PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Rumah Sakit sebagai salah satu organisasi pelayanan yang bergerak di
bidang kesehatan memiliki suatu sistem yang terdiri dari tim pelayanan
kesehatan seperti dokter, perawat, ahli gizi dan tenaga kesehatan lainnya yang
melayani masyarakat secara umum. Oleh karena itu, pihak rumah sakit dituntut
untuk memberikan pelayanan terbaik sehingga diperlukan manajemen yang
baik dan efektif yang mempunyai satu tujuan untuk meningkatkan pelayanan
kesehatan (Sudarianto, 2008).
1
sakit, terlaksananya program-program pencegahan sehingga tidak terjadi
pengulangan kejadian tidak diharapkan (Nursalam, 2011).
3
ruangan dengan 3 tempat tidur dan Kelas I terdiri dari 6 ruangan dengan 12
tempat tidur. Tenaga perawat terdiri dari 13 orang dengan pendidikan S1 Ners
sebanyak 3 dan D3 sebanyak 10 orang.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mengidentifikasi permasalahan yang berkaitan manajemen
pelayanan dan manajemen asuhan keperawatan di Ruang Rawat Inap
lantai 3 Wing B Rumah Sakit Semen Padang tahun 2017.
4
2. Tujuan Khusus
Secara individu/ kelompok mahasiswa dapat menunjukkan
kemampuan:
C. Manfaat Penulisan
1. Bagi Rumah Sakit
Makalah ini diharapkan dapat memberikan tambahan informasi
mengenai beberapa masalah pelayanan dan tingkat kepuasan pasien di
Ruang Rawat Inap lantai 3 Wing B Rumah Sakit Semen Padang tahun
2017.
2. Bagi Perawat
Dapat mengoptimalkan pemberian asuhan keperawatan dan
meningkatkan kepuasan pasien dengan komunikasi efektif di Ruang
Rawat Inap Lantai 3 Wing B Rumah Sakit Semen Padang tahun 2017.
5
3. Bagi Pasien
Dapat mencegah terjadinya kejadian yang tidak diharapkan dan
meningkatkan kepuasan pada pasien di Ruang Rawat Inap lantai 3 Wing
B Rumah Sakit Semen Padang tahun 2017.
4. Bagi mahasiswa
Dapat menambah pengetahuan terkait manajemen layanan di ruang
rawat dan sebagai pemenuhan tugas praktek keperawatan manajemen
keperawatan Fakultas Keperawatan Universitas Andalas.
6
BAB II
ANALISIS SITUASI RUANGAN
Rumah Sakit Semen Padang merupakan rumah sakit swasta tipe C yang merupakan
rujukan dari puskesmas. Rumah Sakit Semen Padang memiliki 4 instalasi yaitu IGD, Instalasi
Rawat Inap, Instalasi Rawat Jalan, Instalasi Rawat Intensif.
Berdasarkan pengamatan situasi di ruang rawat inap lantai 3 yang terdiri dari ruang
VIP, ruang kelas I dan Kelas Utama. Jumlah tenaga keperawatan seluruhnya ada 13 orang,
dengan tingkat pendidikan 3 orang berpendidikan Ners dan 10 orang berpendidikan DIII
Keperawatan. Ruang Rawat ini dipimpin oleh satu orang kepala ruangan, ada 3 orang Katim
dan 10 orang perawat pelaksana dengan jadwal 3 shift yaitu pagi, sore, malam. Model
penyelenggaraan asuhan keperawatan di Ruangan Rawat Inap Lantai 3 yaitu metode tim.
Pertanggung jawaban perawat pelaksana dibagi berdasarkan tingkat ketergantungan pasien.
Selain perawat pelaksana, kepala ruangan juga ada memanajemen staf non medis yaitu
pegawai kebersihan.
Fasilitas yang tersedia diruang rawat inap lantai 3 terdiri dari, 1 buah kamar mandi
pasien yang terdapat di masing-masing ruang, hand rub 1 buah di masing-masing ruang, 1
ruang kepala ruangan, 1 kamar pegawai, 1 ruang pantry, dan 1 buah gudang.
A. WINSHIELD SURVEY
Berdasarkan hasil winshield survey di Ruang Rawat Inap lantai 3 Rumah Sakit
Semen Padang pada tanggal 7 – 8 Agustus 2017, kelompok menemukan ada beberapa
masalah di Ruang Rawat Inap lantai 3 Rumah Sakit Semen Padang, yaitu:
7
penelitian yang dilakukan oleh Sukron (2013) di IRNA C RSUP Fatmawati , 69,1%
perawat kurang dalam kepatuhan cuci tangan yang sesuai.
