Anda di halaman 1dari 43

ASMA BRONKIAL

Pembimbing :
dr. Sukaenah Shebubakar Sp.P.FCCP

Disusun oleh :
Nadesta Yofianti – 030.14.132
Niluh Sukreni – 030.14.140
BAB 1
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Asma adalah penyakit heterogen, biasanya ditandai dengan peradangan jalan
napas kronik. Asma didefinisikan sebagai riwayat gejala pernafasan seperti mengi,
sesak napas, nyeri dada dan batuk yang bervariasi dari waktu dan
intensitasnya, bersamaan dengan keterbatasan aliran udara ekspirasi yang
bervariasi
Menurut WHO terdapat 235 juta orang yang saat ini mengidap asma dan
jumlahnya diperkirakan akan terus bertambah dan terdapat 383.000 kematian
akibat asma pada tahun 2015. Apabila tidak dicegah dan ditangani dengan baik,
maka diperkirakan terjadi peningkatan prevalensi di masa yang akan datang
BAB II
ILUSTRASI
KASUS
Identitas Pasien
– Nama : Tn. F
– Jenis kelamin : Laki-laki
– Usia : 20 Tahun
– Pendidikan Terakhir : SMK
– Pekerjaan : Montir
– Agama` : Islam
– Status Pernikahan : Belum menikah
– Suku : Betawi
– Alamat : Jl. Kayu Manis Baru No. 43, Matraman
– Tanggal Masuk : 20 Januari 2019
Anamnesis
Dilakukan autoanamnesis dari pasien pada hari Senin 21 Januari 2019
di Bangsal Lt.6 Dahlia Barat, RSUD BudhiAsih, Jakarta Timur.
– Keluhan Utama
Sesak sejak 4 hari SMRS

– KeluhanTambahan
Batuk berdahak, pilek dan demam sejak 4 hari yang lalu
– Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang ke IGD RS Budhi Asih pada tanggal 20 Januari 2019 dengan keluhan
sesak sudah 4 hari SMRS. Sesak nafas muncul saat pasien sedang kelelahan dan
terpapar udara dingin. Pasien juga disertai dengan keluhan Batuk, pilek dan
demam dirasakan 4 hari yang lalu. Terakhir muncul serangan sesak 3 bulan yang
lalu.
– Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien pernah memiliki keluhan yang sama sejak kecil, kemudian pasien berobat ke
RS Persahabatan, namun pengobatan tidak dilanjutkan karena pasien sudah
merasa lebih baik. Tidak ada riwayat hipertensi, sakit jantung dan ginjal.
– Riwayat Penyakit Keluarga
Kakek dan nenek pasien menderita asma. Tidak ada riwayat DM dan
Hipertensi dalam keluarga.

– Riwayat Kebiasaan
Pasien seorang perokok aktif, Pasien merokok 1 hari sebanyak
setengah bungkus, Pasien bekerja sebagai montir di bengkel dan
Minum alkohol disangkal
– Riwayat pengobatan
Saat ini pasien menggunakan obat meptin swinghaler jika ada
serangan

– Riwayat alergi
Pasien merasakan sering bersin ketika ada binatang seperti kucing
atau burung dan pasien memiliki hewan peliharan tersebut dirumah.
Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum
– Kesan sakit : Tampak sakit sedang
– Kesadaran : Compos mentis

