Anda di halaman 1dari 43

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Rumah Sakit sebagai salah satu organisasi pelayanan yang bergerak di
bidang kesehatan memiliki suatu sistem yang terdiri dari tim pelayanan
kesehatan seperti dokter, perawat, ahli gizi dan tenaga kesehatan lainnya yang
melayani masyarakat secara umum. Oleh karena itu, pihak rumah sakit dituntut
untuk memberikan pelayanan terbaik sehingga diperlukan manajemen yang
baik dan efektif yang mempunyai satu tujuan untuk meningkatkan pelayanan
kesehatan (Sudarianto, 2008).

Peningkatan mutu pelayanan kesehatan menjadi isu utama dalam


pembangunan kesehatan baik dalam lingkup nasional maupun global. Hal ini
didorong karena semakin besarnya tuntutan terhadap organisasi pelayanan
kesehatan untuk mampu memberikan pelayanan kesehatan secara prima
terhadap konsumen. Dalam pengembangan masyarakat yang semakin kritis
mutu pelayanan akan menjadi sorotan baik untuk pelayanan medis maupun
bentuk pelayanan lainnya. Salah satu variabel yang kerap digunakan untuk
mengukur dan mengevaluasi fasilitas pelayanan keperawatan yang
berdampak terhadap pelayanan kesehatan adalah keselamatan pasien atau
patient safety (Kemenkes, 2012).
Program keselamatan pasien adalah suatu usaha untuk menurunkan
angka kejadian yang tidak diharapkan yang sering terjadi pada pasien selama
dirawat di rumah sakit. Kejadian tidak diharapkan bisa disebabkan oleh
berbagai faktor antara lain beban kerja perawat yang tinggi, alur komunikasi
yang kurang tepat, penggunaan sarana kurang tepat dan lain sebagainya.
Kegiatan Patient Safety di rumah sakit dilakukan dengan tujuan untuk
menciptakan budaya keselamatan pasien di rumah sakit, meningkatkan
akuntabilitas rumah sakit, menurunkan kejadian tidak diinginkan di rumah

1
sakit, terlaksananya program-program pencegahan sehingga tidak terjadi
pengulangan kejadian tidak diharapkan (Nursalam, 2011).

Hampir setiap tindakan medis menyimpan potensi risiko.Banyaknya


jenis obat, jenis pemeriksaan dan prosedur, serta jumlah pasien dan staf
Rumah Sakit yang cukup besar, merupakan hal yang potensial bagi terjadinya
kesalahan medis (medical errors). Kesalahan yang terjadi dalam proses
asuhan medis ini akan mengakibatkan atau berpotensi mengakibatkan cedera
pada pasien, bisa berupa Kejadian Tidak Diharapkan (Kemenkes, 2012).

Peningkatan pelayanan kesehatan melalui rumah sakit harus selalu


berpacu dengan kesadaran, harapan serta permintaan masyarakat yang makin
meningkat, tumbuh dan berkembangnya dinamika masyarakat itu sendiri.
Masyarakat mengharapkan pelayanan yang bermutu tanpa menghadapi
kesulitan untuk memperolehnya. Sehingga pelayanan dirumah sakit harus
memperhatikan tingkat kepuasan pasien. Kepuasan pasien adalah keadaan saat
keinginan, harapan dan kebutuhan pasien dapat dipenuhi. Pelayanan dinilai
memuaskan jika pelayanan tersebut dapat memenuhi kebutuhan dan harapan
pasien. Pasien merupakan individu terpenting di rumah sakit sebagai
konsumen sekaligus sasaran produk rumah sakit (Soejadi, 1996 dalam
Sumarwan, 2003). Konsumen tidak akan berhenti hanya sampai proses
penerimaan pelayanan saja, namun akan mengevaluasi pelayanan yang
diterimanya. Hasil dari evaluasi itu akan melahirkan perasaan puas atau tidak
puas. Salah satu hal yang menunjang terwujudnya kepuasan pasien adalah
adanya komunikasi yang terapeutik dari tenaga kesehatan.
Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia tahun
2010, rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang
menyelenggarakan sarana pelayanan kesehatan perorangan secara keseluruhan
yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan dan gawat darurat.
Keselamatan pasien merupakan suatu variabel untuk mengukur dan
2
mengevaluasi fasilitas pelayanan keperawatan yang berdampak terhadap
pelayanan kesehatan. Sejak malpraktik menggema di seluruh belahan bumi
melalui berbagai media baik cetak, maupun elektronik hingga ke jurnal –
jurnal ilmiah ternama, dunia kesehatan mulai menaruh kepedulian yang tinggi
terhadap isu keselamatan pasien (Nursalam, 2011).
RS Semen Padang sebagai rumah sakit rujukan dari puskesmas-
puskesmas yang ada di Kota Padang yang memiliki visi untuk menjadi rumah
sakit umum terbaik dan bertaraf internasional. Syarat untuk terwujudnya
pelayanan prima salah satunya haruslah didukung oleh fungsi manajemen
pelayanan yang baik termasuk manajemen keperawatan yang baik.

Manajemen berarti mengatur atau mengelola, maka istilah manajemen


dapat juga didefenisikan sebagai alat yang dibuat oleh manusia untuk
memudahkan pekerjaannya (Nursalam, 2011). Perawat mempunyai peran dan
tanggung jawab dalam mengelola layanan keperawatan di semua tatanan
layanan kesehatan sesuai dengan konsep manajemen keperawatan.
Manajemen keperawatan dapat diartikan sebagai proses pelaksanaan
pelayanan keperawatan melalui upaya staff keperawatan dalam memberikan
asuhan keperawatan, pengobatan, dan rasa aman kepada
pasien/keluarga/masyarakat (Gillies dalam Nursalam, 2011).

Mahasiswa Fakultas Keperawatan Universitas Andalas dalam


mengaplikasikan ilmunya melakukan praktek profesi manajemen keperawatan
selama 3 minggu di Ruang Rawat Inap di lantau 3 RS Semen Padang.
Mahasiswa praktek profesi manajemen keperawatan yaitu kelompok I telah
melakukan survey lapangan pada tanggal 07 – 08 Agustus 2017, guna melihat
situasi dan masalah manajemen pelayanan keperawatan dan asuhan
keperawatan di ruangan tersebut.

Berdasarkan hasil observasi di lapangan terlihat bahwa Rawat Lantai 3


Wing B memiliki 19 ruangan dengan kapasitas 25 tempat tidur yang terdiri
dari Kelas VIP dengan 10 kamar dengan 10 tempat tidur, Kelas Utama 3

3
ruangan dengan 3 tempat tidur dan Kelas I terdiri dari 6 ruangan dengan 12
tempat tidur. Tenaga perawat terdiri dari 13 orang dengan pendidikan S1 Ners
sebanyak 3 dan D3 sebanyak 10 orang.

