Anda di halaman 1dari 21

TUGAS UAS IPS

D
I
S
U
S
U
N

OLEH:
MUHAMMAD RAFLY RESKI PUTRA IBRAHIM
KELAS: 3
10 Pahlawan Luar Sulawesi Selatan beserta Biografinya

1. Ir Soekarno

Ir Soekarno adalah salah satu sosok pahlawan nasional yang berasal dari
surabaya. Ia adalah tokoh paling terkenal di Indonesia. Ia dikenal sebagai
seorang proklamator serta presiden pertama Indonesia.

Pria yang kelahiran Surabaya, 6 Juni 1901 ini memiliki nama asli Koesno
Sosrodihardjo. Namun karena sering sakit-sakitan ia kemudian mengganti
namanya menjadi Soekarno. Setelah menamatkan pendidikannya HLS, ia
kemudian bersekolah di HBS (Hogere Burger School) Surabaya. Soekarno
tinggal di rumah HOS Cokroaminoto. Di rumah tersebut, ia akrab dengan Muso,
Alimin, Kartosuwiro.
Setelah tamat HBS, ia kemudian pindah ke Bandung dan kuliah di Technische
Hoogeschool (THS) yang kemudian dikenal dengan nama ITB (Institut Teknologi
Bandung). Di Bandung, Soekarno mendirikan Algemeene Studie Club (ASC)
yang kemudian dikenal dengan nama PNI (Partai Nasional Indonesia) yang
bertujuan mendorong Indonesia merdeka.
Tindakannya ini membuat Soekarno ditangkap oleh Belanda dan dijebloskan
ke penjara Banceuy, Bandung dan dipindahkan ke penjara Sukamiskin.
Soekarno kemudian disidang oleh pengadilan Belanda atas tindakannya. Dalam
persidangan ini, Soekarno kemudian membuat pembelaan yang terkenal dengan
nama ‘Indonesia Menggugat‘.
Setelah bebas dari penjara pada tahun 1931, Soekarno ditangkap kembali dan
kemudian diasingkan ke Flores. Dari Flores ia kemudian dibuang ke Bengkulu.
Ketika Jepang berkuasa pada tahun 1942, Soekarno kembali ke Jakarta.
Soekarno bersama dengan tokoh lainnya masuk dalam panitia BPUPKI dan
PPKI yang bertujuan untuk mempersiapkan kemerdekaan Indonesia.
Soekarno juga adalah tokoh yang merumuskan Pancasila sebagai ideologi
negara serta UUD sebagai dasar negara. Menjelang proklamasi kemerdekaan,
Soekarno serta Mohammad Hatta diculik oleh kaum muda dan dibawa ke
Rengasdengklok. Soekarno bersama dengan Mohammad Hatta kemudian
memproklamasikan kemerdekaan Indonesia di rumahnya Jalan Pegangsaan
Timur No. 56 pada tanggal 17 Agustus 1945.
Setelah itu, Soekarno diangkat sebagai Presiden pertama Republik Indonesia
didampingi oleh Mohammad Hatta sebagai wakilnya. Selama masa
pemerintahannya terjadi banyak pemberontakan di berbagai daerah. Seperti
pemberontakan PKI yang dilakukan oleh Muso, Pemberontakan Amir Syarifudin,
Pemberontakan Permesta, Pemberontakan RMS, Pemberontakan APRA oleh
Westeling serta pemberontakan Darul Islam atau DI/TII oleh Kartosuwiryo.
Pergolakan politik hebat terjadi pada tahun 1965 ditandai dengan meletusnya
pemberontakan G30S/PKI yang didalangi oleh PKI. pasca pemberontakan itu,
kondisi negara menjadi kacau. MPRS kemudian memberhentikan Ir. Soekarno
sebagai Presiden Indonesia dan menunjuk Soeharto sebagai presiden yang
baru. Ir. Soekarno lebih banyak menghabiskan waktunya di Istana Bogor setelah
tidak lagi menjadi presiden. Setelah itu, Soekarno ditahan oleh pemerintahan
orde baru di Wisma Yaso.
Kondisi kesehatannya yang terus menurun membuat proklamator ini dirawat di
RSPAD Gatot Subroto. Tanggal 21 Juni 1970, Ir Soekarno meninggal dunia. Ia
dimakamkan di Blitar, Jawa Timur.
Atas jasa jasa Ir. Soekarno, Pemerintah Indonesia kemudian menganugerahkan
gelar Pahlawan Nasional kepada proklamator Indonesia ini.
2. Mohammad Hatta

