Anda di halaman 1dari 26

KASUS 1

KELUAR CAIRAN DARI TELINGA

Seorang ibu membawa anaknya laki-laki berusia 11 tahun ke Puskesmas karena telinga anaknya
terasa sakit dan sering mengeluarkan nanah. Anak merintih kesakitan sambil memegang
telinganya. Hasil pengkajian: Nyeri telinga skala 6, mengeluh pusing dan sakit kepala. TD
100/70 mmHg, nadi 90 x/menit,pernapasan 18x/menit, SB 39 oC. Ibu klien terlihat cemas dan
merasa bersalah karena baru membawa klien hari ini, sementara keluhannya sudah 1 bulan yang
lalu.

1. KLARIFIKASI ISTILAH-ISTILAH PENTING


a. Nanah
Pus merupakan hasil dari proses infeksi bakteri yang terjadi akibat akumulasi jaringan
nekrotik, netrofil mati, makrofag mati dan cairan jaringan. (Nurmala, 2015)

b. Cemas
Perasaan subjektif mengenai ketegangan mental yang menggelisahkan sebagai reaksi
umum dari ketidakmampuan mengatasi suatu masalah atau tidak adanya rasa aman. (Sari
2020)

2. KATA / PROBLEM KUNCI


a. Seorang anak mengeluh telinganya terasa sakit dan sering mengeluarkan nanah
b. Anak merintih kesakitan
c. Nyeri telinga skala 6
d. Mengeluh pusing dan sakit kepala
e. SB 39oC
f. Ibu klien terlihat cemas dan merasa bersalah karena baru membawa klien ke puskesmas
hari ini sementara keluhan sakit klien sudah 1 bulan
3. MIND MAP
NYERI TELINGA

Barotrauma telinga,
adalah cedera jaringan Herpes zoster oticus,
pada telinga yang terjadi merupakan
akibat pemerataan manifestasi otolgik
tekanan yang tidak Otitis media, di sebabkan yang terjadi di liang
memadai antara ruang oleh infeksi di bagian telinga luar atau
tengah telinga, baik akibat membrane timpani.
tubuh yang berisi gas dan
virus maupun bakteri, Gejalanya nyeri
lingkungan eksternal,
infeksi terjadi ketika saluran telinga, tinnitus, dan
gejalanya nyeri hebat di
yang menghubungkan
telinga, telinga gangguan
telinga dengan hidung
berdengung, vertigo, pendengaran.
membengkak dan
muntah, keluar darah ( Millennia. 2022)
tersumbat. Gejala dari otitis
atau cairan dari telinga media ditandai dengan ,
(Sumandari. 2022) nyeri telinga, keluar cairan
dari telinga, kesulitan
mendengar, sakit kepala,
dan demam. (Mayo.2021)
Tabel Check List

No Manifestasi Diagnosa Medis


Klinis
Barotrauma Otitis Media Herpes Zoster
Telinga Akut Telinga

1. Telinga terasa   
sakit

2. Sering   -
mengeluarkan
nanah

3. Mengeluh -  -
pusing dan
sakit kepala

4. SB 39oC -  -

4. PERTANYAAN-PERTANYAAN PENTING
a. Apa penyebab nyeri pada telinga berdasarkan kasus di atas ?
b. Apa diagnosa keperawatan yang mungkin muncul berdasarkan kasus di atas ?
c. Apa intervensi keperawatan utama untuk menangani kasus di atas ?

5. JAWABAN PERTANYAAN
a. Penyebab nyeri pada telinga berdasarkan kasus diatas dikarenakan adanya infeksi telinga
bagian tengah dan rongga mastoid kronis, dan di temukan adanya perubahan pada
membrane timpani seperti hiperemi atau di temukan bulging yang dapat menekan
membrane timpani dan menyebabkan nyeri.
b. Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul adalah :
- Nyeri akut
- Hipertermi
- Koping tidak efektif
c. Manajemen Nyeri

Observasi

- Identifikasi lokasi, karakteristik,durasi, frekuensi,kualitas, intensitas nyeri


- Identifikasi skala nyeri
- Identifikasi respon nyeri non verbal
- Identifikasi faktor yang memperberat dan memperingan nyeri
- Monitor keberhasilan terapi komplementer yang sudah diberikan
- Monitor efek samping penggunaan analgetik

Terapeutik

- Berikan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri


- Kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri (mis, suhu ruangan,
pencahayaan, kebisingan)
- Fasilitasi istirahat dan tidur
- Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam pemilihan strategi meredakan nyeri

Edukasi

- Jelaskan penyebab,periode, dan pemicu nyeri


- Jelaskan strategi meredakan nyeri
- Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri
- Anjurkan menggunakan analgetik secara tepat
- Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri

Kolaborasi

- Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu

6. TUJUAN PEMBELAJARAN SELANJUTNYA


a. Di harapkan bisa mengerti dan mendalami masalah sistem neuropresepsi .
b. Diharapkan bisa menganalisa penyakit yang terdapat pada kasus diatas.
c. Untuk mengetahui apa saja penatalaksanaan dan implementasi keperawatan dari
kasus diatas.

