Anda di halaman 1dari 16

Perdengarkanlah kasih setiaMU Penulis: Alex Nanlohy Kategori: Umum

Perdengarkanlah kasih setia-Mu kepadaku pada waktu pagi, sebab kepada-Mulah aku percaya! Beritahukanlah aku jalan yang harus kutempuh, sebab kepada-Mulah kuangkat jiwaku. (Mazmur 143:8)

Dalam tangan Tuhan. Tidak bisa kita sangkali bahwa pengulangan seruan pemazmur seperti "dengarkan doaku", "berikan telinga kepada permohonanku", dan "jawablah aku", memberikan kesan bahwa pemazmur "melemparkan" dirinya sepenuhnya ke dalam tangan Allah yang dipercayainya murah hati.

Tidak ada tempat yang lebih aman, selain berada dalam tangan Sang Pencipta. Krisis hidup yang berat dapat membawa seseorang semakin dekat kepada Allah atau malahan menghindar dari Allah. Pengalaman Daud dalam Mazmur 143, menunjukkan bahwa dalam krisis yang dialaminya, Daud tetap berserah kepada Allah. Daud meneriakkan kegalauan hatinya kepada Tuhan. Dia berteriak meminta kelegaan dari Tuhan. Kelegaan yang akan Tuhan berikan kepada kita belum tentu dalam bentuk hilangnya masalah. Mungkin masalah yang kita hadapi akan tetap ada. Tetapi Tuhan menjanjikan kekuatan kepada kita untuk mampu menghadapi masalah itu. Keadaan sulit ini melahirkan rangkaian doa yang indah dan bermakna.

Dalam kesulitannya, Pemazmur merasa sedemikian berat persoalannya seolah Tuhan menyembunyikan wajah-Nya. Namun perasaan ini cepat ditepiskan dengan kesadaran penuh bahwa tidak seorang pun yang benar di hadapan Tuhan dan tidak seorang pun yang layak memohon kepada Allah (ayat 2). Di tengah krisis yang dialaminya, pemazmur tidak menghindar dari Allah, tetapi justru Ia memerlukan Allah karena musuh-musuhnya sudah dekat mengancam jiwanya (ayat 3-6). Gambaran yang digunakan sangat kelam. Pemazmur menunjukkan bahwa secara psikologis dan spiritual ia telah hancur (ayat 3), mirip seperti orang yang telah lama meninggal. Krisisnya makin menjadi-jadi ketika ia mengingat akan pekerjaan Allah dalam sejarah (ayat 5-6). Ia juga mengharapkan hadirnya titik cerah dalam situasi yang dihadapinya. Ia seperti tanah yang tandus, putus asa menantikan Tuhan.

Dasar doa yang benar adalah mengakui kebenaran Allah. Karena itu pemazmur melandasi permohonan dan pengharapannya semata-mata pada kesetiaan, keadilan, dan kebaikan Allah (ayat 1b,5). Keyakinan pemazmur dilandaskan atas pengenalannya sendiri akan Allah yang telah hadir dalam sejarah

bangsanya. Pemazmur memohon agar ia dilepaskan dari segala tekanan dan kesesakan bukan karena ia baik tetapi semata karena kebaikan Allah.

Pemazmur memercayakan seluruh kehidupannya kepada Allah. Percaya berarti pasrah pada kehendak Tuhan. Pemazmur menegaskan bahwa percaya berarti kerelaan menerima dan menempuh kehendak Tuhan. Kerelaan melakukan kehendak Tuhan (ayat 8, 9) adalah buah dari percaya.

Pemazmur memahami bahwa kehendak Allah lebih dari segala sesuatu. Ia memang ingin keluar dari krisis, tetapi ia tetap ingin agar Allah sendiri yang menuntunnya melewati hari-hari yang sukar. Mazmur ini ditutup dengan seruan agar dirinya dihidupkan kembali (ayat 11). Penghidupan kembali ini bukanlah sekadar penghidupan fisik, tetapi secara mental, psikologis, dan spiritual. Ia perlu mendapatkan kesegaran dan kekuatan baru untuk hidup.

Perhatian utama Daud pada awal Mazmur ini adalah kesulitannya yang ditimbulkan oleh musuhmusuhnya. Namun, menjelang akhir Mazmur ini, sebagian besar perhatiannya adalah untuk menemukan dan mengikuti jalan Tuhan baginya untuk melangkah maju.

Pelayanan Perkantas tahun 2011 ini memasuki usia ke-40 tahun. Sudah banyak hal yang telah Tuhan nyatakan melalui pelayanan Perkantas, khususnya di Jakarta dan Regional. Tuhan pun terus rindu menyatakan kehendakNya bagi siswa, mahasiswa dan alumni. Bagian kita adalah taat kepada kehendakNya. Kiranya di tengah segala situasi yang kita alami, baik itu suka maupun duka, kita terus berserah dan bergantung penuh kepada Allah.

Marilah kita terus memohon kepada Allah seperti Daud dalam Mazmur 143, Ya Allah, perdengarkanlah kasih setiaMu dan beritahukanlah jalanMu.

