Anda di halaman 1dari 42

LAPORAN KASUS

DENGUE HEMORRHAGIC FEVER DERAJAT II

Oleh :
dr. Lusi Seprina Lubis

Pembimbing :
dr. Karlince M.Ked(Ped), Sp.A

Pendamping:
dr. Jhon Desel Sulistiana, Sp.PK

RSUD PURI HUSADA TEMBILAHAN


KOMITE INTERNSIP DOKTER INDONESIA
PUSAT PERENCANAAN DAN PENDAYAGUNAAN SDM KESEHATAN
BADAN PPSDM KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN RI
RIAU
2018-2019
PENDAHULUAN

Demam dengue (DD) dan Demam berdarah dengue (DBD) adalah penyaki
tinfeksi yang disebabkan oleh virus dengue yang memiliki 4 strain (DENV1-4),
memiliki penyebaran geografis sangat luas, dan dilaporkan lebih dari 100 negara,
terutama Asia Selatan, Asia Tenggara, Amerika Selatan, dan Afrika.
Diperkirakan terjadi 390 juta kasus infeksi dengue secara global setiap tahunnya,
dengan 96 juta memiliki gejala klinis.
Infeksi dengue dapat menyebabkan gejala klinis yang luas, mulai dari
penyakit demam yang bias sembuh sendiri tanpa komplikasi hingga gejala klinis
yang berat seperti demam berdarah dengue dan sindrom syok dengue. Seiring
dengan meningkatnya angka kejadian infeksi dengue, dilaporkan kejadian demam
berdarah dengue pada bayi.
Pada DBD terjadi perembesan plasma yang ditandai oleh hemokonsentrasi
(peningkatan Hematokrit) atau penumpukan cairan dirongga tubuh. Sindrom
Renjatan Dengue (Dengue Syok Sindrom) adalah demam berdarah dengue yang
ditandai dengan renjatan/syok.
Pada bayi berisiko tinggi terkena DBD / DSS. Di Asia Tenggara, insiden
spesifik DBD bayi adalah 0,5 per 1000 orang di atasusia 3-8 bulan, dan itu
menghilang pada usia 9 bulan. Namun, angka kematian rendah karena diagnosis
dini dan perawatan segera.

Kasus

Anak perempuan, usia 5 tahun datang ke IGD Rumah Sakit Puri Husada
tembilahan pada tanggal 27 Oktober 2019 pukul pada 15.17 WIB, dengan
keluhan utama demam. Hal ini dialami 3 hari yang lalu, demam bersifat
mendadak dan terus menerus hanya turun jika minum obat penurun panas dari
dokter , demam lebih tinggi dimalam hari. Os juga batuk berdahak 3 hari ini, pilek
(-), sesak nafas(-). Hari kedua muncul bintik bintik merah yang tersebar diseluruh
tubuh. Tidak ditemukan tanda perdarahan spontan seperti : mimisan (-), gusi

1
berdarah (-), BAB hitam (-), mual muntah juga tidak dikeluhkan. Nafsu makan
dan minum kurang. BAB dan BAK dalam batas normal.

Riwayat penyakit terdahulu : Pasien tidak pernah sakit DBD sebelumnya. Pada
pemeriksaan fisik didadapatkan keadaan umum/penyakit/gizi : sedang / sedang /
baik, dengan sensorium : komposmentis, temperature 38,5ºC, BB : 10 kg, TB 101
cm, anemis (-), dipnu (-), ikterik (-), sianosis (-).

KeadaanUmum
Kesadaran : Alert
Tanda Vital
Nadi : 136 x/menit, reguler, kuat angkat
RR : 24 x/menit
Suhu : 38,50 C (axilla)
BB : 10 kg

Status generaliata :

Kepala : Normosefal
Mata : Konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-)
THT : Tidak ditemukan kelainan
Mulut : Bibir kering (-), sianosis (-), pucat (-)
Leher : Pembesaran KGB (-)

Thorax :
1. Jantung: S1S2 reguler, murmur (-), gallop (-)
2. Paru: pergerakan dada simetris, suara nafas vesikuler (+/+), rhonki
(-/-), wheezing (-/-)

Abdomen:Simetris, soepel, timpani, H/L tidak teraba, bising usus dalam


batas normal, ptekie (+)

Ekstremitas : Superior Inferior


Capillary refill <2”/<2” <2”/<2”
Ptekie + +
Anus – Genitalia : Perempuan, dan tidak ada kelainan.

2
Pemeriksaan Penunjang
Darah Rutin dan NS1 (27 September 2019)
Hemoglobin : 14,1 g/dL
Hematokrit : 41 %
Leukosit : 2.500/L
Eritrosit : 4,7 juta/L
Trombosit : 93.000/L
MCV : 88 fl
MCH : 30 pg
MCHC : 34 g/dL
NS1 : Positif

Diagnosis kerja Dengue Hemorrhagic Fever Derajat II


Terapi :
- IVFD RL 50 cc/jam (Makro) 1 gtt/i selama 6 jam
- Drip Paracetamol fls 100 mg /4-8 jam
- Inj Ranitidine 10 mg / 8 jam
- PO : Ambroxol sirup 3x1,8 cc
Psidii sirup 3x1cth
Rencana besok 28 September 2019 cek ulang DR

Pemantauan tanggal 28 September 2019


S : Demam (+), Ptekie tersebar pada abdomen dan keempat ekstremitas.
O : Status presens
Kesadaran : Alert
Tanda Vital
Nadi : 110 x/menit, reguler, kuat angkat
RR : 30 x/menit
Suhu : 37,50 C (axilla)
BB : 10 kg

3
Kepala : normocepal, mata : konjungtiva anemis -/-,sclera ikterik-
Telinga / hidung : Dalam batas normal
Mulut : Sianosis (-). Mukosa bibir kering -/-
Leher : Pembearan getah bening
Thorak : jantung : SI S2 reguler, murmur(-), gallop (-)
paru : Vesikuler +/+, wheezing -/-, ronki -/-

Abdomen : simetris, soepel, timpani, H/L tidak teraba, bising usus (+)
normal, ptekie (+).
Ekstremitas : Superior Inferior
Capillary refill <2”/<2” <2”/<2”
Ptekie + +
Anus – Genitalia : Perempuan, dan tidak ada kelainan.

Pemeriksaan Penunjang
Darah Rutin (28 September 2019)
Hemoglobin : 13,5 g/dL
Hematokrit : 40 %
Leukosit : 2.000/L
Eritrosit : 4,5juta/L
Trombosit : 43.000/L
MCV : 89 fl
MCH : 30 pg
MCHC : 34 g/Dl
RDW-SD : 47,1 Fl
RDW-CV : 14,1 %
PDW : 9 Fl
MPV : 10 FL
P-LCR : 20 %
PCT : 0,06 %

4
Diagnosis kerja Dengue Hemorrhagic Fever Derajat II
Terapi :
- IVFD RL 40 cc/jam
- Drip Paracetamol fls 150 mg /4-8 jam
- Inj Ranitidine 10 mg / 8 jam
- PO : Ambroxol sirup 3x1,8 cc
Psidii sirup 3x1cth
Rencana besok 29 September 2019 cek ulang DR

Pemantauan tanggal 29 September 2019


S : Demam (-), Ptekie tersebar pada abdomen dan keempat ekstremitas.
O : Status presens
Kesadaran : Alert
Tanda Vital
Nadi : 100 x/menit, reguler, kuat angkat
RR : 28x/menit
Suhu : 36,40 C (axilla)
BB : 10 kg

