Anda di halaman 1dari 51

BAB I

PENDAHULUAN

A.     Latar Belakang
Kemampuan untuk mencegah transmisi infeksi di Rumah Sakit dan
upaya pencegahan infeksi adalah tingkatan pertama dalam pemberian
pelayanan yang bermutu. Dalam pemberian pelayanan yang bermutu, seorang
petugas kesehatan harus memiliki kemampuan untuk mencegah infeksi dimana
hal ini memiliki keterkaitan yang tinggi dengan pekerjaan karena mencakup
setiap aspek penanganan pasien (Soeroso, 2007).
Kebutuhan untuk pengendalian infeksi nosokomial akan semakin
meningkat terlebih lagi dalam keadaan sosial ekonomi yang kurang
menguntungkan seperti yang telah dihadapi Indonesia saat ini. Indikasi rawat
pasien akan semakin ketat, pasien akan datang dalam keadaan yang semakin
parah, sehingga perlu perawatan yang lebih lama yang juga berarti pasien dapat
memerlukan tindakan invasif yang lebih banyak. Secara keseluruhan berarti
daya tahan pasien lebih rendah dan pasien cenderung untuk mengalami
berbagai tindakan invasif yang akan memudahkan masuknya mikroorganisme
penyebab infeksi nosokomial (Soeroso, 2007)
Saat ini, masalah infeksi nosokomial makin banyak mendapat perhatian
para ahli karena di samping dapat meningkatkan morbilitas maupun mortalitas,
juga menambah biaya perawatan dan obat-obatan, waktu dan tenaga yang pada
akhirnya akan membebani pemerintah/rumah sakit, personil rumah sakit
maupun penderita dan keluarganya. Hal ini jelas bertentangan dengan
kebijaksanaan pembangunan bidang kesehatan yang justru menekankan
peningkatan efisiensi pelayanan kesehatan (Triatmodjo, 1993). 
Infeksi nosokomial adalah semua kasus infeksi yang terjadi sekurang-
kurangnya setelah 3 x 24 jam dirawat di rumah sakit atau pada waktu masuk
tidak didapatkan tanda-tanda klinik dari infeksi tersebut. Meskipun kultur tidak
mendukung ke arah infeksi nosokomial, tetap dicatat sebagai infeksi
nosokomial (Kurniadi, 1993)

1
Jenis infeksi nosokomial yang sering dijumpai pada pasien bedah
berturut-turut adalah infeksi saluran kemih, infeksi arena bedah, infeksi saluran
napas bawah, bakteriemia dan sepsis yang berkaitan dengan penggunaan alat
intravaskuler. Upaya identifikasi dan pengamatan pasien yang berisiko tinggi
harus dilakukan sehingga kemudian dapat dilakukan upaya pencegahan,
diagnosis dan penanggulangannya (Sjamsuhidayat & De jong, 2004).
Infeksi nosokomial pada pasien bedah meningkatkan morbiditas dan
mortalitas, memperpanjang masa rawat, menyebabkan hilangnya waktu kerja,
dan meningkatkan biaya perawatan (Sjamsuhidayat & De jong, 2004).
Cara penularan melalui tenaga medis ditempatkan sebagai penyebab
yang paling utama infeksi nosokomial. Penularan melalui tangan tenaga medis
dapat secara langsung karena tangan yang kurang bersih atau secara tidak
langsung melalui peralatan yang invasif. Dengan tindakan mencuci tangan
secara benar saja kejadian infeksi nosokomial dapat mencapai 50% apalagi jika
tidak mencuci tangan. Peralatan yang kurang steril, air yang terkontaminasi
kuman, cairan desinfektan yang mengandung kuman, sering meningkatkan
risiko infeksi nosokomial (Utje, 1993).

Dokter sebagai salah satu Aparatur Sipil Negara seharusnya juga dapat
membentuk karakter dari dalam dirinya sendiri untuk menjadi ASN yang
berkompeten, profesional , berintegritas, dan berkomitmen baik atas tugas dan
fungsi yang embannya.  Untuk  itulah, dalam Peraturan Pemerintah Nomor 101
Tahun 2000 tentang Pendidikan dan Pelatihan Jabatan Pegawai Negeri Sipil
(PNS), ditetapkanbahwa salah satu jenis Diklat yang strategis untuk
mewujudkan PNS sebagai bagian dari ASN menjadi profesional seperti
tersebut di atas adalah Pelatihan Dasar CPNS. Latsar ini dilaksanakan dalam
rangka membentuk nilai-nilai dasar profesi PNS. Kompetensi inilah yang
kemudian berperan dalam membentuk karakter PNS yang kuat, yaitu PNS
yang mampu bersikap dan bertindak profesional dalam melayani masyarakat.
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan oleh peserta selama
menjalankan tugas di RSUD Buton Utara terdapat beberapa permasalahan
terkait dengan masalah peningkatan kasus infeksi nasokomial di RSUD Buton
Utara. Keadaan ini terjadi akibat beberapa faktor, mulai dari pengetahuan

2
tenaga rumah sakit, hingga pihak keluarga pasien yang masih kurang,
kemudian pengetahuan tentang cuci tangan yang baik dan benar, penggunaan
APD, serta pengolahan limbah medis yang masih kurang baik. Melalui
permasalahan diatas maka penulis tertarik untuk mengambil judul
“Peningkatan Upaya Pencegahan Infeksi Nosokomial di IGD RSUD
Buton Utara penyuluhan”.

B. Tujuan

Adapun tujuan kegiatan aktualisasi ini antara lain:

a. Menerapkan tentang nilai-nilai dasar profesi ASN sehingga lahir


calon pemimpin hebat dan aparatur sipil Negara yang kompeten dan
mampu mengaktualisasikan nilai-nilai dasar ASN di tempat tugas
sebagai pelaksana kebijakan public, pelayan public, perekat dan
pemersatu bangsa.
b. Meningkatkan pengetahuan tenaga medis tentang tindakan untuk
pencegahan infeksi nasokomial dirumah sakit.
C. Manfaat
a. Manfaat untuk lembaga

Mengukur penerapan nilai dasar ANEKA terhadap kinerja atau


pelayanan kesehatan yang dilakukan dan tanggung jawab penuhnya
sebagai abdi negara pada khususnya dan pelayan masyarakat pada
umumnya
b. Manfaat untuk diri sendiri
1. Penerapan nilai-nilai ANEKA sebagai Aparatur Sipil Negara
(ASN)
2. Menjadi pengalaman belajar bagi ASN untuk mengembangkan
tanggung jawab penuhnya sebagai abdi Negara dan pelayan
masyarakat.
3. Menjadi ASN yang dapat merubah mindset didalam dirinya
untuk menjadi lebih profesional,berkomitmen, beretika, dan
berintegritas.

3
4. Menjadi tenaga fungsional yang mampu menjalankan
fungsinya sebagai pelaksana kebijakan, pelayanan public, dan
perekat pemersatu bangsa yang memiliki integritas dan
professional.
c. Manfaat bagi pasien , keluarga pasien , dan pengunjung RSUD
Buton Utara
Meningkatnya kesadaran pasien dan keluarga pasien serta
pengunjung RSUD Buton Utara betapa pentingnya menjaga perilaku
hidup bersih dan sehat serta dapat mengurangi resiko pasien/keluarga
pasien terpapar infeksi nasokomial.
D. Ruang Lingkup
Ruang lingkup aktualisasi ini adalah pada Instalasi Gawat Darurat
(IGD) RSUD Buton Utara, tempat mengaktualisasikan nilai-nilai dasar
profesi ASN adalah Rumah Sakit Umum Daerah Kab. Buton Utara
E. Waktu dan Tempat

Kegiatan aktualisasi ini dilakukan di RSUD Buton Utara, secara


khusus mulai tanggal 25 Juli Sampai 25 Agustus 2021

4
BAB II
GAMBARAN UMUM ORGANISASI, KONSEP NILAI-NILAI DASAR
DAN KEDUDUKAN PERAN ASN DAN PENETAPAN ISU

A. Gambaran Umum Organisasi

1. Profil Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Buton Utara


a. Letak Geografis
Kabupaten Buton Utara dengan luas wilayah 1,923,03 Km2,
dan luas perairan sekitar 2,500 Km2, terdiri atas 6 (enam) Kecamatan.
Batas-batas geografisnya adalah sebagai berikut : Sebelah Utara,
berbatasan dengan Selat Wawonii Sebelah Timur, berbatasan dengan
Laut Banda Sebelah Selatan, berbatasan dengan Kabupaten Buton
Sebelah Barat, berbatasan dengan Selat Buton dan Kabupaten Muna.
b. Lingkungan Fisik
Lingkungan fisik Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten
Buton Utara berada pada lembah dengan permukaan tanah yang agak
rata, walaupun struktur dan topografi pulau Buton yang berbukit.
c. Status
RSUD Kabupaten Buton Utara didirikan pada Tahun 2009
berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 5 Tahun 2008. Pada awalnya
RSUD Kabupaten Buton Utara berlokasi di Kelurahan Bangkudu dan
kemudian pada tahun 2011 berpindah lokasi di Desa Eelahaji.Pada
tahun 2012, RSUD Kab.Buton Utara berpindah tempat ke Puskesmas
Kulisusu dan membuka pelayanan medis pertama kali. Di tahun yang
sama yaitu tahun 2012, RSUD Kab. Buton Utara berganti
kepemimpinan sekaligus berpindah lokasi di Jalan Poros Ereke –
Waode Buri yang digunakan hingga saat ini.
Selanjutnya pada tahun 2013, mulai dibangun gedung pelayanan
rumah sakit antara lain gedung Instalasi Gawat Darurat (IGD), gedung
kebidanan dan gedung rawat inap. Seiring berjalannya waktu hingga
akhir tahun 2019, RSUD Kab. Buton Utara telah menyelesaikan

