Anda di halaman 1dari 38

REFERAT

Terapi Laser dalam Dermatologi

Pembimbing :
AKBP dr. Nirmawati, Sp.KK

Disusun oleh :
Mariana Astuti Dam
11.2016.285

KEPANITERAAN KLINIK ILMU PENYAKIT KULIT & KELAMIN

RUMAH SAKIT BHAYANGKARA TINGKAT II SARTIKA ASIH

PERIODE 15 Oktober – 17 November 2018


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA
BANDUNG

Halaman | 1
DAFTAR ISI

BAB I
1. Pendahuluan………………………………………………………….3
BAB II
1. Mekanisme Terbentuknya Sinar Laser………………………………..4
2. Karateristik Laser……………………………………………………..5
3. Sistem Laser…………………………………………………………...6
4. Interaksi sinar laser dengan jaringan………………………………….7
5. Keamanan Laser………………………………………………………10
6. Laser Energi (Intensitas) Rendah……………………………………...10
7. Penggunaan Laser dalam Terapi Kulit………………………………..12
a) Laser Vaskuler…………………………………………………….12
b) Terapi Laser pada Spider Veins…………………………………...18
c) Terapi Laser pada Lesi Berpigmen………………………………..19
d) Laser Tatto Removal………………………………………………21
e) Laser Hair Removal……………………………………………….23
f) Skin Resurfacing………………………………………………….25
g) Laser untuk Jaringan Parut………………………………………..27
h) Laser untuk Acne………………………………………………….29
i) Pengobatan Laser dalam Pengobatan Psoriasis dan Vitiligo……...31
j) Laser pada Onikomikosis………………………………………….34
Daftar Pustaka ………………………………………………………………...38

BAB I. PENDAHULUAN

Halaman | 2
Kata Laser adalah singkatan dari Light Amplification by Stimulated Emission of Radiation.
Laser merupakan cahaya koheren monokromatik dan lurus. Laser bekerja sesuai dengan
prinsip optik dan elektronik. Laser diciptakan berdasarkan quantum theory of radiation yang
menyatakan bahwa atom atau molekul berada dalam keadaan istirahat pada keadaan normal.
Jika terpajan sinar, maka atom akan tereksitasi dari keadaan stabil menjadi tidak stabil. Atom
atau molekul yang tidak stabil akan kembali ke keadaan stabil dengan memancarkan radiasi
spontan.1

Untuk menghasilkan laser harus ada sumber energi (lazim disebut pompa energi media aktif)
dan resonator optik dengan cermin. Energi yang terlepas diserap oleh atom dalam bentuk
foton. Saat atom melepaskan foton, energi juga lepas dalam bentuk sinar.1,2

Laser biasanya dinamai sesuai dengan medium yang terkandung dalam rongga optik mereka.
Gas laser terdiri dari argon, excimers, tembaga uap, helium-neon, kripton, dan karbon
dioksida. Salah satu laser cairan yang paling umum berisi cairan rhodamine dan digunakan
dalam pulsedye laser. Laser padat adalah ruby, neodymium: yttrium-aluminium-garnet (Nd:
YAG), alexandrite, erbium, dan laser dioda. Semua perangkat ini digunakan secara klinis
mengobati berbagai kondisi dan gangguan berdasarkan panjang gelombang, sifat pulse, dan
energi masing-masing laser.1-3

Mula-mula diintroduksi oleh Einstein pada tahun 1917 yang dikembangkan oleh Maiman
pada tahun 1960 menjadi laser pertama yaitu laser Ruby.1

Sejak ditemukannya alat laser pada tahun 1960 oleh T.H. Maiman dari The Hughes Research
Laboratories California, USA alat ini telah berkembang dengan sangat pesat dan meliputi
berbagai disiplin ilmu kedokteran dan bidang-bidang di luar kedokteran. Goldman pada tahun
1961, seorang spesialis penyakit kulit dari University of Cincinat, Amerika Serikat dengan
berbagai percobaan dan aplikasi klinis laser pada penyakit port wine stain (PWS), suatu
bentuk hemangioma kulit kongenital dengan menggunakan ruby laser. Untuk jasa-jasanya ini,
Goldman dapat dianggap sebagai pionir dalam penggunaan laser di bidang penyakit kulit.
Sekarang ini dalam bidang penyakit kulit, laser berkembang menjadi bedah laser dan laser
kosmetik.1-3

BAB II.

Halaman | 3
1. Mekanisme Terbentuknya Sinar Laser

Untuk memahami bagaimana sinar laser terbentuk, penting untuk mengingat struktur atom.
Semua atom terdiri dari inti pusat yang dikelilingi oleh elektron yang menempati level energi
yang berlainan atau orbit di sekitar inti dan memberikan konfigurasi atom yang stabil. Ketika
sebuah atom secara spontan menyerap foton cahaya, elektron orbital luar pindah ke energi
orbit tinggi, yang merupakan konfigurasi yang tidak stabil. Konfigurasi ini sangat cepat
berlalu dan atom cepat melepaskan foton cahaya secara spontan sehingga elektron dapat
kembali ke energi normal, yang lebih rendah, tapi stabil dalam orbital konfigurasi. Dalam
kondisi normal, penyerapan spontan ini dan pelepasan cahaya terjadi tidak teratur dan acak
dan menghasilkan produksi cahaya koheren.1

Gambar 1. Elektron yang tereksitasi

Ketika sebuah sumber energi dari luar diberikan ke rongga laser yang mengandung medium
laser, biasanya dalam bentuk listrik, cahaya, microwave, atau bahkan reaksi kimia, atom
yang istirahat dirangsang untuk menggerakkan elektron untuk stabil, energi yang lebih tinggi,
orbit luar. Ketika lebih banyak atom ada dalam konfigurasi energi tinggi yang tidak stabil
daripada konfigurasi istirahat, kondisi yang dikenal sebagai populasi inversi terbentuk, yang
diperlukan untuk selanjutnya langkah dalam amplifikasi cahaya.2,3

Amplifikasi cahaya terjadi pada optik rongga atau resonator laser. Resonator biasanya terdiri
dari rongga tertutup yang memungkinkan foton yang dipancarkan cahaya untuk

Halaman | 4
merefleksikan bolak-balik dari satu ujung cermin dari ruang sampai intensitas cukup telah
dikembangkan untuk amplifikasi lengkap terjadi. Melalui proses kompleks penyerapan dan
emisi energi foton, prasyarat untuk pengembangan sinar laser cahaya telah dipenuhi dan
amplifikasi terjadi. Foton kemudian dibiarkan keluar melalui perforasi kecil di sebagian
reflektif cermin. Sinar yang muncul dari cahaya memiliki tiga karakteristik unik yang
memungkinkan itu akan dikirimkan kepada sasaran yang tepat dengan serat optik.1-3

Gambar 2. Prinsip laser resonator

2. Karakteristik Laser

Untuk mengetahui tentang dasar laser, terlebih dahulu perlu diketahui tentang fisika
laser, sinar laser merupakan sinar yang unik. Ada 3 sifat sinar laser yang menonjol yang
membuktikan keunikannya dan berbeda dari sinar biasa, yaitu:1-3

 Monokromatik; cahaya dari sumber laser mempunyai satu panjang gelombang


bergantung pada medium yang digunakan.
 Koheren; sinar laser berjalan dengan arah yang sinkron, sejajar (paralel), tidak
terbias.

 Kolimasi; gelombang elektromagnetik memiliki bentuk dan fase yang sama.

Salah satu keunikan sinar laser adalah karena sifat monokromatiknya sehingga energi laser
laser hanya diserap oleh kromofor spesifik organ target.

Halaman | 5
3. Sistem Laser

Sistem laser terdiri atas:1-3

1. Medium laser dapat berupa padat (Ruby), cair (zat warna organik) dan gas (Argon
dan CO2).

2. Ruang gema optik. Sebagai usaha untuk memperoleh cahaya koheren, dibutuhkan
satu ruang gema optik. Ruang ini merupakan tempat amplifikasi cahaya serta tempat
untuk menyeleksi foton, agar berjalan pada arah yang dikehendaki. Ruang gema
optik ini di bagian depan dibatasi oleh cermin yang mempunyai daya pantul terbatas
(partially reflecting mirror), sedangkan di bagian belakang juga terdapat cermin
dengan daya pantul total. Letak cermin sedemikian rupa sehingga cahaya dapat
berjalan sejajar dengan sumbu ruang gema optik. Di dalam ruang ini terdapat
medium laser yang biasanya berbentuk tabung atau batang.

