“TALASEMIA”
Oleh :
Monika Rai Islamiah
Sekar Mentari
William Bahagia
Perceptor:
dr. Firdaus Djunid, Sp. A
STATUS PASIEN
Status Pasien
No RM : 335782
2.1 Anamnesis
a. Identitas
Usia : 13 th
Agama : Islam
Suku : Jawa
b. Riwayat Penyakit
Mei 2018
OS datang ke rumah sakit Ahmad Yani dengan keluhan pucat dan lemas.
Pucat dan lemas sudah dirasakan 1 hari sebelum masuk rumah sakit. Selain
pucat dan lemas, pasien juga merasakan sering sakit kepala dan mual. Pasien
d. RPD :
Pasien terdiagnosis thalasemia dan sudah rutin menjalani transfusi darah dari
pasien usia 2 tahun. Pasien terdiagnosis thalasemia pada usia 2 tahun saat
Sejak saat itu pasien terdiagnosis thalasemia dan rutin transfusi darah setiap 2-
3 bulan sekali. Namun, semenjak 3 tahun yang lalu pasien harus mendapatkan
e. RPK :
keluarga pasien tidak ada yang mengalami keluhan serupa baik dari garis
Pasien adalah anak pertama dari kelahiran pertama dan kehamilan pertama
pemeriksaan kehamilan rutin di bidan. Pada saat hamil, ibu pasien tidak
melakukan pekerjaan berat seperti berladang dan berkebun selama hamil. Pada
saat hamil ibu pasien mengaku berat badannya tidak bertambah dan perutnya
kecil.
g. Riwayat Persalinan :
Ibu o.s. melahirkan dibantu oleh bidan. Lahir prematur pada saat usia
Panjang badan : 32 cm
Cacat :-
Keadaan lahir : Langsung menangis, kulit kemerahan, tidak ada kebiruan saat
menangis. Setelah lahir bayi tidak dirawat di rumah sakit atau fasilitas
h. Riwayat Imunisasi
i. Riwayat perkembangan
2. Tengkurap 5 bulan
3. Duduk 8 bulan
4. Merangkak 9 bulan
5. Berdiri 12 bulan
6. Berjalan 14 bulan
7. Berbicara 20 bulan
Tidak ada keterlambatan dalam perkembangan gerak motorik kasar, halus, dan
bicara.
j. Riwayat Makanan
a. Status Present
TD :110/70 mmHg
Suhu : 36,6 °C
RR : 28 x/menit
Berat Badan : 27 kg
b. Status generalis
Pucat : (+)
lainnya
Turgor : Baik
Pembesaran KGB : Tidak ada pembesaran KGB leher, aksila, inguinal, dan KGB
lainnya
Kepala
Mata : Sklera ikterik (-/-), konjungtiva anemis (+/+), mata cekung (-),
oedem (-/-)
Mulut : sianosis (-), bibir kering (+), Faring hiperemis (-), pembesaran
tonsil (-)
Leher
Bentuk : Simetris
Thorax
Paru
Perkusi : Sonor-hipersonor
Jantung
normal
Abdomen
Inspeksi : Cembung
Perkusi : pekak
Ekstremitas
Rujukan
Leukosit 7,3 3
10 /μL 5-10 Normal
Eritrosit 3,50 3
10 /μL 3,08-5,05 Normal
S O A P
Keluhan Status Assesment Penatalaksanaan
15/5/2018 KU : Sakit sedang Thalasemia Transfusi whole
Pucat, lemas, KS : Compos mentis blood 486 ml ≈ 500
kepala pusing Nadi : 96 x/min ml (2 kantong)
SpO2 : 98% Terapi kelasi besi:
RR : 28 x/menit Deferiprone 675 mg
T : 36,6°C 3x1
BB : 27 Kg Vit C 100 mg 1x1
Kepala:
Simetris, tidak ada kelainan
Mata:
konjungtiva anemis (+/+),
sklera tidak ikterik.