7. INFORMASI TAMBAHAN
a. “Asuhan Keperawatan Penerapan Kompres Hangat Dan Kompres Bawang Merah
Terhadap Penurunan Suhu Tubuh Anak Dengan Demam Di Puskesmas Kedungmundu
Semarang” (Evyana, 2018)

8. KLARIFIKASI INFORMASI
a. Demam adalah meningkatnya temperatur suhu tubuh secara abnormal (Nanda, 2015).
Demam (hipertermi) adalah suatu keadaan dimana suhu tubuh lebih tinggi dari biasanya,
dan merupakan gejala dari suatu penyakit (Maryunani, 2010). Menurunkan atau
mengendalikan demam pada anak dapat dilakukan dengan berbagai cara, diantaranya
dapat dilakukan dengan pemberian antipiretik (farmakologik). Namun penggunaan
antipiretik memiliki efek samping apabila tidak diberikan dengan tepat yaitu
mengakibatkan spasme bronkus, peredaran saluran cerna, penurunan fungsi ginjal dan
dapat menghalangi supresi respon antibodi serum (Sumarmo, 2010). Demam terjadi jika
berbagai proses infeksi ataupun noninfeksi saling berinterkasi dengan mekanisme
pertahanan hospes (penjamu). Kebanyakan demam pada anak akibat perubahan pada
pusat panas (termoregulasi) di hipotalamus. Kompres hangat adalah pemberian kompres
dengan air suam-suam kuku (air hangat), setelah pemberian antipiretik pada anak dengan
demam yang cukup tinggi. Kompres hangat pada tubuh anak sekitar daerah dahi, dada,
dan ketiak. Kompres dengan air dingin (es) atau alkohol sangat tidak disarankan
mengingat anak dapat menggigil (sodikin, 2012). Penggunaan bawang merah juga dapat
bermanfaat untuk penurunan suhu tubuh pada anak yaitu dengan cara mengompres, hal
ini disebakan karena bawang merah mengandung senyawa sulfur organik yaitu
allycystein sulfoxide (Aliin) yang berfungsi untuk menghancurkan pembekuan darah
didalam tubuh. Cara yang dilakukan dalam pengolahan kompres bawang merah untuk
menurunkan demam pada anak yaitu kupas 5 butir bawang merah, parut kemudian
tambahkan dengan minyak kelapa secukupnya, lalu balurkan ke ubun-ubun anak. Setelah
dilakukan tindakan keperawatan yang dilakukan kepada pasien, dapat disimpulkan
bahwa ada pengaruh antara kompres hangat dan kompres bawang merah terhadap
penurunan suhu tubuh pada anak dengan demam. Hal ini dibuktikan dengan pengkajian
suhu tubuh anak pertama, sebelum dilakukan tindakan kompres hangat suhu tubuh
37,5ºC dan setelah dilakukan pemberian kompres hangat suhu tubuh 36º8C. Pada pasien
kedua dengan dilakukan tindakan kompres hangat sebelumnya suhu tubuh anak 38,5ºC
dan setelah diberikan tindakan kompres hangat suhu tubuh 37,0ºC. Pada pasien ketiga
sebelum dilakukan tindakan kompres bawang merah suhu tubuh38,4ºC dan setelah
dilakukan pemberian kompres bawang merah suhu tubuh 36,8ºC. Pada pasien keempat
sebelum dilakukan tindakan kompres bawang merah suhu tubuh 38,0ºC dan setelah
dilakukan kompres bawang merah suhu tubuh 36,9ºC .

9. ANALISA DAN SINTESIS INFORMASI

Berdasarkan keluhan yang dikeluhkan pasien pada kasus diatas tanda dan gejala yang
dikeluhkan pasien lebih mengarah pada penyakit otitis media sehingga kelompok
merumuskan diagnosa medis yang diangkat pada kasus di atas adalahotitis media dan
diagnose keperawatan yang di angkat adalah Hipertermia, Nyeri akut, dan Ketidakmampuan
koping keluarga

10. Laporan Diskusi


BAB I

KONSEP MEDIS

A. Otitis Media

1. Definisi

Otitis media adalah suatu peradangan sebagian atau seluruh mukosatelinga tengah, tuba
eustachius, antrum mastoid dan sel-sel mastoid. Otitismedia terbagi atas otitis media
supuratif dan non-supuratif, dimanamasing - masing memiliki bentuk akut dan kronis. Otitis
media akuttermasuk kedalam jenis otitis media supuratif. Selain itu terdapat jugajenis otitis
media spesifik, yaitu otitis media tuberkulosa, otitis mediasifilitik dan otitis media adhesive
(Ghanie, 2010). Otitis media terbagi berdasarkan durasipenyakit yaitu akut (otitis media
yang berlangsung selama < 3 minggu),subakut (otitis media yang berlangsung selama 3-12
minggu) dan kronis(otitis media yang berlangsung selama >12 minggu). (Anggreani, 2020)