Mohammad Hatta dikenal sebagai salah satu tokoh pahlawan nasional


Indonesia yang berasal dari Sumatera Barat. Ia merupakan proklamator
kemerdekaan serta wakil presiden Indonesia yang pertama
.

Pria kelahiran 12 Agustus 1902 di Bukittinggi ini juga dikenal sebagai


Bapak Koperasi Indonesia. Bung Hatta menghabiskan masa sekolahnya di
Padang. Setelah itu ia kemudian berangkat ke Belanda dan kuliah di Universitas
Erasmus Rotterdam.
Di bangku kuliah, Mohammad Hatta terlibat dalam pergerakan politik
dengan tujuan memperjuangkan kemerdekaan Indonesia. Ia sempat menjadi
ketua Perhimpunan Indonesia di Belanda.
Namun karena kegiatan politiknya itu membuat Mohammad Hatta
ditangkap oleh pemerintah Belanda. Ia kemudian dibebaskan beberapa bulan
kemudian karena tak cukup bukti. Setelah menyelesaikan pendidikannya di
Belanda, Moh Hatta kemudian mengundurkan diri dari Perhimpunan Indonesia
dan kembali ke Indonesia.
Di Indonesia, Mohammad Hatta aktif menulis artikel politik di majalah
Daulat Ra’jat. Ia tangkap oleh Belanda dan ditahan di penjara penjara Glodok
dan Cipinang kemudian dibuang ke Boven Digoel, Papua tahun 1935 dan
kemudian dipindahkan ke Bandaneira, Maluku.
Mohammad Hatta kembali ke Jakarta saat Jepang mengusai Indonesia.
Bersama dengan Ir Soekarno, Moh Hatta tergabung dalam BPUPKI dan PPUPKI
yang mempersiapkan kemerdekaan Indonesia.
Walaupun sempat diculik ke Rengadengklok tanggal 16 agustus 1945,
Soekarno bersama dengan Mohammad Hatta bisa memproklamasikan
kemerdekaan Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945.
Setelah itu, Moh Hatta kemudian diangkat sebagai Wakil Presiden Indonesia
pertama mendampingi Ir Soekarno sebagai presiden Indonesia pertama.
Pasca kemerderkaan Indonesia, Bung Hatta sempat menjadi perdana
menteri ketika Indonesia berstatus RIS. Namun setelah itu ia kemudian kembali
menjadi wakil presiden Indonesia.
Selama hidupnya, Mohammad Hatta banyak menulis artikel dan buku
mengenai Ekonomi serta koperasi. Tak heran bila ia disebut sebagai ekonom
Indonesia serta Bapak Koperasi Indonesia.
Sang proklamator Mohammad Hatta meninggal dunia di Rumah Sakit Dr
Tjipto Mangunkusumo, Jakarta pada tanggal 14 Maret 1980 dan dimakamkan di
TPU Tanah Kusir.

3. R.A Kartini
RA Kartini dikenal sebagai salah satu pahlawan nasional wanita yang
berasal dari Jepara, Jawa tengah. Wanita kelahiran Jepara, 21 April 1879 ini
dikenal karena perjuangannya dalam emansipasi wanita Indonesia.

