Oleh :
dr. Lusi Seprina Lubis
Pembimbing :
dr. Karlince M.Ked(Ped), Sp.A
Pendamping:
dr. Jhon Desel Sulistiana, Sp.PK
Demam dengue (DD) dan Demam berdarah dengue (DBD) adalah penyaki
tinfeksi yang disebabkan oleh virus dengue yang memiliki 4 strain (DENV1-4),
memiliki penyebaran geografis sangat luas, dan dilaporkan lebih dari 100 negara,
terutama Asia Selatan, Asia Tenggara, Amerika Selatan, dan Afrika.
Diperkirakan terjadi 390 juta kasus infeksi dengue secara global setiap tahunnya,
dengan 96 juta memiliki gejala klinis.
Infeksi dengue dapat menyebabkan gejala klinis yang luas, mulai dari
penyakit demam yang bias sembuh sendiri tanpa komplikasi hingga gejala klinis
yang berat seperti demam berdarah dengue dan sindrom syok dengue. Seiring
dengan meningkatnya angka kejadian infeksi dengue, dilaporkan kejadian demam
berdarah dengue pada bayi.
Pada DBD terjadi perembesan plasma yang ditandai oleh hemokonsentrasi
(peningkatan Hematokrit) atau penumpukan cairan dirongga tubuh. Sindrom
Renjatan Dengue (Dengue Syok Sindrom) adalah demam berdarah dengue yang
ditandai dengan renjatan/syok.
Pada bayi berisiko tinggi terkena DBD / DSS. Di Asia Tenggara, insiden
spesifik DBD bayi adalah 0,5 per 1000 orang di atasusia 3-8 bulan, dan itu
menghilang pada usia 9 bulan. Namun, angka kematian rendah karena diagnosis
dini dan perawatan segera.
Kasus
Anak perempuan, usia 5 tahun datang ke IGD Rumah Sakit Puri Husada
tembilahan pada tanggal 27 Oktober 2019 pukul pada 15.17 WIB, dengan
keluhan utama demam. Hal ini dialami 3 hari yang lalu, demam bersifat
mendadak dan terus menerus hanya turun jika minum obat penurun panas dari
dokter , demam lebih tinggi dimalam hari. Os juga batuk berdahak 3 hari ini, pilek
(-), sesak nafas(-). Hari kedua muncul bintik bintik merah yang tersebar diseluruh
tubuh. Tidak ditemukan tanda perdarahan spontan seperti : mimisan (-), gusi
1
berdarah (-), BAB hitam (-), mual muntah juga tidak dikeluhkan. Nafsu makan
dan minum kurang. BAB dan BAK dalam batas normal.
Riwayat penyakit terdahulu : Pasien tidak pernah sakit DBD sebelumnya. Pada
pemeriksaan fisik didadapatkan keadaan umum/penyakit/gizi : sedang / sedang /
baik, dengan sensorium : komposmentis, temperature 38,5ºC, BB : 10 kg, TB 101
cm, anemis (-), dipnu (-), ikterik (-), sianosis (-).
KeadaanUmum
Kesadaran : Alert
Tanda Vital
Nadi : 136 x/menit, reguler, kuat angkat
RR : 24 x/menit
Suhu : 38,50 C (axilla)
BB : 10 kg
Status generaliata :
Kepala : Normosefal
Mata : Konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-)
THT : Tidak ditemukan kelainan
Mulut : Bibir kering (-), sianosis (-), pucat (-)
Leher : Pembesaran KGB (-)
Thorax :
1. Jantung: S1S2 reguler, murmur (-), gallop (-)
2. Paru: pergerakan dada simetris, suara nafas vesikuler (+/+), rhonki
(-/-), wheezing (-/-)
2
Pemeriksaan Penunjang
Darah Rutin dan NS1 (27 September 2019)
Hemoglobin : 14,1 g/dL
Hematokrit : 41 %
Leukosit : 2.500/L
Eritrosit : 4,7 juta/L
Trombosit : 93.000/L
MCV : 88 fl
MCH : 30 pg
MCHC : 34 g/dL
NS1 : Positif
3
Kepala : normocepal, mata : konjungtiva anemis -/-,sclera ikterik-
Telinga / hidung : Dalam batas normal
Mulut : Sianosis (-). Mukosa bibir kering -/-
Leher : Pembearan getah bening
Thorak : jantung : SI S2 reguler, murmur(-), gallop (-)
paru : Vesikuler +/+, wheezing -/-, ronki -/-
Abdomen : simetris, soepel, timpani, H/L tidak teraba, bising usus (+)
normal, ptekie (+).
