GEMELI
PEMBIMBING :
dr. H. Doddy Rodiat, Sp.OG
PENYUSUN :
Novia Alrosa (030.09.172)
Dhimas Akbar Mulia (030.09.069)
LEMBAR PENGESAHAN
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan segala nikmat
sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas case yang berjudul GEMELI ini. Adapun
penulisan case ini dibuat dengan tujuan untuk memenuhi salah satu tugas kepaniteraan Ilmu
Kebidanan dan Kandungan di Rumah Sakit Umum Daerah Karawang periode 2 Juni 2014 s/d
9 Agustus 2014.
Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada dr. H. Doddy
Rodiat, SpOG selaku pembimbing yang telah membantu dan memberikan bimbingan dalam
penyusunan case ini. Ucapan terima kasih juga penulis ucapkan kepada semua pihak yang
turut serta membantu penyusunan case ini yang tidak mungkin diselesaikan tepat waktu jika
tidak mendapatkan bantuan dari berbagai pihak.
Demikian kata pengantar ini penulis buat. Untuk segala kekurangan dalam case ini,
penulis memohon maaf dan juga mengharapkan kritik dan saran yang bersifat konstruktif
bagi perbaikan case ini. Terima kasih.
(Penulis)
DAFTAR ISI
Kata Pengantar
..................................................................................................
Daftar Isi
..................................................................................................
20
23
Bab V: Kesimpulan
..................................................................................................
42
Daftar Pustaka
..................................................................................................
43
BAB I
PENDAHULUAN
4
Selama 25 tahu terakhir, didorong terutama oleh terapi infertilitas, frekuensi dan jumlah
kelahiran kembar dua atau lebih di Amerika Serikat meningkat pesat. Antara ahun 1920
samoai 2005, angka bayi kembar meningkat dari 18,9 menjadi 32,1 tisp 1000 kelahiran
hidup.
Peningkatan luar biasa dalam kelahiran miltijanin ini merupakan masalah kesehatan
masyarakat. Frekuensi pelahiran kurang bulan yang lebih tinggi pada neonatus ini
mengurangi kesintasan mereka dan meningkatkan risiko mereka mengalami kecacatan
seumur hidup. Lebih dari seperempat neonatus dengan berat lahir sangan rendah dibawah
1500g yang lahir di Amerika Serikat adalah hasil gestasi multijanin.
Gestasi multijann beresiko mengalami malformasi janin dan dapat terjadi twin-twin
transfusion. Komplikasi ibu juga meningkat, dibandingkan dengan janin tunggal , risiko
terjadinya preeklampsia, perdarahan pasca partum, dan kematian ibu meningkat dua kali lipat
atau lebih.
BAB II
5
LAPORAN KASUS
I.
IDENTITAS PASIEN
Nama
: Ny. T
Jenis Kelamin
: Perempuan
Umur
: 24 tahun
Pendidikan
: Tamat SMP
Pekerjaan
Agama
: Islam
Alamat
Suku
: Sunda
Tanggal Masuk RS
: 4 Juni 2014
IDENTITAS SUAMI
II.
Nama
: Tn. D
Umur
: 30 tahun
Pendidikan
: Tamat SMA
Pekerjaan
: Karyawan
Agama
: Islam
Alamat
Suku
: Sunda
ANAMNESIS
Anamnesis dilakukan secara autoanamnesis di kamar bersalin RSUD Karawang pada
tanggal 4 Juni 2014 pukul 16.00
A.
Keluhan Utama
Pasien datang dengan keluhan mulas dan keluar air-air sejak 4 hari SMRS
B.
Keluhan Tambahan
C. Riwayat Penyakit Sekarang
G2P1A0 rujukan bidan datang ke kamar bersalin RSUD Karawang dengan
gemeli. Mengaku hamil 8 bulan. Pasien merasa mulas mulas yang tidak teratur,
6
keluar air sedikit-sedikit sejak 4 hari SMRS, tidak keluar lendir maupun darah dari
jalan lahir, tidak mengalami keputihan, tidak merasakan nyeri kepala, tidak merasakan
pandangan yang buram. Sesekali Pasien merasakan mual dan muntah, muntah 2 x
berisi makanan serta nyeri pada ulu hati. Sesak napas disangkal.
