh, hal ini
disampaikannya menjadi pengajaran kepada pendengarNya ketika seorang dari antara mereka yang
memohon kepada Yesus untuk menyelesaikan perkara warisan yaitu supaya saudaranya mau untuk
membagi harta warisan.

Tentu ini adalah permhonan yang keliru dan salah alamat datang kepada Yesus. Sebab dia datang
memohon kepada Yesus adalah untuk mengumpulkan baginya harta duniawi, dan Tuhan Yesus
hendak memberikan kepadanya pemahaman yang benar tentang keinginannya akan harta duniawi
itu. Sebab Yesus datang bukan supaya manusia mengumpulkan baginya harta duniawi yang pada
saatnya akan ditinggalkannya namun supaya setiap orang menjadi pewaris kerajaan sorga, yaitu
mengumpulkan harta di sorga yang tidak akan termakan ngengat.

Selanjutnya Yesus mengatakan “Berjaga-


jagalah  dan  waspadalah  terhadap  segala  ketamakan”.  Seorang terkaya di dunia yaitu Jhon D.
Rockefeller pernah di tanya oleh reporter televisi “how much is enough?” jika kita sederhanakan
pertanyaannya itu “seberapa banyak lagi uang atau harta yang kau butuhkan?” karena dia sudah
menjadi orang terkaya di dunia saat itu, dan dia berkata “just a lillte bit more” (“sedikit lagi”).
Walaupun seseorang sudah memiliki banyak harta kekayaan, tetap saja tidak ada kata cukup,  

Ketamakan yaitu kerakusan yang selalu ingin memperoleh sebanyak-banyaknya, yang


menggantungkan kesenangan, kepuasan dan kebahagiaannya pada segala hal yang ada d dunia ini.
Maka Tuhan Yesus ingatkan “berjaga-jaga dan waspadalah” sebab hidup kita bukan bergantung pada
materi yang ada di dunia tetapi Allah pemberi dan pencipta kehidupan. Justru ketamakan akan
menjadi akar untuk menumbuhkan banyak lagi berbagai macam dosa dalam hidup kita.

Dan lihatlah, ketamakan akan melahirkan banyak lagi dosa, ketamakan akan melahirkan
permusuhan, iri hati, sakit hati, dendam. Ketamakan akan membuat seseorang itu sombong, tinggi
hati. Seperti yang tertulis di dalam 1 Timotuis 6: 10 “Karena  akar  segala  kejahatan  ialah  cinta
uang. Sebab oleh memburu  uanglah  beberapa orang  telah
menyimpang  dari  iman  dan  menyiksa  dirinya  dengan berbagai-bagai  duka.”

Dalam nas ini Tuhan Yesus memberikan perumpamaan tentang ketamakan itu seperti seorang yang
yang merasa senang dan aman karena memiliki lumbung yang besar untuk menyimpan
kekayaannya, namun kesenangannya itu tidak bertahan lama sebab malam itu juga Tuhan
mengambil jiwanya.

Tidak ada yang salah dengan harta yang ada di dunia ini, Tuhan menyediakan kebutuhan hidup umat
ciptaanNya tidak terbatas, sebab Tuhan menciptakan segala sesuatu dalam dunia dimana kita tinggal
ini sungguh amat baik, namun ketika harta duniawi dilihat menjadi alasan supaya bisa bahagia, aman
dalam hidupnya maka disitulah letak kesalahannya.

Tuhan yang menyediakan kebutuhan hidup kita, hidup kita bergantung pada pemeliharaan Tuhan,
tetapi orang tamak akan mengganungkan hidup dan kesenangannya pada materi yang
dikumpulkannya. Semakin banyak yang di dapatkannya maka hidupnya akan semakin senang dan
aman.

Tentang perumpamaan itu Tuhan Yesus katakan: “Demikianlah  jadinya dengan orang yang
mengumpulkan  harta bagi dirinya sendiri, jikalau ia tidak  kaya  di hadapan  Allah”. Disinilah kata
kunci yang hendak disampaikan oleh Tuhan Yesus, yaitu “mengumpulkan harta bagi dirinya sendiri”
dan “tidak kaya di hadapan Allah”.

Yesus tidak mengajarkan pada kita bahwa harta itu tidak perlu dalam hidup kita, tapi bagaimana kita
dalam hal menggunakan harta dengan benar, sehingga kita kaya di hadapan Allah. Orang tamak akan
mengumpulkan dan menyimpan harta bagi dirinya sendiri, sebab harta adalah menjadi jaminan
hidupnya, jika dia membagikan harta yang ada padanya maka berkurang pula jaminan hidupnya.

Dalam khotbah Yesus di bukit, Tuhan Yesus telah mengajarkan tentang hal mengumpulkan harta
(Matius 6: 19-24):

1.      Ada Dua jenis harta: yaitu harta di bumi yang bisa hilang dan harta di sorga yang tidak bisa
hilang
2.      Ada Dua jenis mata: yaitu sebagaiamana pemahaman yang umum diketahui pada masa
Yesus “mata yang tidak sehat” adalah orang yang pelit dan iri sedangkan “Mata yang sehat”
adalah orang yang bermurah hati. Orang yang dapat bermurah hati dengan hartanya akan
menerangi hidupnya, sebaliknya orang yang pelit itu akan menggelapkan hidupnya.

3.      Ada Dua jenis tuan: “kamu tidak dapat mengabdi kepada Allah dan kepada mamon”. Sebab
tanpa disadari mamon itu bisa menjadi tuhan bagi seseorang. Tak perduli dia banyak atau
sedikit harta (kaya maupun miskin) sama-sama dapat mengabdi kepada mamon karena
menganggap bahwa dengan memiliki uang atau harta kita bisa mendapatkan apapun yang kita
inginkan. Kepada siapa kita mempercayakan hidup, apakah pada uang atau Tuhan.

Dari ketika hal yang disampaikan Tuhan Yesus ini, mungkin kita sudah bisa mengerti, apa maksud
Tuhan, bahwa bukan artinya kita tidak membutuhkan uang atau harta, namun bagaimana kita
memahami posisi atau keberadaan uang itu dalam kehidupan kita. Apapun yang ada dalam
dunia ini adalah ciptaan Tuhan, bersumber dari Dia. Tuhan menyediakan kebutuhan hidup kita
umat ciptaanNya, apapun yang ada di dunia ini termasuk harta benda adalah untuk kebaikan
ciptaanNya. Harta dan kekayaan adalah alat dan bukan tujuan hidup, sebab kita hidup bukan
untuk mencari uang atau harta tetapi Kerajaan Allah (Matius 6:33).

Saran saya, biarkan dan serahkan hati kita di kuasai oleh Allah, apapun rencana dan harapan
hidup kita serahkanlah semuanya kepada Tuhan, jangan pernah kita mengkhawatirkan akan hari
esok, sebab Tuhan menyediakan apa yang kita butuhkan akan hari esok. Tetapi biarlah hatimu
dikuasai Tuhan menjadi orang yang bermurah hati, memberikan hidup dan apapun yang ada
pada kita menjadi kemuliaan Tuhan. Dengan mau untuk berbagi dan bermurah hati kita bukan
sedang mengurangi persediaan kita untuk masa depan, sebab yang menjamin masa depan kita
adalah Tuhan bukan mamon. Tetapi dengan kemurahan hati kita, termulialah Tuhan dalam
hidup kita.       

Lihat juga artikel ini di Channel YouTube Sukacitamu id

Porisman Lubis at 9:14 AM

No comments:
Post a Comment


Home

View web version

Powered by Blogger.

Khotbah dan Renungan Kristen


Kumpulan Bahan dan Khotbah Kristen terbaru, Kumpulan renungan kristen, Ilustrasi
Khotbah, Ayat Emas Alkitab, Kumpulan Gambar Tuhan Yesus Kristus
 Home ▼
Wednesday, June 3, 2020

Kejadian 1: 26-31 Diciptakan Menurut Rupa dan


Gambar Allah
Bacaan Firman Tuhan: Kejadian 1: 26-31

Kita mengimani kehidupan ini ada bukan karena kebetulan atau alam semesta tercipta dari
proses alami. Tetapi kita percaya bahwa ada yang menciptakan segala sesuatu. Allah bukan
gagasan pikiran ataupun imajinasi manusia, tetapi Dia adalah Allah yang ada dan pribadi
yang menyatakan DiriNya kepada kita manusia ciptaanNya.

Tuhan berkata: “Aku adalah Aku” (Keluaran 3:14), “Akulah jalan kebenaran dan hidup”,
“Akulah roti hidup”, “Akulah terang dunia”. Dia adalah Tuhan yang menyatakan DiriNya
kepada kita umat manusia. Allah mau supaya kita umat ciptaanNya mengenal Dia sebagai
Pencipta, pemelihara, penyelamat dan juga penuntun kehidupan yang diciptakanNya. Kita
mengimani Tuhan yang benar dan yang hidup itu di dalam Tuhan kita Yesus Kristus.

Di dalam kitab Kejadian 1: 26-31 Kita juga mendapati perbedaan kita manusia yang menjadi
keunikan diantara ciptaan Tuhan yang lainnya, diantaranya:

        1.      Manusia diciptakan menurut Gambar dan Rupa Allah.

        2.   Manusia diciptakan dengan cara yang unik: jika Tuhan menciptakan ciptaan
yang lainnya seperti kalimat perintah “jadilah terang”; “jadilah cakrawala” namun
penciptaan manusia, Tuhan melakukan suatu pekerjaan yang khusus “baiklah Kita
menjadikan manusia”

       3.      Manusia diciptakan supaya berkuasa atas ciptaan lainnya

Dari sini kita dapat melihat bagaimana dalamnya ikatan antara Tuhan Sang Pencipta
dengan kita manusia yang diciptakanNya. Dan jauh lebih dalam lagi kita mengenal
hubungan kita yang dalam ketika Tuhan pencipta semesta alam menyatakan diriNya di
dalam Yesus Kristus, sebagaimana yang kita baca di Yohanes 3:16 “Karena begitu besar
kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal,
supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang
kekal.” Dari sini kita dapat ketahui bahwa Tuhan menaruh perhatian yang besar kepada
kita manusia, sampai Dia sendiri mau untuk menyelamatkan kita dari kutuk dosa dengan
mati di kayu salib.