Ekstremitas : Superior Inferior
Capillary refill <2”/<2” <2”/<2”
Ptekie + +
Anus – Genitalia : Perempuan, dan tidak ada kelainan.
Pemeriksaan Penunjang
Darah Rutin (28 September 2019)
Hemoglobin : 13,5 g/dL
Hematokrit : 40 %
Leukosit : 2.000/L
Eritrosit : 4,5juta/L
Trombosit : 43.000/L
MCV : 89 fl
MCH : 30 pg
MCHC : 34 g/Dl
RDW-SD : 47,1 Fl
RDW-CV : 14,1 %
PDW : 9 Fl
MPV : 10 FL
P-LCR : 20 %
PCT : 0,06 %
4
Diagnosis kerja Dengue Hemorrhagic Fever Derajat II
Terapi :
- IVFD RL 40 cc/jam
- Drip Paracetamol fls 150 mg /4-8 jam
- Inj Ranitidine 10 mg / 8 jam
- PO : Ambroxol sirup 3x1,8 cc
Psidii sirup 3x1cth
Rencana besok 29 September 2019 cek ulang DR
Abdomen : simetris, soepel, timpani, H/L tidak teraba, bising usus (+)
normal, ptekie (+).
Ekstremitas : Superior Inferior
Capillary refill <2”/<2” <2”/<2”
Ptekie + +
5
Anus – Genitalia : Perempuan, dan tidak ada kelainan.
Pemeriksaan Penunjang
Darah Rutin (29 September 2019)
Hemoglobin : 13,1 g/dL
Hematokrit : 40 %
Leukosit : 3.100/L
Eritrosit : 4,4 juta/L
Trombosit : 43.000/L
MCV : 91 fl
MCH : 30 pg
MCHC : 33 g/dL
RDW-SD : 46,9 Fl
RDW-CV : 14,2 %
PDW : 10 Fl
MPV : 11 FL
P-LCR : 27 %
PCT : 0,05 %
6
Pemantauan tanggal 30 September 2019
Abdomen : simetris, soepel, timpani, H/L tidak teraba, bising usus (+)
normal, ptekie (-).
Ekstremitas : Superior Inferior
Capillary refill <2”/<2” <2”/<2”
Ptekie - -
Anus – Genitalia : Perempuan, dan tidak ada kelainan.
Pemeriksaan Penunjang
Darah Rutin (30 September 2019)
Hemoglobin : 13,4 g/dL
Hematokrit : 41 %
Leukosit : 4.000/L
Eritrosit : 4,6 juta/L
7
Trombosit : 61.000/L
MCV : 90 fl
MCH : 30 pg
MCHC : 33 g/dL
RDW-SD : 46,8 Fl
RDW-CV : 14,0 %
PDW : 11 fL
MPV : 11 FL
P-LCR : 22 %
PCT : 0,07 %
Diskusi
Demam dengue merupakan penyakit akut yang disebabkan oleh virus genus
Flavivirus, family Flaviviridae, mempunyai 4 jenis yaitu DEN-1, DEN-2, DEN-3,
dan DEN-4 dan ditularkan melalui perantara nyamuk Aedes aegypty atau Aedes
albopictus. Dari 4 serotipe dengue yang terdapat di Indonesia, DEN-3 merupakan
serotype yang dominan dan banyak berhubungan dengan kasus berat, diikuti
dengan serotype DEN-2. World Health Organization – South – East Asia
Regional Office (WHO-SEARO) melaporkan bahwa pada tahun 2009 terdapat
156052 kasus dengue dengan 1396 jumlah kematian di Indonesia dan case-
fatality rates (CFR)0.79%
8
Demam dengue dan demamberdarah dengue adalahpenyakitinfeksi yang
disebabkan oleh virus dengue denganmanifestasiklinisdemam, nyeriotot
dan/ataunyerisendi yang disertailekopenia, ruam, limfadenopati, trombositopenia
dan diathesis hemoragik. Perembesan plasma pada DBD ditandai dengan
hemokonsentrasi (peningkatan hematokrit) atau penumpukan cairan di rongga
tubuh. Sindrom renjatan dengue (dengue shock syndrome) adalah demam
berdarah dengue yang ditandai oleh renjatan/syok (Sudoyo, 2006).