Pasien masih
:
:
:
:
:
E. Riwayat Perkawinan
Status
:
Usia saat menikah
:
15 tahun
Teratur
4-5 hari
2-3 pembalut per hari
(-)
Menikah, 1x
17 tahun
PEMERIKSAAN FISIK
A. STATUS GENERALIS
Keadaan Umum
Kesadaran
Tanda vital
Tekanan Darah
Nadi
:
:
:
:
:
Suhu
Pernapasan
:
36,5C
:
20 x/menit
:
Normochepali, deformitas (-)
:
CA +/+, SI -/:
Kelenjar getah bening tidak teraba membesar,
Tiroid tidak teraba membesar
Kepala
Mata
Leher
Thoraks
Cor
Pulmo
Abdomen
Ekstremitas atas
Ekstremitas bawah
B. STATUS OBSTETRI
Palpasi
: TFU 41cm, presentasi kepala bokong, DJJ : 140 dpm dan 132
Inspeksi
: v/u tak ada kelainan, perdarahan aktif (-)
Inspekulo
: portio livid, ostium terbuka, fluor (-), fluxus (-)
Pemeriksaan Dalam
VT
: Porsio kenyal, posterior, tebal 3 cm, pembukaan 1. Ketuban
masih ada. Hodge I.
IV.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Laboratorium tanggal 04/06/2014
a. Hematologi
Hb
8,5 g/dl
Leukosit
12,140 /mm3
Trombosit
190.000 /mm3
Hematokrit
29,4 %
GDS
87 mg/dl
b. Serologi
HBSAg
negatif
c. Kimia
8
Golongan Darah
Ureum
Creatinin
SGOT
SGPT
:
:
:
:
:
A (+)
9,4 mg/dl
0,44 mg/dl
13,1 U/L
7 U/L
Gambaran CTG
V.
RESUME
G2P1A0 rujukan bidan datang ke kamar bersalin RSUD Karawang dengan
Gemeli. Pasien merasa mulas mulas yang tidak teratur, keluar air sedikit-sedikit
sejak 4 hari SMRS. Tidak keluar lendir maupun darah dari jalan lahir, tidak
mengalami keputihan, tidak merasakan nyeri kepala, tidak merasakan pandangan
yang buram. Sesekali Pasien merasakan mual dan muntah, serta nyeri pada ulu
hati. Pasien masih merasakan gerakan janin yang aktif. Pasien mengaku hamil 8
bulan.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan:
o Tekanan Darah
: 110/80 mmHg, Nadi : 92x/menit, Suhu : 36,5C,
Pernapasan : 20 x/menit
o Status Obstetri:
Palpasi
: TFU 41cm, presentasi kepala bokong, DJJ : 140 dpm dan 132
10
Inspeksi
: v/u tak ada kelainan, perdarahan aktif (-)
Inspekulo
: portio livid, ostium terbuka, fluor (-), fluxus (-)
Pemeriksaan Dalam
VT
: Porsio kenyal, posterior, tebal 3 cm, pembukaan 1. Ketuban
masih ada. Hodge I.
Laboratorium :
a. Hematologi
Hb
Leukosit
Trombosit
Hematokrit
VI.
:
:
:
:
8,5 g/dl
12,140 /mm3
190.000 /mm3
29,4 %
DIAGNOSIS KERJA
G2P1A0 Hamil 33-34 minggu, Janin gemeli kepala bokong hidup keduanya,
oligohidramnion.
VII.
PROGNOSIS
Ad vitam
: ad bonam
Ad fungsionam : ad bonam
Ad sanationam : ad bonam
VIII. PENATALAKSANAAN
Observasi keadaan umum, tanda vital, his, dan denyut jantung janin
CTG reasuring
Pematangan paru dengan dexamethason 2x6 mg
Tokolisis dengan nifedipin 4x10 mg, profenid supp 3x 100 mg, ketorolac 2x30 mg
Clindamycin 2x300 mg po.
CTG non reasuring
SC cito
FOLLOW UP
TANGGAL
05/6/2014
Jam 06.30
S
O
Mulas pada T.110/70,
A
P
G2P1A0 Hamil Observasi
33-34
bawah,
Janin
S.36.8C,
denyut
Konservatif
Tokolisis
dengan
11
Sesak
nyeri
perut
supel,
Akral
33-34
Janin
denyut
Konservatif
Tokolisis
dengan
nifedipin
4x10
mg,
profenid
supp
3x
mg,
ketorolac
100
2x30 mg
Clindamycin
2x300 mg po.
kepala
Rencana
terminasi
Cito
pematangan
SC
setelah
12
paru.
batas normal.