Kepala : normocepal, mata : konjungtiva anemis -/-,sclera ikterik-


/- pupil isokor
Telinga / hidung : Dalam batas normal
Mulut : Sianosis (-). Mukosa bibir kering -/-
Leher : Pembearan getah bening
Thorak : jantung : SI S2 reguler, murmur(-), gallop (-)
paru : Vesikuler +/+, wheezing -/-, ronki -/-

Abdomen : simetris, soepel, timpani, H/L tidak teraba, bising usus (+)
normal, ptekie (+).
Ekstremitas : Superior Inferior
Capillary refill <2”/<2” <2”/<2”
Ptekie + +

5
Anus – Genitalia : Perempuan, dan tidak ada kelainan.

Pemeriksaan Penunjang
Darah Rutin (29 September 2019)
Hemoglobin : 13,1 g/dL
Hematokrit : 40 %
Leukosit : 3.100/L
Eritrosit : 4,4 juta/L
Trombosit : 43.000/L
MCV : 91 fl
MCH : 30 pg
MCHC : 33 g/dL
RDW-SD : 46,9 Fl
RDW-CV : 14,2 %
PDW : 10 Fl
MPV : 11 FL
P-LCR : 27 %
PCT : 0,05 %

Diagnosis kerja Dengue Hemorrhagic Fever Derajat II


Terapi :
- IVFD RL 40 cc/jam
- Drip Paracetamol fls 150 mg /4-8 jam
- Inj Ranitidine 10 mg / 8 jam
- PO : Ambroxol sirup 3x1,8 cc
Psidii sirup 3x1cth
Citirizin sirup 1 x 2 cc

Rencana besok 30 September 2019 cek ulang DR

6
Pemantauan tanggal 30 September 2019

S : Demam (-), Ptekie yang tersebar sudah mulai berkurang.


O : Status presens
Kesadaran : Alert
Tanda Vital
Nadi : 125 x/menit, reguler, kuat angkat
RR : 34x/menit
Suhu : 36,70 C (axilla)
BB : 10 kg

Kepala : normocepal, mata : konjungtiva anemis -/-,sclera ikterik-


/- pupil isokor
Telinga / hidung : Dalam batas normal
Mulut : Sianosis (-). Mukosa bibir kering -/-
Leher : Pembearan getah bening
Thorak : jantung : SI S2 reguler, murmur(-), gallop (-)
paru : Vesikuler +/+, wheezing -/-, ronki -/-

Abdomen : simetris, soepel, timpani, H/L tidak teraba, bising usus (+)
normal, ptekie (-).
Ekstremitas : Superior Inferior
Capillary refill <2”/<2” <2”/<2”
Ptekie - -
Anus – Genitalia : Perempuan, dan tidak ada kelainan.

Pemeriksaan Penunjang
Darah Rutin (30 September 2019)
Hemoglobin : 13,4 g/dL
Hematokrit : 41 %
Leukosit : 4.000/L
Eritrosit : 4,6 juta/L

7
Trombosit : 61.000/L
MCV : 90 fl
MCH : 30 pg
MCHC : 33 g/dL
RDW-SD : 46,8 Fl
RDW-CV : 14,0 %
PDW : 11 fL
MPV : 11 FL
P-LCR : 22 %
PCT : 0,07 %

Diagnosis kerja Dengue Hemorrhagic Fever Derajat II


Terapi :
- IVFD RL 36 cc/jam
- Drip Paracetamol fls 150 mg /4-8 jam
- Inj Ranitidine 10 mg / 8 jam
- PO : Ambroxol sirup 3x1,8 cc
Psidii sirup 3x1cth
Citirizin sirup 1 x 2 cc

Diskusi
Demam dengue merupakan penyakit akut yang disebabkan oleh virus genus
Flavivirus, family Flaviviridae, mempunyai 4 jenis yaitu DEN-1, DEN-2, DEN-3,
dan DEN-4 dan ditularkan melalui perantara nyamuk Aedes aegypty atau Aedes
albopictus. Dari 4 serotipe dengue yang terdapat di Indonesia, DEN-3 merupakan
serotype yang dominan dan banyak berhubungan dengan kasus berat, diikuti
dengan serotype DEN-2. World Health Organization – South – East Asia
Regional Office (WHO-SEARO) melaporkan bahwa pada tahun 2009 terdapat
156052 kasus dengue dengan 1396 jumlah kematian di Indonesia dan case-
fatality rates (CFR)0.79%

8
Demam dengue dan demamberdarah dengue adalahpenyakitinfeksi yang
disebabkan oleh virus dengue denganmanifestasiklinisdemam, nyeriotot
dan/ataunyerisendi yang disertailekopenia, ruam, limfadenopati, trombositopenia
dan diathesis hemoragik. Perembesan plasma pada DBD ditandai dengan
hemokonsentrasi (peningkatan hematokrit) atau penumpukan cairan di rongga
tubuh. Sindrom renjatan dengue (dengue shock syndrome) adalah demam
berdarah dengue yang ditandai oleh renjatan/syok (Sudoyo, 2006).

Selama 5 tahun terakhir, insiden DBD meningkat setiap tahun. Insiden


tertinggi pada tahun 2007 yakni 71,78 per 100.000 penduduk, namun pada tahun
2008 menurun menjadi 59,02 per 100.000 penduduk. Walaupun angka kesakitan
sudah dapat ditekan namun belum mencapai target yang diinginkan yakni <20 per
100.000 penduduk (Depkes, 2008).

Etiologi Demam dengue dan demamberdarah dengue disebabkan oleh


virus dengue yang ditularkan melalui gigitan vector nyamuk Stegomiya aegipty
(dahulu disebut Aedes aegipty) dan Stegomiya albopictus (dahulu Aedes
albopictus), yang termasuk dalam group B arthropod borne virus (arbovirus) dan
sekarang dikenal sebagai genus Flavivirus, famili Flaviviridae. Flavivirus
merupakan virus dengan diameter 30 nm terdiri dari asam ribo nukleat rantai
tunggal dengan berat molekul 4x106 (Sudoyo, 2006; Soedarmo, 2012).Terdapat 4
serotipe virus yaitu DENV-1, DENV-2, DENV-3 dan DENV-4 yang semuanya
dapat menyebabkan demam dengue atau demam berdarah dengue. Keempat
serotype ditemukan di Indonesia dengan DEN-3 merupakan serotype terbanyak.
Infeksidengan salah satu serotype akan menimbulkan antibody seumurhidup
terhadap serotipe yang bersangkutan tetapi tidak ada perlindungan terhadap
serotipe yang lain. (Sudoyo, 2006; Soedarmo, 2012).

Pada kasus ini, penderita adalah anak perempuan usia 5 tahun ddengan
keluhan utama demam, dengan trombosit 93.000 / mm², NS1 (+)

9
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi

Demam dengue dan demamberdarah dengue adalahpenyakitinfeksi yang


disebabkan oleh virus dengue denganmanifestasiklinisdemam, nyeriotot
dan/ataunyerisendi yang disertailekopenia, ruam, limfadenopati, trombositopenia
dan diathesis hemoragik. Perembesan plasma pada DBD ditandai dengan
hemokonsentrasi (peningkatan hematokrit) atau penumpukan cairan di rongga
tubuh. Sindrom renjatan dengue (dengue shock syndrome) adalah demam
berdarah dengue yang ditandai oleh renjatan/syok (Sudoyo, 2006).