3. Sumber energi, atau “pompa” dapat berupa listrik, mekanik, atau zat kimiawi.

Prinsip pembangkit laser menggunakan teori dasar atom. Normalnya semua atom berada pada
tingkat energi yang paling rendah. Keadaan tersebut dinamakan ground level. Bila energi luar
diabsorpsi oleh atom tersebut, elektron yang mempunyai tingkat energi tertentu menjadi tidak
stabil dan akan berubah ke tingkat energi yang lebih tinggi. Atom tersebut dalam keadaan
excited state. Atom yang dalam keadaan excited state ini bersifat sementara dan segera
kembali ke ground state dengan melepaskan photon. Kejadian tersebut dinamakan
spontaneous emission. Photon adalah energi sinar yang ditransmisikan ke dalam ruang dan
mempunyai panjang gelombang tertentu. Photon dari atom yang excited state tadi akan
menstimulasi atom excited state yang lain sehingga mengeluarkan photon yang identik dalam
hal energi, panjang gelombang dan frekuensi dan berjalan ke arah yang sama dan mempunyai
fase yang sama. Kejadian tersebut dinamakan stimulated emission of radiation, yang
mendasari terjadinya sinar laser.1-3

4. Interaksi Sinar Laser Dengan Jaringan

Untuk memahami bagaimana memilih laser yang ideal dari segudang perangkat yang tersedia
saat ini untuk pengobatan kondisi kulit penting untuk pertama memahami bagaimana cahaya
menghasilkan efek biologis dalam interaksi dengan kulit. Agar energi laser menghasilkan

Halaman | 6
efek apapun di kulit pertama kali harus diserap. Penyerapan adalah transformasi energi
radiasi (cahaya) ke bentuk energi yang berbeda (biasanya panas) oleh interaksi tertentu
dengan jaringan. Jika cahaya direfleksikan dari permukaan kulit atau ditransmisikan tanpa
adanya penyerapan, maka tidak akan ada efek biologis. Jika cahaya diserap secara tidak tepat
oleh sasaran atau kromofor di kulit maka efeknya juga akan tidak tepat. Hanya ketika cahaya
diserap secara tepat oleh komponen tertentu dari kulit yang akan ada efek. Sementara ini
mungkin terlihat sulit untuk secara akurat mengantisipasi, pada kenyataannya, hanya ada tiga
komponen utama kulit yang menyerap sinar laser: melanin, hemoglobin, dan cairan
intraseluler atau ekstraseluler. Produsen laser mengambil informasi ini dan merancang
perangkat teknologi saat ini yang menghasilkan cahaya yang mana warna atau panjang
gelombang yang tepat untuk secara tepat diserap oleh salah satu komponen kulit. Hal ini
meminimalkan cedera atas kulit normal sekitarnya.1,3

Sinar akan berinteraksi dengan jaringan melalui 4 cara, yaitu refleksi, absorbsi, berpendar
(scattering), dan transmisi. Refleksi adalah pemantulan sinar pada permukaan jaringan tanpa
masuk ke dalam jaringan. Sekitar 4-7% sinar direfleksikan pada stratum korneum. Jumlah
sinar yang direfleksikan meningkat sesuai dengan bertambah besarnya sudut sinar ketika
mengenai jaringan dan paling minimal saat sinar jatuh tegak lurus terhadap jaringan. Sinar
laser diabsorbsi oleh sel target yang spesifik (kromofor). Kromofor mengabsorbsi secara
selektif panjang gelombang tertentu, meskipun terdapat beberapa panjang gelombang yang
diabsorbsi secara tumpang tindih. Hal ini merupakan dasar utama penggunaan laser dalam
klinis.

Kromofor endogen terdiri atas melanin, hemoglobin, air dan kolagen, sedangkan kromofor
eksogen contohnya adalah tinta tato. Menurut hukum Grothus-Draper, sinar harus diabsorbsi
oleh jaringan untuk terjadinya efek pada jaringan. Absorbsi foton dari sinar laser
menimbulkan efek pada jaringan. Absorbsi energi oleh kromofor akan mengubah energi
tersebut menjadi energi termal. Pendaran (scattering) terutama disebabkan oleh struktur
heterogen dalam jaringan. Pada kulit terutama disebabkan karena kolagen dermis. Pendaran
sinar laser diperlukan untuk mengurangi secara cepat fluence yang diabsorbsi oleh kromofor
target dan juga menyebabkan efek klinis pada jaringan sekitar. Pendaran sinar laser akan
menurun dengan bertambahnya panjang gelombang. Namun aturan ini tidak berlaku untuk
sinar laser di luar daerah mid-infrared dalam spektrum elektromagnetik. Selanjutnya sebagian
sinar akan ditransmisi ke jaringan subkutan tanpa mempengaruhi jaringan yang dilewati dan

Halaman | 7
tidak mengubah komponen sinar. Semakin besar panjang gelombang, semakin banyak sinar
yang ditransmisikan karena pendaran sinar laser yang terjadi berkurang.1,3

Laser sejak tahun 1960 merupakan alat yang selalu dan perlu dipakai pada berbagai kelainan
kulit. Terdapat sekian banyak sistem laser kedokteran pada saat ini, tetapi semuanya
berdasarkan pada selective photo-thermolysis (SPTL) yaitu fototermolisis selektif yang
berarti memakai energi laser yang tepat, untuk secara selektif mengobati atau merusak khusus
jaringan saja dan tidak merusak jaringan yang lain di sekelilingnya. Sistem laser yang beredar
pada saat ini antara lain:1-3

1. Laser Ruby (panjang gelombang 684 nm). Merupakan laser pertama yang dibuat
pada tahun 1960 oleh T.H. Maiman. Laser Ruby diabsorpsi oleh pigmen biru dan
hitam oleh melanin di kulit dan rambut. Karena hanya menembus kurang dari 1
mm ke dalam kulit RL digunakan untuk lesi superficial. Karena afinitasnya yang
tinggi terhadap melanin dan kemungkinan risiko hipopigmentasi, RL tidak
direkomendasikan untuk pasien dengan tipe kulit gelap.

2. Laser argon (panjang gelombang 488 dan 514 nm). Sinar ini akan diabsorpsi bila
menyentuh kelainan kulit yang berpigmen dan mengeluarkan energi yang berupa
panas sehingga mengevaporasi pigmen tersebut. Laser argon berkemampuan
secara selektif menghilangkan pigmen yang berada dalam kulit. Indikasinya
adalah untuk telangiektasis, akne rosacea, granuloma piogenikum, keratosis
senilis, nevus pigmentosus, xantoma, lentigo, giant hairy nevus, tato dan lain-lain.

3. Laser CO2 (panjang gelombang 10.600 nm). Diabsorpsi sempurna oleh cairan dan
benda padat. Laser CO2 berkhasiat selain menghancurkan sel dapat pula
memotong kulit dan jaringan disebut sebagai “pisau sinar”. Perdarahan umumnya
sedikit oleh karena terjadi koagulasi sel-sel darah merah dan penutupan kapiler-
kapiler yang terpotong. Banyak dipakai oleh bagian bedah, THT, bedah saraf,
ginekologi, pediatri, dan bedah mulut. Dibagian kulit dipakai untuk lesi kulit jinak
seperti veruka, nevus, keratosis, laser kosmetik untuk resurfacing kerutan-kerutan
di kulit. Laser CO2 fractional photothermolysis telah terbukti efektif terhadap
mengobati banyak kondisi kulit yang sama dengan laser CO2 ablatif tradisional.
Beberapa studi telah menunjukkan karbon dioksida fractional photothermolysis
efektif terhadap rhytids, hiperpigmentasi post inflamasi, melasma, nevus Ota,
bekas luka hypopigmentasi dan hiperpigmentasi, dyschromia, laser-induced

Halaman | 8
hipopigmentasi dan hiperpigmentasi, dan poikiloderma Civatte. Laser CO2
fractional ultrapulsed telah terbukti sangat efektif terhadap bekas luka pasca
trauma dan patologis. Selain itu, perangkat laser CO2 fractional telah terbukti
memperbaiki rhytids periorbital dengan mengencangkan kulit danelevasi dari alis.