Tanda Vital
– Tekanan darah : 100/80 mmHg
– Frekuensi nadi : 104x/menit
– Frekuensi pernapasan : 20x/ menit
– Suhu : 36,5◦C
– Saturasi O2 : 95%
Status Generalis
– Kulit : Pucat (-), sianosis (-), ikterik (-), Turgor kulit baik, kulit kering (-)
– Kepala : Normosefali, rambut hitam, distribusi merata
– Mata : Konjungtiva anemis -/-, sclera ikterik -/-, pupil isokor -/-, refleks
cahaya langsung +/+, reflex cahaya tidak langsung +/+
– Telinga : Normotia, sekret(-/-), otorrhea(-/-)
– Hidung : Rinore(-/-) sekret(-/-), epsitaksis (-/-)
– Bibir : Sianosis (-), stomatitis angularis (-)
– Mulut : Oral hygiene baik, faring hiperemis (-) candidiasis oral (-), typhoid
tongue (-)
– Leher : Trakea di tengah, tiroid tidak teraba membesar, pembesaran KGB (-),
Pemeriksaan Dinding Dada
dan Paru
– Inspeksi : Dinding dada kanan dan kiri simetris saat statis dan
dinamis, terdapat
– Palpasi : Ekspansi dada normal, focal fremitus sama kanan
dan kiri
– Perkusi : Sonor +/+
– Auskultasi : Suara napas vesikuler +/+, wheezing +/+, rhonki-/-
Pemeriksaan Jantung
– Inspeksi : Ictus cordis tidak terlihat
– Palpasi : Ictus cordis tidak teraba
– Perkusi :
• Batas jantung kanan : ICS IV linea sternalis dekstra
• Batas jantung kiri : ICS V linea midclavicularis sinistra
– Auskultasi : BJ I dan II reguler; gallop (-), murmur (-)
Pemeriksaan Abdomen
– Inspeksi : Gerak dinding abdomen simetris
– Auskultasi : Bising usus (+), bruits (-)
– Palpasi : Supel, nyeri tekan (-) murphy’s sign (-) , Ballotement (-)
nyeri lepas (-), pembesaran lien (-)
– Perkusi : Timpani, shifting dullness (-)

Pemeriksaan Ekstremitas
– Ekstremitasatas : Akral hangat (+/+), edema (-/-), dan sianosis (-)
– Ekstremitasbawah : Akral hangat (+/+), edema(-/-),dan sianosis (-),
Pemeriksaan Penunjang
Laboratorium (20 Januari 2019)

JENIS PEMERIKSAAN HASIL SATUAN NILAI NORMAL


KIMIA KLINIK
HEMATOLOGI
METABOLISME KARBOHIDRAT
Leukosit 12,8 ribu/uL 3.8 – 10,6

Eritrosit 6,1 juta/uL 4,4 – 5.9


Glukosa Darah 112 mg/dl <110

Hemoglobin 17,6 g/dL 13,2-17,3 Sewaktu

Hematokrit 49 % 40—52 ELEKTROLIT

Trombosit 286 ribu/uL 150 – 440 Natrium (Na) 140 mmol/L 135 – 155
MCV 80,7 fL 80 – 100 Kalium (K) 4.0 mmol/L 3,6 – 5,5
MCH 28,9 Pg 26 – 34
Klorida (Cl) 105 mmol/L 98 - 109
MCHC 35,8 g/dL 32 – 36

RDW 12,4 % <14


Rontgen Thoraks AP
Kesimpulan
– Cor normal
– Tidak tampak infiltrat/cavitas proses aktif
di paru
– Tak terlihat gambaran malignancy di paru
Pemeriksaan Spirometri
Pre Bronkodilator Post Bronkodilator