Berdasarkan hasil observasi didapatkan beberapa masalah dalam


manajemen dan pemberian asuhan keperawatan yaitu : belum optimalnya
penerapan 6 langkah cuci tangan pada 5 moment, penerapan identifikasi
pasien saat pemberian obat, belum optimalnya penerapan SBAR, serta
kurangnya SOP mengenai tingkat ketergantungan pasien.

Berdasarkan hasil observasi tersebut kelompok mahasiswa praktek


profesi manajemen keperawatan merasa perlu mengadakan pertemuan dalam
bentuk lokakarya mini, dengan mengundang Kepala Ruangan, Kepala Tim,
perawat pelaksana di Rawat Inap Lantai 3 beserta staf, pembimbing klinik dan
pembimbing akademik, untuk membicarakan permasalahan yang ditemukan
dan mencari alternatif pemecahan masalah dan bersama menyepakati rencana
penyelesaian masalah yang akan dilaksanakan untuk memperbaiki masalah
terkait manjemen pelayanan keperawatan dan manajemen asuhan
keperawatan.

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mengidentifikasi permasalahan yang berkaitan manajemen
pelayanan dan manajemen asuhan keperawatan di Ruang Rawat Inap
lantai 3 Wing B Rumah Sakit Semen Padang tahun 2017.

4
2. Tujuan Khusus
Secara individu/ kelompok mahasiswa dapat menunjukkan
kemampuan:

a. Mengidentifikasi masalah manajemen pelayanan keperawatan yaitu


penerapan standar identifikasi pasien saat pemberian obat di Ruang
Rawat Inap lantai 3 Wing B Rumah Sakit Semen Padang.
b. Mengidentifikasi masalah manajemen pelayanan keperawatan yaitu
pelaksanaan cuci tangan dalam five moments di Ruang Rawat Inap
lantai 3 Wing B Rumah Sakit Semen Padang.
c. Mengidentifikasi masalah manajemen pelayanan keperawatan yaitu
pelaksanaan SBAR dalam overan di Ruang Rawat Inap lantai 3 Wing B
Rumah Sakit Semen Padang.
d. Mengidentifikasi alternatif pemecahan masalah manajemen pelayanan
keperawatan yaitu pengelompokkan tingkat ketergantungan pasien di
Ruang Rawat Inap lantai 3 Wing B Rumah Sakit Semen Padang.

C. Manfaat Penulisan
1. Bagi Rumah Sakit
Makalah ini diharapkan dapat memberikan tambahan informasi
mengenai beberapa masalah pelayanan dan tingkat kepuasan pasien di
Ruang Rawat Inap lantai 3 Wing B Rumah Sakit Semen Padang tahun
2017.

2. Bagi Perawat
Dapat mengoptimalkan pemberian asuhan keperawatan dan
meningkatkan kepuasan pasien dengan komunikasi efektif di Ruang
Rawat Inap Lantai 3 Wing B Rumah Sakit Semen Padang tahun 2017.

5
3. Bagi Pasien
Dapat mencegah terjadinya kejadian yang tidak diharapkan dan
meningkatkan kepuasan pada pasien di Ruang Rawat Inap lantai 3 Wing
B Rumah Sakit Semen Padang tahun 2017.
4. Bagi mahasiswa
Dapat menambah pengetahuan terkait manajemen layanan di ruang
rawat dan sebagai pemenuhan tugas praktek keperawatan manajemen
keperawatan Fakultas Keperawatan Universitas Andalas.

6
BAB II
ANALISIS SITUASI RUANGAN

Rumah Sakit Semen Padang merupakan rumah sakit swasta tipe C yang merupakan
rujukan dari puskesmas. Rumah Sakit Semen Padang memiliki 4 instalasi yaitu IGD, Instalasi
Rawat Inap, Instalasi Rawat Jalan, Instalasi Rawat Intensif.
Berdasarkan pengamatan situasi di ruang rawat inap lantai 3 yang terdiri dari ruang
VIP, ruang kelas I dan Kelas Utama. Jumlah tenaga keperawatan seluruhnya ada 13 orang,
dengan tingkat pendidikan 3 orang berpendidikan Ners dan 10 orang berpendidikan DIII
Keperawatan. Ruang Rawat ini dipimpin oleh satu orang kepala ruangan, ada 3 orang Katim
dan 10 orang perawat pelaksana dengan jadwal 3 shift yaitu pagi, sore, malam. Model
penyelenggaraan asuhan keperawatan di Ruangan Rawat Inap Lantai 3 yaitu metode tim.
Pertanggung jawaban perawat pelaksana dibagi berdasarkan tingkat ketergantungan pasien.
Selain perawat pelaksana, kepala ruangan juga ada memanajemen staf non medis yaitu
pegawai kebersihan.
Fasilitas yang tersedia diruang rawat inap lantai 3 terdiri dari, 1 buah kamar mandi
pasien yang terdapat di masing-masing ruang, hand rub 1 buah di masing-masing ruang, 1
ruang kepala ruangan, 1 kamar pegawai, 1 ruang pantry, dan 1 buah gudang.

A. WINSHIELD SURVEY
Berdasarkan hasil winshield survey di Ruang Rawat Inap lantai 3 Rumah Sakit
Semen Padang pada tanggal 7 – 8 Agustus 2017, kelompok menemukan ada beberapa
masalah di Ruang Rawat Inap lantai 3 Rumah Sakit Semen Padang, yaitu:

1. Pelaksanaan Cuci Tangan dalam Five Moments


Penderita infeksi nosokomial diseluruh dunia sebesar 9% dengan variasi antara
(3-20%) terdapat dirawat inap rumah sakit. Negara berkembang termasuk Indonesia
memiliki rata-rata prevalensi infeksi nosokomial sekitar 9,1% dengan kejadian 6,1-16%.
Cuci tangan adalah salah satu prosedur yang paling penting dalam mencegah infeksi
nosokomial. Saat di observasi ada beberapa perawat yang sesuai dengan tahapan dan ada
juga yang tak sesuai dengan tahapan yang telah ditetapkan, sehingga berpotensi untuk
menularkan infeksi nosokomial pasien di rumah sakit kepada orang lain. Sesuai dengan

7
penelitian yang dilakukan oleh Sukron (2013) di IRNA C RSUP Fatmawati , 69,1%
perawat kurang dalam kepatuhan cuci tangan yang sesuai.