2. Etiologi

Sumbatan pada tuba eustachius merupakan penyebab utama dariotitis media. Pertahanan
tubuh pada silia mukosa tuba eustachiusterganggu, sehingga pencegahan invasi kuman ke
dalam telinga tengahterganggu juga. Selain itu, ISPA juga merupakan salah satu
faktorpenyebab yang paling sering walaupun perkembangan dari OMSKmerupakan
lanjutan dari mulainya infeksi akut, bakteri yang ditemukanpada sekret otitis media
supuratif kronis berbeda dengan yang ditemukanpada otitis media supuratif akut. Bakteri
yang sering di jumpai padaOMSK adalah Pseudomonas aeruginosa, Staphylococcus aureus
danProteus sp. Sedangkan bakteri pada OMSA yaitu Streptococcus pneumoniae, H.
influenza dan Morexella kataralis. Bakteri lain yang dijumpai pada OMSK yaitu E. Coli,
Difteroid,Klebsiella dan bakteri anaerob seperti Bacteriodes sp. Infeksi telingabiasanya
masuk melalui tuba dan berasal dari hidung, sinus parasanal,adenoid atau faring. Dalam hal
ini penyebab biasanya adalah Pneumococcus, Streptococcus atau Haemophylus influenzae.
Tetapi pada OMSK keadaan ini agak berbeda karena adanya perforasi membrane timpani,
infeksi lebih sering berasal dari luar yang masuk melalui perforasitadi. (Anggreani, 2020)

Pengobatan penyakit infeksi ini sebaiknya berdasarkan kumanpenyebab dan hasil uji
kepekaan kuman Terjadinya OMSK hampir selalu dimulai dengan otitis mediaberulang
pada anak dan jarang dimulai setelah dewasa. Faktor infeksibiasanya berasal dari
nasofaring. (adenoiditis, tonsilitis, rinitis dansinusitis) mencapai telinga tengah melalui
tuba eustachius. Fungsi tubaeustachius yang abnormal merupakan faktor predisposisi yang
dijumpaipada anak dengan cleft palate dan Down's syndrom. Adanya tuba
patulousmenyebabkan refluk isi nasofaring yang merupakan faktor insiden OMSKyang
tinggi di Amerika Serikat .Faktor host yang berkaitan dengan insiden OMSK yang relatif
tinggiadalah defisiensi immun sistemik, kelainan humoral (seperti hipo
gammaglobulinemia) dan cell mediated (seperti infeksi HIV) dapat sebagaimanifestasi
sekresi telinga kronis. Penyebab OMSK antara lain menurut (Anggreani, 2020) :

a. Lingkungan

Hubungan penderita OMSK dan faktor sosial ekonomi mempunyaihubungan erat


dimanakelompok sosioekonomi rendah memilikiinsiden yang lebih tinggi. Tetapi sudah
hampir dipastikan hal ini berhubungan dengan kesehatan secara umum dan tempat
tinggal yang padat.

b. Genetik

Faktor genetik masih diperdebatkan sampai saat ini, terutama apakah insiden
OMSKberhubungan dengan luasnya sel mastoid yang dikaitkan sebagai faktor genetik.
Sistem sel-sel udara mastoid lebih kecil pada penderita otitis media, tapi belum
diketahui apakah hal ini primer atau sekunder.

c. Otitis media sebelumnya.

Secara umum dikatakan otitis media kronis merupakan kelanjutan dari otitis media akut
atau otitis media dengan efusi, tetapi tidak diketahui faktor apa yang menyebabkan
berkembang menjadi keadaan kronis.

d. Infeksi

Bakteri yang diisolasi dari mukopus atau mukosa telinga tengah hampir tidak bervariasi
pada otitis media kronik yang aktif. Organisme yang terutama dijumpai adalah gram
negatif, flora tipe usus dan beberapa organisme lainnya.

e. Infeksi saluran nafas atas

Banyak penderita mengeluh sekret telinga sesudah terjadi infeksi saluran nafas atas.
Infeksi bakteri dapat mempengaruhi mukosa telinga tengah menyebabkan menurunnya
daya tahan tubuh terhadap organisme yang secara normal berada dalam telinga tengah,
schingga memudahkan pertumbuhan bakteri.

f. Autoimun

Penderita dengan penyakit autoimun akan memiliki insiden lebih besar terhadap otitis
media kronis.
g. Alergi

Penderita alergi mempunyai insiden otitis media kronis yang lebih tinggi dibanding yang
bukan alergi.

h. Gangguan fungsi tuba eustachius.

Pada otitis kronis aktif, dimana tuba eustachius sering tersumbat oleh edema tetapi
apakah hal ini merupakan fenomena primer atau sekunder masih belum diketahui. Pada
telinga yang inaktif berbagai metode telah digunakan untuk mengevaluasi fungsi tuba
eustachius dan umumnya menyatakan bahwa tuba tidak mungkin mengembalikan
tekanan negatif menjadi normal.

3. Patogenesis

Patogenesis OMSK belum diketahui secara lengkap, tetapi dalam hal ini merupakan
stadium kronis dari otitis media akut (OMA) dengan perforasi yang sudah terbentuk diikuti
dengan keluarnya sekret yang terus menerus. Perforasi sekunder pada OMA dapat menjadi
kronis tapa kejadian infeksi pada telinga tengah misal perforasi kering dan disebut sebagai
keadaan inaktif dari otitis media kronis. Terjadinya otitis media nekrotikan terutama pada
masa anak-anak menimbulkan perforasi yang besar pada gendang telinga. Setelah penyakit
akut berlalu, gendang telinga tetap berlubang atau sembuh dengan membran yang atrofi
yang kemudian dapat kolaps kedalam telinga tengah, memberi gambaran otitis atelektasis.
(Anggreani, 2020)

4. Klasifikasi

OMSK dapat dibagi atas 2 tipe yaitu, menurut (Nursiah, 2003):

a. Tipe tubotimpani = tipe jinak = tipe aman = tipe rhinogen.