5
pembangunan gedung baru diantaranya gedung Poliklinik, Gedung
ICU dan Radiologi, Gedung Operasi (OK), Instalasi Pembuangan Air
Limbah (IPAL) dan Gedung Apotik. Kapasitas tempat tidur sampai
saat ini adalah sebanyak 50 tempat tidur. Pembangunan gedung dan
kapasitas tempat tidur ini diharapkan dapat meningkatkan pelayanan
kepada masyarakat Buton Utara. Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD)
Kabupaten Buton Utara telah ditetapkan sebagai Rumah Sakit Umum
dengan Klasifikasi Tipe D berdasarkan Surat Izin Operasional RS
Nomor 1 Tahun 2017.RSUD Kabupaten Buton Utara juga telah
mendapatkan Sertifikat Akreditasi Rumah Sakit dengan Lulus Tingkat
Perdana oleh Komisi Akreditasi Rumah Sakit, dengan Nomor :
KARS-SERT/392/V/2019
d. Organsasi dan Manajemen
Struktur Organisasi yang berlaku saat ini sesuai dengan
Peraturan Bupati Kabupaten Buton Utara Nomor 28 Tahun 2016
Tentang Tugas Pokok dan Tata Kerja Rumah Sakit Umum Daerah
Tipe D Non Pendidikan Kabupaten Buton Utara dan Profil RSUD
Kabupaten Buton Utara tahun 2019, Peraturan Pemerintah Nomor 41
Tahun 2007 Tentang Organisasi Perangkat Daerah (Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 89 Tahun 2007 Tambahan Lembaran
Negara Nomor 4741), sebagaimana tercantum dalam tabel dibawah
ini:

6
STRUKTUR ORGANISASI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH

KABUPATEN BUTON UTARA

DIREKTUR

dr. IZANUDDIN M. Kes

Gambar 2.1 struktur organisasi RSUD Buton Utara

2. Visi dan Misi Organisasi


a. Visi
Dalam mengemban tugas dan fungsinya, maka Rumah Sakit
Umum Daerah Kabupaten Buton Utara menetapkan suatu visi yang
merupakan suatu cita-cita bersama yang ingin di capai dimasa depan.
Rumusan visi dan misi Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Buton
Utara mengacu pada visi dan misi Pemerintah Kabupeten Buton Utara
dan Departemen Kesehatan RI sebagai unsur pelaksana pemerintah
daerah dibidang kesehatan, dengan fokus pada tugas pokok dan fungsi
(tupoksi) yang telah ditetapkan, maka visi Rumah Sakit Umum
Daerah Kabupaten Buton Utara ditetapkan sebagai berikut :

7
“Terwujudnya RSUD Kabupaten Buton Utara sebagai Rumah Sakit yang
terkemuka yang mengutamakan kualitas pelayanan yang prima dan
terjangkau oleh masyarakat”.

Visi tersebut diharapkan mampu meningkatkan pemahaman


dalam membangun komitmen bagi setiap aparatur Rumah Sakit
Umum Daerah Kabupaten Buton Utara baik itu Pegawai Negeri Sipil
maupun Pegawai Non PNS yang ada dalam lingkup RSUD dimana
dalam era otonomi daerah dalam melaksanakan tugas pokok dan
fungsinya dalam rangka upaya peningkatan derajat kesehatan
masyarakat yang optimal.
Komitmen ini diharapkan mampu direfleksikan dan
diejawatakan dalam setiap tindakan dan perilaku pegawai Rumah
Sakit Umum Daerah kepada masyarakat baik sebagai pasien maupun
keluarga pasien dan tamu RSUD yang dilandasi azas kemanusiaan dan
etika profesi yang tinggi disertai dengan prinsip keterbukaan,
transparansi dan akuntabilitas.
b. Misi
Untuk dapat mewujudkan visi tersebut di atas, maka RSUD
Kabupaten Buton Utara telah menetapkan misi yang mengambarkan
hal yang harus dilaksanakan sebagai berikut :
1. Meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan dengan memberikan
layanan yang paripurna.
2. Meningkatkan kompetensi dan kualitas SDM rumah sakit yang
tangguh dan profesional .
3. Meningkatkan kuantitas dan kualitas sarana dan prasarana sesuai
standar rumah sakit.
4. Meningkatkan ketersediaan peralatan penunjang pelayanan
kesehatan baik peralatan medis maupun non medis.
5. Meningkatkan kesejahteraan bagi seluruh karyawan rumah sakit.
6. Meningkatkan manajemen yang efektif dan efisien.
3. Tugas Pokok dan Fungsi Rumah Sakit

8
Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Buton Utara adalah
merupakan instansi teknis Pemerintah Kabupaten Buton Utara yang
menyelenggarakan pembangunan kesehatan di Kabupaten Buton Utara,
yang bertujuan untuk mencapai derajat kesehatan masyarakat yang
seoptimal mungkin.
Berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 5 Tahun 208 tentang
kedudukan Tugas Pokok, Fungsi dan Tata Kerja Rumah Sakit Daerah
Kabupaten Buton Utara mempunyai tugas pokok :

Melaksanakan kewenangan Otonomi Daerah dalam rangka


pelaksanaan tugas Desentralisasi dibidang kesehatan

a. Tugas Pokok
Tugas pokok tersebut di atas, lebih lanjut dijabarkan ke
dalam tugas pokok bidang-bidang dan bagian tata usaha Rumah
Sakit Umum Kabupaten Buton utara, yaitu sebagai berikut :
1. Bagian Tata Usaha :
Mempunyai tugas pokok yaitu pelayanan administrasi dan
ketatausahaan kepada semua satuan kerja di lingkungan Rumah
Sakit Umum Daerah yang meliputi urusan kepegawaian,
pendidikan dan pelatihan, urusan keuangan dan perlengkapan
serta urusan umum dan hukum.
2. Bidang Perawatan dan Pelayanan :
Mempunyai tugas pokok yaitu melaksanakan sebahagian tugas
Rumah Sakit Umum Daerah untuk menyiapkan bahan pedoman
petunjuk teknis penyelenggaraan kegiatan perawatan dan
pelayanan medik bagi pasien emergency, pasien rawat jalan,
pasien rawat inap dan rujukan dan melaksanakan kegiatan
perawatan dan pelayanan medik bagi pasien emergency, pasien
rawat jalan, pasien rawat inap dan rujukan.
3. Bidang Penunjang Medik :
Mempunyai tugas pokok yaitu melaksanakan sebahagian tugas
Rumah Sakit Umum Daerah dalam menyiapkan bahan pedoman

9
petunjuk teknis, menyelenggarakan kegiatan penunjang medik
yang meliputi Pelayanan Laboratorium, Farmasi, Radiologi dan
Pelayanan Gizi dan Laundry.
4. Bidang Bina Program
Mempunyai tugas pokok yaitu menyiapkan bahan pedoman
petunjuk teknis penyelenggaraan kegiatan bidang Bina program
yang meliputi perencanaan dan evaluasi program, pengolahan
data dan rekam medik, penyediaan dan pengembangan system
informasi kesehatan serta pelaporan hasil kegiatan.

b. Tugas Pokok Dan Fungsi Dokter Ahli Pertama


Tugas Pokok dan Fungsi Dokter Ahli Pertama sesuai rumpun
jabatan dokter umum tercantum dalam KepMenPAN No
139/KEP/MPAN/11/2003 sebagai berikut:
1. Melakukan pelayanan medik umum rawat jalan tingkat pertama;
2. Melakukan pelayanan spesialistik rawat jalan tingkat pertama;
3. Melakukan tindakan khusus tingkat sederhana oleh Dokter
Umum;
4. Melakukan tindakan khusus tingkat sedang oleh Dokter Umum;
5. Melakukan tindakan spesialistik tingkat sederhana;
6. Melakukan tindakan spesialistik tingkat sedang;
7. Melakukan tindakan darurat medik/ pertolongan pertama pada
kecelakaan (P3K) tingkat sederhana;
8. Melakukan kunjungan (visite) kepada pasien rawat inap;
9. Melakukan pemulihan mental tingkat sederhana;
10. Melakukan pemulihan mental kompleks tingkat I;
11. Melakukan pemulihan fisik tingkat sederhana;
12. Melakukan pemulihan fisik kompleks tingkat I;
13. Melakukan pemeliharaan kesehatan ibu;
14. Melakukan pemeliharaan kesehatan bayi dan balita;
15. Melakukan pemeliharaan kesehatan anak;
16. Melakukan pelayanan keluarga berencana;

10
17. Melakukan pelayanan imunisasi;
18. Melakukan pelayanan gizi;
19. Mengumpulkan data dalam rangka pengamatan epidemiologi
penyakit;
20. Melakukan penyuluhan medik;
21. Membuat catatan medik rawat jalan;
22. Membuat catatan medik rawat inap;
23. Melayani atau menerima konsultasi dari luar atau keluar;
24. Melayani atau menerima konsultasi dari dalam;
25. Menguji kesehatan individu;
26. Menjadi Tim Penguji Kesehatan;
27. Melakukan visum et repertum tingkat sederhana
28. Melakukan visum et repertum kompleks tingkat I
29. Menjadi saksi ahli;
30. Mengawasi penggalian mayat untuk pemeriksaan;
31. Melakukan otopsi dengan pemeriksaan laboratorium
32. Melakukan tugas jaga panggilan/ on call;
33. Melakukan tugas jaga di tempat/ rumah sakit;
34. Melakukan tugas jaga di tempat sepi pasien;
35. Melakukan kaderisasi masyarakat dalam bidang kesehatan
tingkat sederhana.
c. Fungsi RSUD Kabupaten Buton Utara
Selanjutnya, fungsi Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten
Buton Utara berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Buton
Utara No. 5 tahun 208 tentang Kedudukan Tugas Pokok, Fungsi
dan Tata Kerja Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Buton
Utara, mempunyai fungsi :
1. Perumusan kebijakan teknis Rumah Sakit Umum Daerah;
2. Pembinaan terhadap kelompok jabatan fungsional;
3. Pengelolaan urusan ketatausahaan Rumah Sakit Umum
Daerah;

