Anda di halaman 1dari 20

“CLINICAL PRACTICE GUIDELINES

PADA KASUS PNEUMONIA”

LISA ANGGRYANI

PO715241192007

POLITEKNIK KESEHATAN MAKASSAR

PRODI PROFESI FISIOTERAPI

TAHUN AJARAN 2020

A. PENDAHULUAN 1. Definisi
Pneumonia merupakan penyakit perubahan pola pernafasan,
respiratorik akut yang ditandai dengan perubahan postur tubuh, gangguan
batuk, sesak napas, demam, dengan aktivitas sehari-hari karena
gambaran infiltrat pada foto rontgen keluhan-keluhan tersebut di atas
torak. Salah satu definisi klinik klasik dan berat badan menjadi menurun,
mrnyatakan pneumonia adalah sindrom tumbuh dan kembang anak dapat
klinis yang dapat didefinisikan terhambat bila tidak segera
berdasarkan gejala, tanda, dan perjalanan dilakukan fisioterapi.
penyakitnya (Supriyatno, 2006). Modalitas fisioterapi dapat
Pneumonia sering terjadi bersamaan mengurangi bahkan mengatasi
dengan terjadinya proses infeksi akut gangguan terutama yang
pada bronkus yang disebut berhubungan dengan gerak dan
bronkopneumonia. Dalam pelaksanaan fungsi menggunakan chest terapi
pemberantasan penyakit, semua bentuk yang berupa postural drainage,
pneumonia (baik pneumonia maupun perkusi dan vibrasi akan
bronkopneumonia) disebut sebagai mengurangi atau menghilangkan
pneumonia (Depkes, 2005). sputum dan spasme otot
Menurut Misnadiarly (2008), pernapasan, membersihkan jalan
pneumonia adalah infeksi yang napas, membuat menjadi nyaman,
menyebabkan paru-paru . dan sel– melegakan saluran pernapasan dan
sel tubuh mengalami kekurangan akhirnya batuk pilek dapat
oksigen. terhentikan (Helmi, 2005).
Menurut Burke A. Cunha, Akhirnya memperbaiki pola
MD, (2010) pneumonia adalah fungsi pernapasan, meningkatkan
gangguan menular /peradangan ketahanan dankekuatan otot-otot
paru pada parenkim paru-paru. pernapasan.
Kebanyakan pasien memiliki 2. Data Epidemiologi
gejala demam, menggigil, gejala Pneumonia bukanlah penyakit tunggal
gangguan paru (batuk produktif, melainkan dapat terjadi karena
dyspnea, produksi sputum bermacam-macam penyebab dan
berlebih, pleuritic, nyeri dada), diketahui adanya sumber infeksi. Sumber
dan satu atau lebih utama infeksi adalah bakteri, virus,
infiltrat/opacities pada hasil foto mikroplasma, jamur, dan berbagai
x-ray dada. senyawa kimia maupun partikel. Penyakit
Berdasarkan sudut pandang ini dapat terjadi pada semua umur namun
fisioterapi, pasien pneumonia manifestasi klinik terparah sering terjadi
menimbulkan berbagai tingkat pada anak dan penderita penyakit kronis
gangguan yaitu berupa kesulitan (Sukandar, 2008). Angka mortalitas di
mengeluarkan sputum, terjadinya negara maju seperti Amerika terdapat
sebanyak 4 juta kasus dengan 3. Etiologi
pengeluaran biaya sebesar 23 milyar dolar Etiologi pneumonia dapat
AS pada sistem pelayanan kesehatan bervariasi, yaitu dapat disebabkan
(Glover dan Reed, 2005) bakteri, virus, jamur, dan
Menurut survei kesehatan nasional (SKN) protozoa. Mikroorganisme
2011 terdapat 27,6 % kematian bayi dan tersering penyebab pneumonia
22,8% kematian balita di Indonesia adalah bakteri.1,3
disebabkan oleh penyakit respiratori, Pneumonia bakterial dibagi menjadi dua
terutama pneumonia. Pada suatu bakteri penyebabnya yaitu1,4
penelitian di Amerika Serikat meneliti a. Bakteri
bahwa pneumonia juga merupakan 1. Typical organism
penyebab mortalitas yang tinggi pada Penyebab pneumonia berasal
lansia yang menjalani perawatan di ICU dari gram positif berupa :
(Intensive Care Unit) dimana dari 17,537  Streptococcus pneumoniae:
pasien terdapat diantaranya 1,062 pasien merupakan bakteri anaerob
meninggal akibat sepsis, 1,802 pasien fakultatif. Bakteri patogen ini
meninggal akibat pneumonia, 42 pasien ditemukan pneumonia
meninggal akibat CLABSI (central-line- komunitas rawat inap di luar
associated bloodstream infection) dan 52 ICU sebanyak 20-60%,
kasus pasien meninggal akibat VAP ( sedangkan pada pneumonia
ventilator-associated pneumonia).1 komunitas rawat inap di ICU
Menurut World Health Organization sebanyak 33%.
(WHO), penyakit infeksi saluran  Staphylococcus aureus: bakteri
pernapasan bawah merupakan kasus anaerob fakultatif. Pada pasien
infeksius penyebab kematian terbesar di yang diberikan obat secara