Hidung:
Sekret dari hidung (-), napas
cuping hidung (-)
Mulut:
Mulut kering (+)
Leher:
pembesaran KGB (-),
deviasi trakea (-)
Paru:
I :Simetris, retraksi (-), tidak
tampak sesak
P :Ekspansi
kanan=kiri
A : vesikuler
Jantung:
I : Ictus cordis tak terlihat
P : Ictus cordis teraba
P : Batas jantung normal
A : BJ I/II reguler, murmur
(-), gallop (-)
Abdomen:
I : cembung
A : Bising usus (+) Normal
P : pekak (+)
P : Nyeri tekan (-), hepar (-)
teraba, lien (+) schuffner 4
teraba
Ekstremitas :
Ekstremitas superior
Oedem -/-, sianosis -/-
Ekstremitas inferior Oedem
-/-, sianosis -/-
Thalasemia alfa
Thalasemia beta
Anemia hemolitik
Thalasemia
2.7 Tatalaksana
2.8 Prognosis
Ad sanationam : ad bonam
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 DEFINISI
berkurangnya sintesis salah satu atau lebih rantai globin. Normalnya HbA memiliki rantai
polipeptida α dan β, dan yang paling penting thalasemia dapat ditetapkan sebagai α - atau
yang diturunkan secara autosomal, disebabkan oleh kekurangan sintesis rantai polipeptid
gangguan genetic heterogen pada sintesis Hb yang ditandai dengan tidak adanya /
berkurangnya sisntesis rantai globin dan diturunkan secara kodominan autosomal sehingga
eritrosit mempunyai sedikit kemampuan mengikat O2. Thalassemia bukan termasuk dalam
menurut hukum Mendel dari orang tua kepada anak-anaknya. Penyakit thalassemia
meliputi suatu keadaan penyakit dari gelaja klinis yang paling ringan (bentuk heterozigot)
yang disebut thalassemia minor atau thalassemia trait (carrier = pengemban sifat) hingga
yang paling berat (bentuk homozigot) yang disebut thalassemia mayor. Bentuk heterozigot
diturunkan oleh salah satu orang tuanya yang mengidap penyakit thalassemia, sedangkan
bentuk homozigot diturunkan oleh kedua orang tuanya yang mengidap penyakit
thalassemia.
2.2 EPIDEMIOLOGI
Diantara 1.1% pasangan suami istri mempunya resiko memiliki anak dengan
kelainan hemoglobin dan 2.7 per 1000 konsepsi terganggu. Pencegahan hanya
memberikan pengaruh yang kecil, pengaruh prevalensi kelahiran dikalkulasikan
antara 2.55 per 1000. Sebagian besar anak anak yang lahir dinegara berpenghasilan
tinggi dapat bertahan dengan kelainan kronik, sementara di Negara Negara yang
berpengasilan rendah meninggal sebelum usia 5 tahun. Kelainan hemoglobin
memberikan kontribusi setara dengan 3.4% kematian padan anak usia di bawah 5
tahun di seluruh dunia.