Prinsip dari 6 langkah cuci tangan antara lain dilakukan dengan menggosokkan
tangan menggunakan cairan antiseptic (handrub) dengan air mengalir dan sabun
antiseptic (handwash). Handrub dilakukan selama 20-30 detik sedangkan handwash 40-
60 detik. Lima kali melakukan handrub sebaiknya diselingi 1 kali handwash. Sedangkan
lima momen melakukan cuci tangan ada yaitu sebelum kontak dengan pasien, sebelum
tindakan aseptic, setelah terkena cairan tubuh pasien, setelah kontak dengan pasien dan
setelah kontak dengan lingkungan disekitar pasien (WHO, 2016).
8
2. Penerapan Standar Komunikasi Identifikasi Pasien Saat Pemberian Obat
Keselamatan pasien (patient safety) merupakan suatu variabel untuk mengukur
dan mengevaluasi kualitas pelayanan di rumah sakit. Depkes melaporkan setiap tenaga
kesehatan di Rumah Sakit termasuk didalamnya perawat wajib menerapkan insiden
keselamatan pasien. Joint Commission Internasional (JCI) &World Health Organitation
(WHO) melaporkan beberapa negara terdapat 70% kejadian kesalahan dalam pemberian
obat (Depkes, 2008).
Menurut Kemenkes (2011) obat-obatan menjadi bagian dari rencana pengobatan
pasien, manajemen Rumah Sakit harus berperan secaran kritis untuk memastikan
keselamatan pasien. Nama obat, rupa , dan ucapan mirip (NORUM), yang
membingungkan staff pelaksana merupakan salah satu penyebab yang paling sering
dalam kesalahan obat (Medication error). Penelitian Clancy, (2011) menunjukkan bahwa
unit perawatan rata-rata terjadi 3,7 insiden kesalahan obat setiap enam bulan. Weant,
Humpries, Hiet & Armitstead, (2010) menyatakan ribuan orang Amerika meninggal
setiap tahun akibat kesalahan obat selama dirawat di rumah sakit, diperkirakan 29
milyard dollarAmerika dihabiskan tiap tahun akibat kesalahan obat.
Berdasarkan hasil pengamatan terhadap penerapan standar komunikasi
identifikasi pasien sebelum pemberian obat terdapat. Terdapat 3 dari 4 orang perawat
belum meminta pasien untuk menyebutkan nama, no.MR, atau ibu kandung ke pasien
sebelum memberikan obat. Terdapat 2 dari 4 orang perawat yang lupa menjelaskan nama
dan jenis obat yang akan diberikan kepada pasien. Langkah-langkah tersebut memang
terkesan menghabiskan waktu tetapi menurut data survey Peta Nasional Keselamatan
Pasien (Kongres PERSI 2007) kesalahan dalam pemberian obat menduduki peringkat
pertama (24,8%) dari 10 besar insiden yang dilaporkan (Kemenkes, 2008) (Andi, 2013).
Identifikasi masalah : Belum optimalnya penerapan standar komunikasi identifikasi
pasien saat pemberian obat.
Dari hasil pengamatan di Ruang Rawat Inap lantai 3 Rumah Sakit Semen Padang
didapatkan, bahwa prosedur overan sudah dilakukan pada setiap pergantian shift dan
dikerjakan dengan baik namun belum berjalan dengan optimal. Teknik komunikasi
SBAR pada overan oleh perawat sudah dilakukan dengan baik tetapi masih ada hal yang
belum dilaksanakan dengan optimal. Hasil observasi kelompok selama 3 hari pada saat
overan secara acak didapatkan pada bagian S (Situation) sebanyak 3 kali overan perawat
masih melewatkan menyebutkan masalah keperawatan saat overan. Pada bagian B
(background) dari 3 kali overan hanya 1 overan yang belum menjelaskan keluhan pasien
yang sering terlewatkan adalah menjelaskan keluhan utama pasien. Pada A (Assesment)
dari 3 kali observasi overan tersebut belum ada yang menyebutkanskala nyeri, tingkat
kesadaran, dan resiko jatuh pasien. Pada bagian R (Recommendation) dari 3 kali
observasi overan tersebut belum ada yang menyebutkan NCP yang perlu dilanjutkan
termasuk discharge planning. 2 dari 3 kali observasi overan tersebut tidak
merekomendasikan edukasi pasien atau keluarga.