Penyakit tubotimpani ditandai oleh adanya perforasi sentral atau pars tensa dengan gejala
klinik yang bervariasi dari luas dan keparahan penyakit. Beberapa faktor lain yang
mempengaruhi keadaan ini terutama patensi tuba eustachius, infeksi saluran nafas atas,
pertahanan mukosa terhadap infeksi yang gagal pada pasien dengan daya tahan tubuh
yang rendah, disamping itu campuran bakteri aerob dan anaerob, luas dan derajat
perubahan mukosa, serta migrasi sekunder dari epitel skuamous. Sekret mukoid kronis
berhubungan dengan hiperplasia goblet sel, metaplasia dari mukosa telinga tengah pada
tipe respirasidan mukosiliar yang jelek. Secara klinis penyakit tubotimpani terbagiatas:

1) Penyakit aktif

Pada jenis in terdapat sekret pada telinga dan tuli. Biasanya didahului oleh perluasan
infeksi saluran nafas atas melalui tuba eutachius atau setelah berenang dimana kuman
masuk melalui liang telinga luar. Sekret bervariasi dari mukoid sampai mukopurulen.
Ukuran perforasi bervariasi dari sebesar jarum sampai perforasi subtotal pada pars
tensa dan jarang ditemukan polip yang besar pada liang telinga luar. Perluasan infeksi
ke sel - sel mastoid mengakibatkan penyebaran yang luas dan penyakit mukosa yang
menetap harus dicurigai bila tindakan konservatif gagal _untuk mengontrol infeksi
atau jika granulasi pada mesotimpanum dengan atau tapa migrasi sekunder dari kulit,
dimana kadang - kadang adanya sekret yang berpulsasi diatas kuadran posterosuperior.

2) Penyakit tidak aktif

Pada pemeriksaan telinga dijumpai perforasi total yang kering dengan mukosa telinga
tengah yang pucat. Gejala yang dijumpai berupa tuli konduktif ringan. Gejala lain
yang dijumpai seperti vertigo, tinnitus atau suatu rasa penuh dalam telinga. Faktor
predisposisi pada penyakit tubotimpani antara lain infeksi saluran nafas yang berulang,
alergi hidung, rhinosinusitis kronis, pembesaran adenoid pada anak, tonsilitis kronis,
mandi dan berenang dikolam renang, mengkorek telinga dengan alat yang
terkontaminasi, malnutrisi, hipogammaglobulinemia dan otitis media supuratif akut
yang berulang.

b. Tipe antikoantral = tipe ganas = tipe tidak aman = tipe tulang

Pada tipe ini ditemukan adanya kolesteatom dan berbahaya. Penyakit antikoantral lebih
sering mengenai pars flasida dan khasnya dengan terbentuknya kantong retraksi yang
mana bertumpuknya keratinsampai menghasilkan kolesteatom. Kolesteatom adalah suatu
massa amorf, konsistensi seperti mentega, berwarna putih dan terdiri dari lapisan epitel
bertatah yang telah nekrotis. Kolesteatom dapat dibagi atas 2 tipe yaitu kongenital dan
didapat.

5. Tanda dan Gejala

a. Telinga berair (otorrhoe)

Sekret bersifat purulen (kental, putih) atau mukoid (seperti air dan encer) tergantung
stadium peradangan. Sekret yang mukus dihasilkan oleh aktivitas kelenjar sekretorik
telinga tengah dan mastoid. PadaOMSK tipe jinak, cairan yang keluar mukopus tidak
berbau busuk dan sering kali sebagai reaksi iritasi mukosa telinga tengah oleh perforasi
membran timpani dan infeksi. Keluarnya sekret biasanya hilang timbul. Meningkatnya
jumlah sekret dapat disebabkan infeksi saluran natas atas atau kontaminasi dari liang
telinga luar setelah mandi atau berenang.

Pada OMSK stadium inaktif tidak dijumpai adanya sekret telinga.Sekret yang sangat
bau, berwarna kuning abu - abu kotor memberi kesan kolesteatoma dan produk
degenerasinya. Dapat terlihat keping - keping kecil, berwarna putih dan mengkilap. Pada
OMSK tipe ganas unsur mukoid dan sekret telinga tengah berkurang atau hilang karena
rusaknya lapisan mukosa secara luas. Sekret yang bercampur darah berhubungan dengan
adanya jaringan granulasi, polip telingamerupakan tanda adanya kolesteatom yang
mendasarinya. Suatu sekret yang encer berair tapa nyeri mengarah kemungkinan
tuberculosis.

b. Gangguan pendengaran

Ini tergantung dari derajat kerusakan tulang - tulang pendengaranBiasanya dijumpai tuli
konduktif namun dapat pula bersifat campuran.Gangguan pendengaran mungkin ringan
sekalipun proses patologi sangat hebat, karena daerah yang sakit ataupun kolesteatom
dapat menghambat bunyi dengan efektif ke fenestra ovalis. Apabila tidakdijumpai
kolesteatom, tuli konduktif kurang dari 20 db ini ditandai bahwa rantai tulang
pendengaran mash baik. Kerusakan dan fiksasi dari rantai tulang pendengaran
menghasilkan penurunan pendengaran lebih dari 30 db.