4. Laser Nd Yag (panjang gelombang 1064 nm). Nd:YAG adalah singkatan dari
neodymium: yttrium-aluminum-garnet (Y3Al5O12). Dapat menembus hingga 2 -
3 mm ke dalam dermis sehingga cocok untuk pigmentasi yang lebih dalam di
dermis. Laser ini dapat digunakan dalam bidang kedokteran kosmetik untuk laser
hair removal dan pengobatan untuk defek vascular minor seperti spider vein pada
wajah dan lengan. Akhir-akhir ini juga digunakan untuk diseksi selulitis, penyakit
kulit yang jarang biasanya didapatkan pada kulit kepala. Umumnya dibutuhkan 4-
8 sesi untuk menghilangkan sebagian besar lesi, dengan interval 2-6 bulan antara
sesi. Lesi akan berlanjut menghilang selama waktu ini, mungkin karena melanofag
membersihkan melanin yang berasal dari melanosit sasaran. Kekambuhan dapat
terjadi pada 0,6-1,2 % pasien yang lesinya sudah hilang sempurna, mungkin
karena sisa melanosit yang awalnya tak mengandung cukup melanin untuk
eradikasi. Antara panjang gelombang 630 dan 1.100 nm absorpsi sinar laser oleh
melanin lebih kuat dari pada oleh hemoglobin, juga penetrasi laser ke dermis yang
efektif. Laser lebih baru mempunyai spot size lebih besar yang memungkinkan
penetrasi lebih dalam, sehingga meminimalkan percikan jaringan (tissue splatter)
dan mencegah perubahan tekstur.

5. Laser PDL = Pulse Dye Laser (panjang gelombang 577-585). Sebagai medium
laser di pakai zat warna rodamin. Dipakai terutama pada lesi vaskuler seperti
spider vein, PWS dan lain-lain. Pulsed Dye Laser, atau PDL menggunakan sorotan
sinar yang terkonsentrasi yang menargetkan pembuluh darah di kulit. Cahaya
diubah menjadi panas, menghancurkan pembuluh darah sementara kulit di
sekitarnya utuh. Laser menggunakan cahaya kuning, yang sangat aman dan tidak
mengakibatkan kerusakan kulit jangka panjang.

Di samping jenis-jenis laser yang disebut di atas terdapat bermacam-macam jenis lain namun
jarang digunakan, misalnya laser KTP = Potassium-Titanyl-Phosphate, laser Excumer, Ho
yang laser untuk litotripsi danprostat, laser Alexandrite, laser Copper-Vapor (CVL) dan laser
diode.

Halaman | 9
5. Keamanan Laser3

Laser pada umumnya mempunyai bahaya intrinsik. Yang paling sensitif terhadap sinar laser
adalah mata. Kita harus berhati-hati menggunakannya, terutama laser CO 2, jangan sampai
langsung mengenai mata karena dapat langsung merusak retina dan kornea. Sinar laser
bersifat kolimasi, yaitu berjalan parallel, sehingga sinar mata akan memfokuskan sinar ini ke
suatu tempat di retina. Laser energy rendah sekalipun, bila berfokus dapat menyebabkan
kerusakan.

Jaringan lain yang sensitif terhadap laser adalah kulit, penyinaran laser voltase tinggi dapat
menyebabkan kombusio di kulit. Selain itu dapat menyebabkan kebakaran.

Mengingat hal-hal tersebut langkah pengamanan harus diambil, yakni:

 Cedera pada mata dihindari dengan memakai kacamata khusus pelindung mata untuk
dokter, petugas, dan pasien

 Alat-alat bedah yang dapat memantulkan sinar harus disingkirkan


 Pengamanan instalasi listrik

Selain itu pada pintu kamar laser perlu dipasang tanda peringatan bahaya laser.

6. Laser Energi (Intensitas) Rendah

Di samping laser energy tinggi, terdapat laser energi rendah. Pengobatan dengan laser energi
rendah. Pengobatan dengan laser energi rendah dikenal dengan nama:1

 Low Level Laser Therapy (LLLT)


 Low Intensity Laser Irradiation (LILI)
 Low Power Laser Radiation (LPLR)
 Low Power Laser Therapy (LPLT)

Untuk pengobatan laser tenaga rendah digunakan berbagai macam laser dengan panjang
gelombang 660 nm – 880 nm, yakni laser Hene 632,8 nm, laser diode dengan medium Ga Al
As (Galium-Alumunium Arsenid) 830 nm. Dasar pengobatan laser tenaga rendah adalah
biostimulasi yaitu stimulasi untuk mempercepat respons fisiologis sel dan jaringan.

Halaman | 10
Pada saat ini manfaatnya sangat nyata, dan perkembangannya sangat pesat. Pada
penyembuhan luka kronis di kulit misalnya, biasanya dipengaruhi oleh pembentukan jaringan
granulasi, epitelisasi, dan keadaan trofik kulit setempat. Biostimulasi dengan laser tenaga
rendah ternyata dapat mempercepat penyembuhan luka karena memiliki respons stimulasi
berupa:1

 Proliferasi fibroblast
 Angiogenesis, neovaskularisasi
 Pembentukan jaringan kolagen meningkat
 Daya fagositosis sel leukosit meningkat
 Epitelisasi

Energi yang dipakai pada laser tenaga rendah sangat sedikit, yaitu antara 10 m watt – 60 m
watt, power density yang diserap hanya berkisar antara 1-4 joule/m2.

Indikasi laser tenaga rendah:1

 Ulkus yang sukar sembuh, misalnya ulkus varikosum, ulkus diabetikum terutama pada
kaki dengan angiopati, ulkus kusta, dan ulkus dekubitus

 Radionekrosis
 Alopesia areata
 Herpes zoster, herpes simpleks
 Neuralgia pasca-herpes

PENGGUNAAN LASER DALAM TERAPI KULIT

Laser Vaskuler1,4

Halaman | 11
Beberapa laser dan sistem cahaya yang tersedia untuk pengobatan lesi vaskular. Laser yang
digunakan saat ini meliputi:

• Pulsed dye laser (PDL) 585, 595 nm


• Potassium-titanyl-phosphate (KTP) laser 532 nm
• Long-pulsed Alexandrite laser 755 nm
• Long-pulsed neodymium-doped:yttrium aluminum garnet (Nd:YAG) laser 1,064 nm
• Copper vapour laser 578 nm
• Intense Pulsed Light (IPL) Sources 515–1,200 nm
• Photodynamic therapy

Tujuan dari penatalaksanaan menggunakan laser pada lesi vaskular adalah adanya
penghancuran pembuluh darah yang selektif sehingga meminimalkan cedera termal
perivaskular. Namun untuk mencapai hal ini, operator harus memilih perangkat pemancar
panjang gelombang yang tepat mencapai kromofor dan secara selektif diserap. Operator akan
memilih durasi pulsa dengan tujuan membatasi energy laser ke target. Membatasi fluence ke
kromofor akan memungkinkan penghancuran target tanpa merusak jaringan perivaskular,
sehingga membatasi efek samping. Pendinginan epidermis memungkinkan penggunaan
fluence tinggi untuk mendapatkan hasil yang lebih baik dan lebih nyaman dan perawatan
yang lebih aman.

