Stress
B. Klasifikasi klinis
1. Fraktur tertutup
2. Fraktur terbuka
Diagnosis Fraktur
Anamnesis
Pemeriksaan Fisis
Pada pemeriksaan awal pasien, perlu diperhatikan adanya:
1. Syok, anemia atau pendarahan
2. Kerusakan pada organ-organ lain, misalnya otak, sumsum tulang
belakang atau organ-organ dalam rongga toraks, panggul, dan
abdomen
3. Faktor predisposisi misalnya pada fraktur patologis
Pemeriksaan lokal
1. Inspeksi (Look)
2. Palpasi (Feel)
3. Pergerakan (Move)
Pemeriksaan neurologis :
Sensoris, motoris serta gradasi kelainan neurologis
Pemeriksaan Radiologis
Foto polos, CT scan, MRI, tomografi dan radioisotop
scanning
Tatalaksana Fraktur
A. Penatalaksanaan awal
1. Pertolongan pertama : Primary survey (ABCDE)
2. Penilaian klinis
3. Resusitasi : kebanyakan pasien dengan multipel fraktur
mengalami syok sehingga dilakukan resusitasi sebelum
penanganan fraktur
a. Reposisi
Mengembalikan fragmen ke posisi anatomi.
Terdiri dari reposisi tertutup dan terbuka
b. Immobiisasi
Mempertahankan posisi fragmen post reposisi
sampai union.
Jenis fiksasi :
1. Eksternal (OREF)
2. Internal (ORIF)
Komplikasi Fraktur
1. Komplikasi umum
Syok karena perdarahan ataupun karena nyeri, koagulopati diffus
dan gangguan fungsi pernafasan yang dapat terjadi dalam 24 jam
pertama pasca trauma dan setelah beberapa hari atau minggu
akan terjadi gangguan metabolisme, berupa peningkatan
katabolisme. Komplikasi umum lain dapat berupa emboli lemak,
trombosis vena dalam (DVT), tetanus atau gas gangren
Dini
2. Komplikasi Lokal
Lanjut
Terima kasih
Waassalamu alaikum Wr Wb