Allah meliihat bahwa semua yang diciptakanNya itu sungguh amat baik, kita percaya
bahwa semua yang diciptakan Tuhan itu begitu sangat sempurna, termasuk juga dengan
setiap kita yang terlahir di dunia ini, di Efesus 2: 10 dikatakan “Karena kita ini buatan Allah,
diciptakan dalam Kristus Yesus untuk melakukan pekerjaan baik,
yang dipersiapkan Allah sebelumnya. Ia mau, supaya kita hidup di dalamnya.”

Kita manusia menyandang Gambar dan Rupa Allah, kita manusia yang Tuhan berikan
mandat untuk “berkuasa” dan “menaklukkan”, dari sini kita melihat bahwa Tuhan mau
mempersiapkan kita manusia untuk melakukan pekerjaan baik di tengah-tengah
ciptaanNya yang sungguh amat baik itu. Di kitab Markus 16:15 dikatakan
"Pergilah ke seluruh dunia, beritakanlah Injil kepada segala makhluk.”

Tuhan tidak hanya mencipta, menjadikan tetapi juga Dia tetap memelihara ciptaanNya.
Dalam pemeliharaan ciptaanNya, Dia tidak sendiri lagi, tetapi Dia memberikan mandat
kepada ciptaanNya yang unik itu, yang dicipta menurut gambar dan rupaNya yaitu kita
manusia. Tuhan mau kita turut bersamaNya untuk memelihara dan menjaga semua yang
telah diciptakanNya yang sungguh amat baik itu. Tuhan memberikan kita tugas untuk
berkuasa dan menahlukkan apa yang Tuhan ciptaanNya bukanlah dengan kesewenang-
wenangan, sesuka manusia itu terhadap semua ciptaanNya. Tentu sangat janggal jika
Tuhan menciptakan semua yang diciptakanNya itu sungguh amat baik lantas Tuhan
memberikan wewenang kepada manusia berbuat sesukanya atas ciptaanNya yang baik itu.
Tetapi kita dipersiapkan Tuhan untuk melakukan suatu pekerjaan yang baik memelihara
dan menjaga semua yang Tuhan jadikan yaitu dengan memberitakan Injil kepada segala
mahluk. Inilah jawaban pertama mengapa manusia itu menjadi ciptaan yang unik berbeda
dengan ciptaan Tuhan yang lainnya.

Kemudian, Tuhan memberkati kita, Tuhan memerintahkan kita supaya beranak cucu dan
memenuhi bumi ini. Dimanapun kita berada, apapun pekerjaan kita, bagaimana pun
keadaan kita, kita adalah ciptaan Tuhan yang sungguh amat baik, Tuhan menjadikan dan
mempersiapkan kita untuk menyatakan kehendakNya diantara kita umat ciptaan yang
dikasihiNya.
Maka jangan ada dari kita berkecil hati, “siapalah aku ini”, “aku bukan siapa-siapa”, “apa
yang bisa aku lakukan?”, “apa yang bisa aku bagikan?”. Namun ingatlah bahwa setiap kita
memiliki potensi yang besar, jauh lebih besar dari apa yang dapat kita pikirkan dan
bayangkan, Yesaya 43: 4 dikatakan “engkau berharga dimataKu dan mulia”.

Lihatlah murid-murid Tuhan Yesus, hanya penangkap ikan, pemungut cukai, namun ketika
mereka menerima panggilan Tuhan Yesus, mereka menjadi orang-orang yang dapat dipakai
oleh Tuhan memperbaharui kehidupan dunia ini.

Semua kita adalah orang-orang yang diberkati, dan Tuhan memanggil kita supaya menjadi
berkat bagi sesama manusia yang Tuhan ciptakan. Keunikan kita manusia yang diciptakan
Tuhan jauh lebih dalam lagi ketika kita mengetahui bahwa Tuhan menciptakan setiap orang
berbeda dengan yang lainnya.

Apakah kita akan sia-siakan keunikan hidup yang Tuhan berikan ini? Apakah kita tidak
mau mempertanyakan apa maksud rencana Tuhan melalui hidupku? Tuhan memberikan
waktu dan kesempatan, dimanapun kita berada, apapun pekerjaan kita, seperti apapun
keadaan hidup kita, Tuhan menciptakan kita, Tuhan mempersiapkan kita untuk pekerjaan
baik yang telah Tuhan siapkan untuk kita lakukan, jangan tanyakan bagaimana, yang perlu
adalah kemauan kita untuk dipakai Tuhan. Inilah Jawaban mengapa Tuhan menciptakan
kita unik berbeda dengan ciptaan yang lainnya, namun ketika kita mensia-siakan hidup kita
yang hanya memikirkan diri sendiri, hanya memikirkan kesenangan dan perut kita saja,
maka kita tidak ada bedanya dengan ciptaan Tuhan yang lainnya.

Lihat juga Channel YouTube kita ya: Sukacitamu id

 
Porisman Lubis at 8:30 PM

No comments:
Post a Comment


Home

View web version

Powered by Blogger.

Khotbah dan Renungan Kristen


Kumpulan Bahan dan Khotbah Kristen terbaru, Kumpulan renungan kristen, Ilustrasi
Khotbah, Ayat Emas Alkitab, Kumpulan Gambar Tuhan Yesus Kristus
 Home ▼
Thursday, May 28, 2020

TUHAN TAK PERNAH JAUH - YESAYA 63:11-14


Bacaan Firman Tuhan: Yesaya 63: 11-14

Lihat juga renungan ini di Channel YouTube: Sukacitamu id

Lalu teringatlah  mereka kepada zaman  dahulu kala, zaman Musa, hamba-Nya itu: Di
manakah  Dia yang membawa  mereka naik  dari laut  bersama-sama
dengan  penggembala  kambing domba-Nya? Di manakah  Dia yang menaruh  Roh  Kudus-
Nya  dalam  hati mereka; yang dengan tangan-Nya  yang agung  menyertai  Musa  di sebelah
kanan; yang membelah  air  di depan  mereka untuk membuat  nama  abadi  bagi-Nya; yang
menuntun  mereka melintasi samudera raya  seperti kuda  melintasi padang gurun? Mereka
tidak  pernah tersandung, seperti ternak  yang turun  ke dalam lembah. Roh  TUHAN  membawa
mereka ke tempat perhentian. Demikianlah  Engkau memimpin  umat-Mu  untuk
membuat  nama  yang agung  bagi-Mu.

Jika kita mengikuti kisah keluaran umat Israel dari tanah Mesir hingga sampai ke tanah
Kanaan, bisa dikatakan itu semua adalah perjalanan yang mustahil jika mengandalkan
kekuatan manusia. Bagaimana umat Israel melalui Musa harus berhadapan dengan Firaun,
menyeberangi laut Teberau, perjalanan di padang gurun yang sangat melelahkan, belum
lagi Musa harus berhadapan dengan umat yang tegar tengkuk.

Namun semuanya itu dapat dilalui oleh umat Israel, mereka semua dapat melaluinya bukan
karena kemampuan umat Isreal, tetapi dalam nas ini diberitakan, seperti itulah penyertaan
Tuhan melalui Roh KudusNya yang membawa, menuntun dan menyertai umat Israel
melalui semua kesulitan hingga mereka sampai kepada tempat perhentian yang disediakan
Tuhan bagi umatNya.

Demikianlah kita juga mengimani penyertaan dan tuntunan Tuhan dalam kehidupan kita,
yaitu melalui Roh Kudus dalam kehidupan kita. Sebagaimana yang Tuhan Yesus janjikan
yaitu seorang Penolong yang akan menyertai kita dan yang telah di curahkanNya bagi kita,
yaitu Roh Kudus.

Roh Kudus adalah jaminan kasih setia Tuhan bagi kita umat yang percaya, Roh Kudus
adalah Pribadi yang paling intim dalam diri kita. Roh Kudus adalah hikmat yang
memampukan kita memahami kehidupan ini: "Apa yang  tidak pernah dilihat  oleh mata,
dan tidak  pernah didengar  oleh telinga, dan yang tidak pernah timbul di
dalam  hati manusia: semua yang disediakan  Allah untuk mereka yang mengasihi  Dia.
Karena kepada kita  Allah telah menyatakannya  oleh Roh, sebab  Roh menyelidiki segala
sesuatu, bahkan  hal-hal yang tersembunyi dalam diri Allah." (1 Korintus 2:9-10).

Maka, bagaimana cara pandang kita memahami masalah, persoalan yang kita hadapi?
Apakah kita akan berkata “saya tidak sanggup menghadapi ini sendiri”, “tidak ada yang
dapat menolong aku”. Namun, kenyataannya kita tidak sendiri, tapi justru kitalah yang
sering membuat beban itu menjadi berat, kitalah yang membuat merasa sendiri dalam
menghadapi pergumulan kita.

Lihat juga renungan ini di Channel YouTube: Sukacitamu id

Ingatlah kesaksian Daud yang berkata “Kemana aku dapat pergi menjauhi RohMu, kemana
aku dapat lari dari hadapanMu?” (Mazmur 139: 7). Kita tidak akan pernah bisa pergi ke
tempat dimana Tuhan itu tidak ada, dalam keadaan apapun, dalam situasi apapun Tuhan
tetap ada disitu. Tuhan Yesus tetap menjadi sahabat yang memberikan nyawaNya bagi
setiap orang yang mau datang kepadaNya.

Banyak orang melihat masalah menjadi tembok kemustahilan untuk diruntuhkan, banyak
orang melihat persoalan menjadi lautan luas yang mustahil untuk dilalui. Melihat masalah
hanya dengan menimbang kekuatannya sendiri.

Tetapi tidak demikian dengan kita orang percaya, Tuhan ada bersama kita. Percayalah,
Tuhan punya rencana bagi dunia ini, Tuhan punya rencana bagi GerejaNya dan Tuhan juga
punya rencana bagi setiap pribadi yang mengimaniNya. Selama kita mau dituntun hidup
dalam rencana Tuhan, maka Tuhan akan menuntun, menyertai dan membimbing kita
menjalani setiap kesukaran menjadi jalan menuju kebaikan.
Firman Tuhan berkata bahwa Roh Kudus ada dalam hati kita. Artinya bahwa Tuhan itu siap
menjadi motor penggerak, memberi kita kekuatan dan keteguhan bahwa kita pasti mampu
melalui masa-masa sulit, sebab Tuhan ada bersama kita.