Indikasi laser vaskuler, yaitu:1


 Port wine stains
 Hemangiomas
 Facial telangiectasias and erythema
 Leg veins and telangiectasias
 Scars
 Verrucae
 Psoriasis and other inflammatory skin conditions, e.g. granuloma faciale 
Others: o Spider nevi/angiomas o Angiofibromas o Cherry angiomas o
Venous lakes o Angiokeratomas o Striae rubra o Poikiloderma of Civatte

1. Port Wine Stain (PWS)

Halaman | 12
Sinar kuning pada Pulsed-dye Laser (PDL) 577-595 nm memungkinkan penargetan
selektif pada malformasi kapiler ini. Pengobatan dini mungkin bermanfaat. PWS berwarna
merah atau pink biasanya merespon lebih baik daripada lesi berwarna ungu. Beberapa PWS
mungkin dapat kambuh kembali setelah perbaikan awal. KTP (frequency-doubled Nd:YAG) di
532 nm, long-pulsed Alexandrite laser di 755 nm dan long-pulsed Nd:YAG laser pada 1064
nm pernah digunakan untuk mengobati PWS yang resisten. Risiko cedera epidermal yang
mengakibatkan terbentuknya jaringan parut atau dyspigmentation mungkin lebih tinggi
dengan laser ini daripada kedua generasi long-pulsed PDL. Long-pulsed Nd:YAG laser tepat
untuk PWS yang besar sekali atau PWS varises yang tidak menanggapi perawatan PDL
konvensional. Intense pulsed light (IPL) dalam pengobatan PWS yang resisten di terima.

Gambar 3 . Port wine stain

2. Capillary Hemangiomas (CH)


Proliferatif CH merupakan lesi yang rumit bila ditemukan pada wajah, dekat mata
atau orang-orang dengan potensi dapat menyebabkan gangguan pernapasan, tatalaksana
terbaik adalah dengan propranol oral. Peran PDL pada lesi yang rumit diatas masih
kontroversial. CM yang mengalami ulserasi dapat ditatalaksana dengan PDL dan ini dapat
mengurangi rasa nyeri yang disebabkan oleh ulserasi.

Halaman | 13
Gambar 4. Capillary Hemangioma

3. Facial Telangiectasia and Erythema


PDL dan KTP laser paling sering digunakan untuk telangiectasia wajah. Purpura yang
disebabkan oleh PDL berlangsung selama 7-10 hari. Bila tidak ingin terbentuknya purpura
dapat digunakan long-pulsed PDL tetapi mengurangi khasiat. KTP laser sangat efektif dalam
pengobatan telangiectasias wajah tetapi membawa risiko terbentuknya jaringan parut yang
lebih tinggi daripada PDL.

Gambar 5. Facial telangiectasis

Halaman | 14
4. Leg Veins and Telangiectasia
Skleroterapi merupakan pengobatan andalan untuk telangiectasias kaki. Vena yang
terlalu kecil untuk disuntikkan dapat diobati dengan laser. KTP, Alexandrite, Diode dan
longpulsed PDL serta Nd: YAG laser semuanya dapat digunakan untuk mengobati pembuluh
darah telangiectasia kaki hingga ukuran 1 mm. Berdasarkan kedalaman penetrasi, KTP hanya
akan mengobati telangiectasias paling dangkal. Long-pulsed Nd: YAG menembus bagian
terdalam tetapi memiliki daya serap hemoglobin yang relatif miskin.

Gambar 6. Leg telangiectasis

5. Scars and Keloid


PDL dapat memperbaiki penampilan klinis, tekstur permukaan, kelenturan kulit dan
hipertofi akibat garukan. Bekas luka kurang dari 1 tahun memiliki respon yang lebih baik.

Beberapa pasien dengan keloid mendapatkan manfaat dari kortikosteroid intralesi dan PDL.

Gambar 7. Keloid

Halaman | 15
6. Verrucae
Pengobatan laser pada veruka lebih berhasil daripada pengobatan konvensional.
Dengan demikian, laser umumnya dicadangkan untuk pasien dengan veruka yang telah
refrakter terhadap pengobatan lainnya. Mekanisme PDL dalam pengobatan veruka adalah
dengan pemusnahan pembuluh darah secara selektif.

Gambar 8. Verrucae

7. Psoriasis
Selain excimer laser 308 nm, PDL juga terbukti efektif dalam pengobatan psoriasis.
Tidak seperti laser excimer, yang menargetkan pada proliferasi sel, PDL menargetkan pada
perluasan papillaries dermal pada plak psoriasis. Penatalaksanaan berulang pada kasus plak
psoriasi yang luas membuat modalitas ini kurang menarik dalam pengelolaan rutin psoriasis.

Gambar 9. Psoriasis

Halaman | 16
8. Other indications
 Spider nevi/angiomas – Perbaikan didapatkan setelah satu sampai dua sesi dari
PDL atau KTP laser.

 Angiofibromas – Lesi makula tanpa komponen fibrosis yang signifikan merespon


baik dengan PDL. Lesi papular merespon lebih baik dengan laser ablatif.

 Cherry angiomas – PDL dan long-pulsed Nd:YAG laser dapat memberikan


resolusi yang baik.

 Venous lakes – Jika tebal, mungkin tidak respon dengan PDL, long-pulsed Nd:
YAG Laser dapat dipertimbangkan.
 Angiokeratomas – seperti cherry angioma
 Striae rubra – PDL dapat membawa perbaikan sederhana
 Poikiloderma of Civatte – dengan PDL menghasilkan efek yang bervariasi.
Menggunakan fluence tinggi pada PDL dapat mengakibatkan depigmentasi.
Beberapa penulis telah melaporkan keberhasilan yang sangat tinggi dan insiden
efek samping yang rendah dengan IPL.

Kontraindikasi1
• Infeksi aktif misalnya herpes simpleks
• Recent tan
• Kehamilan
• Dysmorphophobia
• pengobatan Isotretinoin
• Cryoglobulinemia
• Cold urticaria
• Skin fragility disorders
• Antiplatelet dan obat antikoagulan (risiko purpura berkepanjangan)

Komplikasi
• Blistering in the immediate post-operative period
• Edema
• Crusting
• hiperpigmentasi Post-inflamasi
• hipopigmentasi Post-inflamasi

Halaman | 17
• Jaringan parut

Terapi Laser pada Spider Veins1,5

Peningkatan tekanan vena menyebabkan pelebaran vena kaki membentuk varises atau spider
veins. Hilangnya tonus otot polos menyebabkan insufisiensi katup atau yang lebih jarang
terjadi yaitu trombosis vena lebih dalam dapat menjadi konsekuensi. Pengobatan pilihan
untuk menghilangkan spider veins kaki adalah dengan skleroterapi, meskipun penggunaan
teknologi laser juga aman dan relatif mengurangi rasa sakit.

Indikasi
1. Meskipun skleroterapi merupakan pengobatan pilihan untuk telangiectasia kecil, namun
beberapa juga ada yang menggunakan IPL atau laser sebagai pengobatan utama.

2. Laser dapat digunakan sebagai pengobatan utama dalam contoh berikut:


• Malformasi arteriovenous
• Pembuluh darah < 1-2 mm yang resisten terhadap skleroterapi dan anyaman
telangiectatic yang dapat terjadi pasca-skleroterapi

• Microtelangiectasias non-cannulizable
• Telangiectasias timbul dari anastomosis arteriovenosa atau arteriol terminal, yang
dapat diobati tanpa mempertimbangkan tekanan hidrostatik yang mendasari

• Pasien rentan terhadap hiperpigmentasi pasca-prosedural karena iritasi kimia dari


dinding pembuluh darah yang disebabkan oleh sclerotherapy

• Pasien yang khawatir tentang alergi terhadap sclerosant, tusukan jarum, atau
kompetensi praktisi pemula

• Daerah seperti kaki atau pergelangan kaki


• Superficial vascular ectasias (deep purple venous lakes and cherry angiomas)

Kontraindikasi

A. Absolut
• Infeksi lokal aktif.
• Penyakit kulit photo-aggravated dan kondisi medis.

B. Relatif

Halaman | 18
• Jika pasien memiliki psoriasis, vitiligo tidak stabil, keloid, atau mengkonsumsi
isotretinoin.

• Tekanan tinggi vena retikuler: telangiectasias kaki sering dikaitkan dengan vena
retikuler yang bertekanan tinggi. (pengecualian pada laser 1064 nm)

• Pasien dengan obstruksi aliran vena

Komplikasi

• Pembuluh darah pecah menyebabkan terbentuknya purpura, yang biasanya terkait


dengan long-term (months) hyperpigmentation

• Perubahan pigmen pasca operasi dapat terjadi. Pada pasien dengan jenis kulit yang
lebih gelap, mungkin butuh 4-6 bulan.