Cavum uteri bersih
Kedua ujung SBU dijahit hemostasis, dijahit menggunakan vicryl no 3.0, perdarahan
dirawat
Dipastikan alat dan kasa lengkap
Abdomen ditutup lapis demi lapis
Perdarahan 300 cc, urine 100 cc jernih
FOLLOW-UP
Tanggal
P
13
07/6/2014
07.00
Nyeri luka
T.120/70,
operasi (+),
S.36 C, P.18x/menit
St. Generalis:
sulit kentut
(+), demam
N.88x.menit,
CM
(-),
mual
Mata : CA +/+ SI-/(-), muntah Thoraks : Cor dan pulmo
(-),
mobilisasi
(-), ASI (+)
dbn
Abdomen:
P2A0 partus
Observasi
prematurus
TTV,
post SC atas
kontraksi,
indikasi
perdarahan
Ceftriaxone
gemeli+oligo
hidramnion
+IUD hari 0
supel,
bising
1x2gr iv
Ketorolac 3x1
ampul
Oksitosin
20
IU/500 cc RL
18 TPM
Hemobion 1x1
Ganti verban
oedem +/+
St. Obstetri:
hari ke III
Diet TKTP
pasien
T.120/80,
merasa
S.36.9C,
P.20x/menit
St. Generalis:
demam
KU/Kes:
sejak
Tampak
sakit
ringan / CM
Mata : CA +/+ SI-/(+), Thoraks : Cor dan pulmo
semalam,
lemas
mual
(-), dbn
Abdomen: supel, bising
muntah (-),
usus (+) 3x/ menit
nafsu
Extremitas: Akral hangat+/
makan (-),
+, oedem -/mobilisasi
St. Obstetri:
(+), ASI (+)
kentut (+)
prematurus
TTV,kontraksi,
09/6/2014
07.00
prematurus
TTV,
perdarahan
Cefadroxyl
3x500 mg
Asam
mefenamat
3x500 mg
Neurobion 1x1
GV hari ke III
Diet TKTP
o
aktif (-)
Kontraksi : Baik
LO : kering, merembes (-)
(-),
demam (-),
mual
(-),
muntah (-),
BAK
(+)
banyak,
BAB (-) 3
hari,
aktif (-)
Kontraksi : Baik
LO : kering, merembes (-)
15
BAB III
ANALISA KASUS
Teori
1) Anamnesis
Kadar B-HCG yang tinggi akan
menyebabkan gejala klinis seperti
mual dan muntah.
Kasus
- Pasien G2P1A0 rujukan bidan datang ke VK
RSUD Karawang dengan keluhan mulas sejak
4 hari SMRS. Pasien merasa mulas mulas
yang tidak teratur, keluar air sedikit-sedikit ,
tidak keluar lendir maupun darah dari jalan
lahir,
tidak
mengalami
keputihan,
tidak
Leopold I
Genitalia
Inspeksi: v/u tak ada kelainan, perdarahan
aktif (-)
Inspekulo: portio livid, ostium terbuka, fluor
(-), fluxus (-)
Pemeriksaan Dalam
VT : Porsio kenyal, posterior, tebal 3 cm,
pembukaan 1
DJJ : 140 dpm dan 132 dpm
jumlah
menurun,
sel
darah
berhubungan
merah
dengan
Hb
Leukosit
Trombosit
Hematokrit
:
:
:
:
8,5 g/dl
12,140 /mm3
190.000 /mm3
29,4 %
peningkatan volume darah. Anemia Pada USG didapatkan kesan janin gemeli
mikrositik hipokrom sering kali
maternal
untuk
mensuplai Fe.
17
2) Penatalaksanaan
Pasien harus segera ke rumah sakit
bila muncul tanda awal persalinan,
18
BAB IV
TINJAUAN PUSTAKA
I.
KEHAMILAN KEMBAR
1.1.1. Definisi
Kehamilan kembar atau kehamilan multiple adalah suatu kehamilan dengan dua
janin atau lebih. Kehamilan multiple dapat berupa kehamilan ganda / gemelli (2 janin),
triplet (3 janin), kuadruplet (4 janin), quintuplet (5 janin) dan seterusnya. Kehamilan
multiple terjadi jika dua atau lebih ovum dilepaskan dan dibuahi (dizigotik) atau jika satu
ovum yang dibuahi membelah secara dini hingga membentuk dua embrio (monozigotik).2
Superfetasi adalah fertilisasi dan perkembangan ovum ketika janin telah berada di
dalam uterus, atau fertilisasi 2 buah telur tidak pada siklus yang sama. Superfetasi masih
19
Wanita berusia 35 40 tahun dengan empat anak atau lebih, memiliki kemungkinan
melahirkan anak kembar tiga kali lipat dibanding wanita berusia 20 tahun 4.