11
4. Pembinaan pelaksanaan dan peningkatan Mutu Perawatan dan
Pelayanan Kesehatan ;
5. Peningkatan mutu Pelayanan Medik;
6. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Bupati.
4. Motto Rumah Sakit
Rumah Sakit Umum Daerah Kab.Buton Utara memiliki Motto:
Kami Berikhtiar ALLAH Yang Menyembuhkan. Seluruh staf RSUD
Kabupaten Buton Utara berusaha memberikan pelayanan yang terbaik
bagi seluruh masyarakat. Berkomitmen untuk selalu berusaha
memberikan layanan yang PRIMA kepada masyarakat yang
membutuhkan layanan kesehatan.
5. Sumber Daya Manusia
Berikut ini adalah keadaan sumber daya manusia kesehatan RSUD
Kabupaten Buton Utara Tahun 2021.
No. Kualifikasi Pendidikan Jumlah
1. Dokter Spesialis Anak (Sp.A) 1
Dokter Spesialis Anastesiologi (Sp.An) 1
2. Dokter Spesialis Bedah (Sp.B) 1
Dokter Spesialis Obstetri & Ginekologi 1
3. Dokter Umum 8
Dokter Gigi 0
4. Perawat pertama 25
Perawat terampil 56
5. Perawat gigi 0
Apoteker 1
6. Bidan 35
Fisioterapis 2
7. Radiographer 5
Sanitarian Terampil 1
8. Penata laboraturium terampil 5
Teknisi elektro medik 1
9. Asisten apoteker 8
Nutrisionis terampil 1
10. Perekam medik 4
Pejabat structural 5
11. Non medis /administrasi/ JFU 25

12.

13.

12
14.

15.

16.

17.

18.

19.

20.

21.

Sumber : http://bppsdmk.kemkes.go.id/
6. Sarana Fisik Bangunan dan Peralatan
 Sarana Fisik Bangunan
Sarana RSUD Kabupaten Buton Utara mulai dibangun sejak tahun
2012 melalui Dana DAU dan DAK serta dilaksanakan secara
bertahap sesuai dengan kemampuan keuangan daerah dan
negara.Pada tahun 2012 sampai dengan saat ini pembangunannya
bersumber dari Dana Alokasi Umum, Dana Alokasi Khusus, dan
APBD Kabupaten Buton Utara. Sampai pada tahun 2019 Sarana
yang tersedia sebagaimana dipersyaratkan dalam Undang-Undang
Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit terdiri dari :
1) 1 Unit Bangunan administrasi dan kantor, gizi dan laundry
2) 1 Unit Bangunan poliklinik, rekam medik, apotik dan
laboratorium
3) 1 Unit Bangunan IGD
4) 2 Unit Bangunan Rawat inap yang terdiri dari bangunan rawat
inap umum, obgyn, perinatal, dan anak
5) 1 Unit Bangunan radiologi
6) 1 Unit Bangunan ICU
7) 1 Unit Bangunan OK (Operatio Kamer)

13
8) 1 Unit Bangunan Apotek
 Peralatan
Adapun peralatan penunjang medis di RSUD Kab. Buton Utara
belum memadai akan tetapi tiap tahunnya terus diadakan
pengadaan peralatan peralatan penunjang medis sehingga peralatan
penunjang medis di RSUD Kab.Buton Utara dapat memadai.
RSUD Kab. Buton Utara memiliki 2 unit Mobil Ambulance yang
siap digunakan untuk menunjang dan meningkatkan akses
pelayanan kesehatan dalam hal pelayanan rujukan kesehatan.
B. Konsepsi Nilai Dasar ASN (Aparatur Sipil Negara)

1. Akuntabilitas

Akuntabilitas adalah kewajiban pertanggungjawaban yang harus


dicapai. Akuntabilitas merujuk pada kewajiban setiap individu,
kelompok atau institusi untuk memenuhi tanggung jawab yang
menjadiamanahnya (LAN,2015).

Aspek-aspek Akuntabilitas meliputi beberapa hal sebagai berikut


(LAN,2015):

a. Akuntabilitas adalah sebuah hubungan (Accountability is a


relationship);
b. Akuntabilitas berorientasi pada hasil (Accountability is results-
oriented);
c. Akuntabilitas membutuhkan adanya laporan (Accountability
requires reporting);
d. Akuntabilitas memerlukan konsekuensi (Accountability is
meaningless without consequences);
e. Akuntabilitas memperbaiki kinerja (Accountability improves
performance).
f. Akuntabilitas publik memiliki tiga fungsi utama, yaitu
(LAN,2015):
a. Untuk menyediakan kontrol demokratis (peran demokrasi),
dengan membangun suatu sistem yang melibatkan

14
stakeholders dan users yang lebih luas (termasuk masyarakat,
pihak swasta, legislatif, yudikatif dan di lingkungan pemerintah
itu sendiri baik di tingkat kementrian, lembaga maupun daerah)
b. Untuk mencegah korupsi dan penyalagunaan kekuasaaan
(peran konstitusional)
c. Untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas (peran belajar)

Akuntabilitas publik terdiri atas dua macam, yaitu:


akuntabilitas vertical (vertical accountability), dan akuntabilitas
horizontal (horizontal accountability). Akuntabilitas vertikal adalah
pertanggungjawaban atas pengelolaan dana kepada otoritas yang lebih
tinggi. Akuntabilitas horizontal adalah pertanggungjawaban kepada
masyarakat luas (LAN,2015).

Terdapat lima tingkatan akuntabilitas sebagai berikut


(LAN,2015):

1. Akuntabilitas Personal (Personal Accountability)


2. Akuntabilitas Individu
3. Akuntabilitas Kelompok
4. Akuntabilitas Organisasi
5. Akuntabilitas Stakeholder
Indikator nilai-nilai dasar akuntabilitas antara lain (LAN,2015):
1) Kepemimpinan: pimpinan memberi contoh pada orang lain,
adanya komitmen yang tinggi dalam melakukan pekerjaan.
2) Transparansi: keterbukaan informasi akan mendorong tercapainya
akuntabilitas
3) Integritas: mematuhi hukum dan peraturan yang berlaku
4) Responsibilitas: kewajiban bagi setiap individu dan lembaga,
bahwa ada suatu konsekuensi dari setiap tindakan yang telah
dilakukan, karena adanya tuntutan untuk bertanggung jawab atas
keputusan yang telah dibuat
5) Keadilan: landasan utama dari akuntabilitas yang harus dipelihara

15
dan dipromosikan karena ketidakadilan dapat menghancurkan
kepercayaan dan kredibilitas organisasi yang mengakibatkan
kinerja tidak optimal.
6) Kepercayaan: rasa keadilan akan membawa pada sebuah
kepercayaan
7) Keseimbangan: keseimbangan kapasitas sumber daya dan keahlian
yang yang dimiliki
8) Kejelasan: mengetahui kewenangan, peran dan tanggung jawab,
misi organisasi, kinerja yang diharapkan organisasi, dan sistem
pelaporan kinerja.
9) Konsistensi: menjamin stabilitas untuk mencapai lingkungan yang
akuntabel.
2. Nasionalisme

Dalam arti luas,nasionalisme merupakan pandangan tentang rasa


cinta yang wajar terhadap bangsa dan negara dan sekaligus
menghormati bangsa lain. Prinsip nasionalisme bangsa Indonesia
dilandasi nilai-nilai Pancasila yang diarahkan agar bangsa Indonesia
senantiasa, menempatkan persatuan dan kesatuan, kepentingan dan
keselamatan bangsa dan negara di atas kepentingan pribadi atau
kepentingan golongan (LAN,2015).

Nilai-nilai Nasionalisme sesuai dengan lima sila Pancasila, yaitu


(LAN,2015):

1. Sila pertama: Ketuhanan Yang Maha Esa


a) Bangsa Indonesia menyatakan kepercayaannya dan
ketakwaannya terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
b) Manusia Indonesia percaya dan takwa terhadap Tuhan Yang
Maha Esa, sesuai dengan agama dan kepercayaannya
masing-masing menurut dasar kemanusiaan yang adil dan
beradab.
c) Mengembangkan sikap hormat menghormati dan bekerja
sama antara pemeluk agama dengan penganut kepercayaan

16
yang berbeda-beda terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
d) Membina kerukunan hidup di antara sesama umat beragama
dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
e) Agama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa
adalah masalah yang menyangkut hubungan pribadi
manusia dengan Tuhan Yang Maha Esa.
f) Mengembangkan sikap saling menghormati kebebasan
menjalankan ibadah sesuai dengan agama dan
kepercayaannya masing-masing.
g) Tidak memaksakan suatu agama dan kepercayaan terhadap
Tuhan Yang Maha Esa kepada orang lain.
2. Sila kedua: Kemanusiaan yang Adil dan Beradab
a. Mengakui dan memperlakukan manusia sesuai dengan harkat
dan martabatnya sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa.
b. Mengakui persamaan derajat, persamaan hak, dan kewajiban
asasi setiap manusia, tanpa membeda-bedakan suku,
keturunan, agama, kepercayaan, jenis kelamin, kedudukan
sosial, warna kulit dan sebagainya.
c. Mengembangkan sikap saling mencintai sesama manusia.
d. Mengembangkan sikap saling tenggang rasa dan tepaselira.
e. Mengembangkan sikap tidak semena-mena terhadap orang
lain.
f. Menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan.
g. Gemar melakukan kegiatan kemanusiaan.
h. Berani membela kebenaran dan keadilan.
i. Bangsa Indonesia merasa dirinya sebagai bagian dari seluruh
umat manusia.
j. Mengembangkan sikap hormat menghormati dan
bekerjasama dengan bangsa lain.
3. Sila ketiga: Persatuan Indonesia
a) Mampu menempatkan persatuan, kesatuan, serta kepentingan
dan keselamatan bangsa dan negara sebagai kepentingan

17
bersama di atas kepentingan pribadi dan golongan.
b) Sanggup dan rela berkorban untuk kepentingan negara dan
bangsa apabila diperlukan.
c) Mengembangkan rasa cinta kepada tanah air dan bangsa.
d) Mengembangkan rasa kebanggaan berkebangsaan dan
bertanah air Indonesia.
e) Memelihara ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan,
perdamaian abadi, dan keadilan sosial.
f) Mengembangkan persatuan Indonesia atas dasar Bhinneka
Tunggal Ika.
g) Memajukan pergaulan demi persatuan dan kesatuanbangsa.