Mungkin kita akan bertanya “bagaimana saya boleh mengetahui tuntunan Roh Kudus
dalam hidup saya?” firman Tuhan disini berkata bahwa tangan Tuhan yang agung
menyetai umatNya dan nama Tuhan agung di tengah-tengah umatNya.

Bisa saja kita percaya mengimani keberadaan Tuhan, namun sayangnya kita membuat Dia
menjadi sosok yang sepertinya jauh dari kita. atau kalau boleh saya terjemahkan: Tuhan itu
kalah tenar dengan artis favorit kita atau mungkin tokoh-tokoh lain yang menjadi idola kita.

Kita bisa banyak tahu tentang artis ataupun tokoh idola kita, kita selalu update tentang
tokoh idola kita, tetapi sebaliknya Tuhan yang ada di hati kita menjadi pribadi yang jauh
dari diri kita. Padahal yang memberi dan memelihara hidup kita itu Tuhan bukan artis
favorit kita.

Disini dikatakan perbuatan tangan Tuhan itu agung dan namaNya agung ditengah-tengah
umatNya. Untuk dapat merasakan pengalaman hidup bersama kuasa Roh Kudus yaitu mau
untuk melihat apa yang telah Tuhan perbuat dalam hidup kita. Lihatlah apa yang telah
Tuhan kerjakan dalam hidup kita, jika kita tahu untuk bersyukur, mengagungkan nama
Tuhan dalam hidup kita, maka ini adalah langkah yang tepat untuk kita semakin merasakan
kuasa Roh Kudus yang menuntun, menyertai dan membimbing hidup kita. Jika kita masih
boleh bersyukur kepada Tuhan atas nafas kehidupan yang kita terima hingga saat ini, maka
persoalan apapun yang sedang kita hadapi tidak akan sebanding dengan kuasa penyertaan
Tuhan dalam hidup kita.

Roh Kudus telah dicurahkan pada kita, sebagai wujud kasih setia Tuhan dalam hidup kita.
Tuhan tidak jauh dari kita, Dia ada dalam hati kita, Pribadi  yang paling dekat kepada kita.
Yang perlu kita lakukan adalah menjalin keakraban dengan Roh Tuhan yang ada dalam diri
kita, biarkan Tuhan menuntun hati, pikiran dan perbuatan kita, maka yakinlah kuasa Roh
Kudus akan berkarya dalam hidup kita.

Lihat juga renungan ini di Channel YouTube: Sukacitamu id

Porisman Lubis at 7:42 AM
No comments:
Post a Comment


Home

View web version

Powered by Blogger.

Khotbah dan Renungan Kristen


Kumpulan Bahan dan Khotbah Kristen terbaru, Kumpulan renungan kristen, Ilustrasi
Khotbah, Ayat Emas Alkitab, Kumpulan Gambar Tuhan Yesus Kristus
 Home ▼
Friday, March 13, 2020

Roma 8: 18-25 Tetap Setia di Tengah Pergumulan

Bacaan Firman Tuhan: Roma 8: 18-25


Sebab  aku yakin, bahwa  penderitaan  zaman  sekarang  ini tidak  dapat
dibandingkan  dengan  kemuliaan  yang akan  dinyatakan  kepada  kita. Sebab  dengan sangat
rindu  seluruh makhluk  menantikan  saat anak-anak  Allah  dinyatakan. Karena  seluruh
makhluk  telah ditaklukkan  kepada kesia-siaan, bukan  oleh kehendaknya sendiri,
tetapi  oleh  kehendak Dia, yang telah menaklukkannya, tetapi  dalam pengharapan,
karena  makhluk  itu sendiri juga akan dimerdekakan  dari  perbudakan  kebinasaan  dan masuk ke
dalam  kemerdekaan  kemuliaan  anak-anak  Allah. Sebab  kita tahu,
bahwa  sampai  sekarang  segala  makhluk  sama-sama mengeluh  dan  sama-sama merasa sakit
bersalin. Dan  bukan  hanya  mereka  saja, tetapi  kita yang telah menerima  karunia sulung  Roh,
kita  juga  mengeluh  dalam  hati kita  sambil menantikan  pengangkatan sebagai anak, yaitu
pembebasan  tubuh  kita. Sebab  kita diselamatkan  dalam pengharapan. Tetapi  pengharapan  yang
dilihat, bukan  pengharapan  lagi; sebab  bagaimana  orang masih mengharapkan  apa
yang  dilihatnya? Tetapi  jika  kita mengharapkan  apa yang  tidak  kita lihat, kita
menantikannya  dengan  tekun.

“Tidak ada yang dapat memisahkan kita dari kasih Allah , yang ada dalam Kristus Yesus,
Tuhan kita” (39), ini adalah kesimpulan yang disampaikan oleh Rasul Paulus di pasal 8 ini.
Sebab Roh Tuhan telah ada di dalam diri kita, Roh yang memberikan kita kekuatan,
keteguhan dan penghiburan dalam kelemahan kita, Roh yang menjadikan kita anak Allah
dan dengan yakin berseru “ya abba ya Bapa” (15). Dan kita adalah anak Allah yang
menjadi ahli waris untuk menerima janji-janji Allah. Kita menerima segala kebaikan Tuhan
bukan karena kemampuan kita, tetapi semuanya itu adalah karena kasih Allah yang besar.
Dan disini Paulus hendak menguatkan jemaat jika dalam dunia saat ini kita menghadapi
berbagai pergumulan untuk dapat bersabar menanggungnya dengan penuh kesetiaan
dalam pengharapan kepada penyempurnaan keselamatan dari Tuhan.

 Paulus menjelaskan seperti apa penderitaan yang sedang kita hadapi di dunia saat
ini “tidak dapat dibandingkan”  dengan apa yang hendak dinyatakan oleh Tuhan kepada kita
kelak. Jika diibaratkan menggunakan timbangan maka penderitaan saat ini sungguh terlalu
ringan dibandingkan dengan apa yang akan Tuhan berikan kepada kita.

Sebab oleh karena dosa, bukan saja manusia yang harus merasakan penderitaan, tetapi
semua mahluk menjadi turut merasakan penderitaan oleh karena dosa. Tetapi walaupun
kita harus akan menjalani dunia yang penuh penderitaan ini, kita sudah memiliki
pengangan yang pasti, janji Tuhan yang dimateraikan dengan darah Kristus bahwa semua
penderitaan itu akan dapat kita lalui dan menangkan dan menerima upah yang besar yaitu
penyempurnaan keselamatan dari Tuhan.

Melalui nas ini, kita hendak dikuatkan bahwa Tuhan Yesus telah memberikan kepada kita
pengharapan yang pasti, yaitu kepastian dari upah kesetiaan dan iman kita kepadaNya.

Kita tentu tidak menginginkan ada masalah, penderitaan terjadi dalam hidup kita, namun
kita juga tidak bisa menolak jika masalah datang, sebab masalah dan penderitaan sudah
menjadi bahagian kehidupan yang tidak terpisahkan dari dunia yang berdosa ini.

Namun bagi kita yang telah di selamatkan oleh Kristus, sekalipun kita harus menjalani
berbagai pergumulan dunia ini, kita telah mendapatkan jaminan yang pasti bahwa kita pasti
akan dapat melaluinya dan menerima kehidupan yang kekal.

Seperti apapun lilu-liku kehidupan yang kita jalani saat ini, hendaklah kita menjalaninya
dengan melihatnya sebagai suatu proses yang harus kita jalani untuk sampai kepada
kesempurnaan pengharapan iman kita kepada Tuhan.
Penderitaan boleh datang, namun bukan artinya kita pasrah di obok-obok oleh masalah itu,
penderitaan apapun itu tidak akan dapat merenggut sukacita kita sebagai anak-anak Tuhan.
Disinilah perbedaan kita dengan orang yang tidak beriman, kita memiliki pengharapan
yang pasti, pengharapan sebagai anak-anak Allah, tidak ada yang dapat memisahkan kita
dari kasih Allah seberat apapun penderitaan itu, dan penderitaan itu pun tidak sebanding
dengan apa yang Tuhan akan berikan kepada kita.

Porisman Lubis at 7:11 AM

No comments:
Post a Comment


Home

View web version

Powered by Blogger.

Khotbah dan Renungan Kristen


Kumpulan Bahan dan Khotbah Kristen terbaru, Kumpulan renungan kristen, Ilustrasi
Khotbah, Ayat Emas Alkitab, Kumpulan Gambar Tuhan Yesus Kristus
 Home ▼
Wednesday, December 4, 2019

Yohanes 1: 14-18 Firman Yang Menjadi Manusia

Bacaan Firman Tuhan: Yohanes 1: 14-18

Firman  itu telah menjadi  manusia, dan  diam  di antara  kita, dan  kita telah melihat  kemuliaan-
Nya, yaitu kemuliaan  yang diberikan kepada-Nya sebagai  Anak Tunggal  Bapa, penuh  kasih
karunia  dan  kebenaran. Yohanes  memberi kesaksian  tentang  Dia  dan  berseru, katanya:
"Inilah  Dia, yang kumaksudkan ketika aku berkata: Kemudian  dari padaku  akan datang  Dia yang
telah mendahului  aku, sebab  Dia telah ada  sebelum  aku." Karena  dari  kepenuhan-
Nya  kita  semua  telah menerima  kasih karunia  demi  kasih karunia; sebab  hukum
Taurat  diberikan  oleh  Musa, tetapi kasih karunia  dan  kebenaran  datang oleh  Yesus  Kristus.
Tidak seorangpun  yang pernah  melihat  Allah; tetapi Anak Tunggal  Allah, yang ada
di  pangkuan  Bapa, Dialah yang menyatakan-Nya.

Siapakah Yesus? melalui nas ini diterangkan bahwa Yohanes Pembaptis sebagai nabi
terakhir yang mengemban tugas penting mempersiapkan jalan bagi Tuhan. Pekerjaan
Yohanes Pembaptis menjadi puncak dari segala apa yang telah dilakukan oleh nabi-nabi
pendahulunya dalam Perjanjian Lama.

Melalui kesaksian Yohanes Pembaptis menerangkan bahwa walaupun Yesus datang setelah
nabi-nabi, tetapi Yesus telah ada sebelum nabi-nabi (ay. 15). Sebab para nabi diutus oleh
Allah adalah untuk mempersiapkan jalan bagi kedatangan Tuhan Yesus, hal ini sudah
terlihat dari nubuatan-nuabuatan para nabi dalam perjalanan hidup umat Israel bahkan
sebelum Musa menerima taurat dari Tuhan.