Fakta ini mendukung thalassemia sebagai salah satu penyakit turunan yang
terbanyak : menyerang hampir semua golongan etnik dan terdapat pada hampir
Mediterania dan bervariasi di Timur Tengah, India dan Asia Tenggara. HbE yang
merupakan varian thalassemia sangat banyak dijumpai di India, Birma dan beberapa
thalassemia HbE sangat tinggi di wilayah ini. Tingginya frekuensi thalassemia juga
berat. Hal ini membuktikan penyakit ini disebabkan oleh mutasi baru dan
Thalassemia ternyata tidak saja terdapat di sekitar Laut Tengah, tetapi juga di
Asia Tenggara yang sering disebut sebagai sabuk thalassemia (WHO, 1983) sebelum
pertama sekali ditemui pada tahun 1925. Di Indonesia banyak dijumpai kasus
thalassemia, hal ini disebabkan oleh karena migrasi penduduk dan percampuran
Cina Selatan yang dikelompokkan dalam dua periode. Kelompok migrasi pertama
diduga memasuki Indonesia sekitar 3.500 tahun yang lalu dan disebut Protomelayu
(Melayu awal) dan migrasi kedua diduga 2.000 tahun yang lalu disebut Deutromelayu
(Melayu akhir) dengan fenotip Monggoloid yang kuat. Keseluruhan populasi ini
menjadi menjadi Hunian kepulauan Indonesia tersebar di Kalimantan, Sulawesi, pulau
Pada tahun 1955, Lie-Injo Luan Eng dan Yo Kian Tjai, telah melaporkan
adanya 3 orang anak menderita thalassemia mayor dan 4 tahun kemudian ditemukan
23 orang anak dengan penyakit yang serupa di Indonesia. Dalam kurun waktu 17
tahun, yaitu dari tahun 1961 hingga tahun 1978 telah menemukan tidak kurang dari
Jumlah penderita thalassemia di Indonesia hingga tahun ini naik 8,3 persen dari total
3.653 penderita yang tercatat selama tahun 2006. Hampir 90 persen, para penderita
penyakit genetik pada sintesis hemoglobin itu berasal dari kalangan masyarakat
miskin.
Tabel. Estimasi prevalensi carir dari varian gen hemoglobin dan hubungan konsepsi
2.3 ETIOLOGI
thalassemia-α disebabkan oleh delesi gen atau terhapus karena kecelakaan genetik,
mutasi gen tersebut. individu normal yang mempunyai 2 gen alfa yaitu alfa thal 2 dan
alfa thal 1 terletak pada bagian pendek kromosom 16 (aa/aa). Hilangnya satu gen
(silent carrier) tidak menunjukkan gejala klinis sedangkan hilangnya 2 gen hanya
memberikan manifestasi ringan atau tidak memberikan gejala klinis yang jelas.
destruksi eritrosit lebih cepat. Delesi ke 4 gen alfa (homosigot alfa thal 1, Hb Barts
Hydrops fetalis) adalah tidak kompatibel dengan kehidupan akhir intra uterin atau neo
besar thalassemia-β :
2.4 KLASIFIKASI
Klinis
Genetik/Molekuler
Berdasarkan Klinis, ada tida tngkat talasemia berdasarkan klasifikasi klinis yakni:
Talasemia intermedia
a. Thalassemia Alfa disebabkan mutasi salah satu atau seluruh globin rantai alfa.
Silent Carrier State : Gangguan pada 1 rantai globin alfa. Keadaan ini
tidak timbul gejala sama sekali atau sedikit kelainan berupa sel darah
bervariasi mulai tidak ada gejala sama sekali, hingga anemia yang berat
thalassemia tipe alfa. Kondisi ini tidak terdapat rantai globin yang
dibentuk sehingga tidak ada HbA atau HbF yang diproduksi. Janin yang
hati dan limpa. Janin ini biasanya mengalami keguguran atau meninggal
*A 4- Delesi gen tidak selalu mempertimbangkan kemungkinan untuk hidup (hidrops fetalis).
Hgb CS = Hemoglobin Constant Spring.
Beta Thalassemia Trait : Thalasemia jenis ini memiliki satu gen normal
dan satu gen yang bermutasi. Penderita mengalami anemia ringan yang
anemia yang derajatnya tergantung dari derajat mutasi gen yang terjadi.
Rentang keparahan klinis pada thalassemia intermedia ini cukup lebar, dan
darah.
tidak dapat memproduksi rantai beta globin. Terjadi bila kedua orang
a. Thalassemia Beta
Thalassemia beta terjadi jikia terdapat substitusi satu basa pada bagian kosong gen
globin β. Bila mengenai bagian promoter, menurunkan jumlah transkripsi gen globin
menghasilkan varian fenotip Thalassemia δβ. Pada Thalassemia (δβ) o, terjadi delesi
gen δ dan β, dengan gen γ yang utuh. Delesi yang lebih panjang yang juga mengenai
Thalassemia (εγδβ)o .