Prinsip dari 6 langkah cuci tangan antara lain dilakukan dengan menggosokkan
tangan menggunakan cairan antiseptic (handrub) dengan air mengalir dan sabun
antiseptic (handwash). Handrub dilakukan selama 20-30 detik sedangkan handwash 40-
60 detik. Lima kali melakukan handrub sebaiknya diselingi 1 kali handwash. Sedangkan
lima momen melakukan cuci tangan ada yaitu sebelum kontak dengan pasien, sebelum
tindakan aseptic, setelah terkena cairan tubuh pasien, setelah kontak dengan pasien dan
setelah kontak dengan lingkungan disekitar pasien (WHO, 2016).

Langkah – langkah cuci tangan menurut WHO

a. Kedua telapak tangan saling di gosok


b. Letakkan telapak tangan kanan diatas tangan kiri lalu gosokkan sela-sela jari
tersebut dan sebaliknya
c. Posisi telapak tangan kanan dan kiri saling menempel, jari-jari saling terkait
d. Letakkan punggung jari kanan pada telapak tangan kiri, posisi saling mengunci
dan sebaliknya
e. Gosok memutar ibu jari kanan dengan telapak kiri dan sebaliknya
f. Jari-jari tangan kanan menguncup, gosok memutar diatas telapak tangan kiri
dan sebaliknya.
Berdasarkan hasil pengamatan kelompok di ruangan, terdapat 5 orang perawat cuci
tangan dengan handrub dan handwash sesuai dengan waktunya. Terdapat 5 orang perawat
yang benar pada gerakan 1, 2, 3, 4, dan 2 dari 5 orang benar pada gerakan ke-6. Terdapat 3
orang perawat yang melakukan cuci tangan memutar searah jarum jam. Dari 5 orang perawat
terdapat 3 orang yang lupa mencuci tangan sebelum menyentuh pasien. Terdapat 2 dari 5
orang perawat yang mencuci tangan setelah meyentuh pasien dan setelah meninggalkan area
lingkungan sekitar pasien.
Identifikasi masalah : Belum optimalnya pelaksanaan cuci tangan dalam five moments.

8
2. Penerapan Standar Komunikasi Identifikasi Pasien Saat Pemberian Obat
Keselamatan pasien (patient safety) merupakan suatu variabel untuk mengukur
dan mengevaluasi kualitas pelayanan di rumah sakit. Depkes melaporkan setiap tenaga
kesehatan di Rumah Sakit termasuk didalamnya perawat wajib menerapkan insiden
keselamatan pasien. Joint Commission Internasional (JCI) &World Health Organitation
(WHO) melaporkan beberapa negara terdapat 70% kejadian kesalahan dalam pemberian
obat (Depkes, 2008).
Menurut Kemenkes (2011) obat-obatan menjadi bagian dari rencana pengobatan
pasien, manajemen Rumah Sakit harus berperan secaran kritis untuk memastikan
keselamatan pasien. Nama obat, rupa , dan ucapan mirip (NORUM), yang
membingungkan staff pelaksana merupakan salah satu penyebab yang paling sering
dalam kesalahan obat (Medication error). Penelitian Clancy, (2011) menunjukkan bahwa
unit perawatan rata-rata terjadi 3,7 insiden kesalahan obat setiap enam bulan. Weant,
Humpries, Hiet & Armitstead, (2010) menyatakan ribuan orang Amerika meninggal
setiap tahun akibat kesalahan obat selama dirawat di rumah sakit, diperkirakan 29
milyard dollarAmerika dihabiskan tiap tahun akibat kesalahan obat.
Berdasarkan hasil pengamatan terhadap penerapan standar komunikasi
identifikasi pasien sebelum pemberian obat terdapat. Terdapat 3 dari 4 orang perawat
belum meminta pasien untuk menyebutkan nama, no.MR, atau ibu kandung ke pasien
sebelum memberikan obat. Terdapat 2 dari 4 orang perawat yang lupa menjelaskan nama
dan jenis obat yang akan diberikan kepada pasien. Langkah-langkah tersebut memang
terkesan menghabiskan waktu tetapi menurut data survey Peta Nasional Keselamatan
Pasien (Kongres PERSI 2007) kesalahan dalam pemberian obat menduduki peringkat
pertama (24,8%) dari 10 besar insiden yang dilaporkan (Kemenkes, 2008) (Andi, 2013).
Identifikasi masalah : Belum optimalnya penerapan standar komunikasi identifikasi
pasien saat pemberian obat.

3. Komunikasi SBAR dalam Pelaksanaan Overan


Komunikasi SBAR adalah merupakan salah satu alat komunikasi yang
menyediakan metode jelas mengkomunikasikan informasi terkait dengan kondisi dan
keadaan klien (Arwani, 2002). Rekomendasi WHO mewajibkan untuk memperbaiki pola
komunikasi pada saat melakukan operan (over hand ) harus menggunakan suatu standar
komunikasi strategis yaitu SBAR (WHO dalam Rezkiki, 2016). Kesalahan dalam
9
komunikasi adalah peneybab utama dari peristiwa yang tidak diinginkan, berdasarkan
laporan pada komisi WHO di Amerika sebanyak 11% kesalahan komunikasi
menyebabkan kecacatan permanen pada pasien, dan 6% kesalahan komunikasi karena
kurangnya keterampilan dalam komunikasi SBAR (WHO, 2010. ). Komponen SBAR
terdiri dari Situation, Backround, Assessmentand Recommendation. Pada komponen “S“
berisikan kondisi terkini yang terjadi pada pasien yaitu nama pasien, umur, tanggal
masuk, hari rawatan, diagnose medis, masalah keperawatan saat overan. Pada komponen
“B” berisikan info penting berhubungan dengan kondisi pasien terkini yang terdiri dari
keluhan utama pasien, intervensi yang telah dilakukan oleh perawat, respon pasien dan
terapi medis. Pada komponenen “A” terdiri dari hasil pengkajian terkini meliputi tanda
vital, skala nyeri, tingkat kesadaran, resiko jatuh, status nutrisi, eliminasi, hasil penilaian
abnormal, informasi klinik yang mendukung. Pada komponen “R” terdiri dari
rekomendasi NCP yang perlu dilanjutkan (Supinganto, 2015).

