Oleh :
1. Stiven Sumual, SKG (0701136055)
2. Happy Febriani, SKG (0701136047)
3. Edwin Kalara, SKG (1401403014)
4. Bonie Tulaka, SKG (1401403071)
5. Febrian Sujana Putra (17014103059)
6. Fitrisya Cecilia Kinontoa (181014103003)
7. Pingkan E. O. Lengkong (15014103031)
8. Debby J. Suhanda (15014103111)
Pembimbing :
drg. Vonny N. S. Wowor, M.Kes
Rumah sakit adalah salah satu sarana kesehatan tempat menyelenggarakan upaya
kesehatan. Upaya kesehatan diselenggarakan dengan pendekatan pemeliharaan,
peningkatan kesehatan (promotif), pencegahan penyakit (preventif), penyembuhan
penyakit (kuratif), dan pemulihan kesehatan (rehabilitatif), yang dilaksanakan secara
menyeluruh, terpadu, dan berkesinambungan.
Menurut WHO (World Health Organization), rumah sakit adalah bagian integral
dari suatu organisasi sosial dan kesehatan dengan fungsi menyediakan pelayanan
paripurna (komprehensif), penyembuhan penyakit (kuratif) dan pencegahan penyakit
(preventif) kepada masyarakat. Rumah sakit juga merupakan pusat pelatihan bagi
tenaga kesehatan dan pusat penelitian medik. Rumah sakit menurut ketentuan Pasal 1
angka 1 UU RS No. 44 Tahun 2009 adalah Institusi pelayanan kesehatan yang
menyelennggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang
menyediakan rawat inap, rawat jalan dan gawat darurat.
Rumah sakit wajib memiliki izin mendirikan dan izin operasional. Menurut
Permenkes 3 Tahun 2020 pasal 31, persyaratan untuk memperoleh izin mendirikan
rumah sakit meliputi : Feasibility Study (FS), Detail Engineering Design, dan master
plan; dan pemenuhan pelayanan alat kesehatan. Izin ini diajukan oleh pemilik rumah
sakit. Untuk memperoleh izin operasional wajib diajukan oleh pengelola rumah sakit.
Pasal 32 persyaratannya yaitu profil rumah sakit yang memiliki visi dan misi, lingkup
kegiatan, rencana strategi, dan struktur organisasi. Juga Self assessment yaitu jenis
pelayanan, sumber daya manusia, sarana dan prasarana serta rumah sakit yang
mengacu pada lampiran peraturan menteri yaitu surat keterangan atau sertifikat izin
kelayakan atau pemanfaatan alat kesehatan; sertifikat akreditasi yang digunakanuntuk
perpanjangan Izin Operasional.
Klasifikasi tipe rumah sakit terbagi menjadi 4 tipe yaitu A, B, C, dan D. Kelas A
: mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan medik spesialistik luas dan sub
spesialistik luas. Kelas B : mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan medik
sekurang-kurang nya 11 spesialistik dan sub spesialistik terbatas. Kelas C :
mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan medik spesialis dasar. Kelas D :
mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan medik dasar.
Menurut jenis pelayananya, rumah sakit dikategorikan menjadi 2 yaitu rumah
sakit umum dan rumah sakit khusus. Rumah sakit umum adalah rumah sakit yang
memberikan pelayanan kesehatan semua bidang dan jenis penyakit sedangkan rumah
sakit khusus adalah rumah sakit yang memberikan pelayanan utama pada suatu bidang
atau suatu jenis penyakit tertentu berdasarkan disiplin ilmu, golongan umur, organ,
jenis penyakit atau kekhususan lainnya.
1.2. Tujuan
a. Tujuan Umum
Tujuan umum RSGM adalah meningkatkan mutu pendidikan, penelitian dan
pelayanan kesehatan gigi dan mulut yang berkualitas, profesional, modern dan sesuai
dengan tuntutan masyarakat serta perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
kedokteran gigi.
b. Tujuan Khusus
Tujuan Khusus RSGM, yaitu :
1. Tersedianya sarana pelayanan kesehatan gigi dan mulut bagi masayarakat
secara optimal, meliputi :
- Pelayanan medik gigi primer, yaitu tindakan medik gigi yang
merupakan wewenang dokter gigi umum.
- Pelayanan medik gigi sekunder, yaitu tindakan medik gigi yang
merupakan wewenang dokter gigi spesialis.
- Pelayanan medik gigi tersier, yaitu tindakan medik gigi yang
merupakan wewenang dokter gigi subspesialis/dokter gigi spesialis
konsultan.
2. Tersedianya sarana pendidikan kedokteran gigi dan tenaga kesehatan gigi
lainnya.
3. Tersedianya pusat penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi khususnya pada kedokteran gigi.
4. Tersedianya unit pelayanan sebagai sarana rujukan bagi unit yang lebih
rendah.
5. Tersedianya unit penunjang program kegiatan medik kedokteran umum
(rujukansecara pelayanan kesehatan lain setingkat/horizontal), kegiatan
pelayanan kesehatan terintegrasi, pendidikan dan pelatihan tenaga kesehatan
dan penelitian.
1.3. Sasaran
1.4. Manfaat
Bagi RSGM
Laporan hasil observasi ini dapat digunakan sebagai informasi, bahan
masukan, dan acuan untuk RSGM dalam mengembangkan dan meningkatkan
mutu pelayanan manajemen RSGM yang sesuai dengan standar yang
ditetapkan.
• Bagi Mahasiswa Profesi
Observasi ini bermanfaat bagi mahasiswa profesi dokter gigi dalam memenuhi
salah satu tuntutan Ilmu Kesehatan Gigi Masyarakat, dan dapat berperan serta
bersama untuk meningkatkan mutu pelayanan serta dapat mengembangkan
wawasan mengenai manajemen pelayanan kesehatan gigi dan mulut di RSGM-
P UNSRAT.
• Bagi Masyarakat
Laporan hasil observasi ini dapat berguna bagi masyarakat untuk memperluas
pengetahuan dan wawasan mengenai gambaran situasi manajemen RSGM, dan
dapat dijadikan sebagai referensi/acuan untuk observasi & penelitian
selanjutnya
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
a. Fungsi RSGM
Fungsi RSGM adalah sebagai berikut :
1. Pelayanan atau pengabdian kepada masyarakat meliputi;
sarana pelayanan kesehatan gigi dan mulut primer, sekunder, dan tersier,
penunjang, rujukan dan gawat darurat kesehatan gigi dan mulut.
b. Tujuan RSGM
1. Tujuan umum RSGM Tujuan umum RSGM yaitu meningkatkan mutu
pendidikan, penelitian dan pelayanan kesehatan gigi dan mulut yang
berkualitas, profesional, modern dan sesuai dengan tuntutan masyarakat serta
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi kedokteran gigi
2. Tujuan Khusus RSGM Tujuan khusus RSGM, yaitu tersedianya sarana
pelayanan kesehatan gigi dan mulut bagi masayarakat secara optimal, meliputi
:
pelayanan medik gigi primer, yaitu tindakan medik gigi yang
merupakan wewenang dokter gigi umum.
pelayanan medik gigi sekunder, yaitu tindakan medik gigi yang
merupakan wewenang dokter gigi spesialis.
pelayanan medik gigi tersier, yaitu tindakan medik gigi yang
merupakan wewenang dokter gigi subspesialis/dokter gigi spesialis konsultan.
tersedianya sarana pendidikan kedokteran gigi dan tenaga kesehatan
gigi lainnya.
tersedianya pusat penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi khususnya pada kedokteran gigi.
tersedianya unit pelayanan sebagai sarana rujukan bagi unit yang lebih
rendah.
tersedianya unit penunjang program kegiatan medik kedokteran umum
(rujukan secara pelayanan kesehatan lain setingkat/horizontal), kegiatan
pelayanan kesehatan terintegrasi, pendidikan dan pelatihan tenaga kesehatan
dan penelitian
b. Komite Medik
1. Melakukan kredensial bagi seluruh staf medis yang akan melakukan
pelayanan medis di rumah sakit;
2. Memelihara mutu profesi staf medis; dan
3. Menjaga disiplin, etika, dan perilaku profesi staf medis.
d. Komkordik
1. Ketua merangkap sebagai anggota berasal dari unsur rumah sakit pendidikan
2. Wakil ketua merangkap sebagai anggota berasal dari unsur institusi pendidikan
h. Komite Keperawatan
1. Menyusun rencana pemberian pelayanan perawatan
2. Mengkoordinasi dan melaksanakan pelayanan keperawatan
3. Melaksanakan kendali mutu, kendali biaya dan keselamatan pasien di
bidang keperawatan
4. Memantau dan mengevaluasi pelyanan keperawatan.
j. Kepala SMF
1. Menyelenggarakan kegiatan medis pada poli: bedah mulut dan
maksilofasial, kedokteran gigi anak, konservasi gigi, orthodonsia,
penyakit mulut, periodonsia, prostodonsia, ilmu kesehatan gigi
masyarakat, radiologi kedokteran gigi.
2. Pengembangan dan peningkatan mutu pelayanan di lingkungan satuan
medis fungsional RSGM-P megkoordinasi pengembangan SMF dengan
mengusulkan peran SMF yang ikut seminar.
3. Mengatur kegiatan profesi dengan cara, menjaga pelayanan sesuai dengan
standar profesi yang sudah ditetapkan
4. Menyelenggarakan rapat-rapat untuk meningkatkan kualitas pelayanan dan
profesi satuan medis fungsional.
b. Kebersihan
3. STANDAR PELAYANAN
1. Pelayanan Pasien
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyebutkan sangat kecil
kemungkinan menghapus virus Corona (Sars-Cov 2) dari muka bumi
dalam waktu cepat, “Coronavirus may never go away, even with a
vaccine”, kemungkinan virus ini akan bersama kita sekitar 2-3 tahun ke
depan. Kondisi ini tampak dari pandemik COVID-19 yang hingga saat
ini belum dapat teratasi di berbagai belahan dunia, hampir seluruh
populasi dunia saat ini rentan terpapar virus Sars-Cov 2 termasuk di
Indonesia. Gejalanya asimptomatik dan penularannya melalui droplet
dan aerosol ke banyak orang dalam waktu cepat. Pelayanan kedokteran
gigi di sisi lain menjadi pekerjaan dengan risiko tinggi karena tindakan
perawatan yang dilakukan sebagian besar berhubungan dengan
prosedur-prosedur yang menimbulkan aerosol. Oleh karenanya rumah
sakit gigi dan mulut (RSGM) pendidikan harus dapat segera beradaptasi
terhadap perubahan yang terjadi agar dapat tetap melaksanakan
fungsinya menjadi tempat pelayanan, pendidikan, penelitian dan
pengabdian kepada masyarakat. Sebagai rumah sakit, RSGM
bertanggungjawab dan berkewajiban memberikan pelayanan dan
pendidikan yang menjamin terwujudnya patient safety dan civitas
hospitalia safety. Oleh karena itu RSGM harus menyiapkan perubahan-
perubahan dan memenuhi seluruh standar pelayanan baru di masa dan
pasca COVID-19untuk menjamin pelayanan yang aman dan nyaman di
Rumah Sakit.
• Pasien dengan tanda temperature > 37.7°C dan ada terdapat tanda
infeksi odontogen dan diarahkan ke IGD.
• Riwayat demam disertai salah satu gejala / tanda penyakit pernapasan
seperti: batuk, sesak nafas / sakit tenggorokan / pilek / pneumonia
ringan hingga berat DAN tidak ada penyebab lain berdasarkan
gambaran klinis yang menyakinkan DAN pada 14 hari terakhir
sebelum timbul gejala, memenuhi salah satu kriteria berikut:
• Memiliki riwayat perjalanan atau tinggal di luar negeri yang
melaporkan transmisi lokal.
• Memiliki riwayat perjalanan atau tinggal di area transmisi lokal di
Indonesia.
5. Kewaspadaan Standar
Kewaspadaan standar yang harus diterapkan di RSGM meliputi:
6. Kebersihan Tangan
Kewaspadaan standar harus selalu diterapkan dalam memberikan
pelayanan kesehatan yang aman bagi semua pasien dan mengurangi risiko
infeksi lebih lanjut. Kewaspadaan standar diantaranya adalah menjaga
kebersihan tangan.Pasien diwajibkan mencuci tangan sebelum masuk ke
RS. menggunakan masker selama berada di kawasan rumah sakit, dan
tidak memegang area wajah sebelum cuci tangan.
Seluruh petugas kesehatan RSGM harus menerapkan “5 momen
kebersihan tangan”, yaitu:
5. Lakukan yang sama untuk tali karet bagian bawah dan letakan melewati sisi
belakang kepala.
6. Pastikan tidak ada tali karet yang membelit atau terpelintir.
7. Gunakan kedua tangan untuk mengatur penjepit hidung agar supaya sesuai dengan
bentuk hidung sehingga menempel erat.
8. Lakukan pemeriksaan segel positif dan negative sebelum memasuki ruangan yang
terkontaminasi.
Melepas respirator merupakan prosedur yang sangat penting untuk mencegah terjadinya
infeksi.
• Cuci tangan dengan menggunakan air dan sabun atau menggunakan cairan
sanitizer.
Pelindung wajah atau pelindung mata tidak dibutuhkan pada saat anamnesa
pasien dimana pada proses ini pengaturan jarak antara pemeriksa dan pasien dijaga
minimal 1 meter. Pelindung mata harus digunakan untuk mencegah pajanan virus pada
mukosa mata apabila petugas kesehatan akan melakukan tindakan medis atau memasuki
ruangan dimana potensi virus dengan hantaran udara (airborne) terjadi. Pelindung wajah
digunakan hanya pada saat akan melakukan tindakan invasif. Apabila menggunakan
pelindung wajah atau goggle penting untuk diperhatikan bahwa bentuknya harus sesuai
dengan wajah pengguna
• Periksa kondisi goggles yang akan digunakan apabila terdapat kerusakan maka
goggles tidak dapat digunakan
• Letakan tali pengika goggles ke sisi belakang kepala
• Pastikan bagian atas dari pelindung wajah menempel dengan baik pada dahi
• Pastikan pelindung wajah sudah terpasang dengan baik di kepala dan tidak longgar
atau goyang.
• Pada saat melepaskan pelindung wajah pastikan:
- Lepaskan pelindung wajah dan letakkan di tempat yang telah disediakan untuk
di bersihkan/dekontaminasi.
Gaun medis adalah salah satu dari strategi pengendalian infeksi secara keseluruhan,
merupakan alat pelindung diri yang digunakan dalam perawatan kesehatan. Berdasarkan
jenisnya terdapat beberapa jenis gaun medis yaitu, gaun bedah, gaun isolasi, gaun isolasi
bedah, gaun non-bedah, gaun prosedural, dan gaun ruang operasi.
5) Alat Pelindung Kaki
Penggunaan alat pelindung kaki tidak spesifik terkait pencegahan infeksi COVID-19.
Penggunaan alat pelindung kaki disesuaikan dengan kondisi lingkungan tempat aktivitas
dilakukan. Alat pelindung kaki diharuskan mempergunakan sepatu agar dapat melindungi
kaki dari cidera, terutam dikarenakan kejatuhan alat tajam. Memakai sepatu sandal tidak
diperbolehkan karena dapat membahayakan. Jika aktivitas dilakukan di daerah dengan
potensi terjadinya luka tusuk pada kaki, maka alat pelindung kaki yang digunakan harus
tahan tusukan, begitu juga apabila area kerja yang licin dengan tumpahan minyak maka
sepatu yang digunakan harus jenis yang tahan minyak. Idealnya semua sepatu yang
digunakan harus tertutup melindung jemari sampai dengan pergelangan kaki. Pemakaian
shoe-cover dapat dilakukan untuk menutup sepatu yang dipergunakan di area perawatan.
Tabel 1 : Jenis APD Berdasarkan Lokasi Layanan Kesehatan, Profesi Dan Aktivitas Petugas
Petugas Jenis APD
atau Jenis Aktivitas yang
Pasien digunakan
Fasilitas kesehatan
Masker
bedah ü Gaun/
Gown ü Sarung
Merawat secara
tangan ü
langsung pasien
Pelindung mata
dengan indikasi
Petugas (goggles) dan atau
COVID-19
Ruang kesehatan Pelindung wajah (face
perawatan shield)
pasien, IGD, Pelindung
Kamar kepala ü Sepatu
operasi pelindung
Tindakan yang
menghasilkan aerosol Masker N95
(pemeriksaan gigi ü Gaun/gown ü
seperti scaler ultrasonic Sarung tangan
dan high- speed air Pelindung
driven, mata (goggles) dan
pemeriksaan hidung dan atau Pelindung
tenggorokan dll) pada wajah (face
pasien shield)
Pelindung
kepala ü Celemek
(apron) ü Sepatu
pelindung
ü üMasker bedah
ü ü Gaun/ gown
Cleaning Masuk ke ruang rawat
Sarung tangan tebal
service pasien
Pelindung mata
(goggles)
ü Pelindung kepala
ü Sepatu pelindung
ü Sepatu pelindung
ü üMasker Bedah
ü ü Gaun/gown
Petugas
Petugas yang Sarung tangan panjang
Instalasi Di ruang
Pelindung mata
sterilisasi dekontaminasi melakukan pencucian alat
instrumen bedah (goggles) dan atau
Pelindung wajah
(face shield)
ü Pelindung kepala
ü Celemek (apron)
ü Sepatu pelindung
ü üMasker bedah
ü ü Gaun/gown
pasien 1 meter
ü Pelindung kepala
ü Sepatu pelindung
ü üMasker bedah
ü üGaun / Coverall Gown
Petugas Transport pasien ü ü Sarung tangan
kesehatan curiga Pelindung mata
COVID-19 ke RS rujukan Pelindung kepala
Sepatu pelindung
Hanya bertugas sebagai ü ü Menjaga jarak minimal 1
sopir pada proses transport m Menggunakan
pasien masker
terduga COVID- 19 dan bedah
Sopir area
sopir terpisah dengan area
pasien
ü üMasker bedah
Ambulans Membantu mengangkat ü üGaun / Coverall Gown
pasien dengan indikasi ü Sarung tangan
COVID-19 Pelindung mata
Pelindung kepala
ü Sepatu pelindung
ü Pelindung kepala
ü Sepatu pelindung
Catatan : *Semua kategori tertulis Masker N95 adalah Masker N95 3M atau
yang setara
4. Kenakan masker pelindung sesuai dengan kebutuhan aktivitas; jangan lupa untuk
melakukan pemeriksaan seal setiap akan memasuki daerah atau ruangan
terkontaminasi.
5. Kenakan sarung tangan; lapisan dalam
2. Lakukan 6 langkah cuci tangan dengan air mengalir dan sabun (hand wash).
4. Kenakan cover all mulai dari kaki terlebih dahulu, selanjutnya dinaikkan ke atas
sampai dengan bagian lengan dan leher, tutup resleting cover all.
5. Kenakan shoes cover pada kedua sepatu (atau sepatu boot), pastikan seluruh
permukaan sepatu tertutupi.
6. Kenakan tutup kepala (head cap) pastikan seluruh rambut tertutup.
7. Kenakan masker N95 (penggunaan masker N95 dipastikan bagian hidung yang
terdapat logam, kaitkan tali bagian bawah terlebih dahulu kemudian tali bagian atas
dengan cara silang. Tekan bagian hudung agar merapat mengikuti bentuk hidung
dan pastikan tepi masker N95 rapat dengan wajah), lanjutkan dengan mengenakan
masker bedah.
8. Kenakan kacamata goggles (bila petugas mengenakan kacamata, maka kacamata
goggles dikenakan setelah pemakaian kacamata), pastikan tidak ada celah untuk
udara masuk.
9. Kenakan bagian kepala dari cover all , pastikan seluruh permukaan kulit muka telah
terlindungi.
10. Langkah terakhir, kenakan sarung tangan ke 2 hingga bagian lengan bawah cover
all tertutupi oleh sarung tangan ke 2, petugas siap melakukan tindakan terhadap
pasien.
1. Pertama ganti sarung tangan luar dengan sarung tangan yang baru; gunakan hand
sanitizer
2. Lepaskan gaun isolasi bedah dan sarung tangan luar; gunakan hand sanitizer
8. Lepaskan masker N95, mulai dari tali atas, dilanjutkan dengan tali bagian bawah, bila
N95 direuse siapkan wadah plastik klip untuk menyimpan dan diberi tanda. Bila tidak
re- use dapat langsung dibuang ke dalam tempat sampah infeksius.
9. Cuci tangan dengan hand sanitizer.
10. Lepaskan tutup kepala, gulung dari dalam keluar, buang ke tempat sampah infeksius.
12. Lepaskan shoes cover, gulung dari dalam keluar, buang ke tempat sampah infeksius.
14. Lepaskan sarung tangan pertama dengan cara menggulung dari dalam keluar, buang
ke tempat sampah ineksius. 15. Langkah terakhir cuci tangan 6 langkah dengan air
mengalir dan sabun.
b. Penerimaan
• Mencatat linen yang diterima dan telah dipilah antara infeksius dan non infeksius.
• Menimbang berat linen untuk menyesuaikan dengan kapasitas mensin cuci dan
kebutuhan deterjen dan disinfektan.
• Membersihkan linen kotor dari tinja, urin, darah dan muntahan dengan
menggunakan mesin cuci infeksius.
• Penyeterikaan dengan mesin seterika uap, mesin flat ironer sehingga didapat hasil
seterikaan yang baik.
• Linen bersih harus ditata sesuai jenisnya dan sistem stok linen (minimal 4 bagian)
dengan sistem first in first out.
Gambar 17: Skema Alur Linen Kotor
c. Distribusi
Dilakukan berdasarkan kartu tanda terima dari petugas penerima, kemudian petugas
menyerahkan linen bersih kepada petugas ruangan sesuai kartu tanda terima.
d. Pengangkutan
• Kantong untuk membungkus linen bersih harus dibedakan dengan kantong yang
digunakan untuk membungkus linen kotor.
• Menggunakan kereta yang berbeda dan tertutup antara linen bersih dan linen kotor.
Untuk kereta linen kotor didesain dengan pintu membuka keatas dan untuk linen
bersih dengan pintu membuka ke samping, dan pada setiap sudut sambungan
permukaan kereta harus ditutup dengan pelapis (siller) yang kuat agar tidak bocor.
• Kereta dorong harus dicuci dengan disinfektan setelah digunakan mengangkut linen
kotor.
• Waktu pengangkutan linen bersih dan kotor tidak boleh dilakukan bersamaan.
• Rumah sakit yang tidak mempunyai laundry tersendiri, pengangkutannya dari dan
ketempat laundry harus menggunakan mobil khusus.
• Petugas yang bekerja dalam pengelolan laundry linen harus menggunakan alat
pelindung diri seperti masker, sarung tangan, apron, sepatu boot, penutup kepala,
selain itu dilakukan pemeriksaaan kesehatan secara berkala, serta harus memperoleh
imunisasi hepatitis B setiap 6 (enam) bulan sekali.
• Untuk rumah sakit yang tidak mempunyai laundry tersendiri, pencuciannya dapat
bekerjasama dengan pihak lain dan pihak lain tersebut harus memenuhi persyaratan
sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan, serta dilakukan pengawasan
penyelenggaraan linen secara rutin oleh pihak rumah sakit.
1. Buka Tutup tempat sampah, Ikat kantong pelapis dengan membuat satu simpul
dan Masukkann kantong tersebut ke wadah untuk diangkut.
2. Setelah melakukan pengumpulan, petugas wajib membersihkan seluruh badan
atau sekurang-kurangnya mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir.
3. Peralatan pelindung diri yaitu goggle, boot, dan apron yang digunakan agar
didisinfeksi sesegera mungkin pada larutan disinfektan, sedangkan masker dann
sarung tangan dibuang ke wadah limbah padat khusus.