B. Rumusan Masalah
1. Demografi
11
1. Lebih dari separuh perawat
(100%) berusia 21-30 tahun.
2. Lebih dari separuh perawat
(87,5%%) berjenis kelamin
perempuan.
3. Lebih dari separuh perawat
(62,5%) memiliki pendidikan
terakhir Diploma III.
4. Seluruh perawat ruang rawat inap
lantai 3 wing B (100%) diruang
rawat inap lantai 3 Rumah Sakit
Semen Padang memiliki masa
kerja 0-5 tahun.
2. Penerapan Standar Komunikasi Belum optimalnya penerapan
Identifikasi Pasien Saat Pemberian Obat standar komunikasi identifikasi
Pengetahuan pasien saat pemberian obat.
1. Sebanyak 38% perawat masih
jarang meminta pasien
menyebutkan identitasnya (nama
dan no. MR/ibu kandung.
2. Sebanyak 25% perawat masih
jarang menjelaskan nama dan
jenis obat ke pasien.
Belum terlaksananya
3 Pelaksanaan komunikasi efektif SBAR komunikasi efektif SBAR dalam
Pengetahuan overan
1. Lebih dari separuh perawat (62%)
sangat setuju setiap overan dinas
menyebutkan tanda-tanda vital
pasien pada bagian situation dari
SBAR, seharusnya tanda-tanda
12
vital merupakan bagian dari
asessment.
2. Lebih dari separuh perawat (75%)
sangat setuju saat overan
disampaikan masalah
keperawatan pada bagian
background dari SBAR,
seharusnya masalah keperawatan
merupakan bagian dari situation.
3. Lebih dari separuh perawat (62%)
sangat setuju setiap overan dinas
disampaikan respon pasien pada
bagian asessment dari SBAR,
seharusnya respon pasien
merupakan bagian dari
background.
4. Lebih dari separuh perawat (87%)
sangat setuju saat overan
disampaikan intervensi yang telah
dilakukan perawat pada bagian
recomendation dari SBAR,
seharusnya intervensi yang telah
dilakukan perawat merupakan
bagian dar background.
Belum optimalnya pelaksanaan
Pelaksanaan Cuci Tangan dalam Five cuci tangan dalam five moments.
4 Moments
Pengetahuan
1. Lebih dari separuh perawat
(63%) setuju mencuci tangan
sesuai 7 langkah WHO, padahal
ada 6 langkah cuci tangan.
13
2. Lebih dari separuh perawat
(62%) perawat setuju menggosok
ibu jari dengan gerakan berputar-
putar.
3. Lebih dari separuh perawat
(62%) sangat setuju mencuci
tangan sesuai dengan 6 moment
padahal ada 5 moment cuci
tangan menurut WHO.
4. Separuh perawat (50%) sangat
setuju mencuci tangan sebelum
menyentuh area lingkungan
pasien padahal seharusnya
dilakukan setelah kontak dengan
menyentuh pasien. Belum optimalnya
pengelompokan tingkat
Pengelompokan tingkat ketergantungan ketergantungan pasien
pasien
5 Pengetahuan
1. Keseluruhan perawat (100%)
mengetahui cara menggolongkan
tingkat ketergantungan pasien.
2. Kurang dari separuh perawat
(37%) mengkaji keadaan pasien
sebelum menggolongkan tingkat
ketergantungan pasien.
3. Keseluruhan perawat (100%)
mengatakan tidak tersedianya
standart baku tertulis cara
menggolongkan tingkat
ketergantungan.
4. Lebih dari Separuh perawat (75%)
14
mengatakan pentingnya format
pengisian menggolongkat tingkat
ketergantungan.
15
Data Demografi
Data Presentasi Dominan
Usia 21-30 Tahun
Jenis Kelamin Perempuan
Pendidikan D III dan S1
Masa Kerja 0-5 Tahun
Keterangan :
Pengetahuan Perawat 1. Mencuci tangan sesuai 7 langkah WHO
6 menyilang
6. menggosok ibu jari dengan gerakan berputar-
4 putar
16
a. Mencuci tangan menurut WHO
37%
63%
Dari diagram diatas didapatkan bahwa lebih dari separuh (63%) perawat
setuju mencuci tangan 7 langkah, padahal ada 6 langkah cuci tangan menurut
WHO.