seluruh dunia (urutan ketiga dari intravena (intravena drug
penyebab kematian secara umum), abusers) memungkinkan infeksi
dengan angka kematian mencapai 3,5 juta kuman ini menyebar secara
setiap tahunnya2. Dari data SEAMIC hematogen dari kontaminasi
Health Statistic 2001 influenza dan injeksi awal menuju ke paru-
pneumonia merupakan penyebab paru. Kuman ini memiliki daya
kematian nomor 6 di Indonesia, nomor 9 taman paling kuat, apabila suatu
di Brunei, nomor 7 di Malaysia, nomor 3 organ telah terinfeksi kuman ini
di Singapura, nomor 6 di Thailand dan akan timbul tanda khas, yaitu
nomor 3 di Vietnam. Hasil Survei peradangan, nekrosis dan
Kesehatan Rumah Tangga Depkes tahun pembentukan abses. Methicillin-
2001, penyakit infeksi saluran napas resistant S. Aureus (MRSA)
bawah menempati urutan ke-2 sebagai memiliki dampak yang besar
penyebab kematian di Indonesia.2 dalam pemilihan antibiotik
dimana kuman ini resisten Bakteri yang termasuk
terhadap beberapa antibiotik. atipikal adalah Mycoplasma sp.,
 Enterococcus (E. faecalis, E chlamydia sp. , Legionella sp.
faecium) : organisme b. Virus
streptococcus grup D yang Disebabkan oleh virus
merupakan flora normal usus. influenza yang menyebar melalui
Penyebab pneumonia berasal droplet, biasanya menyerang pada
dari gram negatif sering pasien dengan imunodefisiensi.
menyerang pada pasien defisiensi Diduga virus penyebabnya adalah
imun (immunocompromised) atau cytomegalivirus, herpes simplex
pasien yang dirawat di rumah virus, varicella zooster virus.
sakit, dirawat di rumah sakit c. Fungi
dalam waktu yang lama dan Infeksi pneumonia akibat
dilakukan pemasangan jamur biasanya disebabkan oleh
endotracheal tube. jamur opportunistik, dimana spora
Contoh bakteri gram negatif jamur masuk ke dalam tubuh saat
dibawah adalah : menghirup udara. Organisme yang
 Pseudomonas aeruginosa: menyerang adalah Candida
bakteri anaerob, bentuk batang sp.,Aspergillus sp., Cryptococcus
dan memiliki bau yang sangat neoformans.
khas. 4. Proses Patologi
 Klebsiella pneumonia: bakteri Proses pneumonia terkait dengan tiga
anaerob fakultatif, bentuk faktor yaitu keaadan (imunitas) pasien,
batang tidak berkapsul. Pada mikroorganisme yang menyerang pasien
pasien alkoholisme kronik, dan lingkungan yang berinteraksi satu
diabetes atau PPOK (Penyakit sama lain.3 Dalam keadaan sehat, pada
Paru Obstruktif Kronik) dapat paru tidak akan terjadi pertumbuhan
meningkatkan resiko terserang mikroorganisme, keadaan ini disebabkan
kuman ini. oleh adanya mekanisme pertahanan paru.
 Haemophilus influenza: bakteri Adanyanya bakteri di paru merupakan
bentuk batang anaerob dengan akibat ketidakseimbangan antara daya
berkapsul atau tidak berkapsul. tahan tubuh, mikroorganisme dan
Jenis kuman ini yang memiliki lingkungan, sehingga mikroorganisme
virulensi tinggi yaitu dapat berkembang biak dan berakibat
encapsulated type B (HiB) timbulnya sakit.11
Ada beberapa cara mikroorganisme
2. Atypical organism mencapai permukaan: 1) Inokulasi
langsung; 2) Penyebaran melalui darah;
3) Inhalasi bahan aerosol, dan 4) bakteri maka akan nampak empat zona
Kolonosiasi di permukaan mukosa.2 Dari (Gambar 1) pada daerah pasitik parasitik
keempat cara tersebut, cara yang terset yaitu : 1) Zona luar (edama): alveoli
terbanyak adalah dengan kolonisasi. yang tersisi dengan bakteri dan cairan
Secara inhalasi terjadi pada virus, edema; 2) Zona permulaan konsolidasi
mikroorganisme atipikal, mikrobakteria (red hepatization): terdiri dari PMN dan
atau jamur. Kebanyakan bakteria dengan beberapa eksudasi sel darah merah; 3)
ikuran 0,5-2,0 mikron melalui udara dapat Zona konsolidasi yang luas (grey
mencapai brokonsul terminal atau alveol hepatization): daerah tempat terjadi
dan selanjutnya terjadi proses infeksi. fagositosis yang aktif dengan jumlah
Bila terjadi kolonisasi pada saluran napas PMN yang banyak; 4) Zona resolusi E:
atas (hidung, orofaring) kemudian terjadi daerah tempat terjadi resolusi dengan
aspirasi ke saluran napas bawah dan banyak bakteri yang mati, leukosit dan
terjadi inokulasi mikroorganisme, hal ini alveolar makrofag.2
merupakan permulaan infeksi dari 5. Gambaran Klinis