4. Limbah padat organik dan anorganik agar disimpan di Tempat Penyimpanan
Sementara Limbah Padat Domestik paling lama 1 x 24 jam untuk Limbah padat
khusus/ infeksius agar disimpan di Tempat Penyimpanan Sementara
Sampah/Limbah B3.
Pengelolaan Limbah Padat Medis
Limbah B3 Medis Padat adalah barang atau bahan sisa hasil kegiatan yang tidak digunakan
kembali yang berpotensi terkontaminasi oleh zat yang bersifat infeksius atau kontak dengan
pasien dan/atau petugas di Fasyankes yang menangani pasien Covid-19, meliputi: masker
bekas, sarung tangan bekas, perban bekas, tisu bekas, plastik bekas minuman dan makanan,
kertas bekas makanan dan minuman, alat suntik bekas, set infus bekas, Alat Pelindung Diri
bekas, sisa makanan pasien dan lain-lain, berasal dari kegiatan pelayanan di UGD, ruang
isolasi, ruang ICU, ruang perawatan, dan ruang pelayanan lainnya.
Adapun hal-hal yang perlu diperhatikan adalah sebagai berikut:
• Limbah Padat B3 Medis yang telah diikat setiap 24 jam harus diangkut, dicatat dan
disimpan pada TPS Limbah B3 atau tempat yang khusus
Pengelolaan Biohazard
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pengelolaah sampah biohazard adalah sebagai
berikut:
• Petugas wajib menggunakan APD lengkap
Sarana dan
Ruangan Tindakan / Persiapan Keterangan
Prasarana
• Dedicated room 1. Sediakan poster
atau banner mengenai
etika batuk dan hand
hygiene serta anjuran
Ruang isolasi menggunakan masker
untuk pasien • Dilengkapi UVGI (diletakkan di tempat
yang yang mudah terlihat)
terduga • Tempat sampah
2. Letakkan hand
COVID infeksius dan
sanitizer di tempat yang
noninfeksius (buka
mudah dijangkau
tutup dengan kaki)
Saat perjalanan ke/dari
tempat RS :
• Petugas 1. Sediakan poster atau 1. Pastikan anda dalam
pendaftaran banner mengenai kondisi sehat, jika ada
menggunakan APD etika batuk dan hand keluhan batuk, pilek, demam
level 1 dengan face hygiene serta anjuran agar tetap tinggal di rumah.
shield menggunakan masker 2. Gunakan masker
• Tempat Sampah (diletakkan di tempat 3. Upayakan tidak
tertutup (buka yang mudah terlihat) menggunakan
tutup dengan transportasi umum
2. Letakkan hand
kaki)
sanitizer di tempat
• Penyediaan
yang mudah
Hand sanitizer Saat tiba di Rumah :
dijangkau.
• Disarankan à 1. Saat tiba, segera mencuci
3. Pasang sekat akrilik
Mesin penyaring tangan dengan sabun dan air
yang membatasi
bakteri (air mengalir.
petugas pada daerah
Ruang purifier) Gunakan siku untuk
penerimaan dengan
Pendaftaran • Sebagai membuka pintu dan menekan
pasien yang datang
alternatif dapat tombol lift.
(dapat juga dengan
dengan 3. Tidak berkerumun dan
menggunakan face
menggunakan menjaga jarak di lift dengan
shield)
exhaust yang posisi saling membelakangi.
4. Atur jarak antar
memperhitungkan 4. Bersihkan meja/area
bangku kira- kita 1-2
kekuatan sedot kerja dengan desinfektan.
meter.
dengan
memperhitungkan 5. Minimalkan jumlah 5. Upayakan tidak sering
Air Change per antrian di ruang menyentuh fasilitas/peralatan
Hour/ACH (12) tunggu dengan cara yang dipakai bersama di area
dikalikan dengan system antrian atau kerja, gunakan handsanitizer.
volume ruangan dengan menunggu di 6. Tetap menjaga jarak
• Disarankan kendaraan dengan rekan kerja minimal 1
menggunakan masing2 meter.
pembayaran secara 7. Usahakan aliran udara
non tunai dan sinar matahari masuk ke
ruang kerja.
8. Biasakan tidak
berjabat tangan.
Gambar 18: Ruang rawat jalan kubikal tertutup bertekanan negative untuk tindakan
yang bersifat aerosol generating procedure (AGPs)
Ruangan Sarana dan Prasarana Tindakan / Persiapan Keterangan
Tindakan /
Ruangan Sarana dan Prasarana Keterangan
Persiapan
APD Tingkat II* ( pelindung mata dan
wajah, masker, sarung tangan sekali
pakai, penutup kepala, apron,sepatu
boot)
Wadah cuci tangan dengan sabun dan
Tindakan /
Ruangan Sarana dan Prasarana Keterangan
Persiapan
Ruangan limbah COVID (biohazard)
TPS B3
sama dengan limbah medis/B3 lainnya.
Wadah cuci tangan / wastafel,
dilengkapi juga dengan hand sanitizer
1. Kajian Organisasi
A. Profil RSGM
Berdirinya RSGM PSPDG FK Unsrat tidak terlepas dari Program Studi
Pendidikan Dokter Gigi Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi yang
berdiri berdasarkan SK Dirjen Pendidikan Tinggi N0.406/D/T/2005. Seiring dengan
kebutuhan jenjang pendidikan profesi maka kebutuhan Rumah Sakit Gigi danMulut
sebagai sarana menempuh pendidikan jenjang profesi tidak dapat ditunda lagi
sehingga diresmikan Klinik Gigi dan Mulut FK UNSRAT pada 23 September Tahun
2010 sebagai tempat pendidikan jenjang profesi mahasiswa program studi
kedokteran gigi FK Unsrat.
RSGM PSPDG FK Unsrat merupakan sarana pelayanan kesehatan yang
menyelenggarakan pelayan kesehatan gigi dan mulut. Rumah Sakit ini sekaligus
merupakan sarana pendidikan dan penelitian kesehatan gigi dan mulut. RSGM
PSPDG FK Unsrat berlokasi di pusat kota, merupakan tempat yang strategis untuk
memberikan pelayanan kesehatan gigi dan mulut bagi masyarakat sekitar, dan dapat
menjadi pusat rujukan dalam penanganan penyakit-penyakit dalam bidang
kedokteran gigi dan mukut. RSGMP PSPDG FK Unsrat memiliki 4 lantai. Lantai
dasar digunakan untuk pelayanan umum meliputi pendaftaran pasien, InstalasiGawat
Darurat (IGD), ruang rekam medik, ruangan strerilisasi, ruang operasi, dan ruangan-
ruangan fungsional. Lantai 1 dan 2 digunakan untuk pelayanan tindakan medis,
ruang perawat di tiap lantai dan ruang makan. Lantai 3 digunakan sebagai aula, ruang
pertemuan, ruang administrasi mushola dan ruang direksi.
Pada tahun 2013 diterbitkan surat ijin penyelenggaraan sementara berdasarkan
surat Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Utara Nomor 188.4/SK-
Dinkes/2083/V/2013 dan 188.4/SK- Dinkes/909/III/2014. Pada tahun 2014 telah
dilakukan visitasi Tim Kemenkes untuk Penetapan Kelas Rumah Sakit. Saat ini
status RSGM pendidikan sedang melakukan pembenahan untuk memperoleh ijin
operasional tetap.
B. Visi & Misi
Misi :
KESIMPULAN
SARAN
Oleh :
1. Stiven Sumual, SKG (0701136055)
2. Happy Febriani, SKG (0701136047)
3. Edwin Kalara, SKG (1401403014)
4. Bonie Tulaka, SKG (1401403071)
5. Febrian Sujana Putra (17014103059)
6. Fitrisya Cecilia Kinontoa (181014103003)
7. Pingkan E. O. Lengkong (15014103031)
8. Debby J. Suhanda (15014103111)
Pembimbing :
drg. Vonny N. S. Wowor, M.Kes
Salah satu parameter utama kesuksesan implementasi sistem tata kelola teknologi
informasi adalah adanya perilaku penggunaan teknologi informasi oleh sumber daya manusia yang
terarah dan selaras dengan strategi bisnis.
Banyak sistem informasi gagal diterapkan karena sumber daya manusianya berperilaku tidak
sesuai dengan yang diinginkan oleh organisasi. Misalnya saja tidak menggunakan sistem informasi
sesuai dengan kebutuhan atau bahkan menolak menggunakan sistem informasi dengan berbagai
alasan.
1. Operator yang akan membawa pasien pada besok hari harus mendaftar sesuai formulir
yang disediakan secara online oleh pihak RSGM mulai pukul 08.30 WITA –
11.00 WITA.
2. Pengumuman nama-nama yang berhak mengerjakan pasien akan ditentukan oleh petugas
bagian loket pendaftaran berdasarkan urutan daftar yang tercepat dan sesuai dengan waktu
yang ditentukan. Jumlah pasien maksimal yang diterima masing-masing bagian adalah 4
orang/bagian. Setelah diperiksa oleh petugas, nama-nama bisa dilihat pada link pengumuman.
3. Pasien dan coass akan melakukan screening awal di bagian bersama dok pembimbing
4. Pada besok hari, petugas administrasi akan menyiapkan rekam medik pasien yang akan
melakukan perawatan dan petugas melakukan distribusi ke bagian-bagian yang akan
melakukan perawatan
5. Saat di RSGM pasien sendiri yang akan melakukan pendaftaran kembali di loket
pendaftaran dan menunjukan surat hasil swab antigen yang menunjukan negatif, bagi pasien
yang hanya menerima vaksinasi covid-19 dosis 2. Jika pasien sudah menerima vaksinasi
covid-19 dosis 3/booster sudah tidak perlu lagi melakukan pemeriksaan swab antigen hanya
menunjukan kartu vaksin dan pasien wajib menunjukan data berupa KTP/KK/SIM/Kartu
pelajar kepada petugas pendaftaran. Kemudian petugas pendaftaran akan menanyakan kepada
pasien bagian yang akan dituju seperti bagian BM, Penyakit Mulut, Prostodonsia, Ortodonsia,
Periodonsia, Konservasi Gigi, IKGA, IKGM, RKG.
6. Untuk pasien baru petugas pendaftaran menginput data pasien dan coass di E-Hospital
khusus pasien baru. Untuk pasien lama petugas pendaftaran menginput data pasien dan coass
di E-Hospital khusus pasien lama.
7. Biaya pendaftaran sebesar Rp. 50.000 pada pasien baru dan pasien lama membayar biaya
pendaftaran sebesar Rp. 30.000.
8. Selesai melakukan pendaftaran pasien baru dan lama menunggu di ruang tunggu pasien
yang disediakan.
9. Pasien baru dan lama akan dipanggil dan diarahkan ke ruang ASKEP untuk melakukan
pemeriksaan umum dan akan dilanjutkan ke bagian yang dituju untuk melakukan tindakan.
• Lantai 1
1. Ruang konsultasi dan tindakan Periodonsia, Prostodonsia, Ortodonsia, Bedah mulut,
Pedodonsia, Konservasi, IKGM, Penyakit mulut.
2. Ruang perawat
3. Ruang makan
4. Ruang kompresor dan loker
5. Toilet
• Lantai 2
1. Ruang konsultasi dan tindakan Periodonsia, Prostodonsia, Ortodonsia, Bedah mulut,
Pedodonsia, Konservasi, IKGM, Penyakit mulut.
2. Ruang perawat
3. Toilet
• Lantai 3
1. Ruang direktur RSGM
2. Ruang dokter
3. Ruang rapat dan pertemuan
4. Ruang diskusi co-ass
5. Ruang baca & administrasi
6. Mushola
7. Ruang pertemuan co-ass
8. Toilet
4. Daftar Peralatan yang Dimiliki
5. Daftar Pelayanan dan Tarif RSGM-P PSPDG FK UNSRAT
Daftar Pelayanan dan Tarif RSGMP PSPDG FK Unsrat dapat dilihat pada tabel berikut ini
6. Ekstiasi mukokel/biopsi
eksisi/insisi tumor jinak Rp. 80.000,- Per lesi
jar lunak rongga mulut
dan wajah
3. Pencabutan dengan
Rp. 70.000,- Per gigi
komplikasi
Per pasien
Konservasi
15. Try in
Rp. 50.000,- Per gigi
Ortodonsia
1. Pencetkan gigi pasien baru Rp. 70.000,-
Per pasien
Oleh :
1. Stiven Sumual, SKG (0701136055)
2. Happy Febriani, SKG (0701136047)
3. Edwin Kalara, SKG (1401403014)
4. Bonie Tulaka, SKG (1401403071)
5. Febrian Sujana Putra (17014103059)
6. Fitrisya Cecilia Kinontoa (181014103003)
7. Pingkan E. O. Lengkong (15014103031)
8. Debby J. Suhanda (15014103111)
Pembimbing :
drg. Vonny N. S. Wowor, M.Kes
kepada setiap orang yang telah membayar iuran atau iurannya dibayar oleh
seseorang terbebas dari beban biaya berobat yang relatif mahal yang
sosioekonomi.
c. Prosedur pelayanan
d. Sistem pembiayaan
serta sistem paket INA CBG’s untuk fasilitas kesehatan tingkat kedua
pertama adalah Rp. 3000,- (tiga ribu rupiah) sampai Rp. 6000,- (enam
ribu rupiah) seperti pada puskesmas atau fasilitas kesehatan yang setara.
Pada rumah sakit kelas D pratama, klinik pratama, praktik dokter, atau
sebesar Rp. 8000,- (delapan ribu rupiah) sampai Rp. 10.000,- (sepuluh
ribu rupiah) dan pada praktik perorangan dokter gigi sebesar Rp. 2000,-
dan mulut yang bertujuan untuk meningkatkan status kesehatan gigi dan
Dokter gigi sebagai pemberi pelayanan yang pertama kali ditemui oleh
sehat.
4) Paradigma sehat
dalam hal kesehatan. Prinsip ini juga menekankan agar pasien dapat
panjang antara dokter gigi dan pasien dengan pelayanan kesehatan gigi
kehidupan pasien.
dengan disiplin lain. Dokter gigi juga perlu untuk merujuk ke spesialis,
dan memberikan informasi sejelas-jelasnya kepada pasien dalam
1) Konsultasi
7) Kegawatdaruratan oro-dental
8) Scalling (pembersihan karang gigi) yang dibatasi satu kali per
tahun `
9) Premedikasi/pemberian obat
10) Protesa gigi (gigi tiruan lengkap maupun sebagian dengan ketentuan
tersendiri).
berasal dari alam yakni iklim ataupun kondisi geografis, tingkat pendidikan
masyarakat yang masih rendah, serta sikap dan budaya masyarakat yang tidak
kondusif.
sumber daya manusia, dana yang dibutuhkan kurang memadai, sarana dan
prasarana yang minim, pengetahuan dan keterampilan yang kurang serta arus
terdapat pada sistem JKN seperti yang disebutkan oleh Widiyani (2014)
bahwa tarif kapitasi bagi pelayanan dokter gigi di era JKN masih dinilai
sistem JKN yakni sarana kesehatan yang masih belum memadai. Hambatan
internal lainnya di era JKN seperti yang disebutkan oleh Dewanto dan Lestari
Despitasari (2014) juga menyebutkan bahwa hambatan dokter gigi di era JKN
dapat berasal dari peningkatan jumlah pasien di era JKN dan kurangnya
a. Besaran kapitasi
terkendali dan hal ini akan berpengaruh pada pengobatan pasien yang
Januraga, dkk. (2010) yang menyatakan bahwa sistem kapitasi tidak lebih
baik dari sistem pembiayaan fee for service dalam hal menjaga mutu dan
segala sesuatu yang dapat dipakai sebagai alat untuk mencapai suatu
yang dilakukan oleh Geswar, dkk. (2013) bahwa sarana kesehatan pada
fasilitas pelayanan primer maupun fasilitas pelayanan sekunder belum
c. Paket manfaat
yang terdapat dalam jenis tindakan yang termasuk dalam paket manfaat di
dalam sistem JKN. Permasalahan lainnya yang timbul pada paket manfaat
ialah belum adanya kejelasan mengenai jenis tindakan yang dapat dirujuk
BPJS Kesehatan.
semenjak era JKN yang menambah beban kerja tenaga medis tersebut. Hal
kerja setiap tenaga medis. Sistem pembagian dana kapitasi yang tidak
membedakan beban kerja antara tenaga kesehatan di puskesmas tersebut
memiliki beban kerja lebih tinggi dengan tenaga medis yang memiliki
dan Soesatyo (2014) juga menunjukkan bahwa semakin tinggi beban kerja
ialah pada penerapan pelayanan berjenjang. Hal tersebut dapat terlihat dari
upaya preventif intervensi yang tepat. Hal ini dapat membantu dokter gigi
dokter gigi. Administrasi yang dalam hal ini adalah data utilisasi dapat
era JKN juga harus memahami konsep paradigma sehat dalam sistem
B. Landasan Teori
memenuhi kebutuhan dasar kesehatan kepada setiap orang yang telah membayar
masyarakat untuk terbebas dari biaya kesehatan yang relatif mahal yang dapat
community oriented.
Hambatan yang dialami oleh dokter gigi dalam pelayanan JKN dapat
berasal dari besaran kapitasi yang didapatkan oleh dokter gigi, sarana kesehatan
gigi, beban kerja dokter gigi, tingkat pengetahuan dokter gigi mengenai sistem
JKN serta kejelasan dari sistem JKN. Tingkat pengetahuan dokter gigi yang
paradigma sehat, kejelasan pada paket manfaat serta kejelasan pada sistem
oleh dokter gigi ialah terkait besaran kapitasi pada penerapan sistem kapitasi.
Sistem kapitasi merupakan sistem pembayaran yang baik untuk jangka panjang,
namun sistem kapitasi yang tidak membedakan jenis pelayanan kesehatan dapat
ketidakpuasan pasien.
memberikan pelayanan di era JKN ialah terkait dengan sarana kesehatan gigi
yang ada. Salah satu permasalahan yang ada pada penerapan JKN ialah sarana
kesehatan gigi yang ada pada puskesmas dan klinik yang ditunjuk sebagai
gigi merupakan salah satu syarat kredensialing yang harus terdapat dalam
menghambat pelayanan yang diberikan oleh dokter gigi. Hal tersebut disebabkan
tindakan yang termasuk dalam paket manfaat di dalam sistem JKN serta belum
Hambatan lain yang dapat menghambat pelayanan dokter gigi di era JKN
ialah terkait beban kerja. Hal tersebut dapat disebabkan oleh adanya peningkatan
jumlah pasien semenjak era JKN yang menambah beban kerja tenaga medis.
dapat menghambat pelayanan yang diberikan oleh dokter gigi di era JKN. Dokter
gigi dalam pelaksanaan sistem JKN perlu memahami analisa situasional daerah
administrasi terkait revisi besaran kapitasi setiap 2 tahun sekali dan memahami
manajemen keuangan di era JKN dengan baik. Dokter gigi juga perlu memahami
konsep paradigma sehat serta memahami secara jelas mengenai sistem rujukan
di era JKN.
C. Pembahasan Masalah
Pembahasan masalah:
Penyebab :
kurang baik
• Sumber daya faskes yang bekerja sama dengan BPJS kadang kurang
memadai
JKN
Untuk saat ini RSSGM belum menerima pasien rujukan sebagai tempat
rujukan kedua atau merujuk pasien dikarenakan RSGM msih belum melakukan
kerja sama dengan BPJS kota Manado, sehingga sistem pembiayaan berobat di
F. Kesimpulan dan Saran
Kesimpulan
Sistem Jaminan Kesehatan Nasional belum maksimal dan belum
sepenuhnya mencapai tujuan yaitu memberikan pelayanan kesehatan dasar
bagi masyarakat Indonesia. Begitu juga dengan RSGM Unsrat belum
memberikan pelayanan kesehatan gigi dan mulut yang prima dikarenakan
sistem pembiayaan masih bersifat mandiri.
Saran
1. Perlu dilakukan evaluasi dan perbaikan sistem JKN berdasarkan masalah
masalah yang terjadi.
2. Perlu dilakukan sosialiasi lebih mengenai pentingnya JKN agar seluruh
masyarakat Indonesia menjadi anggota JKN.
3. Sebaiknya kedepannya RSGM Unsrat dapat bekerja sama dengan JKN agar
RSGM Unsrat dapat menjadi faskes rujukan kesgimul
KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN GIGI MASYARAKAT
RUMAH SAKIT GIGI DAN MULUT
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER GIGI
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SAM RATULANGI
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PERGURUAN TINGGI
Oleh :
1. Stiven Sumual, SKG (0701136055)
2. Happy Febriani, SKG (0701136047)
3. Edwin Kalara, SKG (1401403014)
4. Bonie Tulaka, SKG (1401403071)
5. Febrian Sujana Putra (17014103059)
6. Fitrisya Cecilia Kinontoa (181014103003)
7. Pingkan E. O. Lengkong (15014103031)
8. Debby J. Suhanda (15014103111)
Pembimbing :
drg. Vonny N. S. Wowor, M.Kes
BAB I
PENDAHULUAN
1
Laporan Manajemen Rumah Sakit Gigi dan Mulut
memberikan pelayanan kesehatan semua bidang dan jenis penyakit sedangkan rumah
sakit khusus adalah rumah sakit yang memberikan pelayanan utama pada suatu
bidang atau suatu jenis penyakit tertentu berdasarkan disiplin ilmu, golongan umur,
organ, jenis penyakit atau kekhususan lainnya. 4
Rumah Sakit Gigi dan Mulut (RSGM) tergolong rumah sakit khusus. Menurut
KepMenKes Nomor 1173/MENKES/PER/2004 pada pasal 1 RSGM adalah sarana
pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan gigi dan mulut
perorangan untuk pelayanan pengobatan dan pemulihan tanpa mengabaikan
pelayanan peningkatan kesehatan dan pencegahan penyakit yang dilaksanakan
melalui pelayanan rawat jalan, gawat darurat dan pelayanan tindakan medik. 5
1.2. Tujuan
1.2.1 Tujuan RSGM
a. Tujuan Umum
Tujuan umum RSGM adalah meningkatkan mutu pendidikan, penelitian dan
pelayanan kesehatan gigi dan mulut yang berkualitas, profesional, modern dan sesuai
dengan tuntutan masyarakat serta perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
kedokteran gigi.
b. Tujuan Khusus
- Pelayanan medik gigi primer, yaitu tindakan medik gigi yang merupakan
wewenang dokter gigi umum.
- Pelayanan medik gigi sekunder, yaitu tindakan medik gigi yang
merupakan wewenang dokter gigi spesialis.
- Pelayanan medik gigi tersier, yaitu tindakan medik gigi yang merupakan
wewenang dokter gigi subspesialis/dokter gigi spesialis konsultan.
2. Tersedianya sarana pendidikan kedokteran gigi dan tenaga kesehatan gigi
lainnya.
3. Tersedianya pusat penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi khususnya pada kedokteran gigi.
2
Laporan Manajemen Rumah Sakit Gigi dan Mulut
4. Tersedianya unit pelayanan sebagai sarana rujukan bagi unit yang lebih
rendah.
5. Tersedianya unit penunjang program kegiatan medik kedokteran umum
(rujukansecara pelayanan kesehatan lain setingkat/horizontal), kegiatan
pelayanan kesehatan terintegrasi, pendidikan dan pelatihan tenaga
kesehatan dan penelitian.
1.1 Sasaran
1) Terpenuhinya tuntutan Ilmu Kesehatan Gigi Masyarakat
2) Meningkatnya pengetahuan observer di bidang manajemen RSGM.
3) Terwujudnya manajemen RSGM efektif, efisien, dan produktif agar dapat
meningkatkan mutu pelayanan kepada masyarakat.