Seberapa istimewanya Yesus sampai begitu panjang penantian untuk mempersiapkan jalan
bagiNya?

Disepanjang perjalanan umat Tuhan, Dia tetap menyatakan diri, keilahianNya dinyatakan
melalui para utusanNya dan nabi-nabiNya, namun kedatangan Mesias yang adalah Yesus
sungguh berbeda dari penyataan ilahi yang pernah dinyatakanNya kepada para nabi.
Melalui Yesus kristus, Dia menyatakan keilahianNya dengan menjadi manusia, Tuhan yang
menyatakan diri dalam daging. Dia Allah yang menyatakan diri dengan turut ambil bagian
di keadaan yang dialami oleh umatNya (Ibrani 2:14) dan Dia juga adalah Allah yang mau
tinggal diantara manusia, yang walaupun manusia itu hidup dalam dosa, tetapi Dia mau
datang untuk melawat umatNya yang berdosa, Dia mau datang berkemah diantara
manusia, untuk menggenapi nubuatan “hendaklah ia tinggal dalam kemah Sem” (Kejadian
9:27; Zakharia 2:10).

Apakah hanya sebatas itu Yesus menjadi istimewa untuk disambut?  Dimanakah
istimewanya Yesus jika hanya alasan itu, sebab ada kepercayaan lain juga dengan versi
yang berbeda bercerita tentang dewa-dewanya yang menjadi manusia.

Disinilah keistimewaan Yesus, bukan hanya karena Allah yang menjadi manusia tetapi
kebenaran yang dibawaNya, bahwa Dia adalah benar-benar Tuhan semesta alam.
KedatanganNya membawa pemberian yang paling berharga yang tidak akan bisa didapat
selain dari Tuhan Yesus yang datang dari sorga. Dia datang membawa “kasih karunia demi
kasih karunia”, kasih yang tidak berkesudahan, kasih tanpa syarat. Kasih karunia hanya
dapat diberi oleh Allah yang benar, disinilah kemuliaan Allah Tuhan kita Yesus Kristus,
yang tidak mungkin diberikan oleh manusia maupun allah lain.

Kasih karunia adalah penggenapan firmanNya. Kebenaran firmanNya sejak pada mulanya
telah digenapi di dalam Tuhan kita Yesus Kristus. Melalui Tuhan kita Yesus Kristus firman
itu telah menjadi firman yang hidup, kasih karunia Tuhan telah menghidupkan firmanNya
dalam diri setiap orang yang percaya kepada Yesus.

Melalui Yesus Kristus, firman Tuhan bukanlah perintah yang datang dari luar diri manusia,
hukum yang memaksa, tetapi firman yang bekerja dan yang dituliskan dalam hati setiap
orang yang percaya.

Mengenal Yesus dengan benar dan sungguh-sungguh menjadi pengantar bagi kita dalam
menanti masa Natal dan juga penantian janji Tuhan Yesus tentang kedatanganNya
kembali. Siapa orang yang sedang kita sambut akan terlihat dari cara kita
menyambutnya. Demikian halnya penantian kita kepada Tuhan Yesus, siapa Yesus dalam
hidup kita akan terlihat juga dari cara dan sikap kita menantiNya.  

Kita bersukacita menyambut Natal dan juga penantian kita akan kedatangan Yesus kembali
ke dunia ini memiliki dasar yang kokoh, bahwa:

Yang kita imani adalah Tuhan yang benar

Yang kita lakukan adalah firman yang benar (hidup)

Yang kita harapkan adalah janji Tuhan yang benar (pasti)

Inilah dasar sukacita kita merayakan iman kita dalam kehidupan sehari-hari. Kita hidup
dalam kasih karunia dan kebenaran dari Tuhan Yesus.

Kita bukanlah umat yang bersungut-sungut, umat yang cengeng di tengah penderitaan, kita
bukanlah orang yang mudah diombang-ambingkan oleh ragam nafsu dunia yang segera
akan berlalu seperti rumput yang segera mengering. Tetapi kita adalah anak-anak Tuhan
yang selalu percaya akan kasih dan kebenaran Tuhan.

Jika saat ini kita menderita bukan artinya Tuhan tidak mengasihi kita, sebab kita percaya
pada janji Tuhan. jika saat ini kita sedang bahagia, kita percaya ini bukan karena kekuatan
kita, tetapi itu adalah kasih Tuhan. sebab kasih, firman dan janji Tuhan akan selalu bekerja
dalam perjalanan kehidupan kita. itulah Tuhan Yesus Allah yang kita imani dan percayai,
Allah yang selalu beserta kita.  

     

Porisman Lubis at 12:37 AM

No comments:
Post a Comment


Home

View web version

Powered by Blogger.

Khotbah dan Renungan Kristen


Kumpulan Bahan dan Khotbah Kristen terbaru, Kumpulan renungan kristen, Ilustrasi
Khotbah, Ayat Emas Alkitab, Kumpulan Gambar Tuhan Yesus Kristus
 Home ▼
Friday, November 8, 2019

Amsal 19: 20-29 Masa Depan Dalam Rancangan


Tuhan

Bacaan Firman Tuhan: Amsal 19: 20-29

Dengarkanlah  nasihat  dan terimalah  didikan, supaya  engkau menjadi bijak  di masa depan.
Banyaklah  rancangan  di hati  manusia, tetapi keputusan  Tuhanlah  yang terlaksana. Sifat yang
diinginkan  pada seseorang  ialah kesetiaannya; lebih baik  orang miskin  dari pada
seorang  pembohong. Takut  akan Allah  mendatangkan hidup, maka orang bermalam  dengan
puas, tanpaditimpa  malapetaka. Si pemalas  mencelup  tangannya  ke dalam pinggan, tetapi
tidak  juga  mengembalikannya  ke  mulut. Jikalau si pencemooh  kaupukul, barulah orang yang tak
berpengalaman  menjadi bijak, jikalau orang yang berpengertian  ditegur, ia menjadi  insaf.
Anak  yang menganiaya  ayahnya  atau mengusir  ibunya, memburukkan  dan memalukan  diri. Hai
anakku, jangan  lagi mendengarkandidikan, kalau engkau menyimpang  juga dari perkataan-
perkataan  yang memberi pengetahuan. Saksi  yang tidak berguna  mencemoohkanhukum  dan
mulut  orang fasik  menelan  dusta.    Hukuman  bagi si pencemooh  tersedia  dan pukulan  bagi
punggung  orang bebal.

Sekalipun kita memiliki banyak harapan, cita-cita dan berbagai rencana yang terbaik di
masa depan, tetapi semuanya itu bisa jauh dari kenyataan, sebab kita manusia terbatas
untuk dapat melihat ke masa depan. Namun demikian, bukan artinya kita pasrah menerima
kenyataan di masa depan apa adanya.

Sebagaimana dalam kitab Amsal ini berkata “Banyaklah rancangan di hati manusia, tetapi


keputusan Tuhanlah  yang terlaksana”. Bagi kita manusia, masa depan adalah misteri yang
tidak bisa kita pastikan akan seperti apa, namun bagi Tuhan masa depan adalah kebaikan
dan juga masa yang penuh dengan rancangan yang indah dari Tuhan.

Ada beragam cara setiap orang ketika menatap ke masa depan, ada yang penuh dengan
kekhawatiran oleh karena dia melihat kenyataan hidupnya saat itu, ada pesimis yang
merasa mustahil berharap jauh dari kenyataan hidupnya sekarang, ada yang tidak
perduli akan masa depan yang penting hari ini dia bisa bersenang-senang, ada
yang berhayal tingkat tinggi, harapannya jauh ke depan namun penuh dengan kemalasan,
ada juga yang bercita-cita tinggi dibarengi dengan kerja keras dengan
berprinsip “bersakit-sakit dahulu, bersenang-senang kemudian”. Atau mungkin masih ada
lagi yang kita ketahui ragam cara seseorang melihat masa depan.

Namun, firman Tuhan hendak mengajar kita saat ini supaya kita menjadi orang yang
bijaksana di dalam nasehat dan pengajaran Tuhan.

             1.      Orang bijak mengetahui bahwa Tuhan adalah kunci kehidupan itu adalah takut
akan Tuhan (ayat 22-23). Orang yang bijaksana akan menjalani kehidupannya saat ini dan
memandang masa depan dengan iman maka dia  “bermalam dengan puas”  dan apa yang akan
terjadi dimasa akan jauh dari “malapetaka”. Tuhan adalah pemilik kehidupan, orang bijak
akan selalu merendahkan diri di hadapan Tuhan untuk memohon pengajaran dan
bimbingan Tuhan dalam hidupnya.  
            2.      Orang bijak akan bersungguh-sungguh hidup dalam janji penyertaan Tuhan (ayat
24). Janji berkat Tuhan di masa depan haruslah disabut dengan aktif bukan dengan
bermalas-malasan. Sebagaimana tertulis di 2 Tesalonika 3:
10 “jika  seorang tidak  maubekerja, janganlah  ia makan.” Itulah sebabnya Tuhan Yesus
berfirman kepada kita “Mintalah....carilah....ketoklah...” (Matius 7:7).

          3.      Orang bijak akan selalu belajar menjadi lebih baik (ayat 25). Orang bijak tidak akan
meninggikan diri akan apa yang telah diterimanya hari ini, namun dia akan selalu belajar
menjalani segala sesuatu dengan rendah hati. Orang bijak akan selalu belajar dari
kekurangannya bukan justru melihat apa yang bisa disombongkan dari dirinya.

        4.      Orang bijak tidak akan mengorbankan masa lalu untuk meraih masa depan (ayat 26).
Istilah “keren”-nya “lupa kacang akan kulitnya”. Hambatan untuk kita maju terkadang
bukanlah rintangan yang datang dari luar tetapi justru dari diri kita sendiri. Ada orang yang
durhaka kepada masa lalu yang telah menopang dan mengangkatnya bisa sampai ke atas.
Ada orang yang tidak menyadari bahwa kesuksesannya adalah karena dukungan orang-
orang yang disekitarnya bukan semata-mata hanya karena kemampuannya. Ada kerja
keras, doa dan kasih sayang orang disekitarnya yang mengangkatnya untuk maju.

         5.      Orang bijak akan selalu berhati-hati memperhatikan setiap langkahnya (ayat 27-29).


Orang bijak akan selalu mencintai didikan. Tidak akan semberono dalam melangkah. Orang
bijak bukanlah orang yang sudah merasa diri pintar dan tahu segalanya, namun dia akan
selalu berhati-hati dengan selalu merendahkan diri menerima pengajaran.