Kelebihan rantai α mengendap pada membran sel eritrosit dan prekursornya. Hal ini
Kemungkinan melalui proses pembelahan atau proses oksidasi pada membran sel
prekursor. Eritrosit yang mencapai darah tepi memiliki inclusion bodies yang
menyebabkan perusakan di lien dan oksidasi membran sel, akibat pelepasan heme dan
denaturasi hemoglobin dan penumpukan besi pada eritrosit. Sehingga anemia pada
eritrosit.
Kombinasi anemia pada thallasemia β dan eritrosit yang kaya HbF dengan afinitas
Hal ini mengakibatkan peningkatan masa eritroid yang tidak efektif dengan perubahan
tulang, peningkatan absorpsi besi, metabolisme rate yang tinggi dan gambaran klinis
Patologi molekular dan genetik pada Talesemia α lebih komplek dari Talesemia β,
karena adanya 2 gen α globin pada tiap pasang kromosom 16. Genotip normal α
globulin digambarkan αα/αα. Talasemia αo, disebabkan beberapa delesi pada 2 gen
tersebut. Homozigot dan heterozigot digambarkan -/- dan -/αα. Jarang sekali
Talasemia αo disebabkan oleh delesi gen bagian yang mirip LCR α globin, 40 kb di
atas kumpulan gen α globin atau pemutusan lengan pendek kromosom 16. Pada
beberapa kasus terjadi delesi pada 1 bagian dari pasangan gen α globulin, sedangkan
yang lain utuh – α/αα. Lainnya memiliki 2 gen globin tapi salah satu mengalami
Dengan adanya HbH dan Bart’s, patologi seluler Talesemia α berbeda dengan
Proses hemolitik merupakan gambaran utama kelainan ini. Hal ini semakin berat
karena HbH dan Bart’s adalah homotetramer, yang tidak mengalami perubahan
allosterik yang diperlukan untuk transpor oksigen. Seperti mioglobin, mereka tidak
bisa melepaskan oksigen pada tekanan fisiologis. Sehingga tingginya kadar HbH dan
dengan penyakit HbH. Kelainan ini ditandai dengan adanya anemia hemolitik,
adaptasi terhadap anemianya sering tidak baik, karena HbH tidak berfungsi sebagai
pembawa oksigen.
2.6 Penegakan Diagnosa
Penegakan diagnosa pada kasus thalassemia meliputi anamnesis, pemeriksaan fisik, dan
pemeriksaan penunjang.
a. Anamnesis
Penderita pertama datang dengan keluhan anemia/pucat, tidak nafsu makan, gangguan
tumbuh kembang dan perut membesar karena pembesaran hati dan limpa. Umumnya,
Terlihat kuning
Mudah infeksi
b. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik pada penderita Thalasemia yang didapatan berupa pucat, bentuk
c. Pemeriksaan Penunjang
o Hemoglobin
o Sediaan apus darah tepi (mikrositer, hipokrom, anisositosis,
1 tabung (fragilitas).
kuantitatif.
Pasien dengan 2 gen globin alfa akan mengalami anemia ringan, dengan nilai
hematokrit antara 28% sampai dengan 40%. Kadar volume eritrosit rata-rata (MCV)
rendah, yaitu antara 60-75 fL. Apusan darah tepi menunjukkan abnormalitas ringan,
meliputi mikrosit, hipokromi, kadang terdapat sel target, dan akantosit (sel dengan
tonjolan membulat yang berjarak tidak teratur). Angka retikulosit dan parameter besi
A2 atau hemoglobin F.
Hemoglobin H Disease
Pada pasien ini terdapat anemia hemolitik dengan derajat bervariasi, dengan kadar
hematokrit 28% sampai 32%. Kadar MCV rendah, yaitu 60-70 fL. Apusan darah tepi
adanya hemoglobin yang bermigrasi cepat (hemoglobin H) dalam jumlah 10-40% dari
hemoglobin. Apusan darah tepi dapat diperjelas dengan cat khusus untuk menunjukkan
adanya hemoglobin H.