4) Termanfaatkannya hasil observasi dan analisis situasi RSGM oleh instansi
terkait yang memerlukannya.
1.2 Manfaat
1.2.1 Bagi RSGM
Laporan hasil observasi ini dapat digunakan sebagai informasi, bahan masukan, dan
acuan untuk RSGM dalam mengembangkan dan meningkatkan mutu pelayanan
manajemen RSGM yang sesuai dengan standar yang ditetapkan.
Observasi ini bermanfaat bagi mahasiswa profesi dokter gigi dalam memenuhi salah
satu tuntutan Ilmu Kesehatan Gigi Masyarakat, dan dapat berperan serta bersama
untuk menungjatkan mutu pelayanan serta dapat mengembangkan wawasan
mengenai manajemen pelayanan kesehatan gigi dan mulut di RSGM-P UNSRAT.
Laporan hasil observasi ini dapat berguna bagi masyarakat untuk memperluas
pengetahuan dan wawasan mengenai gambaran situasi manajemen RSGM, dan dapat
dijadikan sebagai referensi/acuan untuk observasi & penelitian selanjutnya.
3
Laporan Manajemen Rumah Sakit Gigi dan Mulut
BAB II
ANALISIS SITUASI
1. Kajian Organisasi
A. Profil RSGM
4
Laporan Manajemen Rumah Sakit Gigi dan Mulut
Visi : Menjadi rumah sakit gigi dan mulut pendidikan dengan pelayanan
prima
Misi :
5
Laporan Manajemen Rumah Sakit Gigi dan Mulut
REKTORUNSRAT
PIMPINANKLINIK
6
Laporan Manajemen Rumah Sakit Gigi dan Mulut
D. DAFTAR KETENAGAAN
7
Laporan Manajemen Rumah Sakit Gigi dan Mulut
8
Laporan Manajemen Rumah Sakit Gigi dan Mulut
3 Jebby Ratu
4 Chintia
9
Laporan Manajemen Rumah Sakit Gigi dan Mulut
10
Laporan Manajemen Rumah Sakit Gigi dan Mulut
3. Bagi operator yang mendaftarkan pasien pada hari H, pasien sudah harus
berada di RSGM dan pasien melakukan pendaftaran sendiri dan operator
tidak diizinkan mengambil nomor pendaftaran, kecuali pasien anak. Pasien
baru dan pasien lama mengambil dan mengisi formulir pendaftaran di loket
pendaftaran. Jam pendaftaran pada hari Senin dimulai pukul 08.30 WITA –
14.00 WITA dan pada hari Selasa hingga Jumat dimulai pukul 08.00 WITA
– 14.00 WITA.
4. Pasien akan dipanggil oleh petugas loket pendaftaran sesuai dengan nomor
yang tertera di formulir pendaftaran. Pada pasien baru wajib membawa
identitas berupa KTP/KK/SIM/Kartu pelajar dan membayar biaya
pendaftaran sebesar Rp. 7.000. Pada pasien lama wajib membawa kartu
berobat atau nomor kartu dan membayar biaya pendaftaran sebesar Rp.
5.000.
5. Pasien baru dan lama menunggu di ruang tunggu pasien yang disediakan.
6. Pasien baru akan dipanggil dan diarahkan ke ruang ASKEP untuk
melakukan pemeriksaan umum.
7. Pasien baru dan lama akan dipanggil dan diarahkan oleh operator untuk
menuju ruang perawatan.
Sarana dan Prasarana yang tersedia di Klinik Gigi dan Mulut UNSRAT terdiri dari :
Lantai dasar
1. Area parkir
2. Ruang pendaftaran
3. Ruang tunggu pasien
4. Ruang rekam medik
11
Laporan Manajemen Rumah Sakit Gigi dan Mulut
Lantai 1
1. Ruang konsultasi dan tindakan Periodonsia, Prostodonsia, Ortodonsia, Bedah mulut,
Pedodonsia, Konservasi, IKGM, Penyakit mulut.
2. Ruang perawat
3. Ruang makan
4. Ruang kompresor dan loker
5. Toilet
Lantai 2
1. Ruang konsultasi dan tindakan Periodonsia, Prostodonsia, Ortodonsia, Bedah mulut,
Pedodonsia, Konservasi, IKGM, Penyakit mulut.
2. Ruang perawat
3. Toilet
Lantai 3
1. Ruang direktur RSGM
2. Ruang dokter
3. Ruang rapat dan pertemuan
12
Laporan Manajemen Rumah Sakit Gigi dan Mulut
1 Dental mirror 50 √
2 Mirror handle 40 √
3 Sonde 85 √
4 Pinset 85 √
5 Excavator 84 √
13
Laporan Manajemen Rumah Sakit Gigi dan Mulut
19 Ligature instrument 1 √
23 Dental probe 1 √
25 Scaler manual 20 √
26 Scaler manual 20 √
27 Scaler manual 20 √
28 Scaler manual 1 √
30 Amalgam stopper 20 √
33 Amalgam stopper 20 √
34 Cement stopper 5 √
37 Burnisher kecil 20 √
38 Burnisher sedang 10 √
39 Burnisher besar 20 √
40 Burnisher Y 1 √
42 Amalgam carver 20 √
43 Matrix band 20 √
14
Laporan Manajemen Rumah Sakit Gigi dan Mulut
15
Laporan Manajemen Rumah Sakit Gigi dan Mulut
70 Cryer 5 pasang √
71 Bein lurus 2 √
72 Bein 13 √
76 Autoclave 7 √
77 Dental unit 45 √
78 Timbangan 1 unit √
81 Laptop 1 unit √
84 Genset 2 unit √
85 Tv 1 unit √
86 Wastafel 6 √
87 Tempat tissue 6 √
Hand Sanitizer 13 √
LCD 3 √
Pendingin ruangan 8 √
Kipas angin √
Hydrant 1 √
Pure it 4 √ √
16
Laporan Manajemen Rumah Sakit Gigi dan Mulut
Biohazard 4 √
Bak cuci 2 √
Meja dokter 8 √
Autoclav 2 √
Operkulektomi 60.000
2. BEDAH MULUT
Pencabutan gigi dengan penyulit menggunakan
250.000
metode terbuka/odontektomi
alveolektomi 60.000
17
Laporan Manajemen Rumah Sakit Gigi dan Mulut
Pencetakan 25.000
5. ORTODONSIA
Insersi alat 200.000
Pulpcapping 60.000
18
Laporan Manajemen Rumah Sakit Gigi dan Mulut
Kuretase 200.000
7. PERIODONSIA
Gingivektomi 200.000
19
Laporan Manajemen Rumah Sakit Gigi dan Mulut
kuman pada air limbah sebelum melalui proses filtrasi tabung bertekanan. Tahap
selanjutnya yaitu filtrasi biologi dan selanjutnya air limbah yang telah diproses tersebut
di buang ke media lingkungan.
Sementara limbah medis padat termasuk limbah benda tajam akan dikumpulkan di
tempat limbah medis khusus yang terletak di dalam RSGM Unsrat, selanjutnya dipilah,
disimpan sementara dan nantinya akan dilakukan pemusnahan. Penyimpanan sementara
limbah medis rumah sakit gigi dan mulut unsrat, dilakukan selama 1 bulan dan disimpan
pada wadah plastik.
Pemusnahan sampah menggunakan incinerator dilakukan satu kali dalam satu bulan,
pemusnahan limbah tersebut dilakukan di puskesmas paniki karena RSGM Unsrat belum
memiliki incinerator. Alat ini bekerja selama kurang lebih 2 jam dalam sekali beroperasi
dengan daya tampung kurang lebih 200Kg dengan suhu mencapai 1000 derajat celcius.
Hasil dari pembakaran berupa debu yang dikumpulkan kemudian akan di kubur pada
lahan yang telah tersedia.
Secara keseluruhan sistem sanitasi atau pengelolahan limbah di RSGM Unsrat cukup
baik, beberapa hal yang masih harus diperhatikan dan diperbaiki yaitu mengenai:
Belum dilakukannya pengukuran dan pengadaan alat ukur suhu, ph,TSS (Total
suspensi solid)
Botol sampel untuk limbah belum disediakan oleh rumahsakit
Ruang khusus untuk pemeriksaan air limbah
Belum dilakukan laporan sampah/ hari dikarenakan tidak tersedianya
timbangan
Lemari D3 untuk bahan-bahan beracun belum tersedia
Sirkulasi udara masih kurang baik
Incinerator dan mobil pengangkut sampah masih belum tersedia
20
Laporan Manajemen Rumah Sakit Gigi dan Mulut
Pasien menerima
perawatan
21
Laporan Manajemen Rumah Sakit Gigi dan Mulut
BAB III
PEMBAHASAN
a. Analisis situasi
RSGMP Unsrat saat ini tidak mmiliki izin operasional tetap. Hal ini tentu saja
berdampak negatif bagi sumber daya pelayanan RGMP Unrat. UU Nomor 44 tahun 2009
tentang Rumah Sakit menentukan bahwa setiap penyelenggara Rumah Sakit wajib memiliki
izin, baik izin mendirikan maupun izin operasional. Pelanggaran terhadap kewajiban ini
dianggap sebagai tindak pidana yang diancam dengan sanksi pidana penjara dan denda. Pasal
62 UU tentang Rumah Sakit menentukan sebagai berikut ”Setiap orang yang dengan sengaja
menyelenggarakan Rumah Sakit tidak memiliki izin sebagaimana dimaksud dalam Pasal 25
ayat (1) dipidana dengan pidana penjara paling lama 2 (dua) tahun dan denda paling banyak
Rp. 5.000.000.000,000. Ancaman pidana tersebut dimaksudkan untuk melindungi
kepentingan publik dari penyelenggaraan Rumah Sakit yang tidak sesuai dengan tujuan
pengaturan penyelenggaraan Rumah Sakit antara lain untuk “memberikan perlindungan
terhadap keselamatan pasien, masyarakat, lingkungan Rumah Sakit dan sumber daya manusia
di Rumah Sakit”. Sebagai salah satu sumber daya di RSGM, co-ass (operator) tidak
mengetahui atau tidak diberikan sosialisasi tentang sanksi tersebut.
RSGMP Unsrat memiliki dua sistem pendaftaran, yaitu sistem pendaftaran online dan
sistem pendaftaran manual. Pada sistem pendaftaran online, hanya boleh didaftarkan oleh co-
ass satu hari sebelum pendaftaran, dimulai pukul 08.30 WITA sampai 11.00 WITA dan
melakukan pembayaran di loket pendaftaran pada
Pada sistem pendaftaran manual pasien datang sendiri untuk mendaftarkan dirinya dengan
membawa kartu tanda pengenal berupa KTP/KK/SIM/Kartu pelajar. Batas waktu pendaftaran
pasien pada hari Senin yaitu dari pukul 08.00 WITA sampai pukul 14.00 WITA, pada hari
selasa dimulai pukul 08.30 WITA sampai pukul 14.00 WITA. Tetapi pada Untuk system
pendaftaran online ini hanya boleh didaftarkan oleh operator satu hari sebelum perawatan,
dimulai dari jam 08.30 pagi sampai jam 11.00 siang dan melakukan pembayaran di loket
pada jam 12.00 siang, kemudian melapor shift kerja pada perawat apabila salah saru dari hal
tersebut tidak dilakukan maka pendaftaran pasien dianggap batal. Kelebihan dari pendaftaran
online ini pasien tidak perlu menunggu terlalu lama untuk mendapatkan perawatan, karena
pasien dating pada saat akan dirawat dan instruktur telah dating. Kekurangan pada
22
Laporan Manajemen Rumah Sakit Gigi dan Mulut
pendaftaran online tergantung kecepatan jaringan operator dan jumlah kuota. Kedua system
pendaftaran ini juga dapat dibatalkan pada hari perawatan apabila instruktur berhalangan
hadir dan uang pendaftarannya dikembalikan dan diambil di bagian loket. Kedua system
pendaftaran ini memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-masing sehingga masih
memerlukan pembaharuan agar menjadi lebih maksimal dalam penerapannya di RSGMP
Unsrat.
23
Laporan Manajemen Rumah Sakit Gigi dan Mulut
Dinas Perhubungan dan dari pihak Kepolisian datang untuk menertibkan di daerah
RSGM.
5. Sarana Prasarana di setiap lantai
Penyediaan dental unit belum cukup memadai, karena tidak sebanding dengan jumlah
koas yang ada di RSGMP dan juga dental unit masih banyak yang perlu di perbaiki
sehingga dapat berfungsi dengan baik pada saat perawatan pasien. Perlu adanya
maintenance untuk setiap dental unit mulai dari lampu, suction, kompresor triway
syringe dan bagian lainnya. Toilet sudah tersedia di setiap lantai perawatan pasien,
serta pintu toilet yang tidak bisa dikunci sehingga pengguna toilet merasa tidak aman
dan nyaman. Di toilet juga perlu menyediakan sabun dan tissue dan memerlukan
tenaga cleaning service untuk terus menjaga kebersihan toilet. Ruang perawat bagian
terlalu sempit yang menyebabkan antrian koas saat akan mengambil alat dan bahan
sehingga mengganggu aktivitas perawat bagian tersebut. Ruang baca di lantai 4 belum
memadai karena ruangan terlalu sempit sehingga yang ingin membaca yang bisa
masuk hanya terbatas, juga masih perlu ditambahkan buku-buku yang terbaru.
24
Laporan Manajemen Rumah Sakit Gigi dan Mulut
Pelayanan di RSGMP Unsrat terbagi dalam 7 poli pelayanan yang meliputi bedah mulut,
penyakit mulut, prostodonsia, pedodonsia, ortodonsia, konservasi, dan periodonsia, serta
terdapat bagian Radiologi yang dapat digunakan jika pasien memerlukan untuk dilakukan
rontgen.
Data yang didapat dari RSGMP Unsrat belum mencantumkan biaya secara rinci untuk
Bagian Radiologi jika pasien akan melakukan rontgen. Pada bagian Penyakit Mulut biaya
yang tercantum pada daftar tarif yang dikeluarkan RSGMP Unsrat tidak sesuai atau jauh
lebih murah dengan tarif yang dikenakan saat Coas mengerjakan pasien dengan kasus seperti
SAR atau ulkus traumatik. Pada bagian Bedah Mulut harga tarif pencabutan ini tergolong
murah untuk kalangan masyarakat. Harga pencabutan berkisar Rp. 50.000 – Rp. 60.000 untuk
pencabutan gigi akar tunggal atau jamak, yang sudah termasuk dengan harga bahan berupa
pehacain dan dispo 3cc. Pada bagian Prostodonsia tarif pelayanan yang dikeluarkan RSGMP
Unsrat relative terjangkau, dan sudah sesuai dengan standar pelayanan yang ada di RSGMP
25
Laporan Manajemen Rumah Sakit Gigi dan Mulut
Unsrat. Pada bagian Pedodonsia, untuk tarif pelayanan berupa tumpatan GIC tidak sesuai
dengan tarif yang dikeluarkan RSGMP Unsrat (tarif lebih mahal dari yang tercantum pada
tarif yg dikeluarkan RSGM) begitu juga pada tarif pelayanan Topikal Aplikasi, tidak sesuai
dengan yang tercantum pada tarif yang dikeluarkan RSGMP Unsrat. Pada Bagian Ortodonsia
tarif yang dikeluarkan RSGMP Unsrat sudah sesuai dan relatif terjangkau untuk kalangan
masyarakat sendiri. Pada bagian Konservasi ada ketidaksesuaian tarif pada pelayanan berupa
tumpatan komposit kelas I, II, III, dan V, tarif yang dikeluarkan RSGM Unsrat sendiri
bervariatif untuk tumpatan komposit tergantung jenis kasus, sedangkan pada kenyataannya
saat pengerjaan pasien, tarif yang diminta untuk tumpatan komposit sendiri yaitu Rp.
100.000.- untuk semua jenis kasus tumpatan. Pada bagian Periodonsia tarif yang diminta
sudah sesuai dengan tarif yang dikeluarkan RSGMP Unsrat, dan termasuk relatif terjangkau
untuk masyarakat umum.
Secara keseluruhan tarif pelayanan yang ada di RSGMP Unsrat sebenarnya sudah relatif
terjangkau untuk masyarakat umum dan sesuai dengan standar pelayanan dan SDM yang ada
di RSGM Unsrat, karena itu banyak juga masyarakat umum yang datang untuk
memeriksakan giginya di RSGMP Unsrat.
Namun , banyaknya perbedaan tarif yang dikeluarkan RSGMP Unsrat dengan tarif yang
ditentukan saat pasien datang, maka RSGMP Unsrat sebaiknya melakukan revisi kembali
soal tarif di setiap pelayanan, dan perincian dari tarif tersebut berupa apa saja bahan dan alat
yang didapat dengan tarif di tiap pelayanan yang sudah ditentukan, misalnya :
- Pinjaman tip
scaler
- Oco
Periodonsia Scalling Ultrasonik Rp. 170.000.- - Betadine
- Cotton pelet
- Tampon Steril
- Pasta pumis
26
Laporan Manajemen Rumah Sakit Gigi dan Mulut
Dengan perincian tarif yang jelas tentunya akan memudahkan pengolahan sistem
manajemen keuangan yang ada di RSGMP Unsrat dan terlihat lebih transparan.
27
Laporan Manajemen Rumah Sakit Gigi dan Mulut
BAB IV
a. Kesimpulan
Belum semua hal yang menyangkut RSGMP Unsrat sudah sesuai SOP, ada beberapa hal
yang masih harus diperbaiki lagi dari RSGMP seperti Alur pendaftaran dan pelayanan di tiap-
tiap bagian harus di perbaiki lagi, belum menjalin kerjasama dengan JKN, sarana prasarana
yang belum memenuhi standar dari kementerian kesehatan RI, serta SDM baik dari tenaga
medis maupun tenaga ahli yang perlu di tambah.
b. Saran
1. RSGM UNSRAT harus meningkatkan sarana, prasaranan dan SDM tenaga medis dan
tenaga ahli untuk memaksimalkan pelayanan yang ada di RSGM UNSRAT.
2. Perlunya transparansi dalam pengelolaan sistem keuangan yang ada di RSGM
UNSRAT.
3. Perlunya upaya promosi RSGM UNSRAT dimasyarakat maupun instansi
pemerintahan.
4. Cara sterilisasi alat yang masih keliru harus diperbaiki lagi dari pihak RSGM.
5. Dental unit yang membutuhkan maintenance perlu diperhatikan juga oleh teknisi
RSGM agar pada saat dental unit digunakan dapat bekerja dengan baik sehingga tidak
mengganggunya pelayan pasien di RSGMP Unsrat.
6. Perlunya menjalin kerjasama JKN dengan pemerintah dalam mendukung program
pemerintah.
28
KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN GIGI MASYARAKAT
RUMAH SAKIT GIGI DAN MULUT
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER GIGI
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SAM RATULANGI
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PERGURUAN TINGGI
Oleh :
1. Stiven Sumual, SKG (0701136055)
2. Happy Febriani, SKG (0701136047)
3. Edwin Kalara, SKG (1401403014)
4. Bonie Tulaka, SKG (1401403071)
5. Febrian Sujana Putra (17014103059)
6. Fitrisya Cecilia Kinontoa (181014103003)
7. Pingkan E. O. Lengkong (15014103031)
8. Debby J. Suhanda (15014103111)
Pembimbing :
drg. Vonny N. S. Wowor, M.Kes
b. Karakteristik kemampuan.
Karakteristik kemampuan (enabling characteristics) adalah sebagai keadaan
atau kondisi yang membuat seseorang mampu untuk melakukan tindakan untuk
memenuhi kebutuhannya terhadap pelayanan kesehatan. Terdapat dua
golongan, yaitu:
1) Sumber daya keluarga
Yang termasuk sumber daya keluarga adalah penghasilan keluarga,
keikutsertaan dalam asuransi kesehatan, kemampuan membeli jasa
pelayanan kesehatan, dan pengetahuan tentang informasi pelayanan
kesehatan yang dibutuhkan.
2) Sumber daya masyarakat
Yang termasuk sumber daya masyarakat adalah jumlah sarana
pelayanankesehatan yang ada, jumlah tenaga kesehatan yang ada, jumlah
tenaga kesehatan yang tersedia dalam wilayah tersebut, rasio penduduk
terhadap tenaga kesehatan, dan lokasi pemukiman penduduk.Semakin
banyak sarana dan jumlah tenaga kesehatan maka tingkat pemanfaatan
pelayanan kesehatan suatu masyarakat akan semakin bertambah.
c. Karakteristik kebutuhan.
Karakteristik kebutuhan, dalam hal ini merupakan komponen yang paling
langsung berhubungan dengan pemanfaatan pelayanan kesehatan. Penilaian
terhadap suatu penyakit merupakan bagian dari faktor kebutuhan. Penilaian
kebutuhan ini dapat dinilai dari dua sumber yaitu:
1) Penilaian individu (perceived need)
Merupakan penilaian keadaan kesehatan yang dirasakan oleh individu,
besarnya ketakutan terhadap penyakit dan hebatnya rasa sakit yang diderita.
2) Penilaian klinik (evaluated need)
Merupakan penilaian beratnya penyakit oleh dokter yang merawatnya. Hal
ini tercermin antara lain dari hasil pemeriksaan dan penentuan diagnosis
penyakit oleh dokter.
4. Faktor yang mempengaruhi keputusan seseorang menggunakan pelayanan kesehatan
a. Status Kesehatan, Pendapatan, Pendidikan
Faktor status kesehatan mempunyai hubungan yang erat dengan penggunaan
pelayanan kesehatan meskipun tidak selalu demikian fenomenanya. Semakin
tinggi status kesehatan, maka ada kecenderungan orang tersebut banyak
menggunakan pelayanan kesehatan. Tingkat pendapatan seseorang yang tidak
memiliki pendapatan dan biaya yang cukup akan sangat sulit mendapatkan
pelayanan kesehatan meskipun dia sangat membutuhkan pelayanan tersebut.
Akibatnya adalah tidak terdapatnya kesesuaian antara kebutuhan dan
permintaan (demand) terhadap pelayanan kesehatan. Disamping itu,
tingkat pendidikan seseorang juga akan mempengaruhi tingkat utilisasi
pelayanan kesehatan. Biasanya orang dengan tingkat pendidikan formal yang
lebih tinggi akan mempunyai tingkat pengetahuan akan informasi tentang
layanan kesehatan yang lebih baik dan pada akhirnya akan mempengaruhi status
kesehatan seseorang.
b. Faktor Konsumen dan Pemberi Pelayanan Kesehatan
Provider sebagai pemberi jasa pelayanan kesehatan mempunyai peranan yang
lebih besar dalam menentukan tingkat dan jenis pelayanan yang akan
dikonsumsi bila dibandingkan dengan konsumen sebagai pembeli jasa
pelayanan. Hal ini sangat menguntungkan provider melakukan pemeriksaan dan
tindakan yang sebenarnya tidak diperlukan bagi pasien.Pada beberapa daerah
yang sudah maju dan sarana pelayanan kesehatan yang banyak, masyarakat
dapat menentukan pilihan terhadap provider yang sesuai dengan keinginan
konsumen/pasien. Tetapi bagi masyarakat dengan sarana dan fasilitas kesehatan
yang terbatas maka tidak ada pilihan lain kecuali menyerahkan semua keputusan
tersebut kepada provider yang ada.
c. Kemampuan dan Penerimaan Pelayanan Kesehatan
Kemampuan membayar pelayanan kesehatan berhubungan erat
dengan tingkat pelayanan kesehatan. Pihak ketiga (pemberi asuransi)
pada umumnya cenderung membayar pembiayaan kesehatan tertanggung lebih
besar dibanding dengan perorangan. Sebab itu, pada negara dimana asuransi
kesehatan sosial lebih dominan atas komersial atau sistem asuransi kesehatan
nasional, peranan pemberi asuransi sangat penting dalam menentukan
penggunaan pelayanan kesehatan.
d. Resiko Sakit dan Lingkungan
Faktor resiko dan lingkungan juga mempengaruhi tingkat utilisasi pelayanan
kesehatan seseorang. Resiko sakit tidak akan pernah sama pada setiap individu
dan datangnya penyakit tidak terduga pada masing-masing individu. Faktor
lingkungan juga sangat mempengaruhi status kesehatan individu maupun
masyarakat. Lingkungan hidup yang memenuhi persyaratan kesehatan
memberikan resiko sakit yang lebih rendah kepada individu dan masyarakat.