sebagian besar infeksi paru. Aspirasi dari Gejala khas dari pneumonia
sebagian kecil sekret orofaring terjadi adalah demam, menggigil,
pada orang normal waktu tidur (50%) berkeringat, batuk (baik non
juga pada keadaan penurunan kesadaran, produktif atau produktif atau
peminum alkohol dan pemakai obat (drug menghasilkan sputum berlendir,
abuse). Sekresi orofaring mengandung sakit dada karena pleuritis dan
konsentrasi bakteri yang sanagt tinggi 108- sesak. Gejala umum lainnya
10
/ml, sehingga aspirasi dari sebagian adalah pasien lebih suka
kecil sekret (0,001 - 1,1 ml) dapat berbaring pada yang sakit
memberikan titer inokulum bakteri yang dengan lutut tertekuk karena
tinggi dan terjadi pneumonia.2,3 nyeri dada. Pemeriksaan fisik
Hasil yang masuk bersama sekret bronkus didapatkan retraksi atau
ke dalam alveoli menyebabkan reaksi penarikan dinding dada bagian
radang berupa edema seluruh alveoli bawah saat pernafas, takipneu,
disusul dengan infiltrasi sel-sel PMN dan kenaikan atau penurunan taktil
diapedesis eritrosit sehingga terjadi fremitus, perkusi redup sampai
permulaan fagositosis sebelum terbentuk pekak menggambarkan
antibodi. Sel-sel PNM mendesak bakteri konsolidasi atau terdapat cairan
ke permukaan alveoli dan dengan bantuan pleura, ronki, suara pernafasan
leukosit yang lain melalui psedopodosis bronkial, pleural friction rub.3
sistoplasmik mengelilingi bakteri tersebut B. PROSES DIAGNOSTIK
kemudian terjadi proses fagositosis. pada 1. Inspeksi
waktu terjadi perlawanan antara host dan a. Statis
1) Peralatan (alat bantu)
2) Tingkat kesadaran 2) Expansi Middle Lobus ; 
3) Wajah dan anggota gerak Lying ; kedua ujung thumb di
4) Bahu : nampak elevasi karena processus Xyphoideus dan jari-jari
ketegangan otot asesori di extensikan ke lateral costa 
pernapasan, Postur lean pasien Idem no. 1
forward(bungkuk) saat duduk 3) Expansi Lower Lous;  Sitting ;
atau berdiri kedua ujung Thumb di medulla
5) Bentuk thoraks spinalis (sejajar lower Costa) dan
6) Pola napas: ditemukan jari – jari diekstensikan sejajar
dengan rasio 1:4 (1 kali costa pasien ekspirasi full lalu
inspirasi dengan 4 kali Deep inspirasi dalam
ekspirasi) normal adalah 1:2(1 4) Selama pasien Expirasi dan
kali inspirasi dengan 2 kali Inspirasi  Cek apakah gerakan
ekspirasi).Pola napas Chest simetris
ditemukan tachypnea yaitu b. Taktil premitus
respirasi cepat dan dangkal Tujuan : untuk mengetahui bunyi
7) Batuk dengan dahak(sputum) getaran suara pada dinding thoraks.
yang sulit keluar Periksa premitus suara (taktil
8) Sesak napak yang sering premitus)
mungcul Cara 1 menggunakan telapak tangan
9) Sering memegang dada karena 1) Letakkan tangan di upper, midle
menahan nyeri dada dan lower pada belakang pasien
b. Dinamis 2) Pasien diarahkan untuk inspirasi
1) Kesulitan berjalan jauh karena lalu menyebutkan angka 99
sesak napas dan nyeri pada 3) Apabila getaran lebih besar berarti
dada ada udara dalam rongga thoraks.
2. Palpasi Apabila tidak ada getaran berarti ada
a. Gerakan pengembangan Chest cairan atau benda padat pada thoraks
Kedua tangan diatas chest pasien dan Hasil : terdapat getaran antara
periksa pengembangan tiap bagian paru-paru kanan dan kiri
chest selama inspirasi dan expirasi berbeda , dan salah satunya
Tiap lobus paru-paru dicek dengan kurangnya getaran menandakan
: bahwa terdapat sputum pada
1) Expansi Upper Lobus :  Pasien paru-paru
lying ; kedua thumb di mid c. Palpasi otot Aksesor
sternal line Sternal Notch), jari-
jari extensi di atas kedua clavicula
 pasien Full expirasi lalu Deep 3. Perkusi
Inspirasi
Tujuan : Untuk mengetahui adanya c. Teknik Pelaksanaan :Posisi duduk
udara atau sputum serta letak cairan comfortable dan rileks , stetoskop
atau sputum dengan cara tempatkan diletakkan sejajar dengan T-2 , T-6 ,
jari-jari di dinding chest (anteior dan T-10 dinding dada kiri dan kanan
posterior) lalu ketuk pada kuku dengan bagian anterior dan posterior thorax
2 ujung jari tangan lainnya lalu anjurkan pasien deep inspirasi
dan ekspirasi dengan perlahan.
Bunyi resonan adalah normal,bunyi
dull dan datar bila ada cairan (sekresi)
atau tumor dalam paru – paru dan
bunyi Hyperresonan jumlah udara
meningkat dalam thorax