Alex Nanlohy

PC Perkantas Jakarta Hidup Seorang Pelayan Tuhan (Kisah 20:17-38) Penulis: Hardi Dharma Setiawan

Kategori: Eksposisi

Sangat mudah bagi seorang pelayan Tuhan untuk hanya terfokus pada aktifitas pelayanan yang sedang dia jalani. Ketika aktifitas demi aktifitas menjadi fokus utama kita, maka kita akan makin sulit menghayati esensi panggilan kita sebagai seorang pelayan Tuhan yang bertanggung jawab kepada orang-orang yang kita layani (bukan kepada program) dan disisi yang lain tetap peka terhadap pimpinan Tuhan dalam hidup pelayanan kita. Dalam Kisah 20:17-38 ini kita bertemu dengan hidup Rasul Paulus sebagai pelayan Tuhan pada masa akhir 3 tahun pelayanannya di Jemaat Efesus. Melalui teladan rasul Paulus, kita akan belajar prinsip-prinsip bagaimana kita seharusnya hidup sebagai seorang pelayan Tuhan, khusunya dalam peran sebagai gembala kepada orang yang dilayani dan juga dalam hal kepekaan terhadap pimpinan Tuhan, semoga melalui artikel ini kita dapat terus melayani dan menyenangkan Tuhan yang telah memanggil kita sebagai pelayan-pelayanNya.

Jemaat Efesus adalah jemaat yang sangat beruntung, karena tiga tahun lamanya Paulus tinggal disana (Ay 31), sekarang ini tibalah waktunya bagi Paulus untuk meninggalkan kota Efesus menuju Yerusalem untuk menghadiri Pentakosta. Tentunya ini adalah perpisahan yang sangat mengharukan antara sang Rasul dengan jemaat Efesus yang diwakili oleh para penatua Jemaat (Ay 17). Perpisahan ini terasa begitu mengharukan, selain karena hubungan yang sangat erat terjalin selama bertahun-tahun, juga dikarenakan sang Rasul mengatakan bahwa mereka tidak akan melihat muka Paulus lagi (Ay 38), betapa terjadi keharuan dan dukacita Ilahi diantara mereka. Rindukah saudara mengalami relasi yang sedemikian mendalam dengan jemaat yang saudara layani? Ada beberapa hal yang menjadi kunci dari pelayanan Rasul Paulus yang perlu kita teladani.

Pertama, Pelayanan yang berorientasi jiwa- Man Oriented (Ay 18-21, 26, 27). Hal pertama yang menjadi rahasia pelayanan dari sang rasul adalah pelayanan yang berorientasi dan mencintai setiap jiwa yang dipercayakan Allah. Terkait dengan hal ini Paulus mengatakan Kamu tahu bagaimana aku hidup di antara kamu sejak aku pertama tiba di Asia ini (Ay 18b) pernyataan tersebut baru bisa benar apabila orang yang melayani bergaul akrab dengan orang yang dilayani, keterbukaan model begini hanya bisa terjadi bila orang yang melayani mempunyai orientasi kepada jiwa-2 (man oriented), bukan sekedar berorientasi menjalankan program (program oriented), yang penting programnya berjalan, beres.

Orientasi kepada jiwa bisa dilakukan bila kita melayani jemaat Allah dengan segala kerendahan hati (Ay 19a). Saudara, siapakah Paulus? Dia orang yang luar biasa terpandang dari segi martabat dan dari segi intelektual, tapi ia melupakan semua itu demi orang yang dilayaninya, bahkan demi orang-2 yang dilayani ini, Paulus rela bekerja dengan tiada henti menasihati mereka dan seringkali dalam menghadapi mereka, tanpa terasa airmatanya berjatuhan (Ay 31). Airmata sang rasul adalah tanda dari ungkapan hati yang terdalam akan jemaat (meskipun bukan satu-2nya tanda), airmata tersebut kadang-2 adalah airmata sukacita karena melihat jemaat yang bertobat, kadangkala airmata kesedihan melihat jemaat

yang hidupnya tetap cemar walaupun mengaku jemaat Allah, entah jenis airmata apalagi yang tercurah dari dalam hati sang rasul, tapi yang pasti airmata tersebut menandakan kecintaannya yang besar akan orang-2 yang sedang dilayaninya. Bukan sekedar memberitakan injil dengan sepenuh hati, sang rasul juga mengabaikan haknya untuk dipelihara oleh jemaat; iarela bekerja keras demi tidak memberatkan jemaat yang dilayani tersebut (Ay 34), betapa mengharukan kecintaan sang rasul kepada jemaat tersebut, ditengah-tengah nyawanya terancam oleh orang-orang yang mau mengusir bahkan mau membunuh dirinya (19b).

Ditengah tantangan yang ada, Paulus tetap bertahan melayani jemaat tersebut karena ia sangat menghargai setiap jiwa yang percayakan Allah kepadanya, oleh karena itu Paulus tidak melalaikan (I have not hesitated) apa yang berguna bagi jemaat, yaitu seluruh maksud Allah kepada jemaat (Ay 20a & 27), demi setiap orang dapat mendengar injil Allah, berbagai cara dilakukan oleh Paulus (Ay 20b), baik melalui pelayanan publik (khotbah ditempat umum / rumah ibadat), juga dalam pelayanan pribadi (NIV: from house to house), pelayanannya juga tidak memandang status / kedudukan orang yang dilayani, setiap orang yang bisa dilayani, akan dilayani, hal ini terangkum dalam ayat 21, baik orang Yahudi maupun orang Yunani diinjili supaya mereka berbalik kepada Allah dengan pertobatan dan beriman kepada Tuhan Yesus. Pendeknya segala cara dilakukan dan segala jenis manusia berusaha dinjili oleh Paulus, sehingga pada akhir pelayanannya di Efesus, ia bisa menghadapinya tanpa penyesalan (Ay 26, 27).