5. Model yang dilakukan dalam penelitian utilisasi pelayanan kesehatan dibagi dalam
tujuh kategori, berdasarkan tipe variabel yang digunakan sebagai faktor yang
menentukan dalam utilisasi pelayanan kesehatan
yaitu: :
a. Model Demografi (Demographic model)
Variabel yang dipakai pada model ini ialah umur, seks, status perkawinan, dan
besarnya keluarga. Variabel ini digunakan sebagai ukuran atau indikator yang
mempengaruhi utilisasi pelayanan kesehatan.
b. Model Struktur Sosial (Social structural model)
Variabel yang dipakai pada model ini ialah pendidikan, pekerjaan, dan etnis.
Variabel ini mencerminkan status sosial dari individu atau keluarga dalam
masyarakat, yang juga dapat menggambarkan tingkat pemanfaatan pelayanan
kesehatan oleh masyarakat itu
sendiri.
c. Model Sosial Psikologis (Social psychological model)
Variabel yang dipakai pada model ini ialah pengetahuan, sikap, dan keyakinan
individu dalam pemanfaatan pelayanan kesehatan. Variabel psikologi ini
mempengaruhi individu untuk mengambil keputusan dan bertindak dalam
menggunakan pelayanan kesehatan yang tersedia.
d. Model Sumber Keluarga (Family resource model)
Variabel yang dipakai pada model ini ialah pendapatan keluarga dan cakupan
asuransi kesehatan. Variabel ini dapat mengukur kesanggupan dari individu atau
keluarga untuk memperoleh pelayanan kesehatan. Makin komprehensif paket
asuransi yang sanggup dibeli individu, makin menjamin pelayanan kesehatan
yang dibutuhkan dapat dikonsumsi oleh individu tersebut.
e. Model Sumber daya Masyarakat (Community resource model) Variabel yang
dipakai pada model ini ialah penyediaan pelayanankesehatan dan sumber-
sumber di dalam masyarakat. Model sumber daya masyarakat ini ialah suplai
ekonomis yang berfokus pada ketersediaan sumber kesehatan pada masyarakat.
Semakin banyak penyediaan pelayanan kesehatan yang tersedia, makin tinggi
aksesibilitas masyarakat untuk menggunakan pelayanan kesehatan.
f. Model Organisasi (Organization model)
Variabel yang dipakai pada model ini ialah pencerminan perbedaan bentuk-
bentuk sistem pelayanan kesehatan. Biasanya variabel yang digunakan ialah
gaya (style) praktek pengobatan (sendiri, rekanan, atau kelompok), sifat alamiah
(nature) dari pelayanan tersebut
(membayar langsung atau tidak), lokasi pelayanan kesehatan (pribadi, rumah
sakit, atau klinik), petugas dari pelayanan kesehatan yang pertama kali dikontak
oleh pasien (dokter, perawat, atau yang lainnya).
g. Model Sistem Kesehatan
Model ini mengintegrasikan keenam model diatas ke dalam satu model,
sehingga apabila dilakukan analisa terhadap penyediaan dan utilisasi pelayanan
kesehatan harus dipertimbangkan semua faktor yang berpengaruh didalamnya.
C. Puskesmas
Puskesmas adalah suatu kesatuan organisasi kesehatan fungsional yang merupakan pusat
pengembangan kesehatan masyarakat yang juga membina peran serta masyarakat
disamping memberikan pelayanan secara menyeluruh dan terpadu kepada masyarakat di
wilayah kerjanya dalm bentuk kegiatan pokok. Dengan kata lain Puskesmas mempunyai
wewenang dan tanggung jawab atas pemeliharaan kesehatan masyarakat dalam wilayah
kerjanya.
c. Wewenang
1) Menagih pembayaran Iuran;
2) 2) Menempatkan Dana Jaminan Sosial untuk investasi jangka pendek dan
jangka panjang dengan mempertimbangkan aspek likuiditas, solvabilitas,
kehatihatian, keamanan dana, dan hasil yang memadai;
3) Melakukan pengawasan dan pemeriksaan atas kepatuhan Peserta dan
Pemberi Kerja dalam memenuhi kewajibannya sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan jaminan sosial
nasional;
4) Membuat kesepakatan dengan fasilitas kesehatan mengenai besar
pembayaran fasilitas kesehatan yang mengacu pada standar tarif yang
ditetapkan oleh Pemerintah;
5) Membuat atau menghentikan kontrak kerja dengan fasilitas kesehatan;
6) Mengenakan sanksi administratif kepada Peserta atau Pemberi Kerja yang
tidak memenuhi kewajibannya;
7) Melaporkan Pemberi Kerja kepada instansi yang berwenang mengenai
ketidakpatuhannya dalam membayar Iuran atau dalam memenuhi kewajiban
lain sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
8) Melakukan kerja sama dengan pihak lain dalam rangka penyelenggaraan
program Jaminan Sosial.
d. Hak
1) Memperoleh dana operasional untuk penyelenggaraan program yang
bersumber dari Dana Jaminan Sosial dan/atau sumber lainnya sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan;
2) Memperoleh hasil monitoring dan evaluasi penyelenggaraan program
Jaminan Sosial dari DJSN setiap 6 (enam) bulan.
e. Kewajiban
1) Memberikan nomor identitas tunggal kepada Peserta;.
2) Mengembangkan aset Dana Jaminan Sosial dan aset BPJS untuk
sebesarbesarnya kepentingan Peserta;
3) Memberikan informasi melalui media massa cetak dan
elektronik mengenai kinerja, kondisi keuangan, serta kekayaan dan hasil
pengembangannya;
4) Memberikan Manfaat kepada seluruh Peserta sesuai dengan Undang-
Undang tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional;
5) Memberikan informasi kepada Peserta mengenai hak dan kewajiban untuk
mengikuti ketentuan yang berlaku;
6) Memberikan informasi kepada Peserta mengenai prosedur untuk
mendapatkan hak dan memenuhi kewajibannya
7) Membentuk cadangan teknis sesuai dengan standar praktik aktuaria yang
lazim dan berlaku umum;
8) Melakukan pembukuan sesuai dengan standar akuntansi yang berlaku dalam
penyelenggaraan Jaminan Sosial;
9) Melaporkan pelaksanaan setiap program, termasuk kondisi keuangan, secara
berkala enam bulan sekali kepada Presiden dengan tembusan kepada Dewan
Jaminan Sosial Nasional (DJSN).
10) Melaporkan secara berkala kepada Pemerintah dan Pemerintah daerah
mengenai seluruh Fasilitas Kesehatan yang bekerjasama dengan BPJS
Kesehatan.
11) Menerapkan utilization review secara berkala dan berkesinambungan, dan
memberikan umpan balik hasilnya kepada faskes. Hasil utilization review
dilaporkan secara berkala kepada Menteri dan DJSN.
f. Kredensialing
Dalam menetapkan pilihan faskes, BPJS Kesehatan melakukan seleksi dan
kredensialing dengan menggunakan kriteria teknis yang meliputi:
1) Sumber daya manusia;
2) Kelengkapan sarana dan prasarana;
3) Lingkup pelayanan; dan
4) Komitmen pelayanan.
Perpanjangan kerja sama antara faskes dengan BPJS Kesehatan dilakukan
setelah rekredensialing.
2. Peserta dan Kepesertaan
a. Peserta
Peserta JKN yang diselenggarakan oleh BPJS ialah setiap orang, termasuk orang
asing yang bekerja paling singkat enam bulan di Indonesia, yang telah membayar
iuran, meliputi:
1) Penerima Bantuan Iuran Jaminan Kesehatan (PBI): fakir miskin dan orang
tidak mampu, dengan penetapan peserta sesuai ketentuan peraturan
perundangundangan.
2) Bukan Penerima Bantuan Iuran Jaminan Kesehatan (Non PBI),
terdiri dari:
a) Pekerja Penerima Upah dan anggota keluarganya, yaitu:
Pegawai Negeri Sipil;
Anggota TNI;
Anggota Polri;
Pejabat Negara;
Pegawai Pemerintah non Pegawai Negeri;
Pegawai Swasta;
Pekerja yang tidak termasuk poin di atas yang menerima upah.
WNA yang bekerja di Indonesia paling singkat enam bulan.
11. Undang-Undang No. 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional
Oleh :
1. Stiven Sumual, SKG (0701136055)
2. Happy Febriani, SKG (0701136047)
3. Edwin Kalara, SKG (1401403014)
4. Bonie Tulaka, SKG (1401403071)
5. Febrian Sujana Putra (17014103059)
6. Fitrisya Cecilia Kinontoa (181014103003)
7. Pingkan E. O. Lengkong (15014103031)
8. Debby J. Suhanda (15014103111)
Pembimbing :
drg. Vonny N. S. Wowor, M.Kes
PENDAHULUAN
Kesehatan gigi dan mulut merupakan bagian integral dari kesehatan tubuh secara
keseluruhan, sehingga pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut penting dilakukan. Gigi dan
mulut dapat dikatakan sehat apabila jaringan keras dan jaringan lunak gigi serta unsur – unsur
yang berhubungan dalam rongga mulut, memungkinkan individu makan, berbicara dan
berinteraksi sosial tanpa disfungsi, gangguan estetik, penyimpangan oklusi dan kehilangan gigi
sehingga mampu hidup produktif secara sosial dan ekonomi. Permenkes tahun 2015
menyebutkan bahwa gigi dan mulut penting bagi kehidupan kita, karena mulut bukan hanya
sebagai pintu masuk untuk makanan dan minuman, tetapi mempunyai fungsi penting dalam
pencernaan makanan, estetik dan komunikasi. Mulut adalah cermin dari kesehatan gigi, karena
secara umum banyak gejala – gejala penyakit yang dapat dilihat di dalam mulut.
Pada usia mudah, kesehatan gigi merupakan masalah yang penting karena tidak saja
menyebabkan keluhan rasa sakit, tetapi juga menyebarkan infeksi ke bagian tubuh lainnya
sehingga mengakibatkan menurunnya produktivitas. Kondisi ini tentu akan mengurangi
frekuensi kehadiran para muda-mudi ke tingkat jenjang pendidikan, organisasi maupun
pekerjaan, mengganggu konsentrasi belajar, mengganggu kegiatan bersosialisasi,
mempengaruhi nafsu makan dan asupan makanan sehingga dapat memengaruhi status gizi dan
pada akhirnya dapat mengakibatkan gangguan pertumbuhan fisik. Umumnya kelompok muda
memiliki risiko masalah kesehatan gigi dan mulut yang tinggi karena pada rentang usia ini
biasanya suka untuk mengonsumsi makanan dan minuman yang sesuai dengan keinginannya.
Generasi muda atau lebih sering dikenal dengan kaum milenial, dikenal memiliki gaya hidup
yang dinamis dengan mobilitas yang tinggi dan tuntutan untuk menyelesaikan sesuatu secara
cepat. Mereka juga rentan terpengaruh akan perubahan yang begitu cepat terjadi disekeliling.
Alhasil mereka jarang memerhatikan dan merawat secara utuh kesehatan giginya. Gaya hidup
ini membuat banyak generasi muda sangat rentan untuk terdeteksi beberapa masalah gigi dan
mulut khususnya karies.
Di dalam media penyuluhan kami, kami akan menjelaskan faktor yang dapat
meningkatkan masalah kesehatan gigi dan mulut pada kaum miuda-lansia, serta pencegahan
dan pemeliharaanya.
Jumlah perokok di Indonesia merupakan tertinggi di dunia dengan prevalensi konsumsi
pada penduduk dengan usia > 15 tahun di Indonesia terdapat 62,9% laki-laki dan 4,8%
perempuan. 225.700 meninggal akibat merokok dan penyakit lain yang berkaitan dengan
tembakau.
Kandungan dalam rokok yang dapat membahayakan kesehatan antara lain, seperti
karbonmonoksida dapat meningkatkan daraah yang akan berpengaruh pada sistem pertukaran
hemoglobin, tar uap pada masuk kedalam rongga mulut menyebabkan gigi menjadi kasar
sehingga lebih mudah ditempeli oleh plak gigi, nikotin bahan yang menyebabkan air ludah
berkurang sehingga mengakibatkan kesehatan dan kebersihan dari rongga mulut.
Kelainan yang terjadi pada rongga mulut akibat merokok antara lain pada gigi dapat
menyebabkan perubahan warna, mukosa dapat menyebabkan leukoplakia, lidah sulit untuk
merasakan pahit, asi dan manis dn gusi mengakibatkan terjadinya perdarhan.
Pada perokok aktif memiliki resiko 6x lebih tinggi terkena kaanker mulut sedangkan
Dampak buruk jika anda menjadi perokok aktif ataupun pasif :
- Menyebabkan kemandulan dan impotensi
- Menyebabkan kerontokan
- Kehilanagan pendengaran dibandingkan bukan perokok
- Merusak gigi dan menyebabkan bau mulut
- Menyebabkan stroke dan serangan jantung
- Menyebabkan kanker paru dan penyakit paru obstruktif
- Menyebabkan kanker leher rahim dan keguguran
- Menyebabkan kanker kulit
- Gangguan pada mata seperti katarak
- Tulang lebih mudah patah
1.2 Tujuan
1. Kaum muda-lansia dapat memahami bahaya merokok untuk kesehatan gigi dan mulut
2. Kaum muda-lansia dapat memahami resiko dari gaya hidup yang dapat meningkatkan
masalah kesehatan gigi dan mulut.
3. Kaum muda-lansia dapat memahami pentingnya menjaga kesehatan gigi dan mulut.
b. Tujuan Instruksional Khusus
4. Menyikat gigi secara benar dan memilih produk pasta gigi yang tepat untuk digunakan
secara rutin.
sebanyak 10 orang.
Metode yang digunakan yaitu metode pendekatan kelompok kecil dengan ceramah dan
peragaan.
1.6 Media Penyuluhan
Dilakukan sesi tanya jawab setelah pemberian materi dan simulasi kepada peserta
penyuluhan.
Penyuluhan dilakukan secara tatap muka di Desa Budo pada tanggal 15 September
2022
BAB II
METODE PENYULUHAN
d. Sisa makanan
Semua asupan makan dan minuman akan diubah oleh bakteri menjadi asam,
kondisi asam dalam mulut yang ditak normal akan meningkatkan resiko
terjadinya karies. Sisa makanan harus dibersihkan sampai tuntas, selain
dengan cara menyikat gigi, kita juga dapat menggunakan dental floss untuk
mengangkat sisa-sisa makanan yang terdapat pada celah gigi yang sulit
dijangkau dengan hanya menyikat gigi, juga penggunaan obat kumur agar
lebih mengoptimalkan pembersihan.
3. Proses Pembentukan Karies
Karies terjadi bukan disebabkan karena satu kejadian saja seperti penyakit
menular lain, tetapi disebabkan serangkaian proses yang terjadi selama beberapa
kurun waktu. Prosesnya dimulai ketika kita mengonsumsi makanan dan melekat
di gigi tetapi tidak dibersihkan maka akan menyebabkan penumpukan plak yang
banyak di gigi, baik permukaan gigi ataupun celah gigi.
Sisa makanan yang menumpuk menyebabkan timbulnya bakteri yang asam atau
bisa disebut dengan pembentukan asam laktat. Bakteri yang muncul akan
memfermentasi karbohidrat dari makanan yang kita makan sehingga
menyebabkan gigi kita menjadi keropos dan tidak kuat. Disaat itulah gigi kita bisa
menjadi karies atau berlubang.
Untuk mencapai kesehatan gigi dan mulut yang optimal, maka harus dilakukan
perawatan secara berkala. Perawatan dapat dimulai dari memperhatikan diet
makanan, jangan terlalu banyak makanan yang mengandung gula dan makanan yang
lengket. Pembersihan plaks dan sisa makanan yang tersisa dengan menyikat gigi,
teknik dan caranya jangan sampai merusak terhadap struktur gigi dan gusi.
Kunjungan berkala ke dokter gigi setiap enam bulan sekali baik ada keluhan ataupun
tidak ada keluhan.
1. Sikat Gigi
Upaya dalam mencegah penyakit gigi dan mulut serta meningkatkan kebersihan
mulut dapat dilakukan dengan mencegah dan menghilangkan akumulasi plak. Tujuan
menyikat gigi adalah: Plak dapat disingkirkan secara mekanis, kemis, dan modifikasi
metode mekanis dan kemis. Menyikat gigi dengan menggunakan sikat gigi adalah
bentuk penyingkiran plak secara mekanis.
a. Siapkan sikat gigi dan pasta gigi yang mengandung fluor, banyaknya pasta gigi
sebesar kacang tanah.
b. Kumur-kumur sebelum menyikat gigi
c. Gigi bagian depan disikat dengan gerakan naik turun dengan posisi mulut
tertutup, selama dua menit atau sedikitnya delapan kali gerakan untuk setiap
permukaan.
d. Gigi yang menghadap ke pipi disikat dengan gerakan naik turun sedikit
memutar
e. Gigi yang menghadap ke lidah atau langit-langit disikat dengan gerakan dari
arah gusi ke permukaan gigi dengan posisi mulut terbuka
f. Gigi bagian pengunyahan disikat dengan gerakan maju mundur, dengan posisi
mulut terbuka
g. Setelah semua permukaan gigi selesai disikat, kumur satu kali saja, sikat gigi
dibersihkan dengan air dan disimpan, dengan posisi tegak, kepala sikat berada
di atas
2. Konsumsi Makanan Berserat
Kontrol plak dapat juga dilakukan dengan konsumsi makanan berserat. Kebiasaan
makan-makanan berserat tidak bersifat merangsang pembentukan plak, melainkan
berperan sebagai pengendali plak secara alamiah. Bahan makanan yang banyak
mengandung serat antara lain buah-buahan, sayuran terutama sayuran hijau, kacang-
kacangan dan serealia. Makanan berserat seperti sayur-sayuran dan buah-buahan
mengandung 75-95% air. Sayuran dan buah-buahan berserat dan berair akan bersifat
membersihkan karena harus dikunyah dan dapat merangsang sekresi saliva.
Alat bantu sikat gigi untuk dapat membersihkan plak secara sempurna terdiri dari :
3.2 Mouthwash
Obat kumur merupakan suatu larutan atau cairan yang digunakan untuk
membantu memberikan kesegaran pada rongga mulut serta membersihkan mulut
dari plak dan organisme yang menyebabkan penyakit dirongga mulut. Obat kumur
adalah cairan yang ditahan dalam mulut selama beberapa waktu dengan
menggunakan kekuatan mekanik oleh otot untuk menghilangkan patogen di dalam
mulut. Obat kumut kini telah menjadi intens dan dari beberapa produk obat kumur
terbaru mengklaim bahwa efektifitasnya dalam mengurangi penumpukan plak,
radang gusi dan halitosis.
4. Periksa Gigi ke Dokter Gigi 6 Bulan Sekali
Periksa gigi secara rutin ke dokter gigi memungkinkan pendeteksian masalah gigi
dan gusi dalam tahap awal. Artinya, jika terindikasi, misalnya gigi muncul lubang
kecil, dokter gigi bisa segera melakukan penambalan agar gigi tidak sampai
keropos. Penanganan dini justru akan menghemat biaya pengobatan dibanding
pada saat kondisi gigi sudah parah.
BAB III
3.1 Pelaksanaan
a. Waktu Pelaksanaan
Waktu pelaksanaan penyuluhuan kesehatan gigi dan mulut dilaksanakan pada tanggal
15 September 2022, dimulai pukul 08.00 sampai selesai. Oleh dokter gigi muda RSGM
Unsrat Manado, dengan nama sebagai berikut :
1. Meilan Malinda Suleh
2. Angela Magie Tambahani
Pelaksanaan diawali dengan doa dan perkenalan, kemudian dilanjutkan dengan
membawahkan materi dengan judul bahaya merokok untuk kesehatan gigi dan mulut
lewat power point yang di tampilkan pada lcd dibawahkan oleh pemateri dan dilanjutkan
dengan menjelaskan simulasi cara menyikat gigi dan mulut dengan menggunakan
pantom kemudian diakhiri dengan tanya jawab.
b. Tempat Pelaksanaan
Tempat pelaksanaan kegiatan penyuluhan ini dilakukan Di Desa Budo agar
memudahkan interaksi dengan peserta karena dilakukan secara tatap muka.
c. Jumlah Peserta
Penyuluhan kesehatan gigi dan mulut diikuti oleh 10 orang peserta. Penyuluh
sebanyak 2 orang, yang memiliki tugas sebagai moderator dan penyaji materi.
d. Proses Pelaksanaan
1. Penyuluhan dibuka dengan doa
2. Moderator memperkenalkan diri dan menjelaskan tujuan penyuluhan kepada
peserta penyuluhan.
3. Menampilkan materi tentang bahaya merokok untuk kesehatan gigi dan mulut.
Dijelaskan oleh kedua penyuluh secara bergantian. Isi materi mengenai:
a. Bahaya Merokok Bagi Kesehatan Gigi Dan Mulut
b. Definisi Karies atau Gigi Berlubang
c. Faktor Penyebab Karies
d. Proses Pembentukan Karies
e. Cara menyikat gigi yang baik dan benar
4. Simulasi cara menyikat gigi dan mulut yang baik dan benar:
a. Pemilihan sikat gigi yang baik
b. Penggunaan pasta gigi berfluoride
c. Cara menyikat gigi
d. Penggunaan dental floss
e. Penggunaan obat kumur (mouthwash)
f. Makanan yang baik untuk kesehatan gigi dan mulut
g. Pentingnya periksa gigi ke dokter gigi setiap 6 bulan sekali
5. Moderator membuka sesi tanya jawab
6. Moderator memberikan Kuesioner Post Test yang harus diisi oleh peserta
penyuluhan
7. Moderator memberikan kesimpulan dan mengucapkan salam penutup dan doa
8. Penyuluh mengevaluasi hasil penyuluhan dan memberikan hadiah untuk peserta
dengan jawaban terbaik serta ucapan terima kasih untuk seluruh peserta
penyuluhan.
2. Proses
a. Proses interaktif pada saat tanya jawab
b. Partisipasi cukup aktif dan peserta sangat berantusias mengikuti penyuluhan yang
dilaksanakan.
3. Hasil Penyuluhan
a. Berdasarkan hasil tanya jawab setelah pemberian materi penyuluhan, seluruh
peserta penyuluhan dapat memahami dan mengeti materi yang telah diberikan.
BAB IV
4.1 Kesimpulan
Pada usia muda-lansia kesehatan gigi merupakan masalah yang penting karena tidak
saja menyebabkan keluhan rasa sakit, tetapi juga mengakibatkan menurunnya produktivitas.
Untuk itu penyuluh menyajikan materi penyuluhan ini agar para kaum milenial paham dan
sadar akan pentingnya kesehatan gigi. Berdasarkan kegiatan penyuluhan yang telah dilakukan
dan dievaluasi, para peserta sudah cukup paham tentang materi yang disajikan.
4.2 Saran
Saat ini pengetahuan masyarakat mengenai pentingnya kesehatan gigi dan mulut
bahaya merokok bagi kesehatan gigi dan mulut masih rendah. Untuk itu penting dilakukan
penyuluhan atau kampanye online melalui sosial media atau media apapun khususnya disaat
pandemi seperti ini.
KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN GIGI MASYARAKAT
RUMAH SAKIT GIGI DAN MULUT
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER GIGI
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SAM RATULANGI
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PERGURUAN TINGGI
Oleh :
1. Stiven Sumual, SKG (0701136055)
2. Happy Febriani, SKG (0701136047)
3. Edwin Kalara, SKG (1401403014)
4. Bonie Tulaka, SKG (1401403071)
5. Febrian Sujana Putra (17014103059)
6. Fitrisya C. Kinintoa, SKG (18014103003)
7. Pingkan E. O. Lengkong (15014103031)
8. Debby J. Suhanda (15014103111)
Pembimbing :
drg. Vonny N. S. Wowor, M.Kes
Jumlah penduduk yang tinggal di wilayah kerja Puskesmas Tikala Baru Tahun 2016
berjumlah 35.929 jiwa, dengan jumlah penduduk laki-laki 18.637 jiwa dan jumlah penduduk
perempuan 18.034 jiwa (Tabel 1).
Sarana pendidikan yang ada di wilayah kerja Tikala Baru sangat menunjang serta
meningkatkan mutu pendidikan untuk menghasilkan dan meningkatkan sumber daya manusia
yang berkualitas. Mulai dari 7 SMA (Sekolah Menengah Atas), 2 SMK (Sekolah Menengah
Kejuruan), 7 SMP (Sekolah Menengah Pertama), 17 SD (Sekolah Dasar) dan 4 TK (Taman Kanak-
kanak) tersebar di seluruh Kelurahan di Kecematan Tikala.
Sarana transportasi yang digunakan oleh masyarakat di wilayah kerja Puskesmas Tikala Baru
berupa kendaraan bermotor, baik roda 2 ataupun roda 4. Karena jalan yang menghubungkan tiap
Kecematan memiliki jalan yang bagus. Jarak yang ditempuhpun paling jauh hanya berjarak 2 km
dengan rata-rata waktu tempuh berkisar 7 menit.
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Mendapatkan gambaran tentang manajemen Puskesmas Tikala Baru mencakup tingkat
kinerja & pencapaian Puskesmas dalam pelayanan kesehatan gigi dan mulut.
1.3.2 Tujuan Khusus
1) Mendapatkan analisis situasi manjemen Puskesmas yang terdiri dari profil Puskesmas,
data umum, dan unit pelayanan.
2) Mendapatkan informasi tentang penyelenggaraan Puskesmas.
3) Mendapatkan informasi analisis kinerja Puskesmas dan bahan masukan dalam
penyusunan rencana kegiatan Puskesmas untuk akreditasi pada tahun yang akan
datang.
BAB II
LANDASAN TEORI
1.1 Peran Manajemen
Peran manajemen kesehatan menurut George Terry:
1. Planning (perencanaan)
Merumuskan tujuan organisasi sampai dengan menetapkan alternatif kegiatan untuk
mencapainya.
2. Organizing (pengorganisasian)
Menghimpun sumber daya (resources) yang dimiliki organisasi dan memanfaatkannya
secara efisien untuk mencapai tujuan organisasi.
3. Actuating (directing, commanding, motivating, staffing, coordinating)
Proses bimbingan kepada para staff agar mampu bekerja secara optimal.
4. Controlling (monitoring)
Pengawasan dan pengendalian untuk mengamati pelaksanaan kegiatan untuk melihat
koreksi bila ada penyimpangan.
Static Zone adalah daerah tanpa pergerakan Dokter Gigi Maupun Perawat Gigi serta tidak
terlihat oleh pasien, zona ini untuk menempatkan Meja Instrumen Bergerak (Mobile Cabinet)
yang berisi Instrumen Tangan serta peralatan yang dapat membuat takut pasien. Assistant’s
Zone adalah zona tempat pergerakan Perawat Gigi, pada Dental Unit di sisi ini dilengkapi
dengan Semprotan Air/Angin dan Penghisap Ludah, serta Light Cure Unit pada Dental Unit
yang lengkap. Transfer Zone adalah daerah tempat alat dan bahan dipertukarkan antara tangan
dokter gigi dan tangan Perawat Gigi. Sedangkan Operator’s Zone sebagai tempat pergerakan
Dokter Gigi. Selain pergerakan yang terjadi di seputar Dental Unit, pergerakan lain yang perlu
diperhatikan ketika membuat desain tata letak alat adalah pergerakan Dokter Gigi, Pasien, dan
Perawat Gigi di dalam ruangan maupun antar ruangan. Jarak antar peralatan serta dengan
dinding bangunan perlu diperhitungkan untuk memberi ruang bagi pergerakan Dokter Gigi,
Perawat Gigi, dan Pasien ketika masuk atau keluar Ruang Perawatan, mengambil sesuatu dari
Dental Cabinet, serta pergerakan untuk keperluan sterilisasi (Gambar 3).
Gambar 3. Pergerakan dalam Ruang Pemeriksaan (Kilpatrick, 1974)
1.4 Tata Letak Penempatan Alat
Prinsip utama dalam desain tata letak penempatan alat kedokteran gigi adalah prinsip
ergonomis, yaitu menyerasikan atau menyeimbangkan antara segala fasilitas yang digunakan
baik dalam beraktivitas maupun istirahat dengan kemampuan dan keterbatasan manusia, baik
fisik maupun mental sehingga kualitas hidup secara keseluruhan menjadi lebih baik. Tata letak
hanyalah salah satu faktor dalam ergonomis, banyak faktor lain yang merupakan unsur
ergonomis seperti desain warna, pencahaaan, suhu, kebisingan, dan kualitas udara ruangan,
serta desain peralatan yang digunakan.
Ruang Periksa adalah ruang utama dalam praktek dokter gigi, tata letak peralatan dalam
ruangan ini berorientasi memberi kemudahan dan kenyamanan bagi Dokter Gigi, Perawat
Gigi, berserta Pasiennya ketika proses perawatan dilakukan. Ukuran minimal Ruang
Perawatan untuk satu Dental Unit adalah 2,5 X 3,5 Meter, dalam ruangan ini dapat dimasukan
satu buah Dental Unit, Mobile Cabinet, serta dua buah Dental Stool. Unsur penunjang lain
dapat turut dimasukan seperti audio-video atau televisi untuk hiburan pasien yang sedang
dirawat (Gambar 4).
Perhatian pertama dalam mendesain penempatan peralatan adalah terhadap Dental Unit.
Alat ini bukan kursi statis tetapi dapat direbahkan dan dinaik-turunkan. Pada saat posisi rebah
panjang Dental Unit adalah sekitar 1,8-2 Meter. Di belakang Dental Unit diperlukan ruang
sebesar 1 Meter untuk Operator’s Zone dan Static Zone, oleh karena itu jarak ideal antara
ujung bawah Dental Unit dengan dinding belakang atau Dental Cabinet yang diletakkan di
belakang adalah 3 Meter; sementara jarak antara ujung bawah Dental Unit dengan dinding
depan minimal 0,5 Meter. Dental Unit umumnya memiliki lebar 0,9 Meter, bila Tray dalam
kondisi terbuka keluar maka lebar keseluruhan umumnya 1,5 Cm. Jarak dari tiap sisi minimal
0,8 Meter untuk pergerakan di Operator’s Zone dan Asistant’s Zone.
Mobile Cabinet sebagai tempat menyimpan bahan dan alat yang akan digunakan pada saat
perawatan diletakan di Static Zone. Zona ini tidak akan terlihat oleh pasien dan terletak
diantara Operator’s Zone dan Assistant Zone sehingga baik Dokter Gigi maupun Perawat Gigi
akan dengan mudah mengambil bahan maupun alat yang diperlukan dalam perawatan. Bila
Mobile Cabinet lebih dari satu, maka Mobile Cabinet kedua diletakan di Operator’s Zone.
Alat besar terakhir yang berada di Ruang Perawatan adalah Dental Cabinet sebagai tempat
penyimpanan utama bahan maupun alat kedokteran gigi. Umumnya berbentuk bufet setengah
badan seperti Kitchen Cabinet dengan ketebalan 0,6-0,8 Meter. Bila hanya satu sisi, lemari ini
ditempatkan di Static Zone, sedangkan bila berbentuk L, ditempatkan di Static Zone dan
Assistant’s Zone. Keberadaan Dental Cabinet akan menambah luas ruangan yang
diperlukan untuk menempatkannya (Gambar 5).
1.1 Komponen
1.2 Ergonomis
1.2.1 Definisi
Ergonomis berasal dari bahasa Yunani, yaitu Ergon dan Nomos. Ergon mrmiliki
arti kerja, dan Nomos memiliki arti hukum; jadi pengertian ergonomis itu sendiri secara
garis besar adalah studi tentang manusia untuk menciptakan sistim kerja yang lebih
sehat dan nyaman.
1.2.2 Tujuan
1. Mendapatkan hasil yang optimal dengan menguasai pengetahuan dan teknik kerja
2. Hemat waktu dengan menguasai urutan kerja dan prosedur
3. Efisiensi gerak dengan cara meletakan alat dan bahan pada posisi yang tepat
4. Kerja relaks, minim kelelahan, dengan memperhatika letak chair, operator dan
asisten
5. Menimbulkan kepercayaan pasien
5.1.1 Prinsip
1. Eliminate. Mengurangi alat dan pergerakan yang tidak perlu
2. Combine. Kombinasi 2 alat/ gerakan. Air-water spray, double ended instrument,
handpiece + water spray, double purpose bur.
3. Rearrange. Persiapan alat, prosedur dan jadwal yang baik
4. Simplify. Menyederhanakan alat/ prosedur.
5.1.3 Penatalaksanaan
Posisi Operator:
1. Berdiri
Berdiri tegak, kedua kaki bertumpu diatas lantai
Berat badan dibebankan pada kedua telapak kaki
Mulut pasien setinggi siku operator
2.Duduk
Duduk kedua kaki bertumpu diatas lantai, lengan kaki bagian bawah
membentuk sudut 90° dengan lengan kaki bagian atas / paha.
Punggung lurus, bahu simetris sama tinggi.
Jarak mata ke medan kerja + 6 inci
Pandangan ke medan kerja tidakterhalang
Mulut pasien sama tinggi dengan siku operator
Posisi Pasien:
1. Duduk
Untuk Operator yang Berdiri:
Pasien duduk pada kursi gigi sedikit miring ke belakang (slight backward
tilt)
Berat badan pasien bertumpu pada sudut yang dibentuk oleh alas kursi dan
sandaran punggung
Posisi mulut pasien membuat sudut 30° dengan bidang horisontal.
Mulut pasien setinggi siku operator
1) Kebersihan Tangan
Kebersihan tangan merupakan hal yang paling penting dan merupakan pilar untuk
Pencegahan dan Pengendalian Infeksi. Tenaga pelayanan kesehatan gigi dan mulut
harus melakukan kebersihan tangan dengan menggunakan sabun dan air mengalir jika
tangan terlihat kotor (termasuk keadaan terkena serbuk/ powder dari sarung tangan),
terkontaminasi cairan tubuh, kontak langsung dengan individu pasien, setelah kontak
dengan permukaan dalam ruang praktik termasuk peralatan, gigi palsu, cetakan gips.
Lamanya mencuci tangan 40-60 detik. Jika tangan tidak tampak kotor lakukan
kebersihan tangan dengan cara gosok tangan dengan handrub/cairan berbasis alkohol,
lamanya 20-30 detik. Metoda dan tata cara mencuci tangan dalam “hand hygiene”
tergantung pada beberapa tipe dan prosedur, tingkat keparahan dari kontaminasi dan
persistensi melekatnya antimikroba yang digunakan pada kulit. Untuk pelaksanaan rutin
dalam praktik dokter gigi dan prosedur non bedah, mencuci tangan dan antiseptik dapat
dicapai dengan menggunakan sabun detergent antimikroba yang standar. Untuk
prosedur pembedahan, sabun antimikroba (bedah) yang mengandung chlorhexidin
gluconate 4% harus digunakan. Sebagai alternatif pengganti bagi yang sensitif terhadap
chlorhexidin gluconate, dapat menggunakan iodophor (Depkes, 2005). Tempatkan
produk cairan kebersihan tangan dalam tempat yang disposible atau yang diisi ulang,
dicuci dan dikeringkan terlebih dahulu sebelum diisi ulang. Jangan diisi ulang cairan
antiseptik sebelum dibersihkan dan dikeringkan terlebihdahulu.
BAB III
ANALISIS
3.1 Pelayanan
3.1.1 Alur Pasien
Alur perawatan pasien di poliklinik gigi Puskesmas Tikala Baru (Gambar 6). Pasien
datang kemudian mendaftarkan dirinya ke loket pendaftaran. Kemudian, rekam medis
pasien di ambil di bagian rekam medis dan diberikan ke bagian poliklinik gigi. Pasien
kemudian dilayani sesuai kebutuhan perawatannya. Pada kasus yang membutuhkan
pengobatan, pasien diminta untuk mengambil obat di apotik Puskesmas Tikala Baru.
Setelah itu, pasien pulang.
Apabila tindakan tersebut bisa dilakukan di puskesmas dan alat yang tersedia di
puskesmas memenuhi kebutuhan tindakan, dokter gigi akan melakukan tindakan langsung
di poli gigi puskesmas. Namun, apabila tindakan tersebut tidak bisa dilakukan di puskemas
karena hasil diagnosa memerlukan tindakan yang tidak bisa dilakukan di puskesmas atau
karena keterbatasan alat, maka pasien akan dirujuk.
Tindakan yang biasanya dapat dilayani di poli gigi Puskesmas Tikala Baru yaitu:
1. Premedikasi
Pasien datang dengan tujuan untuk mencabut giginya namun masih sakit.Jadi,
dokter gigi belum bisa langsung melakukan tindakan pencabutan.Oleh karena itu,
dokter gigi memberikan premedikasi kepada pasien tersebut.
2. Ekstraksi
Ekstraksi yang dilakukan adalah ekstraksi gigi anak dan dewasa, ekstraksi gigi
molar dengan tingkat kesulitan rendah, ekstraksi sisa akar dan mobile.Poli gigi
Puskesmas Tikala Baru hanya melayani tindakan ekstrasi gigi yang sederhana
karena menyesuaikan dengan ketersediaan alat.
3. Penambalan gigi
Penambalan gigi yang dilakukan menggunakan bahan tumpatan GIC pada kasus
dengan keadaan gigi yang masih dapat ditumpat.
Gambar 11. Pembuangan limbah praktik Kedokteran Gigi di Puskesmas Tikala Baru
BAB IV
PEMBAHASAN
4.1 Pelayanan
4.1.1 Alur Pasien
Alur pelayanan di Poliklinik Gigi Puskesmas Tikala Baru sudah baik. Pasien lansia
dipisah dengan pasien umum, untuk meningkatkan kenyamanan bersama. Masing-masing
Puskesmas memiliki alur pasien yang berbeda, tergantung kebijakan Puskesmas tersebut.
Khususnya antara puskesmas rawat jalan dan puskesmas rawat inap (perawatan).
Perbedaan utama alur pelayanan tergantung pada kasus yang bersifat darurat (emergency)
seperti: serangan penyakit akut, kecelakaan lalu lintas. Kondisi seperti ini kemungkinan
tidak mengikuti alur baku, bisa langsung menuju ruang gawat darurat atau ruang tindakan
yang terdapat di puskesmas. Bila keadaannya normal dan wajar saja, maka pada umumnya,
pengunjung puskesmas, harus mengikuti prosedur alur pelayanan standar rawat jala
(Gambar 6).
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) adalah organisasi fungsional yang
menyelenggarakan upaya kesehatan yang menyeluruh, terpadu, merata, dapat diterima, dan
terjangkau oleh masyarakat, dengan peran serta aktif masyarakat dan menggunakan hasil
pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi tepat guna, dengan biaya yang dapat dipikul oleh
pemerinntah dan masyarakat. Upaya kesehatan tersebut diselenggarakan dengan menitikberatkan
kepada pelayanan untuk masyarakat luas guna mencapai derajat kesehatan yang optimal, tanpa
mengabaikan mutu pelayanan kepada perorangan.
Puskesmas sebagai ujung tombak pelayanan kesehatan masyarakat ternyata masih
menyimpan berbagai permasalahan yang kini banyak dikeluhkan oleh masyarakat. Tidak hanya
dilihat dari segi sarana dan prasaran yang kurang memadai, tetapi juga dari segi tenaga medis yang
demikian pula adanya. Oleh karena itu, diperlukan perhatian khusus dari pemerintah dalam
memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat serta komitmen untuk merubah sistem
pelayanan puskesma yang dinilai buruk oleh masyarakat. Selain itu, Puskesmas juga harus
memiliki standar pelayanan yang dapat memenuhi seluruh kebutuhan masyarakat untuk mencapai
kemakmuran dan kesejahteraan masyarakat. Puskesmas Tikala Baru dalam hal pelayanan
kesehatannya sudah baik karena ditunjang oleh tenaga kesehatan yang memadai.
5.2 Saran
1. Puskesmas harus lebih meningkatkan mutu pelayanan kesehatan dan mengelolah sistem
kesehatan secara menyeluruh.
2. Melakukan perbaikan saran dan prasarana Puskesmas demi terpenuhinya kebutuhan
masyarakat akan pelayanan kesehatan.
3. Mensosialisasikan program-program Puskesmas kepada masyarakat untuk memberika
pengertian kepada masyarakat akan peran puskesmas dalam masyarakat.
4. Melaksanakan program-program puskesmas seperti melakukan penyuluhan yang rutin
kepada masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA
1. Undang-Undang RI No. 36 tahun 2009 tentang Kesehatan
2. Kementerian Kesehatan RI. Profil Kesehatan Indonesia tahun 2014. 2015 September; 382:
169.
3. Kementerian Kesehatan RI. Data dasar Puskesmas tahun 2014. 2014 Oktober
4. Profil Kesehatan Puskesmas Tikala Baru tahun 2015
5. Diakses di: http://www.indonesian-publichealth.com/pengertian-suveilans/
6. Departemen Kesehatan RI. Pedoman kerja Puskesmas.
7. Kementerian Kesehatan RI. Stabdar pencegahan dan pengendalian infeksi pelayanan
kesehatan gigi dan mulut di fasilitas pelayanan kesehatan. 2012
KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN GIGI MASYARAKAT
RUMAH SAKIT GIGI DAN MULUT
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER GIGI
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SAM RATULANGI
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PERGURUAN TINGGI
Oleh :
1. Stiven Sumual, SKG (0701136055)
2. Happy Febriani, SKG (0701136047)
3. Edwin Kalara, SKG (1401403014)
4. Bonie Tulaka, SKG (1401403071)
5. Febrian Sujana Putra (17014103059)
6. Fitrisya C. Kinintoa, SKG (18014103003)
7. Pingkan E. O. Lengkong (15014103031)
8. Debby J. Suhanda (15014103111)
Pembimbing :
drg. Vonny N. S. Wowor, M.Kes
Dokter Gigi Cahaya lulusan FKG Universitas Sam Ratulangi, berencana akan segera membuka
praktik mandiri di Kota Manado, Sulawesi Utara. Ada masukan yang diberikan keluarga agar
dia berpraktik di daerah pusat kota dengan sasaran pasar golongan menengah hingga menengah
ke atas. Sebelumnya Dokter gigi Cahaya pernah bekerja selama setahun di salah satu klinik Gigi
terkenal di ibukota. Dokter gigi Anastasya masih menimbang-nimbang untung ruginya.
Praktik Dokter Gigi Mandiri di Grand Kawanua Daerah Kelurahan Paniki Bawah, Kecamatan
Mapanget, Kota Manado, Sulawesi Utara
Sasaran Praktik : Pasien Menengah ke Atas
Nama Tempat Praktik : Royal Dental
Sumber Daya Manusia (SDM) : 1 dokter gigi, 1 dokter gigi spesialis, 2 perawat gigi, 1
pegawai administrasi
Pengaturan Jadwal Praktik : Senin-Jumat
Pengaturan Jam Praktik : 17.00-21.00 WITA
Analisis SWOT
Analisis SWOT kerap digunakan dalam mengevaluasi sebuah bisnis atau proyek. Analisis
SWOT tak jarang dijadikan sebagai cara untuk menilai sejauh mana bisnis yang dijalankan,
apakah sudah sesuai target atau belum. Analisa atau analisis SWOT adalah merupakan teknik
atau metode perencanaan strategi yang bertujuan untuk mengevaluasi kekuatan (strength),
kelemahan (weakness), peluang (opportunity), dan ancaman (threats) dalam suatu proyek atau
bisnis. Albert Humphrey adalah orang pertama yang mencetuskan teknik ini. Dibutuhkan strategi
yang baik untuk mewujudkan tujuan-tujuan yang ingin dicapai dalam konteks organisasi, bisnis,
atau usaha. Metode analisa SWOT atau analisis SWOT bertujuan untuk menggambarkan situasi
dan kondisiyang sedang dihadapi dalam suatu usaha.
Analisis SWOT terdiri dari empat unsur utama, yaitu Strength (kekuatan), Weakness
(kelemahan), Opportunity (peluang) dan Threats (ancaman). Berikut penjelasan dan panduan
dasar dari keempat unsur tersebut:
Strength (Kekuatan)
Analisis atau analisa swot ini adalah akan menyoroti unsur kekuatan yang dimiliki oleh bisnis
yang bisa memberikan pengaruh positif. Pihak perusahaan atau organisasi bisa menganalisis apa
saja kelebihan perusahaan, keunggulan yang dimiliki perusahaan, serta keunikan perusahaan
yang membedakannya dengan perusahaan lainnya. Dalam analisis SWOT biasanya dimasukkan
sebanyak mungkin hal positif yang menonjolkan kekuatan dan keunggulan dari perusahaan.
Weakness (Kelemahan)
Setiap perusahaan pasti memiliki kelemahan. Hal ini dapat memberi pengaruh negatif terhadap
perusahaan. Oleh sebab itu Anda perlu mengetahui apa saja kelemahan yang dimiliki perusahaan
agar bisa menjadi bahan perbaikan. Untuk mengetahui kelemahan apa saja yang dimiliki oleh
perusahaan, posisikan diri Anda sebagai konsumen yang biasanya lebih tahu apa yang kurang
dari sebuah perusahan. Selain itu, menganalisis hal apa yang dimiliki perusahaan lain tapi tidak
dimiliki perusahaan Anda. Lalu analisa mengenai faktor apa saja yang menyebabkan kehilangan
atau kerugian bagiperusahaan, dan apa yang membuat perusahaan lain lebih baik dari perusahaan
Anda.
Opportunity (Peluang)
Analisis peluang sangat penting bagi sebuah perusahaan karena hal inilah yang akan menentukan
perkembangan perusahaan di kemudian hari. Anda harus melihat peluang apa saja yang ada dan
perkembangan tren apa yang sejalan dengan perusahaan yang bisa membantu perusahaan lebih
berkembang. Hal ini menjadi penting agar Anda mampu bertahan dan diterima di masyarakat.
Threats (Ancaman)
Analisis ancaman mencakup hal-hal apa saja yang mungkin dihadapi perusahaan yang dapat
menghambat perkembangan perusahaan. Anda harus melihat apa saja ancaman yang ada agar
dapat menentukan apakah bisnis dapat bertahan atau tidak. Beberapa hal yang harus diperhatikan
misalnya ketersediaan sumber daya, apa saja yang dilakukan pesaing, ada berapa jumlah pesaing,
bagaimana minat konsumen, dan juga kekuatan finansial Anda.