4. Sila keempat: Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat


Kebijaksanaan dalamPermusyawaratan Perwakilan
a) Sebagai warga negara dan warga masyarakat, setiap
manusia Indonesia mempunyai kedudukan, hak, dan
kewajiban yang sama.
b) Tidak boleh memaksakan kehendak kepada orang lain.
c) Mengutamakan musyawarah dalam mengambil
keputusan untuk kepentingan bersama.
d) Musyawarah untuk mencapai mufakat diliputi oleh
semangat kekeluargaan.
e) Menghormati dan menjunjung tinggi setiap keputusan yang
dicapai sebagai hasil musyawarah.
f) Dengan iktikad baik dan rasa tanggung jawab menerima
dan melaksanakan hasil keputusan musyawarah.
g) Di dalam musyawarah diutamakan kepentingan bersama di
atas kepentingan pribadi dan golongan.
h) Musyawarah dilakukan dengan akal sehat dan sesuai
dengan hati nurani yang luhur.
i) Keputusan yang diambil harus dapat
dipertanggungjawabkan secara moral kepada Tuhan Yang

18
Maha Esa, menjunjung tinggi harkat dan martabat manusia,
nilai-nilai kebenaran dan keadilan mengutamakan persatuan
dan kesatuan demi kepentingan bersama.
j) Memberikan kepercayaan kepada wakil-wakil yang
dipercayai untuk melaksanakan pemusyawaratan.
5. Sila kelima: Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia
a) Mengembangkan perbuatan yang luhur, yang mencerminkan
sikap dan suasana kekeluargaan dan kegotongroyongan.
b) Mengembangkan sikap adil terhadap sesama.
c) Menjaga keseimbangan antara hak dan kewajiban.
d) Menghormati hak orang lain.
e) Suka memberi pertolongan kepada orang lain agar dapat
berdiri sendiri.
f) Tidak menggunakan hak milik untuk usaha-usaha yang
bersifat pemerasan terhadap orang lain.
g) Tidak menggunakan hak milik untuk hal-hal yang bersifat
pemborosan dan gaya hidup mewah.
h) Tidak menggunakan hak milik untuk bertentangan dengan
atau merugikan kepentingan umum.
i) Suka bekerja keras.
j) Suka menghargai hasil karya orang lain yang bermanfaat bagi
kemajuan dan kesejahteraan bersama.
k) Suka melakukan kegiatan dalam rangka mewujudkan
kemajuan yang merata dan berkeadilan social.
3. Etika Publik

Etika lebih dipahami sebagai refleksi atas baik/buruk, benar/salah


yang harus dilakukan atau bagaimana melakukan yang baik atau benar,
sedangkan moral mengacu pada kewajiban untuk melakukan yang baik
atau apa yang seharusnya dilakukan. Dalam kaitannya dengan pelayanan
publik, etika publik adalah refleksi tentang standar atau norma yang
menentukan baik/buruk, benar/salah perilaku, tindakan dan keputusan

19
untuk mengarahkan kebijakan publik dalam rangka menjalankan
tanggung jawab pelayanan publik (LAN RI,2015) .
Nilai-nilai dasar etika publik sebagaimana tercantum dalam
Undang-Undang ASN, yakni sebagai berikut (LAN RI,2015):
a. Memegang teguh nilai-nilai dalam ideologi Pancasila
b. Setia dalam mempertahankan UUD 1945
c. Menjalankan tugas secara profesional dan tidak memihak
d. Membuat keputusan berdasarkan prinsip keahlian
e. Menciptakan lingkungan kerja yang non diskriminatif
f. Memelihara dan menjunjung tinggi standar etika luhur
g. Mempertanggung jawabkan tindakan dan kinerja publik
h. Memiliki kemampuan menjalankan kebijakan pemerintah
i. Memberikan layanan kepada publik secara jujur, tanggap, cepat,
tepat, akurat, berdaya guna, berhasil guna, dan santun
j. Mengutamakan kepemimpinan berkualitas tinggi
k. Menghargai komunikasi, konsultasi, dan kerja sama
l. Mengutamakan pencapaian hasil dan mendorong kinerja pegawai
m. Mendorong kesetaraan dalam pekerjaan
n. Meningkatkan efektivitas sistem pemerintahan yang demokratis
sebagai perangkat sistem karir.
Pada prinsipnya ada 3 (tiga) dimensi etika publik :
1. Dimensi Kualitas PelayananPublik
2. Dimensi Modalitas
3. Dimensi Tindakan Integritas Publik Indikator etika publik meliputi:
a. Adanya kode etik, yang merupakan aturan-aturan yang
mengatur tingkah laku dalam suatu kelompok khusus, sudut
pandangnya hanya ditujukan pada hal-hal prinsip dalam
bentuk ketentuan-ketentuan tertulis.
b. Keramahan dalam bersikap akan membuat orang lain merasa
dihargai dan dihormati.
c. Sopan santun, merupakan sikap yang berdasarkan pada aspek
nilai dan norma saat melayani publik sehingga meningkatkan

20
kualitas pelayanan publik
d. Empati dan simpati, sikap seakan merasakan apa yang
dirasakan orang lain. Simpati akan berlangsung ketika ada
sikap saling pengertian dan saling percaya sehingga
memudahkan dalam berkomunikasi.
e. Netralitas.
4. Komitmen Mutu

Komitmen mutu adalah janji pada diri kita sendiri atau pada
orang lain yang tercermin dalam tindakan kita untuk menjaga mutu
kinerja pegawai. Komitmen mutu merupakan pelaksanaan pelayanan
publik dengan berorientasi pada kualitas hasil, dipersepsikan oleh
individu terhadap produk/ jasa berupa ukuran baik/buruk. Bidang
apapun yang menjadi tanggung jawab pegawai negeri sipil semua
mesti dilaksanakan secara optimal agar dapat memberi kepuasan
kepada stakeholder (LAN RI,2015).

Indikator komitmen mutu antara lain (LAN RI,2015):

1. Orientasi mutu, berkomitmen untuk senantiasa melakukan


pekerjaan dengan arah dan tujuan untuk kualitas pelayanan
2. Efisien adalah berdaya guna, dapat menjalankan tugas dan
mencapai hasil tanpa pemborosan sumber daya dan hemat
waktu
3. Efektif adalah berhasil guna, menunjukkan tingkat
ketercapaian target yang telah direncanakan, baik menyangkut
jumlah maupun mutu hasil kerja.
4. Inovatif adalah suatu yang baru sebagai perwujudan ide
kreativitas untuk meningkatkan mutu pelayanan.

5. Anti Korupsi

Korupsi berasal dari bahasa Latin "corruption dan "corruptus"


yang berarti kerusakan atau kebobrokan.Selaras dengan kata asalnya,
korupsi sering dikatakan sebagai kejahatan luar biasa, salah satu

21
alasannya adalah karena dampaknya yang luar biasa menyebabkan
kerusakan baik dalam ruang lingkup pribadi, keluarga, masyarakat,
dan kehidupan yang lebih luas. Kerusakan tersebut tidak hanya terjadi
dalam kurun waktu yang pendek, namun dapat berdampak secara
jangka panjang (LAN RI,2015).

Kesadaran Anti korupsi yang telah mencapi puncak tertinggi


akan menyentuh spiritual accountability, apalagi ketika menyadari
bahwa dampak korupsi itu tidak sekedar kerugian keuangan negara,
namun ada kaitannya dengan kerusakan kehidupan. Kualitas spiritual
accountability yang baik secara otomatis membuat manusia berhati-
hati atas akibat perbuatannya kepada manusia dan alam pada
umumnya (menjadi manusia yang amanah, berempati, dan santun),
dan dengan sendirinya mendorong manusia berusaha sebaik mungkin
dalam bekerja, bersabar, dan mensyukuri nikmat Tuhan dan
mewujudkannya dalam setiap langkah dan tingkah laku (LAN
RI,2015).

Manusia sebagai faktor kunci perubahan, dan pendekatan yang


seutuhnya terkait manusia sebagai makhluk sosial yang harus
berinteraksi dengan lingkungannya, maka pembangunan integritas
perlu dimulai dari upaya membangun integritas individu yang selaras
dengan integritas organisasi dan bangsa. Pembenahan akhlak/moral
berarti membangun integritas individu dan budaya anti korupsi serta
membangun sistem yang berintegritas (LAN RI,2015).

Kelman dan Brigham menyebutkan adanya tiga proses sosial


yang berperan dalam proses perubahan sikap dan perilaku yaitu
kesediaan, identifikasi, dan internalisasi. Integritas sebagai suatu
proses sosial yang ditujukan untuk mengatasi korupsi di Indonesia,
dengan demikian salah satu upaya perubahannya dapat dilakukan
melalui tiga proses perubahan sosial dari Brigham tersebut (LAN
RI,2015).