Kedua, Pelayanan yang berpusat pada Allah- God Centered (Ay 22-25). Betapapun kita mencintai suatu jemaat / pelayanan yang telah Tuhan percayakan, tetap bagian kita adalah pelayan, arti sederhana dari pelayan adalah siap ketika sang tuan memberi perintah, siap melakukan tugas yang baru, bahkan ketika demi melakukan tugas tersebut kenyamanan ataupun jiwa kita dipertaruhkan!. Inilah rahasia kedua dari pelayanan sang Rasul, hidupnya adalah untuk menuruti kehendak Allah, nyawanya tidak dihiraukan sedikitpun demi menyenangkan sang Tuan, Bagiku hidup adalah Kristus dan mati adalah keuntungan itulah ucapan yang pernah sang rasul keluarkan dalam suratnya kepada jemaat Filipi. Inilah juga teladan yang telah dengan sempurna diperagakan oleh sang Allah sendiri dalam rupa Yesus Kristus Makanan-Ku ialah melakukan kehendak Dia yang mengutus Aku dan menyelesaikan pekerjaan-Nya (Yoh 4:34).

Walaupun Paulus sangat mencintai jemaat Efesus, ada waktunya ia harus siap melakukan tugas baru yang dipercayakan Allah kepadanya. Dan setelah tiga tahun melayani di Efesus, selesailah tugasnya (Ay 25), tibalah saatnya Allah mengutus Paulus kepada pelayanan di tempat lain. Inilah tugas baru yang diberikan Allah kepada sang rasul dan bagi Paulus arti hidupnya adalah melakukan kehendak Allah, keinginannya adalah menyenangkan Allah, sehingga walaupun ia punya kehendak bebas, ia mengatakan dirinya adalah tawanan Roh (Ay 22), step-by-step Paulus berusaha taat kepada Allah, dia hanya tahu bahwa penjara dan sengsara menunggu dia! (Ay 23). Apakah Paulus manusia super? Otot kawat tulang besi?? Tidak! Dia manusia biasa, tetapi yang seringkali berbeda dengan kita kita adalah dia manusia yang selalu berusaha taat kepada Allah dan meyakini akan penyertaan Allah dalam kehidupanNya maupun kematiaannya (Ay 24) Luar biasa!.

Bisikan Roh tentang nasib Paulus juga sampai kepada murid-murid lain (perhatikan 21:4, 10-12), walaupun sudah diperingatkan oleh para murid yang lain, mengapa Paulus tetap cari bahaya dengan pergi ke Yerusalem? Bukankah Roh yang sama yang sebelumnya telah memberitahu Paulus, sekarang memperingatkan Paulus melalui murid-murid dan nabi Agabus? Bahwa Paulus akan mengalami sengsara, diikat oleh orang Yahudi dan diserahkan ke tangan bangsa-bangsa lain, lalu mengapa sang rasul tetap nekat pergi ke Yerusalem?? Jawabannya terletak pada pasal 21:13 ... sebab aku ini rela, bukan saja untuk diikat, tetapi juga untuk mati di Yerusalem oleh karena nama Tuhan Yesus. Paulus bisa melihat justru inilah yang Allah inginkan untuk hidupnya, sementara murid-murid hanya bisa melihat sebatas diri Paulus yang akan mengalami celaka dan sengsara, Paulus bisa melihat melampaui penderitaan dirinya, Paulus melihat, itulah kehendak Allah yang terbaik bagi dirinya. Saya percaya panggilan mula-2 dari Paulus turut menguatkan dia, bahkan mengkonfirmasi bahwa penjara dan sengsara ini adalah kehendak Allah untuk dirinya (Lih Kis 9:15-16). Sungguh mengharukan, inilah teladan hamba Allah yang sejati, rela pergi kemanapun Allah memimpin, rela serahkan kenyamanan pribadi, bahkan rela serahkan nyawa demi menyelesaikan tugas yang diberikan Sang Tuan, yaitu Allah sendiri. Inilah contoh nyata bahwa kehendak Allah kadangkala melampaui kenyamanan pribadi, berkat pemeliharaan fisik dan materi seperti yang sering diteriakan dengan lantang oleh beberapa orang yang mengaku dirinya hamba Tuhan: Ikut Tuhan pasti Tuhan pelihara, ikut Tuhan pasti bebas dari sengsara, ikut Tuhan hidup pasti berlimpah materi. Saudaraku, itulah contoh pelayanan yang berpusat pada diri, bukan pada Tuhan!! Ikut Tuhan penuh dengan resiko dan ketidakpastian! Siap ketika Tuhan menyuruh pergi ke tempat yang baru, bertemu dengan orang-orang baru, ladang yang baru, dst. Pemeliharaan Tuhan melampaui berkat materi, fisik dan kenyamanan pribadi, bukankah Yesus merupakan contoh sempurna orang yang melakukan kehendak Allah dengan sempurna? Yaitu mati di kayu salib. Dimata manusia, Yesus orang yang paling malang, tetapi Alkitab justru menyaksikan bahwa Allah sangat memuliakan Dia (Fil 2:5-11). Bagaimana dengan saudara? Siapkah ketika Allah utus kedalam ladang pelayanan yang baru?? Beranikah merelakan kesenangan pribadi demi menjalani kehendak Allah?