Kesan
Obstruktif
VEP1/KVP: ≤75%
Ringkasan
Pasien datang ke RSUD Budhi Asih pada tanggal 20 januari 2019 dengan keluhan sesak nafas dan
batuk sejak 4 hari SMRS. Pasien juga mengeluh pilek dan demam. Pasien mengatakan sesak nafas
muncul saat pasien sedang kelelahan dan terpapar udara dingin. Terakhir muncul serangan sesak 3
bulan yang lalu. Pasien pernah memiliki keluhan yang sama sejak kecil, kemudian pasien berobat ke
RS Persahabatan, namun pengobatan tidak dilanjutkan karena pasien sudah merasa lebih baik. Dari
riwayat keluarga, kakek dan nenek pasien menderita penyakit asma. Riwayat penyakit diabetes
miletus dan hipertensi disangkal. Pasien seorang perokok aktif, pasien merokok 1 hari sebanyak
setengah bungkus, Pasien bekerja sebagai montir di bengkel. Pasien merasakan sering bersin ketika
ada binatang seperti kucing atau burung dan pasien memiliki hewan peliharan tersebut dirumah.
Pada tanda vital saturasi oksigen (95%), pada auskultasi paru terdapat suara napas tambahan yaitu
wheezing (+/+). Pada hasil laboratorium didapatkan peningkatan leukosit (12,8 ribu/dL) peningkatan
hemoglobin (17,6 g/dL), peningkatan eritrosit (6,1 juta/uL) dan foto thoraks AP yang menunjukan
cor normal, tidak tampak infiltrat/cavitas proses aktif di paru dan tak terlihat gambaran malignancy
diparu. Pada pemeriksaan berdasarkan ananmesis menggunaka asma kontrol tes didapatkan nilai 16,
dimana pasien dengan asma yang tidak terkontrol.
Daftar Masalah
– Asma Bronkial Eksaserbasi Akut Persisten Sedang
Analisis Kasus
Asma bronkial
Pasien mengeluh sesak nafas dan batuk sejak 4 hari SMRS. Pasien juga mengeluh
pilek dan demam. Pasien mengatakan sesak nafas muncul saat pasien sedang
kelelahan dan terpapar udara dingin. Terakhir muncul serangan sesak 3 bulan yang
lalu. Pasien pernah memiliki keluhan yang sama sejak kecil, namun tidak
terkontrol. Riwayat keluarga, kakek dan nenek pasien menderita penyakit asma.
Pasien seorang perokok aktif, pasien merokok 1 hari sebanyak setengah bungkus,
Pasien bekerja sebagai montir di bengkel. Pasien merasakan sering bersin ketika
ada binatang seperti kucing atau burung dan pasien memiliki hewan peliharan
tersebut dirumah.
– Berdasarkan pemeriksaan fisik:
– Tanda vital : saturasi oksigen 95%
– Auskultasi paru : wheezing +/+
– Pada pemeriksaan penunjang
– Laboratorium : leukosit (12,8 ribu/dL), hemoglobin (17,6 g/dL), dan eritrosit (6,1
juta/uL)
– Spirometri : VEP1/KVP ≤ 75%
– Foto Thoraks AP : cor normal, tidak tampak infiltrat/cavitas proses aktif di paru dan
tak terlihat gambaran malignancy diparu
– Rencana diagnostik:
– Pemeriksaan skin prick test
– Pemeriksaan Ig E
– Pemeriksaan Eosinofil total
– Rencana tatalaksana :
– Pemberian bronkodilator (beta-2 agonis kerja cepat dan ipratropium bromide)
dan kortikosteroid sistemik
S Os datang ke IGD RS Budhi Asih dengan keluhan sesak 4 hari SMRS, Pasien juga mengeluh batuk (+)
pilek (+) demam (+). Riwayat DM (-), Riwayat HT (-)

O KU : Tampak sakit sedang


Kesadaran : Compos mentis
TD : 120/80mmHg Suhu : 38°C
N : 115x/menit Saturasi O2 : 95 %
RR : 22x/menit
Mata : CA -/-, SI-/-
Leher : Tidak ada pembesaran KGB Follow Up
Thorax : Pulmo SNV +/+, wh +/+, rh-/-
Cor BJ I-II reguler, murmur (-), gallop (-)
21 Januari 2019
Abdomen : supel, BU (+)
Ekstremitas atas : AH (+/+), OE (-/-)
Ekstremitas bawah : AH (+/+), OE (-/-)

Penunjang:
Leukosit : 12800/uL
Eritrosit : 61000/uL
Hb : 17,6 g/dL

A - Asma Bronkiale eksaserbasi akut persisten sedang

P - Inhalasi Combivent + pulmicort 4x/hari


- BK III 3x1
- Partison 1x40mg
- Flumicil 3x200mg
S Os mengatakan sesak berkurang, batuk (+), pilek(+)

O KU : Tampak sakit sedang


Kesadaran : Compos mentis
TD : 100/80mmHg Suhu : 37.8°C
N : 90x/menit SpO2: 97%
RR : 20x/menit
Mata : CA -/-, SI-/-
Leher : Tidak ada pembesaran KGB, JVP 5+1
Follow Up
Thorax : Pulmo SNV +/+, wh +/+, rh-/-
Cor BJ I-II reguler, murmur (-), gallop (-)
22 Januari 2019
Abdomen : supel, BU (+)
Ekstremitas atas: AH (+/+), OE (-/-)
Ekstremitas bawah: AH (+/+), OE (-/-)

