Pendahuluan
Radiologi merupakan alat yang sangat diperlukan pada praktik klinis dari endodontik
karena kebanyakan struktur yang menyebabkan penyakit tidak dapat terlihat oleh mata.
Sebagai hasilnya, radiografi diperlukan selama beberapa aspek perawatan, dan
interpretasi serta analisis yang tepat penting bagi pembentukan hasil akhir yang
diinginkan (Torabinejad dan Walton, 2009) (Gambar 13. 1A,B).
Gambar 13.1 (a dan b) radiografi mengandung informasi yang lebih banyak daripada
yang terlihat oleh mata telanjang. Perhatikan bahwa pada kasus retreatment ini adalah
kompleksitas anatomi gigi insisivus lateral.
Diagnosis
Radiografi sangatlah penting, jika bukan yang paling penting, alat yang tersedia bagi
dokter gigi; dan mereka membantu mengidentifikasi masalah – gigi dan membantu
membentuk rencana perawatan. Setidaknya satu radiografi preoperatif dilakukan
menggunakan teknik parallel, penting dalam mengidentifikasi adanya dan ciri pathosis.
Beberapa peraturan umum penting diikuti jika radiografi digunakan untuk mengetahui
diagnosis: Jika gigi yang ditanyakan sudah matur seluruhnya dan vital, dan
pemeriksaan diagnostik memperlihatkan pulpitis ireversibel, tidak terdapat perubahan
signifikan yang terlihat pada radiografi. Gigi dengan nekrosis pulpa tidak selalu
memiliki rarefactions yang berhubungan dengan akar, dan rarefactions apikal yang
berasal dari pulpa akan memperlihatkan hilangnya lamina dura apikal dalam hubungan
dengan rarefaction (Gambar 13.3) (Gutmann et al., 1992).
Gambar 13.3 Radiografi menunjukkan hilangnya lamina dura pada apeks,
mengindikasikan pathosis pulpa.
Dari pandangan klinis, penting untuk mengingat bahwa nekrosis kadang dapat terlihat
dengan mata telanjang. Dalam kata lainnya, jika mahkota yang kita lihat berubah
warna, mungkin merupakan indikasi dari nekrosis pulpa; atau jika kita melihat sinus
track pada gingiva, dapat mengindikasikan adanya infeksi yang berasal dari nekrosis
pulpa. Dengan standar yang sama, rarefaction apikal yang kita lihat secara radiografis
dapat mengindikasikan adanya nekrosis. Ketika pasien memperlihatkan gambaran
klinis pulpitis ireversibel, mungkin tidak memperlihatkan perubahan radiografis,
radiografi memang memiliki potensi dalam memperlihatkan faktor pendukung
etiologi, seperti karies atau restorasi yang dalam. Mendapatkan diagnosis pada kasus
seperti ini akan menjadi lebih menantang.
Selama prosedur diagnostic, penting untuk memeriksa restorasi gigi. Radiografi juga
dapat membantu dalam memeriksa dan menjelaskan kepada pasien risiko dan
keuntungan perawatan yang diajukan.
Radiografi preoperatif (atau diagnostik) juga harus digunakan untuk memeriksa
anatomi saluran akar, dan kesulitan kasus harus dievaluasi. Radiografi bite-wing
tambahan (Gambar 13.4) berguna dalam mendeteksi karies, untuk menentukan
kedalaman kamar pulpa yang terkalsifikasi, atau untuk mengetahui kamar pulpa yang
rusak karena restorasi radioopak yang besar. Radiografi periapikal kedua diambil pada
proyeksi horizontal yang berbeda juga dapat membantu dalam menentukan jumlah dan
bentuk akar jika terdapat gigi dengan akar ganda.
Gambar 13.4 Radiografi bite-wing dapat digunakan sebagai alat diagnostik tambahan.