• Perhatian pada wilayah malleolar


• Beberapa pasien mengalami peradangan yang parah.
• Ulserasi dapat terjadi.
• Kemungkinan dyspigmentation atau jaringan parut.

Terapi Laser pada Lesi Berpigmen1

Terapi laser pada lesi berpigmen merupakan cara yang sangat efektif dalam
menghilangkan lesi dan tidak menarik lesi pada kulit. Namun, seperti pengobatan yang
lainnya, terdapat pertimbangan penting baik untuk memastikan efektivitas maksimal
pengobatan dan juga untuk mencegah hasil yang merugikan berpotensi merusak. Kemampuan
untuk menargetkan melanin sebagai kromofor dan kehadirannya di epidermis dalam kondisi
kulit yang umum seperti lentigo memungkinkan untuk hasil kosmetik yang memuaskan.

Indikasi :

 Solar Lentigines
 Lentigo Simplex
 Café-au-lait Macules (CALMs)
 Nevus Spilus
 Seborrheic Keratoses
 Dermatosis Papulosa Nigra

Halaman | 19
 Post-inflammatory Hyperpigmentation
 Melasma
 Becker’s Nevus
 Melanocytic Nevi
 Nevus of Ota or Nevus of Ito
 Medication-induced Pigmentation
 Tattoo Pigment

Kontraindikasi

A. Absolut
a. Penyakit kulit yang diperberat oleh sinar dan penyakit sistemik, misalnya SLE
b. Pengobatan pada daerah dengan infeksi kulit yang aktif, misalnya herpes labialis,
infeksi stafilokokus, dll

c. Vitiligo dan psoriasis. Koebnerisasi sering terjadi pada pasien vitiligo dan psoriasis,
sehingga lesi dapat muncul pada daerah trauma akibat panas yang dihasilkan oleh
sinar laser.

B. Relatif
a. Keloid dan kecenderungan terjadinya keloid.
b. Pasien dalam pengobatan dengan isotretinoin.
c. Riwayat herpes simpleks atau herpes dengan risiko reaktivasi yang tinggi.
d. Pasien yang tidak kooperatif atau memiliki pengharapan yang tidak realistis.

Komplikasi:

• Reaksi bulosa (pembentukan vesikel) dapat berkembang pada pengobatan agresif pada
lesi kulit yang lebih dalam, terutama jika Fluence terlalu tinggi.

• Hiperpigmentasi dapat diamati dengan perawatan laser tato.


• Pupura mungkin terbentuk setelah menggunakan laser pulsed-dye, yang umumnya
bersifat sementara dan diminimalkan dengan laser modern.

• Anafilaksis telah dilaporkan pada perawatan laser tato kosmetik, mungkin karena
pelepasan komponen antigenik dari pigmen tato

Halaman | 20
Laser Tatoo Removal1,4,5

Laser QS

Laser QS merupakan pilihan terbaik yang digunakan untuk menghilangkan tato saat ini ; tiga
jenis utama dari laser QS adalah ruby (694 nm), Alexandrite (755 nm), dan
neodymium:yttrium-alumunium-garnet (Nd: YAG) laser (1.064 nm dan frekuensi dua kali
lipat pada 532 nm). Penghancuran tato dengan menggunakan laser berlandaskan pada teori
photothermolysis selektif. Berbagai kromofor di kulit, seperti air, hemoglobin, melanin, atau
pigmen eksogen, masing-masing menyerap panjang gelombang cahaya tertentu. Ketika laser
memancarkan panjang gelombang cahaya yang menargetkan kromofor tertentu, energi yang
diserap oleh kromofor akan diubah menjadi panas, sehingga menghancurkan target kromofor
tersebut dan juga dapat menyebabkan jaringan disekitarnya menjadi rusak .

Indikasi
Laser QS ruby (694 nm) memancarkan cahaya merah, yang diserap dengan baik oleh pigmen
tato biru hitam dan gelap. Tipe laser ini juga cocok untuk menghapus tato amatiran dan tato
profesional berwarna gelap. Laser Nd:YAG dapat memancarkan panjang gelombang 1.064
atau 532 nm. Seperti QS ruby, laser ini efektif untuk menghilangkan tato berwarna hitam dan
tato biru tua, dan tidak begitu efektif untuk mengobati tato berwarna cerah. QS Nd: YAG
(1.064 nm) lebih cocok untuk mengobati tato pada individu yang berkulit gelap dan sebagai
laser yang memiliki gelombang yang lebih panjang memungkinkan untuk menargetkan
pigmen di lapisan dermis. Seperti QS ruby dan QS Nd: YAG, jenis laser Alexandrite bekerja
dengan baik untuk pigmen hitam dan pigmen biru. Alexandrite juga terbukti efektif untuk
pigmen hijau. Pada pasca-pengobatan, efek samping yang dapat terjadi adalah timbulnya
hipopigmentasi mengingat bahwa 755 nm panjang gelombang dapat diserap oleh pigmen
melanin epidermis. Laer QS ruby memiliki tingkat keberhasilan tertinggi tetapi juga insiden
tertinggi timbulnya hipopigmentasi.

Kontraindikasi

Halaman | 21
• Isotretinoin - penggunaan laser masih kontroversial dengan individu yang
menggunakan isotretinoin dalam jangka waktu bulan terakhir, karena berpotensi untuk
timbulnya jaringan parut dan pembentukan keloid setelah terapi laser.
• Garam emas - Chrysiasis dapat disebabkan oleh kombinasi penggunaan garam emas
dan paparan sinar UV. Dengan demikian, pasien yang telah diobati dengan garam
emas untuk gangguan reumatologi atau penyakit lain harus diperingatkan pada risiko
dari chryiasis dalam penggunaan laser QS. Laser QS juga dilaporkan menyebabkan
hiperpigmentasi lebih lanjut dalam pasien dengan chrysiasis.

Prosedural Teknik / Pertimbangan


Konsultasi Pasien
• Pasien harus dinasihati untuk memiliki ekspestasi yang relaistis mengenai waktu,
biaya, mungkin hal yang merugikan yang akan terjadi, dan hasil dari laser tato.
Penghapusan tato akan memerlukan beberapa pengobatan. Tato mungkin tidak
sepenuhnya dihapus, mungkin tidak merespon, atau mungkin menjadi lebih gelap.

Sebelum Pengobatan
• Pasien berkulit gelap dapat diobati dengan bleaching agent, seperti hydroquinone
dikombinasikan dengan topikal steroid atau retinoid, sebelum pengobatan dalam
upaya untuk mengurangi kemungkinan laser menargertkan pada epidermal melanin.

• Kulit harus dibersihkan dan bebas dari kosmetik atau produk perawatan kulit yang
dapat mengganggu penyerapan sinar laser.

Selama Pengobatan
• Anestesi lokal harus diberikan untuk mengurangi rasa sakit pada penghapusan tato.
Lidokain intradermal, Anestesi topikal seperti EMLA (lidocane 2,5% dengan
prilocaine 2,5%).

• Clear hyidrogel dressings (Vigilon) dapat diterapkan sebelum perawatan untuk


mengurangi perpindahan panas dan dengan demikian melindungi epidermis.

• Pada akhir pengobatan harus dilakukan pemutihan pada tato.

Halaman | 22
Setelah Pengobatan
• Perawatan luka yang tepat sangat penting untuk mengoptimalkan hasil dari kosmetik
• Perlindungan dari sinar matahari yang ketat harus dilakukan untuk beberapa bulan
setelah pengobatan.

Komplikasi
• Paradoxical Darkening – Dapat terjadi segera setelah pengobatan dengan Laser QS.
Hal ini dianggap merupakan reaksi sekunder untuk oksida besi dan titanium dioksida
yang terkandung pada pigmen tato tertentu. Ferri oksida akan dikonversi menjadi
oksida besi, yang hitam legam, dan Ti 4+ untuk Ti 3+, yang berwarna biru-hitam,
setelah pengobatan dengan Laser QS.