Penunjang:
Ca : 8,4

A - Asma bronkiale eksaserbasi akut persisten sedang

P - Flumicil 3x200mg
- BK III 3x1
- Partison 1x40 mg
- Inhalasi combivent+bisolvon 3x1
S Sesak berkurang, batuk(+), pilek (+)

O KU : Tampak sakit sedang


Kesadaran : Compos mentis
TD : 100/80mmHg Suhu : 36.8°C
N : 104x/menit SpO2: 97%

Follow Up
RR : 20x/menit
Mata : CA -/-, SI-/-

23 Januari 2019
Leher : Tidak ada pembesaran KGB
Thorax : Pulmo SNV +/+, wh+\+/-, rh-/-
Cor BJ I-II reguler, murmur (-), gallop (-)
Abdomen : supel, BU (+)
Ekstremitas atas: AH (+/+), OE (-/-)
Ekstremitas bawah: AH (+/+), OE (-/-)

A - Asma Bronkiale eksaserbasi akut persisten sedang

P - Flumicil 3x200mg
- BK III 3x1
- Partison 1x40 mg
- Caguconas 2x 1 ampul (2hari)
- Inhalasi combivent+bisolvon 3x1
S Batuk(+), Pilek (+)

O KU : Tampak sakit ringan


Kesadaran : Compos mentis
TD : 110/70mmHg Suhu : 36.9°C
N : 82/menit SpO2: 98%
RR : 20x/menit
Mata : CA -/-, SI-/-
Leher : Tidak ada pembesaran KGB
Follow Up
Thorax : Pulmo SNV +/+, wh +/+, rh-/-
Cor BJ I-II reguler, murmur (-), gallop (-)
24 Januari 2019
Abdomen : supel, BU (+)
Ekstremita satas: AH (+/+), OE (-/-)
Ekstremitas bawah: AH (+/+), OE (-/-)

A - Asma bronkiale eksaserbasi akut persisten sedang

P - Flumicil 3x200mg
- BK III 3x1
- Partison 1x40 mg
- Caguconas 2x 1 ampul (2hari)
- Inhalasi combivent+bisolvon 3x1
BAB III
TINJAUAN
PUSTAKA

Asthma
Definisi
Asthma adalah gangguan inflamasi kronik saluran pernafasan dimana banyak sel
inflamasi yang berperan termasuk sel mast, limfosit, neutrofil, dan eosinofil.
Menurut Global Initiative for Asthma didefiniskan sebagai riwayat gejala
pernafasan seperti mengi, sesak napas, nyeri dada dan batuk yang bervariasi dari
waktu dan intensitasnya, bersamaan dengan keterbatasan aliran udara ekspirasi
yang bervariasi.
Epidemiologi
Menurut The Global Asthma Report bahwa jumlah penderita asma di dunia
mencapai 334 juta orang pada tahun 2014. Prevalensi asma di berbagai negara
berkisar 1% hingga 18 % dari populasi
Menurut data Riskesdas 2007, prevalensi asma di Indonesia adalah 3,5% dan
terdapat 18 provinsi yang memiliki prevalensi penyakit asma yang melebihi angka
nasional. Pada tahun 2013, prevalensi asma di Indonesia mengalami kenaikan
sebesar 1% menjadi 4,5%. Kelompok umur 25-34 tahun mempunyai prevalensi
asma tertinggi yaitu sebesar 5,7% dan umur <1 tahun memiliki prevalensi asma
terendah sebesar 1,5%
Faktor Risiko
– Genetik
– Gender
– Faktor lingkungan
Klasifikasi Asma Menurut GINA
Derajat Asma Gejala Gejala Malam Fungsi Paru
Intermitten Gejala <1x/minggu Serangan <2x dalam sebulan VEP1>80% nilai prediksi
singkat Variabilitas APE
<20%

Persisten Ringan Gejala >1x/minggu terapi <1x/hari >2x dalam sebulan VEP1>80% nilai prediksi
Serangan dapat mengganggu APE > 80% nilai terbaik
aktivitas dan tidur Variabilitas APE 20% - 30%

Persisten Sedang Gejala timbul setiap hari >2x dalam sebulan VEP1 60% - 80%
Serangan mengganggu aktivitas nilai prediksi APE 60% - 80%
dan tidur nilai terbaik Variabilitas APE >
30%

