Anda di halaman 1dari 2

Sifat gaya van der Waals

Dari semua gaya yang memainkan peran pada pentas molekul, yang disebut gaya van der waals tidak disangsikan lagi merupakan gaya terlemah walaupun mungkin yang paling universal. Dikaitkan dengan energinya sekitar 0,4 sampai 40 KJ/mol , gaya ini biasanya tertutupi oleh gaya kovalen yang lebih kuat didalam molekul yang energinya sekitar 400KJ/mol. Perannya yang penting hanya dalam menjelaskan antaraksi diantara sesame molekul dan sesama atom yang orbitalnya jenuh (maksudnya, orbital yang tidak memungkinkan terjadinya ikatan kovalen).

Sudah sejak tahun 1873, Diderick van der Waals mengenali adanya gaya tarik dan gaya tolak lemah diantara molekul gas dan menjadikannya alasan dalam penyimpangan yang teramati pada hukum gas ideal : PV = nRT. Walaupun sumbangannya kepada pengungkapan gaya ini terbatas pada pengkoreksian hukum gas melalui tetapan yang diperoleh secara empiris, gagasannya menjadi ilham bagi peneliti lain untuk menyelidiki sifat gaya tersebut.

Tidak seperti ikatan kovalen, yang bekerja pada jarak antarinti yang dekat dan dihubungkan dengan tumpah tindih atau pengalihan electron, sehingga biasanya dikaitkan dengan energy yang lebih kecil. Misalnya, pada sekitar -1600C, gas Cl2 mengkristal dalam struktur lapis. Satuan ini diketahui sebagai molekul Cl2 yang kovalen, dengan jarak antaratom 0,198 nm, hampir tepat seperti pada gas Cl2. Gaya van der Waals bekerja memegangi molekul dalam lapis tersebut (pada jarak 0,33 sampai 0,38 nm) dan juga memegangi beberapa lapis menjadi satu (pada jarak dari 0,37 samapi 0,39nm). Cl2 padat menyublim menjadi molekul dwiatom yang terwujud gas ketika dipasok kalor sublimasi yang hanya 25KJ/mol. Sebagai perbandingan, energy ikatan kovalen dwiatom ini adalah 238 KJ/mol.

Paling sedikit ada empat jenis gaya yang menyumbang kepada ikatan van der Waals : Gaya yang pertama, yang termasuk gaya tarik , mengarah kepada yang disebut energy orientasi dan ada dalam deretan molekul yang partikel penyusunannya memiliki moment dwikutub permanen, misalnya HCl, NH3, H2O. Perhatikan dua dwikutub yang ditunjukan pada gambar 5.19 . Jelas sekali bahwa gaya

tarik ini akan lebih besar apabila partikel berbaris dengan ujung positif berdekatan dengan ujung nrgatif seperti diperlihatkan pada gambar kedua dalam diagram. Keinginan dua dwikutub untuk berorientasi secara sempurna dapat terjadi pada jarak yang jauh, dan tarikan pada satu dwikutub oleh dwikutub lain menghasilkan energy orientasi yang tarik menarik, atau energy antaraksi dwikutub-dwikutub . Sebagaimana kita lihat, sumbangan ini kepada energy total van der Waals nisbi kecil.

Jenis gaya tarik kedua adalah antara molekul dengan dwikutub permanen dengan molekul (atau atom) tanpa dwikutub permanen. Secara sederhana digambarkan sebuah dwikutub dan sebuah atom bulat yang besar pada gambar 5.20. Jika atom ini terkutubkan, awan elektronnya dapat bergeser ke arah ujung positif dari molekul dwikutub, sehingga muatan positif dan negatif pada atom itu tidak lagi berimpit dan terbentuklah dwikutub atom imbasan . Antaraksi tarik menarik diantara dwikutub permanen dengan dwikutub imbasan menghasilkan sumbangan kedua kepada ikatan van der Waals, dikenal dengan enegi imbasan yang nilainya juga kecil.

Anda mungkin juga menyukai