2.2 Epidemiologi

Selama 5 tahun terakhir, insiden DBD meningkat setiap tahun. Insiden


tertinggi pada tahun 2007 yakni 71,78 per 100.000 penduduk, namun pada tahun
2008 menurun menjadi 59,02 per 100.000 penduduk. Walaupun angka kesakitan
sudah dapat ditekan namun belum mencapai target yang diinginkan yakni <20 per
100.000 penduduk (Depkes, 2008).

10
Demam dengue banyak terjangkit di daerah tropis dan subtropis. Asia
menempati urutan pertama dalam jumlah penderita demam dengue tiap tahun.
WHO memperkirakan lebih dari 500.000 dari 50 juta kasus demam dengue
memerlukan perawatan di rumah sakit. Lebih dari 40% penduduk dunia hidup di
daerah endemis demam dengue.
Di Indonesia infeksi virus dengue pertama kali dicurigai di Surabaya pada
tahun 1968, tapi konfirmasi virology baru pada tahun 1970. Pada saat ini DBD
sudah endemis di banyak kota besar dan sejak tahun 1975 penyakit ini telah
terjangkit di pedesaan. Berdasarkan jumlah kasus DBD, Indonesia menempati
urutan kedua setelah Thailand.

2.3 Etiologi

Demam dengue dan demamberdarah dengue disebabkan oleh virus dengue


yang ditularkan melalui gigitan vector nyamuk Stegomiya aegipty (dahulu disebut
Aedes aegipty) dan Stegomiya albopictus (dahulu Aedes albopictus), yang
termasuk dalam group B arthropod borne virus (arbovirus) dan sekarang dikenal
sebagai genus Flavivirus, famili Flaviviridae. Flavivirus merupakan virus dengan
diameter 30 nm terdiri dari asam ribo nukleat rantai tunggal dengan berat molekul
4x106 (Sudoyo, 2006; Soedarmo, 2012).Terdapat 4 serotipe virus yaitu DENV-1,
DENV-2, DENV-3 dan DENV-4 yang semuanya dapat menyebabkan demam
dengue atau demam berdarah dengue. Keempat serotype ditemukan di Indonesia
dengan DEN-3 merupakan serotype terbanyak. Infeksidengan salah satu serotype
akan menimbulkan antibody seumurhidup terhadap serotipe yang bersangkutan
tetapi tidak ada perlindungan terhadap serotipe yang lain. (Sudoyo, 2006;
Soedarmo, 2012).

2.4 Patofisiologi

Mekanisme sebenarnya tentang patofisiologi, hemodinamika, dan


biokimiawi demam berdarah dengue belum diketahui secarapasti karena
kesukaran mendapatkan model binatang percobaan yang dapat dipergunakan
untuk menimbulkan gejala klinis DBD seperti pada manusia. Hingga kini

11
sebagaian besar masih menganut the secondary heterologous infection
hypothesis atau the sequential infection hypothesis yang menyatakan bahwa
DBD dapat terjadi apabila seseorang telah terinfeksi virus dengue pertama kali
mendapatkan infeksi kedua dengan virus serotype lain dalam jarak waktu 6
bulan sampai 5 tahun. (Soedarmo, 2012)

Virus dengue masuk kedalam tubuh manusia lewat gigitan nyamuk


Aedes Aegypti atau Aedes Albopictus. Organ sasaran dari virus adalah organ
RES meliputi selkuffer hepar, endotel pembuluh darah, nodus limfaticus,
sumsum tulang serta paru-paru. Data dari berbagai penelitian menunjukkan
bahwa sel-selmonosit dan makrofag mempunyai peranan besar pada infeksi ini.
Dalam peredaran darah, virus tersebut akan difagosit oleh sel monosit perifer
dimulai dengan menempel dan masuknya genom virus kedalam sel dengan
bantuan organel sel dan membentuk komponen perantara dan komponen
struktur virus. Setelah komponen struktur dirakit, virus dilepaskan dari dalam
sel.Infeksi ini menimbulkan reaksi immunitas protektif terhadapserotipe virus
tersebut tetapi tidak ada cross protective terhadap serotipe virus lainnya.
(Soegijanto, 2006).

2.5 ManifestasiKlinis

DBD/DSS pada keadaan berat dapat terjadi pada bayiusia 4-9 bulan.
Manifestasi klinis yang berat dari DBD/DSS lebih banyak terjadi pada bayi,
diikuti oleh anak-anak dan kemudian orang dewasa. Manifestasi seperti kejang
dan disfungsi hati lebih sering pada bayi dari pada anak-anak, dan tingkat
kematian empat kali lebih tinggi pada bayi.

Flu, mual/muntah, ruam, petekie, dan manifestasi perdarahan lainnya


secara signifikan lebih tinggi pada bayi dan anak-anak. Demam tinggi,
hepatomegali, ruam, edema pada ekstremitas bawah, bengkak pada retro-orbital,
dan kejang lebih sering terjadi pada bayi dari pada anak-anak. Bayi dengan
DBD/DSS dating dengan perdarahan (87,5% kasus), sianosis dan asites (37,5%)
dan syok (25%), serta hepatomegali (25%).

12
Sindrom klinis dengue yaitu (Pudjiadi, 2010):

1. Sindrom Virus (Demam tidak khas)

Pada bayi, anak, dan dewasa yang terinfeksi virus dengue untuk
pertama kali gejala mungkin tidak bias dibedakan dari infeksi virus lainnya.
Bercak maculopapular biasanya mengiringi demam dan muncul gejala saluran
pernafasan atas dan gejala gastrointestinal (WHO, 2011).

2. Demam Dengue

Demam dengue atau disebut juga dengan demam dengue klasik lebih
sering pada anak yang lebih tua, remaja, dan dewasa. Secara umum, manifestasi
berupa demam akut, terkadang demam bifasik disertai dengan gejala nyeri
kepala, mialgia, atralgia, rash, leukopenia, dan trombositopenia. Adakalanya,
secara tidak biasa muncul perdarahan gastrointestinal, hipermenorea, dan
epistaksis masif. Pada daerah yang endemis, insiden sijarang muncul pada
penduduk lokal (WHO, 2011).

3. Demam berdarah Dengue ( Dengue Hemorrhagic fever)

Demam berdarah dengue lebih sering muncul pada anak usia kurangdari
15 tahun pada daerah yang hiperendemis. Hal ini dikaitkandenganinfeksi virus
dengue berulang. Demam berdarah dengue memiliki karakteristik onset akut
demam yang sangat tinggi, disertai dengan tanda dan gejala yang sama dengan
demam dengue. Gejala perdarahan yang muncul dapat berupa testorniquet yang
positif, ptekie, perdarahan gastrointestinal yang masif. Saat akhir dari fase
demam, ada tendensi untuk berkembang menjadi keadaan syok hipovolemik
oleh karena adanya plasma leakage (WHO, 2011).

Terdapat tanda bahaya, antara lain :muntah persisten, nyeri abdomen,


letargi, oligouria yang harus diketahui untuk mencegah syok. Kelainan

13
hemostasis dan adanya plasma leakage merupakan tanda utama dari demam
berdarah dengue. Trombositopenia dan peningkatan hematokrit harus segera
ditemukan sebelum muncul adanya tanda syok. Demam berdarah dengue biasa
terjadi pada anak dengan infeksi sekunder virus dengue yang mana sudah
pernah terinfeksi oleh virus dengue DEN-1 dan DEN-3 (WHO, 2011).