d. Tinggi dan berat badan ibu
Kembar non-identik lebih sering terjadi pada wanita bertubuh besar dan tinggi
dibandingkan pada wanita yang bertubuh kecil. Hal ini mungkin lebih terkait dengan
status gizi daripada ukuran tubuh itu sendiri 7. Nylander (1971) menunjukkan
peningkatan derajat yang jelas dalam pembentukan janin kembar setara dengan status
gizi yang lebih tinggi yang tercermin pada ukuran ibu. Wanita yang lebih tinggi dan
lebih berat memperlihatkan angka kembar 25 sampai 30 persen lebih tinggi daripada
wanita pendek yang kekurangan gizi. MacGilivray (1986) juga mendapatkan bahwa
kembar dizigot lebih sering dijumpai pada wanita besar dan tinggi daripada wanita
kecil. Haggarty dkk., (2006) melaporkan bahwa asupan asam folat dan konsentrasi
folat plasma yang lebih tinggi berkaitan dengan angka kehamilan kembar
e. Obat-obat penyubur dan kemajuan teknologi
Kehamilan multipel lebih sering terjadi pada wanita yang mengkonsumsi obat-obat
fertilitas selama menjalani induksi ovulasi. Konsumsi clomiphene citrate memiliki
kemungkinan melahirkan anak kembar 5 12% dan kurang dari 1%memperoleh
kehamilan triplet atau lebih. Hampir 20% kehamilan akibat konsumsi gonadotropin
merupakan kehamilan kembar ganda dan sekitar 5% merupakan kembar triplet atau
lebih. Risiko kehamilan kembar juga meningkat pada proses transfer embrio dan
superovulasi.7
f. Assisted Reproductive Technology (ART)
Teknik-teknik ini dirancang untuk meningkatkan kemungkinan hamil. Tetapi teknikteknik ini juga meningkatkan kemungkinan gestasi multijanin. Secara umum dengan
IVF, semakin banyak jumlah mudigah yang dipindahkan, semakin besar resiko janin
kembar dua atau multiple.
21
1.1.3. Fisiologi
Kehamilan kembar atau gemelli memiliki fisiologi sebagai berikut: 6
a. Berat badan satu janin kehamilan kembar rata-rata 1000 gr lebih ringan dari janin
tunggal.
b. Berat badan bayi baru lahir biasanya pada kembar dua di bawah 2500 gr, triplet di
bawah 2000 gr, quadriplet di bawah 1500 gr, dan quintuplet dibawah 1000 gr.
c. Berat badan masing-masing janin dari kehamilan kembar tidak sama, umumnya
berselisih antara 50 sampai 1000 gram, dan karena pembagian sirkulasi darah tidak
sama, maka yang satu lebih kurang tumbuh dari yang lainnya.
d. Pada kehamilan ganda monozigotik
Pembuluh darah janin yang satu beranastomosis dengan janin yang lain, karena itu
setelah bayi satu lahir tali pusat harus diikat untuk menghindari perdarahan.
Karena itu janin yang satu dapat terganggu pertumbuhannya dan menjadi
yang
dipergunakan
untuk
menimbulkan
ovulasi
dilaporkan
menyebabkan kehamilan dizigotik. Faktor-faktor tersebut dan mungkin pula faktor lain
dengan mekanisme tertentu menyebabkan matangnya 2 atau lebih folikel de. Graaf atau
terbentuknya 2 ovum atau lebih dalam satu folikel. Kemungkinan pertama dibuktikan
dengan ditemukannya 21 korpora lutea pada kehamilan kembar. 6
22
Pada fertilisasi in vitro dapat pula terjadi kehamilan kembar, jika telur yang
diperoleh dapat dibuahi lebih dari satu dan jika semua embrio yang kemudian
dimasukkan ke dalam rongga rahim ibu tumbuh berkembang lebih dari satu. Pada kembar
yang berasal dari satu telur, faktor bangsa, hereditas, umur dan paritas tidak atau
sedikit sekali mempengaruhi terjadinya kehamilan kembar itu. Diperkirakan sebabnya
ialah faktor penghambat pada masa pertumbuhan dini hasil konsepsi.
2,4
yang
lainnya.
Misalnya
torakofagus
(dada
dengan
dada),
25
1. Pembelahan sebelum stadium morula dan diferensiasi trofoblas (pada hari ke III)
menghasilkan 1 atau 2 plasenta, 2 chorion dan 2 amnion (sangat menyerupai kembar
dizygotic dan meliputi hampir 1/3 kasus kembar monozygotic)
2. Pembelahan setelah diferensiasi trofoblas tapi sebelum pembentukan amnion (hari ke
IV VIII) menghasilkan 1 plasenta dan 2 amnion (meliputi 2/3 kasus kembar
monozygotic)
26
Diagnosis
1.1.6.1.
Gangguan yang
27
Polihidramnion;
3. Auskultasi
1.1.6.2.