Seperti pada pasien Thalasemia alfa trait, pasien akan mengalami anemia ringan dengan
hematokrit berkisar antara 28%-40%. Kadar MCV berkisar antara 55- 75 fL, dan angka
eritrosit bisa normal atau meningkat. Apusan darah tepi menunjukkan abnormalitas
ringan dengan hipokromi, mikrositosis, dan sel target. Berbeda dengan Thalasemia alfa,
pada Thalasemia beta minor bisa terdapat basofil stippling. Angka retikulosit bisa
antara 1-5%.
Thalasemia beta mayor menyebabkan anemia berat dan tanpa transfusi, hematokrit
dapat turun sampai dibawah 10%. Apusan darah tepi menunjukkan abnormalitas,
poikilositosis berat, hipokromi, mikositosis, sel target, basofil stippling dan eritrosit
ditemukan dalam jumlah yang sangat bervariasi, dan hemoglobin utama yang dapat
d. Skrining
Skrining merupakan pemantauan perjalanan penyakit dan pemantauan hasil terapi yang
lebih akurat. Pemeriksaan ini meliputi Hematologi rutin untuk mengetahui kadar Hb
dan ukuran sel darah, gambaran darah tepi untuk melihat bentuk, warna, dan
kematangan sel-sel darah, feritin dan iron serum (SI) untuk melihat status besi, analisis
hemoglobin untuk diagnosis dan menentukan jenis Thalasemia, serta analisis DNA
a. -Thalasemia
Sifat -Thalasemia (dua gen delesi ) harus dibedakan dari anemia ringan tipe
mikrositik termasuk defisiensi besi dan -thalasemia minor. Berbeda pada anak
anak dengan defisiensi besi, juga dengan sifat -Thalasemia yang memiliki Hb
elektroporesis normal setelah usia 4-6 bulan. Akhirnya, perjalanan dari rendahnya
MCV (96 fL) saat lahir atau tampilan Hb bart’s pada hemoglobinopati neonatal,
Anak -anak dengan HbH memiliki gejala ikterus dan splenomegali, dan
b. -Thalasemia
-Thalasemia minor harus dibedakan dari penyebab lain dari mikrositik ringan,
jumlah eritrosit dan index MCV dibagi eritrosit dengan hasil di bawah 13. Secara
HbA2 juga dapat disebabkan oleh defesiensi besi yang terjadi secara bersamaan.
-Thalassemia major sering sangat beda dari kelainan lain. Hb elektroporesis dan
yang paling penting adalah tranfusi rutin merupakan poin penting diagnosa -
Thalassemia.
2.8 Tatalaksana
1. Transfusi darah
Fraktur tulang
Bila tersedia, transfusi darah diberikan dalam bentuk PRC rendah leukosit
(leucodepleted).
2. Medikamentosa
Vitamin C: 2-3 mg/kg/hari (maksimal 50 mg pada anak < 10 tahun dan 100 mg pada
anak ≥ 10 tahun, tidak melebihi 200 mg/hari) dan hanya diberikan saat pemakaian
deferioksamin (DFO), tidak dipakai pada pasien dengan gangguan fungsi jantung.
Kelasi besi
digunakan kriteria sudah menerima 3-5 liter atau 10-20 kali transfusi.
o Anak usia <3 tahun: 15-25 mg/kg BB/hari dengan monitoring ketat (efek
selama 24 jam.
kecuali pasien menderita gangguan jantung yang berat dan diberikan kembali
o Jika tidak ada syringe pump dapat diberikan bersama NaCl 0,9% 500 ml
Pemberian kelasi besi dapat berupa dalam bentuk parenteral (desferioksamin) atau oral
keadaan:
o Untuk jangka waktu tertentu (6-12 bulan) bergantung pada kadar feritin dan
3. Pemantauan
Selain pemantauan efek samping pengobatan, pasien talasemia memerlukan
pemantauan rutin:
Setiap tahun: pertumbuhan dan perkembangan, status besi, fungsi jantung, fungsi