Hasil: ronkhi pada kedua paru.


5. Pemeriksaan Mobilitas Thoraks
Menggunakan Meteran
1). Pengembangan Chest dapat juga di
ukur dengan meteran pada 3
tempat yi; Axilla, Xyphoid dan
Hasil : terdapat bunyi dull yang
subcotal )
menandakan terdapat sputum pada
2). Mengukur dengan cara ;
lobus
menempatkan kedua Thumb
4. Auskultasi
seperti poin no. 1, 2, dan 3 lalu
a. Tujuan Untuk mendengar suara
dukur jarak kedua ujung thumb
khususnya suara nafas dan Bunyi
setelah inspirasi dalam (Expirasi
nafas normal dan abnormal terjadi
Full lalu Deep Inspirasi )
akibat gerakan udara di airway
3) Normal 3,5cm-7cm
selama inspirasi dan expirasi
3) Hasil ukur pada 3 tempat yaitu
b. Teknik Menggunakan stetoskop
 Upper Lobus : Axilla
untuk mengevaluasi :
(Normal
1) Untuk indentifikasi area paru yg
 Middle Lobus: Processus
terganggu dan tempat/lokasi teknik
xhipoid
PD akan dilakukan
2) Untuk menentukan efektivitas  Lower Lobus : Subcostal
terapi PD
3) Untuk menentukan apakah paru– 6. Pemerikaan Ventilasi Paru
paru bersih atau tidak dan apakah a. Meniup lilin jarak 15 inchi selama 6
PD perlu stop atau diteruskan detik..
b. Pengukuran spirometri
Spirometri adalah pengukuran 5) Cara mengetahui Hasil
volume dan aliran udara yang masuk Spirometri yaitu pada hasil
dan keluar paru-paru. Spirometer Spirometri terdapat grafik dan
dapat mengukur volume paru, seperti data berupa angka yang
volume tidal dan kapasitas paru, menggambarkan volume dan
seperti kapasitas total. kapasitas paru. Perhatikan angka
1) Prosedur pada pengukuran yang tertera pada bagia FEV1
Kapasitas Vital Paksa (KVP) dan dan FVC
Volume Ekspirasi detik pertama 6) FEV1 adalah seberapa banyak
(VEP1) Menarik nafas sedalam- udara yang dapat dihembuskan
dalamnya napas dengan kuat
2) Pasien diminta melakukan 3 kali 7) FVC adalah seberapa banyak
pemeriksan spiromteri. udara yang mampu dihembuskan
Pemeriksaan pertama, pasien keluar dengan kuat setelah
akan diminta penjepit hidung menarik napas dalam
dan moutphiece, Lalu menarik 8) Selain FEV1 dan FVC terdapat
tanpa terputus selama beberapa juga rasio FEV1/FVC/Simple
detik. rasio ini ingin memberitahu
3) pasien akan diminta menarik beberapa udara yang ,a,pu anda
napas dalam dan diminta keuarkan dalam 1 detik dari total
menghembuskan napas dengan udara yang sebenarnya bsia
maksimal tanpa terputus selama dikeluarkan.
beberapa detik. Kedua 9) Scoring
pemeriksaan bertujuan untuk  Resktriktif
mengukur Kapaaitas Vital -VC < 80% nilai prediksi
Paru(Vital Capacity) -FVC< 80% nilai prediksi
4) Pemeriksaan ketiga bertujuan -Restriksi ringan 80%> VC <
mengukur Kapasitas Vital Paksa 60%
Paru (Forced vital Capasity- -Restriktif sedang 60% > VC
FVC). PAsien akan diminta > 30%
untuk menarik napas kuat tanpa -Restriktif berat VC <30%
mengenakan moutphiece dan  Obstruktif
menghembuskan napas dengan -FEV1 <80% nilai prediksi
kuat dan maksimal dengan - FEV1 / <75%
mengenakan moutphiece. -Obstruksi ringan 75%>FEV1
Setelah 3 kali dilakukan / FVC <60%
pemeriksaan, maka hasil dapat -Obstruktif sedang 60%
dicetak dan dievaluasi. >FEV1 /FVC >30%
-Obstruktif berat FEV1 / terbentuknya saluran abnormal
FVC >30% (fistula) pada pembuluh arteri,
7. Pemeriksaan Gas Darah Arteri baik yang timbul karena penyakit
atau sengaja dibuat untuk akses
Analisa gas darah umumnya
cuci darah (cimino). Pada keadaan
dilakukan untuk memeriksa fungsi
tersebut, sebaiknya sampel darah
organ paru yang menjadi tempat
arteri diambil dari tempat lain.
sel darah merah mengalirkan
Selain itu, bila ada gangguan
oksigen dan karbon dioksida dari
setempat pada tempat
dan ke seluruh tubuh.
pengambilan darah, seperti
Selain itu, tes ini dapat
infeksi, luka bakar, atau bekas
dilakukan untuk memeriksa
luka, juga diharapkan berhati-hati
kondisi organ jantung dan ginjal,
sebelum melakukan pengambilan
serta gejala yang disebabkan oleh
sampel darah untuk pemeriksaan
gangguan distribusi oksigen serta
analisis gas darah
karbon dioksida, atau
Penderita gangguan
keseimbangan pH dalam darah,
pembekuan darah, baik karena
seperti mual, sesak napas, dan
penyakit atau karena pemberian
penurunan kesadaran. Tes ini juga
obat, seperti antikoagulan,
dilakukan pada pasien yang
berisiko menimbulkan hematoma
sedang menggunakan alat bantu
setelah tindakan pengambilan
napas untuk memonitor
darah. Terdapat juga kondisi-
efektivitasnya. Analisa gas darah
kondisi yang menyulitkan perawat
dilakukan untuk mengukur kadar
atau dokter untuk mengambil
asam basa (pH) untuk mengetahui
sampel darah dari pembuluh
bila darah terlalu asam (asidosis)
arteri, misalnya bila pasien kurang
atau basa (alkalosis), serta untuk
kooperatif, memiliki denyut nadi
mengetahui apakah tekanan
yang lemah, atau tremor. Hasil
oksigen dalam darah terlalu
analisa gas darah umumnya
rendah (hipoksia), atau karbon
meliputi pengukuran terhadap
dioksida terlalu tinggi
beberapa hal, antara lain:
(hiperkarbia). Kondisi tersebut
dapat berkaitan dengan sistem
a. Asam basa (pH) darah, yaitu
metabolisme tubuh atau sistem
dengan mengukur jumlah ion
pernapasan. Ada beberapa kondisi
hidrogen dalam darah. Jika pH
yang dapat mempengaruhi hasil
darah di bawah normal dikatakan
pemeriksaan. Salah satunya
lebih asam, sementara jika pH di
adalah gangguan pembuluh darah,
atas nilai normal maka darah
seperti penyakit arteri perifer atau
dikatakan lebih basa. pH darah Pemeriksaan bakteriologi sputum
arteri: 7,38-7,42 pewarnaan Gram diperlukan untuk
b. Saturasi oksigen, yaitu mengetahui pola kuman dan untuk
pengukuran jumlah oksigen yang memilih antibiotik yang tepat, khususnya
dibawa oleh hemoglobin di dalam pada saat terjadinya eksaserbasi akut.
sel darah merah. Tingkat Infeksi saluran napas berulang merupakan
penyerapan oksigen (SaO2): 94- penyebab utama eksaserbasi akut pada
100%. penderita bronciectasis di Indonesia
c. Tekanan parsial oksigen, yaitu Jenis Warna yaitu jernih , putih ,
pengukuran tekanan oksigen yang kuning , hijau atau bercampur darah
larut di dalam darah. Pengukuran (blood streaked)
ini dapat menentukan seberapa baik a. putih = normal ,
oksigen dapat mengalir dari paru ke b. kuning atau hijau = Infeksi ,
dalam darah. Tekanan parsial c. blood Streaked = Hemoptisis
oksigen (PaO2): 75-100 mmHg Hasil : Kuning kehijauan
d. Tekanan parsial karbon dioksida,
yaitu pengukuran tekanan karbon 9. Pengukuran Derajat Sesak
dioksida yang larut di dalam darah. Napas(Borg Scale)
Pengukuran ini menentukan
seberapa baik karbon dioksida dapat
dikeluarkan dari tubuh. Tekanan
parsial karbon dioksida (PaCO2):
38-42 mmHg.
e. Bikarbonat, yaitu zat kimia
penyeimbang yang membantu
mencegah pH darah menjadi terlalu
asam atau terlalu basa. Bikarbonat
(HCO3): 22-28 mEq/L.