Saat terdapat sinus track atau fistula (Gambar 13.5A, B), kadang dapat dideteksi hingga
area pathosis. Hal ini dicapat dengan memasukkan gutta-percha (ukuran 30 atau 40)
melewati track kemudian melakukan radiografi periapikal. Umumnya, tidak
diperlukan anestesi selama tahap ini. Jika sinus track tidak dapat ditembus dengan
gutta-percha point, mungkin diperlukan untuk membuka kembali dengan ujung
explorer atau periodontal probe kemudian mencoba dengan gutta-percha baru.
Gambar 13.5 (a dan b) Sinus track ditelusuri dengan cone gutta percha.
Dokter gigi harus menyadari bahwa pathosis periradikular dan/atau kerusakan mungkin
dapat terjadi, tetapi tidak terlihat secara radiografis. Kehilangan tulang tadiografis tidak
aka nada hingga terdapat erosi signifikan dari plat kortikal (Bender dan Seltzer, 2003)
(Gambar 13.6A, B).
Gambar 13.6 (a dan b) Radiografi memperlihatkan gigi insisivus lateral maksila
dengan abses akut dengan destruksi tulang minimal.
Terdapat beberapa keterbatasan dari radiografi konvensional untuk diagnosis
endodontik (Patel et al., 2009). Yang paling penting adalah kehilangan anatomi tiga-
dimensi: Foto konvensional mengecilkan anatomi tiga-dimensi menjadi foto atau
shadowgraph dua dimensi, sehingga banyak membatasi performa diagnostic (Webber
dan Messura, 1999). Ciri penting dari gigi dan jaringan sekitar hanya terlihat pada arah
mesiodistal (proksimal). Ciri yang serupa pada bidang bukolingual (misalnya dimensi
ketiga) mungkin tidak terlihat keseluruhannya.
Terkadang, perubahan yang terkontrol dari geometri radiasi dapat menguntungkan dan
memberikan informasi tambahan yang kadang tidak terlihat pada foto yang diambil
dengan angulasi standar. Contohnya,
Merubah angulasi horizontal dapat memisahkan gambaran anatomis dan radiolusensi
periapikal: pengaruh ini dapat digunakan utnuk memisahkan foramen insisivus dan
foramen mentale dari apikal gigi yang berdekatan (Gambar 13.7 A, B) (Fava dan
Dummer, 1997).
Merubah angulasi vertikal dapat berguna dalam menentukan akar lingual, landmark
normal, dan patologi apikal, dan membantu visualisasi yang lebih akurat pada apikal.
Pengaruh ini dapat digunakan untuk menentukan landmark anatomis berada lebih ke
bukal atau lingual (Fava dan Dummer, 1997). Akan tetapi, harus diperhatikan bahwa
peningkatan pada angulasi vertikal dapat menyebabkan pemendekan gigi pada foto,
dengan akar bukal terlihat lebih pendek daripada akar lingual pada gig berakar ganda
karena mereka terletak lebih jauh dari reseptor (Fava dan Dummer, 1997).
Tabel 13.1 Analisis tingkat kesulitan dan risiko kasus endodontik (diadaptasi dari form
risiko dan kesulitan yang digunakan oleh University of Toronto).