Ketiga, Kesadaran bahwa pelayanan adalah milik Allah- Gods Ministry (Ay 28-32), Paulus sangat menyadari bahwa setelah ia pergi akan muncul serigala-2 ganas yang akan mengacaukan jemaat, yaitu pengajar-2 palsu yang akan menarik orang dari ajaran yang benar (Ay 29, 30). Lalu mengapa Paulus tetap memutuskan untuk pergi?? Selain poin 2 diatas, Paulus juga menyadari bahwa pelayanan adalah milik Allah, Allah yang akan memelihara jemaatnya. Allah yang akan terus memanggil generasi-generasi baru untuk melayani dia, bahkan untuk kota Efesus, Allah telah memanggil dan meneguhkan para penatua menjadi gembala yang baru untuk pelayanan di Efesus (Ay 28), Allah melalui Roh Kudus menetapkan penilik untuk menjaga kawanan dombaNya. Luar biasa, ketika Allah memberi tugas pelayanan baru kepada Paulus, Allah tidak melalaikan jemaatNya, Ia menyediakan gembala-gembala baru untuk jemaatNya, memang Allahlah pemilik pelayanan, Allahlah yang lebih mencintai jemaatNya dibandingkan dengan siapapun. Nilai jemaat dimata Allah adalah luar biasa berharga, nilai jemaat adalah nilai darah Kristus, karena jemaat didapat dengan mencurahkan darah Kristus (Ay 28). Bagian kita adalah mengerjakan pelayanan Allah sebaik-baiknya bila dipercayakan suatu jemaat, menjaga mereka dari serigala-2 jahat dan memberi mereka Firman agar terus bertumbuh (Ay 31), tugas mulia yang dahulu dipercayakan kepada Paulus, pada saatnya akan diregenerasikan kepada orang lain yang telah Allah

panggil. Pada akhirnya kita harus menyadari bahwa pelayanan bukanlah milik kita, Allahlah sang pemilik pelayanan (Ay 32). Sudahkah kita sadar bahwa kita tidak akan selamanya melayani suatu jemaat?? Sudahkah kita mengerjakan dengan baik bagian kita selama masih dipercayakan?? Sudahkah kita mempersiapkan pengganti-2 bagi pelayanan kedepan.

Keempat, Kesadaran bahwa pelayanan adalah kesatuan tubuh Kristus- One Body of Christ (Ay 33-36). Hal terakhir dalam bagian ini yang dapat kita pelajari dari hidup rasul Paulus, adalah kesadaran serta perjuangan dirinya untuk membuat jemaat bisa menyadari adanya kesatuan antar orang percaya sebagai satu tubuh Kristus. Inilah hal yang sangat diperjuangkan Paulus dengan sepenuh hati, Jemaat di Yerusalem pada waktu itu adalah jemaat yang secara ekonomi miskin, dalam perjalanan misinya, sering Paulus mendorong jemaat untuk mengumpulkan dana demi jemaat di Yerusalem (lih I Kor 16:1, 2 Kor 9:1, Roma 15:25-26). Jemaat Efesuspun dimotivasi untuk ikut merasakan penderitaan sesama tubuh Kristus dan membantu mereka, demi jemaat tidak salah paham, Paulus menegaskan motivasi hatinya, tidak pernah ia meninginkan perak, emas ataupun pakaian dari siapapun untuk kepentingan pribadinya (Ay 33), motivasinya tersebut terjelma dalam kehidupannya, seharusnya sebagai hamba Allah, ia berhak dipelihara oleh jemaat, tetapi tidak mengambil haknya, ia bekerja memenuhi kebutuhan dirinya dan juga teman-teman perjalanannya (Ay 34). Itulah contoh nyata yang diperagakan sang rasul yang berasal pengajaran Yesus sendiri (Ay 35). Kesatuan Gereja sebagai satu tubuh begitu diperjuangkan oleh Paulus. Mengenai kesatuan ini, John Calvin mengatakan Melampaui tembok-2 gereja, berdirilah gereja yang sebenarnya, gereja yang kudus dan amoleh karena itu kesulitan dan penderitaan suatu jemaat di tempat lain adalah juga kesulitan dan penderitaan kita sesame orang percaya. Dan kesatuan ini bukan sekedar menjadi niat dihati ataupun ucapan bibir, melainkan harus terwujud dalam tindakan. Sudahkan kita membantu saudara-saudara kita di sekolah / kampus / gereja lain?

Biarlah melalui teladan rasul Paulus kita bisa berkaca dan mengkoreksi hidup kita dalam mengerjakan pelayanan yang sedang Tuhan percayakan, semoga hidup kita makin menjadi pelayan Tuhan yang sejati: Seorang pelayan yang berorientasi jiwa (Man Oriented); Pelayan yang berpusat pada Allah- God Centered; Pelayan yang memiliki kesadaran bahwa pelayanan adalah milik Allah- Gods Ministry; Pelayan yang menjiwai kesatuan tubuh Kristus- One Body of Christ. Semoga kita dapat terus melayani dan menyenangkan Tuhan yang telah memanggil kita sebagai pelayan-pelayanNya. Soli Deo Gloria.

Hardi Dharma Setiawan Alumnus Fakultas Ekonomi UI Staff Siswa Perkantas Jakarta

Apakah Anda Murid Penulis: Alex Nanlohy Kategori: Pemuridan Kecil tapi hebat. Rasanya slogan iklan sebuah deterjen ini, tidaklah terlalu berlebihan jika dikaitkan dengan pengalaman dalam sebuah kelompok kecil. Kelompok kecil yang anggotanya sedikit, ternyata dapat membawa perubahan yang besar dan berarti. Kelompok kecil untuk tujuan agama bukanlah perkembangan yang baru. Banyak study yang telah dilakukan tentang kelompok kecil, salah satunya didorong oleh kenyataan keefektifan kelompok kecil dalam menyebarkan komunis. Dua tahun setelah pemerintahan komunis menguasai Cina, dilaporkan oleh seorang mahasiswa Kristen bahwa keluar peraturan melarang pertemuan lebih dari 5 orang. Dia mengakhiri tulisannya dengan mengutip kata-kata Tuhan, di mana dua atau tiga orang berkumpul dalam nama-Ku, Aku ada di tengahtengah mereka. Di waktu selanjutnya, walaupun kelompok kecil dilarang dan bahkan ada yang ditangkap, orang Kristen tetap bersekutu dan bersaksi. Sungguh luar biasa, Allah memakai kelompokkelompok kecil di negara yang menentang Kekristenan ini, untuk tetap memelihara iman dan semangat penginjilan orang-orang di Cina. Bahkan ada sumber yang mengatakan bahwa jumlah orang Kristen di Cina, setelah keruntuhan komunis bahkan 3 kali lipat lebih banyak dibandingkan sebelum komunis berkuasa. Di dalam negara-negara yang bebas pun, kelompok kecil juga digunakan untuk meneguhkan iman dan mendorong penginjilan.