Dari hasil pengamatan di Ruang Rawat Inap lantai 3 Rumah Sakit Semen Padang
didapatkan, bahwa prosedur overan sudah dilakukan pada setiap pergantian shift dan
dikerjakan dengan baik namun belum berjalan dengan optimal. Teknik komunikasi
SBAR pada overan oleh perawat sudah dilakukan dengan baik tetapi masih ada hal yang
belum dilaksanakan dengan optimal. Hasil observasi kelompok selama 3 hari pada saat
overan secara acak didapatkan pada bagian S (Situation) sebanyak 3 kali overan perawat
masih melewatkan menyebutkan masalah keperawatan saat overan. Pada bagian B
(background) dari 3 kali overan hanya 1 overan yang belum menjelaskan keluhan pasien
yang sering terlewatkan adalah menjelaskan keluhan utama pasien. Pada A (Assesment)
dari 3 kali observasi overan tersebut belum ada yang menyebutkanskala nyeri, tingkat
kesadaran, dan resiko jatuh pasien. Pada bagian R (Recommendation) dari 3 kali
observasi overan tersebut belum ada yang menyebutkan NCP yang perlu dilanjutkan
termasuk discharge planning. 2 dari 3 kali observasi overan tersebut tidak
merekomendasikan edukasi pasien atau keluarga.

Identifikasi Masalah : Belum terlaksananya komunikasi efektif SBAR dalam overan

4. Pengelompokan tingkat ketergantungan pasien


Dari hasil observasi kelompok selama dua hari, kelompok menemukan
pengelompokan tingkat ketergantungan pasien yang belum sesuai, seperti ada 4 orang pasien
10
yang direncanakan pulang oleh dokter tetapi masih tergolong ke dalam tingkat
ketergantungan parsial care, seharusnya tingkat ketergantungan yang sesuai yaitu minimal
care karena pasien hanya memerlukan sedikit bantuan dari petugas kesehatan untuk
membantu kegiatannya, sehingga mereka diizinkan pulang oleh dokter. Kelompok
menemukan 2 pasien yang seharusnya dikelompokkan ke tingkat ketergantungan pasien total
care, ternyata dikelompokkan ke tingkat ketergantungan parsial care, padahal klien
membutuhkan bantuan penuh dari perawat untuk membantu kegiatan klien.

Tingkat ketergantungan pasien harus dilihat perkembangannya secara berkelanjutan


untuk melihat apakah ada perubahan tingkat ketergantungan pasien menuju lebih baik atau
masih dalam proses penyembuhanDalam penggolongan tingkat ketergantungan pasien perlu
adanya landasan dalam memilih hal tersebut, seperti adanya format SOP (standar operasional
prosedur). Menurut bagaian manajemen keperawatan untuk penggolongan tingkat
ketergantungan pasien memang belum ada SOP-nya. Kesalahan dalam penggolongan tingkat
ketergantungan pasien dapat meningkatkan data kekurangan tenaga di ruangan, hal ini akan
meningkatkan beban rumah sakit untuk mencari tenaga kesehatan tambahan dimana juga
akan meningkatkan beban biaya pengeluaran rumah sakit.

Identifikasi Masalah : Belum optimalnya pengelompokan tingkat ketergantungan


pasien

Berdasarkan uraian diatas, didapatkan daftar masalah sebagai berikut :


1. Daftar Masalah
a. Belum optimalnya pelaksanaan cuci tangan dalam five moments
b. Belum optimalnya penerapan standar komunikasi identifikasi pasien saat
pemberian obat
c. Belum optimalnya komunikasi efektif SBAR dalam overran
d. Belum optimalnya pengelompokan tingkat ketergantungan pasien

B. Rumusan Masalah

No. Data Masalah

1. Demografi

11
1. Lebih dari separuh perawat
(100%) berusia 21-30 tahun.
2. Lebih dari separuh perawat
(87,5%%) berjenis kelamin
perempuan.
3. Lebih dari separuh perawat
(62,5%) memiliki pendidikan
terakhir Diploma III.
4. Seluruh perawat ruang rawat inap
lantai 3 wing B (100%) diruang
rawat inap lantai 3 Rumah Sakit
Semen Padang memiliki masa
kerja 0-5 tahun.
2. Penerapan Standar Komunikasi Belum optimalnya penerapan
Identifikasi Pasien Saat Pemberian Obat standar komunikasi identifikasi
Pengetahuan pasien saat pemberian obat.
1. Sebanyak 38% perawat masih
jarang meminta pasien
menyebutkan identitasnya (nama
dan no. MR/ibu kandung.
2. Sebanyak 25% perawat masih
jarang menjelaskan nama dan
jenis obat ke pasien.

Belum terlaksananya
3 Pelaksanaan komunikasi efektif SBAR komunikasi efektif SBAR dalam
Pengetahuan overan
1. Lebih dari separuh perawat (62%)
sangat setuju setiap overan dinas
menyebutkan tanda-tanda vital
pasien pada bagian situation dari
SBAR, seharusnya tanda-tanda

12
vital merupakan bagian dari
asessment.
2. Lebih dari separuh perawat (75%)
sangat setuju saat overan
disampaikan masalah
keperawatan pada bagian
background dari SBAR,
seharusnya masalah keperawatan
merupakan bagian dari situation.
3. Lebih dari separuh perawat (62%)
sangat setuju setiap overan dinas
disampaikan respon pasien pada
bagian asessment dari SBAR,
seharusnya respon pasien
merupakan bagian dari
background.
4. Lebih dari separuh perawat (87%)
sangat setuju saat overan
disampaikan intervensi yang telah
dilakukan perawat pada bagian
recomendation dari SBAR,
seharusnya intervensi yang telah
dilakukan perawat merupakan
bagian dar background.
Belum optimalnya pelaksanaan
Pelaksanaan Cuci Tangan dalam Five cuci tangan dalam five moments.
4 Moments
Pengetahuan
1. Lebih dari separuh perawat
(63%) setuju mencuci tangan
sesuai 7 langkah WHO, padahal
ada 6 langkah cuci tangan.

13
2. Lebih dari separuh perawat
(62%) perawat setuju menggosok
ibu jari dengan gerakan berputar-
putar.
3. Lebih dari separuh perawat
(62%) sangat setuju mencuci
tangan sesuai dengan 6 moment
padahal ada 5 moment cuci
tangan menurut WHO.
4. Separuh perawat (50%) sangat
setuju mencuci tangan sebelum
menyentuh area lingkungan
pasien padahal seharusnya
dilakukan setelah kontak dengan
menyentuh pasien. Belum optimalnya
pengelompokan tingkat
Pengelompokan tingkat ketergantungan ketergantungan pasien
pasien
5 Pengetahuan
1. Keseluruhan perawat (100%)
mengetahui cara menggolongkan
tingkat ketergantungan pasien.
2. Kurang dari separuh perawat
(37%) mengkaji keadaan pasien
sebelum menggolongkan tingkat
ketergantungan pasien.
3. Keseluruhan perawat (100%)
mengatakan tidak tersedianya
standart baku tertulis cara
menggolongkan tingkat
ketergantungan.
4. Lebih dari Separuh perawat (75%)

14
mengatakan pentingnya format
pengisian menggolongkat tingkat
ketergantungan.