RA Kartini terlahir dari keluarga bangsawan. Statusnya tersebut membuat


ia dapat memperoleh pendidikan yang pendidikan yang layak. Setelah
menyelesaikan pendidikannya di ELS yang setara sekolah dasar, Kartini
kemudian ‘dipingit‘ menurut kebiasaan masyarakat Jawa.
Tinggal di rumah, Kartini banyak membaca buku serta majalah terbitan
Eropa. Ia juga rajin melakukan korespondensi atau surat menyurat dengan
teman-temannya di Eropa. Hal ini membuka pemikiran RA Kartini mengenai
pengetahuan, kebudayaan serta masalah sosial yang terjadi disekitarnya
khususnya masalah emansipasi wanita pribumi.
Setelah menikah dengan Adipati Ario Singgih Djojo Adhiningrat, Kartini
kemudian mendirikan sekolah wanita pertama di Rembang dibantu oleh
suaminya yang seorang bupati. Kartini juga banyak menulis surat yang berisi
pemikiran mengenai kondisi wanita pribumi dan persamaan hak wanita pribumi
dalam memperoleh pendidikan serta kebebasan di tengah masyarakat.
Namun pahlawan emansipasi wanita ini wafat diusia muda yakni 24 tahun
pada tanggal 17 September 1904 usai melahirkan anak pertamanya.
Sepeninggal Kartini, surat-suratnya kemudian dikumpulkan dan disusun menjadi
sebuah buku yang berjudul ‘Habis Gelap terbitlah Terang‘.
Atas jasa jasa RA Kartini, pemerintah Indonesia melalui presiden Soekarno
menetapkan RA Kartini sebagai Pahlawan Kemerdekaan Indonesia. Bahkan hari
lahir RA Kartini yakni 21 April diperingati sebagai Hari Kartini.

4. Ki Hajar Dewantara
Ki Hajar Dewantara selain dikenal sebagai seorang pahlawan nasional, ia juga
dikenal sebagai Bapak Pendidikan Nasional Indonesia. Perkembangan pendidikan di
Indonesia tidak terlepas dari peran Ki Hajar Dewantara.

Ki Hajar Dewantara Pria kelahiran Yogyakarta 2 Mei 1889 ini mengenyam


pendidikan di sekolah khusus anak Belanda dan Bangsawan yakni ELS. Setelah itu ia
melanjutkan sekolahnya di STOVIA, sekolah kedokteran khusus untuk pribumi namun
ia tak selesai.

Ia lebih menyukai jurnalistik dan menjadi wartawan di berbagai surat kabar.


Tulisan-tulisannya sangat tajam mengkritik pemerintahan kolonial Belanda. Hal ini
membuat ia sempat ditangkap dan dibuang ke pulau Bangka.
Dari Pulau Bangka, Ki Hajar Dewantara kemudian diasingkan ke Belanda
bersama dengan dr. Tjipto Mangunkusumo serta Douwes Dekker. Di Belanda, Ki Hajar
Dewantar memperoleh ijazah pendidikan yakni Europeesche Akte yang kemudian
dipakai mendirikan lembaga pendidikan di Indonesia.

Setelah kembali ke Indonesia, Ki Hajar Dewantara kemudian mendirikan


lembaga pendidikan bernama Taman Siswa atau Nationaal Onderwijs Instituut
Tamansiswa pada tahun 1922.

Ki Hajar Dewantara juga mencetuskan semboyan yang kini dipakai dalam


pendidikan di Indonesia yakni Ing ngarso sung tulodo (di depan memberi contoh), Ing
madyo mangun karso, (di tengah memberi semangat), serta Tut Wuri Handayani, (di
belakang memberi dorongan).

Setelah Indonesia Merdeka pada tahun 1945, Ki Hajar Dewantara diangkat


sebagai Menteri pengajaran Indonesia yang kini dikenal sebagai Menteri Pendidikan.

Bapak Pendidikan Nasional Indonesia ini wafat pada tanggal 26 April 1959 di
Yogyakarta. Atas jasa jasa Ki Hajar Dewantara, pemerintah menganugerahkan gelar
Pahlawan Nasional Indonesia. Hari lahirnya juga diperingati sebagai hari pendidikan.