Manfaat Analisis SWOT
Analisis SWOT atau analisa SWOT adalah merupakan faktor kunci yang menentukan
kontinuitas suatu perusahaan. Hasil dari analisis ini dapat memberikan rekomendasi untuk
meningkatkan kekuatan, mengurangi kelemahan, mempertahankan peluang, serta
menghindari potensi ancaman. Analisis SWOT juga berguna untuk menetapkan prioritas
mana saja yang harus didahulukan oleh perusahaan. Anda jadi bisa mengetahui seberapa
besar potensi pasar, minat dan peluang pasar yang dapat dimanfaatkan, serta tingginya tingkat
persaingan pasar pada produk atau usaha.
1. Pemahaman yang mendalam tentang keadaan internal dan eksternal: Analisis SWOT
membantu organisasi memahami dengan lebih baik kekuatan, kelemahan, peluang, dan
ancaman yang ada. Ini membuka peluang untuk mengevaluasi situasi secara
komprehensif dan memperoleh wawasan yang lebih mendalam tentang faktor-faktor yang
mempengaruhi kesuksesan organisasi.
2. Identifikasi keunggulan kompetitif: Melalui analisis SWOT, organisasi dapat
mengidentifikasi kekuatan unik dan keunggulan yang membedakan mereka dari pesaing.
Dengan memahami kekuatan mereka, organisasi dapat memanfaatkannya untuk
menciptakan strategi pemasaran dan posisi pasar yang lebih kuat.
3. Penemuan peluang baru: Analisis SWOT membantu organisasi mengidentifikasi
peluang-peluang baru di pasar atau dalam lingkungan bisnis. Dengan mengidentifikasi
peluang ini, organisasi dapat mengambil langkah-langkah strategis untuk mengambil
keuntungan darinya dan meningkatkan pertumbuhan bisnis.
4. Pengelolaan risiko: Dalam analisis SWOT, ancaman eksternal diidentifikasi. Ini
memungkinkan organisasi untuk mengantisipasi dan mengelola risiko yang mungkin
timbul. Dengan memahami ancaman tersebut, organisasi dapat mengambil langkah-
langkah pencegahan atau rencana mitigasi untuk mengurangi dampak negatifnya.
5. Pengambilan keputusan yang lebih baik: Analisis SWOT menyediakan informasi yang
berharga untuk pengambilan keputusan strategis. Dengan pemahaman yang lebih baik
tentang situasi internal dan eksternal, organisasi dapat membuat keputusan yang lebih
cerdas dan terinformasi tentang arah dan prioritas bisnis mereka.
6. Perencanaan strategis yang efektif: Analisis SWOT menjadi dasar untuk perencanaan
strategis yang efektif. Dengan mempertimbangkan kekuatan, kelemahan, peluang, dan
ancaman, organisasi dapat merumuskan strategi yang lebih baik dan mengalokasikan
sumber daya dengan bijaksana untuk mencapai tujuan bisnis mereka.
Tujuan Analisis SWOT
Analisis SWOT bertujuan untuk mengetahui kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman dalam
suatu perusahaan. Analisis ini ditujukan untuk menggambarkan situasi yang sedang dihadapi
atau yang mungkin akan dihadapi oleh perusahaan. Dengan melakukan analisis SWOT, Anda
bisa mengetahui kekuatan dan kelebihan perusahaan sehingga dapat memanfaatkan hal tersebut
demi kemajuan perusahaan. Selain itu, Anda bisa menganalisis kelemahan apa saja yang dimiliki
perusahaan untuk mencegah hal-hal yang bisa merugikan perusahaan. Analisis SWOT juga
berguna untuk meneliti peluang yang ada sehingga Anda tahu kapan perusahaan harus bergerak
agar mampu bertahan dan diterima di masyarakat. Anda juga tidak bisa melupakan masalah
ancaman yang mungkin ada dalam dunia bisnis. Dengan menganalisis ancaman, perusahaan bisa
dengan sigap mencegah hal buruk yang dapat merugikan dan memberi efek negatif. Setelah
melakukan analisis SWOT, Anda bisa mengetahui apa saja yang harus dilakukan untuk
memecahkan masalah yang ada. Anda harus bisa mengatasi setiap masalah yang sedang atau
mungkin terjadi di masa mendatang. Untuk itu Anda bisa memanfaatkan apa saja kekuatan yang
dimiliki perusahaan sehingga Anda bisa menonjolkan hal tersebut. Kekuatan yang dimiliki
perusahaan dapat menjadi daya tarik sendiri bagi pasar. Anda harus bisa memanfaatkan kekuatan
perusahaan dengan sebaik-baiknya dan terus berusaha agar bisa memberikan pengaruh positif
bagi perusahaan.
Terdapat dua faktor penting yang bisa memengaruhi keempat komponen analisis SWOT. Faktor
tersebut adalah faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal merupakan faktor yang
berasal dari dalam perusahaan, terdiri dari dua komponen yaitu kekuatan dan kelemahan.
Dampaknya akan sangat baik bagi perusahaan atau bisnis apabila kekuatan lebih menonjol
dibandingkan kelemahan. Faktor internal mencakup kelebihan atau kekurangan internal
perusahaan, keuangan atau finansial, sumber daya manusia atau lainnya yang dimiliki.
Sedangkan, faktor eksternal adalah faktor yang berasal dari luar perusahaan, terdiri dari dua
komponen yaitu peluang dan ancaman. Faktor eksternal tidak terlibat secara langsung dalam
aktivitas perusahaan. Yang termasuk faktor eksternal adalah budaya, lingkungan, sosial politik,
ekonomi, sumber modal, peraturan pemerintah, ideologi, perkembangan teknologi, tren,
peristiwa-peristiwa yang terjadi. Analisis SWOT dipengaruhi oleh beberapa faktor yang dapat
mempengaruhi hasil dan keefektifannya.
Berikut ini adalah beberapa faktor yang perlu dipertimbangkan dalam melakukan analisis
SWOT:
Informasi yang akurat dan terperinci: Untuk melakukan analisis SWOT yang efektif, penting
untuk memiliki data dan informasi yang akurat, lengkap, dan terperinci tentang faktor-faktor
yang dievaluasi. Informasi yang tidak lengkap atau tidak akurat dapat menghasilkan analisis
yang tidak akurat dan mengarah pada keputusan yang tidak tepat.
1. Keterlibatan stakeholder: Melibatkan stakeholder yang relevan dalam proses analisis
SWOT dapat memberikan wawasan yang beragam dan memperkaya perspektif.
Stakeholder dapat memberikan informasi berharga tentang kekuatan, kelemahan,
peluang, dan ancaman yang terkait dengan organisasi atau situasi yang sedang dievaluasi.
2. Penggunaan metode yang tepat: Ada beberapa pendekatan atau metode yang dapat
digunakan dalam analisis SWOT, seperti diskusi kelompok, wawancara, survei, atau
analisis data. Memilih metode yang tepat dan sesuai dengan situasi dapat membantu
memperoleh hasil yang lebih baik dan relevan.
3. Analisis yang obyektif: Penting untuk melakukan analisis SWOT secara obyektif tanpa
bias atau preferensi pribadi. Menghindari pemikiran kelompok atau kecenderungan
mengabaikan faktor-faktor yang mungkin tidak sesuai dengan keinginan atau harapan
dapat membantu memperoleh hasil yang lebih objektif dan terpercaya.
4. Lingkungan bisnis dan faktor eksternal: Analisis SWOT harus memperhitungkan faktor-
faktor eksternal yang mempengaruhi organisasi atau situasi yang sedang dievaluasi.
Perubahan dalam lingkungan bisnis, seperti tren pasar, peraturan pemerintah, perubahan
teknologi, atau persaingan industri, dapat mempengaruhianalisis SWOT dan hasilnya.
5. Konteks dan tujuan: Memahami konteks dan tujuan analisis SWOT penting untuk
memfokuskan evaluasi dan mengarahkan pemikiran. Konteks organisasi atau situasi yang
sedang dievaluasi dan tujuan yang ingin dicapai harus menjadi panduan dalam
menentukan faktor-faktor yang dievaluasi dan dampaknya terhadap keputusan strategis.
Dengan memperhatikan faktor-faktor ini, analisis SWOT dapat dilakukan secara lebih efektif dan
menghasilkan pemahaman yang lebih mendalam tentang posisi, tantangan, dan peluang
organisasi atau situasi yang sedang dievaluasi.
Untuk melakukan analisis SWOT, Anda perlu menjabarkan empat komponen yang ada, yaitu
kekuatan (strength), kelemahan (weakness), peluang (opportunity), dan ancaman (threats).
Setelah itu, yang harus dilakukan adalah membuat strategi berdasarkan analisis tersebut. Hasil
dari analisis kekuatan memiliki manfaat agar membuat
perusahaan lebih menonjol. Analisis kelemahan digunakan untuk mencegah perusahaan
mengalami kemunduran atau kerugian. Lalu hasil analisis peluang berguna untuk melihat
kesempatan yang ada. Sedangkan hasil analisis ancaman gunakan untuk mengatasi hambatan
yang sedang atau mungkin dihadapi. Membuat analisis SWOT melibatkan beberapa langkah
yang perlu diikuti dengan hati-hati. Berikut ini adalah contoh cara membuat analisis SWOT:
Melalui langkah-langkah ini, analisis SWOT dapat membantu organisasi untuk memahami posisi
mereka di pasar, mengidentifikasi peluang dan ancaman yang ada, dan mengembangkan strategi
yang efektif untuk mencapai tujuan bisnis mereka.
STRATEGI
1. Bagaimana dokter gigi Anastasya merancang tempat praktik mandiri sesuai lokasi yang
dipilihnya :
- Pengorganisasian tempat praktik mandiri
1. Sumber Daya Manusia
Organisasi merupakan suatu bentuk dari hubungan yang mempunyai sifat
dinamis, dapat menyesuaikan diri pada perubahan serta diciptakan oleh
manusia untuk mencapai tujuan yang sudah diperhitungkan. Menurut
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia NOMOR 09/ MENKES/
PER/ 2014, yang tertera dalam pasal 9, 10, 11, dan 12:
Pasal 11
Pasal 12
(6) Tenaga medis pada klinik pratama yang memberikan
pelayanan kedokteran paling sedikit terdiri dari 2 (dua)
orang dokter dan/ atau dokter gigi sebagai pemberi
pelayanan.
(7) Tenaga medis pada klinik utama yang memberikan
pelayanan kedokteran paling sedikit terdiri dari 1 (satu)
orang dokter spesialis dan 1 (satu) orang dokter sebagai
pemberi pelayanan.
(8) Tenaga medis pada klinik utama yang memberikan
pelayanan kedokteran gigi paling sedikit terdiri dari 1
(satu) orang dokter gigi spesialis dan 1 (satu) orang dokter
gigi sebagai pemberi pelayanan.
Pasal 10
Persyaratan klinik kedokteran:
1. Setiap dokter yang berpraktik di klinik kedokteran harus
mempunyai Surat Tanda Registrasi dan Surat Izin Praktik
(SIP) sesuai ketentuan peraturan perundang- undangan
yang berlaku.
2. Bagi praktik yang dibuka 24 jam harus :
a. Mempunyai dokter jaga yang setiap saat berada
ditempat;
b. Mempunyai tenaga keperawatan minimal 3
(orang) orang yang setiap saat berada ditempat.
3. Bangunan/ ruangan sebagai berikut:
Pasal 11
Dokter dan dokter gigi yang akan menghentikan kegiatan praktik kedokteran
atau praktik kedokteran gigi di suatu tempat, wajib memberitahukan kepada Kepala
Dinas Kesehatan
Kabupaten atau Kota setempat. Pemberitahuan dilakukan secara tertulis
dengan pengembalian SIP. Kepala Dinas Kesehatan kabupaten atau Kota harus
mengembalikan fotocopy STR yang dilegalisasi asli oleh KKI milik dokter dan
dokter gigi tersebut segera setelah SIP dikembalikan. Sebagaimana keadaan
fotocopy STR yang dilegalisasi asli oleh KKI hilang, Kepala Dinas Kabupaten atau
Kota harus membuat pernyataan mengenai hilangnyaSTR tersebbut untuk
permintaan fotocopy STR legalisasi asli kepada KKI.
2. Penyelenggaraan Praktik
Dokter dan dokter gigi yang telah memiliki SIP berwenang untuk menyelenggarkanpraktik
kedokteran, yang meliputi antara lain :
a. Mewawancarai pasien
b. Memeriksa fisik dan mental pasien
d. Menegakan diagnosis
i. Menyimpan dan memberikan obat dalam jumlah dan jenis yang sesuai denganstandar
an
rangka memebrikan pertolongan pada keadaan gawat darurat guna penyelamatan nyawa,
dokter atau dokter gigi dapat melakukan tindakan kedokteran atau kedokteran gigi diluar
kewenangan klinisnya sesuia dengan kebutuhan medis. Pelaksanaan kewengan harus
dilakukan sesuai dengan standar profesi. Dokter atau dokter gigi dapat memberikan
pelimpahan suatu tindakan kedokteran atau kedokteran gigi kepada perawat, bidan atau
tenaga kesehatan tertentu lainnya secara tertulis dalam melaksanakan tindakan
kedokteran atau kedokteran gigi.
Dokter dan dokter gigi yang telah memiliki SIP dan menyelenggarakan praktik
perorangan wajib memasang papan nama praktik kedokteran. Papan nama harus memuat
nama dokter atau dokter gigi, nomor STR, dan nomor SIP. Apabila dokter atau dokter
gigi berhalangan melaksanakan praktik dapat menunjuk dokter atau doketr gigi
pengganti, yang memiliki SIP yang setara dan tidak harus SIP di tempat tersebut. Dalam
keadaan tertentu untuk kepentingan pemenuhuan kebutuhan pelayanan, dokter atau
dokter gigi yang memiliki SIP dapat menggantikan dokter spesialis atau dokter gigi
spesialis, dengan memberitahukan penggantian yersebut kepada pasien. Pemberitahuan
dokter atau dokter gigiyang berhalangan melaksanakan praktik atau telah menunjuk
pengganti harus menempelkan atau mmenempatkan pemberitahuan pada tempat yang
mudah terlihat.
Setiap orang yang akan mendirikan bangunan gedung wajib memiliki izin
mendirikan bangunan gedung. Izin mendirikan bangunan yang diberikan oleh
Pemerintah Kabupaten atau Kota kepada pemilik bangunan gedung untuk membangun
baru, mengubah, memperluas, mengurangi, dan atau merawat bangunan gedung sesuai
dengan persyaratan administratif dan persyaratata teknis yang berlaku. Permohonan izin
mendirikan bangunan gedung adalah permohonan yang dilakukan pemilik bangunan
gedung kepada pemerintah daerah untuk mendapatkan izin mendirikan bangunan
gedung. Pemerintah daerah wajib memberikan surat keterangan rencana kabupaten/kota
untuk lokasi yang bersangkutan kepada setiap orang yang akan mengajukan
permohonanizin mendirikan bangunan gedung.
- Limbah Amalgam :
Merkuri sebagai bahan pencampur amalgam merupakan bahan toksik. Kandungan
merkuri dalam amalgam 40-50%. Terbuangnya limbah merkuri ke aliran limbah
dapat merugikan lingkungan.
- Dental X-Ray :
Limbah bahan kimia untuk fiksasi, developer dan cleaner pada pencucian foto
rontgen.
1. Bahan fiksasi film X-ray merupakan limbah yang toksik karena kandungan
silver yang tinggi
2. Bahan developer X-ray dilarang dibuang sembarang mengingat
kandungan hydroquinone yang merupakan limbah berbahaya
4. Film x-ray termasuk dalam limbah berbahaya karena kandungan silver Selain
2. Pengangkutan insitu.
Pengangkutan Limbah pada lokasi fasilitas pelayanan kesehatan dapat menggunakan troli
atau wadah beroda. Alat pengangkutan Limbah harus memenuhi spesifikasi:
a. mudah dilakukan bongkar-muat Limbah,
b. troli atau wadah yang digunakan tahap goresan limbah beda tajam, dan
c. mudah dibersihkan.
Alat pengangkutan Limbah insitu harus dibersihkan dan dilakukan desinfeksi setiap hari
menggunakan desinfektan yang tepat seperti senyawa klorin, formaldehida, fenolik, dan asam.
Personil yang melakukan pengangkutan Limbah harus dilengkapi dengan pakaian yang
memenuhi standar keselamatan dan kesehatan kerja.
4. Pengolahan Limbah Medis
Pengolahan Limbah B3 adalah proses untuk mengurangi dan/atau menghilangkan sifat
bahaya dan/atau sifat racun. Dalam pelaksanaannya, pengolahan Limbah B3 dari fasilitas
pelayanan kesehatan dapat dilakukan pengolahan secara termal atau nontermal. Pengolahan
secara termal antara lain menggunakan alat berupa:
1. Autoklaf;
2. gelombang mikro
3. irradiasi frekuensi; dan/atau
4. Insinerator.
Tujuan pengolahan limbah medis adalah mengubah karakteristik biologis dan/atau kimia limbah
sehingga potensi bahayanya terhadap manusia berkurang atau tidak ada. Beberapa istilah yang
digunakan dalam pengolahan limbah medis dan menunjukkan tingkat pengolahannya antara lain:
dekontaminasi, sterilisasi, desinfeksi, membuat tidak berbahaya (render harmless), dan dimatikan
(kills). Istilah-istilah tersebut tidak menunjukkan tingkat efisensi dari suatu proses pengolahan
Limbah medis, sehingga untuk mengetahui tingkat efisiensi proses pengolahan limbah medis
ditetapkan berdasarkan tingkat destruksi mikrobial dalam setiap proses pengolahan limbah
medis.
Desinfeksi limbah medis berdasarkan tingkat inaktivasi mikrobial ditetapkan dalam 4 (empat)
tingkat berikut:
1. Tingkat 1 Inaktivasi bakteri vegetatif, jamur, dan virus lipofilik sebesar 1 x 106 (satu kali
sepuluh pangkat enam) atau lebih besar
2. Tingkat 2 Inaktivasi bakteri vegetatif, jamur, virus lipofilik/hidrofilik, parasit, dan
mikobakteria sebesar 1 x 106 (satu kali sepuluh pangkat enam) atau lebih besar
3. Tingkat 3 Inaktivasi bakteri vegetatif, jamur, virus lipofilik/hidrofilik, parasit, dan
mikobakteria sebesar 1 x 106 (satu kali sepuluh pangkat enam) atau lebih besar, dan
inaktivasi spora Bacillus stearothermophilus dan spora Bacillus subtilis sebesar 1 x 104
(satu kali sepuluh pangkat empat) atau lebih besar
4. Tingkat 4 Inaktivasi bakteri vegetatif, jamur, virus lipofilik/hidrofilik, parasit,
mikobakteria, dan spora Bacillus stearothermophilus sebesar 1 x 106 (satu kali sepuluh
pangkat enam) atau lebih besar.
a. Proses termal
Proses termal menggunakan panas untuk menghancurkan mikroorganisma patogen.
Beberapa proses pengolahan secara termal, yaitu:
1) Pirolisis.
Pirolisis adalah dekomposisi termal suatu Limbah pada kondisi nir-oksigendalam
tungku pengolahan sehingga -101- limbah dikonversi dalam bentuk gas, cairan, dan/atau
padatan. Pirolisis dapat digunakan untuk melakukan pengolahan berbagai limbah medis,
kecuali limbah radioaktif. Hasil akhir pengolahan berupa butiran/agregat berminyak
(greasy aggregates), logam yang dapat didaur ulang, dan/atau karbon hitam (jelaga). Sisa
abu pembakaran ini harus ditimbun minimum di fasilitas penimbunan saniter (sanitary
landfill) atau fasilitas penimbunan terkontrol (controlled landfill) setelah dilakukan
enkapsulasi atau inertisasi dan memenuhi persyaratan uji kuat tekan dan TCLP.
2) Pengolahan termal basah dan kering.
Pengolahan termal basah atau desinfeksi uap didasarkan pada pemajanan limbah
infeksius yang telah dicacah terhadap temperatur tinggi, uap bertekanan tinggi, dan
serupa dengan proses sterilisasi menggunakan autoklaf. Dalam pengolahan limbah benda
tajam, pencacahan yang digunakan dalam metode ini dapat mengurangi bahaya fisik
limbah benda tajam dan mengurangi volume limbah. Persyaratan teknis metode ini sama
dengan persyaratan teknis desinfeksi limbah medis menggunakan peralatan autoklaf.
Beberapa metode pengolahan termal basah dan kering yaitu: a) autoklaf. b) gelombang
mikro.
B. Desinfeksi kimiawi
Desinfeksi kimiawi adalah penggunaan bahan kimia seperti senyawa aldehida, klor,
fenolik dan lain sebagainya untuk membunuh atau inaktivasi patogen pada limbah medis.
Desinfeksi kimiawi merupakan salah satu cara yang tepat untuk melakukan pengolahan limbah
berupa darah, urin, dan air limbah. Metode ini dapat pula digunakan untuk mengolah limbah
infeksius yang mengandung patogen. Metode ini dapat pula dikombinasikan dengan pencacahan
untuk mengoptimalkan proses desinfeksi kimiawi. Metode desinfeksi kimiawi ini hanya dapat
digunakan apabila tidak terdapat fasilitas pengolahan limbah medis lainnya, karena penggunaan
bahan kimia akan menyebabkan perlunya dilakukan pengelolaan lebih lanjut terhadap limbah
hasil pengolahannya. Bahan kimia yang umumnya digunakan untuk desinfeksi kimiawi adalah
natrium hipoklorit (NaOCl) 3% (tiga persen) sampai dengan 6% (enam persen). NaOCl tersebut
cukup efektif membunuh bakteri, jamur, virus, dan mengendalikan bau limbah infeksius. Saat ini
telah tersedia desinfektan nonklorin antara lain asam peroksi- asetat (asam perasetat),
glutaraldehida, natrium hidroksida, gas ozone, dan kalsium oksida.
e. Enkapsulasi
Proses enkapsulasi pada prinsipnya melakukan solidifikasi terhadap Limbah untuk menghindari
terjadinya pelindian terhadap limbah dan menghilangkan risiko Limbah diakses oleh organisme
pemulung (scavengers). Enkapsulasi dilakukan dengan cara memasukkan limbah sebanyak 2/3
dari volume wadah dan selanjutnya ditambahkan material immobilisasi sampai penuh sebelum
wadahnya ditutup dan dikungkung. Material immobilisasi dapat berupa pasir bituminus dan/atau
semen. Wadah yang digunakan dapat berupa high density polyethylene (HDPE) atau drum
logam. Limbah yang dilakukan enkapsulasi dapat berupa Limbah benda tajam, abu terbang (fly
ash) dan/atau abu dasar (bottom ash) dari insinerator sebelum akhirnya hasil enkapsulasi tersebut
ditimbun di fasilitas: 1) penimbunan saniter (sanitary landfill); 2) penimbunan terkontrol
(controlled landfill); atau 3) penimbusan akhir (landfill) limbah B3
Izin Limbah
Peralatan kritis adalah alat yang masuk ke dalam pembuluh darah atau
jaringan mulut. Semua peralatan kritis wajib dilakukan sterilisasi dengan
menggunakan panas. Sebagai contoh peralatan yang dimasukkan dalam
kategori kritis adalah semua instrumen bedah, periodontal scaller,
scalpel,bur diamond, bur tulang, dll.
4. Pembersihan instrumen
6. Sterilisasi
Dental unit dan dental chair adalah benda utama yang menjadi
perhatian pasien yang memasuki suatu ruanganpelayanan kedokteran gigi.
Jadi alat-alat tersebut harus selalu dalam keadaan bersih dan siap pakai.
Tempat-tempat yang harus mendapat perhatian pada dental unit:
d) Penghisap saliva.
e) Penghisap darah (vacuum tip).
a. Engsel-engsel di dentalunit.
b. Pegangan lampu.
c. Meja.
d. Pegangan kursi.
e. Sandaran kepala.