Beratnya ketulian tergantung dari besar dan letak perforasi membran timpani seta
keutuhan dan mobilitas sistem pengantaran suara ke telinga tengah. Pada OMSK tipe
maligna biasanya didapat tuli konduktif berat karena putusnya rantai tulang pendengaran,
tetapi sering kali juga kolesteatom bertindak sebagai penghantar suara sehingga ambang
pendengaran yang didapat harus diinterpretasikan secara hati- hati.Penurunan fungsi
kohlea biasanya terjadi perlahan - lahan dengan berulangnya infeksi karena penetrasi
toksin melalui jendela bulat (foramen rotundum) atau fistel labirin tapa terjadinya
labirinitis supuratif. Apabila terjadinya labirinitis supuratif akan terjadi tuli saraf berat,
hantaran tulang dapat menggambarkan sisa fungsi kohlea.

c. Otalgia (nyeri telinga)

Nyeri tidak lazim dikeluhkan penderita OMSK dan bila ada merupakan suatu tanda yang
serius. Pada OMSK keluhan nyeri dapat karena terbendungnya drainase pus. Nyeri dapat
berarti adanya ancaman komplikasi akibat hambatan pengaliran sekret, terpaparnya
durameter atau dining sinus lateralis seta ancaman pembentukan abses otak. Nyeri telinga
mungkin ada tetapi mungkin karena adanya otitis eksterna sekunder dan nyeri merupakan
tanda berkembangnya komplikasi OMSK seperti petrositis, subperiosteal abses atau
trombosis sinus lateralis.

d. Vertigo Vertigo

Vertigo pada penderita OMSK merupakan gejala yang seriuslainnya. Keluhan vertigo
seringkali merupakan tanda telah terjadinya fistel labirin akibat erosi dinding labirin oleh
kolesteatom. Vertigo yang timbul biasanya akibat perubahan tekanan udara yang
mendadakatau pada panderita yang sensitif keluhan vertigo dapat terjadi hanya karena
perforasi besar membran timpani yang akan menyebabkan labirin lebih mudah terangsang
oleh perbedaan suhu. Penyebaran infeksi ke dalam labirin juga akan menyebabkan
keluhan vertigo.Vertigo juga bisa teriadi akibat komplikasi serebelum. Fistulamerupakan
temuan yang serius karena infeksi kemudian dapat berlanjut dari telinga tengah dan
mastoid ke telinga dalam sehingga timbul labirinitis dan mungkin dapat berlanjut menjadi
meningitis. Uji fistula perlu dilakukan pada kasus OMSK dengan riwayat vertigo, uji ini
memerlukan pemberian tekanan positif dan negatif pada membran timpani, dengan
demikian dapat diteruskan melalui rongga telinga tengah.

Tanda- tanda klinis OMSK tipe maligna:

a. Adanya abses atau fistel retroaurikular.

b.Jaringan granulasi atau polip diliang telinga yang berasal dari kavum timpani.

c. Pus yang selalu aktif atau berbau busuk (aroma kolesteatom).

d. Foto rontgen mastoid adanya gambaran kolesteatom.

6. Penegakan Diagnosis

Diagnosis otitis media dapat ditegakkan dengan anamnesis dan pemeriksaan fisik yang
cermat. Beberapa teknik pemeriksaan dapat digunakan untuk menegakkan diagnosis
seperti otoskop, otoskop pneumatik, timpanometri dan timpanosintesis. Dengan otoskop
dapat dilihat adanya gendang telinga yang menggembung, perubahan warna gendang
telinga menjadi kemerahan atau agak kuning dan suram, serta cairan di liang telinga
(Munilson, J.; Edward, Y & Yolazenia).

Otitis media didiagnosis dengan melihat membran timpani menggunakan otoscope. Tes
diagnostik lain adalah dengan mengukur kelenturan membran timpani
dengantympanometer. Dari tes ini akan tergambarkan ada tidaknya akumulasi cairan di
telinga bagian tengah.Pemeriksaan lain menggunakan X ray dan CT Scan ditujukan untuk
mengkonfirmasi adanya mastoiditis dan nekrosis tulang pada otitis maligna ataupun
kronik.

7. Pemeriksaan Klinik

Untuk melengkapi pemeriksaan, dapat dilakukan pemeriksaan klinik sebagai berikut :

a.Pemeriksaan Audiometri

Pada pemeriksaan audiometri penderita OMSK biasanya didapati tuli konduktif. Tapi
dapat pula dijumpai adanya tuli sensori neural, beratnya ketulian tergantung besar dan
letak perforasi membran timpani serta keutuhan dan mobilitas sistem /penghantaran suara
ditelinga tengah.
b.Pemeriksaan Radiologi.

Pemeriksaan radiografi daerah mastoid pada penyakit telinga kronis nilai diagnostiknya
terbatas dibandingkan dengan manfaat otoskopi dan audiometri. Pemeriksaan radiologi
biasanya mengungkapkan mastoid yang tampak sklerotik, lebih kecil dengan
pneumatisasi lebih sedikit dibandingkan mastoid yang satunya atau yang normal. Erosi
tulang terutama pada daerah atik memberi kesan kolesteatom .

c. Bakteriologi

Walapun perkembangan dari OMSK merupakan lanjutan dari mulainya infeksi akut,
bakteriologi yang ditemukan pada sekret yang kronis berbeda dengan yang ditemukan
pada otitis media supuratif akut.Pada OMSK keadaan ini agak berbeda karena adanya
perforasi membran timpani, infeksi lebih sering berasal dari luar yang masuk melalui
perforasi tadi. Pengobatan penyakit infeksi ini sebaiknya berdasarkan kuman penyebab
dan hasil uji kepekaan kuman.