22
Adapun Nilai-nilai dasar anti korupsi adalah meliputi (LAN
RI,2015):

1. Jujur
Jujur adalah sikap dan perilaku yang mencerminkan kesatuan
antara pengetahuan, perkataan, dan perbuatan. Jujur berarti
mengetahui apa yang benar, mengatakan dan melakukan yang
benar. Orang yang jujur adalah orang yang dapat dipercaya,
lurus hati, tidak berbohong, dan tidak melakukan kecurangan.
2. Disiplin
Disiplin adalah kebiasaan dan tindakan yang konsisten
terhadap segala bentuk peraturan atau tata tertib yang berlaku.
Disiplin berarti patuh pada aturan.
3. Tanggungjawab
Tanggungjawab adalah sikap dan perilaku seseorang dalam
melaksanakan tugas dan kewajibannya baik yang berkaitan
dengan diri sendiri, sosial, masyarakat, bangsa dan negara
maupun agama.
4. Kerja keras
Kerja keras adalah sungguh-sungguh berusaha ketika
menyelesaikan berbagai tugas permasalahan, ekerjaan, dan
lain-lain dengan sebaik-baiknya. Kerja keras berarti pantang
menyerah, terus berjuang, dan berusaha.
5. Adil
Adil berarti tiak berat sebelah, tidak memihak pada salah satu.
Adil juga berarti perlakuan yang sama untuk semua tanpa
membeda-bedakan berdasarkan golongan atau kelas tertentu
6. Mandiri
Mandiri adalah dapat berdiri sendiri tidak bergantung pada
orang lain. Mandiri juga berarti kemampuan menyelesaikan,
mencari, dan menemukan solusi dari masalah yang dihadapi.
7. Berani

23
Berani adalah hati yang mantap, rasa percaya diri yang besar
dalam menghadapi ancaman atau hal yang dianggap sebagai
bahaya dan kesulitan. Berani berarti tidak takut atau gentar
8. Sederhana
Sederhana adalah bersahaja. Sederhana berarti menggunakan
sesuatu secukupnya tidak berlebih-lebihan.
9. Peduli
Peduli adalah sikap dan tindakan memperhatikan dan
menghiraukan orang lain, masyarakat yang membutuhkan, dan
lingkungan sekitar.
C. Kedudukan dan Peran ASN (Aparatur Sipil Negara)

1. Manajemen ASN
Manajemen ASN adalah pengelolaan ASN untuk
menghasilkan Pegawai ASN yang professional, memiliki nilai dasar,
etika profesi, bebas dari intervensi politik, bersih dari praktik
korupsi, kolusi, dan nepotisme. Manajemen ASN lebih menekankan
kepada pengaturan profesi pegawai sehingga diharapkan agar selalu
tersedia sumber daya aparatur sipil Negara yang unggul selaras
dengan perkembangan jaman (LAN RI,2015).
Adapun asas-asas manajemen ASN berdasaarkan Undang-
Undang Republik Indonesia No. 5 Tahun 2014, antara lain (LAN
RI,2015:
a. Kepastian hukum;
b. Profesionalitas;
c. Proporsionalitas;
d. Keterpaduan;
e. Delegasi;
f. Netralitas;
g. Akuntabilitas;
h. Efektif dan efisien;
i. Keterbukaan;
j. Non diskriminatif;

24
k. Persatuan;
l. Kesetaraan;
m. Keadilan;
n. Kesejahteraan.
2. Pelayanan Publik
Pelayanan Publik menurut Lembaga Administrasi Negara adalah
segala bentuk pelayanan umum yang dilaksanakan oleh instansi
Pemerintah di pusat dan daerah dan di lingkungan BUMN/BUMD
dalam bentuk barang atau jasa baik dalam pemenuhan kebutuhan
masyarakat (LAN RI,2015).
Adapun prinsip pelayanan publik yang baik untuk mewujudkan
pelayanan prima adalah (LAN RI,2015):
a. Partisipatif
Dalam penyelenggaraan pelayanan publik yang dibutuhkan
masyarakat pemerintah perlu melibatkan masyarakat dalam
merencanakan, melaksanakan, dan mengevaluasi hasilnya.
b. Transparan
Dalam penyelenggaraan pelayanan publik, pemerintah sebagai
penyelenggara pelayanan publik harus menyediakan akses bagi
warga negara untuk mengetahui segala hal yang terkait dengan
pelayanan publik yang diselenggarakan tersebut.
c. Responsif
Dalam penyelenggaraan pelayanan publik pemerintah wajib
mendengar dan memenuhi tuntutan kebutuhan warga negaranya
terkait dengan bentuk dan jenis pelayanan publik yang mereka
butuhkan, mekanisme penyelenggaraan layanan, jam pelayanan,
prosedur, dan biaya penyelenggaraan pelayanan.
d. Tidak Diskriminatif
Pelayanan publik yang diselenggarakan oleh pemerintah tidak
boleh dibedakan antara satu warga negara dengan warga negara
yang lain atas dasar perbedaan identitas warga negara.
e. Mudah dan Murah

25
Penyelenggaraan pelayanan publik dimana masyarakat harus
memenuhi berbagai persyaratan dan membayar fee untuk
memperoleh layanan yang mereka butuhkan harus diterapkan
prinsip mudah dan murah.Hal ini perlu ditekankan karena
pelayanan publik yang diselenggarakan oleh pemerintah tidak
dimaksudkan untuk mencari keuntungan melainkan untuk
memenuhi mandat konstitusi.
f. Efektif dan Efisien
Penyelenggaraan pelayan publik harus mampu mewujudkan tujuan-
tujuan yang hendak dicapainya dan cara mewujudkan tujuan
tersebut dilakukan dengan prosedur yang sederhana, tenaga kerja
yang sedikit, dan biaya yang murah.
g. Aksesibel
Pelayanan publik yang diselenggarakan oleh pemerintah harus
dapat dijangkau oleh warga negara yang membutuhkan dalam arti
fisik dan dapat dijangkau dalam arti non-fisik yang terkait dengan
biaya dan persyaratan yang harus dipenuhi oleh masyarakat untuk
mendapatkan layanan tersebut.

h. Akuntabel
Semua bentuk penyelenggaraan pelayanan publik harus dapat
dipertanggungjawabkan secara terbuka kepada masyarakat.
Pertanggungjawaban di sini tidak hanya secara formal kepada
atasan akan tetapi yang lebih penting harus dipertanggungjawabkan
secara terbuka kepada masyarakat luas melalui media publik.
i. Berkeadilan
Penyelenggaraan pelayanan publik harus dapat dijadikan sebagai
alat melindungi kelompok rentan dan mampu menghadirkan rasa
keadilan bagi kelompok lemah ketika berhadapan dengan kelompok
yang kuat.

3. Whole Of Goverment (WoG)

26
Whole of Goverment(WoG) adalah sebuah pendekatan
penyelenggaraan pemerintahan yang menyatukan upaya-upaya
kolaboratif pemerintahan dari keseluruhan sektor dalam ruang lingkup
koordinasi yang lebih luas guna mencapai tujuan-tujuan pembangunan
kebijakan, manajemen program dan pelayanan publik. Oleh karenanya
WoG juga dikenal sebagai pendekatan interagency, yaitu pendekatan
yang melibatkan sejumlah kelembagaan yang terkait dengan urusan-
urusan yang relevan (LAN RI,2015).
Pendekatan WoG ini sudah dikenal dan lama berkembang terutama
di negara-negara Anglo-Saxon seperti Inggris, Australia, dan Selandia
Baru. Terdapat beberapa alasan yang menyebabkan mengapa WoG
menjadi penting dan tumbuh sebagai pendekatan yang mendapatkan
perhatian dari pemerintah (LAN RI,2015).
Pertama, adalah adanya faktor-faktor eksternal seperti dorongan
publik dalam mewujudkan integrasi kebijakan, program pembangunan
dan pelayanan agar tercipta penyelenggaraan pemerintahan yang lebih
baik. Selain itu, perkembangan teknologi informasi situasi dan
dinamika kebijakan yang lebih kompleks juga mendorong pentingnya
WoG dalam menyatukan institusi pemerintah sebagai penyelenggara
kebijakan dan layanan publik (LAN RI,2015).
Kedua, terkait faktor-faktor internal dengan aadanya fenomena
ketimpangan kapasitas sektoral sebagai akibat dari adanya nuansa
kompetisi antar sektor dalam pembangunan. Satu sektor bisa menjadi
sangat superior terhadap sektor lain atau masing-masing sektor namun
tidak berjalan beriringan, melainkan justru kontraproduktif atau “saling
membunuh”. Sementara di sisi lain sektor pertambangan memandang
bahwa pembangunan memerlukan modal besar dan hanya tambanglah
yang bisa menyediakan. Kedua sektor sangat penting, tetapi nampak
ada perbedaan tajam atau bahkan saling bertabrakan dalam perumusan
tujuan masing-masing (LAN RI,2015).
Perbedaan orientasi sektor dalam pembangunan bisa menyebabkan
tumbuhnya ego sektoral (mentalitas sila) yang mendorong perilaku dan

27
nilai individu maupun kelompok yang menyempit pada kepentingan
sektornya (LAN RI,2015).
Ketiga, khususnya dalam konteks indonesia keberagaman latar
belakang nilai, budaya, adat istiadat serta bentuk latar belakang lainnya
mendorong adanya potensi disitegrasi bangsa. Pemerintah sebagai
institusi formal berkewajiban untuk mendorong tumbuhnya nilai-nilai
perekat kebangsaan yang akan menjamin bersatunya elemen-elemen
kebangsaan ini dalam satu frame NKRI (LAN RI,2015).
Dalam hal ini, WoG menjadi penting, karena diperlukan sebuah
upaya untuk memahami pentingnya kebersamaan dari seluruh sektor
guna mencapai tujuan bersama. Sikap, perilaku dan nilai yang
berorientasi sektor harus dicairkan dan dibangun dalam fondasi
kebangsaan yang lebih mendasar, yang mendorong adanya semangat
persatuan dan kesatuan (LAN RI,2015).
D. Penetapan Isu dan Dampaknya

Secara umum isu diartikan sebagai suatu fenomena/ kejadian yang


diartikan sebagai masalah, sedangkan menurut Kamus Besar Bahasa
Indonesia, Isu adalah masalah yang dikedepankan untuk ditanggapi, kabar
yang tidak jelas asal usulnya dan tidak terjamin kebenarannya.
Melalui orientasi dalam pelaksanaan tugas sebagai dokter umum di
RSUD Kab. Buton Utara, terdapat isu yang ditemukan di Instalasi Gawat
Darurat yaitu:
1. Belum optimalnya pencegahan infeksi nasokomial di IGD RSUD Kab.
Buton Utara.
2. Belum optimalnya pemahaman pasien dan pendamping pasien tentang
triage di IGD RSUD Kab. Buton Utara
3. Belum optimalnya proses serah terima jaga antara petugas medis di
IGD RSUD Kab. Buton Utara.

