LISA ANGGRYANI
PO715241192007
A. PENDAHULUAN 1. Definisi
Pneumonia merupakan penyakit perubahan pola pernafasan,
respiratorik akut yang ditandai dengan perubahan postur tubuh, gangguan
batuk, sesak napas, demam, dengan aktivitas sehari-hari karena
gambaran infiltrat pada foto rontgen keluhan-keluhan tersebut di atas
torak. Salah satu definisi klinik klasik dan berat badan menjadi menurun,
mrnyatakan pneumonia adalah sindrom tumbuh dan kembang anak dapat
klinis yang dapat didefinisikan terhambat bila tidak segera
berdasarkan gejala, tanda, dan perjalanan dilakukan fisioterapi.
penyakitnya (Supriyatno, 2006). Modalitas fisioterapi dapat
Pneumonia sering terjadi bersamaan mengurangi bahkan mengatasi
dengan terjadinya proses infeksi akut gangguan terutama yang
pada bronkus yang disebut berhubungan dengan gerak dan
bronkopneumonia. Dalam pelaksanaan fungsi menggunakan chest terapi
pemberantasan penyakit, semua bentuk yang berupa postural drainage,
pneumonia (baik pneumonia maupun perkusi dan vibrasi akan
bronkopneumonia) disebut sebagai mengurangi atau menghilangkan
pneumonia (Depkes, 2005). sputum dan spasme otot
Menurut Misnadiarly (2008), pernapasan, membersihkan jalan
pneumonia adalah infeksi yang napas, membuat menjadi nyaman,
menyebabkan paru-paru . dan sel– melegakan saluran pernapasan dan
sel tubuh mengalami kekurangan akhirnya batuk pilek dapat
oksigen. terhentikan (Helmi, 2005).
Menurut Burke A. Cunha, Akhirnya memperbaiki pola
MD, (2010) pneumonia adalah fungsi pernapasan, meningkatkan
gangguan menular /peradangan ketahanan dankekuatan otot-otot
paru pada parenkim paru-paru. pernapasan.
Kebanyakan pasien memiliki 2. Data Epidemiologi
gejala demam, menggigil, gejala Pneumonia bukanlah penyakit tunggal
gangguan paru (batuk produktif, melainkan dapat terjadi karena
dyspnea, produksi sputum bermacam-macam penyebab dan
berlebih, pleuritic, nyeri dada), diketahui adanya sumber infeksi. Sumber
dan satu atau lebih utama infeksi adalah bakteri, virus,
infiltrat/opacities pada hasil foto mikroplasma, jamur, dan berbagai
x-ray dada. senyawa kimia maupun partikel. Penyakit
Berdasarkan sudut pandang ini dapat terjadi pada semua umur namun
fisioterapi, pasien pneumonia manifestasi klinik terparah sering terjadi
menimbulkan berbagai tingkat pada anak dan penderita penyakit kronis
gangguan yaitu berupa kesulitan (Sukandar, 2008). Angka mortalitas di
mengeluarkan sputum, terjadinya negara maju seperti Amerika terdapat
sebanyak 4 juta kasus dengan 3. Etiologi
pengeluaran biaya sebesar 23 milyar dolar Etiologi pneumonia dapat
AS pada sistem pelayanan kesehatan bervariasi, yaitu dapat disebabkan
(Glover dan Reed, 2005) bakteri, virus, jamur, dan
Menurut survei kesehatan nasional (SKN) protozoa. Mikroorganisme
2011 terdapat 27,6 % kematian bayi dan tersering penyebab pneumonia
22,8% kematian balita di Indonesia adalah bakteri.1,3
disebabkan oleh penyakit respiratori, Pneumonia bakterial dibagi menjadi dua
terutama pneumonia. Pada suatu bakteri penyebabnya yaitu1,4
penelitian di Amerika Serikat meneliti a. Bakteri
bahwa pneumonia juga merupakan 1. Typical organism
penyebab mortalitas yang tinggi pada Penyebab pneumonia berasal
lansia yang menjalani perawatan di ICU dari gram positif berupa :
(Intensive Care Unit) dimana dari 17,537 Streptococcus pneumoniae:
pasien terdapat diantaranya 1,062 pasien merupakan bakteri anaerob
meninggal akibat sepsis, 1,802 pasien fakultatif. Bakteri patogen ini
meninggal akibat pneumonia, 42 pasien ditemukan pneumonia
meninggal akibat CLABSI (central-line- komunitas rawat inap di luar
associated bloodstream infection) dan 52 ICU sebanyak 20-60%,
kasus pasien meninggal akibat VAP ( sedangkan pada pneumonia
ventilator-associated pneumonia).1 komunitas rawat inap di ICU
Menurut World Health Organization sebanyak 33%.