38%
62%
Dari diagram diatas didapatkan bahwa lebih dari separuh (62%) perawat
setuju menggosok ibu jari dengan gerakan berputar-putar
17
Pengetahuan Perawat Tentang Five Moments Cuci Tangan
Keterangan :
Pengetahuan Perawat Tentang 1. cuci tangan sesuai dengan 6 momen
18
a. Mencuci tangan sesuai dengan 5 momen WHO
62%
Dari diagram diatas didapatkan bahwa lebih dari separuh (62%) perawat
sangat setuju mencuci tangan sesuai dengan 6 momen, padahal ada 5 momen cuci
tangan menurut WHO
50% 50%
Dari diagram diatas didapatkan bahwa separuh (50%) perawat sangat setuju mencuci tangan sebelum
menyentuh area lingkungan pasien, padahal seharusnya dilakukan setelah kontak dengan area lingkungan pasien.
Keterangan :
1. 19
Nama pasien
2. Umur
3. Tanggal masuk
4. Hari rawatan
5. Dx. Medis
Pengetahuan Perawat Tentang
SBAR Pada Komponen
Sittuasion
10
8
6
4
2
0
1 2 3 4 5 6
Berdasarkan grafik diatas dapat dilihat pengetahuan perawat tentang SBAR pada
komponen sittuasion sudah baik. Perawat sudah mampu mengidentifikasi item-
item dari komponen sittuasion.
TTV
Sangat Setuju Setuju Kurang Setuju Tidak Setuju
0%
38%
62%
Dari diagram diatas didapatkan bahwa lebih dari separuh (62%) perawat sangat setuju setiap overan dinas menyebutkan
tanda-tanda vital pasien pada bagian sittuasion dari SBAR, seharusnya tanda-tanda vital merupakan bagian dari assesment.
20
Keterangan :
Pengetahuan Perawat tentang
1. Masalah keperawatan
SBAR Komponen Background 2. Skala nyeri
7 3. Resiko jatuh
6 4. Terapi medis
5
4
3
2
1
0
1 2 3 4
Berdasarkan grafik diatas dapat dilihat pengetahuan perawat tentang SBAR pada
komponen Background sudah baik. Perawat sudah mampu mengidentifikasi item-
item dari komponen background.
masalah keperawatan
Sangat Setuju Setuju Kurang Setuju Tidak Setuju
0%
0%
25%
75%
Dari diagram diatas didapatkan bahwa lebih dari separuh (75%) perawat sangat setuju saat overan disampaikan
masalah keperawatan pada bagian background dari SBAR, seharusnya masalah keperawatan merupakan bagian dari
situasion
21
Keterangan :
Pengetahuan Perawat Tentang
1. Respon pasien
SBAR pada Komponen 2. Keluhan utama pasien
Assessment 3.
4.
Tingkat kesadaran
Status nutrisi
10 5. Eliminasi
8 6. Hasil penilaian abnormal
7. Info klinik yg mendukung
6
8. Ncp yg perlu dilanjutkan
4
dan discharge planning
2
0
1 2 3 4 5 6 7 8
respon pasien
Sangat Setuju Setuju Kurang Setuju Tidak Setuju
0%
0%
38%
62%
Dari diagram diatas didapatkan bahwa lebih dari separuh (62%) perawat sangat setuju setiap overan dinas
disampaikan respon pasien pada bagian assesment dari SBAR, seharusnya respon pasien merupakan bagian dari
background
22
Keterangan :
Pengetahuan Perawat Tentang
Series 1 : intervensi yg
SBAR pada Komponen telah dilakukan perawat
Recommendation
Series 2 : edukasi pasien
10 atau keluarga
8
Axis Title
6
4
2 Series1
0 Series2
SANGAT SETUJU KURANG TIDAK
SETUJU SETUJU SETUJU
Axis Title
13% 0% 0%
87%
Dari diagram diatas didapatkan bahwa lebih dari separuh (87%) perawat sangat setuju saat overan disampaikan
intervensi yang telah dilakukan perawat pada bagian recommendation dari SBAR, seharusnya intervensi yang telah
23
Keterangan :
Identifikasi Keselamatan 1. Memberi obat pasien tepat waktu
4
2
0
1 2 3 4 5
37%
24
Berdasarkan diagram diatas didapatkan bahwa 38% perawat masih jarang
meminta pasien menyebutkan identitasnya (Nama dan No.Mr/ Nama Ibu
kandung).
