Anda di halaman 1dari 7

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU DENGAN PELAKSANAAN METODE

KANGAROO MOTHER CARE (KMC) PADA BAYI BERAT LAHIR


RENDAH (BBLR) DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH PRINGSEWU

PROPOSAL

Disusun Oleh:
ANISA AYU LESTARI
142012018050

PRODI S1 ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PRINGSEWU LAMPUNG
T.A 2022
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Bayi adalah anak dengan rentan usia 0-12 bulan, masa bayi ialah masa
keemasan sekaligus masa kritis perkembangan seorang anak, dikatakan masa
keemasan karena bayi berlangsung sangat singkat dan tidak dapat dulangi
kembali. (Nurjakiah et al., 2018). Angka kematian bayi (AKB) merupakan
indikator yang lazim digunakan untuk menentukan derajat kesehatan masyarakat,
baik baik pada tingkat provinsi maupun tingkat nasional. Salah satu penyebab
utama terhadap kematian bayi adalah bayi berat lahir rendah.
Data badan kesehatan dunia World Health Organization (2018) , menyatakan
bahwa prevalensi bayi dengan BBLR di dunia yaitu 15,5% atau sekitar 20 juta
yang lahir setiap tahun, sekitar 96,5% diantaranya terjadi di negara berkembang.
Pada tahun 2015, sekitar 20 juta lebih bayi baru lahir, diperkirakan 14,6% dan
semua bayi yang lahir secara global pada tahun tersebut mengalami BBLR
(UNICEF, 2019). Penyumbang tertinggi dalam angka kematian neonatal (AKN)
salah satunya adalah BBLR. Angka kejadian BBLR di dunia saat ini sebesar
15,5%, (yang berarti bahwa sekitar 20,6 juta setiap tahunnya), dan 96,5% di
negara berkembang. Angka kejadian BBLR di Asia Tengah sampai Asia Selatan
merupakan yang tertinggi dengan persentasi 27,1% dan di Eropa dengan
persentasi 6,4%. Indonesia termasuk salah satu negara di Asia Tenggara dengan
prevalensi BBLR lebih dari 15,5 % dari kelahiran bayi setiap tahunnya. Pada
tahun 2018 hasil Riskesdas menunjukkan bahwa proporsi berat badan kurang
dari 2500 gram di Indonesia rata- rata adalah 6,2%. (Riskesdas, 2018).
Angka kematian bayi (AKB) di provinsi lampung menunjukan kecenderungan
perbaikan yang cukup berarti. Hasil survey demografi kesehatan indonesia
(SDKI), terlihat cenderung menurun dari 43 per 1000 kelahiran hidup tahun 2002
menjadi 30 per 1000 kelahiran hidup 2021, namun demikian angka ini belum
mencapai target nasional yang di harapkan yaitu 23 per 1000 kelahiran hidup.
Kasus kematian neonatal, bayi dan balita selama tahun 2009-2013 di provinsi
lampung cenderung flukuatif. Walaupun di provinsi lampung cakupan kunjungan
neonatal sampai dengan tahun 2013 tercapai 88,62% dimana angka ini masih
beda dibawah target yang di harpkan yaitu 91% namun cakupan penanganan
komplikasi neonatal masih rendah yaitu 41,76% sedangkan kasus kematian lebih
banyak di sebabkan oleh BBLR, asfiksia dan pneumonia. (Dinas Kesehatan
Provinsi Lampung, 2019).
Bayi berat lahir rendah adalah bayi resiko tinggi dan rentan mengalami
berbagai masalah seperti resiko infeksi gangguan pernafasan, kadar gula darah
rendah (hipoglikemia), gangguan makan, terlalu banyak sel darah merah dan
beresiko mengalami hipotermia.(Muhammad Rizal Amalluthfi dkk, 2018).
Pada bayi lahir rendah akan mengalami kesulitan dengan beradaptasi dan
melakukan pertahanan dilingkungan luar rahim setelah lahir. Hal ini disebabkan
karena belum matangnya sistem organ tubuh bayi seperti paru-paru, ginjal,
jantung, imun tubuh serta sistem percernaan. (Bera, A,.Ghosh.J.,Singh, A.,Harza,
Som dan Hunian,2018). Pada bayi dengan berat badan lahir rendah akan
mengalami hipotermi disebabkan oleh lemak subkutan yang sangat tipis sehingga
dipengaruhi oleh suhu lingkungan, pada umumnya bayi dengan berat berat badan
lahir rendah harus dirawat dengan incubator atau menggunakan metode KMC
agar suhu tubuhnya terjaga. (Priya Dalam Hetti Marlina Pakpahan dkk, 2019).
Bayi BBLR yang mendapatkan perawatan metode kanguru akan lebih baik,
karena KMC akan mempunyai pengalaman psikologis dan emosional lebih baik
sehingga dengan KMC bayi akan memperoleh kehangatan serta lebih dekat
dengan ibu dan mampu meningkatkan kualitas hidup.(Zurhernis, 2020).
Bayi berat lahir rendah memiliki resiko tinggi mempunyai beberapa masalah
dalam beradaptasi dengan kehidupan ekstrauterin, oleh karena itu diperlukan
dukungan serta peran orang tua dalam melakukan perawatan anak. Pengetahuan
mengenai perawatan BBLR meliputi penngetahuan dalam mempertahankan
suhu, pencegakan infeksi dan pemberian ASI. Pengetahuan tersebut akan
mengarahkan terhadap pemahaman ibu ibu tentang pentingnya perawatan BBLR.
Merawat BBLR berbeda dengan cara merawat pada bayi normal, tidak semua ibu
mempunyai pengetahuan yang baik tentang perawatan BBLR. Perlu di dukung
dengan pengetahuan yang baik dari pengetahuan ini akan menunjukan dengan
pemberian penatalaksanaan yang berkualitas dan aman terhadap bayi BBLR.
Oleh karena itu ibu adalah orang yang paling dekat dengann bayi dan
bertanggung jawabdalam merawat bayi, karena pengetahuan dan sikap tentang
perawatan BBLR secara tidak langsung dapat meningkatkan kesehatan BBLR.
(Ningsih, 2016).
Pelaksanaan bayi BBLR perlu di dukung dengan pengetahuan yang baik, dari
pengetahuan ini akan menunjang terhadap pemberian pelaksanaan yang
berkualiatas dan aman terhadap bayi BBLR. Dalam hal ini, pelaksanaan
perawatan pada BBLR dapat mempertahankan dan suhu tubuh pada bayi. (Rita
Magdalena 2012).
Pada hasil penelitian Hetti Marlina Pakpahan dkk, 2019 yang berjudul
hubungan pengetahuan dansikap ibu dalam pelaksanaan KMC pada BBLR
Menunjukan bahwa hasil dari penelitian tersebut adalah pengetahuan ibu dalam
pelaksanaan perawatan metode kanguru pada BBLR mayoritas pengetahuan ibu
baik yaitu sebanyak 66, 7%, Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Anik
Suarni, dkk 2021 menunjukan bahwa dari hasil penelitiannya tersebut sebanyak
35% menunjukkan tingkan pengetahun yang baik, jadi dapat di simpulkan bahwa
bahwa hubungan pengetahuan ibu dengan pelaksanaan KMC pada pada BBLR
dapat meningkatkan pengetahuan yang baik pada ibu.
Hasil pra survey yang dilakukan oleh peneliti di Rumah Sakit Umum Daerah
Pringsewu pada tahun 2021 terdapat jumlah kejadian bayi BBLR mencapai 66
bayi dan pada tahun 2022 pada bulan januara sampai maret mencapai 19 bayi dan
dari hasil wawancara kepada 3 pasien hanya 1 pasien yang mengetahui tentang
bagaimana pelaksanaan KMC pada bayi BBLR. Jadi hal ini dapat ditarik
kesimpulan bahwah peneliti tertarik untuk meneliti hubungan pengetahuan ibu
dengan pelaksanaan metode kangaroo mother care (KMC) pada bayi berat lahir
rendah (BBLR) di rumah sakit umum daerah pringsewu.