Persisten Berat Gejala timbul terus menerus Sering VEP1< 60% nilai terbaik
APE < 60% nilai terbaik
Variabilitas APE >
30%
Patofisiologi Asma
Diagnosis
Anamnesis
– Adanya batuk yang berulang pada malam hari menjelang dini hari
– Adanya mengi atau dada terasa berat atau batuk setelah terpajan alergen atau polutan (pencetus)
– Saat mengalami selesma (common cold) merasakan sesak di dada dan selesmanya menjadi berkepanjangan (10 hari atau
lebih)
– Adanya mengi atau rasa berat di dada atau batuk setelah melakukan aktivitas atau berolahraga
– Gejala-gejala tersebut diatas berkurang/hilang setelah pemberian obat pelega (bronkodilator)
– Adanya batuk, mengi, sesak di dada jika terjadi perubahan musim/cuaca atau suhu ekstrim (perubahan yang tiba-tiba)
– Adanya penyakit alergi lainnya (rinitis, dermatitis atopi, konjungtivitis alergi)
– Riwayat menderita asma atau alergi dalam keluarga (kakek/nenek, orang tua, anak, saudara kandung, saudara sepupu)
– Adanya penyakit alergi lainnya (rinitis, dermatitis atopi, konjungtivitis alergi)
– Riwayat menderita asma atau alergi dalam keluarga (kakek/nenek, orang tua, anak, saudara kandung, saudara sepupu)
Pemeriksaan Fisik
– Dapat ditemukan wheezing (mengi), tetapi pada sebagian pasien asma tidak
didapatkan mengi diluar serangan.
– Pada asma sangat berat mengi dapat tidak terdengar (silent chest), dan pasien
dalam keadaan sianosis dan kesadaran menurun
Pemeriksaan Penunjang
• Mengukur status alergi, melalui tes kulit atau pemeriksaan
imunoglobulin spesifik IgE dalam serum
• Pemeriksaan fungsi paru dengan alat peak flow meter atau
spirometer, untuk menilai:
– Obstruksi jalan napas
– Reversibilitas kelainan fungsi paru
– Variabilitas fungsi paru, sebagai penilaian tidak langsung
hiperesponsivitas jalan napas
Tatalaksana
1. Penatalaksanaan asma akut (saat serangan) :
Obat yang dapat digunakan bronkodilator (beta-2 agonis kerja cepat
dan ipratropium bromide), kortikosteroid sistemik

2. Penatalaksanaan asma jangka panjang


untuk mengontrol asma dan mencegah serangan. Obat yang
digunakan inhalasi kortikosteroid, beta-2 agonis kerja panjang,
antileukotrien, teofilin lepas lambat.
Diagnosis banding

– Penyakit Paru Obstruksi Kronik


– Bronkitis kronik
– Emboli Paru
Jenis obat Asma
Jenis Obat Golongan Nama Generik Bentuk atau Kemasan obat

Pengontrol (Antiinflamasi) Steroid inhalasi Flutikason propionat Budesonide IDT


IDT,turbuhaler

Antileukokotrin Zafirlukast Oral (tablet)


Kortikosteroid sistemik Metilprednisolon Oral (injeksi)
Prednison Oral

Agonis beta-2 kerjalama Prokaterol Oral


Formoterol Turbuhaler
Salmeterol IDT

Kombinasi steroid dan agonis Flutikason+Salmaterol IDT


beta-2 kerja lama Budesonide+Formoterol Turbuhaler

Pelega (Bronkodilator) Agonis beta-2 kerja cepat Salbutamol Oral, IDT, rotacap solution
Terbutalin IDT
Prokaterol

Antikolinergik Fenoterol IDT, solution


Ipratropium bromide IDT, solution

Metilsantin Teofilin Oral


Aminofilin Oral, injeksi
Teofilin lepas lambat Oral

Kortikosteroid sistemik Metilprednisolon Oral, Inhaler


Prednison Oral
Tingkat Kontrol Asma Menurut GINA
Tingkat Kontrol Asma Asma Terkontrol Asma Terkontrol Sebagian Asma Tidak Terkontrol

Gejala harian Tidak ada atau kurang Lebih dari 2x/minggu Terdapat tiga atau lebih kriteria asma
dari 2 kali/minggu terkontrol sebagian dalam seminggu