(WHO), penyakit infeksi saluran Staphylococcus aureus: bakteri
pernapasan bawah merupakan kasus anaerob fakultatif. Pada pasien
infeksius penyebab kematian terbesar di yang diberikan obat secara
seluruh dunia (urutan ketiga dari intravena (intravena drug
penyebab kematian secara umum), abusers) memungkinkan infeksi
dengan angka kematian mencapai 3,5 juta kuman ini menyebar secara
setiap tahunnya2. Dari data SEAMIC hematogen dari kontaminasi
Health Statistic 2001 influenza dan injeksi awal menuju ke paru-
pneumonia merupakan penyebab paru. Kuman ini memiliki daya
kematian nomor 6 di Indonesia, nomor 9 taman paling kuat, apabila suatu
di Brunei, nomor 7 di Malaysia, nomor 3 organ telah terinfeksi kuman ini
di Singapura, nomor 6 di Thailand dan akan timbul tanda khas, yaitu
nomor 3 di Vietnam. Hasil Survei peradangan, nekrosis dan
Kesehatan Rumah Tangga Depkes tahun pembentukan abses. Methicillin-
2001, penyakit infeksi saluran napas resistant S. Aureus (MRSA)
bawah menempati urutan ke-2 sebagai memiliki dampak yang besar
penyebab kematian di Indonesia.2 dalam pemilihan antibiotik
dimana kuman ini resisten Bakteri yang termasuk
terhadap beberapa antibiotik. atipikal adalah Mycoplasma sp.,
Enterococcus (E. faecalis, E chlamydia sp. , Legionella sp.
faecium) : organisme b. Virus
streptococcus grup D yang Disebabkan oleh virus
merupakan flora normal usus. influenza yang menyebar melalui
Penyebab pneumonia berasal droplet, biasanya menyerang pada
dari gram negatif sering pasien dengan imunodefisiensi.
menyerang pada pasien defisiensi Diduga virus penyebabnya adalah
imun (immunocompromised) atau cytomegalivirus, herpes simplex
pasien yang dirawat di rumah virus, varicella zooster virus.
sakit, dirawat di rumah sakit c. Fungi
dalam waktu yang lama dan Infeksi pneumonia akibat
dilakukan pemasangan jamur biasanya disebabkan oleh
endotracheal tube. jamur opportunistik, dimana spora
Contoh bakteri gram negatif jamur masuk ke dalam tubuh saat
dibawah adalah : menghirup udara. Organisme yang
Pseudomonas aeruginosa: menyerang adalah Candida
bakteri anaerob, bentuk batang sp.,Aspergillus sp., Cryptococcus
dan memiliki bau yang sangat neoformans.
khas. 4. Proses Patologi
Klebsiella pneumonia: bakteri Proses pneumonia terkait dengan tiga
anaerob fakultatif, bentuk faktor yaitu keaadan (imunitas) pasien,
batang tidak berkapsul. Pada mikroorganisme yang menyerang pasien
pasien alkoholisme kronik, dan lingkungan yang berinteraksi satu
diabetes atau PPOK (Penyakit sama lain.3 Dalam keadaan sehat, pada
Paru Obstruktif Kronik) dapat paru tidak akan terjadi pertumbuhan
meningkatkan resiko terserang mikroorganisme, keadaan ini disebabkan
kuman ini. oleh adanya mekanisme pertahanan paru.