5. Jenderal Besar Sudirman


Jenderal Besar Sudirman merupakan salah satu pahlawan yang sudah tidak asing lagi
di Indonesia. Namanya sangat terkenal diseluruh Indonesia. Ia merupakan salah satu
tokoh militer yang mampu meraih pangkat hingga jenderal besar (bintang lima) dalam
tubuh TNI.
Jenderal Sudirman Pria kelahiran Purbalingga 24 Januari 1916 sebelumnya
berlatar belakang sebagai seorang guru. Walaupun terlahir di keluarga miskin, Jenderal
Sudirman kala itu mempunyai semangat yang tinggi dalam belajar serta berorganisasi.

Setelah lulus di sekolah calon guru Kweekschool, Sudirman kala itu kemudian
mengajar di Cilacap sebagai seorang guru di sekolah Muhammadiyah. Ketika Jepang
masuk ke Indonesia pada tahun 1942, Sekolah tempat Sudirman mengajar ditutup dan
diubah menjadi pos militer oleh Jepang.

Setelah itu, Sudirman memilih masuk di militer dan bergabung dengan PETA
(Pasukan Pembela Tanah Air) di Bogor. Setelah lulus pendidikan ia kemudian menjadi
komandan batalyon.

Pasca kemerdekaan Indonesia tahun 1945, Soekarno kemudian menunjuk


Sudirman sebagai Panglima TKR (Tentara Keamanan Rakyat) menggantikan Supriyadi
yang menghilang misterius.

Ketika agresi militer Belanda terjadi di Indonesia, Jenderal Sudirman sebagai


panglima TKR memimpin pasukannnya melawan Inggris di Ambarawa. Ketika Jakarta
serta Yogyakarta kala itu dikuasai oleh Belanda, Jenderal Sudirman kemudian
melakukan perang gerilya selama tujuh bulan dari hutan ke hutan bersama dengan
pasukannya. Namun karena penyakit TBC nya yang semakin parah membuat Jenderal
Sudirman kemudian kembali dari bergerilya.

Kondisi penyakitnya yang semakin parah membuat Jenderal Sudirman kala itu
dirawat di Magelang pada tahun 1949. Pasca pengakuan kedaulatan Indonesia oleh
Belanda, Sudirman diangkat sebagai Jenderal Besar.

Setelah lama berjuang melawan penyakit TBC yang ia derita, Jenderal Besar
Sudirman wafat pada tanggal 29 Januari 1950 di Magelang. Ia kemudian dimakamkan
di Yogyakarta disamping makam jenderal Urip Sumoharjo. Atas jasanya, Jenderal
Besar Sudirman dianugerahi gelar pahlawan nasional kemerdekaan Indonesia.

6. Pangeran Diponegoro

Ia dikenal sebagai salah satu tokoh paling terkenal dalam perang


diponegoro. Perang tersebut merupakan salah satu perang paling besar dan
paling lama yang terjadi di tanah Jawa.
Pangeran Diponegoro Pria kelahiran Yogyakarta, 11 November 1785 ini
memimpin perlawanan melawan pemerintah kolonial Belanda. Berawal dari
usaha Belanda yang membangun jalan melintasi makam leluhur pangeran
Diponegoro membuat Pangeran Diponegoro tersinggung dan marah.