Sarana Pembaharuan dalam Alkitab Beberapa abad sebelum orang-orang membicarakan dinamika kelompok dan pertumbuhan melalui kelompok kecil, orang Kristen pada gereja mula-mula telah menggunakan kelompok kecil untuk menyebarkan Injil pada masa pemerintahan Romawi. Jauh sebelum ada gedung gereja dan lembagalembaga. Mereka bertemu di rumah-rumah (dalam kelompok yang lebih kecil) untuk besekutu dan menerima pengajaran dari para rasul. Ketika penganiayaan tiba, mereka bertemu dalam tempat-tempat tersembunyi, seperti Katakombe di Roma. Hal ini tampaknya berlangsung sampai gereja kemudian memakai sebuah sistem yang perlahan-lahan menyebabkan lemahnya kesaksian dari orang awam dan berfokusnya pelayanan kepada para pendeta, pengajar dan penginjil. Dalam rencana-Nya, Allah mau semua orang terlibat dalam kesaksian gereja dan untuk tujuan itulah Ia memberikan orang-orang dengan karunia khusus untuk memperlengkapi orang-orang kudus untuk terlibat dalam pelayanan (Ef 4:11,12). Dalam pelayanannya, Tuhan Yesus mengkonsentrasikan dirinya dalam melatih sekelompok orang. Ia memanggil mereka untuk bersama Dia, belajar dari-Nya, lalu mengirim mereka untuk bersaksi dengan perintah untuk kembali dan melaporkan apa yang telah mereka alami. Allah juga memakai kelompok yang kecil di dalam Perjanjian Lama untuk membawa pembaharuan yang signifikan bagi kehidupan umat Allah dan dunia ini. Allah seringkali memakai rumah-rumah tangga untuk menggenapkan rencananya. Misalnya Allah memakai delapan orang dalam keluarga Nuh untuk menggenapkan rencana-Nya bagi dunia ini (Kejadian 7 9). Nuh dan keluarganya menjadi agen

pembaharu untuk dunia ini setelah peristiwa air bah. Lihat juga contoh Musa dalam Keluaran 18:13-26, ketika ia mengikuti nasihat mertuanya, Yitro, untuk membagi kelompok 1000 orang, 100 orang, 50 orang, dan 10 orang. Hal ini memungkinkan setiap anggota kelompok mendapat perhatian yang lebih baik. Demikian pula pengalaman Daniel beserta teman-teman kelompok kecilnya, ketika mereka berada di pembuangan Babel (Daniel 1:6; 13-20; 2:17-18). Dari pemaparan di atas, kita melihat desain Allah bahwa persekutuan (gereja) menjadi pusat di mana orang Kristen menerima pembaharuan dan pengajaran dan kemudian mereka diutus ke dalam dunia untuk membawa perubahan. Mereka tidak hidup terpisah dari masyarakatdi mana mereka berkembang, namun kehadiran mereka seharusnya membawa petobat-petobat baru ke dalam persekutuan. Jelas sekali, bahwa kekuatan persekutuan (gereja) tidak dapat diukur dari jumlah pengunjung kebaktian tiap minggunya. Keefektifan pelayanan persekutuan terlihat dari jumlah anggotanya yang aktif terlibat dalam kesaksian, yang sungguh-sungguh menjadi MURID. Pelayanan dan pengajaran yang dilakukan di dalam persekutuan ditujukan untuk membangun MURID yang bukan sekedar penonton. Untuk itulah, kelompok kecil dalam persekutuan berfungsi bukan sebagai persekutuan yang terpisah dari masyarakat tetapi justru kehadirannya memberikan pengaruh kepada segenap lapisan masyarakat (di dalam lingkungan keluarga, sekolah/kampus, pekerjaan, bangsa dan negara).

Sarana yang Efektif Menghasilkan MURID Jika ditanyakan, Apa yang Tuhan Yesus hasilkan dalam kelompok kecil yang dipimpin-Nya?, maka tentu jawabannya adalah MURID. Kata "MURID" adalah suatu sebutan yang umum digunakan dalam Alkitab (secara khusus Perjanjian Baru) untuk menunjuk kepada para pengikut Yesus, sebelum mereka disebut dengan istilah "Kristen". "Di Antiokialah, murid-murid itu untuk pertama kalinya disebut Kristen." (Kis 11:26b). Kata "MURID" (disciple-Ing, mathetes-Yun) muncul 73 kali dalam Injil Matius, 46 kali di Injil Markus, 37 kali di Injil Lukas, 78 kali di Injil Yohanes, dan 28 kali di Kisah Para Rasul. Hidup dalam keselamatan yang telah Allah anugerahkan, bukan sekedar hidup yang pasif, tetapi hidup yang aktif untuk melakukan kehendak Allah. Ini bukanlah hal yang mudah, melainkan membutuhkan suatu kesungguhan dan pengorbanan, untuk dapat berkata YA kepada kehendak Tuhan dan TIDAK kepada dosa atau keinginan diri sendiri. Panggilan hidup seperti inilah yang Yesus berikan kepada setiap orang yang menjadi MURID-Nya. Ini adalah anugerah Allah, yang seharusnya diresponi dengan benar oleh setiap anak-anakNya. MURID adalah seorang yang mau terus belajar. MURID bukan hanya tahu tentang pengajaran Kristen, tetapi juga melakukan apa yang dia ketahui. Status orang Kristen sebagai MURID merupakan suatu hal yang sangat penting untuk dihayati. Menjadi MURID merupakan panggilan yang diberikan Tuhan kepada setiap orang yang mau mengikuti DIA, dan merupakan panggilan seumur hidup. Sebutan MURID, bukan hanya suatu terminologi kosong yang melekat pada diri orang Kristen. Setiap murid Tuhan, seharusnya juga menunjukkan kualitas MURID yang sejati dalam kehidupannya. Menjadi MURID berarti suatu penyerahan diri atau komitmen total kepada gurunya. Tanpa lahirnya MURID melalui pelayanan kita, sebenarnya kita tidak menghasilkan apa-apa! Karena tanpa MURID, sesungguhnya tidak ada perubahan yang dihasilkan !