4. Dengue Shock Syndrome (DSS)

Manifestasi yang tidak lazim melibatakan berbagai organ misalnya


hepar, ginjal, otak, dan jantung yang dikaitkan dengan infeksi dengue telah
dilaporkan meningkat pada berbagai kasus yang tidak memiliki bukti terjadinya
plasma leakage. Manifestasi tersebut dikaitkan dengan syok yang
berkepanjangan (WHO, 2011).

Gambar 2. Spektrum KlinisInfeksi Virus Dengue.

2.6 Diagnosis

Berdasarkan kriteria WHO 2011 untuk diagnosis Demam Berdarah Dengue:

A. KriteriaKlinis

14
 Demam yang mendadak terus menerus 2-7 hari tanpa sebab yang
jelas. Tipe demam bifasik (saddleback).

Gambar 3. DemamBifasik pada DemamBerdarah Dengue.

 Manifestasiperdarahan, dapatberupa: uji torniket (+),


petechie,ekhimosisataupun purpura, perdarahan mukosa
traktus gastrointestinal, epistaksis, perdarahan gusi,
hematemesis dan melena.
 Hepatomegali.
 Kegagalan sirkulasi (tanda-tandasyok): ekstremitas dingin, nadi
cepat dan lemah, sistolik kurang70 mmHg pada bayiusia 1-12
bulan, dan tekanan darah menurun sampai tidak terukur, kulit
lembab, penyempitan tekanan nadi (< 20 mmHg), capillary
refill time memanjang (>2 detik) dan pasien tampak gelisah.

A. Kriteria Laboratorium
1. Trombositopenia (trombosit< 100.000 /ul).
2. Hemokonsentrasi (Peningkatan Ht 20% atau penurunan Ht 20%
setelah mendapat terapi cairan). Penegakan diagnosis Demam
Berdarah Dengue berdasarkan atas 2 kriteria klinis ditambah
trombositopenia dan hemokonsentrasi atau peningkatan hematokrit.

DD/DBD Grade Tanda dan Gejala Laboratorium

Demam Demam disertai 2 keadaan - Leukopenia

Dengue berikut : ( < 5000 sel/mm3 )

- Nyeri Kepala - Trombositopenia

15
- Nyeri retro-orbita ( < 150.000 sel/mm3 )

- Mialgia - PeningkatanHematokrit

- Rash ( 5 – 10 % )

- Atralgia/Nyeri tulang - Tidak ditemukan kebocoran

- Manifestasi perdarahan Plasma

- Tanpa disertai adanya

plasma Leakage

DBD I Demamdisertaimanifestasi Trombositopenia

perdarahan (torniquettes +) ( < 100.000 sel/mm3 )

dan adanya plasma leakage HematokritMeningkat

( > 20 % )

DBD II Grade I ditambah Trombositopenia

Perdarahan spontan ( < 100.000 sel/mm3 )

HematokritMeningkat

( > 20 % )

DBD III Grade I atau II ditambah Trombositopenia

(DSS) Adanya kegagalan sirkulasi : ( < 100.000 sel/mm3 )

- Pulsasi nadi yang HematokritMeningkat

lemah, ( > 20 % )

- hipotensi,

- Perbedaan sistole dan

diastole yang sempit

- kondisiumumgelisah

DBD IV Grade III ditambahdengan Trombositopenia

16
(DSS) Syok bera tsert anadi dan ( < 100.000 sel/mm3 )

Tekanan darah yang tidak Hematokrit Meningkat

Terukur ( > 20 % )

Tabel 1. PembagianderajatDemamBerdarah Dengue menurut WHO

A. Diagnosis klinisdemam dengue


- Demam 2-7 hari yang timbul mendadak, tinggi, terus-menerus,
bifasik.
- Manifestasi perdarahan baik spontan seperti, ptekie, purpura,
ekimosis, epistaksis, perdarahan gusi, hematemesis, dan atau melena;
maupun berupa uji tourniket positif.
- Nyeri kepala, mialgia, atralgia, nyeri retroorbital.
- Dijumpai kasus DBD baik di lingkungan sekolah, rumah, atau
disekitar rumah.
- Leukopenia <4.000/mm3
- Trombositopenia<100.000/mm3
- Apabiladitemukan gejala demam ditambah dua atau lebih tanda dan
gejala lain, diagnosis demam dengue dapat ditegakkan.

B. Diagnosis klinis demam berdarah dengue


- Demam 2-7 hari yang timbul mendadak, tinggi, terus-menerus,
kontinyu.
- Manifestasi perdarahan baik spontan seperti, ptekie, purpura,
ekimosis, epistaksis, perdarahan gusi, hematemesis, dan atau melena;
maupun berupa uji tourniketpositif.
a. Nyeri kepala, mialgia, atralgia, nyeri retroorbital.

17
b. Dijumpaikasus DBD baik di lingkungan sekolah, rumah, atau
disekitar rumah.
c. Hepatomegali.
d. Terdapat kebocoran plasma yang ditandai dengan salah satu tanda
atau gejala:
i. Peningkatan nilai hematokrit>20% dari pemeriksaan awal
atau dari data populasi menurut umur.
ii. Ditemukan adanya efusi pleura, asites.
iii. hipoalbuminemia dan hypoproteinemia.

e. Trombositopeni<100.000/mm3
- Demam disertai dengan dua atau lebih manifestasi klinis, ditambah
bukti perembesan plasma dan trombositopenia cukup untuk
menegakkan diagnosis DBD.

C. Tanda Bahaya (Warning sign)


 Klinis:
- Demam turun, tetapi keadaan anak memburuk.
- Nyeri perut dan nyeri tekan abdomen.
- Muntah yang menetap.
- Letargi, gelisah.
- Perdarahan mukosa.
- Pembesaran hati.
- Akumulasi cairan.
- Oliguria.
 laboratorium:
- Peningkatan kadar hematokrit bersamaan dengan penurunan cepat
jumlah trombosit.
- Hematokrit awal tinggi.

18
Demamberdarah dengue dengansyok (SSD)

• Memenuhi kriteria DBD.


• Ditemukan tanda dan gejala syok hipovolemik baik yang
terkompensasi maupun yang dekompensasi.
D. Tanda dan gejala Syok Terkompensasi
- Takikardi.
- Takipnue.
- Tekanan nadi (perbedaan sistolik dan diastolik) < 20 mmHg.
- Waktu pengisiankapiler> 2 detik.
- Kulit dingin.
- Produksi urin (urin output) menurun <IML/kgBB/jam.
- Anak gelisah.

E. Tanda dan gejala Syok Dekompenasasi


- Takikardi.
- Hipotensi.
- Nadi cepat dan kecil.
- Pernafasan kussmaul (hiperpneu).
- Sianosis.
- Kulit lembab dan dingin.
- Profound shock :nadi tidak teraba, dan tekanan darah tidak terukur.

Expanded Dengue Syndrome

Memenuhi kriteria DD atau DBD baik disertai syok maupun tidak,


dengan manifestasi klinis, komplikasi infeksi virus dengue, atau dengan
manifestasi klinis yang tidak biasa, seperti tanda dan gejala:

• Kelebihan cairan.
• Gangguan elektrolit.
• Ensefalopati.
• Ensefalitis.
• Perrdarahan hebat.

19
• Gagal ginjal akut.
• Hemolitic uremic syndrom (HUS).
• Gangguan jantung: gangguan konduksi, miokarditis, pericarditis
Infeksi ganda.