Dari ketiga isu di atas, isu pertama yaitu belum optimalnya pencegahan
infeksi nasokomial di IGD RSUD Kabupaten Buton Utara merupakan isu
yang paling penting untuk dilakukan. Hal ini dikarenakan kasus infeksi

28
yang masih sering terjadi di rumah sakit, terutama di IGD, ditambah lagi isu
covid 19 saat ini yang sedang marak, sehingga upaya pencegahan kasus
infeksi harus semakin ditingkatkan demi kelamatan Bersama.
Gagasan pemecahan isu dari dampak yang ditimbulkan dari isu diatas
sekaligus menjadi judul aktualisasi yakni “Peningkatan Upaya Pencegahan
Infeksi Nosokomial di IGD RSUD Buton Utara”

E. Kaitan Isu Dengan Agenda Kedudukan dan Peran ASN

1. Whole of Goverment
Salah satu aspek penunjang tingkat keberhasilan dalam suatu
kegiatan yang ingin diterapkan yaitu dengan adanya koordinasi serta
kolaborasi yang efektif dan efisien. Dalam isu ini, diperlukan adanya
koordinasi yang baik, efektif dan efisien dengan dokter jaga, dan perawat
yang bertugas di dalamnya sehingga pelaksanaan pelayanan triase dapat
berjalan secara optimal.

2. Pelayanan Publik
a. Keamanan, dengan meningkatkan pencegahan infeksi nasokomial
dapat menurunkan resiko pasien/keluarga pasien terpapar infeksi
b. Adil dan Tidak diskriminatif, dimana semua pasien dan keluarga
pasien di instalasi gawat mendapatkan pemeriksaan sesuai kebutuhan
pasien.
c. Efektif dan efisien, dimana pelayanan diberikan sesuai dengan
kebutuhan pasien.
3. Manajemen ASN
a. Setiap PNS di unit kerja bekerja sama sesuai dengan bidang kerja
masing-masing sehingga program ini dapat berlangsung dengan
baik
b. PNS dapat melakukan fungsinya yaitu pelayanan publik yang
profesional, berkualitas dan berintegritas.

29
BAB III
RANCANGAN AKTUALISASI

A. Identifikasi Isu
Kegiatan aktualisasi akan dilaksanakan di Rumah Sakit Umum Daerah
Buton Utara dengan nilai dasar ASN yaitu Akuntabilitas, Nasionalisme, Etika
Publik, Komitmen Mutu, dan Anti Korupsi (ANEKA) dan berprinsip pada
Manajemen Aparatur Sipil Negara, Layanan Publik dan Whole of
Government (WoG).

Rancangan kegiatan tersebut sudah dianalisis dan mempertimbangkan


identifikasi isu, dan untuk merencanakan kegiatan aktualisasi langkahnya
adalah melakukan identifikasi isu yang terjadi dan actual di tempat kerja.
Sumber isu yang diangkat berasal dari Manajemen Aparatur Sipil Negara
(ASN), Layanan Publikdan Whole of Government (WoG), tugas pokok dan

30
fungsi (Tupoksi), sasaran Kinerja Pegawai (SKP), inisiatif kegiatan peserta
yang disetujui mentor dan coach dan penugasan dari atasan.

Adapun isu-isu yang terjadi di Bagian Administrasi Pembangunan saat ini


diantaranya:

1. Belum optimalnya pencegahan infeksi nasokomial di IGD RSUD Kab.


Buton Utara.
2. Belum optimalnya pemahaman pasien dan pendamping pasien tentang
triage di IGD RSUD Kab. Buton Utara
3. Belum optimalnya proses serah terima jaga antara petugas medis di
IGD RSUD Kab. Buton Utara

Tabel 3.1 Gambaran Isu

Kondisi yang
No Identifikasi Isu Kondisi Saat Ini Solusi
Diharapkan

1. Belum Kurangnya Pemahaman tentang Mengadakan


optimalnya pengetahuan tenaga infeksi nasokomial sosialisasi/eduk
pencegahan medis tentang infeksi oleh tenaga medis asi tentang
infeksi nasokomial maupun pasien infeksi
nasokomial di nasokomial dan
IGD RSUD Belum diterapkanya Diterapkannya 6 pencegahannya
Kab. Buton 6 langkah dan 5 langkah dan 5
Utara. momen cuci tangan momen cuci tangan Sosialisasi
penggunaan
Belum diterapkannya Penggunaan APD APD yang baik
penggunaan APD yang sesuai dan benar
yang sesuai
Terdapatnya media
Tidak adanya media informasi cuci tangan Mengadakan
edukasi tentang cara yang baik dan benar media
cuci tangan yang baik informasi cuci
dan benar tangan yang

31
baik dan benar

2. Belum Tidak adanya Tersedianya Memberikan


Optimalnya informasi mengenai informasi mengenai Informasi
pemahaman triage kepada pasien triage kepada pasien dengan
pasien dan dan pendamping dan pendamping pembuatan
pendamping pasien di RSUD pasien di RSUD Buku Saku
pasien tentang Buton Utara Buton Utara Triage
triage di IGD (BUSATRI)
RSUD Buton kepada pasien
Utara. daan
pendamping
pasien.

3. Belum Tidak terlaksana Tersedianya Berkordinasi


Optimalnya proses serah terima dokumen serah dengan Seksi
proses serah jaga dengan terima jaga di IGD rekam medis
terima jaga menggunakan RSUD Buton Utara untuk
antara petugas dokumen pembuatan
medis di IGD dokumen serah
RSUD Buton terima jaga di
Utara. IGD RSUD
Buton Utara.

B. Analisis Isu
Berdasarkan tabel 3.1 diatas, maka selanjutnya dilakukan penguatan isu yang
akan dianalisis menggunakan teknik APKL (Aktual, Problematik,
Kekhalayakan, Layak) dengan skala penilaian 1 sampai 5, sebagai berikut:

Tabel 3.2 Analisis Isu dengan teknik APKL

Kriteria
No Penyebab Total Peringkat
A P K L

1. Belum optimalnya
pencegahan infeksi 5 5 5 4 19 I
nasokomial di IGD RSUD
Kab. Buton Utara.
2. Belum Optimalnya 4 5 4 4 17 II
pemahaman pasien dan
pendamping pasien tentang
triage di IGD RSUD Buton

32
Utara.

3. Belum Optimalnya proses


serah terima jaga antara
5 4 3 4 16 III
petugas medis di IGD RSUD
Buton Utara.

Keterangan :
5 : Sangat Tinggi
4 : Tinggi
3 : Sedang
2 : Rendah
1 : Sangat Rendah

Dari analisis isu menggunakan teknik APKL maka didapatkanlah isu


prioritas yaitu “Belum optimalnya pencegahan infeksi nasokomial di IGD
RSUD Kab. Buton Utara.”.

33
C. Kegiatan Dan Tahapan Kegiatan
Adapun kegiatan dan tahapan kegiatan yang dilakukan dalam Optimalisasi Penyusunan Laporan Monitoring Pembangunan Sarana dan
Prasarana di Kabupaten Buton Utara dapat dilihat pada tabel 3.3 di bawah ini :

Unit Kerja : RSUD Buton Utara

Isu yang Diangkat : “ Belum Optimalnya Pencegahan Infeksi Nosokomial di IGD RSUD Buton Utara "

Gagasan Pemecahan isu : 1. Menggalang dukungan stakeholder.


2. Membuat poster 6 langkah dan 5 momen cuci tangan bagi tenaga kesehatan di IGD.
3. Membuat banner tentang cara penularan dan pencegahan infeksi nasokomal.
4. Simulasi pemakaian APD (masker, sarung tangan, aproan) bagi tenaga kesehatan di IGD..
5. Penyuluhan tentang cara penularan dan pencegahan infeksi nasokomial di IGD.
Tujuan gagasan pemecahan isu : Mencegah peningkatan kasus infeksi nasokomial di RSUD Buton Utara

34
D. Rancangan akutalisasi
Tabel 3.3 rancangan aktualisasi

Penguatan
Keterkaitan Substansi Kontribusi Terhadap
No. Kegiatan Tahapan Kegiatan Output/Hasil Nilai
Mata Pelatihan Visi Misi Organisasi
Organisasi

1 2 3 4 5 6 7

1. Menggalang 1.1 Menemui atasan Hasil : Atasan Akuntabilitas: Terkait visi organisasi:
dukungan dan Menjelaskan mengerti Kepemimpinan- adanya
satkeholder maksud dan rancangan kejelasan wewenang dan “Terwujudnya RSUD
tujuan dengan kegiatan yang tanggungjawab antara Kabupaten Buton Utara
menunjukan akan serta bawahan dan pimpinan unit sebagai Rumah Sakit yang
rancangan memberikan izin kerja. terkemuka yang
kegiatan untuk melakukan mengutamakan kualitas
rancangan Nasionalisme: Munculnya pelayanan yang prima
kegiatan di IGD sikap hormat menghormati dan terjangkau oleh
antara bawahan dan masyarakat”
Output : notulensi pimpinan.
dan foto Terkait Misi organisasi:
EtikaPublik: -Sopan-
Berkomunikasi dengan “Meningkatkan
pimpinan dengan manajemen yang efektif
menggunakan bahasa yang dan efisien”
santun.
Komitmen Mutu:
Memberikan akurasi

35
Penguatan
Keterkaitan Substansi Kontribusi Terhadap
No. Kegiatan Tahapan Kegiatan Output/Hasil Nilai
Mata Pelatihan Visi Misi Organisasi
Organisasi

informasi yang diperoleh.