15
Data Demografi
Data Presentasi Dominan
Usia 21-30 Tahun
Jenis Kelamin Perempuan
Pendidikan D III dan S1
Masa Kerja 0-5 Tahun

Pengetahuan Perawat Tentang Gerakan Cuci Tangan

Keterangan :
Pengetahuan Perawat 1. Mencuci tangan sesuai 7 langkah WHO

Tentang Gerakan Cuci Tangan 2. Mencuci tangan menggunakan handrub 10-20


detik dan hand wash 30-40 detik

(Hand Hygiene) 3. Meratakan handrub/handwash ditelapak tangan


searah jarum jam
10 4. menggosok punggung tangan sampai sela ujung
jari-jari kiri dan kanan
8 5. menggosok sela-sela jari bagian dalam saling

6 menyilang
6. menggosok ibu jari dengan gerakan berputar-
4 putar

2 7. memutar ujung jari di telapak tangan dan


sebaliknya dari dalam ke luar
0
1 2 3 4 5 6 7

SANGAT SETUJU SETUJU


KURANG SETUJU TIDAK SETUJU

Berdasarkan diagram tentang pengetahuan perawat diatas terlihat pengetahuan


perawat sudah baik, tetapi masih ada kebingungan terhadap gerakan-gerakan cuci
tangan yaitu, sebanyak separuh (50%) perawat setuju meratakan
handrub/handwash searah jarum jam, dimana seharusnya dilakukan berlawanan
arah jarum jam. Selanjutnya, sebanyak lebih dari separuh perawat (62%) perawat
setuju memutar ujung jari di telapak tangan dari , dimana seharusnya saat
menggosok ibu jari gerakannya berputar dari dalam keluar.

16
a. Mencuci tangan menurut WHO

Sangat Setuju Setuju Kurang Setuju Tidak Setuju


0%
0%

37%

63%

Dari diagram diatas didapatkan bahwa lebih dari separuh (63%) perawat
setuju mencuci tangan 7 langkah, padahal ada 6 langkah cuci tangan menurut
WHO.

b. Menggosok ibu jari dengan gerakan berputar-putar

menggosok ibu jari dengan gerakan berputar-putar


Sangat Setuju
Setuju
Kurang Setuju
Tidak Setuju
0% 0%

38%

62%

Dari diagram diatas didapatkan bahwa lebih dari separuh (62%) perawat
setuju menggosok ibu jari dengan gerakan berputar-putar

17
Pengetahuan Perawat Tentang Five Moments Cuci Tangan

Keterangan :
Pengetahuan Perawat Tentang 1. cuci tangan sesuai dengan 6 momen

Five Moments Cuci Tangan 2.


WHO
cuci tangan sebelum menyentuh pasien
10 3. cuci tangan setelah melakukan
tindakan aseptik
8 4. cuci tangan setelah terkena cairan
tubuh pasien
6
5. cuci tangan setelah menyentuh pasien
4 6. cuci tangan sebelum menyentuh area
lingkungan sekitar pasien
2
0
1 2 3 4 5 6

SANGAT SETUJU SETUJU KURANG SETUJU TIDAK SETUJU


\

Berdasarkan grafik tentang pengetahuan perawat terhadap five moments


didapatkan bahwa sebanyak 50% perawat setuju cuci tangan sebelum menyentuh
area lingkungan sekitar pasien. Dimana pada moments kelima seharusnya
mencuci tangan setelah menyentuh area lingkungan pasien.

18
a. Mencuci tangan sesuai dengan 5 momen WHO

cuci tangan sesuai dengan 6 momen WHO


Sangat Setuju
Setuju
Kurang Setuju
Tidak Setuju
0%
38%

62%

Dari diagram diatas didapatkan bahwa lebih dari separuh (62%) perawat
sangat setuju mencuci tangan sesuai dengan 6 momen, padahal ada 5 momen cuci
tangan menurut WHO

b. Mencuci tangan sebelum menyentuh area lingkungan sekitar pasien

cuci tangan sebelum menyentuh area lingkungan sekitar pasien


Sangat Setuju
Setuju
Kurang Setuju
Tidak Setuju
0%
0%

50% 50%

Dari diagram diatas didapatkan bahwa separuh (50%) perawat sangat setuju mencuci tangan sebelum

menyentuh area lingkungan pasien, padahal seharusnya dilakukan setelah kontak dengan area lingkungan pasien.

Pengetahuan Perawat Tentang SBAR pada Komponen Sittuasion

Keterangan :
1. 19
Nama pasien
2. Umur
3. Tanggal masuk
4. Hari rawatan
5. Dx. Medis
Pengetahuan Perawat Tentang
SBAR Pada Komponen
Sittuasion
10
8
6
4
2
0
1 2 3 4 5 6

SANGAT SETUJU SETUJU KURANG SETUJU TIDAK SETUJU

Berdasarkan grafik diatas dapat dilihat pengetahuan perawat tentang SBAR pada
komponen sittuasion sudah baik. Perawat sudah mampu mengidentifikasi item-
item dari komponen sittuasion.

TTV
Sangat Setuju Setuju Kurang Setuju Tidak Setuju
0%
38%
62%

Dari diagram diatas didapatkan bahwa lebih dari separuh (62%) perawat sangat setuju setiap overan dinas menyebutkan

tanda-tanda vital pasien pada bagian sittuasion dari SBAR, seharusnya tanda-tanda vital merupakan bagian dari assesment.