Porisman Lubis at 2:44 PM

No comments:
Post a Comment


Home

View web version

Powered by Blogger.
Khotbah dan Renungan Kristen
Kumpulan Bahan dan Khotbah Kristen terbaru, Kumpulan renungan kristen, Ilustrasi
Khotbah, Ayat Emas Alkitab, Kumpulan Gambar Tuhan Yesus Kristus
 Home ▼
Thursday, October 3, 2019

Kisah Para Rasul 20: 21-31 Hidup Untuk Melayani


Tuhan

Bacaan Firman Tuhan: Kisah Para Rasul 20: 21-31


Tetapi  sekarang  sebagai tawanan  Roh  aku pergi  ke  Yerusalem  dan aku  tidak  tahu  apa yang
akan terjadi  atas diriku di  situ  selain  dari pada yang dinyatakan  Roh  Kudus  dari  kota ke
kota  kepadaku,
bahwa  penjara  dan  sengsara  menunggu  aku.    Tetapi  aku  tidak  menghiraukan  nyawaku  sedikit
pun, asal saja aku dapat mencapai garis
akhir  dan  menyelesaikan  pelayanan  yang  ditugaskan  oleh  Tuhan  Yesus  kepadaku untuk
memberi kesaksian  tentang Injil  kasih karunia  Allah.    Dan  sekarang  aku  tahu,
bahwa  kamu  tidak  akan melihat  mukaku  lagi, kamu  sekalian  yang telah kukunjungi  untuk
memberitakan  Kerajaan Allah.    Sebab itu  pada hari ini  aku bersaksi  kepadamu,
bahwa  aku  bersih, tidak bersalah  terhadap  siapapun  yang akan
binasa.    Sebab  aku  tidak  lalai  memberitakan  seluruh  maksud  Allah  kepadamu.

Pesan perpisahan yang disampaikan oleh Rasul Paulus yang akan melanjutkan perjalanan
misi penginjilan ke Yerusalem memberikan kita pedoman dan panutan hidup yang layak
dan patut kita tiru. Paulus mengungkapkan bagaimana dia sebagai “tawanan Roh” yang
menyerahkan segala kehidupannya hanya untuk melayani Tuhan.

Paulus bersaksi tentang hidupnya, bagaiamana ketulusan dan kesungguhan hidupnya yang
dipanggil sebagai rasul (ayat 26-27). Dari sini kita belajar dari rasul Paulus tentang
kesungguhannya untuk taat dan melayani Tuhan dalam hidupnya, bahwa dia dapat lepas
dari segala beban dan tekanan dalam menjalani kehidupannya karena dia memiliki
kesungguhan untuk hidup dalam panggilannya sebagai rasul. Walaupun ada banyak
hambatan dan tantangan, namun tidak pernah itu semua menghambat dan
menyulitkannya, sebab niat dan pelayanannya dilakukan dengan ketulusan.

Paulus dengan pasti dan penuh keyakinan tanpa beban dapat maju melangkah ke depan
menjalani hidup. Paulus melihat kebelakang tanpa penyesalan dan juga memandang ke
depan tanpa ketakutan. Walaupun Paulus tidak tahu apa yang akan terjadi dalam dirinya di
depan, namun dia tidak pernah menghiraukannya, sebab dia tetap pada fokus hidupnya
yaitu menyelesaikan tugas yang telah Tuhan Yesus berikan kepadanya.

Melalui pengalaman hidup Paulus kita mendapatkan hikmat yang berharga sebagai orang-
orang yang terpanggil dalam iman kepada Tuhan Yesus Kristus dalam menjalani kehidupan
ini. Bisa banyak hal yang terjadi dalam hidup kita, yang membebani dan menyusahkan kita,
namun bagaimana kita mampu untuk mengendalikan hidup dalam setiap situasi. Kita tidak
bisa memaksakan kehendak supaya hanya hal-hal baik yang kita terima, namun kita harus
belajar untuk menerima setiap kenyataan yang terjadi dan mampu mengendalikan diri
dalam situasi apapun.

Di saat senang, maka bersenanglah sewajarnya tanpa berlebihan, jangan sampai kesenangan
itu menjatuhkan kita pada sikap tinggi hati dan sombong, tetapi takutlah akan Tuhan
dengan tahu mengucap syukur bahwa itu adalah pemberian Tuhan.

Di saat susah, hadapilah kesusahan dengan sewajarnya, tanpa berlebihan menyikapinya.


Jangan sampai kesusahan itu membuat kita jauh dari Tuhan, namun berpenganglah pada
pengharapan kepada Tuhan sebagaimana prinsip hidup
Paulus “Tetapi  aku  tidak menghiraukan  nyawaku  sedikitpun, asal saja aku dapat
mencapai garis
akhir  dan  menyelesaikan  pelayanan  yang  ditugaskan  oleh Tuhan  Yesus kepadaku”

Baik suka maupun duka dapat terjadi dan silih berganti dalam hidup kita, yang terkadang
tidak dapat prediksi apa yang akan terjadi ke depan, sebagaiaman tertulis di Pengkhotbah 3:
1, 11 “untuk segala sesuatu ada masanya.... tetapi Tuhan membuat segala sesuatu indah
pada waktunya”. Sekalipun itu kesusahan dapat menjadi kebaikan bagi kita ketika kita
dapat menempatkan diri dengan baik bahwa kita hidup bukan bergantung pada dunia ini
tetapi bergantung pada Tuhan yang telah memanggil dan menjadikan kita anak-anakNya.

Segala sesuatu bisa terjadi dalam hidup kita, namun itu semua tidak pernah menjadi beban
yang memberatkan kita menjalani hidup, sebab kita memiliki prinsip hidup yaitu hidup
untuk melayani Tuhan. Kita dapat menjalani semua yang terjadi dalam hidup tanpa beban
sebab yang kita perbuat semata-mata hanya untuk kemuliaan nama Tuhan. Kita tahu dan
yakin bahwa Tuhanlah yang akan meluruskan jalan bagi kita asal kita memegang prinsip
iman sebagaimana yang dikatakan Tuhan Yesus “Marilah kepadaKu semua yang letih dan
lesu dan berbeban berat.....pikullah kuk yang kupasang....dan jiwamu akan mendapat
ketenangan” (Matius 11:28-30)     

Porisman Lubis at 11:10 AM

1 comment:

1.

R_VanEdenOctober 6, 2019 at 9:01 AM

this life is a chance


this life is to serve God
do not waste the time God gave
this life must be a blessing
Reply


Home

View web version

Powered by Blogger.

Khotbah dan Renungan Kristen


Kumpulan Bahan dan Khotbah Kristen terbaru, Kumpulan renungan kristen, Ilustrasi
Khotbah, Ayat Emas Alkitab, Kumpulan Gambar Tuhan Yesus Kristus
 Home ▼
Tuesday, October 1, 2019

Pengkhotbah 3: 1-14 Indah Pada Waktunya

Bacaan Firman Tuhan: Pengkhotbah 3: 1-14

Untuk segala sesuatu  ada masanya, untuk apapun  di bawah  langit  ada waktunya.    Ada
waktu  untuk lahir, ada waktu  untuk meninggal, ada waktu  untuk menanam, ada waktu  untuk
mencabut  yang ditanam;    ada waktu  untuk membunuh, ada waktu  untuk menyembuhkan; ada
waktu  untuk merombak, ada waktu  untuk membangun;    ada waktu  untuk menangis, ada
waktu  untuk tertawa; ada waktu  untuk meratap; ada waktu  untuk menari;    ada waktu  untuk
membuang  batu, ada waktu  untuk mengumpulkan  batu; ada waktu  untuk memeluk, ada
waktu  untuk menahan diri  dari memeluk;    ada waktu  untuk mencari, ada waktu  untuk
membiarkan rugi; ada waktu  untuk menyimpan, ada waktu  untuk membuang;    ada waktu  untuk
merobek, ada waktu  untuk menjahit; ada waktu  untuk berdiam diri, ada waktu  untuk
berbicara;    ada waktu  untuk mengasihi, ada waktu  untuk membenci; ada waktu  untuk perang,
ada waktu  untuk damai. Apakah  untung  pekerja  dari yang  dikerjakannya dengan berjerih
payah?  Aku telah melihat  pekerjaan  yang  diberikan  Allah  kepada anak-anak  manusia  untuk
melelahkan  dirinya.  Ia membuat  segala sesuatu  indah  pada waktunya, bahkan  Ia
memberikan  kekekalan  dalam hatimereka. Tetapi manusia  tidak  dapat
menyelami  pekerjaan  yang  dilakukan  Allah  dari awal  sampai  akhir.    Aku tahu  bahwa  untuk
mereka tak ada  yang lebih baik  dari pada  bersuka-suka  dan menikmati  kesenangan  dalam
hidup  mereka.    Dan bahwa  setiap  orang  dapat makan, minum  dan
menikmati  kesenangan  dalam segala  jerih payahnya, itu  juga adalah pemberian  Allah.    Aku
tahu  bahwa  segala sesuatu  yangdilakukan  Allah  akan tetap ada  untuk  selamanya; itu  tak
dapat  ditambah  dan tak dapat  dikurangi; Allah  berbuat  demikian, supaya manusia takut  akan
Dia.

Satu kata kunci yang bisa kita lihat dalam kitab Pengkhotbah yaitu “Kesia-siaan” (hevel =
angin, asap, uap). Asap yang bisa kita lihat namun tidak bisa didapat, angin yang bisa
dirasa namun tidak bisa diambil. Pengkhotbah mau menyadarkan kita bahwa seperti itulah
kehidupan di dunia ini. Seperti apapun kita di dunia ini, paling sampai generasi anak dan
cucu kita dapat dengan jelas mengenal kita, selanjutnya kita akan lenyap di telan waktu
yang terus berjalan. Siapa yang perduli dengan kita beratus tahun kemudian?