2.7 Pemeriksaan Penunjang


a. Pemeriksaan laboratorium
Trombositopeni dan hemokonsentrasi merupakan kelainan yang
selalu ditemukan pada DBD. Penurunan jumlah trombosit< 100.000/pl
biasaditemukan pada hari ke-3 sampai ke-8 sakit, sering terjadi sebelum
atau bersamaan dengan perubahan nilai hematokrit. Hemokonsentrasi
yang disebabkan oleh kebocoran plasma dinilai dari peningkatan nilai
hematokrit.Jumlah leukosit bias menurun (leukopenia) atau
leukositosis, limfositosis relative dengan limfosit atipik sering
ditemukan pada saat sebelum suhu turun atau syok. Hipoproteinemi
akibat kebocoran plasma biasa ditemukan. Adanya fibrinolisis dan
ganggungan koagulasi tampak pada pengurangan fibrinogen,
protrombin, faktor VIII, faktor XII, dan antitrombin III. PTT dan PT
memanjang pada sepertiga sampai setengah kasus DBD.

b. Pencitraan
Pada pemeriksaan radiologi dan USG kasus DBD, terdapat beberapa
kelainan yang dapat dideteksi yaitu, dilatasi pembuluh darah paru, efusi
pleura, kardiomegali dan efusi perikardi, hepatomegali, cairan dalam
rongga peritoneum, penebalan dinding vesicafelea.

c. Pemeriksaan Rumple leed test


Dinding kapiler yang oleh suatu sebab kurang kuat akan rusak oleh
pembendungan itu, darah dari dalam kapiler itu keluar dari kapiler dan
merembes kedalam jaringan sekitarnya sehingga Nampak sebagai
bercak merah kecil pada permukaan kulit (petechiae). Test dikatakan
positif jika terdapat lebih dari dikatakan positif 10 petechiae
dalamlingkaran.

20
d. Pemeriksaan lainnya
Ada beberapa pemeriksaan yang dapat dilakukan untuk mengetahui
infeksi virus dengue yaitu (WHO, 2011):

• Isolasi Virus.
• Karakteristik serotypic/genotypic.
• Deteksi Asam Nukleat Virus Dengan RT-PCR (Reverse
Transcripterase Polymerase Chain Reaction).
• Deteksi Antigen Virus Deteksi antigen NS1.
• Pemeriksaan serologis yang meliputi :Haemagglutination-inhibition
(HI), Complement Fixation (CF), Neutralization Test (NT), IgM
capture enzyme-linked immunosorbent assay (MAC-ELISA),
danpemeriksaan IgG ELISA indirect.
1. Laporan kasusinfeksi dengue untuk surveillance ( WHO 2011) :
• Suspected dengue :Klinis dengue dengan pemeriksaan
hemokonsentrasi/ tanda kebocoran plasma dan trombositopenia.
• Probable dengue : Diatas + uji serologi antibody igG dan igM
dengue.
• Confirmed dengue : Diatas + uji virologi/ serologi antigen dengue
NS1/ELISA meningkat 4 kali.

2.8 Diagnosis Banding

Diagnosis banding Demam Dengue terdiriatas( WHO, 2011) :

a. Infeksi virus golonganArbovirus : Chikungunya.


b. Penyakit virus lainnya.
Misalnya : Measles, Rubella, dan berbagai virus lainnya, seperti : Epstein
barr virus, Enterovirus, Influenza, Hepatitis A, Hantavirus.
c. Penyakit bacterial.
Meningocuccaemia, Leptospirosis, Thypoid, Meliodosis, Rackettsial
disease, Scarlet Fever.
d. Penyakitparasit : Malaria.

21
2.9 Komplikasi

a. Ensefalopati dengue dapat terjadi pada DBD dengan maupun tanpa


syok
b. KelainanGinjal
c. Dehidrasi
d. Syok hipovolemik
e. Perdarahan masif
f. Edema paru

2.10 Penatalaksanaan

Pada saat seorang pasien dating dengan dugaan menderita infeksi


dengue, maka diantar ke Unit Triase untuk menjalani pemeriksaan
anamnesis dan pemeriksaan jasmani yang teliti dan dilakukan pemeriksaan
darah perifer lengkap, minimal kadar hemoglobin, nilai hematokrit, jumlah
leukosit dan trombosit. Skrining di triase adalah untuk menentukan pasien
mana yang dapat diperlakukan sebagai pasien rawat jalan dan pasien rawat
inap.

Tatalaksana Rawat Jalan Demam Dengue

F. Nasihat kepada orang tua untuk pasien rawat jalan

Nasihat di rumah

• Anak harus istirahat


• Cukup minum selain air putih dapat diberikan susu, jus buah, cairan
elektrolit, air tajin. Cukup minum ditandai dengan frekuensi buang air
kecil tiap 4-6 jam
o
• Parasetamol 10mg/kgBB/kali, diberikan apabilasuhu>38 C dengan
interval 4-6 jam, hindari pemberian aspirin/NSAID/ibuprofen. Berikan
kompres hangat.

22
• Pasien rawat jalan harus berobat setiap hari, dan dinilai oleh petugas
kesehatan sampai melewati fase kritis mengenai: pola demam, jumlah
cairan yang masuk dan keluar, tanda-tanda perembesan plasma dan
perdarahan, serta pemeriksaan darah perifer lengkap
• Pasien harus segera dibawa kerumah sakit jika ditemukan satu atau
lebih keadaan berikut: pada saat suhu turun keadaan anak memburuk,
nyeri perut hebat, muntah terus menerus, tangan dan kaki dingin dan
lembab, letargi atau gelisah atau rewel, anak tampak lemas, perdarahan
(misalnya BAB hitam, atau muntah hitam), sesak nafas, tidak BAK >4-
6 jam atau kejang.

Tatalaksana pasien rawat inap demam berdarah dengue

Pengobatan DBD bersifat suportif simptomatik dengan tujuan


memperbaiki sirkulasi dan mencegah timbulnya renjatan dan timbulnya Koagulasi
Intravaskuler Diseminata (KID). Perbedaan patofisiologi utama antara Demam
Dengue/Demam Berdarah Dengue/Demam Syok sindrom dan penyakit lain, ialah
adanya peningkatan permeabilitas kapiler yang menyebabkan perembesan plasma,
dan gangguan hemostasis. Penatalaksanaan fase demam pada Demam Berdarah
Dengue dan Demam Dengue tidak jauh berbeda, bersifat simptomatik dan suportif
yaitu pemberian cairan oral untuk mencegah dehidrasi. Berikan nasihat kepada
orang tua agar anak diberikan minum banyak seperti air teh, susu, sirup, oralit, jus
buah, dan lain – lain. Selain itu diberikan pula obat anti piretik golongan
parasetamol. Penggunaanan tipiretik golongan salisilat tidak dianjurkan pada
penanganan demam. Parasetamol direkomendasikan untuk mempertahankan suhu
di bawah 39 0C dengan dosis 10 – 15 mg/KgBB/kali.