Kelompok kecil sudah terbukti baik dan efektif untuk pemuridan. Inipun sarana yang Allah anugerahkan di mana Ia ikut berperan didalamnya. Di dalam kelompok kecil bukan hanya dibentuk pengetahuan tentang Kekristenan, tapi juga dibangun watak seperti Kristus. Kita dapat dilatih dalam dasar-dasar Kekristenan, seperti saat teduh dan doa yang teratur, menggali Firman Tuhan, dll. Kelompok kecil bukanlah barang baru di kalangan pelayanan mahasiswa di Indonesia. Kelompok Kecil selama ini sudah menjadi menu utama yang disajikan oleh Persekutuan Mahasiswa Kristen (PMK) di berbagai kota di Indonesia. Kelompok Kecl ini, diyakini sebagai suatu hal yang penting, karena bukan hanya dianggap sebagai suatu aktifitas atau program tetapi merupakan tulang punggung dalam persekutuan. Namun, mengapa PMK saat ini adem ayem? Mengapa seolah-olah tidak terjadi perubahan di dalam Persekutuan ? Di dalam dunia kampus? Di masyarakat? Kita perlu dengan serius mengevaluasi hal ini. Atau mungkinkah, PMK sudah berhenti menghasilkan MURID? Saat ini PMK dihadiri oleh banyak mahasiswa, namun berapa banyak yang mau sungguh-sungguh dibentuk menjadi MURID? Mungkin juga, ada banyak mahasiswa yang mau terlibat dalam pelayanan, namun berapa banyak yang mau setia menjadi MURID yang melayani? Atau jangan-jangan, Kelompok Kecil di PMK hanyalah melanjutkan tradisi saja, tapi sebenarnya sudah tidak lagi menghasilkan MURID? PMK perlu menjawab pertanyaan ini dengan bukti dan tindakan nyata !!!

Mengutip kalimat LeRoy Eims dalam buku Pemuridan Seni yang Hilang : Menumbuhkan sebuah pohon jati memakan waktu bertahun-tahun lamanya, tetapi sebuah jamur payung dapat bertumbuh dalam semalam. Membangun murid, pembina murid, dan pemimpin yang setia dan mampu akan memakan waktu lama.

Alex Nanlohy Staf Siswa Perkantas Jakarta

Di dalam kelompok kecil bukan hanya dibentuk pengetahuan tentang Kekristenan, tapi juga dibangun watak seperti Kristus.

Firman Allah Tidak Boleh Terbelenggu Penulis: Febyan Mirag Molle, S.Si. Kategori: Keunikan PMK

FIRMAN ALLAH TIDAK BOLEH TERBELENGGU Tekad yang Harus Kita Miliki dalam BIBLE MOVEMENT di PMK

Karena pemberitaan Injil inilah aku menderita, malah dibelenggu seperti seorang penjahat, tetapi firman Allah tidak terbelenggu.

Kalimat di atas adalah kata-kata yang dirangkai rasul Paulus dalam suratnya yang kedua untuk Timotius (2 Timotius 2:9). Ketika itu ia sedang dipenjara di Roma untuk yang kedua kalinya, di mana ia mendapatkan perlakuan yang jauh lebih buruk. Sekarang ia dibelenggu dalam penjara bawah tanah yang dngin dan sukar dikunjungi (2 Timotius 4:12, 16-17). Dan ia tahu hanya ada satu jalan keluar dari sana, yaitu kematian melalui hukuman mati (2 Timotius 4:6-8).

Selain dari ancaman maut itu, Paulus juga menghadapi setumpuk masalah yang berat dan menyusahkan. Pertama, banyak sekali jemaat di Asia Kecil yang menyangkal dan tidak mau lagi mengakui Paulus dan ajarannya (1:15). Kemungkinan kemurtadan besar ini terjadi karena pemenjaraan Paulus dipandang sebagai pertanda akhir kisah agama Kristen. Padahal dulu ketika Paulus menginjili di di sana, terjadi pertobatan besar-besaran.

Kedua, Paulus kesepian dan tidak ada seorang pun yang membantu ketika sidang pembelaannya yang pertama. Rekan-rekan sepelayanannya sedang pergi atau diutusnya ke daerah lain. Ada pula yang keluar dari pelayanan karena mencintai dunia. Hanya Lukas yang masih tinggal (4:9-12).

Ketiga, musuh-musuhnya giat menyengsarakan dia. Diantaranya, seorang tukang tembaga bernama Aleksander (4:14-15).