• Hipopigmentasi – Dapat terjadi terutama dengan gelombang pendek panjang laser QS.
Hipopigmentasi dapat diobati dengan laser lainnya, seperti 308 nm xenon-chloride.
• Hiperpigmentasi dapat terjadi dan lebih berisiko pada warna dengan kulit lebih gelap.
• Reaksi alergi – Pigmen dari tato dapat menyebabkan reaksi alergi pada kulit. Pigmen
merah yang mempunyai kandungan cinnabar didalamnya adalah pigmen yang paling
sering menyebabkan reaksi alergi seperti timbulnya sisik pruritus pada kulit yang
terkena reaksi alergi.

Laser Hair Removal1,3

Laser hair removal adalah salah satu tindakan non prosedur bedah yang paling umum
dilakukan di Amerika Serikat. Laser yang digunakan untuk Laser hair removal meliputi:
( 694 nm) Ruby laser, ( 755 nm ) Alexandrite laser , (800 nm ) dioda laser, 1.064 nm doped
Neodymium: aluminium garnet yttrium (Nd: YAG) laser, intens berdenyut cahaya (IPL), dan
radiofrequency. Laser hair removal memberikan hasil pengurangan laju pertumbuhan dari
rambut secara permanen dan tidak akan menimbulkan penghilangan rambut secara total.
Hasil dari terapi dapat dilihat setelah 1-3 bulan setelah pengobatan. Setelah terapi dengan
laser, pertumbuhan dari rambut akan menjadi lebih halus, dan lebih menyerupai velus
rambut. Cara kerja Laser hair removal menggunakan prinsip dari fototermolisis selektif,
dengan melanin yang berfungsi sebagai target kromofor. Laser hair removal dapat juga

Halaman | 23
membantu untuk meningkatkan efek tak diinginkan dari kondisi seperti Pseudofolliculitis
barbae.

Indikasi
• Pengurangan dari rambut yang tidak diinginkan
• Kondisi medis di mana pertumbuhan rambut yang berlebihan
• Laser hair removal telah terbukti paling aman dan efektif pada pasien dengan kulit
yang putih dan gelap, karena kemampuan panjang gelombang yang lebih selektif
menargetkan melanin dalam folikel rambut.

Kontraindikasi
- Tidak dapat mentolerir dari terapi cahaya, seperti:
o Pasien dengan gangguan kejang yang dapat dipicu oleh cahaya o
Pasien dengan riwayat SLE o Pasien dengan riwayat light
sensitivity disorder

- Infeksi lokal yang aktif


- Hamil
- Pasien dengan adanya tato di daerah yang akan diberikan laser, harus diedukasi bahwa
perubahan warna tato mungkin dapat terjadi.

Komplikasi
Efek samping yang diharapkan:
- Nyeri (ringan sampai sedang)
- Eritema
- Perifollicular edema
Efek samping yang tidak diharapkan:
- Dispigmentasi sementara
- Blistering
- Crusting
- Infeksi
- Timbul jaringan parut
- Hypertrichosis

Halaman | 24
Skin Resurfacing1,4
Skin Resurfacing mengarah pada penghapusan lapisan luar photodamaged skin untuk
merangsang re-epitelisasi lapisan epidermal dan neocollagenosis dermal. Kebutuhan dari
resurfacing sendiri mungkin karena kulit yang sudah mengalami proses penuaan, paparan
sinar matahari, luka bakar, radiasi, trauma, faktor keturunan dan faktor gaya hidup lainnya
yang dapat mencakup konsumsi alkohol dan rokok. Tindakan pelapisan kulit dan jaringan
termasuk dalam proses termal, mekanikal atau kemikal yang berarti menggantikan kulit yang
rusak dengan lapisan epidermis dan dermis yang sehat.

Indikasi

Traditional Ablative Resurfacing

• Pasien yang memiliki kulit keriput dengan derajat sedang hingga berat pada daerah
periorbital dan perioral.

• Tanda-tanda signifikan dari Photodamage o Actinic keratosis o Actinically damaged


skin

• Bekas jerawat yang parah

Non-ablatif Fractional Resurfacing (NAFR)

• Photoaging dengan derajat ringan hingga sedang pada setiap lokasi di tubuh dengan
pengaturan yang sesuai.

• Kulit keriput yang derajatnya masih baik


• Mild dyschromia
• Guratan - bekas luka atrofi, bekas jerawat ringan, bekas luka hipertrofik, traumatis dan
bekas luka bakar.

• Striae
• Melasma
• Poikiloderma of Civatte

Halaman | 25
Ablative Fractional Resurfacing (AFR)

• Photoaging dengan derajat sedang hingga berat o Wajah, leher, dada dan tangan.

• Kulit keriput dengan derajat sedang hingga berat


• Moderat dyschromia
• Dermatochalasis, festooning
• Keratosis seboroik
• Hiperplasia sebasea

Gambar 10 . Hasil dari laser resurfacing

Kontraindikasi

Traditional Ablative Resurfacing

• Infeksi Aktif
• Kelainan Appendageal
• Elektrolisis luas, radiasi, penyakit autoimun (skleroderma), Graft versus host disease,
atau pencangkokan kulit setelah terkena trauma bakar

NAFR dan AFR

• Masih dalam masa terapi penggunaan Isotretinoin selama 6 bulan


• Infeksi Aktif

Halaman | 26
• Harapan yang tidak realistis atau ketidakmampuan untuk mematuhi pasca instruksi
operasi

• Ibu hamil dan menyusui

Komplikasi

• Infeksi virus seperti herpes simpleks atau herpes zoster.


• Infeksi bakteri S. aureus (paling umum), MRSA dan pseudomonas.
• Infeksi jamur atau ragi (candida)
• Hipopigmentasi dari tindakan Traditional ablative resurfacing.
• Telangiektasia
• Irritant atau dermatitis kontak
• Pruritus
• Nyeri selama prosedur
• Timbulnya Jaringan parut

Lasers untuk Jaringan Parut1-3

Jaringan parut dihasilkan dari kerusakan pada kulit yang disebabkan oleh trauma atau proses
penyakit. Jaringan parut lainnya dapat disebabkan karena jerawat, kontraktur atau luka bakar.
Ketika proses luka normal berubah , pembentukan jaringan parut abnormal terjadi. Jaringan
parut walaupun tidak menimbulkan resiko kesehatan yang signifikan , tetapi dapat
mengganggu kosmetik dari pasien. Jaringan parut dapat diklasifikasikan sebagai atrofi,
normotrofi atau hipertrofi tergantung dari penampakan fisiknya. Jaringan parut atrofi
termasuk : epidermal dan dermal atrofi, panatrofi atau striae disensae

Mekanisme laser yang bekerja dalam mengobati jaringan parut hipertrofik dan keloid belum
terlalu jelas walaupun ada prinsip utama proliferasi pembuluh darah dan perannya dalam
pembentukan jaringan parut.

Halaman | 27
Indikasi

• klasifikasi dan diagnosis yang komprehensif dari jaringan parut termasuk : warna,
supli pembuluh darah, tekstur, luas permukaan, ketebalan dan tinggi, dan kelembutan

• Pasien telah gagal dengan terapi lainnya atau pasien memilih untuk tidak menjalani
terapi lainnya

• Tergantung dari tipe laser yang digunakan , pasien dengan tipe kulit (I-III) lebih
responsive dengan pengobatan

• Jaringan parut yang sebelumnya pernah diobati lebih sulit untuk diterapi dan
membutuhkan parameter laser yang sesuai.

• Tujuan realistis dan ekspektasi, tidak ada terapi yang sempurna dan pasien seharusnya
mengerti bahwa mereka membutuhkan multipel terapi . Dokter seharusnya
menganjurkan pasien untuk patuh dengan follow up yang sudah disepakati untuk
meminimalisir kemungkinan terjadinya komplikasi.