B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang di atas maka rumusan masalah dalam penelitian
ini adalah adakah hubungan pengetahuan ibu dengan pelaksanaan metode
kanguru mother care (KMC) pada berat badan lahir rendah (BBLR) di rumah
sakit umum daerag pringsewu.

C. TUJUAN PENELITIAN
1. Tujuan Umum
Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan
pengetahuan ibu dengan pelaksanaan metode kangaroo mother care (KMC)
pada bayi berat lahir rendah (BBLR) di rumah sakit umum daerah
pringsewu.

2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui karakteristik responden berdasarkan usia, pendidikan
dan pekerjaan ibu
b. Untuk mengetahui distribusi frekuensi pengetahuan ibu dengan metode
kangaroo mother care (KMC) pada bayi berat lahir rendah (BBLR).
c. Untuk mengetahui distribusi pelaksanaan metode kangaroo mother care
(KMC) pada bayi berat lahir rendah (BBLR)
d. Untuk mengetahui hubungan pengetahuan ibu dengan metode kangaroo
mother care (KMC) pada bayi berat lahir rendah (BBLR).
D. RUANG LINGKUP
Ruang lingkup dari penelitian ini yaitu :
1. Lingkup Waktu
Penelitian ini dilakukan pada bulan april 2022
2. Lingkup Tempat
Penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit Umum Daerah Pringsewu
3. Linggup Masalah
hubungan pengetahuan ibu dengan pengetahuan metode kangaroo mother
care (KMC) pada bayi berat lahir rendah (BBLR)
4. Lingkup Metode
Jenis penelitian ini adalah penelitian cross sectional
5. Lingup Objek
Objek yang diteliti yaitu pasien persalinan dengan BBLR

E. MANFAAT PENELITIAN
1. Bagi Tempat Pelayanan Kesehatan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan wawasan khususya bagi
bidang keperawatan mengenai hubungan pengetahuan ibu dengan
pelaksanaan metode kanguru mother care (KMC) pada berat badan lahir
rendah (BBLR)
2. Bagi Perawat
Diharapkan dengan penelitian ini perawat dan atau tenaga medis lainya lebih
dapat berperan aktif dalam melakukan asuhan keperawatan terhadap metode
KMC dengan BBLR
3. Bagi Pasien
Diharapkan dengan penelitian ini pasien lebih banyak mengetahui tentang
metode kanguru mother care dengan BBLR
4. Bagi Penelitian Selanjutnya
Diharapkan hasil penelitian ini mampu dijadikan sebagai informasi dan
bahan masukan sebagai acuan dan data awal dalam melakukan penelitian
selanjutnya dengan menambahkan variable yang lebih banya lagi

Anda mungkin juga menyukai