Rasa haus dan keadaan dehidrasi dapat timbul sebagai akibatdemam


tinggi, anoreksia, dan muntah. Pasien perlu diberikan minum 50 ml/KgBB dalam
4 – 6 jam pertama. Setelah keadaan dehidrasi dapat teratasi, anak dapat diberikan
cairan rumatan 80 – 100 ml/KgBB/haridalam 24 jam berikutnya. Bayi yang masih
minum ASI, tetap diberikan disamping larutan oralit. Bila terja dikejang demam,
disamping diberikanan tipiretik, diberikan pula anti konvulsif selama masih

23
demam. Masa kritis ialah pada atau setelah hari sakit yang ke 3 – 5 yang
memperlihatkan penurunan tajam hitung trombosit dan peningkatan tajam
hematokrit yang menunjukkan adanya kehilangan cairan, Observasi tanda vital,
kadar hematokrit, trombosit dan jumlah urin 6 jam sekali (minimal 12 jam sekali)
perlu dilakukan. Kunci keberhasilan pengobatan DBD ialah ketepatan volume
replacement atau penggantian volume, sehingga dapat mencegah syok.

Cairan intravena diperlukan apabila :

1. Anak terus muntah, tidak mau minum, demam tinggi sehingga tidak
mungkin diberikan minum per oral.

2. Nilai hematokrit cenderung meningkat pada pemeriksaan berkala Pada


pasien DBD derajat II apabila dijumpai demam tinggi, terus menerus selama< 7
hari tanpa sebab yang jelas, disertai tanda perdarahan spontan, disertai penurunan
jumlah trombosit, dan peningkatan kadar hematokrit. Pada saat pasien datang,
berikan cairan kristaloid 7 ml/KgBB/jam. Monitor tanda vital dan kadar
hematokrit serta trombosit tiap 6 jam. Selanjutnya evaluasi 12 – 24 jam. Apabila
selama observasi keadaan umum membaik, yaitu anak tampak tenang, tekanan
nadi kuat, tekanan darah stabil, dan kadar PCV cenderung turun minimal dalam 2
kali pemeriksaan berturut – turut, maka tetesan dikurangi menjadi 5
ml/KgBB/jam. Apabila dalam observasi selanjutnya tanda vital tetap stabil,
tetesan dikurangi menjadi 3 ml/KgBB/jam dan akhirnya cairan dihentikan dalam
24 – 48 jam. Apabila keadaan klinis pasien tidak adaper baikan, yaitu :anak
tampak gelisah, nafas cepat, frekuensi nadi meningkat, deuresis kurang, tekanan
nadi< 20 mmHg memburuk, serta peningkatan PCV, maka tetesan dinaikkan
menjadi 10 ml/KgBB/jam. Apabila belum terjadi perbaikan setelah 12 jam, maka
tetesan di naikkan menjadi 10 ml/KgBB/jam. Apabila belum terjadi perbaikan
klinis setelah 12 jam, cairan dinaikkan menjadi 15 ml/KgBB/jam. Kemudian
dievaluasi 12 jam lagi. Apabila tampak distress pernafasan menjadi lebih berat
dan Ht naik maka berikan koloid 10 – 20 ml/KgBB/jam, dengan jumlah maksimal
30 ml/KgBB. Namun bila Ht atau Hb turun, berikan tranfusi darah segar 10
ml/KgBB/jam.

24
Bila terdapat asidosis, ¼ dari cairan total dikeluarkan dan diganti dengan
larutan berisi 0,167 mol/liter Natrium bikarbonat (3/4 bagian berisil arutan NaCl
0,9 % + glukosa ditambah ¼ Natrium bikarbonat). Volume dan komposisi cairan
yang diperlukan sesuai seperti cairan untuk dehidrasi pada diare ringan sampai
sedang, yaitu cairan rumatan ditambah deficit 6 % (5 – 8 %)

BB Ideal Rumatan Rumatan + Defisit 5 %

(kg) (mL) (mL)

5 500 750

10 1000 1500

15 1250 2000

20 1500 2500

25 1600 2850

30 1700 3200

Tabel 2. Kebutuhancairanberdasarkanberat badan ideal

Sindrom asyok dengue adalah DBD dengan gejala gelisah, nafas cepat,
nadi teraba kecil, lembut atau tak teraba, tekanan nadi menyempit, bibir biru,
tangan dan kaki dingin, dan tidak ada produksi urin. Langkah yang harus
dilakukan adalah segera berikan infuse kristaloid 20 ml/KgBB secepatnya dalam
30 menit dan oksigen 2 liter/menit. Untuk DSS berat 20 ml/KgBB/jam diberikan
bersama koloid 10 – 20 ml/KgBB/jam. Observasitensi dan nadi tiap 15 menit,
hematokrit dan trombosit tiap 4 – 6 jam, serta periksa pula elektrolit dan gula
darah.Apabila dalam waktu 30 menit syok belum teratasi, tetesan kristaloid belum
dilanjutkan 20 ml/KgBB, ditambah plasma atau koloid sebanyak 10 – 20

25
ml/KgBB maksimal 30 ml/KgBB. Koloid ini diberikan pada jalur infus yang sama
dengan kristaloid, diberikan secepatnya. Observasi keadaan umum, tekanan
darah,keadaan nadi tiap 15 menit, dan periksa hematokrit tiap 4 – 6 jam. Lakukan
pula koreksi terhadap asidosis, elektrolit, dan gula darah.

Apabila syok teratasi disertai penurunan kadar Hb/Ht, tekana nnadi> 20


mmHg, nadi kuat, maka tetesan cairan dikurangi menjadi 10 ml/KgBB/jam dan
dipertahankan hingga 24 jam atau sampai klinis stabil dan Ht menurun< 40%.
Selanjutnya cairan diturunkan menjadi 7 ml/KgBB sampai keadaan klinis dan Ht
stabil, kemudian secara bertahap diturunkan menjadi 5 ml/Kg/BB/jam dan
seterusnya 3 ml/Kg/BB/jam. Dianjurkan pemberian cairan tidak melebihi 48 jam
setelah syok teratasi. Apabila syok belum teratasi, sedangkan Ht menurun tapi
masih > 40%, berikan darah dalam volume kecil 10 ml/KgBB. Apabila tampak
perdarahan massif, berikan darah segar 20 ml/KgBB dan lanjutkan cairan
kristaloid 10 ml/Kg/BB/jam. Pemasangan CVP pada syok berat kadang
diperlukan, sedangkan pemasangan sonde lambung tidak dianjurkan. Bila pada
syok DBD tidak berhasil diatasi selama 30 menit dengan resusitasi kristaloid
maka cairan koloid harusdiberikan sebanyak 10 – 20 ml/kgBB/jam.

Cairan koloid tersebut antara lain :

• Dekstan

• Gelatin

• Hydroxy Ethyl Starch (HES)

• Fresh Frozen Plasma (FFP)

Pemasangan CVP pada DBD tidak dianjurkan karena prosedur CVP


bersifat traumatis untuk anak dengan trombositopenia, gangguan vaskular dan
homeostasis sehingga mudah terjadi perdarahan dan infeksi, disamping prosedur
pengerjaannya juga tidak mudah dan manfaatnya juga tidak banyak. Pemberian
suspense trombosit umumnya diperlukan dengan pertimbangan bila terjadi
perdarahan secara klinis dan pada keadaan KID. Bila diperlukan suspense
trombosit maka pemberiannya diikuti dengan pemberian fresh frozen plasma
(FFP) yang masih mengandung faktor-faktor pembekuan untuk mencegah

26
agregasi trombosit yang lebih hebat. Bila kadar hemoglobin rendah dapat pula
diberikan packed red cell (PRC).