8. Penatalaksanaan

Prinsip pengobatan tergantung dari jenis penyakit dan luasnya infeksi, dimana pengobatan
dapat dibagi atas (Anggreani, 2020) :

a. Konservatif

b. Operasi
BAB II
KONSEP KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN
1. Identitas
a. Pasien
Nama :  Tidak Terkaji
Jenis Kelamin               :   Laki-laki            
Umur                            :   11 Tahun
Agama                          :  Tidak Terkaji
Suku/bangsa                 :   Tidak Terkaji
Pendidikan                   :   Tidak Terkaji
Pekerjaan                       :   Tidak Terkaji
Alamat                         :   Tidak Terkaji
b. Penanggung Jawab
Nama                            :    (Ibu klien)
Umur                            :    Tidak Terkaji
Jenis Kelamin               :    Tidak Terkaji
Agama                          :    Tidak Terkaji
Pekerjaan : Tidak Terkaji
Alamat : Tidak Terkaji
Tanggal masuk : Tidak Terkaji
Tanggal pengkajian : Tidak Terkaji
1. Riwayat kesehatan
a. Kesehatan sekarang
1) Keluhan utama : Telinga teras sakit dan sering mengeluarkan nanah
2) Keluhan menyertai : Mengeluh pusing dan sakit kepala

b. Riwayat kesehatan dahulu : Tidak ada


2. Pola aktivitas fisik sehari-hari
a. Nutrisi : Tidak Terkaji
b. Eliminasi : Tidak Terkaji
c. Istirahat dan Tidur : Tidak Terkaji
d. Aktifitas Fisik :Tidak Terkaji
e. Personal Hygiene : Tidak Terkaji
3. Data psikososial
a. Status Emosi : Tidak Terkaji
b. Konsep Diri : Tidak Terkaji
c. Interaksi Sosial : Tidak Terkaji
4. Pengkajian fisik
a. Keadaan Umum : Tidak Terkaji
b. Kesadaran : Tidak Terkaji
c. Tanda vital :
Tekanan darah : 100/70 mmHg
Nadi : 90 x/mnt
Respirasi : 18x/mnt
Suhu tubuh : 39℃
d. Kepala : Klien mengeluh pusing dan sakit kepala

e. Neurosensori : a. Telinga : terasa sakit, mengeluarkan nanah, nyeri


Telinga skala 6
f. Leher : Tidak Terkaji
g. Dada dan Thorak :
Inpeksi : Tidak Terkaji
Palpasi : Tidak Terkaji
Perkusi : Tidak Terkaji
Auskultasi : Tidak Terkaji
h. Abdomen : Tidak Terkaji
i. Ekstremitas : Tidak Terkaji
j. Genetalia : Tidak Terkaji
5. Pemeriksaan penunjang
a. EKG : Tidak Terkaji
PATHWAY

Otitis eksterna

Sirkumskripta

½ telinga

Mengandung adneksa
kulit

Infasi stapilokokus

Proses peradangan
(INFEKSI)

Menghasilkan Pengeluaran Zat Perubahan Status Kesehatan


mediator kimia Pirogen Edogen
(bradikinin,
serotonin,histamine) Kurang Informasi,
Peningkatan Kesalahan interpretasi
Sepoin
Nosiseptor Dihipotalamus
Anggota keluarga lambat
Hipotalamus mengambil keputusan
Hipertermi
untuk penannganan
Medulaoblongata
Prognosis penyakit memburuk
Korteks serebri

Ketidakmampuan
Nyeri Akut koping keluarga
B. Diagnosa keperawatan
1. Nyeri akut b.d proses penyakit d.d skala nyeri 6
2. Hipertermia b.d proses inflamasi d.d SB: 390C
3. Ketidakmampuan koping keluarga b.d resistensi keluarga terhadap perawatan/pengobatan
yang kompleks d.d ibu klien cemas dan rasa bersalah baru membawa klien ke puskemas
hari ini, sementara keluhan klien sudah 1 bulan
C. Analisa Data

No Data Etiologi Diagnosa Keperawatan

1. DS: Otitis eksterna Nyeri Akut

- Klien mengeluh Sirkumskripta


telinganya terasa
sakit ½ liang telinga
- Klien mengeluh
pusing dan sakit Mengandung adneksa kulit
kepala
Invasi stapilococus

DO: Proses peradangan (infeksi)

- Klien merintih Menghasilkan mediator


kesakitan kimia (bradikinin, serotonin,
histamine)
- Skala nyeri 6 (0-10)
Nosiseptor

Hipotalamus

Medulla oblongata

Korteks serebri

Nyeri Akut

2. DS: Otitis eksterna Hipertermia

- Sirkumskripta

DO: ½ liang telinga

-SB: 390C Mengandung adneksa kulit


- Telinga klien sering Invasi stapilococus
mengeluarkan nanah
Proses peradangan (infeksi)

Pengeluaran zat pirogen


endogen

Peningkatan sepoin di
hipotalamus

Hipertermia

3. DS: Otitis eksterna Ketidakmampuan Koping


Keluarga
- Ibu klien merasa Sirkumskripta
bersalah
½ liang telinga
DO:
Mengandung adneksa kulit
- Ibu klien nampak
cemas Invasi stapilococus
- Ibu klien baru
membawa klien ke Proses peradangan (infeksi)
puskesmas hari ini,
sementara keluhan Perubahan status kesehatan
klien sudah 1 bulan
Kurang informasi, kesalahan
interpretasi