Laboratorium
Nilai hematokrit dan hemoglobin serta jumlah sel darah merah menurun,
Ultrasonografi
Kemungkinan suatu kehamilan kembar dapat diketahui sejak usia 5 minggu,
dengan melihat jumlah kantung gestasi di dalam kavum uteri. Diagnosis definitif
kehamilan kembar baru boleh ditegakkan bila terlihat lebih dari satu mudigah yang
menunjukkan aktivitas denyut jantung. Jenis korionisitas dan amnionisitas kehamilan
paling mudah diketahui pada kehamilan trimester I. sampai kehamilan 10 minggu,
bila terlihat 2 kantung gestasi yang masing-masing berisi mudigah hidup, maka
28
sehingga sulit
diidentifikasi.8
Penentuan ini dapat membantu penilaian resiko obstetris dan menuntun penatalaksanaan
gestasi multijanin. Angka penyulit spesifik-kembar bervariasi dalam kaitannya dengan
zigositas dan korionisistas.
Evaluasi Sonografik
Korionisitas kadang dapat ditentukan secara sonografis pada trimester pertama. Adanya dua
plasenta yang terpisah dan embran pemisah yang tebal, umumnya 2mm atau lebih,
menunjang diagnosis kerja dikorionisitas. Janin-janin dengan jenis kelamin berbeda hampir
selalu dizigot, dan karenanya dikorion.
Pada kehamilan yang terdeteksi adanya satu masa plasenta akan sulit dibedakan antara satu
plasenta besar dari dua plasenta yang terletak berdampingan. Situasi ini dapat diperjelas
degan memeriksa titik asal pemisah pada permukaan plasenta.
Citra sonografi twin peak yang juga dinamai tanda lambda pada sebuah gestasi 24 minggu.
Di bagia puncak sonogram ini, jaringan dari plasenta anterior tampak meluas kebawah antara
lapisan-lapisan amnion. Tanda ini memastikan kembar dikorion.
30
1.1.6.4.
Diagnosis pasti
Rontgen foto abdomen. Namun cara ini sudah jarang dilakukan karena adanya
bahaya penyinaran
visera abdomen dan paru ibu dapat nyata tertekan dan tergeser oleh uterus ibu. Akibatnya,
ukuran dan uterus ibu yang besar menyebabkan wanita yang bersangkutan tidak dapat
melakukan aktivitas fisik.
Kebutuhan ibu akan zat-zat makanan pada kehamilan kembar bertambah,
sehingga dapat menyebabkan anemia dan penyakit defisiensi lain. Frekuensi
hidramnion kira-kira sepuluh kali lebih besar pada kehamilan kembar daripada
kehamilan tunggal. Hidramnion menyebabkan uterus regang, sehingga dapat
menyebabkan partus prematurus, inersia uteri, atau perdarahan postpartum. 5
Jika timbul hiramnion, ungsi ginjal ibu dapat sangat terganggu, terutama karena
uropati obstruktif. Quigley dan Cruikshank melaporkan dua wanita masing-masing
mengandug janin kembar dengan hidramnion akt dan berat menyebabkan oligouria dan
azotemia pada keduanya. Curah urin dan kadar kreatinin plasma ibu segera kembali
normal setelah pelahiran. Pada hidramnion berat, dapat dilakukan amniosintesis terapeutik
untuk meringankan ibu, memperbaiki uropati obstruktif dan kemungkinan persalinan
kurang bulan atau ketuban pecah dini. Sayangnya hidramnion sering timbul secara akut
jauh dari aterm dan sering kambuh kembali dengan cepat setelah amniosintesis.
Frekuensi pre-eklampsia dan eklampsia juga dilaporkan lebih sering pada
kehamilan kembar. Hal ini diterangkan dengan penjelasan bahwa keregangan uterus
yang berlebihan menyebabkan iskemia uteri. Solusio plasenta dapat terjadi setelah bayi
pertama lahir, sehingga menyebabkan salah satu faktor kematian yang tinggi bagi janin
kedua. Keluhan karena tekanan uterus yang besar dapat terjadi, seperti sesak napas, sering
kencing, edema, dan varises pada tungkai bawah dan vulva. 5
Berhubung uterus regang secara berlebihan, ada kecenderungan terjadinya inersia
uteri. Tetapi, keadaan ini diimbangi oleh bayi yang relatif lebih kecil, sehingga lamanya
33
jika terjadi
persalinan premature untuk mencegah infeksi neonatus. Alangkah lebih baik jika di
rumah sakit juga tersedia ultrasonografi. Pada saat persalinan juga memerlukan dokter
anastesi yang dapat dipanggil jika diperlukan. 6,7
1.1.8.1.
Sebelum persalinan
Penatalaksanaan Antepartum Kehamilan Kembar
Untuk mengurangi angka morbiditas dan mortalitas perinatal pada kehamilan
dengan penyulit kembar, penting diperhatikan bahwa :
1. Pelahiran neonatus yang terlalu kurang bulan dicegah
2. Hambatan pertumbuhan janin diidentifikasi dan janin yang terkena
dilahirkan sebelum sekarat
3. Trauma janin selama persalinan dan pelahiran harus harus di hindari
4. Tersedia perawatan neonatus intensif
Diet
Kebutuhan akan kalori, protein, mineral, vitamin, dan asam lemak esensial pada
wanita dengan janin multipel jelas lebih tinggi. Konsumsi kalori perlu ditingkatkan
sebanya 300kkal/hari. Dianjurkan sumplementasi dengan besi 60 sampai 100mg/hari
disertai asam folat 1mg/hari.