Setelah fase krisis terlampau, cairan ekstra vascular akan masuk kembali
dalam intravascular sehingga perlu dihentikan pemberian cairan intra vena untuk
mencegah terjadinya edem paru. Pada fase penyembuhan (setelah hari ketujuh)
bila terdapat penurunan kadar hemoglobin, bukan berarti perdarahan tetapi terjadi
hemodilusi sehingga kadar hemoglobin akan kembali keawal seperti saat anak
masih sehat. Pada anak yang awalnya menderita anemia akan tampak kadar
hemoglobin rendah, hati-hati tidak perlu diberikan transfusi.

Penatalaksanaan DBD disesuaikan dengan derajat terlampir sebagai berikut :

27
Gambar 5. Tatalaksanainfeksi virus Dengue pada Kasustersangka DBD.

28
Gambar 6. Tatalaksanatersangka DBD (rawatinap) ataudemam Dengue.

29
Gambar 7. Tatalaksanakasus DBD derajat I dan II.

30
Gambar 8. TatalaksanaKasus DBD derajat III dan IV atau DSS.

31
Kriteria memulangkan pasien antara lain (Soedarmo, 2012) :

1. Tidak demam selama 24 jam tanpa antipiretik.


2. Nafsu makan membaik.
3. Klinis membaik.
4. Diuresis > 1ml/KgBB/jam.
5. Hematokritstabil.
6. Tiga hari setelah syok teratasi.
7. Rash convalescence atau gatal pada ekstremitas.
8. Jumlah trombosit diatas 50.000/mm2 dan cenderung meningkat.
9. Tidak dijumpai adanya distress pernafasan (akibat efusi pleura atau
asidosis).

2.11 Prognosis

Bila tidak disertai renjatan dalam 24 – 36 jam, biasanya prognosis akan


menjadi baik. Kalau lebih dari 36 jam belum ada tanda perbaikan, kemungkinan
sembuh kecil dan prognosisnya menjadi buruk (Rampengan, 2008). Penyebab
kematian Demam Berdarah Dengue cukup tinggi yaitu 41,5%.(Soegijanto,
2001). Secara keseluruhan tidak terdapat perbedaan antara jenis kelamin
penderita demam berdarah dengue, tetapi kematian lebih banyak ditemukan pada
anak perempuan dari pada laki – laki.

Penyebab kematian tersebut antara lain (Rampengan, 2008) :

1. Syok lama.
2. Overload cairan.
3. Perdarahan masif.
4. Demam Berdarah Dengue dengan syok.

2.12Pencegahan

Pencegahan yang dilakukan adalah dengan cara Pengendalian vector virus


dengue. Pengendalian vector bertujuan (Purnomo, 2010) :

32
1. Mengurangi populasi vector serendah–rendahnya sehingga tidak berarti
lagi sebagai penular penyakit.
2. Menghindarkan terjadi kontak antara vektor dan manusia.

Cara efektif untuk pengendalian vector adalah dengan penatalaksanaan


lingkungan yang termasuk perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan
pemantauan aktivitas untuk modifikasi faktor-faktor lingkungan dengan suatu
pandangan untuk mencegah perkembangan vektor dan kontak manusia-vektor-
patogen. Pengendalian vector dapat berupa (Purnomo, 2010):

1. Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN)


a. Melakukan metode 4 M (menguras, Menutup dan Menyingkirkan, dan
monitor tempat perindukan nyamuk) minimal 1 x seminggu bagi tiap
keluarga.
b. 100% tempat penampungan air sukar dikuras diberi abate tiap 3 bulan.
c. ABJ (angka bebas jentik) diharapkanmencapai 95%.
2. Foging Focus dan Foging Masal
a. Foging focus dilakukan 2 siklus dengan radius 200 m dengan selang
waktu 1 minggu.
b. Foging masal dilakukan 2 siklus diseluruh wilayah suspek KLB dalam
jangka waktu 1 bulan.
c. Obat yang dipakai : Malation 96EC atau Fendona 30EC dengan
menggunakan Swing Fog.
3. Penyelidikan Epidemiologi
a. Dilakukan petugas puskesmas yang terlatih dalam waktu 3x24 jam
setelah menerima laporan kasus.
b. Hasil dicatat sebagai dasar tindak lanjut penanggulangan kasus

4. Penyuluhan perorangan/kelompok untuk meningkatkan kesadaran


masyarakat.
5. Kemitraan untuk sosialisasi penanggulangan DBD.

33
BAB III

LAPORAN KASUS

1
2
3
3.1 IDENTITAS PASIEN
Nama : An. Nurhafiza
Umur : 5 tahun
JenisKelamin : Perempuan
Alamat :Jln. Pelita Jaya
Pekerjaan :-
Agama : Islam
Masuk Tanggal : 27 September 2019
No. RM : 330005

1.
2.
3.
3.2 DATA DASAR
3.2.1 Anamnesis

(Alloanamnesis pada tanggal 27 September 2019 di IGD RSPH)


Keluhan Utama : Demam
Riwayat Penyakit Sekarang :
Os merasakan demam sejak 4 hari yang lalu sebelum masuk rumah
sakit, demam bersifat mendadak dan terus menemerus hanya turun jika
minum obat penurun panas dari dokter , demam lebih tinggi dimalam hari.
Os juga batuk berdahak 3 hari ini, pilek (-), seak nafas(-)
Hari kedua muncul bintik bintik merah yang tersebar diseluruh tubuh.
Tidak ditemukan tanda perdarahan spontan seperti : mimisan (-), gusi

34
berdarah (-), BAB hitam (-), mual muntah juga tidak dikeluhkan. Nafsu
makan dan minum kurang.BAB dan BAK dalambatas normal.

Riwayat Penyakit Dahulu


Pasien tidak pernah sakit DBD sebelumnya.

Riwayat Penyakit Keluarga :


Pada keluarga pasien tidak terdapat anggota keluarga yang mengalami
sakit serupa dengan pasien.

Riwayat Lingkungan
Riwayat DBD pada tetangga pasien tidak ada.

Riwayat KehamilanIbu
-ANC teratur

 Trimester I: 2 kali
 Trimester II: 1 kali
 Trimester III: 2 kali
- Tidak pernah sakit selama hamil.

RiwayatKelahiran

1. LK/aterm/psp/bidan/klinikbersalin/3200 gr/sehat
2. PR/aterm/psp/bidan/klinikbersalin/3700 gr/sehat
3. PR/aterm/psp/bidan/klinikbersalin/4000 gr/sehat

RiwayatMakanan
-ASI dan MPASI yang diberikan sejak usia 6 bulan

Riwayat Imunisasi
Hep B: 0, 2, 3, 4 bulan
Polio: 1, 2, 3, 4 bulan

35
BCG: 2 bulan
DPT: 2, 3, 4 bulan
Kesimpulan: Imunisasi sesuai usia.

3.2.2 Pemeriksaan Fisik


 PemeriksaanUmum
KeadaanUmum
Kesadaran : Alert
Tanda Vital
Nadi : 136 x/menit, reguler, kuat angkat
RR : 24 x/menit
Suhu : 38,50 C (axilla)
BB : 10 kg

Status Generalisata
Kepala : normosefal
Mata : konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-)
THT : tidak ditemukan kelainan
Mulut : bibir kering (-), sianosis (-), pucat (-)
Leher : pembesaran KGB (-)
Thorax : 1. Jantung: S1S2 reguler, murmur (-), gallop (-)
2. Paru: pergerakan dada simetris, suara nafas
vesikuler (+/+), rhonki (-/-), wheezing (-/-)
Abdomen : simetris, soepel, timpani, H/L tidak teraba, bising usus
dalam batas normal, ptekie (+)
Ekstremitas: Superior Inferior
Capillary refill <2”/<2” <2”/<2”
Ptekie + +
Anus – Genitalia : Perempuan dan tidak ada kelainan.