Pangeran Diponegoro yang merupakan putera dari Sultan


Hamengkubuwono III mengangkat senjata melawan pemerintah kolonial Belanda
dan mengobarkan perang Diponegoro.
Walau sempat dikepung oleh Belanda dikediamannya, Pangeran
Diponegoro berhasil meloloskan diri bersama dengan keluarga serta
pasukannya. Mereka kemudian mendirikan markas di Gua Selarong, Bantul.
Perang berlangsung selama lima tahun. Pangeran Diponegoro dibantu
oleh rakyat serta 15 orang Pangeran melakukan perlawanan sengit dengan
Belanda. Berbagai cara dilakukan oleh Belanda untuk menangkap Pangeran
Diponegoro. Mulai dari mengerahkan ribuan pasukan untuk menangkap
Pangeran Diponegoro hingga melakukan sayembara menawarkan hadiah bagi
siapa saja yang berhasil menangkap pengeran Diponegoro.
Namun cara yang dilakukan oleh Belanda selalu gagal. Akhirnya Belanda
kemudian mengajak Pangeran Diponegoro mengadakan perundingan di
Magelang. Perundingan kemudian dilakukan, Belanda mendesak agar Pangeran
Diponegoro menghentikan perlawanan namun Pangeran Diponegoro Menolak.
Penolakan ini membuat Belanda kemudian mengepung dan menangkap
Pangeran Diponegoro. Setelah ditangkap, Pangeran Diponegoro dibawa ke
Semarang kemudian dibawa ke Batavia.
Pangeran Diponegoro beserta keluarganya kemudian diasingkan ke
Manado. Setelah itu, ia kemudian dibawa ke Makassar dan ditahan di Benteng
Rotterdam pada tahun 1934.
Ia ditahan disana hingga wafat pada tanggal 18 Januari 1855. Jasadkan
kemudian dimakamkan di Kampung Jawa, Kota Makassar. Perjuangannya
kemudian dilanjutkan oleh anak-anaknya. Atas jasa-jasanya, Pemerintah
Indonesia kemudian menganugerahkan gelar Pahlawan Nasional kepada
Pangeran Diponegoro.

7. Tuanku Imam Bonjol

Tuanku Imam Bonjol merupakan Pahlawan Nasional yang berasal dari


daerah Minangkabau, Sumatera Barat. Tuanku Imam Bonjol adalah tokoh
penting dalam perang Padri, yakni perang besar yang melibatkan kaum Padri
yang berasal dari kalangan ulama dan kaum Adat yang berasal dari rakyat
kerajaan Pagaruyung.

Sebab Perang Padri adalah kaum Padri yang berasal dari ulama ingin
agar hukum di kerajaan Pagaruyung sesuai dengan syariah islam sementara
kaum adat tidak sepakat akan hal tersebut.
Ini kemudian memunculkan pertentangan antara kaum padri dan kaum
adat. Yang pada akhirnya kaum Padri kemudian menyerang wilayah Pagaruyung
tahun 1815. Kaum Adat kemudian bekerja sama dengan Belanda untuk melawan
kaum Padri. Belanda kemudian meminta wilayah darek atas kerjasama ini.
Tuanku Imam Bonjol memimpin kaum Padri melawan Belanda dan kaum
adat. Pertempuran ini cukup menguras kekuatan Belanda yang sedang berupaya
memadamkan perang di wilayah lain seperti di Jawa.
Belanda sempat mengadakan perjanjian damai dengan Tuanku Imam
Bonjol. namun perjanjian damai itu dirusak oleh Belanda juga dengan
menyerang wilayah Pagari Sikek.
Di tahun 1833, Kaum Padri yang dipimpin oleh Tuanku Imam Bonjol
bersatu dengan kaum Adat melawan Belanda. Mereka bahu membahu
melakukan perlawanan dengan Belanda.
Belanda kemudian melakukan pengepungan terhadap benteng kaum
Padri di Bonjol dimana Tuanku Imam Bonjol bertahan. Belanda kemudian
mengirimkan pasukan besar yang berasal dari luar daerah seperti Batavia.
Sebagian besar pasukan Belanda terdiri dari kaum pribumi yang berasal dari luar
daerah.
Pada tahun 1837, Selama beberapa bulan pasukan Belanda dengan
kekuatan ribuan pasukan terus mengepung pertahanan kaum Padri di Bonjol.
Hal ini membuat kaum Padri dan Tuanku Imam Bonjol semakin terdesak.
Pengepungan ini membuat pria kelahiran Bonjol, 1772 ini menyerah di
bulan oktober 1837. Tuanku Imam Bonjol kemudian ditahan dan diasingkan ke
Cianjur, Jawa Barat. Setelah ia dibawa ke Ambon dan diasingkan ke Minahasa,
Sulawesi Utara. Di tempat terakhir itu, Tuanku Imam Bonjol wafat pada tanggal 8
November 1864. Ia dimakamkan ditempat pengasingannya tersebut.