Tidak ada yang kekal di dunia ini, bagaimanapun usaha kita menjalani hidup di dunia ini
pada akirnya semua akan berlalu. Hal ini perlu kita pahami untuk dapat mendalami
maksud dan pesan yang hendak disampaikan kepada kita melalui kitab Penghotbah ini.
Dan beberapa hal yang dapat kita renungkan melalui nas ini:

1.      Segala sesuatu ada waktunya

Ada waktu lahir ada waktu mati, ada waktu menangis ada waktu tertawa, ada waktu
untung dan rugi. Semua ada waktunya yang terkadang terjadi tanpa diduga-duga. Hal yang
membahagiakan bisa datang tiba-tiba dan sebaliknya dukacita juga bisa datang tiba-tiba.

Maka, menjalani hidup perlu ada keseimbangan, seperti timbangan yang beratnya sama
dikedua sisi. Jika kita berjalan tidak seimbang, maka kita akan jatuh. Bagaimana agar kita
dapat menjalani hidup dengan seimbang dalam setiap situasi? Kita harus belajar menerima
kenyataan yang terjadi, kita tidak bisa mengendalikan hidup yang kompleks ini, tetapi kita
bisa mengendalikan diri menghadapi setiap kenyataan hidup yang ada.

Jika sedang bahagia, lakukanlah dengan sewajarnya, tidak harus berlebihan sampai-sampai
itu menjadi alat bagi kita untuk tinggi hati, namun terimalah dengan sewajarnya dengan
tahu mengucap syukur kepada Tuhan. Demikian halnya dengan dukacita yang datang,
hadapilah dengan sewajarnya, tidak ada gunanya menyikapi secara berlebihan. Tetapi
serahkanlah semuanya kepada Tuhan yang penuh kuasa.

Tidak selamanya kita beruntung adakalanya kita merugi, tidak selamanya kita tertawa ada
kalanya kita menangis. Untuk segala sesuatu ada waktunya

2.      Berhikmat menjalani hidup

Jika Pengkhotbah mengatakan “Segala sesuatu adalah kesia-siaan” adalah supaya kita
memahami dalam diri kita bahwa jika ada yang sia-sia maka ada yang tidak sia-sia, jika ada
yang tidak kekal, maka ada yang kekal. Itulah Allah Tuhan kita yang kekal dan yang
menyediakan kehidupan yang kepada semua orang yang percaya. Iman pengharapan kita
kepada Tuhan yang tidak akan mengecewakan. Berhikmat menjalani hidup adalah dengan
tetap berpengharapan kepada yang tidak sia-sia, yang kekal, maka takutlah akan Tuhan
dalam menjalani setiap kehidupan di dunia ini.

Jika kita bergantung pada apa yang tidak kekal. Jika kita hanya bergantung pada harta yang
kita kumpulkan, maka harta itu bisa tiba-tiba lenyap, jika kita menggantungkan diri pada
kekuatan kita,  karena besok kita bisa lemah, jika kita menggantungkan diri pada pikiran,
besok pikiran kita sendiri bisa menyesatkan kita.

Apapun yang kita jalani dan hadapi di dunia ini tetaplah takut akan Tuhan. Sebab kita tidak
bisa paksakan apa yang kita kehendaki maka itu yang terjadi, kita mendapat seperti apa
yang kita usahakan. Tetapi, tetaplah kita yakin sebagaiaman dikatakan dalam ayat 11 bahwa
Tuhan akan membuat segala sesuatu indah pada waktunya.

Porisman Lubis at 2:41 PM
No comments:
Post a Comment


Home

View web version

Powered by Blogger.

Khotbah dan Renungan Kristen


Kumpulan Bahan dan Khotbah Kristen terbaru, Kumpulan renungan kristen, Ilustrasi
Khotbah, Ayat Emas Alkitab, Kumpulan Gambar Tuhan Yesus Kristus
 Home ▼
Monday, September 23, 2019

Wahyu 20: 11-15 Setia Sampai Akhir

Bacaan Firman Tuhan: Wahyu 20: 11-15

Lalu aku melihat  suatu takhta  putih  yang besar  dan  Dia, yang duduk  di atasnya. Dari  hadapan-Nya
lenyaplah  bumi  dan  langit  dan  tidak  ditemukan  lagi tempatnya.    Dan  aku melihat  orang-orang
mati, besar  dan  kecil, berdiri  di depan  takhta  itu. Lalu dibuka  semua kitab. Dan  dibuka  juga sebuah
kitab  lain, yaitu kitab kehidupan. Dan  orang-orang mati  dihakimi  menurut perbuatan  mereka,
berdasarkan apa yang ada tertulis  di dalam  kitab-kitab  itu.    Maka  laut  menyerahkan  orang-orang
mati  yang ada di  dalamnya, dan  maut  dan  kerajaan maut  menyerahkan  orang-orang mati  yang
ada di  dalamnya, dan  mereka dihakimi  masing-masing  menurut perbuatannya.  Lalu
maut  dan  kerajaan maut  itu dilemparkanlah  ke dalam  lautan  api. Itulah kematian  yang kedua:
lautan  api. Dan  setiap orang yang tidak  ditemukan  namanya tertulis  di dalam  kitab  kehidupan  itu,
ia dilemparkan  ke dalam  lautan  api  itu.

Seperti lirik dari lagi rohani yang berkata “hidup ini adalah kesempatan”, bagaimana kita
untuk menghargai waktu yang Tuhan berikan dalam hidup ini. Walaupun Tuhan
memberikan kesempatan, namun kesempatan itu ada batasnya dan kita tidak tahu sampai
kapan. Tidak selamanya kita hidup, memiliki tubuh yang sehat, kuat.

Tuhan tidak asal memberi kita hidup, diantara hari kelahiran dan hari kematian kita ada
waktu yang berikan oleh Tuhan untuk kita jalani sesuai dengan maksud dan rencanaNya.
Setiap orang/pribadi unik diciptakan oleh Tuhan. Kita tidak akan menjumpai orang lain
yang persis sama dengan diri kita. oleh sebab itu, setiap orang memiliki peran dan tugas
yang Tuhan berikan dalam hidup setiap orang.

Dalam nas ini, firman Tuhan hendak mengingatkan kita bahwa pada waktunya kita akan
mempertanggungjawabkan di hadapan Tuhan hidup yang Tuhan berikan kepada kita
sesuai dengan apa yang kita perbuat.

Jika dikatakan “lalu dibuka semua kitab dan kitab kehidupan”, tentu kita tidak akan
membayangkan seperti kitab atau buku yang kita kenal saat ini. Namun hal ini
memperlihatkan pada kita bahwa Tuhan jelas sangat mengetahui tentang riwayat/histori
kehidupan kita mulai sejak lahir hingga kita meninggal. Tidak ada sedikit pun yang dapat
berlalu atau hilang dari pengetahuan Tuhan, apa yang kita perbuat, lakukan, katakan, yang
timbul dalam hati dan pikiran. Dengan keadilan Tuhan akan menyatakan itu di
pengadilanNya.

Melalui kitab itu, Tuhan benar-benar sangat mengetahui tentang kehidupan setiap orang
dan siapa dari antara semua orang itu yang benar-benar mengimani Tuhan dalam
kehidupannya, merekalah yang namanya tertulis dalam kitab kehidupan. Sehingga tidak
ada gunanya jika nanti kita protes kepada Tuhan mengatakan, “saya baptis, rajin beribadah,
memberi persembahan, dll” namun ketika Tuhan memperlihatkan kitab yang menuliskan
tentang histori kehidupan kita ternyata pengakuan iman yang kita ucapkan berbeda dengan
sikap dan perbuatan kita.

Melalui wahyu yang Tuhan sampaikan kepada Yohanes ini supaya kita mengetahui bahwa
hal ini adalah kebenaran  yang akan terjadi, ada kehidupan yang kekal bagi orang yang setia
dalam iman dan hukuman Tuhan bagi orang yang tidak percaya dan tidak setia.

Kita percaya dan yakin, bahwa perbuatan dan sikap yang berkenan kepada Tuhan itu tidak
akan sia-sia, sebab Tuhan mengetahui semuanya. Sebagaimana rasul Paulus
menuliskan “sebab kamu tahu, bahwa persekutuanmu dengan Tuhan jerih payahmu tidak
sia-sia”  - 1 Korintus 15:58

Porisman Lubis at 6:46 PM
No comments:
Post a Comment


Home

View web version

Powered by Blogger.

Khotbah dan Renungan Kristen


Kumpulan Bahan dan Khotbah Kristen terbaru, Kumpulan renungan kristen, Ilustrasi
Khotbah, Ayat Emas Alkitab, Kumpulan Gambar Tuhan Yesus Kristus
 Home ▼
Saturday, September 14, 2019

Lukas 14: 7-11 Hidup Dengan Rendah Hati


Bacaan Firman Tuhan: Lukas 14: 7-11

Karena Yesus  melihat, bahwa  tamu-tamu berusaha menduduki  tempat-tempat kehormatan,


Ia  mengatakan  perumpamaan  ini kepada  mereka:
"Kalau  seorang  mengundang  engkau  ke  pesta perkawinan, janganlah  duduk  di  tempat
kehormatan, sebab mungkin  orang itu telah mengundang  seorang  yang lebih
terhormat  dari  padamu, supaya  orang itu, yang mengundang  engkau  dan  dia, jangan
datang  dan berkata  kepadamu: Berilah  tempat  ini  kepada orang itu.
Lalu  engkau  dengan  malu  harus pergi  duduk di tempat  yang paling rendah. Tetapi,
apabila  engkau diundang, pergilah  duduk  di  tempat  yang paling rendah. Mungkin tuan rumah
akan datang  dan berkata  kepadamu: Sahabat, silakan duduk  di depan. Dan dengan
demikian  engkau  akan menerima  hormat  di depan  mata semua  tamu  yang lain.
Sebab  barangsiapa  meninggikan  diri, ia akan direndahkan  dan  barangsiapa merendahkan  diri,
ia akan ditinggikan."

Yesus memperhatikan sikap para undangan dalam suatu pesta yang berusaha untuk
menduduki tempat kehormatan. Dengan menempati tempat yang terhormat maka orang
lain akan melihat bahwa mereka adalah orang terhormat. Memperhatikan situasi itu, Tuhan
Yesus memberi pengajaran bahwa sikap yang mereka perlihatkan itu adalah sikap tinggi
hati yang tidak patut ada pada pengikutNya.

Tuhan Yesus menggambarkan situasi itu dengan sebuah kasus yang sangat memalukan,
ketika seseorang dengan percaya diri dan bangga menduduki tempat terhormat, padahal
tempat itu bukan disediakan baginya. Kebanggaannya meninggikan diri harus dibayar
dengan rasa malu di depan umum ketika yang mengundang datang untuk
mempersilahkannya duduk ke tempat yang lebih rendah yang semestinya dia duduki.