Gangguan aktivitas Tidak ada Kadang-kadang

Gejala malam hari Tidak ada Kadang-kadang


/ terbangun
Penggunaan obat pelega Kurang dari 2x/minggu Lebih dari 2x/minggu

Fungsi paru VEP1 Normal < 80% nilai prediksi atau nilai
terbaik (jika diketahui)

Eksaserbasi Tidak ada Satu kali atau lebih dalam Satu kali dalam seminggu
setahun
BAB IV
PEMBAHASAN
– Asma merupakan gangguan inflamasi kronik saluran pernafasan dimana
banyak sel inflamasi yang berperan termasuk seL mast,limfosit, neutrofil,
dan eosinofil. Obstruksi saluran pernafasan ini memberikan gejala-gejala seperti
batuk, mengi dan sesak nafas. Derajat obstruksi dipengaruhi oleh diameter
lumen saluran pernafasan, edema dinding bronkus, produksi mukus, kontraksi
dan hipertrofi otot polos bronkus.
– Pada asma alergik, selain peka terhadap rangsangan tersebut di atas pasien juga
sangat peka terhadap alergen yang spesifik. Berbagai keadaan dapat
meningkatkan hipereaktivitas saluran napas seseorang yaitu inflamasi saluran
pernapasan, kerusakan epitel, gangguan instrinsik seperti hipertrofi otot polos
saluran napas dan obstruksi salurannapas. Dimana didiagnosis dengan
anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang serta di tatalaksana
dengan tepat dan adekuat.
DAFTAR PUSTAKA
1. Global Initiative for Asthma (GINA). Global strategy for asthma management and prevention.
Report, GINA. 2015.
2. Rengganis Iris. Diagnosis dan Tatalaksana Asma Bronkial. Maj Kedokteran Indo. 2008; 58(11): 445-50
3. Global Asthma Network. The Global Asthma Report 2014. At:
http://www.globalasthmareport.org/burden/burden.php
4. Yunus F, Rasmin M, Sutoyo DK, Wiyono WH, Antariksa B, Fitriani F, etc. Prevalens Asma pada Siswa
Usia 13-14 tahun Berdasarkan Kuisioner ISAAC di Jakarta. J Respir Indo. 2011; 31(4): 176-79
5. World Health Organization (WHO). Asthma. 2011 At:
http://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs307/en/
6. Riset Kesehatan Dasar(Riskesdas). (2013). Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan
Kementerian RI tahun 2013.Diakses: 3 Mei 2017,
darihttp://www.depkes.go.id/resources/download/general/Hasil%20Riskesdas% .pdf
7. Maranatha D. Asma Bronkial dalam Buku Ajar Ilmu Penyakit Paru. Surabaya: Departemen Ilmu Penyakit
Paru FK UNAIR-RSUD Dr. Soetomo. 2010. 55-73
8. Sundaru H, Sukamto. Asma Bronkial dalam Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Ed VI, Jilid I. Jakarta: FKUI.
2015. 478-88
9. Lougheed MD, Lemière C, Dell SD, Ducharme FM, Fitzgerald JM, Leigh R,Licskai C, Rowe BH, Bowie D,
Becker A, Boulet LP: Canadian Thoracic Society asthma management continuum: 2010 consensus summary
for children six years of age and over, and adults. Can Respir J. 2010; 17: 15
10. Rengganis Iris. Diagnosis dan Tatalaksana Asma Bronkial. Maj Kedokteran Indo. 2008; 58(11): 445-50
11. Bateman ED, Hurd SS, Barnes PJ, Bousquet J, Drazen MJ, FitzGerald M, etc. Global Strategy for Asthma
Management And Prevention: GINA Executive Summary. Eur Respir J. 2008; 31:143-178
12. Ramlie A, Soemarwoto R A S, Wiyoni W H. Korelasi antara Asthma Control Test dengan VEP1% dalam
Menentukan Tingkat Kontrol Asma. J Respir Indo.2014; 34(2): 95-100
13. Ilyas M, Yunus F, Wiyono W H. Correlation between Asthma Control Test (ACT) and Spirometry as Tool
of Assesing of Controlled Asthma. J Respir Indo. 2010; 30(4): 192-95

Anda mungkin juga menyukai