Surveilans Antepartum
Pemeriksaan sonofrafi serial biasanya dilakukan sepanjang trimester ketiga untuk
memantau pertumbuhan janin. Penilaian volume cairan amnion juga penting. Adanya
oligohidramnion mungkin mengisyaratkan patologi uteroplasenta dan perlu evaluasi
34
lebih lanjut. AFI dibawah 8cm dianggap abnormal pada usia gestasi 28 sampai 40
minggu.
Pencegahan persalinan kurang bulan
Tirah baring
Dalam satu penelitian, Crowther dkk (1990), secara acak memilih rawat-inap
atau perawatan rutin untuk 139 wanita Zimbabwe dengan kehamilan kembar. Mereka
mendapatkan bahwa tirah baring dirumah sakit tidak memperlama kehamilan atau
memperbaiki kesintasan neonatus, meskipun hal tersebut memperbaiki pertumbuhan
janin. Namun yang terpenting hampir separuh dari wanita tersebut memerlukan rawatinap untuk indikasi spesifik misalnya hipertensi maupun ancaman partus prematurus.
Untuk mengurangi resiko partus kurang bulan dianjurkan pembatasan aktivitas
fisik. Sayangnya, tidak banak bukti yang menunjukan bahwa tindakan-tindakan ini
secara substansial mengubah hasil akhir.
Tokolitik dan Pematangan paru
Sepeti kehamilan tunggal, tidak ada bukti valid bahwa terapi tokolitik
memperbaiki hasil akhir neonatus pada gestasi multi janin. Yang penting, terapi tokolitik
pada wanita ini memiliki resiko yang lebih tinggi daripada kehamilan tunggal. Hal ini
disebabkan karena meningkatnya volume darah ibu yang dipicu oleh janin kembar dan
beba kardiovaskular yang meningkatkan kerentanan terhadap edema paru terkait hidrasi.
Pemakaian kortikosteroid untuk pematngan paru tidak berbeda dengan gestasi
tunggal, yaitu :
Betametason 2x12 mg i.m dengan jarak pemberian 24 jam
Deksametason 4x16 mg i.m dengan jarak pemberian 12 jam
1.1.8.2.
pertama dapat partus vaginam dan janin kedua dapat dilakukan versi luar sehingga
presentasinya kepala kemudian dilakukan partus pervaginam atau dilakukan
persalinan sungsang. Apabila presentasi janin pertama bukan kepala, kedua janin
dilahirkan per abdominam. 10,11
36
yang terampil melakukan versi podalik internal atau jika tidak tersedia anastesi yang
Caesar, sebagai contoh, ketika janin kedua jauh lebih besar daripada yang pertama dan
sungsang atau melintang. Yang lebih menyulitkan, bedah Caesar mungkin diperlukan jika
serviks segera berkontraksi dan menebal setelah pelahiran kembar pertama dan tidak
membuka atau jika terbentuk pola kecepatan jantung janin yang mengkhawatirkan.
Interval kelahiran
Interval antara lahirnya bayi pertama dan kedua biasanya 5 15 menit, dengan
waktu rata-rata 11 menit. Kelahiran bayi kedua yang kurang dari 5 menit setelah bayi
pertama akan menimbulkan trauma persalinan. Sementara kelahiran bayi kedua yang
lebih dari 30 menit dapat menimbulkan insufisiensi uteroplasental, karena
berkurangnya volume uterus dan juga dapat terjadi solusio plasenta sebelum bayi
dilahirkan.12,13
1.1.9. Komplikasi
Komplikasi pada ibu dan janin pada keadaan hamil kembar lebih besar
dibandingkan dengan kehamilan tunggal. Angka kematian parinatal pada kehamilan
kembar cukup tinggi. Kembar monozigotik 2,5 kali lebih tinggi dari pada angka
kematian kembar dizigotik. Risiko terjadinya abortus pada salah satu fetus atau keduanya
41
tinggi. Pada trimester pertama kehamilan reabsorbsi satu janin atau keduanya mungkin
terjadi. Anemia sering kali ditemukan pada kehamilan kembar karena kebutuhan nutrisi
yang tinggi serta peningkatan volume plasma yang tidak sebanding dengan peningkatan
sel darah merah mengakibatkan kadar hemoglobin menjadi turun. 10,14
Pada tahun 2006, angka kejadian persalinan prematur di
Amerika (umur
kehamilan 37 minggu) pada kehamilan kembar sebesar 61%. Angka ini jauh melampaui
kehamilan tunggal premature yaitu sebesar 11% 12,13,14.