Keempat, Kaisar Nero, yang sangat benci orang Kristen, sedang berada di tampuk kekuasaan. Kaisar sinting itu membakar kota Roma untuk kenikmatan dirinya, lalu mengkambing-hitamkan orang Kristen sebagai pembakar kota besar itu. Segera sesudah itu, ia menangkapi dan menyiksa orang-orang percaya dengan menyalibkan mereka, membungkus mereka dengan kulit hewan dan melepaskan anjing-anjing pemburunya untuk menerkam mereka, dan dengan membakar mereka hidup-hidup sebagai obor manusia untuk menerangi permainan di tamannya. Aniaya dan penderitaan besar mengancam jemaat yang telah Paulus bangun dan peliharan dengan susah payah.

Dan yang kelima, Timotius, orang yang ia harapkan menjadi penggantinya dalam pemberitaan Injil, adalah seorang yang memiliki sifat penakut, disamping usianya yang relatif masih muda dan fisiknya yang sering didera penyakit. Itulah sebabnya Paulus harus menuliskan surat untuk menasihati Timotius akan pentingnya keberanian di hadapan penderitaan demi Kristus.

Nah, ketika maut sedang mengintip di ambang pintu dan masalah-masalah membebani, apa yang menjadi perhatian rasul Paulus? Biasanya, seseorang yang menjelang hukuman mati akan dikuasai keinginan-keinginan pribadi, misalnya ingin bertemu orang-orang yang disayangi, ingin menikmati makanan kesukaan, menuliskan wasiat pribadi, dan hal-hal lain yang sejenis. Atau mencari cara melarikan diri. Bagaimana dengan Paulus? Bila kita meneliti surat 2 Timotius, jelas cuma satu hal yang mengisi benaknya : Injil, harta yang indah itu, terus terpelihara dan diberitakan dari generasi ke generasi (2 Timotius 1:14; 2:2; 4:1-2). Itulah sebabnya ia masih menyempatkan diri menulis surat 2 Timotius ini; ia mau Timotius bersedia dan berani memelihara dan meneruskan berita Injil.

Apa yang menyebabkan ia seperti itu? Saya melihat salah satu penyebabnya, ialah apa yang nampak dari kata-katanya dalam ayat 9 pasal 2 dari surat 2 Timotius yang telah sayakutip di awal tadi, "...tetapi firman Allah tidak terbelenggu. Di hati rasul tua itu membara satu tekad : firman Allah tidak boleh terbelenggu. Mulai dari saat ia rebah ke tanah di hadapan Kristus yang menampakkan diri padanya dalam perjalanan menuju Damsyik, hingga saat ia rebah ke tanah dan mati ketika pedang algojo romawi menebas lehernya, tekad itu terus menyala dengan kobaran yang kian besar. Sebagai hasilnya, firman Allah tetap terpelihara dan tersebar luas, tanpa terhentikan lewat pelayanannya. Dan ia tidak membiarkan penjara, hukuman mati, jemaat yang murtad, rasa sepi dan tiadanya rekan sepelayanan, musuh, Kaisar Nero yang sinting, ataupun kelemahan Timotius membelenggu firman Allah.

Nah teman-teman, saya melihat kita perlu memiliki tekad yang sama dengan rasul Paulus dalam BIBLE MOVEMENT di PMK-PMK kita saat ini.

BIBLE MOVEMENT , salah satu keunikan PMK, adalah suatu gerakan mempelajari, menaati dan mengajarkan Alkitab. Wujudnya bisa bermacam-macam : Penyelidikan Alkitab (PA) secara pribadi, studi Alkitab lewat eksposisi atau PA kelompok di persekutuan besar (Persekutuan Jumat, Retreat, pembinaan-pembinaan khusus, dll.), studi alkitab dalam kelompok kecil (Kelompok Kecil, Kelompok Tumbuh Bersama, Kelompok PA, atau kelompok diskusi). Dan Alkitab menjadi dasar dan petunjuk segala hal lainnya yang ada dalam PMK

Saya beranggapan bahwa ketika kita berkata bahwa di PMK kita ada BIBLE MOVEMENT, maka seharusnya di PMK kita itu tampak ada suatu dinamika firman yang kuat dan berkesinambungan, atau kalau dalam kalimat rasul Paulus firman Allah tidak terbelenggu; firman Tuhan dipelajari, diaplikasikan dalam hidup dan diajarkan dengan penuh kesungguhan, dari waktu ke waktu tanpa henti, baik secara pribadi, dalam kelompok besar maupun kelompok kecil. Generasi demi generasi di kampuskampus kita menekuni, menaati dan membagikan firman Allah dengan segenap daya upaya yang ada. Dan tentunya, juga ada dinamika firman Allah yang kuat dalam hati dan pikiran masing-masing pribadi yang terlibat di dalamnya, sehingga terus bertumbuh mengenal Tuhan dan makin menyerupai Dia. Inilah BIBLE MOVEMENT yang sesungguhnya.

Di banyak kampus saat ini, saya melihat dinamika tersebut telah melemah, bahkan ada kampus yang bisa dibilang tidak ada lagi dinamika firman Allah di dalamnya. Ini terjadi karena banyak diantara kita, secara sadar atau tidak, telah membuat atau membiarkan firman Allah terbelenggu.

Sebagai pribadi, kita tidak atau kurang mencintai firman Tuhan. Ketidakmampuan kita menggali kebenaran firman. Kemalasan kita untuk membaca dan mempelajari firman. Begitu banyak hal yang harus kita kerjakan, termasuk banyak sekali kegiatan persekutuan dan pelayanan, sehingga tidak sempat merenungkan ataupun firman Tuhan yang telah didapat, hingga akhirnya menguap atau tinggal sebagai pengetahuan saja. Dan tidak memiliki kerinduan untuk membagikan kebenaran firman Tuhan yang telah kita nikmati.