Pemerintah Indonesia kemudian mengangkatnya sebagai Pahlawan


Nasional Indonesia melalui SK Presiden RI Nomor 087/TK/Tahun 1973
tertanggal tanggal 6 November 1973.

8. Kapitan Pattimura
Kapitan Pattimura merupakan pahlawan nasional Indonesia yang terkenal
dengan perlawanannya melawan Belanda di Maluku. Pria kelahiran Saparua, Maluku 8
Juni 1783 ini merupakan tokoh penting dalam perang Maluku.
Sebelumnya Pattimura pernah berkarir sebagai sersan militer kerajaan Inggris.
Namun penyerahan kekuasaan pada tahun 1816 kepada Belanda membuat Belanda
kemudian memaksakan kehendaknya di Maluku seperti Monopoli perdagangan
rempah-rempah, Pajak Tanah serta pelayaran Hongi.

Para raja-raja, Kapitan serta tokoh adat dan rakyat kemudian mengangkat
senjata melawan Belanda. Mereka dipimpin oleh Pattimura yang kemudian mengatur
strategi perang.

Dalam perjuangannya, Pattimura sempat menguasai beberapa lokasi


pertahanan Belanda seperti benteng Duurstede, wilayah Waisisil dan jasirah Hatawano,
Ouw- Ullath, Jasirah Hitu di Pulau Ambon serta Seram Selatan.

Namun politik adu domba yang dijalankan oleh Belanda membuat Pattimura
berhasil tertangkap oleh Belanda. Ia kemudian diadili oleh Belanda dan dihukum
gantung di depan benteng Victoria, Ambon pada tahun 1817. Atas jasa-jasa Kapitan
Pattimura, Pemerintah Indonesia kemudian menganugerahkan gelar pahlawan nasional
Indonesia kepada Pattimura sang pejuang dari Maluku.

9. Cut Nyak Dien


Cut Nyak Dien dikenal sebagai pahlawan nasional wanita asal Aceh. Ia
merupakan tokoh penting dalam perang Aceh bersama dengan Teuku Umar serta Cut
Nyak Meutia.
Perang Aceh berawal dari tembakan meriam kapal Belanda ke daratan Aceh
pada tahun 1873. Suaminya Teuku Cek Ibrahim Lamnga ikut bertempur melawan
Belanda tewas tertembak pada tahun 1878.

Peristiwa ini membuat Cut Nyak Dien marah dan ikut terjun dalam pertempuran
melawan Belanda. Ia kemudian menikah dengan Teuku Umar yang juga salah satu
pejuang terkenal di Aceh.

Cut Nyak Dien bersama dengan Teuku Umar bergerilya berpindah pindah dan
terus menekan Belanda. Walaupun sempat ‘menyerahkan diri’ kepada Belanda, Cut
Nyak Dien dan Teuku Umar ternyata hanya ingin menggalang kekuatan untuk
menyerang balik Belanda.

Setelah kekuatan dirasa cukup, Cut Nyak Dien dan Teuku Umar berbalik
menyerang Belanda. hal ini membuat Belanda marah besar hingga mengirim unit
‘Maréchaussée‘ yang dikenal biadab dan bengis .

Teuku Umar gugur tertembak pada tahun 1899. Cut Nyak Dien tetap
melanjutkan perjuangan suaminya dengan bergerilya. Ia bersama dengan pasukan
kecilnya.

Namun kondisinya terus memprihatinkan terutama karena penyakit encok serta


matanya yang telah rabun. Cut Nyak Dien akhirnya tertangkap oleh Belanda dan
kemudian dibawa ke Banda Aceh. Dari Aceh, Cut Nyak Dien kemudian dibuang ke
Sumedang, Jawa Barat.
Ia wafat pada tanggal 6 November 1908 dan dimakamkan disana. Pemerintah
kemudian memberikan gelar Pahlawan Nasional Indonesia kepada Cut Nyak Dien
melalui SK Presiden RI No.106 Tahun 1964 pada tanggal 2 Mei 1964.