Frekuensi terjadinya hipertensi, preklamsia dan eklamsia meningkat pada
kehamilan kembar. Perdarahan antepartum karena permukaan plasenta yang jelek pada
kehamilan kembar sehingga plasenta mudah terlepas. Kematian yang paling umum
terjadi pada salah satu janin adalah membelitnya tali pusar. Bahaya yang perlu
diperhatikan pada kematian satu janin adalah koagulopati konsumtif berat yang dapat
mengakibatkan disseminated intravascular coaglopathy.
Berat badan lahir rendah lebih sering ditemukan pada kehamilan kembar dari
pada kehamilan tunggal. Sebanyak 59% dari kelahiran kembar memiliki berat badan
lahir rendah (< 2500 g). Hal ini disebabkan oleh pertumbuhan janin yang terbatas serta
persalinan preterm. Pada kehamilan kembar juga memungkinkan terjadi hambatan
pertumbuhan intra urin. Pada kehamilan dizigotik, perbedaan ukuran yang mencolok
biasanya disebabkan oleh plasentasi yang tidak sama. Satu tempat plasenta menerima
suplai darah yang lebih baik dibandingkan yang lainnya. Perbedaan ukuran juga bisa
disebabkan oleh abnormalitas umbilicius.10,12,13
Dalam sindrom ini (twin-twin transfusion syndrome, TTTS; sindrom transfusi
kembar ke kembar), darah dialirkan dari satu kembar donor ke saudaranya yang menjadi
resipien sedemikian sehingga donor mengalami anemia dan pertumbuhannya mungkin
terhambat. Sebaliknya, resipien mengalami polisitemia dan mungkin mengalami
kelebihan beban sirkulasi yang bermanifestasi sebagai hidrops. Kembar donor pucat dan
42
saudara penerimanya pletorik. Demikian juga, satu bagian plasenta sering tampak pucat
dibandingkan dengan bagian lainnya.
Kembar penerima pada periode neonatus mungkin mengalami penyulit kelebihan
beban sirkulasi disertai gagal jantung, jika hipervolemia dan hiperviskositas berat tidak
segera teridentifikasi dan diatasi. Thrombosis oklusif juga jauh lebih besar
kemungkinannya terjadi pada keadaan ini. Selama masa neonatus, polisitemia pada
kembar penerima dapat menyebabkan hiperbilirubinemia berat dan kernikterus.
Patofisiologi
Setiap jenis anastomosis vaskular yang dijelaskan sebelumnya dapat dijumpai
pada plasenta monokorion. Secara klasik, TTTS kronik terjadi akibat aliran satu arah
melalui anastomosis arteriovenosa. Darah terdeoksigenasi dari arteri plasenta donor
dipompa ke dalam kotiledon yang dipakai bersama oleh resipien. Jika pertukaran oksigen
di vilus korion telah selesai maka darah teroksigenasi meninggalkan kotiledon melalui
suatu vena plasenta pada kembar resipien. Jika tidak terkompensasi, aliran satu arah ini
menyebabkan ketidakseimbangan volume darah.
Sindrom transfusi antar kembar yang secara klinis penting sering bersifat kronis
dan merupakan akibat perbedaan volume vaskular signifikan diantara kembar. Sindrom
ini biasanya bermanifestasi pada pertengahan kehamilan ketika janin donor menjadi
oliguria akibat berkurangnya perfusi ginjal. Janin ini mengalami oligohidramnion dan
janin resipien mengalami hidramnion berat, diduga karena meningkatnya produksi urin.
Cairan amnion yang hampir tidak ada di kantong donor menghambat gerakan janin,
menghasilkan
istilah
deskriptif
stuck
twin
atau
sindrom
hidramnion-
43
hambatan pertumbuhan, kontraktur, serta hipoplasia paru pada satu kembar dan ketuban
pecah dini dan gagal jantung pada yang satunya.
sehingga
prognosis untuk ibu lebih jelek bila dibandingkan pada kehamilan tunggal, dimana resiko
terjadi toksemia gravidarum, hidramnion, anemia, pertolongan obstetri operatif dan
perdarahan post partum lebih tinggi. Angka kematian perinatal tinggi terutama karena
premature, prolaps tali pusat, solusio plasenta dan tindakan obstetrik karena kelainan
letak janin.10,13
44
Kematian bayi kedua lebih tinggi dari pada bayi pertama karena lebih sering
terjadi gangguan sirkulasi plasenta setelah bayi pertama lahir, lebih banyak terjadi
prolapsus funikuli, solusio plasenta, serta kelainan letak pada janin kedua.10,12,13
BAB V
KESIMPULAN
Kehamilan kembar merupakan suatu kehamilan dimana terdapat dua atau lebih
embrio atau janin sekaligus. Kehamilan ganda terjadi, apabila dua atau lebih ovum dilepaskan
dan dibuahi atau apabila satu ovum yang dibuahi membelah secara dini sehingga membentuk
45
dua embrio yang sama pada stadium massa sel dalam satu atau lebih. Jenis kehamilan ganda
ada dua yaitu kembar monozigotik dan kehamilan dizigotik, adapun faktor-faktor yang
mempengaruhinya yaitu faktor ras, keturunan, umur dan paritas, nutrisi, dan infertilitas.