Pengetahuan Perawat Tentang SBAR pada Komponen Background

20
Keterangan :
Pengetahuan Perawat tentang
1. Masalah keperawatan
SBAR Komponen Background 2. Skala nyeri
7 3. Resiko jatuh
6 4. Terapi medis
5
4
3
2
1
0
1 2 3 4

SANGAT SETUJU SETUJU KURANG SETUJU TIDAK SETUJU

Berdasarkan grafik diatas dapat dilihat pengetahuan perawat tentang SBAR pada
komponen Background sudah baik. Perawat sudah mampu mengidentifikasi item-
item dari komponen background.

masalah keperawatan
Sangat Setuju Setuju Kurang Setuju Tidak Setuju
0%
0%

25%

75%

Dari diagram diatas didapatkan bahwa lebih dari separuh (75%) perawat sangat setuju saat overan disampaikan

masalah keperawatan pada bagian background dari SBAR, seharusnya masalah keperawatan merupakan bagian dari

situasion

Pengetahuan Perawat Tentang SBAR pada Komponen Assessment

21
Keterangan :
Pengetahuan Perawat Tentang
1. Respon pasien
SBAR pada Komponen 2. Keluhan utama pasien

Assessment 3.
4.
Tingkat kesadaran
Status nutrisi
10 5. Eliminasi
8 6. Hasil penilaian abnormal
7. Info klinik yg mendukung
6
8. Ncp yg perlu dilanjutkan
4
dan discharge planning
2
0
1 2 3 4 5 6 7 8

SANGAT SETUJU SETUJU KURANG SETUJU TIDAK SETUJU

Berdasarkan grafik diatas dapat dilihat pengetahuan perawat tentang


SBAR pada komponen Assessment sudah baik. Perawat sudah mampu
mengidentifikasi item-item dari komponen assessment.

respon pasien
Sangat Setuju Setuju Kurang Setuju Tidak Setuju
0%
0%

38%

62%

Dari diagram diatas didapatkan bahwa lebih dari separuh (62%) perawat sangat setuju setiap overan dinas

disampaikan respon pasien pada bagian assesment dari SBAR, seharusnya respon pasien merupakan bagian dari

background

Pengetahuan Perawat Tentang SBAR pada Komponen Recommendation

22
Keterangan :
Pengetahuan Perawat Tentang
Series 1 : intervensi yg
SBAR pada Komponen telah dilakukan perawat
Recommendation
Series 2 : edukasi pasien
10 atau keluarga
8
Axis Title

6
4
2 Series1
0 Series2
SANGAT SETUJU KURANG TIDAK
SETUJU SETUJU SETUJU
Axis Title

Berdasarkan diagram diatas dapat dilihat pengetahuan perawat tentang SBAR


pada komponen Recommendation sudah baik. Perawat sudah mampu
mengidentifikasi item-item dari komponen Recommendation.

intervensi yang telah dilakukan perawat


Sangat Setuju Setuju Kurang Setuju Tidak Setuju

13% 0% 0%

87%

Dari diagram diatas didapatkan bahwa lebih dari separuh (87%) perawat sangat setuju saat overan disampaikan

intervensi yang telah dilakukan perawat pada bagian recommendation dari SBAR, seharusnya intervensi yang telah

dilakukan perawat merupakan bagian dari background.

Prilaku Perawat Terhadap Identifikasi Keselamatan Pasien Sebelum


Pemberian Obat

23
Keterangan :
Identifikasi Keselamatan 1. Memberi obat pasien tepat waktu

Pasien Sebelum Pemberian 2. Lupa untuk melihat gelang pasien sebelum


memberikan obat

Obat 3. Meminta pasien menyebutkan nama no.mr/ibu


kandung sebelum memberi obat
10 4. Melihat kembali gelang identitas pasien untuk
memastikan kebenaran identitasnya
8
5. Menjelaskan nama dan jenis obat yang diberi
6 ke pasien

4
2
0
1 2 3 4 5

SELALU SERING JARANG TIDAK PERNAH

Berdasarkan grafik diatas didapatkan bahwa prilaku perawat tentang identifikasi


keselamatan pasien sebelum pemberian obat sudah cukup baik. Tetapi terdapat
prilaku perawat yang belum optimal pada item perawat meminta pasien
menyebutkan nama no.mr/ibu kandung sebelum member obat.

Disribusi Frekuensi Perawat Meminta


Pasien Untuk Menyebutkan
Identitasnya (Nama dan No.MR/
Nama Ibu Kandung)
0%
SELALU SERING JARANG TIDAK PERNAH
38% 25%

37%

24
Berdasarkan diagram diatas didapatkan bahwa 38% perawat masih jarang
meminta pasien menyebutkan identitasnya (Nama dan No.Mr/ Nama Ibu
kandung).

Distribusi Frekuensi Perawat


Menjelaskan Nama dan Jenis Obat
SELALU SERING JARANG TIDAK PERNAH
0%

25% 25%

50%

Berdasarkan diagram diatas diatas didapatkan bahwa 25% perawat masih


jarang menjelaskan nama dan jenis obat ke pasien.

Mengetahui Cara Menggolongkan TKT


Ketergantungan Pasien

0%

YA
TIDAK
100%

Berdasarkan diagram diatas didapatkan bahwa 100% perawat mengetahui


cara menggolongkan tingkat ketergantungan pasien.

25
Tersedianya Standar Baku Tertulis Cara
Menggolongkan TKT Ketergantungan

0%

YA
TIDAK
100%

Berdasarkan diagram diatas didapatkan bahwa tidak ada tersedianya


standar baku tertulis cara menggolongkan tingkat ketergantungan di ruangan.

Cara Menggolongakan TKT


Ketergantngan Pasien
BERDASARKAN ARAHAN
KARU/KATIM
25% 25%
PENGETAHUAN SAAT MASA
13% PENDIDIKAN
25%
12%
MENCARI DIBUKU ATAU
DIINTERNET

Berdasarkan diagram diatas didapatkan bahwa cara menggolongkan


tingkat ketergantungan pasien berdasarkan arahan karu/katim, pengetahuan saat
masa pendidikan, dan berdasarkan kebiasaan di ruangan yaitu masing-masing
sebanyak 25%.

26
Pentingnya Format Pengisian
Untuk Menggolongkan TKT
Ketergantngan

25%
YA
75% TIDAK

Berdasarkan diagram diatas didapatkan bahwa lebih dari separuh (75%)


pentingnya format pengisian untuk menggolongkan tingkat ketergantungan pada
pasien.