Anggota keluarga lambat


mengambil keputusan

Prognosis penyakit
memburuk

Ketidakmampuan koping
keluarga

D. Intervensi keperawatan

No SDKI SLKI SIKI

1 Nyeri akut b.d proses Setelah dilakukan Manajemen nyeri


penyakit d.d skala nyeri 6 intervensi selama 3x24 jam
maka tingkat nyeri Observasi
Definisi : menurun dengan criteria - Identifikasi lokasi,
hasil: karakteristik, durasi,
Pengalaman sensorik atau frekuensi, kualitas,
emosional yang berkaitan - keluhan nyeri intensitas nyeri
dengan kerusakan menurun (5) - Identifikasi skala nyeri
jaringan actual atau - Identifikasi respon nyeri non
fungsional, dengan onset verbal
mendadak atau lambat - Identifikasi faktor yang
dan berintensitas ringan memperberat dan
hingga berat yang memperingan nyeri
berlangsung kurang dari 3 - Monitor keberhasilan terapi
bulan. komplementer yang sudah
diberikan
- Monitor efek sampan
DS: gpenggunaan analgetik
Terapeutik
- Klien mengeluh
telinganya - Berikan teknik non
terasa sakit farmakologis untuk
- Klien mengeluh mengurangi rasa nyeri
pusing dan - Kontrol lingkungan yang
sakit kepala memperberat rasa nyeri
(mis, suhu ruangan,
DO: pencahayaan, kebisingan)
- Fasilitasi istirahat dan tidur
- Klien merintih - Pertimbangkan jenis dan
kesakitan sumber nyeri dalam
pemilihan strategi
- Skala nyeri 6 (0- meredakan nyeri
10) Edukasi

- Jelaskan penyebab, periode,


dan pemicu nyeri
- Jelaskan strategi meredakan
nyeri
- Anjurkan memonitor nyeri
secara mandiri
- Anjurkan menggunakan
analgetik secara tepat
- Ajarkan teknik non
farmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberianan
algetik, jika perlu

2 Hipertermia b.d proses Setelah dilakukan Manajemen hipertermia


inflamasi d.d SB: 390C intervensi selama 3x24 jam
maka termoregulasi
membaik dengan criteria Observasi
hasil:
Definisi :
- Identifikasi penyebab
- suhu tubuh menurun (5)
Suhu tubuh meningkat di hipertermia
atas rentang normal - sensasi menurun (5) - monitor suhu tubuh
tubuh. - monitor kadar elektrolit
- monitor haluaran urine
-
terapeutik
DS:
-
longggarkan atau lepaskan
- pakaian
- basahi dan kipasi
permukaan tubuh
DO: - berikan cairan oral
- ganti linen setiap hari atau
-SB: 390C lebih sering jika mengalami
hiperhidrosis
- Telinga klien sering - lakukan pendingin eksternal
mengeluarkan nanah (mis. Selimut hipetermia
atau kompres dingin pada
dahi, leher, dada, abdomen,
aksila)

edukasi

anjurkan tirah baring

kolaborasi

kolaborasi pemberian cairan dan


elektrolit intravena, jika perlu
Pemberian obat

observasi

- Identifikasi kemungkinan
alergi, interaksi, dan
kontraindikasi obat
- Verifikasi order obat sesuai
indikasi
- Periksa tanggal kadaluwarsa
obat
- Monitor tanda-tanda vital dan
nilai laboratorium sebelum
pemberian obat, jika perlu
- Monitor efek terapeuti kobat
- Monitor efek samping,
toksisitas, dan interaksi obat

Terapeutik

- Perhatikan prosedur pemberian


obat yang aman dan akurat
- Hindari interupsi saat
mempersiapkan, memverifikasi,
atau mengelola obat
- Lakukan prinsip enam benar
(pasien, obat, dosis, rute,
waktu, dokumentasi)
- Perhatikan jadwal pemberian
obat jenis hipnotik, narkotika,
dan antibiotik
- Hindari pemberian obat yang
tidak diberi label dengan benar
- Buang obat yang tidak terpakai
atau kadaluwarsa
- Fasilitasi minum obat
- Tandatangani pemberian
narkotika, sesuai protokol
- Dokumentasikan pemberian
obat dan respons terhadap obat

Edukasi

- Jelaskan jenis obat, alas an


pemberian, tindakan yang
diharapkan, dan efek samping
sebelum pemberian
- Jelaskan faktor yang dapat
meningkatkan dan menurunkan
efektifitas obat