Kriteria dan Sub Risiko Rata-rata Risiko Moderat Risiko Tinggi
Kriteria
Radiografi/ Tidak ada batasan Terbatas pada Gagging
penempatan dasar/palatum
reseptor
Gambaran gigi Dapat dilihat Superimposed Superimposed,
pada radiografi dengan jelas tetapi terlihat obscured
preoperatif
Anatomi Normal Taurodontisme, Fusi, dens in dente
microdens
Isolasi Pertimbangan Defisiensi koronal Tidak ada struktur
normal besar koronal gigi
Akses Pertimbangan Pulp stones/ kamar Terdapat mahkota
normal pulpa terkalsifikasi artifisial
Kurvatura akar Tunggal, ringan Tunggal, moderat Kurva ganda/berat
(>30)
Morfologi saluran Terlihat normal Subdivisi/dapat Kompleks/C-
akar dirawat shape/>25 mm
Saluran yang ½ 1 – 3 molar >3molar
diperkirakan anterior/premolar
Bentuk akar Apeks tertutup Apeks sedikit Apeks terbuka
terbuka lebar
Gambaran Gambaran normal Sempit Area yang tidak
radiografis jelas
saluran akar
Resorpsi Tidak ada yang Ada tanpa Terdapat perforasi
eksternal ditemukan perforasi
Resorpsi lainnya Tidak ada Apikal Internal
Riwayat trauma Tidak ada/gegar Luksasi Avulsi
otak
Fraktur akar Tidak ada ½ apikal ½ koronal
Gambar 13.8 (a dan b) Foto memperlihatkan radius kurvatura yang berbeda. Semakin
pendek radius, semakin curam kurvaturanya.
Gambar 13.9 (a dan b) Radiografi memperlihatkan ruang saluran akar yang tidak
pada bagian tengah akar. Oleh karena itu saluran tambahan harus dicurigai (Dikutip
dari Dr. Hilu).
Gambar 13.11 (a-d) Perubahan densitas yang sangat cepat terjadi pada sepertiga akar;
terdapat kemungkinan bahwa saluran akar terdapat pada bukal.
Radiografi dan Kelompok Gigi yang Berbeda (Hargreaves dan Cohen, 2011)
Gigi Insisivus Sentral Maksila
Sistem saluran akar pada gigi ini mencerminkan garis luar permukaan eksternal.
Merupakan satu-satunya gigi dimana dimensi mesial-distal dan bukal-lingual serupa.
Gambar 13.12 (a dan b) Gigi insisivus mandibula dengan dua saluran akar (Dikutip
dari Dr. Ricardo Portigliatti).
Gigi Kaninus Mandibula
Sistem saluran akar sangat serupa dengan kaninus maksila, kecuali dimensinya lebih
kecil. Garis luar saluran akar lebih sempit pada dimensi mesial-distal tapi biasanya
lebih luas secara bukolingual. Kadang terdapat dua akar, terletak pada permukaan
bukal dan lingual.
Saluran Berbentuk C
Prevalensi saluran berbentuk C pada molar mandibula diperkirakan antara 2.7% dan
9.0% pada orang kulit putih, juga tinggi pada populasi Asia yaitu 31.5%. Perawatan
endodontik dari pathosis yang melibatkan molar mandibula dapat sulit karena variasi
sistem saluran akar. Pembentukan dan obturasi saluran dapat terganggu karena adanya
saluran lateral, anastomosis transversal, atau delta apikal pada saluran berbentuk C.
Akses ke saluran akar dengan instrument dan membersihkan debris pada saluran
berbentuk C lebih sulit daripada molar kedua mandibula dengan anatomi seperti itu.
Untuk mencegah komplikasi, pengetahuan mengenai bentuk dan panjang saluran pulpa
sangatlah penting. Oleh karena itu, informasi ini dapat membantu meyakinkan
debridemen, instrumentasi, obturasi, dan restorasi yang berhasil. Walaupun deteksi
saluran berbentuk C penting pada tahap awal perawatan, saluran tersebut tidak secara
mudah didiagnosa menggunakan radiografi dental karena temuan yang
mengindikasikan fusi antara akar mesial dan distal seringkali samar. Diagnosis yang
lebih akurat dapat dicapai dengan membuat teknik imaging tiga dimensi seperti high-
resolution computed tomography (June et al., 2010) (Gambar 13.15).
Gambar 13.15 Foto dan radiografi dari gigi molar mandibula dengan saluran akar C-
shaped (Dikutip dari Dr. Ricardo Portigliatti)
Radiografi Preoperatif dan Akses: “Akses untuk Kesuksesan”
Tujuan dari preparasi akses adalah:
Memberikan jalur yang halus dan lancer dari orifis hingga apeks.