8. Pemeriksaan Sputum/Sekresi
Pemeriksaan bakteriologi sputum
pewarnaan Gram diperlukan untuk
mengetahui pola kuman dan untuk
memilih antibiotik yang tepat, khususnya
pada saat terjadinya eksaserbasi akut.
Infeksi saluran napas berulang merupakan
penyebab utama eksaserbasi akut pada
penderita bronchiectasis di Indonesia.
Hasil : 5 Berat
10. Pengukuran Nyeri Dada (VAS)
Visual analog scala (VAS) parameter
1) Skala 0 - 4 mm : Tidak
nyeri (tidak ada rasa sakit. Merasa
normal).
2) Skala 5 – 44 mm : Nyeri
ringan (masih bisa ditahan, aktivitas
tak terganggu).
3) Skala 45 – 74 mm : Nyeri
sedang (mengganggu aktivitas fisik).
4) Skala 75 – 100 mm: Nyeri berat (tidak
dapat melakukan aktivitas secara
mandiri.
Hasil ; 70mm: Nyeri Sedang
11. Pengukuran Six Minute Walking Tes
6WMT merupakan test sederhana
yang praktis yang memerlukan jalur
sepanjang 100 kaki (30 meter) tidak
memerlukan peralatan latihan yang
rumit maupun tenaga pegawas yang
sarat pengalaman dan latihan khusus.
Test ini pada prinsipnya mengukur
jarak yang dapat ditempuh pasien
dengan berjalan pada jalur datar dan
permukaan keras dalam waktu 6
menit. Test ini secara keseluruhan
mengevaluasi respon semua sistem
organ yang terlibat selama latihan
termasuk sistem paru, jantung dan 12. Pemeriksaan X-Ray/MRI
sirkulasi, darah, neuromuskular dan X-Ray normal
metabolisme otot
Pada beberapa keadaan klinis
tertentu , 6MWT memberikan
informasi yang lebih baik terhadap
index kemampuan penderita untuk
melakukan aktifitas harian
dibandingkan peak oxygen uptake.
6MWT berkorelasi lebih baik dengan
pengukuran kualitas hidup. X-ra