1.
2.

36
3.2.3 Pemeriksaan Penunjang
Darah Rutin dan NS1 (27 September 2019)
Hemoglobin : 14,1 g/dL
Hematokrit : 41 %
Leukosit : 2.500/L
Eritrosit : 4,7 juta/L
Trombosit : 93.000/L
MCV : 88 fl
MCH : 30 pg
MCHC : 34 g/dL
NS1 : Positif

RESUME

Os merasakan demam sejak 4 hari yang lalu sebelum masuk rumah


sakit, demam bersifat mendadak dan terus menemerus hanya turun jika
minum obat penurun panas dari dokter , demam lebih tinggi dimalam hari.
Os juga batuk berdahak 3 hari ini, pilek (-), seak nafas(-)
Hari kedua muncul bintik bintik merah yang tersebar diseluruh tubuh.
Tidak ditemukan tanda perdarahan spontan seperti : mimisan (-), gusi
berdarah (-), BAB hitam (-), mual muntah juga tidak dikeluhkan. Nafsu
makan dan minum kurang.BAB dan BAK dalambatas normal.
Pada keluarga os tidak terdapat anggota keluarga yang mengalami sakit
serupa dengan os. Riwayat tetangga menderita DBD tidak ada. Riwayat
kehamilan ibu tidak pernah sakit selama masa kehamilan dan rutin untuk
ANC. Os lahir cukup bulan dan langsung menangis spontan. BB saat lahir
4000 gr dengan PB 51 cm. Riwayat makanan ASI dan mpasi. Riwayat
imunisasi lengkap sesuai usia. Hasil pemeriksaan di dapatkan nadi 136x/i,
pernapasan 24x/i, suhu 38,50 C. abdomen simetris, soepel, timpani, H/L
tidak teraba, bising usus dalam batas normal dan tidak ditemukan asites.
Pemeriksaan laboratorium di dapatkan trombosit 93.000/L dan
hematokrit 41%.

37
A.
B.
C.
Diagnosis Kerja

Dengue Hemorrhagic Fever Derajat II

Diagnosa Banding

1. Demam typoid
2. Morbili
3. Malaria
4. Chikungunya

Rencana Terapi

 IVFD RL 50 cc/jam (Makro) 1 gtt/i selama 6 jam


 Drip Paracetamol fls 100 mg /4-8 jam
 Inj Ranitidine 10 mg / 8 jam
 PO : Ambroxol sirup 3x1,8 cc
Psidii sirup 3x1cth
 Besok cek ulang DR

Prognosis

Advitam : Dubia Ad Bonam


Adfunctionam : Dubia Ad Bonam
Adsanationam : Dubia Ad Bonam

BAB IV
DISKUSI KASUS

TEORI KASUS

38
Epidemiologi :
- Pada bayi berisikotinggiterkena DBD / DSS. Di Asia Seorang anak perempuan inisial N
Tenggara, insidenspesifik DBD bayiadalah 0,5 per usia 5 Tahun.
1000 orang di atasusia 3-8 bulan, dan itu menghilang
pada usia 9 bulan.

Diagnosis :
-Pada anamnesis dapat ditemukan :
1. Demamtinggi.
2. Ruam / petechiae. 1. Keluhan utama pasien demam
3. Sianosis mendadak, tinggi dan bersifat
4. Kejang. terus menerus.
5. Mual / muntah. 2. Timbul bintik merah yang
6. Flu. tersebar di seluruh tubuh.
7. Gejala saluran pernafasn atas.
8. Gejala gastrointestinal.
-Pada pemeriksaanfisikdapatditemukan :
1. Disfungsihepar dan hepatomegali.
2. Splenomegali. 1. Ptekie tersebar pada abdomen
3. Asites. dan keempat ekstremitas (+).
4. Edema tungkaibawah.
5. Bengkakpada retrobulbar.
6. Ptekie pada ekstremitas
-Pemeriksaanpenunjang :
1. PemeriksaanLaboratorium
1. PemeriksaanLaboratorium
a. Trombositopenia(< 100.000/pl).
Hemoglobin : 14,1 g/dL
b. Hematokrit( > 20%).
Hematokrit : 41 %
c. Leukopenia (<4.000/mm ). 3
Leukosit : 2.500/L
d. Leukositosis.
Eritrosit : 4,7 juta/L
e. Limfositosis.
Trombosit : 93.000/L
2. X-ray polos dan
MCV : 88 fl
USG :Dilatasipembuluhdarahparu, efusi pleura,
kardiomegali dan efusiperikard,Hepatomegali,

39
cairandalamrongga peritoneum, MCH : 30 pg
penebalandindingvesicafelea. MCHC : 34 g/dL
3. Pemeriksaanlainnya : NS1 : Positif
a. Isolasi Virus.
b. Karakteristikserotypic/genotypic.
c. DeteksiAsamNukleat Virus Dengan RT-
PCR (Reverse Transcripterase
Polymerase Chain Reaction).
d. Deteksi Antigen Virus Deteksi antigen
NS1.
e. Pemeriksaanserologis.

Penatalaksanaan :
- Parasetamol 10-15mg/kgBB/kali, Pada pasien telah dilakukan
diberikanapabilademamdengan interval 4-6 jam. pemberian cairan kristaloid IV dan
- Pada saatpasiendatang, berikancairankristaloid ringer antibiotik.
laktat/NaCl 0,9% ataudekstrosa 5% dalam ringer
laktat/NaCl 0,9% 6-7 ml/kgBB/jam. Monitor tanda
vital dan kadarhematokritsertatrombosittiap 6 jam.
Selanjutnyaevaluasi 12-24 jam

DAFTAR PUSTAKA

40
 DepartemenKesehatan. 2008. ProfilPengendalianPenyakit dan
PenyelamatanLingkungan.Jakarta :DepartemenKesehatanRepublik
Indonesia.
 Pudjiadi, Antonius H., dkk. 2010.
PedomanPelayananMedisJilid1.Jakarta :IkatanDokterAnak Indonesia.
 Rampengan, T.H. 2008.Penyakit InfeksiTropis pada AnakEdisi2.Jakarta :
EGC Soedarmo, Sumarmo S. Poorwo, dkk. 2012. Buku Ajar
Infeksi&PediatriTropisEdisiKedua.Jakarta :IkatanDokterAnak Indonesia.
 Soegijanto, Soegeng. 2001. PenatalaksanaanDemamBerdarah Dengue
padaAnak.Surabaya : Tropical Disease Center (TDC)
UniversitasAirlanggaSurabaya
 Soegijanto, Soegeng. 2006. Patogenesa dan PerubahanPatofisologiInfeki
VirusDengue.Surabaya : Tropical Disease Center (TDC)
UniversitasAirlanggaSurabaya.
 Soegijanto, Soegeng. 2006. DemamBerdarah Dengue edisi 2.
Surabaya :Airlangga University Press.
 Sudoyo Aru W. 2006. Buku Ajar IlmuPenyakitDalamEdisiIV.Jakarta :
FakultasKedokteranUniversitas Indonesia.
 Trihadi, Djoko. 2012. DemamBerdarah
Dengue.Semarang :RumahSakitUmum Daerah Kota Semarang.
 WHO.2011.Conprehensive Guidelines for Prevention and Control of
Dengue andDengue HaemorraghicFever.India : WHO.

41

Anda mungkin juga menyukai