Meyakinkan etiologi pathosis pulpa
Menilai restorabilitas
Radiografi preoperatif dan bitewing supplemental awal dapat menjadi alat bantu dari
disain preparasi akses. Point yang harus dipertimbangkan adalah:
1. Kamar pulpa: luas atau terkalsifikasi: saat merawat kamar pulpa yang lebar, bur
bundar dapat digunakan pada kamar pulpa hingga terasa terdapat ruangan
kosong. Akan tetapi, saat bekerja pada kamar pulpa yang terkalsifikasi, bur
bundar harus digunakan secara hati-hati dan lapisan dentinal dihilangkan
perlahan (Gambar 13.16).
2. Sudut munculnya saluran: untuk mencapai akses lurus ke apeks, sudut
munculnya harus dianalisis, dan jumlah dentin yang akan dihilangkan harus
dipertimbangkan (Gambar 13.17).
Saat mengalami kesulitan dengan akses dan saluran tidak dapat ditemukan, radiografi
dilakukan dan akses tersebut diverifikasi. Pada kasus tersebut, pengetahuan anatomi
internal, bersamaan dengan kemampuan yang tepat serta sumber seperti mikroskop dan
ujung ultrasonik dapat membantu dalam meloklaisasi dan menegosiasi saluran. Penting
untuk menembus dengan bur dimana saluran seharusnya berada. Pada waktu ini,
radiografi dapat dilakukan tanpa rubber dam (sehingga clamp tidak akan mengganggu
pandangan). Kemudian dengan mengaplikasikan SLOB rule (same lingual, opposite
buccal) (dijelaskan secara detil pada Bab 2), interpretasi arah dapat dilakukan, jika
saluran masih belum dilokalisasi, sebuah bur atau file yang dilekatkan dengan lilin atau
cotton pellet dapat ditempatkan pada kavitas akses dan radiografi dengan sudut baru
dapat dilakukan. Film ini akan membantu dalam mengkoreksi orientasi akses. Jika
instrument endodontik ditempatkan pada saluran, isloasi total dengan rubber dam
penting (Gambar 13.18 A-D dan 13.19A-C).
Gambar 13.18 (a-d) Urutan radiogfari yang diambil selama preparasi akses untuk
menemukan saluran akar.
Gambar 13.19 (a-c) Kasus lainnya, saluran akar tidak dapat ditemukan. File melekat
dengan bahan tambal sementara dengan akses kemudian dilakukan foto radiografi.
Gambar 13.21 (a-d) Urutan klinis dari perforasi bukal. Perforasi ditutup secara
internal melalui saluran akar. Representasi skematik dari perforasi (Dikutip dari Dr.
Portigliatti).
Pada molar, perforasi biasanya terjadi pada dasar kamar pulpa. Dengan menganalisis
radiografi preoperatif dan mengukur jarak antara enamel (ujung cusp) dan dasar pulpa,
kecelakaan ini dapat dicegah (Gambar 13.22). Perforasi pada tingkat furkasi dapat
divisualisasi pada radiografi sebagai bayangan radiolusen pada tulang dengan
pengurangan densitas radiografik pada dentin disekitarnya. Saat perforasi
teridentifikasi, perdarahan dapat dikontrol dan perforasi harus ditutup sesegara
mungkin atau dirujuk ke spesialis untuk perbaikan perforasi dan melanjutkan
perawatan (Gambar 13.23).
Gambar 13.22 Superimposition dari bur high-speed dan radiografi preoperatif untuk
memastikan jarak ke dasar pulpa.
Gambar 13.24 Keterbatasan foto dua-dimensi untuk mengetahui panjang kerja. Foto
memperlihatkan bahwa terminus saluran akar tidak sesuai dengan apeks anatomis.