Gambar 11. Hasil dari penggunaan laser dalam mengobati jaringan parut

Halaman | 28
Kontraindikasi

• Sedang terinfeksi
1. Pasien harus bebas dari infeksi sebelumnya untuk memulai terapi laser
2. Laser terapi yang diberikan pada kulit yang terinfeksi menyebabkan penyebaran
infeksi

• Sedang mengalami penyakit inflamasi


1. Inflamasi pada kulit dapat menghambat efektivitas pengobatan dan mengganggu
proses penyembuhan

Komplikasi

• Purpura
1. Sering dilaporkan sebagai efek samping
2. Muncul segera dan berlangsungn selama 1 minggu
• Nyeri selama pengobatan
• Gejala lain, rasa terbakar, gatal
• Perubahan pigmen pasca inflamasi

Lasers untuk Acne1,5

Dalam dekade terakhir, penggunaan laser dan cahaya untuk mengobati jerawat mengalami
perkembangan dramatis karena khasiat dan efeknya yang minimal. Pengobatan ini
menargetkan pada bakteri propionibacterium acnes, mengurangi inflamasi dan mengurangi
aktivitas kelenjar sebasea. Panjang gelombang yang pendek menargetkan bakteri P.acnes
sementara panjang gelombang yang panjang menargetkan kelenjar sebasea.

a. Blue light (405-470 nm)

Halaman | 29
Irradiasi cahaya biru diketahui adalah terapi yang efektif untuk pengobatan acne vulgaris.
Menggunakan cahaya biru (405-470 nm) untuk menghancurkan P.acnes. Pasien tanpa lesi
nodulokistik adalah kandidat yang paling baik untuk diberi irradiasi cahaya biru.

b. Red light phototherapy (600-650 nm)

Cahaya merah telah diteliti untuk mengaktifkan porfirin yang dihasilkan oleh P.acnes dan

akibatnya mengurangi proses inflamasi. Prosedur ini ditoleransi dengan baik, aman dan

efektif. c. Intense pulsed light

d. Photopneumatic devices
e. Photodynamic therapy
f. Pulse dye laser (585 and 595 nm)
g. KTP laser (532 nm)
h. 1,450 nm Diode laser
i. Erbium Glass laser (1,540 nm)
j. Nd: YAG Laser (1,320 nm)
Indikasi

a. Pasien yang kontraindikasi dengan terapi lain (topical dan/ atau obat oral)
b. Kegagalah pengobatan topical atau oral
c. Pasien mencari hasil yang cepat
d. Pasien dengan inflamasi jerawat

Kontraindikasi

a. Kehamilan
b. Riwayat penyembuhan luka yang buruk
c. Pasien minum obat yang menyebabkan sensitivitas cahaya
d. Pasien menggunakan retinoid oral dalam waktu 6 bulan
e. Pasien rentan terhadap jaringan parut keloid
f. Pasien dengan atau yang memiliki kecenderungan untuk mengembangkan perubahan
warna kulit

g. Adanya infeksi local

Halaman | 30
Komplikasi

a. Eritema dan edema yang tahan lama


b. Memar
c. Post inflammatory hyperpigmentation
d. Pustule
e. Infeksi

Penggunaan Laser untuk Pengobatan Psoriasis dan Vitiligo1

Psoriasis telah lama secara efektif diatasi dengan berbagai modalitas fototerapi. Eritema dosis
minimal (MED), adalah dosis terendah cahaya yang diperlukan untuk menyebabkan eritema
pada kulit non-target. Penggunaan laser telah memberikan cara untuk mengelola fototerapi
langsung ke lesi plak, karena menghindari kulit non-target dan memungkinkan untuk dosis
yang lebih tinggi dari cahaya. Laser excimer yang paling banyak digunakan untuk tujuan ini,
memberikan cara untuk memberikan dosis yang ditargetkan cahaya 308- nm untuk psoriasis.
Laser memanfaatkan konsep "supra-erythemogenic photo-therapy," di mana dosis
dioptimalkan secara signifikan lebih tinggi dari MED kulit non-psoriatik. Karena laser
diterapkan khusus untuk kulit psoriasis, yang mampu mentolerir dosis jauh lebih tinggi dari
cahaya.

Demikian pula, laser excimer telah menjadi pilihan terapi untuk pasien dengan vitiligo.
Walaupun PUVA dan NB-UVB telah memiliki beberapa keberhasilan dalam mengendalikan
perkembangan depigmentasi, dan kadang-kadang menyebabkan repigmentation, terapi laser
telah mendapatkan reputasi untuk mengobati vitiligo lokal mungkin lebih efektif daripada
PUVA atau NB-UVB.

Namun, bentuk pengobatan membawa risiko iritasi dan terbakar pada kulit non psoriasis,
yang secara teoritis dapat menyebabkan photoaging dan insiden yang lebih tinggi dari kanker
kulit. Yang paling efektif untuk psoriasis adalah laser excimer. Ini adalah laser gas yang

Halaman | 31
memanfaatkan media xenon-klorida, yang menghasilkan sinar UV pada panjang gelombang
308 nm.

Dibandingkan dengan fototerapi seluruh tubuh, yang umumnya membutuhkan sekitar 20-30
pengobatan, laser excimer 308 nm yang hanya membutuhkan enam sampai sepuluh
perawatan. Meskipun tidak ada pedoman khusus, perawatan laser muncul paling praktis
untuk psoriasis lokal dengan luas permukaan tubuh yang terkena (BSA) kurang dari 10%.
Selain itu, dengan menggunakan laser excimer dalam kombinasi dengan terapi topikal, atau
bahkan sistemik berpotensi dapat menyebabkan penyembuhan lebih cepat dan lebih luas.

Vitiligo adalah gangguan depigmentasi yang mempengaruhi 0,1-2% dari populasi dunia.
Sama seperti psoriasis, vitiligo dapat memiliki dampak nyata pada kualitas hidup dan
kesehatan psikologis, yang sering menimbulkan perasaan malu berpotensi menyebabkan
isolasi sosial, dan berhubungan dengan kondisi seperti kecemasan dan depresi. Meskipun ada
beberapa pilihan untuk perawatan, seperti steroid topikal, inhibitor kalsineurin topikal, dan
fototerapi, hasilnya sering tidak memuaskan untuk pasien. Saat ini, modalitas yang paling
efektif adalah fototerapi, yang diduga menargetkan banyak sel-sel imun yang sama pada
psoriasis, termasuk merangsang apoptosis sitotoksik sel T yang bertanggung jawab untuk
kerusakan melanosit. Selain itu, fototerapi meningkatkan migrasi dan proliferasi melanosit
sehingga terjadi repigmentasi.

Mirip dengan psoriasis, laser excimer menargetkan daerah-daerah yang terkena dampak pada
dosis lebih tinggi dari cahaya dari apa yang ditoleransi dengan fototerapi umum.

Tambahan studi telah menunjukkan bahwa itu sangat berguna untuk vitiligo lokal dan jenis
kulit yang lebih gelap, khususnya jenis kulit Fitzpatrick III dan IV.

Indikasi1
Psoriasis

 Indikasi umum. Indikasi untuk perawatan laser excimer adalah sama dengan yang
untuk fototerapi umum, yaitu kegagalan atau kontraindikasi untuk diberikan terapi
topikal. Hal ini umumnya direkomendasikan bahwa terapi laser disediakan untuk

Halaman | 32
pasien dengan psoriasis lokal terbatas kurang dari 10% BSA, meskipun ini bukan
pedoman yang ketat. Terapi laser untuk psoriasis saat ini hanya diindikasikan untuk
psoriasis plak dan psoriasis palmoplantar, karena belum ditetapkan sebagai
pengobatan yang dapat diandalkan untuk subtipe lainnya.

 Psoriasis kulit kepala. Laser excimer telah terbukti efektif pada psoriasis kulit kepala
di mana rambut dibelah secara manual untuk memberikan pulse. Ini juga telah
berhasil digunakan dalam kasus psoriasis kulit kepala dalam kombinasi dengan
semprotan clobetasol dua kali sehari.

 Psoriasis Palmoplantar. Psoriasis palmoplantar yang refraktori terhadap pengobatan


topikal telah terbukti menjadi efektif diobati menggunakan terapi laser excimer,
namun itu terbukti memiliki khasiat yang sama seperti pengobatan krim PUVA.

 Psoriasis kuku. Laser excimer belum ditetapkan sebagai pengobatan yang efektif
untuk psoriasis kuku. Sebaliknya, Pulse Dye Laser (PDL) telah terbukti menjadi
pilihan pengobatan untuk psoriasis kuku. Beberapa penelitian menggunakan PDL 595
nm untuk psoriasis kuku menunjukkan perbaikan yang signifikan setelah 3 bulan
pengobatan sekali bulanan. Efek samping yang paling umum adalah hiperpigmentasi
dan petechiae.