Haemophilus influenza: bakteri Adanyanya bakteri di paru merupakan
bentuk batang anaerob dengan akibat ketidakseimbangan antara daya
berkapsul atau tidak berkapsul. tahan tubuh, mikroorganisme dan
Jenis kuman ini yang memiliki lingkungan, sehingga mikroorganisme
virulensi tinggi yaitu dapat berkembang biak dan berakibat
encapsulated type B (HiB) timbulnya sakit.11
Ada beberapa cara mikroorganisme
2. Atypical organism mencapai permukaan: 1) Inokulasi
langsung; 2) Penyebaran melalui darah;
3) Inhalasi bahan aerosol, dan 4) bakteri maka akan nampak empat zona
Kolonosiasi di permukaan mukosa.2 Dari (Gambar 1) pada daerah pasitik parasitik
keempat cara tersebut, cara yang terset yaitu : 1) Zona luar (edama): alveoli
terbanyak adalah dengan kolonisasi. yang tersisi dengan bakteri dan cairan
Secara inhalasi terjadi pada virus, edema; 2) Zona permulaan konsolidasi
mikroorganisme atipikal, mikrobakteria (red hepatization): terdiri dari PMN dan
atau jamur. Kebanyakan bakteria dengan beberapa eksudasi sel darah merah; 3)
ikuran 0,5-2,0 mikron melalui udara dapat Zona konsolidasi yang luas (grey
mencapai brokonsul terminal atau alveol hepatization): daerah tempat terjadi
dan selanjutnya terjadi proses infeksi. fagositosis yang aktif dengan jumlah
Bila terjadi kolonisasi pada saluran napas PMN yang banyak; 4) Zona resolusi E:
atas (hidung, orofaring) kemudian terjadi daerah tempat terjadi resolusi dengan
aspirasi ke saluran napas bawah dan banyak bakteri yang mati, leukosit dan
terjadi inokulasi mikroorganisme, hal ini alveolar makrofag.2
merupakan permulaan infeksi dari 5. Gambaran Klinis
sebagian besar infeksi paru. Aspirasi dari Gejala khas dari pneumonia
sebagian kecil sekret orofaring terjadi adalah demam, menggigil,
pada orang normal waktu tidur (50%) berkeringat, batuk (baik non
juga pada keadaan penurunan kesadaran, produktif atau produktif atau
peminum alkohol dan pemakai obat (drug menghasilkan sputum berlendir,
abuse). Sekresi orofaring mengandung sakit dada karena pleuritis dan
konsentrasi bakteri yang sanagt tinggi 108- sesak. Gejala umum lainnya
10
/ml, sehingga aspirasi dari sebagian adalah pasien lebih suka
kecil sekret (0,001 - 1,1 ml) dapat berbaring pada yang sakit
memberikan titer inokulum bakteri yang dengan lutut tertekuk karena
tinggi dan terjadi pneumonia.2,3 nyeri dada. Pemeriksaan fisik
Hasil yang masuk bersama sekret bronkus didapatkan retraksi atau
ke dalam alveoli menyebabkan reaksi penarikan dinding dada bagian
radang berupa edema seluruh alveoli bawah saat pernafas, takipneu,
disusul dengan infiltrasi sel-sel PMN dan kenaikan atau penurunan taktil
diapedesis eritrosit sehingga terjadi fremitus, perkusi redup sampai
permulaan fagositosis sebelum terbentuk pekak menggambarkan
antibodi. Sel-sel PNM mendesak bakteri konsolidasi atau terdapat cairan
ke permukaan alveoli dan dengan bantuan pleura, ronki, suara pernafasan
leukosit yang lain melalui psedopodosis bronkial, pleural friction rub.3
sistoplasmik mengelilingi bakteri tersebut B. PROSES DIAGNOSTIK
kemudian terjadi proses fagositosis. pada 1. Inspeksi
waktu terjadi perlawanan antara host dan a. Statis
1) Peralatan (alat bantu)
2) Tingkat kesadaran 2) Expansi Middle Lobus ;
3) Wajah dan anggota gerak Lying ; kedua ujung thumb di
4) Bahu : nampak elevasi karena processus Xyphoideus dan jari-jari
ketegangan otot asesori di extensikan ke lateral costa
pernapasan, Postur lean pasien Idem no. 1
forward(bungkuk) saat duduk 3) Expansi Lower Lous; Sitting ;
atau berdiri kedua ujung Thumb di medulla
5) Bentuk thoraks spinalis (sejajar lower Costa) dan
6) Pola napas: ditemukan jari – jari diekstensikan sejajar
dengan rasio 1:4 (1 kali costa pasien ekspirasi full lalu
inspirasi dengan 4 kali Deep inspirasi dalam
ekspirasi) normal adalah 1:2(1 4) Selama pasien Expirasi dan
kali inspirasi dengan 2 kali Inspirasi Cek apakah gerakan
ekspirasi).Pola napas Chest simetris
ditemukan tachypnea yaitu b. Taktil premitus
respirasi cepat dan dangkal Tujuan : untuk mengetahui bunyi
7) Batuk dengan dahak(sputum) getaran suara pada dinding thoraks.
yang sulit keluar Periksa premitus suara (taktil
8) Sesak napak yang sering premitus)
mungcul Cara 1 menggunakan telapak tangan
9) Sering memegang dada karena 1) Letakkan tangan di upper, midle
menahan nyeri dada dan lower pada belakang pasien
b. Dinamis 2) Pasien diarahkan untuk inspirasi
1) Kesulitan berjalan jauh karena lalu menyebutkan angka 99
sesak napas dan nyeri pada 3) Apabila getaran lebih besar berarti
dada ada udara dalam rongga thoraks.