Radiografi ini, diambil dengan menempatkan file kecil dalam saluran akar, akan
menjadi indikator pertama dari anatomi akar sebenarnya. Adanya kurvatura tajam atau
ganda harus dipertimbangkan saat memilih teknik instrumentasi (Gambar 13.25).
Setelah mengukur radiografi preoperatif untuk memperkirakan panjang saluran, dan
memastikan panjangnya dengan EAL, file dipilih dan radiografi dilakukan dengan file
didalam saluran akar. File yang lebih kecil dari #15 tidak direkomendasikan karena
tidak akan terlihat pada radiografi. Radiografi ini akan memperlihatkan hubungan
antara file dan apeks akar.
Gambar 13.25 File kecil ditempatkan pada saluran memperlihatkan dua kurvatura
pada gigi molar mandibula.
Jika file terlihat melebihi apeks lebih dari 2 mm, radiografi baru dengan ukuran yang
sudah diperbaiki harus dilakukan (Gambar 13.26).
Angulasi beam akan mempengaruhi gambaran foto rubber dam clamp pada radiografi.
Lengan lingual dari rubber dam selalu terlihat lebih dekat dengan apeks, dan akan
bergerak pada arah yang sama seperti central ray (Gambar 13.28 A-D).
Gambar 13.28 (a-d) lengan lingual dari rubber dam (selalu terlihat lebih dekat dengan
apeks) akan bergerak dalam arah yang sama daripada kepala mesin radiografi
(Dicetak ulang dengan izin dari University of Toronto).
Pada kasus dimana akar molar mandibula pendek, superimposition dari clamp dapat
mengganggu gambaran akar. Pada kasus tersebut, direkomendasikan radiografi
angulated. Angulasi yang lebih vertikal negatif akan memperpanjang gambaran
radiografi pada akar dan membantu memberikan gambaran tanpa gangguan (Gambar
13.28 A-F).
Gambar 13.29 (a-d) Diagram skematik memperlihatkan akar pendek pada molar
mandibula; adanya clamp dapat menganggu foto akar. Pada kasus tersebut, radiografi
angulated direkomendasikan (Dicetak ulang dengan izin dari University of Toronto).
(e dan f) Radiografi memperlihatkan situasi klinis dimana angulasi harus diubah agar
mendapatkan gambaran yang jelas pada ujung akar.
Memasukkan film dengan rubber dam dan file di dalam saluran akar bukanlah hal yang
mudah. Holder dengan disain khusus tersedia untuk keperluan ini. Pada beberapa
kasus, hemostat pliers dapat digunakan untuk menempatkan reseptor (Lihat Bab 2).
Keputusan kapan untuk mengambil radiografi panjang kerja dapat bervariasi
tergantung dari faktor seperti diagnosis (vital vs pulpa nekrosis), derajat pembentukan
akar, dan teknik yang digunakan untuk instrumentasi (crown down atau step back).
Direkomendasikan bahwa pengukuran panjang kerja diambil setelah pembesaran
koronal selesai, sehingga file mendapatkan akses garis lurus yang lebih baik ke apeks
sehingag pengukuran ini tidak akan berubah di masa yang akan datang. Selain itu, jika
cusp akan dikurangi atau diratakan, tahap ini harus dilakukan sebelum mengambil
radiografi panjang kerja.
Setelah dilakukan foto radiografi, penting untuk menganalisis dua aspek berikut:
1. Apakah real length (RL) sama dengan estimate length (EL)? (RL = EL) atau
2. Apakah RL lebih besar atau lebih kecil daripada EL? (RL > atau < daripada
EL) (Gambar 13.30).
Gambar 13.20 Radiografi trail file
Preparasi saluran
Setelah panjang kerja ditentukan, cleaning and shaping bagian apikal dapat dimulai.
Sistem dan teknik yang berbeda tersedia untuk clean and shape sistem saluran akar.