Indikasi terminasi ujia latih

 Tekanan darah sistolik


>2000 mmhg
 Tekanan darah diastolic
turun 10 mmHg
 Saturais oksigen <90%
atau turun
 Skala borg ‘ Xray
Penilaian

 Hasil pengukuran jarak


(meter)
 Dikonversi menjadi nilai
VO2max
 Dikonversi nilai
metabolic equivalent
(METs)
 Rumus :
a. Tuberculosis Paru (TB), adalah
suatu penyakit infeksi menular yang
X-Ray ABnormal disebabkan oleh M. tuberculosis.
Jalan masuk untuk organism M.
tuberculosis adalah saluran
pernafasan, saluran pencernaan.
Gejala klinis TB antara lain batuk
lama yang produktif (durasi lebih
dari 3 minggu), nyeri dada, dan
hemoptisis dan gejala sistemik
meliputi demam, menggigil,
keringat malam, lemas, hilang nafsu
makan dan penurunan berat badan.8
 X-foto dada b. Atelektasis, adalah istilah yang
Terdapat bercak-bercak infiltrate berarti pengembangan paru yang
yang tersebar (bronco pneumonia) tidak sempurna dan menyiratkan arti
atau yang meliputi satu/ sebagian bahwa alveolus pada bagian paru
besar lobus/lobule (Mansjoer,2000). yang terserang tidak mengandung
Hasil X-Ray tampak adanya udara dan kolaps.
sputum c. Efusi pleura adalah penumpukan
13. Algoritma cairan di rongga pleura, yaitu rongga
14. Differential Diagnosis di antara lapisan pleura yang
membungkus paru-paru dengan
lapisan pleura yang menempel
pada dinding dalam rongga dada.
Kondisi ini umumnya merupakan
komplikasi dari penyakit lain.
d. Emfisema adalah penyakit kronis
akibat kerusakan kantong udara
atau alveolus pada paru-paru.
Seiring waktu, kerusakan kantong
udara semakin parah sehingga
membentuk satu kantong besar
dari beberapa kantong kecil yang
pecah.
15. Problem Impairment, Activity
Limitation, dan Participation
Restriction
a. Impairment
1) Sesak napas 2) Meningkatkan distribusi
2) Nyeri dada ventilasi
3) Postur abnormal Bahu nampak 3) Meningkatkan volume paru
elevasi karena spasme otot 4) Memfasilitasi pembersihan
asesori pernapasan. Postur lean saluran napas
forward(bungkuk) saat duduk atau
berdiri b. Postural Drainase
4) Pola napas ditemukan dengan Postural drainase dan positioning
rasio 1:4 (1 kali inspirasi dengan 4 untuk pembersihan jalan napas
kali ekspirasi) normal adalah 1:2(1 terutama sekali diterapkan pada
kali inspirasi dengan 2 kali pasien bronkiektasis. Postural
ekspirasi) drainage adalah teknik pengaturan
5) Pola napas ditemukan tachypnea posisi tertentu untuk mengalirkan
yaitu respirasi cepat dan dangkal sekresi pulmonar pada area tertentu
dari lobus paru dengan pengaruh
6) Batuk dengandahak kekuningan
gravitasi. Tujuan postural drainage
dahak(sputum) yang sulit keluar
adalah mengeluarkan sputum yang
7) Ekspansi thoraks menurun
terkumpul pada lobus paru dengan
8) Terdapat bunyi dull pada lobus tujuan pembersihan airway. Posisi
9) Suara ronchi pasien sesuai dengan letak
10) Penurunan volume paru-paru sputumnya.
b. Activity limitation
1) Kesulitan berjalan jauh dan
beraktivits
c. Participation Restriction
1) Kesulitan untuk beribadah
C. PROSES INTERVENSI
FISIOTERAPI
1. Metode Pengobatan
a. Batuk effektif