2. Palpasi Apabila tidak ada getaran berarti ada
a. Gerakan pengembangan Chest cairan atau benda padat pada thoraks
Kedua tangan diatas chest pasien dan Hasil : terdapat getaran antara
periksa pengembangan tiap bagian paru-paru kanan dan kiri
chest selama inspirasi dan expirasi berbeda , dan salah satunya
Tiap lobus paru-paru dicek dengan kurangnya getaran menandakan
: bahwa terdapat sputum pada
1) Expansi Upper Lobus : Pasien paru-paru
lying ; kedua thumb di mid c. Palpasi otot Aksesor
sternal line Sternal Notch), jari-
jari extensi di atas kedua clavicula
pasien Full expirasi lalu Deep 3. Perkusi
Inspirasi
Tujuan : Untuk mengetahui adanya c. Teknik Pelaksanaan :Posisi duduk
udara atau sputum serta letak cairan comfortable dan rileks , stetoskop
atau sputum dengan cara tempatkan diletakkan sejajar dengan T-2 , T-6 ,
jari-jari di dinding chest (anteior dan T-10 dinding dada kiri dan kanan
posterior) lalu ketuk pada kuku dengan bagian anterior dan posterior thorax
2 ujung jari tangan lainnya lalu anjurkan pasien deep inspirasi
dan ekspirasi dengan perlahan.
Bunyi resonan adalah normal,bunyi
dull dan datar bila ada cairan (sekresi)
atau tumor dalam paru – paru dan
bunyi Hyperresonan jumlah udara
meningkat dalam thorax
8. Pemeriksaan Sputum/Sekresi
Pemeriksaan bakteriologi sputum
pewarnaan Gram diperlukan untuk
mengetahui pola kuman dan untuk
memilih antibiotik yang tepat, khususnya
pada saat terjadinya eksaserbasi akut.
Infeksi saluran napas berulang merupakan
penyebab utama eksaserbasi akut pada
penderita bronchiectasis di Indonesia.
Hasil : 5 Berat
10. Pengukuran Nyeri Dada (VAS)
Visual analog scala (VAS) parameter
1) Skala 0 - 4 mm : Tidak
nyeri (tidak ada rasa sakit. Merasa
normal).
2) Skala 5 – 44 mm : Nyeri
ringan (masih bisa ditahan, aktivitas
tak terganggu).
3) Skala 45 – 74 mm : Nyeri
sedang (mengganggu aktivitas fisik).
4) Skala 75 – 100 mm: Nyeri berat (tidak
dapat melakukan aktivitas secara
mandiri.
Hasil ; 70mm: Nyeri Sedang
11. Pengukuran Six Minute Walking Tes
6WMT merupakan test sederhana
yang praktis yang memerlukan jalur
sepanjang 100 kaki (30 meter) tidak
memerlukan peralatan latihan yang
rumit maupun tenaga pegawas yang
sarat pengalaman dan latihan khusus.
Test ini pada prinsipnya mengukur
jarak yang dapat ditempuh pasien
dengan berjalan pada jalur datar dan
permukaan keras dalam waktu 6
menit. Test ini secara keseluruhan
mengevaluasi respon semua sistem
organ yang terlibat selama latihan
termasuk sistem paru, jantung dan 12. Pemeriksaan X-Ray/MRI
sirkulasi, darah, neuromuskular dan X-Ray normal
metabolisme otot
Pada beberapa keadaan klinis
tertentu , 6MWT memberikan
informasi yang lebih baik terhadap
index kemampuan penderita untuk
melakukan aktifitas harian
dibandingkan peak oxygen uptake.
6MWT berkorelasi lebih baik dengan
pengukuran kualitas hidup. X-ra
d. Segmental breathing
Digunakan untuk memperbaiki
gangguan hypo Ventilasi yang
terjadi pada sebagian area paru. Unilateral
Indikasi pada pneumonia dengan
focus pada pemberian segmental
breathing Lingula Expansion/ Right
Middle Lobe
1) Longgarkan seluruh pakaian
terutama daerah leher dan
pinggang
2) Pasien dalam keadaan relaks
3) Posisi pasien supine lying atau
sitting
4) Tempatkan kedua tangan di kiri dan
kanan chest di bawah axilla
5) Anjurkan pasien ekspirasi dan
merasakan gerakan middle chest
bergerak kedalam dan berikan
tekanan lembut dengan telapak
tangan
6) Pada gangguan inspirasi, penekanan
lembut chest memberikan
rangsangan kontraksi otot
intercostalis eksterna.