Anti Korupsi: Dapat
memunculkan rasa peduli
terhadap pelayanan di IGD
RSUD Kab.Buton Utara.

1.2 Meminta arahan Adanya arahan Akuntabilitas: Bersikap


dan masukan dan atau transparan dalam
mengenai masukkan ide dari memberikan penjelasan,
rancangan atasan. konsisten dengan tujuan
kegiatan. aktualisasi.
Nasionalisme: Jujur dan
berintegritas
Etika Publik: Menghargai
komunikasi dan konsultasi
kepada pimpinan
Komitmen Mutu:
Menunjukkan ketercapaian
target yang direncanakan.
Anti Korupsi:Menunjukkan
sikap Berani dan tetap terus

36
Penguatan
Keterkaitan Substansi Kontribusi Terhadap
No. Kegiatan Tahapan Kegiatan Output/Hasil Nilai
Mata Pelatihan Visi Misi Organisasi
Organisasi

bekerja keras

1.3 Melakukan Adanya izin oleh Akuntabilitas:


koordinasi penanggungjawab Terbentuknya sikap
dengann IGD untuk transparansi saat meminta
penanggung melakukan izin kepada atasan.
jawab IGD sosialisasi di IGD.
untuk rencana Nasionalisme: Bersikap
sosialisasi hormat kepada pimpinan dan
pencegahan tidak memaksakan kehendak.
infeksi
Etika Publik: Mernghargai
nasokomial di
komunikasi, konsultasi dan
IGD.
kerjasama.
Komitmen Mutu: Dapat
mengefisiensikan waktu
Anti Korupsi: Bersikap
jujur dan disiplin dalam
meminta izin.

Analisis Dampak
• Perkiraan hambatan
a) Pimpinan tidak berada di tempat tugas

37
Penguatan
Keterkaitan Substansi Kontribusi Terhadap
No. Kegiatan Tahapan Kegiatan Output/Hasil Nilai
Mata Pelatihan Visi Misi Organisasi
Organisasi

b) Materi penyuluhan tidak di setujui


• Dampak bila kegiatan tidak terlaksana
Tidak terlaksananya kegiatan penyuluhan sehingga tenaga medis tidak dapat mengikuti penyuluhan
• Alternative solusi
Pendekatan personal dengan memberikan penjelasan yang runut, sistematis dan memiliki landasan tentang manfaat yang
dapat diperoleh bila kegiatan teraktualisasi (komukasi efektif)
2. Mempersiapkan 2.1 Mencari Tersedianya Akuntabilitas: Menujukkan Terkait visi organisasi:
media referensi dan desain poster kejelasan dari tujuan yang
sosialisasi mendesain yang akan diharapkan “Terwujudnya RSUD
berupa poster poster dipasang di IGD Kabupaten Buton Utara
RSUD Kab. Nasionalisme: sebagai Rumah Sakit yang
Buton Utara Menggunakan bahasa terkemuka yang
Indonesia yang baik dan mengutamakan kualitas
benar. pelayanan yang prima
dan terjangkau oleh
Etika Publik: Menjalankan masyarakat”
secara profesional
Komitmen Mutu: Berpikir
inovatif Terkait Misi organisasi:
Anti Korupsi: Selalu “Meningkatkan kualitas
bekerja keras pelayanan kesehatan

38
Penguatan
Keterkaitan Substansi Kontribusi Terhadap
No. Kegiatan Tahapan Kegiatan Output/Hasil Nilai
Mata Pelatihan Visi Misi Organisasi
Organisasi

2.2 Melakukan Mendapat Akuntabilitas: dengan memberikan


konsultasi persetujuan Menunjukkan sikap layanan yang paripurna.”
kepada pimpinan tentang poster. tanggung jawab, kejelasan
tentang poster. dan konsisten.
Output: poster 6
Langkah dan 5 Nasionalisme:
cuci tangan. Mendengarkan pendapat
pimpinan,
Etika Publik: Menghargai
komunikasim dan konsultasi.
Komitmen Mutu: Efektif
dan efisien.
Anti Korupsi: Bekerja keras

2.3 Menentukan Terpasangnya Akuntabilitas:


tempat poster ditempat Menunjukkan sikap
pemasangan yang sesuai Tanggungjawab
poster
Nasionalisme: Bersikap adil
Etika Publik: Melaksanakan
sesuai aturan
Komitmen Mutu: Hasil

39
Penguatan
Keterkaitan Substansi Kontribusi Terhadap
No. Kegiatan Tahapan Kegiatan Output/Hasil Nilai
Mata Pelatihan Visi Misi Organisasi
Organisasi

yang Inovatif.
Anti Korupsi: Bekerja keras
yang jelas.

Analisis dampak
• Perkiraan hambatan
Kesulitan mencari bahan poster akibat kendala jaringan internet
• Dampak bila kegiatan tidak terlaksana
Tidak adanya media informasi pengingat 6 langkah dan 5 moment cuci tangan
• Alternative solusi
Menyelesaikan poster ditempat yang memiliki jaringan internet yang baik

3. Mempersiapkan 1.1 Mencari Adanya desain Akuntabilitas: Menujukkan Terkait visi organisasi:
media referensi tentang banner yang akan kejelasan dari tujuan yang
sosialisasi isi banner dan dipajang di IGD diharapkan “Terwujudnya RSUD
mendesain RSUD Kab. Kabupaten Buton Utara
Berupa banner banner Buton Utara Nasionalisme: sebagai Rumah Sakit yang
Menggunakan bahasa terkemuka yang
Indonesia yang baik dan mengutamakan kualitas
benar. pelayanan yang prima
dan terjangkau oleh
Etika Publik: Menjalankan

40
Penguatan
Keterkaitan Substansi Kontribusi Terhadap
No. Kegiatan Tahapan Kegiatan Output/Hasil Nilai
Mata Pelatihan Visi Misi Organisasi
Organisasi

secara profesional masyarakat”


Komitmen Mutu: Berpikir
Inovatif
Terkait Misi organisasi:
Anti Korupsi: Selalu
bekerja keras “Meningkatkan kualitas
pelayanan kesehatan
1.2 Melakukan Persetujuan dari Akuntabilitas: dengan memberikan
konsultasi pimpinan. Menunjukkan sikap layanan yang paripurna.”
kepada pimpinan tanggung jawab, kejelasan,
tentang banner dan konsistensi.
Nasionalisme:
Mendengarkan pendapat
pimpinan.
Etika Publik: Bersikap
menghargai komunikasi,
konsultasi, dan kerjasama.
Komitmen Mutu: Efektif
dan efisien.
Anti Korupsi: Bekerja
keras, adil dan

41
Penguatan
Keterkaitan Substansi Kontribusi Terhadap
No. Kegiatan Tahapan Kegiatan Output/Hasil Nilai
Mata Pelatihan Visi Misi Organisasi
Organisasi

bertanggungjawab.

1.3 Mencetak Banner yang siap Akuntabilitas:


Banner dipajang. Menunjukkan sikap
Tanggungjawab
Nasionalisme: Bersikap adil
Etika Publik: Melaksanakan
sesuai aturan
Komitmen Mutu: Hasil
yang Inovatif.
Anti Korupsi: Bekerja keras
yang jelas.

Analisis dampak
• Perkiraan hambatan
Tidak tersedianya tempat pembuatan banner di kab. Buton Utara
• Dampak bila kegiatan tidak terlaksana
Tidak adanya media informasi tentang infeksi nasokomial dan pencegahannya
• Alternative solusi

42
Penguatan
Keterkaitan Substansi Kontribusi Terhadap
No. Kegiatan Tahapan Kegiatan Output/Hasil Nilai
Mata Pelatihan Visi Misi Organisasi
Organisasi

Melakukan pembuatan banner di kota terdekat (seperti kota bau-bau dan kota Kendari)
4. Simulasi 4.1 Konsultasi Adanya izin oleh Akuntabilitas: Terkait visi organisasi:
pemakaian dengan mentor penanggungjawab Terbentuknya sikap
APD (sarung dan kepala IGD untuk transparansi saat meminta “Terwujudnya RSUD
tangan, masker, Instansi Gawat melakukan izin kepada atasan. Kabupaten Buton Utara
aproan) bagi Darurat (IGD sosialisasi di IGD. sebagai Rumah Sakit yang
tenaga Nasionalisme: Bersikap terkemuka yang
kesehatan di hormat kepada pimpinan dan mengutamakan kualitas
IGD tidak memaksakan kehendak. pelayanan yang prima
dan terjangkau oleh
Etika Publik: Mernghargai masyarakat”
komunikasi, konsultasi dan
kerjasama.
Komitmen Mutu: Dapat Terkait Misi organisasi:
mengefisiensikan waktu
“Meningkatkan
Anti Korupsi: Bersikap manajemen yang efektif
jujur dan disiplin dalam dan efisien” dan
meminta izin.
“Meningkatkan kualitas
4.2 Menyiapkan Tersedianya alat Akuntabilitas: Menujukkan pelayanan kesehatan
alat dan mencari dan bahan kejelasan dari tujuan yang dengan memberikan
bahan simulasi simulasi. diharapkan layanan yang paripurna.”