Pada kasus ini, penderita adalah anak perempuan usia 5 tahun ddengan
keluhan utama demam, dengan trombosit 93.000 / mm², NS1 (+)
9
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
2.2 Epidemiologi
10
Demam dengue banyak terjangkit di daerah tropis dan subtropis. Asia
menempati urutan pertama dalam jumlah penderita demam dengue tiap tahun.
WHO memperkirakan lebih dari 500.000 dari 50 juta kasus demam dengue
memerlukan perawatan di rumah sakit. Lebih dari 40% penduduk dunia hidup di
daerah endemis demam dengue.
Di Indonesia infeksi virus dengue pertama kali dicurigai di Surabaya pada
tahun 1968, tapi konfirmasi virology baru pada tahun 1970. Pada saat ini DBD
sudah endemis di banyak kota besar dan sejak tahun 1975 penyakit ini telah
terjangkit di pedesaan. Berdasarkan jumlah kasus DBD, Indonesia menempati
urutan kedua setelah Thailand.
2.3 Etiologi
2.4 Patofisiologi
11
sebagaian besar masih menganut the secondary heterologous infection
hypothesis atau the sequential infection hypothesis yang menyatakan bahwa
DBD dapat terjadi apabila seseorang telah terinfeksi virus dengue pertama kali
mendapatkan infeksi kedua dengan virus serotype lain dalam jarak waktu 6
bulan sampai 5 tahun. (Soedarmo, 2012)
2.5 ManifestasiKlinis
DBD/DSS pada keadaan berat dapat terjadi pada bayiusia 4-9 bulan.
Manifestasi klinis yang berat dari DBD/DSS lebih banyak terjadi pada bayi,
diikuti oleh anak-anak dan kemudian orang dewasa. Manifestasi seperti kejang
dan disfungsi hati lebih sering pada bayi dari pada anak-anak, dan tingkat
kematian empat kali lebih tinggi pada bayi.
12
Sindrom klinis dengue yaitu (Pudjiadi, 2010):
Pada bayi, anak, dan dewasa yang terinfeksi virus dengue untuk
pertama kali gejala mungkin tidak bias dibedakan dari infeksi virus lainnya.
Bercak maculopapular biasanya mengiringi demam dan muncul gejala saluran
pernafasan atas dan gejala gastrointestinal (WHO, 2011).
2. Demam Dengue
Demam dengue atau disebut juga dengan demam dengue klasik lebih
sering pada anak yang lebih tua, remaja, dan dewasa. Secara umum, manifestasi
berupa demam akut, terkadang demam bifasik disertai dengan gejala nyeri
kepala, mialgia, atralgia, rash, leukopenia, dan trombositopenia. Adakalanya,
secara tidak biasa muncul perdarahan gastrointestinal, hipermenorea, dan
epistaksis masif. Pada daerah yang endemis, insiden sijarang muncul pada
penduduk lokal (WHO, 2011).
Demam berdarah dengue lebih sering muncul pada anak usia kurangdari
15 tahun pada daerah yang hiperendemis. Hal ini dikaitkandenganinfeksi virus
dengue berulang. Demam berdarah dengue memiliki karakteristik onset akut
demam yang sangat tinggi, disertai dengan tanda dan gejala yang sama dengan
demam dengue. Gejala perdarahan yang muncul dapat berupa testorniquet yang
positif, ptekie, perdarahan gastrointestinal yang masif. Saat akhir dari fase
demam, ada tendensi untuk berkembang menjadi keadaan syok hipovolemik
oleh karena adanya plasma leakage (WHO, 2011).