Batuk efektif dan napas


dalam merupakan teknik batuk
efektif yang menekankan
inspirasi maksimal yang dimulai c. Glossopharyngeal breathing
dari ekspirasi , yang bertujuan : Tujuan : maka meningkatkan
napas dalam (deep inspirasi) dan
1) Merangsang terbukanya meningkatkan vital capacity)
sistem kolateral Posisi pasien : duduk
Posisi fisioterapis : disamping 7) Anjurkan pasien mengembangkan
pasien middle chestnya dengan mendorong
Teknik: tangan terapis selama inspirasi
Pasien membuka mulut seolah- 8) Selama ekspirasi bisa diberi
olah menangkap udara beberapa bantuan tekanan getaran lembut.
kali diikuti menutup mulut dengan 9) Dapat dilakukan secara bilateral dan
cepat lalu lidah mendorong udara unilateral.
kebelakang ke arah faring (seperti  Bilateral
orang menelan) menyebabkan
glottis terbulka dan udara
terdorong kedalam paru-paru.

d. Segmental breathing
Digunakan untuk memperbaiki
gangguan hypo Ventilasi yang 
terjadi pada sebagian area paru. Unilateral
Indikasi pada pneumonia dengan
focus pada pemberian segmental
breathing Lingula Expansion/ Right
Middle Lobe
1) Longgarkan seluruh pakaian
terutama daerah leher dan
pinggang
2) Pasien dalam keadaan relaks
3) Posisi pasien supine lying atau
sitting
4) Tempatkan kedua tangan di kiri dan
kanan chest di bawah axilla
5) Anjurkan pasien ekspirasi dan
merasakan gerakan middle chest
bergerak kedalam dan berikan
tekanan lembut dengan telapak
tangan
6) Pada gangguan inspirasi, penekanan
lembut chest memberikan
rangsangan kontraksi otot
intercostalis eksterna.
2) To Mobilize Upper Chest and
e. Mobilisasi chest
Shoulders
Tujuan : Memelihara atau Pasien Sitting, kedua lengan fleksi
memperbaiki mobilitas dindingchest ,
180 derajat ketika Inspirasi lalu
trunk dan Shoulder akibat gangguan
respirasi misalnya :Kelemahan otot badan bengkok kearah Hip dan
trunk sisi menyebab kandinding chest di tangan menyentuh lantai sambil
bagian tersebut tidak mengembang
dengan maksimal selama inspirasi ekspirasi Lakukan 3-4 kali sehari.
Exercise kombinasi Stretching ototdan
deep breathing akan memperbaiki
ventilasi samping chest tersebut.
Memperkuat deep inspirasi dan kontrol f. MET Neck
ekspirasi
Tehnik :
1) To Mobilize the Upper Chest and
Stretch the Pectoralis Muscle
Pasien Sitting di kursi dengan Suatu latihan pada jaringan lunak
yang menggunakan teknik kontraksi
tangan dibelakang kepala , kedua
eksentrik isotonik jaringan secara
tangan posisi abduksi horizontal perlahan diregangkan selama
selama selama Deep Inspirasi, kontraksi
Taknik :
Instruksikan pasien membungkuk
1) Pasien diarahkan baring
kedepan bersama elbow lalu expirasi terlentang dan mengarahkan
lateral fleksi
2) Salah satu tangan terapis berada
di kepala sisi lateral dan tangan
terapis yang lain berada di
pundak
3) Arahkan pasien untuk
menggerakan kepala dan
mendorong tangan terapis dan
terapis menahan kepala pasien
4) Arahkan pasien untuk
menggerakan pundak ke atas
dan mendorong tangan terapis
dan terapis menahan pundak
pasien
5) Lakukan sebanyak 6 kali dengan
repetisi 12 kali
6) Setelah 6 kali lakukan1 kali
stretc pada pundak dan kepala