43
Penguatan
Keterkaitan Substansi Kontribusi Terhadap
No. Kegiatan Tahapan Kegiatan Output/Hasil Nilai
Mata Pelatihan Visi Misi Organisasi
Organisasi

Nasionalisme:
Menggunakan bahasa
Indonesia yang baik dan
benar.
Etika Publik: Menjalankan
secara profesional
Komitmen Mutu: Berpikir
inovatif
Anti Korupsi: Selalu
bekerja keraspeduli.

4.3 Menyampaikan Dokumentasi. Akuntabilitas:


materi simulasi Menunjukkan sikap
lewat peragaan Tanggungjawab
Nasionalisme:
menggunakan Bahasa
Indonesia yang baik dan
benar
Etika Publik: Melaksanakan
sesuai aturan

44
Penguatan
Keterkaitan Substansi Kontribusi Terhadap
No. Kegiatan Tahapan Kegiatan Output/Hasil Nilai
Mata Pelatihan Visi Misi Organisasi
Organisasi

Komitmen Mutu: Hasil


yang Inovatif.
Anti Korupsi: Bekerja keras
yang jelas

Analisis dampak
• Perkiraan hambatan
Tidak tersedianya APD sebagai bahan simulasi
• Dampak bila kegiatan tidak terlaksana
Transfer ilmu tentang penggunaan APD yg baik dan benar tidak terlaksana
• Alternative solusi
• Melakukan koordinasi ke pihak terkait (apotek) untuk senantiasa memeriksa ketersediaan stok APD.
5. Penyuluhan 5.1 Konsultasi Adanya izin oleh Akuntabilitas: Terkait visi organisasi:
tentang infeksi dengan mentor dan penanggungjawab Terbentuknya sikap
nosokomial dan kepala Instansi IGD untuk transparansi saat meminta “Terwujudnya RSUD
pencegahan Gawat Darurat (IGD melakukan izin kepada atasan. Kabupaten Buton Utara
bagi tenaga sosialisasi di IGD. sebagai Rumah Sakit yang
kesehatan di Nasionalisme: Bersikap terkemuka yang
IGD hormat kepada pimpinan dan mengutamakan kualitas
pelayanan yang prima

45
Penguatan
Keterkaitan Substansi Kontribusi Terhadap
No. Kegiatan Tahapan Kegiatan Output/Hasil Nilai
Mata Pelatihan Visi Misi Organisasi
Organisasi

tidak memaksakan kehendak. dan terjangkau oleh


masyarakat”
Etika Publik: Mernghargai
komunikasi, konsultasi dan
kerjasama.
Terkait Misi organisasi:
Komitmen Mutu: Dapat
mengefisiensikan waktu “Meningkatkan
manajemen yang efektif
Anti Korupsi: Bersikap dan efisien” dan
jujur dan disiplin dalam
meminta izin. “Meningkatkan kualitas
pelayanan kesehatan
dengan memberikan
layanan yang paripurna.”

5.2 Menyiapkan dan Tersedianya Akuntabilitas: Menujukkan


mencari bahan dan bahan penyuluhan kejelasan dari tujuan yang
alat simulasi berupa poster, diharapkan
banner dan power
point Nasionalisme:
Menggunakan bahasa
Indonesia yang baik dan
benar.
Etika Publik: Menjalankan

46
Penguatan
Keterkaitan Substansi Kontribusi Terhadap
No. Kegiatan Tahapan Kegiatan Output/Hasil Nilai
Mata Pelatihan Visi Misi Organisasi
Organisasi

secara profesional
Komitmen Mutu: Berpikir
inovatif
Anti Korupsi: Selalu
bekerja keraspeduli.

5.3 Melakukan Dokumentasi. Akuntabilitas:


penyuluhan Menunjukkan sikap
tentang infeksi Tanggungjawab
nosokomial dan
pencegahan bagi Nasionalisme: Bersikap adil
tenaga kesehatan
Etika Publik: Melaksanakan
di IGD.
sesuai aturan
Komitmen Mutu: Hasil
yang Inovatif.
Anti Korupsi: Bekerja keras
yang jelas

Analisis Dampak
• Perkiraan hambatan
a) Tidak tersedianya sarana dan prasarana penyuluhan

47
Penguatan
Keterkaitan Substansi Kontribusi Terhadap
No. Kegiatan Tahapan Kegiatan Output/Hasil Nilai
Mata Pelatihan Visi Misi Organisasi
Organisasi

b) Tidak semua tenaga medis terkait bisa hadir ketika penyuluhan


• Dampak bila kegiatan tidak terlaksana
a) Tidak efektif nya komunikasi antara penyuluh dan tenaga terkait yang mengikuti kegiatan penyuluhan
b) Tidak meratanya pemberian informasi kepada tenaga medis terkait
c) Transfer ilmu tentang infeksi nasokomial dan pencegahannya tidak terlaksana
• Alternative solusi
a) Pendekatan personal dengan memberikan penjelasan yang runut, sistematis dan memiliki landasan tentang
manfaat yang dapat diperoleh bila kegiatan teraktualisasi (komukasi efektif)
b) Dapat melakukan penyuluhan langsung dengan menggunakan media lain berupa poster dan banner yang telah
disediakan.
Kendari 14 Juli 2021
Menyetujui Peserta
Coach

Ir. Hj. Ikah Atikah, MP dr. Muh Fakhri Fadli


NIP. 19640507 199203 2 008 NIP.19910317 202012 1 016

48
BAB IV

PENUTUP

A. KESIMPULAN
a. Peraturan tentang ASN yang tertuang dalam Undang-Undang No.5
Tahun 2014, yang secara implisit menghendaki bahwa ASN yang umum
disebutkan sebagai birokrat bukan sekedar merujuk pada jenis pekerjaan
tetapi juga merujuk kepada sebuah profesi pelayanan public.
b. Rancangan aktualisasi perlu dibuat sesuai dengan bidang pekerjaan dan
kompetensi yang dimiliki dan dapat mengimplementasikan nilai-nilai
dasar ANEKA pada Aparatur Sipil Negara.
c. Aktualisasi diharapkan dapat menjadi bentuk pembiasaan dan habituasi
pada sikap dan perilaku Aparatur Sipil Negara sehari-hari di tempat
kerja.
B. SARAN
Untuk mendukung terlaksananya rancangan aktualisasi ini diperlukan adanya
kerjasama, koordinasi pimpinan dan pegawai terkait.

49
DAFTAR PUSTAKA

Bambang.Triatmojo,1993,Hidraulika I,Beta Ofset,Yogyakarta


Kementrian Pendayagunaan Aparatur Negara, 2003. Keputusan
MenteriPendayagunaan Aparatur Negara Nomor 25 Tahun 2014
Tentang Jabatan Fungsional perawat Dan Angka Kreditnya Menteri
Pendayagunaan Aparatur Negara. Jakarta.
Kementrian Kesehatan. 2020. Buku Panduan cara Mencuci Tangan Pakai Sabun
Kurniadi. 1993. Fermentasi. Jakarta : Penerbit Arcan.
Lembaga Administrasi Negara. 2015. Aktualisasi Nilai-Nilai Dasar Profesi
Pegawai Negeri Sipil. Modul Penyelenggaraan Perdana Pendidikan dan
Pelatihan Calon Pegawai Negeri Sipil Prajabatan Golongan III. Jakarta:
Lembaga Administrasi Negara.
Lembaga Administrasi Negara. 2015. Akuntabilitas. Modul Penyelenggaraan
Perdana Pendidikan dan Pelatihan Calon Pegawai Negeri Sipil Prajabatan
Golongan III. Jakarta: Lembaga Administrasi Negara.
Lembaga Administrasi Negara. 2015. Anti Korupsi. Modul Penyelenggaraan
Perdana Pendidikan dan Pelatihan Calon Pegawai Negeri Sipil Prajabatan
Golongan III. Jakarta: Lembaga Administrasi Negara.
Lembaga Administrasi Negara. 2015. Etika Publik. Modul Penyelenggaraan
Perdana Pendidikan dan Pelatihan Calon Pegawai Negeri Sipil Prajabatan
Golongan III. Jakarta: Lembaga Administrasi Negara.s
Lembaga Administrasi Negara. 2015. Komitmen Mutu. Modul Penyelenggaraan
Perdana Pendidikan dan Pelatihan Calon Pegawai Negeri Sipil Prajabatan
Golongan III. Jakarta: Lembaga Administrasi Negara.
Lembaga Administrasi Negara. 2015. Nasionalisme. Modul Penyelenggaraan
Perdana Pendidikan dan Pelatihan Calon Pegawai Negeri Sipil Prajabatan
Golongan III. Jakarta: Lembaga Administrasi Negara.
Profil UPTD RSUD Kabupaten Buton Utara Tahun 2021
Republik Indonesia.2012. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 72
Tahun 2012 Tentang Sistem Kesehatan Nasional.Jakarta
Republik Indonesia.2014. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 Tentang
Aparatur Sipil Negara.Lembaran Negara RI Tahun 2014, No. 5494.
Sekretariat Negara.Jakarta
Sjamsuhidajat, R & Wim, de Jong (ed). 2004. Buku Ajar Ilmu Bedah. Jakarta:
EGC

50
Soeroso, Joewono,dkk. 2007. Osteoartritis, Dalam A.W. Sudoyo, B.Setyohadi, I.
Alwi, M. Simadibrata, S. Setiati, editor, Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam
Jilid II Edisi IV. Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam
FKUI. Jakarta

51

Anda mungkin juga menyukai