13
hemostasis dan adanya plasma leakage merupakan tanda utama dari demam
berdarah dengue. Trombositopenia dan peningkatan hematokrit harus segera
ditemukan sebelum muncul adanya tanda syok. Demam berdarah dengue biasa
terjadi pada anak dengan infeksi sekunder virus dengue yang mana sudah
pernah terinfeksi oleh virus dengue DEN-1 dan DEN-3 (WHO, 2011).
2.6 Diagnosis
A. KriteriaKlinis
14
Demam yang mendadak terus menerus 2-7 hari tanpa sebab yang
jelas. Tipe demam bifasik (saddleback).
A. Kriteria Laboratorium
1. Trombositopenia (trombosit< 100.000 /ul).
2. Hemokonsentrasi (Peningkatan Ht 20% atau penurunan Ht 20%
setelah mendapat terapi cairan). Penegakan diagnosis Demam
Berdarah Dengue berdasarkan atas 2 kriteria klinis ditambah
trombositopenia dan hemokonsentrasi atau peningkatan hematokrit.
15
- Nyeri retro-orbita ( < 150.000 sel/mm3 )
- Mialgia - PeningkatanHematokrit
- Rash ( 5 – 10 % )
plasma Leakage
( > 20 % )
HematokritMeningkat
( > 20 % )
lemah, ( > 20 % )
- hipotensi,
- kondisiumumgelisah
16
(DSS) Syok bera tsert anadi dan ( < 100.000 sel/mm3 )
Terukur ( > 20 % )
17
b. Dijumpaikasus DBD baik di lingkungan sekolah, rumah, atau
disekitar rumah.
c. Hepatomegali.
d. Terdapat kebocoran plasma yang ditandai dengan salah satu tanda
atau gejala:
i. Peningkatan nilai hematokrit>20% dari pemeriksaan awal
atau dari data populasi menurut umur.
ii. Ditemukan adanya efusi pleura, asites.
iii. hipoalbuminemia dan hypoproteinemia.
e. Trombositopeni<100.000/mm3
- Demam disertai dengan dua atau lebih manifestasi klinis, ditambah
bukti perembesan plasma dan trombositopenia cukup untuk
menegakkan diagnosis DBD.
18
Demamberdarah dengue dengansyok (SSD)
• Kelebihan cairan.
• Gangguan elektrolit.
• Ensefalopati.
• Ensefalitis.
• Perrdarahan hebat.
19
• Gagal ginjal akut.
• Hemolitic uremic syndrom (HUS).
• Gangguan jantung: gangguan konduksi, miokarditis, pericarditis
Infeksi ganda.
b. Pencitraan
Pada pemeriksaan radiologi dan USG kasus DBD, terdapat beberapa
kelainan yang dapat dideteksi yaitu, dilatasi pembuluh darah paru, efusi
pleura, kardiomegali dan efusi perikardi, hepatomegali, cairan dalam
rongga peritoneum, penebalan dinding vesicafelea.
20
d. Pemeriksaan lainnya
Ada beberapa pemeriksaan yang dapat dilakukan untuk mengetahui
infeksi virus dengue yaitu (WHO, 2011):
• Isolasi Virus.
• Karakteristik serotypic/genotypic.
• Deteksi Asam Nukleat Virus Dengan RT-PCR (Reverse
Transcripterase Polymerase Chain Reaction).
• Deteksi Antigen Virus Deteksi antigen NS1.
• Pemeriksaan serologis yang meliputi :Haemagglutination-inhibition
(HI), Complement Fixation (CF), Neutralization Test (NT), IgM
capture enzyme-linked immunosorbent assay (MAC-ELISA),
danpemeriksaan IgG ELISA indirect.
1. Laporan kasusinfeksi dengue untuk surveillance ( WHO 2011) :
• Suspected dengue :Klinis dengue dengan pemeriksaan
hemokonsentrasi/ tanda kebocoran plasma dan trombositopenia.
• Probable dengue : Diatas + uji serologi antibody igG dan igM
dengue.
• Confirmed dengue : Diatas + uji virologi/ serologi antigen dengue
NS1/ELISA meningkat 4 kali.