27
C. PRIORITAS MASALAH BERDASARKAN ANALISA SWOT

No Masalah S W O T

Keperawatan KEKUATAN KELEMAHAN PELUANG ANCAMAN

1 Belum - Perawat pelaksana - Lebih dari separuh - Adanya mahasiswa - Meningkatnya kejadian
optimalnya yang tingkat perawat (63%) setuju Fakultas Keperawatan infeksi nosokomial
penerapan cuci pendidikan Ners mencuci tangan sesuai 7 Unand yang sedang - Tuntutan masyarakat yang
tangan dalam sebanyak 3 orang dan langkah WHO, padahal praktek Profesi lebih tinggi untuk
five momenths D3 sebanyak 10 ada 6 langkah cuci Manajemen mendapatkan pelayanan
orang. tangan. Keperawatan yang optimal
- Adanya motivasi dari - Lebih dari separuh
kepala ruangan perawat (62%) perawat
kepada seluruh setuju menggosok ibu
perawat untuk jari dengan gerakan
pelaksanaan cuci berputar-putar.
tangan 6 langkah - Lebih dari separuh
- Sudah adanya SOP perawat (62%) sangat
tentang cuci tangan 6 setuju mencuci tangan
langkah sesuai dengan 6 moment
28
padahal ada 5 moment
cuci tangan menurut
WHO.
- Separuh perawat (50%)
sangat setuju mencuci
tangan sebelum
menyentuh area
lingkungan pasien
padahal seharusnya
dilakukan setelah
kontak dengan
menyentuh pasien.

2 Belum - Perawat pelaksana - Sebanyak 38% perawat - Adanya mahasiswa - Tidak terjaminnya
optimalnya yang tingkat masih jarang meminta Fakultas Keperawatan perlindungan hukum
penerapan pendidikan S1 pasien menyebutkan Unand yang sedang pada perawat, jika
standar sebanyak 3 orang dan identitasnya (nama dan praktek Profesi terjadi kejadian yang
komunikasi D3 sebanyak 10 no. MR/ibu kandung. Manajemen tidak diinginkan
identifikasi orang. Keperawatan - Tuntutan masyarakat
pasien saat - Adanya keinginan - Sebanyak 25% perawat yang lebih tinggi untuk
dari perawat untuk masih jarang mendapatkan pelayanan
29
pemberian obat belajar tentang menjelaskan nama dan yang optimal
penerapan standar jenis obat ke pasien.
komunikasi
identifikasi pasien
saat pemberian obat

3 Belum - Perawat pelaksana - Perawat belum optimal


terlaksananya yang tingkat menerapkan komunikasi - Adanya mahasiswa - Tidak terjaminnya
komunikasi pendidikan S1 efektif SBAR dalam Fakultas Keperawatan perlindungan hukum
efektif SBAR sebanyak 3 orang overan di ruang rawat Unand yang sedang pada perawat, jika
dalam overan dan D3 sebanyak 10 inap lantai 3 Rumah Sakit praktek Profesi terjadi kejadian yang
orang. Semen Padang Manajemen tidak diinginkan
- Sudah ada SOP - Lebih dari separuh Keperawatan
komunikasi efektif perawat (62%) sangat
SBAR dalam setuju setiap overan dinas
overan menyebutkan tanda-tanda
vital pasien pada bagian
situation dari SBAR,
seharusnya tanda-tanda
vital merupakan bagian
dari asessment.
30
- Lebih dari separuh
perawat (75%) sangat
setuju saat overan
disampaikan masalah
keperawatan pada bagian
background dari SBAR,
seharusnya masalah
keperawatan merupakan
bagian dari situation.
- Lebih dari separuh
perawat (62%) sangat
setuju setiap overan dinas
disampaikan respon
pasien pada bagian
asessment dari SBAR,
seharusnya respon pasien
merupakan bagian dari
background.
- Lebih dari separuh
perawat (87%) sangat
setuju saat overan
31
disampaikan intervensi
yang telah dilakukan
perawat pada bagian
recomendation dari
SBAR, seharusnya
intervensi yang telah
dilakukan perawat
merupakan bagian dar
background.
4 Belum - Perawat pelaksana - Perawat belum optimal - Adanya mahasiswa - Tuntutan masyarakat yang
optimalnya yang tingkat dalam menentukan tingkat Fakultas Keperawatan lebih tinggi untuk
pengelompokan pendidikan S1 ketergantungan pasien Unand yang sedang mendapatkan pelayanan
tingkat sebanyak 3 orang dan praktek Profesi yang optimal sesuai
- Perawat mengatakan tidak
ketergantungan D3 sebanyak 10 Manajemen dengan kebutuhannya
tersedianya standar baku
pasien orang. Keperawatan
tertulis cara
- belum adanya SOP
menggolongkan tingkat
tentang
ketergantungan pasien
pengelompokan
tingkat - Kurang dari separuh
ketergantungan pasien (37%) perawat mengkaji
- Seluruh perawat keadaan pasien sebelum
32
(100%) mengetahui menggolongkan tingkat
cara menggolongkan ketergantungan pasien
tingkat
ketergantungan pasien
- Lebih dari Separuh
perawat (75%)
mengatakan
pentingnya format
pengisian
menggolongkat
tingkat
ketergantungan.

33
D. Alternatif Pemecahan Masalah (Fish Bone)
1. Belum Optimalnya pelaksanaan cuci tangan pada penerapan five moments di Ruang Rawat Inap Lantai 3 Rumah Sakit
Semen Padang

MAN MATERIAL

Perawat belum optimal


melakukan 7 langkah
Kurangnya kesadaran cuci tangan dengan 5
akan pentingnya cuci moment di ruangan Kurangnya motivasi
tangan dengan 5 perawat dalam
moments melakukan 7 langkah
cuci tangan dengan 5
moment
Belum Optimalnya
pelaksanaan cuci
tangan 7 langkah
Kurangnya reward dan dengan 5 moment
pengawasan untuk
melakukan cuci tangan Kurangnya
7 langkah dengan 5 sempurnanya
moment pelaksanaan cuci
tangan 7 langkah
dengan 5 moment
tentang post
conference
MARKET
METHOD

34
2. Belum Optimalnya penentuan tingkat ketergantungan pasien oleh perawat ruangan di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit
Semen Padang
MATERIAL
MAN

Perawat belum optimal


dalam menentukan
Kurangnya tingkat ketergantungan
pemahaman dan Belum diadakannya
pengetahuan perawat SOP dalam
dalam menentukan menentukan tingkat
tingkat ketergantungan ketergantungan pasien

Belum tepatnya
penentuan tingkat
ketergantungan
pasien
Kurangnya reward dan
Belum adanya
pengawasan dalam
standar penentuan
penentuan tingkat
tingkat
ketergantungan pasien
ketergantungan
pasien

MARKET

METHOD

35
3. Belum Optimalnya Pelaksanaan metode SBAR di Ruang Rawat Inap Lantai 3 RS Semen Padang

MATERIAL
MAN
Perawat melakukan
overan dan melihat
langsung keadaan pasien
Perawat berpendapat ke ruangan pasien
bahwa SBAR dalam
overan terlalu lama. Kurangnya upgrade
ilmu tentang
pelaksaan metode
SBAR dalam overan
pasien Belum
Terlaksananya
menggunakan
metode SBAR dalam
Kurangnya motivasi overan
(dukungan) reward Kurangnya kepatuhan
(penghargaan) dan dalam menjalankan
punishment untuk melakukan prosedur sesuai SOP
metode SBAR dalam overan