Kolaborasi

3 Ketidakmampuan koping Setelah dilakukan Dukungan koping keluarga


keluarga b.d resistensi intervensi selama 3x24 jam
keluarga terhadap maka status koping Observasi
perawatan/pengobatan membaik dengan criteria
- Identifikasi respons emosional
yang kompleks d.d ibu hasil :
terhadap kondisi saat ini
klien merasa cemas dan
rasa bersalah baru -verbalisasi mengatasi - Identifikasi beban prognosis
kemampuan mengatasi secara psikologis
membawa klien ke
masalah (5) - Identifikasi pemahaman tentang
puskesmas hari ini, keputusan perawatan setelah
sementara keluhan klien pulang
sudah 1 bulan - Identifikasi kesesuaian antara
harapan pasien, keluarga dan
tenaga kesehatan
Definisi :
Terapeutik
Ketidak mampuan menilai
dan merespons stressor - Dengarkan masalah, perasaan,
dan/atau ketidak dan pertanyaan keluarga
mampuan menggunakan - Terima nilai-nilai keluarga
sumber-sumber yang ada dengan cara yang tidak
untuk mengatasi masalah. menghakimi
- Diskusikan rencana medis dan
perawatan
- Fasilitasi pengungkapan
DS: perasaan antara pasien dan
keluarga atau antar anggota
- Ibu klien merasa keluarga
bersalah - Fasilitasi pengambilan
DO:
keputusan dalam merencanakan
- Ibu klien perawatan jangka panjang, jika
nampak cemas perlu
- Ibu klien baru - Fasilitasi anggota keluarga
membawa klien dalam mengidentifikasi dan
ke puskesmas penyelesaian konflik nilai
hari ini, - Fasilitasi pemenuhan kebutuhan
sementara dasar keluarga
keluhan - Fasilitasi memperoleh
sakitnya sudah 1 pengetahuan, keterampilan dan
bulan peralatan yang diperlukan untuk
mempertahankan keputusan
perawatan pasien
- Hargai koping adaptif yang
digunakan

Edukasi

- Informasikan fasilitas
perawatan kesehatan yang
tersedia

Kolaborasi

- Rujuk untuk terapi keluarga ,


jika perlu

Reduksi Ansietas

Observasi
-Identifikasi saat tingkat ansietas
berubah (mis. Kondisi, waktu,
stressor)
-Identifikasi kemampuan
mengambil keputusan
-Monitor tanda-tanda ansietas
(verbal dan nonverbal)

Terapeutik
-Ciptakan suasan terapeutik untuk
menumbuhkan kepercayaan
-Temani klien untuk mengurangi
kecemasan, jika
memungkinkan
-Pahami situasi yang membuat
ansietas
-Dengarkan dengan penuh
perhatian
-Gunakan pendekatan yang tenang
dan meyakinkan
-Motivasi mengidentifikasi situasi
yang memicu kecemasan
-Diskusikan perencanaan yang
realistis tentang peristiwa yang
akan datang

Edukasi
-Jelaskan prosedur, termasuk
sensasi yang mungkin dialami
-Informasikan secara faktual
mengenai diagnosis,
pengobatan dan prognosis
-Anjurkan keluarga lainnya untuk
mendampingi
-Anjurkan mengungkapkan
perasaan dan persepsi
-Anjurkan kegiatan untuk
mengurangi ketegangan
-Latih penggunaan mekanisme
pertahanan diri yang tepat
-Ajarkan dan latih tekhnik
relaksasi

Kolaborasi
-Kolaborasi pemberian obat
antiansietas, jika perlu

E. Implementasi
Pelaksanaan tindakan keperawatan (implementasi keperawatan) adalah pelaksanaan
tindakan yang telah ditentukan, dengan maksud agar kebutuhan pasien terpenuhi secara
optimal. Pelaksanaan tindakan keperawatan adalah implementasi keperawatan terhadap
pasien secara urut sesuai prioritas masalah yang sudah dibuat dalam rencana asuhan
keperawatan termasuk di dalamnya nomor urut dan waktu ditegakkannya suatu
pelaksanaan asuhan keperawatan (Basri, Utami, & Mulyadi, 2020).

F. Evaluasi
Evaluasi keperawatan merupakan fase akhir dalam proses keperawatan. Evaluasi
dapat berupa evaluasi struktur, proses dan hasil. Evaluasi terdiri dari evaluasi formatif
yaitu menghasilkan umpan balik selama program berlangsung. Sedangkan evaluasi sumatif
dilakukan setelah program selesai dan mendapatkan informasi efektivitas pengambilan
keputusan. Evaluasi asuhan keperawatan didokumentasikan dalam bentuk SOAP
(subjektif, objektif, assesment, planing) (Warsiki. 2020).

DAFTAR PUSTAKA

Anggreani.2016. Identifikasi Dan Uji Kepekaan Bakteri Terhadap Antibiotic Pada Secret
Telinga Penderita Otitis Media Di Poli Klinik THT RSUD Prof.Dr. Margono Soekardjo
Purwokerto.Purwokerto

Evyana, 2018. Asuhan Keperawatan Penerapan Kompres Hangat Dan Kompres Bawang Merah
Terhadap Penurunan Suhu Tubuh Anak Dengan Demam Di Puskesmas Kedungmundu
Semarang. Semarang

Millennia.2022.Manifestasi Otologik Dari Penyakit Sistemik: Herpes Zoster Oticus (HZO).


Mataram

Simanulang. 2018. Identifikasi dan uji kepekaan antibiotika terhadap bakteri penyebab infeksi
pasca operasi di rs. Tk-ii putri hijau medan. Medan

Sumandri. 2022. Barotrauma Telinga Tengah (Middle Ear Barotrauma). Mataram

PPNI, T. P. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Jakarta Selatan: DPP PPNI.

PPNI, T. P. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. Jakarta Selatan: DPP PPNI.

PPNI, T. P. (2019). Standar Luaran eperawatan Indonesia. Jakarta Selatan: DPP PPNI.

Anda mungkin juga menyukai