2) Desinfeksi permukaan: siapkan larutan klorin 0,05%,
semprotkan ke semua permukaan, tunggu sampai 10 menit, lap
dengan lap basah dan keringkan dengan lap/ handuk kering.
2. Konsep Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)
Persentase penyebab kecelakaan kerja yaitu 3% dikarenakan sebab yang tidak bisa
dihindarkan (seperti bencana alam), selain itu 24% dikarenakan lingkungan atau peralatan
yang tidak memenuhi syarat, dan 73% dikarenakan perilaku yang tidak aman.Jika dilihat dari
hal-hal fundamental dalam konsep K3 tersebut, maka sebenarnya bukan hanya bidang-bidang
yang mempunyai cakupan tenaga kerja yang banyak saja yang perlu menerapkan konsep K3,
tetapi lingkungan kerja seperti apa pun seperti kesehatan dan jasa lainnya seharusnya
menerapkan konsep tersebut terlepas dari seberapa banyak tenaga kerja yang ada di
dalamnya.
1. Dentist side : high speed, low speed, scaler, light cure, water and air spray.
1. Dental asistant side : saliva ejector, water and air spray, dan light cure unit.
2. Lampu
3. X-ray unit
4. Loop
5. Ultrasonic scaler
6. LC unit cordless
Sementara itu, resiko yang ditanggung oleh operator yaitu dokter gigi maupun
pasien sangat beragam. Bagi dokter gigi resiko utama vang dapat mengancam
keselamatannya yaitu resiko tertular penyakit berbahaya yang diderita pasiennya,
contohnya penyakit hepatitis dan penyakit menular lainnya. Selain itu resiko terluka
akibat peralatan-peralatan yang biasa digunakannya pun bisa saja terjadi mengingat
peralatan praktek dokter gigi seperti high atau low speed yang dikombinasikan dengan
mata bor yang bersifat tajam dan berbahaya. Sedangkan untuk pekerja-pekerja lainnya,
resiko yang harus dihadapinya yaitu kemungkinan terkena radiasi dari alat-alat radiologi
yang digunakan di klinik dokter gigi. Alat-alat tersebut banyak
menggunakan sinar-sinar seperti alfa, beta, dan gamma yang dapat mengganggu
kesehatan. Menurut Aulia Ishak (2004), dua tipe energi radiasi menyebabkan masalah
kesehatan yang harus diselesaikan oleh teknisi keselamatan. Pertama energi radiasi panas
dari proses seperti pengolahan baja, dan kedua adalah radiasi alpa, beta, gamma yang
meningkatkan emisi partikel radio aktif. Sinar gamma memiliki energi yang sangat besar
dan dapat menyebabkan masalah bahan radio aktif. Salah satu masalah besar ialah
adanya bahaya penyebaran bahan radiasi yang mencemari. Beberapa substansi memilki
umur paruh yang singkat (kekuatan radio aktifnya setengah dari interval,
yang singkat) dan sedikit susah. Yang lainnya memiliki umur paruh yang panjang,
mungkin terdiri dari radioaktif yang berbahaya selama 1000 tahun.
kecelakaan kerja baik pada saat masih dalam hubungan kerja maupun setelah hubungan
kerja berakhir (sampai maksimal 3 tahun). Pada umumnya, penyakit-penyakit tersebut
adalahsebagai akibat terkena bahan kimia yang beracun juga termasuk kelainan
pendengaran akibat kebisingan serta kelainan otot, tulang dan persendian. Sementara itu
cara-cara untuk mengendalikan ancaman kesehatan kerja menurut Institute Occupational
Safety and Health antara lain adalah:
1. Pengendalian teknik: mengganti prosedur kerja, menutup
mengisolasi bahan berbahaya, menggunakan otomatisasi pekerjaan,
menggunakan cara kerja basah dan ventilasi pergantian udara.
Oleh karena itu berdasarkan aspek-aspek yang ada, maka di klinik-klinik dokter gigi perlu
diterapkan konsep keselamatan dan kesehatan kerja (K3) demi menjaga keselamatan dan
keefisienan kerja dari para pekerja yang terlibat. Integrasi konsep K3 di klinik dokter gigi bisa
berupa menjamin keselamatan dan kesehatan kerja dan dengan menerapkan cara-cara untuk
mengendalikan ancaman bahaya kesehatan kerja bagi pekerja yang ada di dalamnya. Dengan
dilakukannya hal ini semoga bisa meningkatkan keselamatan, kesehatan dan produktivitas dari
para pekerja di lingkungan kerja dan bias menjadi budaya untuk kedepannya.
3. Dental Ergonomic
Tujuan ergonomi
1. Untuk mendapatkan hasil yang optimal pada pekerjaan dokter gigi. hal ini
dapat dicapai dengan mengausai pengetahuan dan teknik kerja.
Dental ergonomi juga bertujuan untuk memberikan keselesaan kepada dokter gigi
saat bekerja. dokter gigi mungkin menderita musculoskeletal disorder yang berhubungan
dengan kerja atau work-related musculoskeletal disorder (WMSDs). Tanda dan gejala
dari WMSD adalah:
Salah satu tipe WMSD adalah Sindrom Karpal Tunnel. Sindrom ini terjadi akibat
kompresi pada nervus median yang bermula dari pleksus brachial yang menginervasi jari
tangan. Etiologi dari sindrom ini adalah pergerakan yang berulang atau aspek lain dari
postur tubuh yang kurang baik. oleh itu, ergonomi penting dalam mempertahankan
postur badan yang neutral ketika operator duduk pada praktek. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa posisi neutral adalah sedikit lebih kurang dari 90˚ untuk kepala,
tubuh, lengan dan paha yang merupakan posisi yang paling baik.
Gambar 31. menunjukkan bagian pada tangan yang diinervasi pleksus branchialyang akan
terpengaruh apabila menderita Sindrom Karpal Tunnel
Gambar 32. menunjukkan proses injuri sel syaraf pada Sindrom Karpal Tunnel
Prinsip Ergonomi
2. Posisi Pasien
Pasien nyaman duduk pada kursi sehingga berat badan pasien jatuh padasandaran
dan kepala penderita
2. Posisi pasien
c. Mulut pasien setinggi siku oprator pada waktu operator dalam posisikerja
3. Posisi operator secara umum
c. Tangan kiri memegang kaca mulut dan tangan kanan instrument lain
b. Gigi Anterior RA
e. Gigi anterior RB
· Operator berada disamping kanan depan
4. Four-Handed Destistry
Four hanadalah teknik dalam kedokteran gigi dimana dokter gigi dan perawat
gigi secara bersama melakukan tindakan perawatan kepada pasien.
Metode ini dilakukan bertujuan untuk mempercepat proses dan mengurangi kelelahan
baik itu untuk pasien dan tenaga kesehatan gigi. Tujuan four-handed dentistry yang
lainnya adalah untuk memperpendek waktu perawatan gigi yang diberikan kepada pasien
dan meningkatkan kualitas pekerjaan.
Metode ini sangat efektif dipergunakan, karena transfer alat antara dokter gigi dan
perawat gigi bisa lebih cepat, tidak hanya mempercepat tranfer alat tetapi juga
mempercepat penyiapan bahan- bahan untuk perawatan. Misalnya pada saat dilakukan
penambalan gigi, dokter gigi melakukan reparasi dan setelah
reparasi bahan tumpatan bisa langsung diaplikasikan dengan cepat karena sudah
dipersiapkan perawat gigi sebagai partnernya.
Patut disadari bahwasannya dalam kasus tertentu misalnya melakukan bedah, seorang
dokter gigi tidak akan dapat bekerja sendiri sehingga perlu rekan atau partner kerja, nah
posisi perawat gigi inilah yang mendampingi agar perawatan dapat terlaksana dan
berjalan dengan baik.
Pekerjaan dalam dunia kedokteran gigi bisa dibilang cukup berat, disini dibutuhkan
ketelitian dan tenaga sebagai pendukungnya. Coba kita bayangkan jika seorang dokter
gigi melakukan pencabutan gigi sehari 10 pasien saja yang dikerjakan sendiri, bisa sakit
pasti otot tangannya. Dengan menggunakan metode four handed dentistry dimana
didalamnya terjadi kerjasama antara dokter gigi dan perawat gigi maka pekerjaan yang
dilakukan jauh lebih ringan.
Strategi yang dapat digunakan untuk melakukan teknik four-handed dentistry agar
berjalan efektif menurut saya adalah dokter gigi dan perawat gigi perlu mengembangkan
serangkaian sinyal komunikasi verbal dan non-verbal dalam komunikasinya yang
disepakati dan dimengerti bersama. Dengan komunikasi yang baik maka apa yang
diinginkan dokter gigi dan apa yang diberikan dokter gigi bisa sejalan.
· Pada saat suatu pelayanan kedokteran gigi dilakukan hanya akan ada 2 orang
yang berada disekitar pasien yaitu Dokter Gigi dan Perawat Gigi. Tugas kedua
orang ini berbeda namun saling mendukung, ini kemudian melahirkan istilah
Four Handed Dentistry.
Pembagian posisi kerja
Posisi jam 7-12. Zona ini merupakan zona untuk pergerakan operator saatmelakukan
perawatan
2. Zona asisten
Posisi jam 2-4. Zona ini merupakan zona untuk pergerakan asisten.Posisi
asisten dapat berubah-ubah menyesuaikan posisi operator.
3. Zona statis
Posisi jam 12-2. Zona ini digunakan untuk tempat meja instrumen danbahan.
4. Zona transfer
Posisi jam 4-7. Merupakan zona yang digunakan untuk mentransferalat2 dari
asisten ke operator.
Maka dibuat desain tempat praktik mandiri dokter gigi sebagai berikut:
Rancangan Lingkungan Fisik
Dalam pembuatan desain tata letak penempatan alat kedokteran gigi harus
didasarkan pada konsep Four Handed Dentistry dan ergonomis. Dalam konsep Four
Handed Dentistry dikenal Clock Concept yang membagi zona kerja menjadi Static
Zone, Assisten’s Zone, Transfer Zone, dan Operator’s Zone, zona-zona ini menjadi
pedoman dalam penempatan alat kedokteran gigi.
Dalam konsep Four Handed Dentistry konsep pembagian zona kerja disekita
Dental Unit yang disebut Clock Concept, bila kepala pasien sebagai pusat dan jam 12
terletak lurus dengan kepala pasien, maka arah jam 11 sampai jam 2 disebut dengan
zona static (static), jam 2 sampai jam 4 ialah daerah kerja dari asisten dokter (assisten’s
zone), arah jam 4 (empat) sampai jam 8 (delapan) disebut zona pertukaran alat (transfer
zone), dan kemudian jam 8 sampai dengan jam 11 disebut dengan operator zone yaitu
sebagai tempat pergerakan dokter gigi. Dental Unit di sisi ini dilengkapi dengan
Semprotan
Air/Angin dan Penghisap Ludah (Suction), serta Light Cure Unit pada DentalUnit
yang lengkap.
Manajemen Sanitasi
● Sistem stok barang dan inventarisasi harus sistematis dan diperhitungkan dengan baik.
● Harus ada pencatatan laporan permintaan penggunaan barang, yang berisi tentang:
tanggal pembelian, jumlah pembelian, tanggal pemakaian, jumlah pemakaian, tanggal
expired, Sisa stok, pemakaian rata-rata per-bulan, daftar kebutuhan, harga satuan
● Manajemen penyimpanan bahan: Lihat detail prosedur penyimpanan masing-masing
produk, beberapa bahan membutuhkan penyimpanan di dalam kulkas dengan suhu 6-10
derajat, simpan pada suhu kamar dan tidak terpapar oleh sinar matahari, simpan bahan-
bahan yang mudah menguap pada tempat yang tertutup rapat, list pengambilan bahan
harus ada checklistnya.
b. Perawat Gigi
● Memelihara dan membersihkan peralatan medis gigi.
● Membantu Dokter gigi dalam melakukan tindakankepada
pasien gigi.
● Memberikan rujukan Dokter kepada pasien
c. Administrasi
● Menerima pendaftaran pasien yang ingin berobat.
● Melayani pasien dengan ramah tamah serta sopan
● Memberikan informasi kepada pasien bahwa pasien
dipanggil berdasarkan nomor urut antri
● Menyusun rekam medis pasien pada tempatnya
● Mencatat diagnosa pasien yang datang pada buku
laporan bulanan
● Membuat laporan bulanan pasien untuk diberikankepada
bpjs dan asuransi mandiri Inhealth.
● Mencetak rujukan yang kemudian ditandatangani oleh
dokter
● Memberikan rujukan yang sudah ditandatangani oleh
dokter kepada pasien.
d. Petugas Kebersihan
● Membersihkan klinik setiap pagi dan sore hari.
● Memisahkan sampah medis dengan sampah biasa.
Maka direncanakan praktik mandiri dokter gigi dengan komponen SDM, sebagai berikut:
1. Dokter gigi umum : 2 orang, bertugas memberikan perawatan kesehatan gigi dan
mulut secara umum kepada pasien.
2. Perawat gigi : 2 orang, bertugas membantu dokter gigi dalam menanganipasien.
3. Petugas Administrasi : 1 orang, bertugas mengurusi pendaftaran pasien atau
mendata pasien, serta mengurusi bagian keuangan atau pembiayaan dan Rekam
Medis.
Tarif dokter gigi di Indonesia yang relative tinggi ternyata masih berada di bawah negara
lain. Belum adanya penentuan tarif yang baku dalam pelayanan dokter gigi, baik
pelayanan primer dan pelayanan sekunder, mengakibatkan penentuan budget atau
anggaran untuk pelayanan Kesehatan gigi belum dapat dilaksanakan dengan sempurna.
Biaya Satuan (Unit Cost) Unit Cost atau biaya satuan adalah biaya yang dikeluarkan
untuk menghasilkan satu produk, dan merupakan biaya rata-rata
hasil perhitungan dari biaya total dibagi sejumlah biaya produksi. Unit cost hanya dapat
dihitung bila administrasi keuangan rapi (sistematis), sehingga dapat melihat pemasukan
untuk setiap jenis pelayanan. Perhitungan biaya satuan (Unit Cost) bertujuan untuk
mendapatkan informasi mengenai perencanaan anggaran, pengendalian biaya, penetapan
harga, penetapan subsidi serta membantu pengambilan keputusan. Hal ini dapat
dilakukan agar keseimbangan antara pendapatan dengan biaya produksi dapat
direncanakan dengan sebaik mungkin. Sehingga untuk mengendalikan biaya, memerlukan
suatu metode perhitungan biaya yang tepat guna menghasilkan informasi biaya yang
akurat yang berkenaan dengan biaya aktivitas pelayanannya.
Cara perhitungan berdasarakan unit cost yaitu seluruh biaya yang dibebankan dalam
melaksanakan kegiatan produksi atau menghasilkan jasa atau kegiatan tertentu (jumlah
pendapatan untuk setiap jenis pelayanan) dibagi dengan jumlah satuan produk atau jasa
yang dihasilkan (jumlah kunjungan untuk pelayanan tersebut). Unit cost identik dengan
tarif atau harga jual (harga pokok ditambah margin). Unit cost ini penting untuk
menghitung tarif atau kapitasi, serta kontrol biaya dan ketaatan tim terhadap SOP yang
telah disepakati.
Misalkan :
1 Hari terdapat rata-rata 4 pasien dengan 6 hari kerja (Senin-Jumat)
1 Minggu 5 x 5 hari = 25 pasien
1 Bulan 25 x 4 minggu = 100 pasien
1 Tahun 100 x 12 bulan = 1200 pasien.
Jenis Biaya:
1) Fixed Cost (Biaya Tetap) : Biaya yang bersifat tetap, tidak dipengaruhi oleh biaya
volume atau produksi. Misal : Biaya sewa tempat.
2) Variable Cost (Biaya Variabel/Tidak Tetap) : Biaya yang sifatnya variabel atau
berubah menurut jumlah produksi. Misal : Biaya material (bahan), jasa medis, dll.
3) Semi-variabel Cost : Tidak mencakup keduanya. Biaya yang berubah berdasarkan
volume tetapi tidak terkait langsung secara proporsional dengan volume produksi. Misal :
Biaya telepon, biaya perawatan dan perbaikan.
Contoh
Penentuan biaya untuk tindakan TAF White Spot
A. Fixed cost
- Lampu ruangan (10 buah) : Rp. 500.000 (masa pakai 3tahun)
: Rp. 167.000/tahun
Diperoleh biaya / pasien (±1200) : Rp. 140
- Meja dan kursi tunggu pasien (1 unit) : Rp. 1.500.000 (masa pakai 10
tahun)
: Rp. 150.000
Diperoleh biaya / pasien (±1200) : Rp. 125
- Set handpiece highspeed dan lowspeed : Rp. 2.000.000 (masa pakai 5tahun)
: Rp. 400.000/tahun
Diperoleh biaya / pasien (±1200) : Rp. 334
B. Variable Cost:
- Listrik, Air, Wifi, sampah : Rp. 10.000.000/tahun
Diperoleh biaya / pasien (±1200) : Rp. 8.334
- Biaya perbaikan : Rp. 4.000.000/tahun
Diperoleh biaya / pasien (±1200) : Rp. 3.350
Rp. 34.355
Dasar Hukum
Persyaratan
12. Foto copy SIP lama bagi dokter yang telah memiliki SIP
Prosedur
2. Penyerahan berkas
4. Berkas yang belum lengkap/ tidak memenuhi syarat akan di kembalikan dankembali
ke proses awal
5. Berkas yang sudah lengkap dan memenuhi syarat akan di proses selanjutnya
dilakukan visitasi/penilaian
8. Jika hasil visitasi tidak memenuhi syarat maka penerbitan izin ditunda ataudibatalkan
Biaya
Waktu
Surat Rekomendasi Profesi
Izin ke Dinkes,
KEPANITERAAN KLINIK MODUL KESEHATAN GIGI MASYARAKAT
BALAI PENGOBATAN RUMAH SAKIT GIGI DAN MULUT
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER GIGI
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SAM RATULANGI
KELURAHAN PANGOLOMBIAN
KECAMATAN TOMOHON SELATAN
KOTA TOMOHON
(04-14 MARET 2014)
NRI : 0701136055
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, karena atas
Cinta dan Penyertaan-Nya kami Mahasiswa klinik (Co-Ass) Kedokteran Gigi dan
Angkatan 2012 dapat menyusun Laporan Praktek Belajar Lapangan IV di Kelurahan
Pangolombian Kecamatan Tomohon Selatan
Adapun maksud dan tujuan kami dalam penyusunan laporan ini adalah sebagai
wujud pertanggung jawaban kami atas pelaksanaan Praktek Belajar Lapangan IV yang
telah dilaksanakan di Kelurahan Pangolombian Kecamatan Tomohon Selatan, Kota
Tomohon selama 11 (sebelas) hari.
Dalam penyusunan laporan ini, kami menyadari bahwa begitu banyak pihak yang
turut membantu dalam penyelesaian laporan ini. Oleh sebab itu, kami mengucapkan
banyak terima kasih kepada setiap pihak yang telah meluangkan waktu dan tenaganya
guna membantu kami sehingga pelaksanaan Praktek Belajar Lapangan ini bisa
terlaksana dengan baik.
2
UCAPAN TERIMA KASIH
Tuhan selalu memberkati dalam setiap kehidupan dan tanggung jawab setiap hari,
Amin
3
DAFTAR ISI
4
c. Pemeriksaan OHI-S dan DMF-T ……………………………….. 20
4.2 Gambaran Prioritas Masalah Kesehatan Gigi dan Mulut
Di Masyarakat …………………………………………………….. 21
4.3 Hasil Pemeriksaan OHI-S, DMF-T, GI ……………………………. 24
a. Masyarakat Umum …………………………………………….. 24
b. Ibu Hamil ………………………………………………………. 27
c. Anak-anak ………………………………………………………. 30
BAB V PELAKSANA PROGRAM KERJA
5.1 Kegiatan Mahasiswa ………………………………………………. 33
5.2 Hasil Kegiatan ……………………………………………………… 35
BAB VI PENUTUP
6.1 Kesimpulan ………………………………………………………… 37
6.2 Saran ……………………………………………………………… 37
DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………… 38
5
DAFTAR LAPORAN
A. Daftar Tabel
BAB I
6
PENDAHULUAN
7
Gigi Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi kembali mengadakan
Community Dental Health Project berupa Praktek Belajar Lapangan IV.
Praktik Belajar Lapangan merupakan kegiatan dimana mahasiswa
kedoteran gigi di turun langsung ke masyarakat untuk dapat mengidentifikasi
masalah kesehatan gigi dan mulut di daerah tersebut dan melakukan suatu bentuk
kegiatan promosi yang dapat meningkatkan pengetahuan masyarakat mengenai
Kesehatan Gigi dan Mulut demi meningkatkan status Kesehatan Gigi dan Mulut
di Kecamatan Tomohon Selatan, khususnya di kelurahan Pangolombian.
8
Praktik Belajar Lapangan dilaksanakan mulai tanggal 4 maret 2014 sampai
dengan 15 maret 2014 di Kelurahan Panglombian Kecamatan Tomohon Selatan
Kota Tomohon.
1. Pengumpulan data
2. Observasi
3. Wawancara
4. Pengolahan dan analisis data
5. Penyusunan rencana kerja operasional program kesehatan gigi dan mulut
6. Pelaksanaan program promosi kesehatan gigi dan mulut, serta pencegahan
penyakit gigi dan mulut (demontrasi, pendidikan/penyuluhan kesehatan
gigi dan mulut, pelatihan kader kesehatan gigi)
7. Kunjungan ke Kantor Kecamatan
8. Diskusi dengan Kepala Puskesmas
9
SUPERVISOR : drg. Michael A. Leman
BAB II
PROFIL DAERAH
10
Fasilitas Pendidikan di Kecamatan Pangolombian tersebar secara merata
di seluruh kelurahan.
PENGANGGAGU
KARYAWAN
PNS
PENSIUNAN
PENDETA/
NELAYAN
KELURAHAN
TUKANG
JUMLAH
PASTOR
NO
PEGAW
BURUH
POLRI
SOPIR
GURU
IMAM
TANI
RAN
TNI
AI
Lansot
1 22 40 7 7 564 40 23 62 65 1 17 224
Tumatangtang
2 28 62 2 12 545 150 14 1 50 608 436 10 46 7 1449
Kampung Jawa
3 33 62 1 23 275 47 3 1 91 116 196 4 5 43 585
Pangolombian
4 36 49 22 23 399 14 2 2 22 67 125 4 4 5 290
Pinaras
5 23 27 24 7 726 12 1 1 60 25 2 119
Lahendong
6 26 111 30 18 375 16 2 6 137 181 2 4 383
Walian
7 25 82 1 7 268 40 3 1 210 90 4 60 413
Uluindano
8 36 121 7 6 287
11
JUMLAH 229 554 94 103 3439 319 25 5 193 1260 1118 21 63 134 3463
PERGUR
No TK SD SMP SMA
TINGGI
KELURAHAN
UAN
JUMLAH
L P L P L P L P L P
JUMLAH 347 341 2442 2353 1849 1778 1721 1737 434 445 13.467
12
-Luas pekarangan adalah 218 km2/Ha
-Luas taman adalah 0.8 km2/Ha
-Luas perkantoran adalah 0,8 km2/Ha
-Lain-lain 148,6 km2/Ha
a. Kesehatan
Kebanyakan masyarakat di desa ini mudah mendapatkan air karena memiliki
sumber mata air dari sumur dan air PAM .
b. Sarana Umum
1. Sarana Pendidikan
• 2 Unit SD ( SDN INPRES 6/84Pangolombian dan SDN INPRES
5/81Pangolombian)
• 1 Unit TK (TK GMIM Getsemani)
2. Sarana Ibadah
• Masjid : -
• Gereja Kristen : 12
• Gereja katolik : -
• Vihara : -
• Pura :-
3. Sarana Kesehatan
• 1 Puskesmas
• 1 poliklinik/ balai pengobatan
• 1 dokter praktik
• 1 dokter Gigi praktik ( drg. Mirza Leander Sumual)
c. Kondisi Ekonomi
13
Masyarakat Pangolombian sudah termasuk masyarakat yang pra-
sejahtera - Sejahtera. Sebagian besar warga bermata pencaharian sebagai Tani
Dan Karyawan/wirausahawan, hal ini berhubung kelurahan Pangolombian
yang berada dekat dengan PLTU. Selain itu masyarakat berprofesi sebagai
PNS, Guru, TNI-Polri, dan beberapa diantaranya Buruh, Sopir dan Ojek.Di
kelurahan ini terdapat 2 Taman Kanak-kanak dan 2 Sekolah Dasar.