21
2.9 Komplikasi
2.10 Penatalaksanaan
Nasihat di rumah
22
• Pasien rawat jalan harus berobat setiap hari, dan dinilai oleh petugas
kesehatan sampai melewati fase kritis mengenai: pola demam, jumlah
cairan yang masuk dan keluar, tanda-tanda perembesan plasma dan
perdarahan, serta pemeriksaan darah perifer lengkap
• Pasien harus segera dibawa kerumah sakit jika ditemukan satu atau
lebih keadaan berikut: pada saat suhu turun keadaan anak memburuk,
nyeri perut hebat, muntah terus menerus, tangan dan kaki dingin dan
lembab, letargi atau gelisah atau rewel, anak tampak lemas, perdarahan
(misalnya BAB hitam, atau muntah hitam), sesak nafas, tidak BAK >4-
6 jam atau kejang.
23
demam. Masa kritis ialah pada atau setelah hari sakit yang ke 3 – 5 yang
memperlihatkan penurunan tajam hitung trombosit dan peningkatan tajam
hematokrit yang menunjukkan adanya kehilangan cairan, Observasi tanda vital,
kadar hematokrit, trombosit dan jumlah urin 6 jam sekali (minimal 12 jam sekali)
perlu dilakukan. Kunci keberhasilan pengobatan DBD ialah ketepatan volume
replacement atau penggantian volume, sehingga dapat mencegah syok.
1. Anak terus muntah, tidak mau minum, demam tinggi sehingga tidak
mungkin diberikan minum per oral.
24
Bila terdapat asidosis, ¼ dari cairan total dikeluarkan dan diganti dengan
larutan berisi 0,167 mol/liter Natrium bikarbonat (3/4 bagian berisil arutan NaCl
0,9 % + glukosa ditambah ¼ Natrium bikarbonat). Volume dan komposisi cairan
yang diperlukan sesuai seperti cairan untuk dehidrasi pada diare ringan sampai
sedang, yaitu cairan rumatan ditambah deficit 6 % (5 – 8 %)
5 500 750
10 1000 1500
15 1250 2000
20 1500 2500
25 1600 2850
30 1700 3200
Sindrom asyok dengue adalah DBD dengan gejala gelisah, nafas cepat,
nadi teraba kecil, lembut atau tak teraba, tekanan nadi menyempit, bibir biru,
tangan dan kaki dingin, dan tidak ada produksi urin. Langkah yang harus
dilakukan adalah segera berikan infuse kristaloid 20 ml/KgBB secepatnya dalam
30 menit dan oksigen 2 liter/menit. Untuk DSS berat 20 ml/KgBB/jam diberikan
bersama koloid 10 – 20 ml/KgBB/jam. Observasitensi dan nadi tiap 15 menit,
hematokrit dan trombosit tiap 4 – 6 jam, serta periksa pula elektrolit dan gula
darah.Apabila dalam waktu 30 menit syok belum teratasi, tetesan kristaloid belum
dilanjutkan 20 ml/KgBB, ditambah plasma atau koloid sebanyak 10 – 20
25
ml/KgBB maksimal 30 ml/KgBB. Koloid ini diberikan pada jalur infus yang sama
dengan kristaloid, diberikan secepatnya. Observasi keadaan umum, tekanan
darah,keadaan nadi tiap 15 menit, dan periksa hematokrit tiap 4 – 6 jam. Lakukan
pula koreksi terhadap asidosis, elektrolit, dan gula darah.
• Dekstan
• Gelatin
26
agregasi trombosit yang lebih hebat. Bila kadar hemoglobin rendah dapat pula
diberikan packed red cell (PRC).
Setelah fase krisis terlampau, cairan ekstra vascular akan masuk kembali
dalam intravascular sehingga perlu dihentikan pemberian cairan intra vena untuk
mencegah terjadinya edem paru. Pada fase penyembuhan (setelah hari ketujuh)
bila terdapat penurunan kadar hemoglobin, bukan berarti perdarahan tetapi terjadi
hemodilusi sehingga kadar hemoglobin akan kembali keawal seperti saat anak
masih sehat. Pada anak yang awalnya menderita anemia akan tampak kadar
hemoglobin rendah, hati-hati tidak perlu diberikan transfusi.
27
Gambar 5. Tatalaksanainfeksi virus Dengue pada Kasustersangka DBD.