Gejala yang dihadapi ibu biasanya ibu mengalami sesak nafas, sering BAK, anemia, edema
dan varises, hiperemesis, preeklamsi-eklampsia, dan hidramnion. Pada kehamilan kembar
perlu diantisipasi untuk terjadinya kelainan- kelainan pada ibu dan janin sehingga perlu
pengawasan yang lebih intensif dengan cara menganjurkan ibu melakukan pemeriksaan
kehamilan lebih sering agar bisa dideteksi secara dini perkembangan ibu dan janin serta
kelainan-kelainan yang ditimbulkan akibat kehamilan kembar. Proses pelahiran kehamilan
kembar tergantung presentasi kembar pertama yang nantinya akan mempengaruhi pilihan
lahir pervaginam atau perabdominal.
DAFTAR PUSTAKA
1. Cunningham FG, Gant NF, Leveno KJ, Gilstrap LC, Hauth JC, Wenstrom KD.
Kehamilan multijanin. Dalam: Hartono A, Suyono YJ, Pendit BU (alih bahasa). Obstetri
Williams. Volume 2 edisi 23. Jakarta: Penerbit buku kedokteran EGC, 2006. h. 852-897
2. Liewellyn-Jones D. Kelainan presentasi janin. Dalam: Hadyanto, editor edisi bahasa
Indonesia. Dasar-dasar Obstetri dan Ginekologi. Edisi 6. Hipokrates, Jakarta. 2002: 160162
3. Zach T. Multiple births. Dalam: emedicine from WebMD, 2006. Available at URL
http://www.emedicine.com/med/topic2599.htm
4. Morales AJ et al. Multifetal pregnancy reduction. Dalam: Ethics in Obstetric and
Gynecology,
1999.
Available
at
URL
46
http://www.acog.com/from_home/publications/ethics/ethics041.pdf
5. Chertok I. Multifetal pregnancy reduction and halakha. Dalam: Barnea ER, editor. Early
pregnancy: biology and medicine. Volume V number 3. Israel: SIEP, 2001. p.201-210.
Available at URL http://www.earlypregnancy.org/EPBM.htm
6. Kliegman RM. Kehamilan multipel. Dalam: Wahab AS, editor bahasa Indonesia. Ilmu
kesehatan anak Nelson. Volume 1 edisi 15. Jakarta: Penerbit buku kedokteran EGC,
2000. h. 559-561Thilo EH, Rosenberg AA. Multiple births. Dalam: Hay WW (ed).
Current pediatric diagnosis & treatment. 16th edition. Europe: McGraw Hill Education,
2002. h. 56-57
7. Fletcher GE. Multiple births. 2009. Available at URL http://emedicine.medscape.com
8. Prof. Dr. Djamhoer M, Prof. Dr. Firman FW, Prof. Dr. Jusuf SE. Kehamilan kembar.
Dalam: Obstetri Patologi Ilmu Kesehatan Reproduksi. Jakarta. Penerbit Buku
Kedokteran ECG.Edisi 3, 2013.
9. Liewellyn-Jones D. Kelainan presentasi janin. Dalam: Hadyanto, editor edisi bahasa
Indonesia. Dasar-dasar Obstetri dan Ginekologi. Edisi 6. Hipokrates, Jakarta. 2002.
10. Winknjosastro H, Saifuddin AB, Rachimhadhi T. Ilmu Kebidanan Edisi ketiga. Jakarta:
Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. 2006
11. Mochtar, Rustam. Sinopsis Obstetri Jilid I. Obstetri fisiologi. Jakarta: EGC. 1998
12. PernollL. Multiple Pregnancy. Decherney AH, Pernoll ML.Current obstetric and
gynecology diagnosis and treatment.Edisi 8.United State of America: Appletonand
Lange, 1994
13. Thomas Jefferson University Hospital. Care and Managemant of Multiple Pregnancy.
Last update: 2007 http://jeffersonhospital.org/Content.asp?PageID=P08022
14. Anderson-Berry AL. Vanishing twin syndrome. Dalam: emedicine from WebMD, 2005.
Available at URL http://www.emedicine.com/med/topic3411.htm
47