BAB III
14
TINJAUAN PUSKESMAS KECAMATAN TOMOHON SELATAN
Visi Puskesmas
Upaya Kesehatan
15
a. Upaya Program Wajib
Upaya Program Wajib Puskesmas adalah upaya yang ditetapkan berdasarkan
komitmen nasional, regional dan global serta yang mempunyai daya ungkit
tinggi untuk peningkatan derajat kesehatan masyarakat. Upaya Kesehatan
wajib ini harus diselenggarakan oleh setiap Puskesmas yang ada diwilayah
Indonesia.
Adalah upaya yang dilakukan oleh puskesmas untuk menunjang setiap Visi
dan Misi dari puskesmas tersebut agar terciptanya masyrakat yang sehat secara
16
jasmani, dan bisa lebih mudah untuk mendapatkan pelayanan kesehatan yang lebih
baik lagi.
17
5 OBS FEBRIS 630
6 ILI 428
7 GASTRITIS 389
8 MYALGIA 324
9 DIARE 187
10 TONSILITIS 142
a.Grafik Kesehatan
2500
2005
2000
1500
1016
1000
708
659 630
500
428
389
0 187
142
18
5. Daftar pasien Pangolombian yang melakukan pengobatan gigi dan mulut ke
puskesmas Pangolombiandari Januari-Desember 2013
19
32. RR 91111 P 32 Pemeriksaaan dan pengobatan gingivitis
33 TP 04935 P 63 Rujukan gingivitis
34 CR 9344 P 24 Rujukan gingivitis
35 RL - P 54 Pemeriksaan dan pengobatan karies
36 NS 96332 P 23 Pemeriksaan k.perio dan pengobatan K.perio
37 AM 9635 P 32 Pemeriksaan dan pengobatan abses
38 KT 07198 L 21 Rujukan periodontitis
39 SB 91272 P 7 Pemeriksaan dan poengobatan abses
40 AA 49103 P 9 Pemeriksaan K. Perio dan pengobatan K.Perio
41 RD 9163 L 6 Pemeriksaan K. Perio dan pengobatan K.Perio
42 SM 05187 P 35 Rujukan gingivitis
43 AL 041019 P 37 Pemeriksaan K. Perio dan pengobatan K.Perio
44 OL 9770 p 30 Pemeriksaan dan pengobatan karies
45 MT 0496 L 72 Pemeriksaan K. Perio dan Rujukan
46 YW - P 19 Pemeriksaan K. Perio dan pengobatan K.Perio
47 AB 93200 p 42 Pemeriksaan K. Perio dan pengobatan K.Perio
48 HM - P 42 Pemeriksaan K. Perio dan pengobatan K.Perio
49 YU 9656 P 41 Pemeriksaan dan pengobatan karies
50 JP 011094 L 40 Pemeriksaaan abses dan rujukan RSUD Tomohon
51 ZO - P 6 Pemeriksaan K. Perio dan pengobatan K.Perio
52 YB 96110 P 30 Pemeriksaan K. Perio dan pengobatan K.Perio
53 JT - L 45 Pemeriksaan dan pengobatan abses
54 ST 061110 P 44 Pemeriksaan K. Perio dan pengobatan K.Perio
55 TM 0858 P 43 Pemeriksaan K. Perio dan pengobatan K.Perio
56 NN - P 4 Pemeriksaaan dan pengobatan abses
57 RM - L 10 Mobility
58 BT - L 64 Pemeriksaan K. Perio dan pengobatan K.Perio
59 HH - P 8 Pemeriksaan K. Perio dan pengobatan K.Perio
60 HP - L 46 Pencabutan gigi permanen
61 JB 0858 P 17 Pemeriksaaan dan pengobatan abses
62 YM 95143 L 66 Pencabutan gigi permanen
20
63 MR 94423 P 33 Pemeriksaan dan pengobatan karies (rujukan
umum)
64 PK 0607 L 71 Pemeriksaan dan pengobatan karies
65 NY 01294 P 30 Pemeriksaan karies dan pencabutan gigi permanen
66 JP 9194 L 17 Pemeriksaan K. Perio dan pengobatan K.Perio
67 RW - L 25 Pemeriksaan dan pengobatan karies (caries
dentist)
68 FT 94419 P 2 Pemeriksaan K. Perio dan pengobatan K.Perio
69 AM 91836 L 4 Pemeriksaan K. Perio dan pengobatan K.Perio
70 AM 96203 L 4 Pemeriksaan K. Perio dan pengobatan K.Perio
71 NA 9712 P 28 Pemeriksaan K. Perio dan pengobatan K.Perio
72 TL 9131 P 39 Pemeriksaan K. Perio dan pengobatan K.Perio
73 RJ 97681 L 16 Perikoronitis
74 LM 9340 p 46 Pemeriksaan K. Perio dan pengobatan K.Perio
75 NT 94302 P 32 Pemeriksaan K. Perio dan pengobatan K.Perio
76 SP - P 28 Pulpitis akut
77 RD - P 15 Pemeriksaan K. Perio dan pengobatan K.Perio
78 MM - P 11 Gingivitis
79 AB 98304 L 31 Pemeriksaan dan pengobatan karies
80 FT 9650 P 29 Pemeriksaan karies (rujukan umum)
81 SH 05320 P 69 Pemeriksaan dan pengobatan abses
82 ND 04296 P 41 Pemeriksaan dan pengobatan K perio
83 SO 9331 P 43 Pemeriksaan dan pengobatan karies (rujukan)
84 FJ 94121 L 11 Pemeriksaaan dan pengobatan karies
85 YA - P 24 Pemeriksaan dan pengobatan K perio
86 YR 97621 L 35 Pemeriksaan dan pengobatan K perio
87 TDH - L 65 Pemeriksaan dan pengobatan karies (KMA non
vital)
88 BT 96390 L 64 Pemeriksaan dan pengobatan K perio
89 SB 92001 P 27 Pemeriksaan dan pengobatan karies (rujukan)
90 YA 91141 L 36 Pemeriksaan dan pengobatan karies
21
91 RS 92150 L 34 Pemeriksaan dan pengobatan karies
92 YR 91872 P 48 Pemeriksan dan pengobatan abses
93 AM 9649 P 48 Pemeriksaan dan pengobatan karies (rujukan
umum)
BAB IV
KELURAHAN PANGOLOMBIAN
22
4..1 Identifikasi Masalah Kesehatan Gigi Dan Mulut Masyarakat
Di Kecamatan PangolombianKota Tomohon khususnya Kelurahan
Pangolombian. kami mengidentifikasikan masalah Kesehatan Gigi dan Mulut di
masyarakat dengan menggunakan 3 metode. Ketiga metode tersebut yaitu :
1. Perhitungan Sampel
2. Pengisian Kuisioner
3. Pemeriksaan OHI-S dan DMF-T
a. Perhitungan Sampel
Perhitungan sampel menggunakan Rumus Slovin :
N
n =
1 + N (e)2
Ket :
n : Jumlah Sampel
N : Total Populasi
e2 : Konstanta ( 0,1 )
4152
n = = 98 sampel
1 + 4152 (0,1)2
a. Pengisian Kuesioner
Pengisian kuesioner ini kami lakukan di lingkungan-lingkungan yang
menjadi target kami di Kelurahan Pangolombian. Kuesioner ini dilakukan dengan
cara pembagian kuisioner yang terdiri dari beberapa pertanyaan yang sangat
mudah untuk diisi dan kemudian diberikan kepada masyarakat lingkungan 1
sampai lingkungan 6 kelurahan Pangolombian.
23
Kuesioner ini berkaitan dengan Kesehatan Gigi dan Mulut dan sasarannya
masyarakat umum ( baik pria maupun wanita ). Akan tetapi sasaran pengambilan
sampel kami yaitu masyarakat yang sudah menikah dan juga masyarakat yang
sudah memiliki anak, sebab pertanyaan-pertanyaan yang ada pada kuesioner
tertuju pada masyarakat umum yang telah berkeluarga.
PRESENTAS
PILIHAN
NO
E
PERTANYAAN
JAWABAN
GIZI
Ya 73,46%
1 Apakah anak minum ASI ? Tidak 24,48%
Tidak Tahu 2,04%
Ya 55,10%
Apakah anak minum susu/cairan manis dari
2 Tidak 42,85%
botol?
Tidak Tahu 2,04%
Apakah anak sering makan permen/kue Ya 80,61%
3 kering/snack dll? TIdak 19,30%
Tidak Tahu 0%
Ya 78,57%
4 Apakah anak dibiasakan makan sayur? TIdak 21,42%
Tidak Tahu 0%
Apakah anak dibiasakan makan buah-buahan Ya 74,51%
5
berserat? TIdak 24,48%
24
Tidak Tahu 0%
PENGGUNAAN TEMBAKAU
Ya 55,10%
6 Apakah anda seorang perokok? TIdak 44,89%
Tidak Tahu 0%
>18 Tahun 36,73%
Umur berapa mulai merokok/mengunyah
7 <18 Tahun 36,73%
tembakau?
Tidak Tahu 26,83%
Apakah biasa merokok di dlm rumah ketika Ya 39,79%
9 bersama anggota rumah tangga lain? Tidak 60,2%
Tidak Tahu 0%
TANGGAPAN PELAYANAN BEROBAT JALAN
Dalam 1 tahun terakhir di mana menjalani
Puskesmas 57,14%
berobat
Lain - lain 24,48%
10 jalan terakhir?
Tidak Tahu 6,12%
Dokter 12,24%
Sangat Baik 12,24%
Baik 65,30%
11 Bagaimana pelayanan berobat jalan terakhir? Sedang 22,4%
Buruk 0%
Sangat Buruk 0%
Lama 51,02%
12 Bagaimana penilaian lama waktu menunggu? Sebentar 24,48%
Biasa Saja 24,40%
Bagaimana penilaian keramahan dari peskes Sangat Baik 0%
dlm menyapa & berbicara? Baik 68,36%
13 Sedang 31,63%
Buruk 0%
Sangat Buruk 0%
14 Bagaimana menilai cara pelkes menjamin Sangat Baik 0%
kerahasiaan / dapat berbicara secara Baik 86,73%
pribadi mengenai penyakitnya? Sedang 13,26%
Buruk 0%
Sangat Buruk 0%
SANITASI LINGKUNGAN
15 Rata - rata jumlah air untuk keperluan >100 Liter 36,73%
rumah tangga/hari? <100 Liter 47,95%
Tidak Tahu 15,30%
Apakah disekitar sumber air (rad <10m) Ya 15,30%
16 terdapat sumber pencemaran? Tidak 84,69%
(Air limbah / tangki septic / sampah) Tidak Tahu 0%
25
Apakah air untuk semua kebutuhan rumah Ya 87,75%
17 tangga diperoleh dengan mudah Tidak 12,24%
sepanjang tahun? Tidak Tahu 0%
Bagaimana kualitas fisik air minum? Keruh 0%
Berwarna 0%
Berasa 0%
18
Berbusa 0%
Berbau 0%
Baik 100%
26
1 Apakah anak sudah dibiasakan menyikat
Ya 97,95%
gigi ?
2 Apakah biasa menggosok gigi setiap hari ? Ya 91,83%
3 Berapa kali menyikat gigi sehari ? 2 x sehari 69,38%
4 Apakah menyikat gigi dilakukan
Ya 97,95%
menggunakan odol ?
5 Dalam 1 tahun terakhir, apakah mempunyai
Ya 58,16%
masalah dengan gigi atau mulut ?
6 Dalam 1 tahun terakhir, apakah menerima
perawatan atau pengobatan dari perawat Tidak 84,69%
gigi atau dokter gigi ?
7 Apakah sulit mendapatkan pelayanan
kesehatan dari perawat gigi atau dokter gigi Tidak 74,48%
?
8 Jenis perawatan atau pengobatan apa saja
yang diterima untuk masalah gigi dan mulut Tidak pernah 73,46%
yang dialami ?
9 Apakah telah kehilangan seluruh gigi asli ? Tidak 100%
Dari hasil pengisian kuesioner menunjukkan bahwa :
27
4.3 Hasil Pemeriksaan OHI-S, DMF-T, GI
a. Masyarakat Umum
Hasil pemeriksaan yang dilakukan pada 98 orang yang diambil secara acak dari 6
lingkungan yang ada di Kelurahan Pangolombian didapatkan jumlah gigi yang rusak
394, jumlah gigi yang hilang 237, jumlah gigi yang ditambal 13.Sedangkan hasil
pemeriksaan OHI-S masyarakat kelurahan Pangolombian didapatkan kategori baik 27
orang, kategori sedang 58 orang, kategori buruk 13 orang.
LINGKUNGAN II
LINGKUNGAN V
LINGKUNGAN I
LINGKUNGAN
LINGKUNGAN
LINGKUNGAN
PRESENTASE
DMF-T
JUMLAH
JUMLAH
III
IV
SASARAN
RESPONDEN
VI
Ling 1= 16 68 394 60,18%
Sampel D 74 69 38 54 96
Ling 2= 16
sampel
Ling 3= 17 M 45 92 23 22 38 17 237 36,8%
Masyarakat sampel
Kelurahan Ling 4= 17
Pangolombian sampel
Ling 5= 16 F 0 0 7 5 0 1 13 2,01%
sampel
Ling 6= 16
sampel
Total 98 Sampel 644 100%
Dari data tabel di atas, jumlah Decay (D) masyarakat Kelurahan Pangolombian yaitu
394, jumlah Missing (M) masyarakat Kelurahan Pangolombian yaitu 237, dan
jumlah Missing (M) masyarakat Kelurahan Pangolombian yaitu 13. Total DMF-T
masyarakat Kelurahan Pangolombian yaitu 644. Jadi rata-rata DMF-T di Kelurahan
Pangolombian yaitu jumlah total DMF-T masyarakat kelurahan Pangolombian dibagi
28
dengan total sampel yang diperiksa sebanyak 98 orang, sehingga didapatkan rata-rata
DMF-T di Kelurahan Pangolombian adalah 6,57 ( kategori sangat tinggi).
LINGKUNGAN V
LINGKUNGAN I
LINGKUNGAN
LINGKUNGAN
LINGKUNGAN
PRESENTASE
DMF-T
JUMLAH
JUMLAH
III
IV
SASARAN
RESPONDEN VI
Ling 1= 16 4 27 27,55%
Sampel Baik 3 1 6 4 9
Ling 2= 16
sampel
Ling 3= 17 Sedang 11 12 9 12 6 8 58 59,18%
Masyarakat sampel
Kelurahan Ling 4= 17
Pangolombian sampel
Ling 5= 16 Buruk 2 3 2 1 1 4 13 13,26%
sampel
Ling 6= 16
sampel
Total 98 Sampel 98 100%
29
Dari data tabel di atas, jumlah OHI-S masyarakat Kelurahan Pangolombian kategori
baik adalah 27, kategori sedang 58, dan kategori buruk 13. Rata-rata OHI-S
masyaratakat Pangolombian didapat dari, jumlah tatal OHI-S lingkungan 1 sampai
lingkungan 6 dibagi jumlah sampel yaitu 98 orang. Jadi, rata-rata OHI-S yang kami
dapatkan yaitu 1,86 (kategori sedang).
60
50
40
30
20
10
0
Baik Sedang Buruk
b. Ibu Hamil
Dari hasil pemeriksaan 8 orang ibu hamil yang diambil secara acak didapatkan
DMF-T dari 8 hamil tersebut adalah 26 gigi yang rusak, 8 gigi yang hilang dan
tidak ada gigi yang ditambal.
Sedangkan OHI-s dari 8 ibu hamil yang diperiksa adalah sedang. Dan sebagian
besar ibu hamil tersebut memiliki status kesehatan gusi yang sehat.
30
sedang Ringan
2 18 5 2 0 1,2 1 2,2 0,67
W
sedang Ringan
3 27 4 0 0 1,33 0,67 2 1
SM
sedang Ringan
4 34 2 2 0 1 0,5 1,5 0,83
NK
sedang Ringan
5 25 2 0 0 1,2 1 2,2 0,33
SM
sedang Ringan
6 31 0 4 0 1,5 0,67 2,17 0,33
S
Ringan
7 39 8 0 0 2 0.67 2,67 sedang 0,18
U
Ringan
8 22 1 0 0 1 1 2 sedang 0,67
FM
TOTAL 26 8 0 17,14 5,31
Dari data tabel di atas total OHI-S dari 8 orang ibu hamil di kelurahan Pangolombian
yaitu sebesar 17,14. Rata-rata OHI-S ibu hamil di Kelurahan Pangolombian yaitu 2,14
(kategori sedang), yang diperoleh dari total OHI-S 8 orang ibu hamil di Kelurahan
Pangolombian dibagi dengan jumlah ibu hamil yang diperiksa.
31
DMF-T Ibu Hamil
30
25
20
15
10
0
D M F
D M F
32
12.Tabel Jumlah GI-S pada Ibu Hamil Kelurahan Pangolombian
JUMLAH
SASARAN KATEGORI JUMLAH PERSENTASE
SAMPEL
Ibu-ibu ringan 7 87,5%
Hamil 8 orang sedang 1 12,5%
Pangolombian berat 0 0.00%
TOTAL 8 100.00%
Dari pemeriksaan status kesehatan gusi 8 orang ibu hamil diperoleh data 7 orang ibu
hamil memiliki status kesehatan gusi kategori ringan, dan 1 orang memiliki status
kesehatan gusi sedang.
c. Anak-Anak
33
13.Tabel Pemeriksaan def-t pada Anak-anak Kelurahan Pangolombian
JUMLAH SD SD
SASARAN def-t TK Jumlah Persentase
SAMPEL 5/81 6/84
Anak-anak d 113 126 75 314 85,09%
TK & SD di
58 anak e 30 13 9 52 14,09%
Kel.
Pangolombian f 3 0 0 3 0,81%
TOTAL 369
Dari data tabel di atas, jumlah decay (d) anak-anak di Kelurahan Pangolombian yaitu
314, jumlah erupsi (e) anak-anak di Kelurahan Pangolombian yaitu 52, dan jumlah
filling (f) anak-anak di Kelurahan Pangolombian yaitu 3. Total def-T anak-anak
Kelurahan Pangolombian yaitu 369. Jadi rata-rata def-T anak-anak di Kelurahan
Pangolombian yaitu jumlah total def-T anak-anak Kelurahan Pangolombian dibagi
dengan total sampel yang diperiksa sebanyak 58 orang, sehingga didapatkan rata-rata
def-T anak-anak di Kelurahan Pangolombian adalah 6,36 ( kategori sangat tinggi).
300
250
200
150
100
50
0
d e f
d e f
34
14.Tabel Pemeriksaan OHI-S pada Anak-anak Kelurahan Pangolombian
JUMLAH SD SD
SASARAN OHI-S TK Jumlah Persentase
SAMPEL 5/81 6/84
Anak-anak BAIK 20 14 15 49 84,48%
TK & SD di
58 anak SEDANG 0 6 3 9 15,51%
Kel.
Pangolombian BURUK 0 0 0 0 0%
TOTAL 58
BAB V
PELAKSANAAN PROGRAM KERJA
35
Dari permasalahan mengenai Kesehatan Gigi dan Mulut yang telah diperoleh di
Kecamatan Tomohon Selatan khususnya Kelurahan Pangolombian, maka kami telah
membuat beberapa program berupa upaya preventif dan promotif.
36
Metode Sasaran Kegiatan
Alat Peraga
Penyuluhan, Anak – Anak SD Mengajarkan tentang pentingnnya Flipchart
Sikat Gigi SD dan dan TK menjaga Kesehatan Gigi dan Mulut Phantom
TK serta mengajarkan cara menyikat gigi
yang baik dan benar.
Pemilihan Dokter Anak-anak SD Melatih anak-anak sekolah untuk Flipchart
Gigi Cilik di tiap menjadi kader kesehatan gigi dan Phantom
SD mulut di sekolah Mading
37
1. Penyuluhan dan pengkaderan dokter gigi cilik di SD Inpres 684 dan SD
INPRES 5/81
Di SD Pangolombian kami mengadakan pengkaderan dokter gigi cilik kepada
4 orang murid yang dianggap mampu menjadi kader kesehatan gigi dan mulut
di SD tersebut tentang bagian – bagian dan fungsi gigi,proses gigi berlubang,
cara menyikat gigi yang benar, serta makanan dan minuman yang baik dan
tidak baik untuk kesehatan gigi dan mulut.
Kami juga melakukan penyuluhan kepada murid SD tentang proses gigi
berlubang, cara menyikat gigi yang benar, anatomi gigi, serta makanan dan
minuman yang baik dan tidak baik untuk kesehatan gigi dan mulut.
Selain itu kami juga melakukan kegiatan sikat gigi masal yang diikuti oleh
seluruh murid SD
38
Dari hasil pemeriksaan kesehatan gigi dan mulut di Kelurahan Pangolombian
kami mendapatkan hasil bahwa indeks OHI-S masyarakat Pangolombian
rata-rata dan termasuk golongan sedang. Oleh karena itu kami melakukan
kegiatan pencegahan dengan melakukan pembersihan karang gigi pada
masyarakat.
BAB VI
39
PENUTUP
6.1 Kesimpulan
Dari kegiatan Praktek Belajar Lapangan yang dilakukan selama 11 hari di
kelurahan Pangolombian, kecamatan Tomohon Selatan, kota Tomohon,
didapatkan bahwa rata-rata derajat kesehatan gigi dan mulutkelurahan
Pangolombian masih tergolong sedang. Dan yang perlu menjadi perhatian
adalah jumlah karies atau kerusakan gigi yang tergolong sangat tinggi.
Dari Hasil pengolahan data yang didapatkan di lapangan menunjukan status
OHIS lingkungan 1sampai lingkungan 6 yang tergolong sedang dengan rata-rata
OHI-S berjumlah 1,86. Dan dari data kuesioner yang kami dapat bahwa 55%
dari masyarakat Pangolombian memiliki kebiasaan merokok. Hal ini juga
berpengaruh terhadap kesehatan gigi dan mulut masyarakat setempat.
Data DMF-T masyarakat umum Kelurahan Pangolombian memiliki rata-
rata dengan kategori sangat tinggi yaitu berjumlah 6,57. Dari data kisioner yang
kami peroleh, kurangnya inisiatif dan kesadaran masyarakat untuk
memeriksakan giginya ke dokter gigi atau perawat gigi. Dilihat dari jumlah
karies yang sangat banyak, namun banyak diantaranya tidak pernah
memeriksakan giginya ke dokter gigi atau perawat gigi.
6.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
40
1. Arsip Kecamatan Tomohon Selatan
2. Kepala Puskesmas dan Perawat di Kecamatan Tomohon Selatan
3. Arsip Puskesmas Tomohon Selatan
4. Lurah Pangolombian dan sekertaris
5. Arsip Kelurahan Pangolombian
6. Kepala Lingkungan 1-6 KelurahanPangolombian
41
42
43
44