Overan ke pasien
belum menggunakan
metode SBAR
MARKET
METHOD

36
4. . Belum Optimalnya Standar Komunikasi Identifikasi Pasien Saat Pemberian Obat di Ruang Rawat Inap Lantai III Rumah
Sakit Semen Padang

MAN
Perawat belum optimal MATERIAL
menerapkan standar
komunikasi identifikasi
pasien saat pemberian
Perawat kurang obat
memahami Kurangnya upgrade
pentingnya ketepatan ilmu tentang standar
identifikasi pasien komunikasi
saat pemberian obat identifikasi pasien saat
pemberian obat
Belum optimalnya
Standar Komunikasi
Identifikasi Pasien
Saat Pemberian Obat
Kurangnya kepatuhan
dalam menjalankan
Kurangnya motivasi standar komunikasi
dan pengawasan untuk identifikasi pasien saat
mengidentifikasi pemberian obat
pasien saat pemberian
obat
kepatuhan menjalankan
MARKET pre conference
METHOD 37
POA (Planning Of Action)

No Masalah Rencana Tujuan Sasaran Waktu/Tgl Tempat P. Jawab


Kegiatan

1 Belum Persamaan Menyamakan persepsi Perawat dan 15 Agustus Lantai 2 Serba Pembimbing
optimalnya Persepsi perawat dan mahasiswa mahasiswa 2017 Guna Rumah klinik dan
penerapan tentang penerapan Sakit Semen pembimbing
standar standar komunikasi Padang akademik
komunikasi identifikasi pasien saat
identifikasi pemberian obat
pasien saat
pemberian obat

Role play Perawat 16 – 18


Menerapkan Agustus 2017 Nurse Station Mahasiswa
pelaksanaan penerapan Ruang rawat FKEP UNAND
standar komunikasi inap lantai 3
identifikasi pasien saat Rumah Sakit
pemberian obat Semen Padang

21 Agustus
Evaluasi Perawat Mahasiswa
Ruang rawat

38
Melihat kemampuan dan 2017 inap lantai 3 FKEP UNAND
motivasi perawat Rumah Sakit
sebelum dan sesudah Semen Padang
pelaksanaan role play

No Masalah Rencana Tujuan Sasaran Waktu/Tgl Tempat P. Jawab


Kegiatan

2 Belum Persamaan Menyamakan persepsi Perawat dan 15 Agustus Lantai 2 Serba Pembimbing
optimalnya Persepsi perawat dan mahasiswa mahasiswa 2017 Guna Rumah klinik dan
pelaksanaan tentang pelaksanaan cuci Sakit Semen pembimbing
cuci tangan tangan dalam five Padang akademik
dalam five moments
moments.
Role play Menerapkan Perawat 16 – 18
Nurse Station Mahasiswa
pelaksanaan cuci tangan Agustus 2017
Ruang rawat FKEP UNAND
dalam five moments
inap lantai 3
Rumah Sakit
Semen Padang

39
Evaluasi Perawat 21 Agustus Mahasiswa
2017 FKEP UNAND
Melihat kemampuan dan Ruang rawat
motivasi perawat inap lantai 3
sebelum dan sesudah Rumah Sakit
pelaksanaan role play Semen Padang

No Masalah Rencana Tujuan Sasaran Waktu/Tgl Tempat P. Jawab


Kegiatan

3 Belum Persamaan Menyamakan persepsi Perawat dan 15 Agustus Lantai 2 Serba Pembimbing
optimalnya Persepsi perawat dan mahasiswa mahasiswa 2017 Guna Rumah klinik dan
komunikasi tentang komunikasi Sakit Semen pembimbing
efektif SBAR efektif SBAR dalam Padang akademik
dalam overan overan

Role play Menerapkan penerapan Perawat 16 – 18 Nurse Station Mahasiswa

40
komunikasi efektif Agustus Ruang Rawat FKEP UNAND
SBAR dalam overan 2017 Inap Lantai 3
Rumah Sakit
Semen Padang

Ruang rawatan Mahasiswa


Evaluasi Perawat
Melihat kemampuan dan 21 Agustus pasien di ruang FKEP UNAND
motivasi perawat 2017 rawat inap
sebelum dan sesudah lantai 3 Rumah
pelaksanaan role play Sakit Semen
Padang

No Masalah Rencana Tujuan Sasaran Waktu/Tgl Tempat P. Jawab


Kegiatan

4. Belum Persamaan Menyamakan persepsi Perawat dan 15 Agustus Lantai 2 Serba Pembimbing
optimalnya Persepsi perawat dan mahasiswa mahasiswa 2017 Guna Rumah klinik dan

41
pengelompokan tentang pengelompokan Sakit Semen pembimbing
tingkat tingkat ketergantungan Padang akademik
ketergantungan pasien
pasien

Role play Perawat 16 – 18 Nurse Station


Menerapkan penerapan
Agustus Ruang Rawat Mahasiswa
pengelompokan tingkat
2017 Inap Lantai 3 FKEP UNAND
ketergantungan pasien
Rumah Sakit
Semen Padang

Evaluasi Perawat
21 Agustus Mahasiswa
Melihat kemampuan dan Ruang rawatan
2017 FKEP UNAND
motivasi perawat pasien di ruang
sebelum dan sesudah rawat inap
pelaksanaan desiminasi lantai 3 Rumah
ilmu pengelompokan Sakit Semen
tingkat ketergantungan Padang
pasien dan role play

42
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil wienshield survey, kelompok menemukan masalah pelayanan
asuhan keperawatan di Ruang Rawat Inap Lantai 3 Wing B Rumah Sakit Semen Padang,
antara lain:
1. Belum optimalnya pelaksanaan cuci tangan dalam five momenths
2. Belum optimalnya penerapan standar komunikasi identifikasi pasien saat pemberian
obat
3. Belum terlaksananya komunikasi efektif SBAR dalam overan
4. Belum optimalnya pengelompokan tingkat ketergantungan pasien

B. SARAN
Dari hasil diatas, diharapkan hasil observasi ini dapat kita pecahkan dalam
lokakarya mini dengan melibatkan semua staf ruang rawat inap lantai 3 Wing B Rumah
Sakit Semen Padang. Untuk bersama-sama melakukan perubahan demi tercapainya
pelayanan prima.

43

Anda mungkin juga menyukai