25% 25%
50%
0%
YA
TIDAK
100%
25
Tersedianya Standar Baku Tertulis Cara
Menggolongkan TKT Ketergantungan
0%
YA
TIDAK
100%
26
Pentingnya Format Pengisian
Untuk Menggolongkan TKT
Ketergantngan
25%
YA
75% TIDAK
27
C. PRIORITAS MASALAH BERDASARKAN ANALISA SWOT
No Masalah S W O T
1 Belum - Perawat pelaksana - Lebih dari separuh - Adanya mahasiswa - Meningkatnya kejadian
optimalnya yang tingkat perawat (63%) setuju Fakultas Keperawatan infeksi nosokomial
penerapan cuci pendidikan Ners mencuci tangan sesuai 7 Unand yang sedang - Tuntutan masyarakat yang
tangan dalam sebanyak 3 orang dan langkah WHO, padahal praktek Profesi lebih tinggi untuk
five momenths D3 sebanyak 10 ada 6 langkah cuci Manajemen mendapatkan pelayanan
orang. tangan. Keperawatan yang optimal
- Adanya motivasi dari - Lebih dari separuh
kepala ruangan perawat (62%) perawat
kepada seluruh setuju menggosok ibu
perawat untuk jari dengan gerakan
pelaksanaan cuci berputar-putar.
tangan 6 langkah - Lebih dari separuh
- Sudah adanya SOP perawat (62%) sangat
tentang cuci tangan 6 setuju mencuci tangan
langkah sesuai dengan 6 moment
28
padahal ada 5 moment
cuci tangan menurut
WHO.
- Separuh perawat (50%)
sangat setuju mencuci
tangan sebelum
menyentuh area
lingkungan pasien
padahal seharusnya
dilakukan setelah
kontak dengan
menyentuh pasien.
2 Belum - Perawat pelaksana - Sebanyak 38% perawat - Adanya mahasiswa - Tidak terjaminnya
optimalnya yang tingkat masih jarang meminta Fakultas Keperawatan perlindungan hukum
penerapan pendidikan S1 pasien menyebutkan Unand yang sedang pada perawat, jika
standar sebanyak 3 orang dan identitasnya (nama dan praktek Profesi terjadi kejadian yang
komunikasi D3 sebanyak 10 no. MR/ibu kandung. Manajemen tidak diinginkan
identifikasi orang. Keperawatan - Tuntutan masyarakat
pasien saat - Adanya keinginan - Sebanyak 25% perawat yang lebih tinggi untuk
dari perawat untuk masih jarang mendapatkan pelayanan
29
pemberian obat belajar tentang menjelaskan nama dan yang optimal
penerapan standar jenis obat ke pasien.
komunikasi
identifikasi pasien
saat pemberian obat
33
D. Alternatif Pemecahan Masalah (Fish Bone)
1. Belum Optimalnya pelaksanaan cuci tangan pada penerapan five moments di Ruang Rawat Inap Lantai 3 Rumah Sakit
Semen Padang
MAN MATERIAL
34
2. Belum Optimalnya penentuan tingkat ketergantungan pasien oleh perawat ruangan di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit
Semen Padang
MATERIAL
MAN
Belum tepatnya
penentuan tingkat
ketergantungan
pasien
Kurangnya reward dan
Belum adanya
pengawasan dalam
standar penentuan
penentuan tingkat
tingkat
ketergantungan pasien
ketergantungan
pasien
MARKET
METHOD
35
3. Belum Optimalnya Pelaksanaan metode SBAR di Ruang Rawat Inap Lantai 3 RS Semen Padang
MATERIAL
MAN
Perawat melakukan
overan dan melihat
langsung keadaan pasien
Perawat berpendapat ke ruangan pasien
bahwa SBAR dalam
overan terlalu lama. Kurangnya upgrade
ilmu tentang
pelaksaan metode
SBAR dalam overan
pasien Belum
Terlaksananya
menggunakan
metode SBAR dalam
Kurangnya motivasi overan
(dukungan) reward Kurangnya kepatuhan
(penghargaan) dan dalam menjalankan
punishment untuk melakukan prosedur sesuai SOP
metode SBAR dalam overan
Overan ke pasien
belum menggunakan
metode SBAR
MARKET
METHOD
36
4. . Belum Optimalnya Standar Komunikasi Identifikasi Pasien Saat Pemberian Obat di Ruang Rawat Inap Lantai III Rumah
Sakit Semen Padang
MAN
Perawat belum optimal MATERIAL
menerapkan standar
komunikasi identifikasi
pasien saat pemberian