Dalam hal ini, Yesus berkata “Sebab  barangsiapa  meninggikan  diri, ia akan


direndahkan  dan  barangsiapa merendahkan  diri, ia akan ditinggikan." Tuhan Yesus bukan sedang
membuat suatu aturan tentang hal kedudukan, mana tempat duduk yang pantas atau tidak, namun
Yesus hendak mengajar suatu sikap yang semestinya dilakukan dan dihidupi oleh seorang
pengikutNya, yaitu kerendahan hati.

Sebab Tuhan juga tidak membeda-bedakan manusia, semua orang diberikan kesempatan
untuk menerima anugerahNya, apalagi kita sesama manusia tidak memiliki hak untuk
membanggakan diri merasa diri lebih dari orang lain bahkan mengharapkan hormat,
sanjungan dari orang lain. Namun biarlah melalui sikap dan perbuatan kita nama Tuhan
yang dipermuliakan.

Tuhan mau tinggal dalam diri kita supaya hati kita terggerak untuk berbuat dan melayani
bagi sesama kita bukan sebaliknya meninggikan diri untuk menarik orang lain melihat,
menghormati dan memuji kita.

Betapa berbahagianya Orang yang rendah hati sebab Tuhanlah yang akan meninggikannya
bukan manusia. Kehormatan, pujian, sanjungan dari manusia adalah sementara, tetapi
kemuliaan yang kita terima dari Tuhan adalah kekal. Yang membuat kita terhormat
bukanlah sanjungan dan pujian manusia tetapi firman yang tinggal dan bekerja dalam
hidup kita.

Hari ini ada seorang yang menghormati kita, namun demikian besok. Hari ini ada seorang
yang memiliki jabatan, harta dan kemampuan dan orang menghormati dan
menyanjungnya, namun semuanya itu akan berlalu. Hari ini kita merasa senang dan bangga
karena orang menghormati dan menyanjung kita, namun besok belum tentu, sikap tinggi
hati itu justru akan membawa kita semakin di bawa ke tempat yang paling tinggi untuk
terjatuh.  

  
Porisman Lubis at 1:48 PM

No comments:
Post a Comment


Home

View web version

Powered by Blogger.

Khotbah dan Renungan Kristen


Kumpulan Bahan dan Khotbah Kristen terbaru, Kumpulan renungan kristen, Ilustrasi
Khotbah, Ayat Emas Alkitab, Kumpulan Gambar Tuhan Yesus Kristus
 Home ▼
Friday, August 23, 2019

Lukas 6: 27-36 Kasihilah Musuhmu


Bacaan Firman Tuhan: Lukas 6: 27-36; Matius 5: 38-48
"Tetapi  kepada kamu, yang mendengarkan  Aku, Aku berkata: Kasihilah  musuhmu,
berbuatlah  baik  kepada orang yang membenci  kamu;  mintalah berkat  bagi orang yang
mengutuk  kamu; berdoalah  bagi  orang yang mencaci  kamu.    Barangsiapa
menampar  pipimu  yang satu, berikanlah  juga kepadanya pipimu yang lain, dan  barangsiapa
yang mengambil  jubahmu, biarkan juga  ia mengambil  bajumu.    Berilahkepada setiap
orang  yang meminta  kepadamu; dan  janganlah  meminta kembali  kepada orang yang
mengambil  kepunyaanmu.

Ajaran Yesus sungguh tidak masuk akal! Masakan kita mengasihi dan


berbuat baik kepada musuh, meminta berkat dari yang mengutuk kita, masa
ia ketika ada orang yang melakukan pemerasan meminta sejumlah uang kita
malah memberikan semua harta kita, masa ia jika ada orang mempermalukan
kita di depan maka kita dengan riang gembira berkata “terimakasih telah
mempermalukanku”. Masa ia ketika kita meminjamkan uang kepada orang lain
maka kita merelakan begitu saja tanpa berharap dia akan mengembalikannya,
jika yang di pinjam Rp.100.000,- kita mungkin masih rela, tapi bagaimana jika
1 juta?
Disini Yesus hendak mengajarkan kepada kita untuk menyelesaikan suatu
masalah ataupun keadaan yang sedang kita hadapi dengan cara yang berbeda
dari konsep yang sudah umum diketahui dan dilakukan oleh manusia. Mata
ganti mata, gigi ganti gigi itu adalah konsep yang sudah umum dan itulah
keadilan yang diketahui oleh manusia.

Yesus mau mengajar kita bahwa ada cara yang jauh lebih baik dari yang
sudah umum kita ketahui, yaitu cara hidup orang yang tinggal dalam
kerajaan Allah, cara hidup anak-anak Allah yaitu hukum kasih. Cara hidup
yang diajar oleh Tuhan Yesus kepada kita memang adalah cara hidup diluar
akal manusia, sebab ajaran hidup yang kita terima adalah berasal dari sorga.

Orang yang percaya kepada Tuhan Yesus tentu harus berbeda, cara hidup
orang beriman bukan lagi seperti cara hidup yang hanya mengandalkan
akal tetapi juga mengandalkan pikiran Kristus (Filipi 2:5). Jika kita
mengasihi orang yang mengasihi kita, itu sudah biasa! Orang yang tidak
percaya juga melakukan hal yang sama. Terus beda kita dimana sebagai
orang-orang yang mengimani Tuhan yang benar?

Cara hidup yang tidak masuk akal itu diajarkan dan dilakukan oleh Tuhan
Yesus di dunia ini, supaya kita dapat belajar dan mencontoh apa yang
dilakukan oleh Tuhan Yesus, Dia hendak mengajar kita melakukan cara
hidup melampaui apa yang sudah biasa, normal dan sudah umum. Dengan
cara hidup kita yang berbeda dari yang sudah biasa dan umum, maka orang
lain akan bertanya “orang seperti apa dia ini?”

Dalam hal mengasihi musuh, bukan artinya kita pasif tanpa berbuat apa-apa
ketika ada yang menampar, menganiaya ataupun menghina kita, namun kita
hendak melakukan sesuatu yang lebih tinggi dan besar dampaknya daripada
hal yang sudah biasa di lakukan oleh manusia dengan pembalasan yang
setimpal, yaitu dengan kasih dari Tuhan, dengan kasih maka kita sedang
membalikkan cara yang dilakukannya itu untuk menyerang dirinya sendiri,
dia mau sadar atau tidak bahwa apa yang dilakukannya itu adalah hal
terbodoh yang pernah diperbuatnya. 
 Itulah sebabnya jika ada pepatah yang mengatakan bahwa “musuh terbesar
adalah diri sendiri”. Jika ada orang yang memusuhi dan yang membenci kita, sesungguhnya musuh
kita bukanlah dia, melainkan diri kita sendiri. Bagaimana kita untuk mampu menaklukkan diri kita?
Yaitu keegoisan untuk balik memusuhinya. Maka tahlukkanlah dirimu di bawah kuasa
Tuhan. Sebagaimana Tuhan Yesus katakan di ayat 31 “Sebagaimana kamu kehendaki supaya orang
perbuat kepadamu, perbuatlah juga demikian kepada mereka”. Jika kita menghendaki musuh itu
menjadi teman, maka kita akan berbuat sebagai teman bagi dia, namun jika kita menginginkan dia
tetap menjadi musuh, maka dia akan tetap menjadi musuh dalam hidup kita.

Yang hendak di ajar Tuhan Yesus kepada kita adalah tentang sikap hati kita
untuk melakukan kasih pada sesama manusia, apa yang Tuhan Yesus
sebutkan dalam nas ini adalah beberapa contoh untuk mengilustrasikan
bahwa kasih itu harus berbuat dalam kehidupan kita. Kasih yang kita terima
dari Tuhan Yesus harus memiliki dampak bagi sesama kita sekalipun itu
orang yang memusuhi kita.

Porisman Lubis at 3:34 PM

No comments:
Post a Comment


Home

View web version

Powered by Blogger.

Khotbah dan Renungan Kristen


Kumpulan Bahan dan Khotbah Kristen terbaru, Kumpulan renungan kristen, Ilustrasi
Khotbah, Ayat Emas Alkitab, Kumpulan Gambar Tuhan Yesus Kristus
 Home ▼
Thursday, August 8, 2019

2 Raja-raja 5: 1-6 Jangan Berkecil Hati

Bacaan Firman Tuhan: 2 Raja-raja 5: 1-6

Naaman, panglima  raja  Aram, adalah  seorang  terpandang  di hadapan  tuannya  dan
sangat  disayangi, sebab  oleh dia TUHAN  telah memberikan  kemenangan  kepada orang Aram.
Tetapi orang  itu, seorang pahlawan  tentara, sakit kusta.    Orang Aram  pernah
keluar  bergerombolan  dan membawa tertawan  seorang anak  perempuan  dari negeri  Israel. Ia
menjadi  pelayan pada  isteri  Naaman. Berkatalah  gadis itu kepada  nyonyanya:
"Sekiranya  tuanku  menghadap  nabi  yang  di Samaria  itu, maka tentulah  nabi itu akan
menyembuhkan  dia dari penyakitnya." Lalu pergilah  Naaman memberitahukan  kepada tuannya,
katanya: "Begini-beginilah  dikatakan  oleh gadis  yang  dari negeriIsrael  itu."    Maka
jawab  raja  Aram: "Baik, pergilah  dan aku akan mengirim  surat  kepada  raja  Israel." Lalu
pergilah  Naaman dan membawa  sebagai persembahan sepuluh  talenta  perak  dan
enam  ribu  syikal emas  dan sepuluh  potong  pakaian. Ia menyampaikan  surat  itu
kepadaraja  Israel, yang berbunyi: "Sesampainya  surat  ini  kepadamu, maklumlah  kiranya, bahwa
aku menyuruh  kepadamu  Naaman, pegawaiku, supaya engkau menyembuhkan  dia dari penyakit
kustanya."

Melalui nas ini kita mau belajar dari seorang anak perempuan dari negeri
Israel yang dibawa menjadi tawanan oleh orang Aram dan menjadi pelayan
Istri Naaman. Seorang anak perempuan dan juga pelayan namun memiliki
pengaruh yang besar. Sebab melalui nasehatnya, Naaman seorang pahlawan
yang terpandang di negeri Aram dapat sembuh dari penyakit kustanya dan
juga anak perempuan itu dapat memberitakan kemuliaan Tuhan melalui
hidupnya.