2) To Mobilize Upper Chest and
e. Mobilisasi chest
Shoulders
Tujuan : Memelihara atau Pasien Sitting, kedua lengan fleksi
memperbaiki mobilitas dindingchest ,
180 derajat ketika Inspirasi lalu
trunk dan Shoulder akibat gangguan
respirasi misalnya :Kelemahan otot badan bengkok kearah Hip dan
trunk sisi menyebab kandinding chest di tangan menyentuh lantai sambil
bagian tersebut tidak mengembang
dengan maksimal selama inspirasi ekspirasi Lakukan 3-4 kali sehari.
Exercise kombinasi Stretching ototdan
deep breathing akan memperbaiki
ventilasi samping chest tersebut.
Memperkuat deep inspirasi dan kontrol f. MET Neck
ekspirasi
Tehnik :
1) To Mobilize the Upper Chest and
Stretch the Pectoralis Muscle
Pasien Sitting di kursi dengan Suatu latihan pada jaringan lunak
yang menggunakan teknik kontraksi
tangan dibelakang kepala , kedua
eksentrik isotonik jaringan secara
tangan posisi abduksi horizontal perlahan diregangkan selama
selama selama Deep Inspirasi, kontraksi
Taknik :
Instruksikan pasien membungkuk
1) Pasien diarahkan baring
kedepan bersama elbow lalu expirasi terlentang dan mengarahkan
lateral fleksi
2) Salah satu tangan terapis berada
di kepala sisi lateral dan tangan
terapis yang lain berada di
pundak
3) Arahkan pasien untuk
menggerakan kepala dan
mendorong tangan terapis dan
terapis menahan kepala pasien
4) Arahkan pasien untuk
menggerakan pundak ke atas
dan mendorong tangan terapis
dan terapis menahan pundak
pasien
5) Lakukan sebanyak 6 kali dengan
repetisi 12 kali
6) Setelah 6 kali lakukan1 kali
stretc pada pundak dan kepala
3. Evaluasi
Problem Pemeriksaan
Bentuk Palpasi
pengembangan
thoraks
otot
letak sputum Perkusi
auskultasi
2. Clinical Prediction Rule Skala sesak Skala borg
Skala Nyeri Dada VAS
Toleransi aktifitas Six Minute
Wlaking Test
Pengukuran Mobilisasi thoraks
pengembangan thorak
Ventilasi paru Meniup lili dan
spirometer
Gas darah
Penunjang diganosa X-ray,MRI
4. Home program
Potitioning
Tujuan untuk mencegah dan
mengurangi serangan sesak nafas
Prosedur :
Posisi pasien rileks (forward bent RSUD Pandan Arang Boyolali.
posture) Politenik Kesehatan Surakarta
Gunakan broncodilator jika 4. H.M.Rusli dkk. Fisioterapi
diperlukan Respirasi .Kementrian
Pasien mengontrol pernapasan dan Kesehatan Republik Indonesia
mengurangi kecepatan respirasi Politknik Kesehatan Makassar
dengan teknik purs lip breathing Jurusan Fisioterapi
dimana pasien tidak boleh 5. Rabiatul Sitty adewiyah.2019.
melakukan force ekspirasi Penatalaksanan fisioterapi
pada kasus
Daftar Pustaka Pneumonia.Politeknik
Kesehatan Makassar Jurusan
1. Basuki Nur M.Physio.2008.
Fisioterapi
Hand Out FT
6. Wardani sukma. 2017.
Kardiopulmonal .Politeknik
Penatalaksanaan Fisioterapi
Kesehatan surakarta Program
Pada Pasien Pneumonia di RS
study DIV Fisioterapi.
Paru Dr. Ario Wirawan
2. Barkah.2019. Karya Tulis
Salatiga. Universitas
ilmiah Asuhan Keperawatan
Muhammadiyah Surakarta
Pada Ny S dengan Diagnosa
Jurusan Fisioterapi
Media Pneumonia di Ruangan
7. Rahmawati, FA. 2014. Angka
Melati RSUD Bangil. Akademi
Kejadian Pneumonia pada
Keperawatan Cendekia
Paisen Sepsis di ICU RSUP
Sidoarjo
Dr. Kariadi Semarang.
3. Ghoni abdul dkk. 2019.
Available from
Asuhan keperawatan pada Ny
http://eprints.undip.ac.id/44629
S Umur 38 Tahun Dengan
/3/FIDA_AMALINA_2201011
Penyakit Pneumonia di
0120027_BAB2KTI.pdf
Bangsal Anggrek Boungenvil
8. Wunderick, RG et al. 2014.
Community-Aquired
Pneumonia. The New England Acquired Pneumonia. JAPI, 60,
Journal of Medicine 370(6): pp.7-9.