Perawat kurang obat
memahami Kurangnya upgrade
pentingnya ketepatan ilmu tentang standar
identifikasi pasien komunikasi
saat pemberian obat identifikasi pasien saat
pemberian obat
Belum optimalnya
Standar Komunikasi
Identifikasi Pasien
Saat Pemberian Obat
Kurangnya kepatuhan
dalam menjalankan
Kurangnya motivasi standar komunikasi
dan pengawasan untuk identifikasi pasien saat
mengidentifikasi pemberian obat
pasien saat pemberian
obat
kepatuhan menjalankan
MARKET pre conference
METHOD 37
POA (Planning Of Action)
1 Belum Persamaan Menyamakan persepsi Perawat dan 15 Agustus Lantai 2 Serba Pembimbing
optimalnya Persepsi perawat dan mahasiswa mahasiswa 2017 Guna Rumah klinik dan
penerapan tentang penerapan Sakit Semen pembimbing
standar standar komunikasi Padang akademik
komunikasi identifikasi pasien saat
identifikasi pemberian obat
pasien saat
pemberian obat
21 Agustus
Evaluasi Perawat Mahasiswa
Ruang rawat
38
Melihat kemampuan dan 2017 inap lantai 3 FKEP UNAND
motivasi perawat Rumah Sakit
sebelum dan sesudah Semen Padang
pelaksanaan role play
2 Belum Persamaan Menyamakan persepsi Perawat dan 15 Agustus Lantai 2 Serba Pembimbing
optimalnya Persepsi perawat dan mahasiswa mahasiswa 2017 Guna Rumah klinik dan
pelaksanaan tentang pelaksanaan cuci Sakit Semen pembimbing
cuci tangan tangan dalam five Padang akademik
dalam five moments
moments.
Role play Menerapkan Perawat 16 – 18
Nurse Station Mahasiswa
pelaksanaan cuci tangan Agustus 2017
Ruang rawat FKEP UNAND
dalam five moments
inap lantai 3
Rumah Sakit
Semen Padang
39
Evaluasi Perawat 21 Agustus Mahasiswa
2017 FKEP UNAND
Melihat kemampuan dan Ruang rawat
motivasi perawat inap lantai 3
sebelum dan sesudah Rumah Sakit
pelaksanaan role play Semen Padang
3 Belum Persamaan Menyamakan persepsi Perawat dan 15 Agustus Lantai 2 Serba Pembimbing
optimalnya Persepsi perawat dan mahasiswa mahasiswa 2017 Guna Rumah klinik dan
komunikasi tentang komunikasi Sakit Semen pembimbing
efektif SBAR efektif SBAR dalam Padang akademik
dalam overan overan
40
komunikasi efektif Agustus Ruang Rawat FKEP UNAND
SBAR dalam overan 2017 Inap Lantai 3
Rumah Sakit
Semen Padang
4. Belum Persamaan Menyamakan persepsi Perawat dan 15 Agustus Lantai 2 Serba Pembimbing
optimalnya Persepsi perawat dan mahasiswa mahasiswa 2017 Guna Rumah klinik dan
41
pengelompokan tentang pengelompokan Sakit Semen pembimbing
tingkat tingkat ketergantungan Padang akademik
ketergantungan pasien
pasien
Evaluasi Perawat
21 Agustus Mahasiswa
Melihat kemampuan dan Ruang rawatan
2017 FKEP UNAND
motivasi perawat pasien di ruang
sebelum dan sesudah rawat inap
pelaksanaan desiminasi lantai 3 Rumah
ilmu pengelompokan Sakit Semen
tingkat ketergantungan Padang
pasien dan role play
42
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil wienshield survey, kelompok menemukan masalah pelayanan
asuhan keperawatan di Ruang Rawat Inap Lantai 3 Wing B Rumah Sakit Semen Padang,
antara lain:
1. Belum optimalnya pelaksanaan cuci tangan dalam five momenths
2. Belum optimalnya penerapan standar komunikasi identifikasi pasien saat pemberian
obat
3. Belum terlaksananya komunikasi efektif SBAR dalam overan
4. Belum optimalnya pengelompokan tingkat ketergantungan pasien
B. SARAN
Dari hasil diatas, diharapkan hasil observasi ini dapat kita pecahkan dalam
lokakarya mini dengan melibatkan semua staf ruang rawat inap lantai 3 Wing B Rumah
Sakit Semen Padang. Untuk bersama-sama melakukan perubahan demi tercapainya
pelayanan prima.
43