Biasanya tidak dibutuhkan radiografi pada tahap ini. Akan tetapi jika terjadi kesalahan
saat fase ini, radiografi penting untuk mendiagnosa masalah dan mengevaluasi hasil
akhir gigi yang memungkinkan.
Kesalahan yang seringkali terjadi saat preparasi saluran akar meliputi hilangnya
panjang kerja (tersumbat), deviasi dari anatomi saluran normal (ledge, zip, dan elbow),
dan preparasi saluran yang tidak adekuat, perforasi, dan/atau separasi instrument
saluran akar.
Teknik radiografi khusus dapat digunakan untuk situasi tersebut dan dijelaskan pada
Bab 2.
Medikasi Intrakanal
Jika saluran akar dirawat lebih dari satu kunjungan, penggunaan medikasi intrakanal
direkomendasikan. Dressing yang paling sering digunakan adalah kalsium hidroksida
(Ca(OH)2). Kalsium hidroksida memiliki radioopasitas yang sama dengan dentin. Oleh
karena itu, jika radiografi dilakukan dengan (Ca(OH)2), interpretasi foto tersebut harus
dilakukan dengan teliti, karena saluran akar akan terlihat terkalsifikasi tetapi
sebenarnya terisi dengan medikasi sementara (Gambar 13.32).
Recall
Dilakukan prinsip yang sama dengan radiografi postoperatif. Metode tradisional untuk
menilai kesuksesan perawatan endodontik melibatkan pemeriksaan klinis dan
penggunaan radiografi recall (lihat Bab 16). Pada beberapa waktu setelah selesainya
perawatan endodontik, radiografi gigi yang dirawat diambil dan dibandingkan dengan
radiografi pada saat perawatan. Radiografi digunakan untuk menilai tulang periapikal
untuk menentukan apakah gigi sudah sembuh, dalam proses penyembuhan, atau
memiliki tanda infeksi persisten. Keputusan dokter gigi mengenai kebehasilan atau
kegagalan penting karena dapat menentukan disposisi kasus. Radiografi angled
tambahan seringkali dibutuhkan untuk menilai diagnosis (Zakariasen et al., 1984)
(Gambar 13.35 dan 13.36 A, B). (Lihat detil pada Bab 16.).
Dokumentasi
Dokter gigi harus waspada mengenai bagaimana laporan yang tepat dan pentingnya
dokumentasi untuk rekam medis dental dan sebagai dokumen legal. Penting untuk
mendokumentasi paparan radiografi dental, jumlah reseptor yang terpapar, dan juga
kualitas radiografi, karena merupakan hal yang penting dalam tuntutat malpraktek.
Informed consent harus diselesaikan karena merupakan tanggung jawab dokter gigi
untuk mendiskusikan kebutuhan radiografi dan prosedur perawatan dengan pasien.
Untuk informed consent yang valid, pasien harus diberikan informasi berikut
((www.csi.edu/facultyAndStaff_/webTools/ sites/Bowcut58/courses/570/ch40.ppt):
1. Risiko dan keuntungan radiografi
2. Orang yang akan memaparkan radiografi
3. Jumlah dan tipe radiografi
4. Konsekuensi tidak dilakukannya radiografi
5. Alat diagnostic alternatif yang dapat memberikan informasi yang sama dengan
radiografi.
Catatan dental harus meliputi jumlah dan tipe radiografi yang dipaparkan, rasional
untuk melakukan radiografi, dan interpretasi diagnositk.
Gambar 13.38 Radiografi memperlihatkan sayap clamp lebih dekat dengan sepertiga
apikal akar yaitu pada lingual.
Gambar 13.39 Radiografi memperlihatkan ujung cusp lebih dekat dengan apeks yaitu
cusp palatal atau lingual.
Gambar 13.40 Radiografi memperlihatkan superimposition akar palatal ke dalam akar
mesiobukal.
Gambar 13.42 Tulang dan lamina dura akan jelas pada area mesial.