28
Gambar 6. Tatalaksanatersangka DBD (rawatinap) ataudemam Dengue.
29
Gambar 7. Tatalaksanakasus DBD derajat I dan II.
30
Gambar 8. TatalaksanaKasus DBD derajat III dan IV atau DSS.
31
Kriteria memulangkan pasien antara lain (Soedarmo, 2012) :
2.11 Prognosis
1. Syok lama.
2. Overload cairan.
3. Perdarahan masif.
4. Demam Berdarah Dengue dengan syok.
2.12Pencegahan
32
1. Mengurangi populasi vector serendah–rendahnya sehingga tidak berarti
lagi sebagai penular penyakit.
2. Menghindarkan terjadi kontak antara vektor dan manusia.
33
BAB III
LAPORAN KASUS
1
2
3
3.1 IDENTITAS PASIEN
Nama : An. Nurhafiza
Umur : 5 tahun
JenisKelamin : Perempuan
Alamat :Jln. Pelita Jaya
Pekerjaan :-
Agama : Islam
Masuk Tanggal : 27 September 2019
No. RM : 330005
1.
2.
3.
3.2 DATA DASAR
3.2.1 Anamnesis
34
berdarah (-), BAB hitam (-), mual muntah juga tidak dikeluhkan. Nafsu
makan dan minum kurang.BAB dan BAK dalambatas normal.
Riwayat Lingkungan
Riwayat DBD pada tetangga pasien tidak ada.
Riwayat KehamilanIbu
-ANC teratur
Trimester I: 2 kali
Trimester II: 1 kali
Trimester III: 2 kali
- Tidak pernah sakit selama hamil.
RiwayatKelahiran
1. LK/aterm/psp/bidan/klinikbersalin/3200 gr/sehat
2. PR/aterm/psp/bidan/klinikbersalin/3700 gr/sehat
3. PR/aterm/psp/bidan/klinikbersalin/4000 gr/sehat
RiwayatMakanan
-ASI dan MPASI yang diberikan sejak usia 6 bulan
Riwayat Imunisasi
Hep B: 0, 2, 3, 4 bulan
Polio: 1, 2, 3, 4 bulan
35
BCG: 2 bulan
DPT: 2, 3, 4 bulan
Kesimpulan: Imunisasi sesuai usia.
Status Generalisata
Kepala : normosefal
Mata : konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-)
THT : tidak ditemukan kelainan
Mulut : bibir kering (-), sianosis (-), pucat (-)
Leher : pembesaran KGB (-)
Thorax : 1. Jantung: S1S2 reguler, murmur (-), gallop (-)
2. Paru: pergerakan dada simetris, suara nafas
vesikuler (+/+), rhonki (-/-), wheezing (-/-)
Abdomen : simetris, soepel, timpani, H/L tidak teraba, bising usus
dalam batas normal, ptekie (+)
Ekstremitas: Superior Inferior
Capillary refill <2”/<2” <2”/<2”
Ptekie + +
Anus – Genitalia : Perempuan dan tidak ada kelainan.
1.
2.
36
3.2.3 Pemeriksaan Penunjang
Darah Rutin dan NS1 (27 September 2019)
Hemoglobin : 14,1 g/dL
Hematokrit : 41 %
Leukosit : 2.500/L
Eritrosit : 4,7 juta/L
Trombosit : 93.000/L
MCV : 88 fl
MCH : 30 pg
MCHC : 34 g/dL
NS1 : Positif
RESUME
37
A.
B.
C.
Diagnosis Kerja
Diagnosa Banding
1. Demam typoid
2. Morbili
3. Malaria
4. Chikungunya
Rencana Terapi
Prognosis
BAB IV
DISKUSI KASUS
TEORI KASUS
38
Epidemiologi :
- Pada bayi berisikotinggiterkena DBD / DSS. Di Asia Seorang anak perempuan inisial N
Tenggara, insidenspesifik DBD bayiadalah 0,5 per usia 5 Tahun.
1000 orang di atasusia 3-8 bulan, dan itu menghilang
pada usia 9 bulan.