3. Evaluasi
Problem Pemeriksaan
Bentuk Palpasi
pengembangan
thoraks
otot
letak sputum Perkusi
auskultasi
2. Clinical Prediction Rule Skala sesak Skala borg
Skala Nyeri Dada VAS
Toleransi aktifitas Six Minute
Wlaking Test
Pengukuran Mobilisasi thoraks
pengembangan thorak
Ventilasi paru Meniup lili dan
spirometer
Gas darah
Penunjang diganosa X-ray,MRI

4. Home program
Potitioning
Tujuan untuk mencegah dan
mengurangi serangan sesak nafas
Prosedur :
 Posisi pasien rileks (forward bent RSUD Pandan Arang Boyolali.
posture) Politenik Kesehatan Surakarta
 Gunakan broncodilator jika 4. H.M.Rusli dkk. Fisioterapi
diperlukan Respirasi .Kementrian
 Pasien mengontrol pernapasan dan Kesehatan Republik Indonesia
mengurangi kecepatan respirasi Politknik Kesehatan Makassar
dengan teknik purs lip breathing Jurusan Fisioterapi
dimana pasien tidak boleh 5. Rabiatul Sitty adewiyah.2019.
melakukan force ekspirasi Penatalaksanan fisioterapi
pada kasus
Daftar Pustaka Pneumonia.Politeknik
Kesehatan Makassar Jurusan
1. Basuki Nur M.Physio.2008.
Fisioterapi
Hand Out FT
6. Wardani sukma. 2017.
Kardiopulmonal .Politeknik
Penatalaksanaan Fisioterapi
Kesehatan surakarta Program
Pada Pasien Pneumonia di RS
study DIV Fisioterapi.
Paru Dr. Ario Wirawan
2. Barkah.2019. Karya Tulis
Salatiga. Universitas
ilmiah Asuhan Keperawatan
Muhammadiyah Surakarta
Pada Ny S dengan Diagnosa
Jurusan Fisioterapi
Media Pneumonia di Ruangan
7. Rahmawati, FA. 2014. Angka
Melati RSUD Bangil. Akademi
Kejadian Pneumonia pada
Keperawatan Cendekia
Paisen Sepsis di ICU RSUP
Sidoarjo
Dr. Kariadi Semarang.
3. Ghoni abdul dkk. 2019.
Available from
Asuhan keperawatan pada Ny
http://eprints.undip.ac.id/44629
S Umur 38 Tahun Dengan
/3/FIDA_AMALINA_2201011
Penyakit Pneumonia di
0120027_BAB2KTI.pdf
Bangsal Anggrek Boungenvil
8. Wunderick, RG et al. 2014.
Community-Aquired
Pneumonia. The New England Acquired Pneumonia. JAPI, 60,
Journal of Medicine 370(6): pp.7-9.

543-551. 15. Newsmedical.net, (2011).

9. Perhimpunan Dokter Paru pneumonia classification. [online]


Available at:
Indonesia. 2003. Pneumonia
http://www.newsmedical.net/healt
Komuniti. Available from
h/PneumoniaClassification.aspx
http://www.klikpdpi.com/konse
[Accessed 25 Sep. 2015].
nsus/konsensus-
16. Steven, S. (2010). community
pneumoniakom/pnkomuniti.pdf
pneumonia. [online]
10. Dahlan, F. 2000. Ilmu Penyakit Clevelandclinicmeded.com.
Dalam. Edisi II, Jakarta : Balai Available at:
Penerbit FKUI. http://www.clevelandclinicmeded.
11. Mandell, LA. 2012. Harrison’s com/medicalpubs/diseasemanage
Principle of Internal Medicine. ment/infectiousdisease/communit

18th Edition. Volume I. USA: yacquiredpneumonia/Default.htm


[Accessed 25 Sep. 2015].
Mc-GrawHill.
17. Sudoyo, Aru W. dkk (Editor).
12. Almirall, J., Bolibar, I. and Serra-
2010. Buku Ajar Ilmu Penyakit
Prat, M. (2015). Risk factors for
Dalam Jilid 3 Ed 5. Jakarta :
community-acquired pneumonia
Interna Publishing
in adults: Recommendations for
its prevention. Community Acquir
18. Sjahriar Rasad. 2005.

Infect, 2(2), p.32. Radiologi Diagnostik ed 2.


13. Harvey, S. (2012). Pneumonia. Jakarta: Badan Penerbit FK UI
[online] University of Maryland 19. Depkes RI. 2005.
Medical Center. Available at: Pharmaceutical Care Untuk
http://umm.edu/health/medical/rep Penyakit Infeksi Saluran
orts/articles/pneumonia [Accessed Pernapasan. Jakarta:
24 Apr. 2015]. Departemen Kesehatan RI
14. Yudh Dev, S. (2012).
Pathophysiology of Community

Anda mungkin juga menyukai