Dalam acara-acara kelompok besar, kita tidak mengadakan atau tidak memberikan porsi yang cukup untuk ekposisi dan PA kelompok, karena lebih suka bentuk acara lainnya. Kalau pun ada, seringkali tidak dipersiapkan dengan baik. Ketika eksposisi atau PA kelompok diadakan, banyak yang tidak mengikutinya; atau mungkin ikut, tapi hati dan pikirannya tidak ikut, melanglang buana entah ke mana. Perhatian dan penghargaan terhadap pelayan-pelayan yang memimpin PA kelompok (PPA) atau membuat bahan PA kelompok (PBPA) kurang diberikan. Banyakfakta menunjukkan hal ini. Misalnya ketika persiapan PA kelompok untuk Persekutuan Jumat atau acara lainnya kurang beres, karena PPA tidak hadir atau tidak maksimal persiapan pribadinya, pengurus/panitia bersikap biasa-biasa saja, tetapi jika check-out MC dan pemusik tidak beres, pengurus/panitia pasti resah setengah mati dan bisa marahmarah. PPA dan PBPA tidak diberi apresiasi yang cukup dibanding dengan pengkotbah, MC atau pemusik, padahal pelayanan PPA dan PBPA langsung bersentuhan dengan pribadi-pribadi yang dilayani. Kita juga bisa melihat pada akhir suatu kamp atau retreat, para Pembicara, MC dan Pemusik diminta berdiri serta diberi berbagai macam apresiasi dan tepuk tangan yang gegap gempita, sedangkan PPA atau PBPA disebutkan namanya pun tidak. Kurangnya perhatian dan penghargaan tersebut pada akhirnya membuat PA kelompok tidak memberi hasil yang baik.

Bagaimana di kelompok kecil? Kuantitas dan kualitas PA dalam kelompok kecil terlihat menurun. Seringkali saya menjumpai Pemimpin KK yang tidak melakukan PA Pribadi dan hanya mengulang apa yang pernah ia dapatkan dalam KK-nya dulu, padahal sudah ikut training PA berkali-kali. Kalaupun PA Pribadi ketika persiapan untuk pimpim KK, itu dilakukan seadanya saja. Anggota KK juga tidak serius dalam persiapan atau pelaksanaan serta penerapan PA dalam KK-nya. Bahkan banyak juga yang berusaha melarikan diri supaya tidak usah pusing-pusing ber-PA. Ketika sudah menikmati kekayaan firman Tuhan lewat PA yang berkualitas, sedikit pula yang mau membagikan kepada orang lain di luar kelompok. Dan yang lebih menyedihkan lagi, tidak sedikit KK yang hanya mengisi pertemuanpertemuannya dengan sharing ataupun sekedar bertemu dan bersenang-senang, dengan jalan-jalan dan makan-makan.

Selain itu, ada juga faktor-faktor eksternal, misalnya perkuliahan dan praktikum yang padat dan berat, aturan-aturan dari pihak kampus, godaan dari UKM atau kegiatan ekstrakurikuler lainnya, sikap negatif dari teman-teman non-Kristen, atau tentangan orang tua, yang menghambat BIBLE MOVEMENT, tetapi kita tidak cukup berjuang mengatasinya.

Itulah sejumlah hal yang saya lihat telah kita biarkan "membelenggu" firman Allah di kampus kita. Mungkin masih banyak hal lainnya yang bisa teman-teman tambahkan, jika mau mengevaluasi dengan jujur diri dan kampus kita.

Menyadari ini semua, bagaimanakah kita seharusnya bersikap? Jelas kita semua harus berjuang agar hal-hal tersebut tidak lagi menghambat BIBLE MOVEMENT di kampus-kampus kita. Jangan biarkan ada yang membelenggu firman Allah di kampus-kampus kita. Jangan biarkan kondisi pribadi, kelompok besar, kelompok kecil ataupun faktor-faktor eksternal membelenggu firman Allah.

Lalu bagaimana caranya? Mengenai detail bagaimana cara mengatasinya, harus kita pikirkan sesuai dengan apa yang memang sedang kita hadapi atau alami di kampus kita masing-masing. Tetapi ada satu hal yang harus kita semua lakukan, yaitu yang sudah saya sebutkan di atas tadi, kita harus memiliki tekad yang sama seperti yang dimiliki rasul Paulus : firman Allah tidak boleh terbelenggu di kampus-kampus kita. Tekad ini harus meresap dan membara dalam hati dan pikiran kita semua, sehingga mendorong kita semua berjuang dan terus berjuang sampai di kampus-kampus kita ada dinamika firman Allah yang kuat dan berkelanjutan. Ada BIBLE MOVEMENT yang sesungguhnya di PMK-PMK kita. Dan tidak hanya di PMKPMK kita, tetapi juga merambah ke luar, hingga banyak orang lain di luar PMK yang juga bisa mengalami dinamika firman Allah dalam diri mereka, menikmati segala kekayaannya dan mengenal Dia yang telah berfirman.

Oleh karena itu, teman-teman marilah kita berdoa dan berupaya untuk memiliki tekad itu. Mula-mula pada diri kita pribadi. Kemudian pada tiap-tiap pengurus, tiap-tiap pelayan, dan tiap-tiap jemaat di PMKPMK kita. Dan tentunya, sesudah itu, kita harus berjuang bersama, mengatasi berbagai hal yang selama ini membelenggu firman Allah di kampus-kampus kita, sampai kita bisa berkata seperti rasul Paulus,tetapi firman Allah tidak terbelenggu.

Febyan Mirag Molle, S.Si. Staf Mahasiswa dan Koordinator Tim PA PERKANTAS Jakarta

Anda mungkin juga menyukai