Diagnosis :
-Pada anamnesis dapat ditemukan :
1. Demamtinggi.
2. Ruam / petechiae. 1. Keluhan utama pasien demam
3. Sianosis mendadak, tinggi dan bersifat
4. Kejang. terus menerus.
5. Mual / muntah. 2. Timbul bintik merah yang
6. Flu. tersebar di seluruh tubuh.
7. Gejala saluran pernafasn atas.
8. Gejala gastrointestinal.
-Pada pemeriksaanfisikdapatditemukan :
1. Disfungsihepar dan hepatomegali.
2. Splenomegali. 1. Ptekie tersebar pada abdomen
3. Asites. dan keempat ekstremitas (+).
4. Edema tungkaibawah.
5. Bengkakpada retrobulbar.
6. Ptekie pada ekstremitas
-Pemeriksaanpenunjang :
1. PemeriksaanLaboratorium
1. PemeriksaanLaboratorium
a. Trombositopenia(< 100.000/pl).
Hemoglobin : 14,1 g/dL
b. Hematokrit( > 20%).
Hematokrit : 41 %
c. Leukopenia (<4.000/mm ). 3
Leukosit : 2.500/L
d. Leukositosis.
Eritrosit : 4,7 juta/L
e. Limfositosis.
Trombosit : 93.000/L
2. X-ray polos dan
MCV : 88 fl
USG :Dilatasipembuluhdarahparu, efusi pleura,
kardiomegali dan efusiperikard,Hepatomegali,
39
cairandalamrongga peritoneum, MCH : 30 pg
penebalandindingvesicafelea. MCHC : 34 g/dL
3. Pemeriksaanlainnya : NS1 : Positif
a. Isolasi Virus.
b. Karakteristikserotypic/genotypic.
c. DeteksiAsamNukleat Virus Dengan RT-
PCR (Reverse Transcripterase
Polymerase Chain Reaction).
d. Deteksi Antigen Virus Deteksi antigen
NS1.
e. Pemeriksaanserologis.
Penatalaksanaan :
- Parasetamol 10-15mg/kgBB/kali, Pada pasien telah dilakukan
diberikanapabilademamdengan interval 4-6 jam. pemberian cairan kristaloid IV dan
- Pada saatpasiendatang, berikancairankristaloid ringer antibiotik.
laktat/NaCl 0,9% ataudekstrosa 5% dalam ringer
laktat/NaCl 0,9% 6-7 ml/kgBB/jam. Monitor tanda
vital dan kadarhematokritsertatrombosittiap 6 jam.
Selanjutnyaevaluasi 12-24 jam
DAFTAR PUSTAKA
40
DepartemenKesehatan. 2008. ProfilPengendalianPenyakit dan
PenyelamatanLingkungan.Jakarta :DepartemenKesehatanRepublik
Indonesia.
Pudjiadi, Antonius H., dkk. 2010.
PedomanPelayananMedisJilid1.Jakarta :IkatanDokterAnak Indonesia.
Rampengan, T.H. 2008.Penyakit InfeksiTropis pada AnakEdisi2.Jakarta :
EGC Soedarmo, Sumarmo S. Poorwo, dkk. 2012. Buku Ajar
Infeksi&PediatriTropisEdisiKedua.Jakarta :IkatanDokterAnak Indonesia.
Soegijanto, Soegeng. 2001. PenatalaksanaanDemamBerdarah Dengue
padaAnak.Surabaya : Tropical Disease Center (TDC)
UniversitasAirlanggaSurabaya
Soegijanto, Soegeng. 2006. Patogenesa dan PerubahanPatofisologiInfeki
VirusDengue.Surabaya : Tropical Disease Center (TDC)
UniversitasAirlanggaSurabaya.
Soegijanto, Soegeng. 2006. DemamBerdarah Dengue edisi 2.
Surabaya :Airlangga University Press.
Sudoyo Aru W. 2006. Buku Ajar IlmuPenyakitDalamEdisiIV.Jakarta :
FakultasKedokteranUniversitas Indonesia.
Trihadi, Djoko. 2012. DemamBerdarah
Dengue.Semarang :RumahSakitUmum Daerah Kota Semarang.
WHO.2011.Conprehensive Guidelines for Prevention and Control of
Dengue andDengue HaemorraghicFever.India : WHO.
41