10. Dewi Sartika

Raden Dewi Sartika adalah putri pasangan raden Somanegara dan Raden Ayu Permas.
Ayahnya adalah seorang patih di Bandung yang sangat Nasionalis. Ketika ayah
dan ibunya ditangkap dan diasingkan ke ternate (Maluku), lalu dia dititipkan pada
pamannya, Patih Aria yang tinggal di Cicalengka. Dewi lahir di Bandung, 4
Desember 1884, dia adalah tokoh perintis pendidikan untuk kaum perempuan.
Diakui sebagai Pahlawan Nasional oleh Pemerintah Indonesia tahun 1966
Dewi Sartika amat gigih dalam memperjuangkan nasib dan harkat kaum
perempuan. Pada 16 Januari 1904, dia mendirikan sekolah istri atau sekolah
untuk perempuan di bandung. Pada tahun 1910, sekolah istri berganti nama
menjadi sakola kautamaan istri.  Sekolah Istri tersebut terus mendapat perhatian
positif dari masyarakat. Murid- murid bertambah banyak, bahkan ruangan
Kepatihan Bandung yang dipinjam sebelumnya juga tidak cukup lagi
menampung murid-murid. Untuk mengatasinya, Sekolah Istri pun kemudian
dipindahkan ke tempat yang lebih luas. Seiring perjalanan waktu, enam tahun
sejak didirikan, pada tahun 1910, nama Sekolah Istri sedikit diperbarui menjadi
Sekolah Keutamaan Istri. Perubahan bukan cuma pada nama saja, tapi mata
pelajaran juga bertambah.
Kemudian pada 1913, berdiri pula organisasi kautamaan istri di tasikmalaya.
Organisasi ini menaungi sekolah-sekolah yang didirikan oleh dewi sartika. Pada
tahun 1929, sakola kautamaan istri diubah namanya menjadi Sakolah Raden
Dewi dan oleh pemerintah Hindia Belanda dibangunkan sebuah gedung baru
yang besar dan lengkap.
Dia berusaha keras mendidik anak-anak gadis agar kelak bisa menjadi ibu
rumah tangga yang baik, bisa berdiri sendiri, luwes, dan terampil. Maka untuk itu,
pelajaran yang berhubungan dengan pembinaan rumah tangga banyak
diberikannya. Untuk menutupi biaya operasional sekolah, ia membanting tulang
mencari dana. Semua jerih payahnya itu tidak dirasakannya jadi beban, tapi
berganti menjadi kepuasan batin karena telah berhasil mendidik kaumnya. Salah
satu yang menambah semangatnya adalah dorongan dari berbagai pihak
terutama dari Raden Kanduruan Agah Suriawinata, suaminya, yang telah banyak
membantunya mewujudkan perjuangannya, baik tenaga maupun pemikiran.

Pada tahun 1947, akibat agresi militer Belanda, Dewi Sartika ikut mengungsi
bersama-sama para pejuang yang terus malakukan perlawanan terhadap
Belanda untuk mempertahankan kemerdekaan. Saat mengungsi inilah, tepatnya
tanggal 11 september 1947, Dewi sartika yang sudah lanjut usia wafat di Cinean,
Jawa Barat. Setelah keadaan aman, makamnya dipindahkan ke Bandung.
5 Pahlawan di dalam Sulawesi Selatan Beserta Biografinya

1. La Madukalleng

La Madukelleng (1700 - 1756) adalah pemimpin Kerajaan Wajo. Sosok yang


dikenang atas jasanya membebaskan Tanah Wajo ini, berdasarkan riwayat,
rela merantau ke Negeri Jiran dalam usia belia demi meredakan ketegangan
dengan Kerajaan Bone.

Dikenal sebagai pelaut ulung, dirinya cukup ditakuti oleh para pelaut Belanda
yang acapkali melintasi Selat Makassar. Saat kembali dari tanah perantauan,
jabatan pemimpin (Arung) langsung disematkan setelah sang ayahanda
dianggap sudah berusia sepuh.