Melalui dia kita mau belajar bahwa setiap orang percaya itu terpanggil untuk
menyatakan kemuliaan Tuhan dalam hidupnya. Kebesaran dan kemuliaan
Tuhan itu tidak terlihat dari megahnya gedung gereja atau semaraknya
ibadah, namun kita dapat menyatakan kemuliaan Tuhan adalah melalui
kehidupan kita sehari-hari. Melalui sikap dan perbuatan kita nama Tuhan
bisa dimuliakan namun juga dapat membuat hina nama Tuhan.

Kemudian, kita juga mau belajar dari anak perempuan itu, sesulit apapun
kehidupan yang kita hadapi kita tetap dapat memuliakan nama Tuhan dalam
hidup kita. Sekalipun manusia memangdang kita rendah, tetapi Tuhan tidak,
walaupun manusia menganggap kita kecil, tetapi Tuhan menitipkan bagi kita
pekerjaan yang besar.

Porisman Lubis at 2:04 PM

No comments:
Post a Comment


Home

View web version

Powered by Blogger.

Khotbah dan Renungan Kristen


Kumpulan Bahan dan Khotbah Kristen terbaru, Kumpulan renungan kristen, Ilustrasi
Khotbah, Ayat Emas Alkitab, Kumpulan Gambar Tuhan Yesus Kristus
 Home ▼
Tuesday, March 5, 2019

Galatia 1: 11-18 | Kristus ada di dalam aku


Bacaan Firman Tuhan: Galatia 1: 11-18

Sebab  aku menegaskan  kepadamu, saudara-saudaraku, bahwa  Injil  yang kuberitakan  itu
bukanlah  injil manusia.  Karena  aku  bukanmenerimanya  dari  manusia, dan bukan  manusia yang
mengajarkannya  kepadaku, tetapi  aku menerimanya oleh  penyataan  Yesus  Kristus

Untuk menangkis tudingan dan fitnah yang meragukan kerasulan Paulus, maka Paulus
menjelaskan bagaimana latar belakang kesungguhannya dalam memberitakan Injil.

I.                    Dalam agama Yahudi dia jauh lebih maju diantara sebayanya, dan juga rajin memelihara
adat istiadat nenek moyangnya. Karena begitu semangatnya, dia menjadi penganiaya
jemaat Allah (orang Kristen) bahkan berusaha membinasakannya
II.                 Namun walaupun latarbelakang hidupnya seperti itu, Tuhan memilihnya menjadi rasul
dengan cara yang luar biasa. Perjumpaannya dengan Tuhan Yesus di jalan menuju Damsyik
telah mengubah kehidupannya menjadi pemberita Injil.

III.               Paulus menyatakan alasan untuk tidak meragukan kerasulannya, bahwa pelayanannya


memberitakan Injil adalah karena Tuhan Yesus yang telah menyatakan diriNya di dalam
diri Paulus untuk memberitakan Injil kepada semua bangsa. Kerasulannya adalah karena
kasih karunia Allah, tidak ada intervensi atau pertimbangan dari manusia sehingga dia
memberitkan Injil (ay. 12, 16). Injil yang diberitakannya bukanlah diterima dan diajarkan
oleh manusia kepadanya, tetapi Injil itu dinyatakan Tuhan di dalam dirinya.

Apa pelajaran yang berharga yang dapat kita terima dari kisah hidup Paulus?

Dalam pemberitaan Injil yang dilakukannya, ada banyak tantangan yang dihadapinya ( 2
Kor. 11: 23-27) termasuk juga orang-orang yang meragukan kerasulannya, namun hal itu
semua tidak menyurutkan semangaatnya dalam memberitakan Injil. Kita dapat melihat
dalam kitab-kitab Perjanjian Baru bagaimana Tuhan berkarya melalui diri Paulus.

Alasan dari kesanggupan Paulus dan kesungguhannya memberitakan Injil sebagaimana


tertulis di Galatia 2: 20 “Namun aku hidup, tetapi bukan lagi aku sendiri yang hidup,
melainkan Kristus yang hidup di dalam  aku. Dan  hidupku yang kuhidupi sekarang  di
dalam  daging, adalah hidup  oleh iman  dalam Anak  Allah yang telah
mengasihi  aku  dan  menyerahkan  diri-Nya untuk aku.”

Kasih Tuhan yang besar bagi kita adalah menyerahkan DiriNya untuk kita, sebagaimana
Paulus mendapatkan kasih karunia Tuhan yang menyatakan diriNya dalam diri Paulus.
Dalam diri kita Tuhan telah meletakkan FirmanNya yang menjadi daya/kekuatan yang tak
terbatas.

Kekuatan, kemampuan dan semangat untuk kita menjalani kehidupan ini ada dalam diri
kita, yaitu Firman Tuhan yang ditaburkanNya dalam diri kita.

Porisman Lubis at 7:31 AM
No comments:
Post a Comment


Home

View web version

Powered by Blogger.

Khotbah dan Renungan Kristen


Kumpulan Bahan dan Khotbah Kristen terbaru, Kumpulan renungan kristen, Ilustrasi
Khotbah, Ayat Emas Alkitab, Kumpulan Gambar Tuhan Yesus Kristus
 Home ▼
Thursday, October 18, 2018

Roma 12: 1-3 | Ibadah yang sejati

Bacaan Firman Tuhan: Roma 12: 1-3


Karena itu, saudara-saudara, demi kemurahan Allah aku menasihatkan kamu, supaya
kamu mempersembahkan tubuhmu sebagai persembahan yang hidup, yang kudus dan yang
berkenan kepada Allah: itu adalah ibadahmu yang sejati. Janganlah kamu menjadi serupa
dengan dunia ini, tetapi berubahlah oleh pembaharuan budimu, sehingga kamu dapat
membedakan manakah kehendak Allah: apa yang baik, yang berkenan kepada Allah dan
yang sempurna. Berdasarkan kasih karunia yang dianugerahkan kepadaku, aku berkata
kepada setiap orang di antara kamu: Janganlah kamu memikirkan hal-hal yang lebih tinggi
dari pada yang patut kamu pikirkan, tetapi hendaklah kamu berpikir begitu rupa, sehingga
kamu menguasai diri menurut ukuran iman, yang dikaruniakan Allah kepada kamu
masing-masing.

Dalam ibadah umat Israel, para imam membawa kurban persembahan umat
kepada Allah. Kurban persembahan itu adalah binatang yang tidak bercacat
yang akan disembelih. Hal ini akan terus dilakukan untuk kurban
pengampunan dosa umat dan juga imam yang membawanya kepada Tuhan.
Namun, Yesus Kristus telah menjadi Imam Besar yang saleh, tanpa noda dan
dosa dan Dia sendirilah korban persembahan yang tidak bercacat itu, dan hal
ini dilakukan satu kali untuk selama-lamanya (Ibrani 7: 26-27).

Melalui pengorbanan Kristus untuk pengampunan dosa kita, maka kita dapat
datang kehadapan Tuhan dengan penuh ucapan syukur atas pengampunan
dosa kita bukan lagi membawa korban persembahan yang mati, tetapi
persembahan yang hidup oleh karena kemurahan Allah (ay. 1), dan inilah
ibadah yang sejati itu, yaitu membawa persembahan yang hidup sebagai
ucapan syukur.

Persembahan yang hidup itu adalah diri kita sendiri, yaitu diri kita yang telah
mati bagi dosa dan telah memperoleh hidup baru (Roma 6: 4, 11). Tuhan
menghendaki agar hidup kita ini menjadi alat kebenaran (Roma 6: 13) dan
juga menjadi bait Allah yang kudus (1 Kor. 6: 19-21).

Dari pengertian diatas, dapatlah kita mengarah pada praktek atau wujud
nyata dari syukur kita kepada Tuhan, yaitu tidak serupa dengan dunia ini,
tetapi berubah oleh pembaharuan budi (ay. 2). Hidup orang yang telah
ditebus oleh Kristus tentu tidak lagi sama dengan orang yang tidak percaya.
Dari dalam diri orang percaya itu akan memancarkan mana kehendak Allah
dan mana yang berkenan kepada Allah. Sebagamana juga dituliskan di
Galatia 2: 20 “Namun aku hidup, tetapi bukan lagi aku sendiri yang hidup,
melainkan Kristus yang hidup di dalam aku. Dan hidupku yang kuhidupi
sekarang di dalam daging, adalah hidup oleh iman dalam Anak Allah yang
telah mengasihi aku dan menyerahkan diri-Nya untuk aku.”

Ketika kita telah mengenal siapa diri kita di hadapan Tuhan dan juga di dunia
ini, tentu akan ada namanya penguasaan diri sebagaimana dikatakan di ayat
3 “Menguasai diri menurut ukuran iman”. Oleh karena Iman kita kepada
Tuhan Yesus Kristus, kita tidak lagi asal hidup, bekerja, berkata-kata dan
berbuat. Kita akan menguasai diri sesuai dengan kehendak Tuhan.
Sebagai wujud syukur kita kepada Tuhan yang memberikan kita hidup yang
baru, tentu kita akan memberikan yang terbaik kepada Tuhan. Apakah yang
terbaik dapat kita beri kepada Tuhan? Kita tidak dapat membayar lunas
dengan apapun atas apa yang diperbuat Allah dalam hidup kita, tetap kita
adalah orang-orang yang berhutang di hadapan Allah. Namun kita diajar
firman Tuhan untuk selalu hidup dengan penuh syukur, apapun yang kita
perbuat adalah wujud syukur kita pada Tuhan.

Kita mempersembahkan hidup kepada kehendak Tuhan bukan untuk


keinginan duniawi. Wujud syukur kita kepada Tuhan bukan doa, nyanyian
yang formalitas, tetapi doa dan nyanyian yang nyata dalam perbuatan dan
sikap hidup kita, itulah ibadah yang sejati. Sebagaimana Paulus menuliskan
di 1 Korintus 14: 15 “Jadi, apakah yang harus kubuat? Aku akan berdoa
dengan rohku,  tetapi aku akan berdoa juga dengan akal budiku; aku akan
menyanyi  dan memuji dengan rohku, tetapi aku akan menyanyi dan memuji
juga dengan akal budiku.”

Unknown at 10:33 AM

No comments:
Post a Comment


Home

View web version

Powered by Blogger.

Anda mungkin juga menyukai