Di bawah pemerintahannya, Kerajaan Wajo secara terang-terangan


menentang dominasi VOC serta sanggup bersaing dengan beberapa
kerajaan yang terletak saling berdekatan.

2. Pong Tiku
Simbol perjuangan melawan termahsyur di Tana Toraja. Lahir di tahun 1846, dialah
pemimpin perlawanan rakyat saat tentara kolonial Belanda menginvasi wilayah yang
terletak di utara Sulsel tersebut (Januari 1906 - Maret 1907).

Perang Toraja yang berkobar rupanya membuat pemerintahan Gubernur-Jenderal J.B


van Heutz kalang kabut. Kampanye militer yang harusnya memakan waktu beberapa
minggu malah berlanjut hingga hitungan bulan.

Gerilya Pong Tiku dan pasukan berakhir setelah satu persatu benteng penting jatuh ke
tangan musuh. Sempat melarikan diri usai tertangkap, Tiku dieksekusi mati pada 10 Juli
1907, hanya berselang beberapa hari setelah kembali dalam terungku.
3. Emmy Saelan

Emmy Saelan (15 Oktober 1924 - 23 Januari 1947) adalah wanita yang disegani saat
tokoh Revolusi Kemerdekaan Sulsel lainnya didominasi sosok pria macam Wolter
Monginsidi, Abdullah Daeng Sirua hingga Andi Abdullah Bau Massepe.

Profesinya sebagai perawat berandil banyak dalam menumbuhkan semangat anti-


penjajahan. Tak butuh waktu lama, Emmy kemudian bergabung dengan pasukan
gerilya pimpinan Ranggong Daeng Romo. Selain mengangkat senjata dan terlibat
operasi mata-mata, dirinya masih melanjutkan tugas medisnya di garis depan.

Kakak kandung Maulwi Saelan (Kiper Timnas era 1960-an) ini gugur pada awal 1947,
ketika memimpin penyerangan pos tentara KNIL di Kampung Kassi-Kassi, tenggara
Makassar
4. Andi Djemma

Andi Djemma (15 Januari 1901 - 23 Februari 1965) adalah tokoh kerajaan penting bagi
pemerintahan Indonesia di tahun-tahun awal kemerdekaan. Raja (Datu) Kerajaan Luwu
inilah yang memprakarsai janji setia para penguasa di seantero Sulsel untuk Merah
Putih pada Oktober 1945.

November 1945, tentara sekutu dan NICA mendarat di Palopo untuk melucuti tentara
Jepang. Sempat berjanji takkan mengganggu pemerintahan Luwu, aksi militer pasukan
Belanda menyulut rasa gusar di kalangan rakyat.

Andi Djemma kemudian memimpin Perlawanan Semesta Rakyat Luwu pada 23 Januari
1946. Sayang, perlawanan dipadamkan dengan cepat. Dirinya diasingkan ke Ternate
setelah tertangkap (Juli 1946) dan baru bebas empat tahun berselang.
5. Ranggong Dg Romo

Ranggong Daeng Romo (1915 - 1947) adalah salah satu sosok paling diingat dalam
ingatan para veteran perang. Dirinya berdiri di garis depan usaha perlawanan sejak 16
Oktober 1945, begitu kabar jika tentara NICA kembali ke Indonesia menyeruak.

Gerakan gerilyanya berlangsung selama beberapa tahun. Tangsi-tangsi Belanda di


seantero Sulawesi Selatan silih berganti merasakan sengitnya perlawanan pejuang
LAPRIS (Laskar Pemberontak Rakyat Indonesia Sulawesi) yang dia pimpin.

Namun pada 27 Februari 1947, tentara Belanda berhasil memukul mundur LAPRIS
saat terlibat kontak senjata di Desa Lengger, Takalar. Sang panglima, Ranggong
Daeng Romo, tewas akibat terjangan peluru.

Anda mungkin juga menyukai