 Kehamilan. Terapi laser excimer umumnya dianggap aman. Terapi UVB adalah
modalitas pengobatan umum digunakan untuk psoriasis berat selama kehamilan.

 Presence of a Pacemaker. Hal ini aman untuk pasien dengan alat pacu jantung untuk
menjalani terapi laser.
Vitiligo

 Indikasi umum. Perawatan laser harus dipertimbangkan pada vitiligo yang tidak
berefek dengan pengobatan topical. Seperti dijelaskan sebelumnya, hal ini sangat
berguna dalam vitiligo lokal dan jenis kulit yang lebih gelap, khususnya jenis kulit
Fitzpatrick III dan IV.

Kontraindikasi
Karena tidak ada kontraindikasi mutlak untuk terapi laser, praktisi harus bergantung pada
penilaian klinis nya dan reaksi yang mungkin merugikan individu pasien untuk terapi.

Halaman | 33
 Obat photosensitizing. Fototerapi adalah kontraindikasi relatif pada pasien yang tidak
dapat mentoleransi fototerapi, baik karena obat atau sekunder untuk kondisi
photosensitizing. Namun, ini tidak kontraindikasi absolut dan fototerapi masih bisa
dimanfaatkan dengan hati-hati.

 Kondisi photosensitizing. Fototerapi pada umumnya merupakan kontraindikasi pada


gangguan photosensitizing (yaitu lupus eritematosus sistemik, xeroderma
pigmentosum, dll) sehingga riwayat menyeluruh dan fisik harus diperoleh sebelum
memulai pengobatan.

 Riwayat Kanker Kulit. Meskipun risiko kanker kulit jangka panjang tidak diketahui
untuk pasien yang menjalani perawatan laser excimer untuk psoriasis, riwayat pasien
melanoma atau kanker kulit non-melanoma harus dipertimbangkan.

 Lesi hiperkeratosis. Telah dicatat dalam satu studi pada lesi hiperkeratosis kurang
responsif terhadap terapi laser dan mungkin memerlukan sesi perawatan lebih.

 Fitzpatrick tipe I. Pasien Kulit dengan Fitzpatrick kulit tipe I telah dilaporkan
mengalami lebih mudah melepuh dibandingkan jenis kulit lainnya, sehingga jumlah
peningkatan dosis per sesi pengobatan dapat dibatasi.

Komplikasi

 Efek samping yang paling umum dari laser excimer termasuk eritema, melepuh dan
hiperpigmentasi, yang terbatas pada daerah lokal. Beberapa efek samping ini dapat
menyebabkan ketidaknyamanan pada pasien atau nyeri.

 Hiperpigmentasi. Akan terdapat adanya daerah hiperpigmentasi, meskipun pigmentasi


umumnya normal seiring dengan waktu.
 Kerusakan mata. Jika perlindungan mata tidak dipakai, kerusakan retina dan mungkin
katarak dapat terjadi jika perlindungan mata tidak dikenakan.

Laser Pada Onychomycosis1

Pada strategi pengobatan yang tersedia untuk onikomikosis, laser adalah pendekatan yang
relatif baru untuk ini gangguan yang sulit diobati. Saat ini, beberapa modalitas laser disetujui
oleh Food and Drug Administration (FDA) untuk peningkatan sementara pertumbuhan kuku
pada pasien. Termasuk laser garnet neodynium-doped yttrium aluminium. (Nd: YAG) 532,

Halaman | 34
630-680, 1064 dan 1320 nm, serta kombinasi laser dioda 870/930 nm dan 980 nm. Meskipun
literatur mengevaluasi efektivitas laser untuk onikomikosis adalah sedikit, seperti sinar UV,
terapi photodynamic (PDT), CO2 ablatif, Nd:YAG, dan laser dioda, seperti yang disebutkan
sebelumnya masih diperlukan percobaan untuk sepenuhnya menilai efektivitas modalitas
tersebut.

Onikomikosis adalah gangguan hyperkeratinization dari kuku akibat infeksi jamur, akhirnya
menyebabkan perubahan warna dan atau distorfi kuku.

Gambar 8. Total distrofi pada kuku

Berbeda dengan kondisi dermatologi lain, mekanisme laser yang dapat mengobati atau
memperbaiki penampilan onikomikosis jelas. Mekanisme termasuk inaktivasi langsung
jamur oleh panas, penciptaan spesies oksigen reaktif, atau photothermolysis selektif,
meskipun kromofor sasaran belum diidentifikasi.

 Laser CO2

Laser CO2 dapat berfungsi sebagai pengobatan utama untuk onikomikosis. Hal ini
juga dapat berfungsi sebagai tambahan sebagai agen antijamur topikal dengan
menyediakan sarana penetrasi melalui lempeng kuku untuk kuku di mana
pertumbuhan jamur berasal.

Pilihan ini kurang invasif, namun saat ini tersedia.

Halaman | 35
 Diode 870/930 nm dan 980 nm

Mekanisme kedua sistem ini mirip. Kedua sistem saat ini disetujui FDA untuk
peningkatan sementara pertumbuhan kuku bening pada pasien dengan onikomikosis.

 Nd:YAG 1.064 nm

Beberapa mode output tersedia untuk laser Nd: YAG, yaitu dengan panjang
gelombang 1.064, 940, 1.320, dan 1.440 nm. Karena panjang gelombang yang lebih
panjang, Nd:YAG 1.064 nm diduga sangat menembus jaringan dan target
pertumbuhan berlebih jamur di kuku.

 PDT

Asam 5-aminolevulinic (ALA) adalah photosensitizer yang paling umum digunakan


di PDT untuk onikomikosis dengan konversi 5-ALA menjadi protoporfirin IX pada
jamur dan ragi. Protoporfirin IX memiliki penyerapan panjang gelombang puncak
antara 630 dan 700 nm, sehingga dengan mudah ditargetkan oleh red light.

Indikasi

 Diagnosis onikomikosis dikonfirmasi terlebih dahulu dengan mikroskop langsung dan


kultur Jamur.

 Pasien tidak dapat mentolerir atau tidak ingin menjalani terapi lainnya, seperti dengan:
obat topikal / salep, bedah, antijamur oral.
Mampu menjaga kebersihan yang memadai di antara perawatan untuk mencegah
kekambuhan (menghindari menggunakan kembali kaus kaki, menerapkan semprotan
antijamur untuk bagian dalam sepatu)

Kontraindikasi

 Tidak dapat mentolerir bentuk-bentuk lain dari terapi cahaya, seperti: Pasien dengan
gangguan kejang yang dipicu oleh cahaya, pasien dengan lupus eritematosus, pasien
yang telah menerima atau sedang menerima gold therapy, pasien dengan gangguan

Halaman | 36
sensitivitas cahaya, pasien minum obat yang meningkatkan kepekaan terhadap cahaya,
hamil (efek pada janin tidak diketahui), neuropati perifer

Komplikasi

 Nyeri, panas atau kesemutan


 Terdapat bagian gelap sementara di bawah kuku

Halaman | 37
DAFTAR PUSTAKA

1. Nouri K. [editor]. Handbook of lasers in dermatology. New York: : Springer Berlin


Heidelberg.

2. Hamzah M. Dasar terapi laser pada penyakit kulit. Dalam: Djuanda A, Hamzah M,
Aisah S [editor]. Ilmu penyakit kulit dan kelamin. Ed. 6. Jakarta: Badan Penerbit
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2013: 357-62.

3. Sakamoto FH, Wall T, Avram MM, Anderson RR. Laser and flashlamp in
dermatology. In: Wolff K, Goldsmith LA, Katz SI, GIlchrest BA, Paller AS, Leffell DJ
[Editor].

Fitzpatrick’s dermatology in general medicine. Ed. 7. Philadelphia: The McGraw-Hill


Companies, 2008: 2263-78.

4. Tanzi EL, Alster TS. Skin resurfacing: ablative lasers, chemical peels, and
deermabrasion. In: Wolff K, Goldsmith LA, Katz SI, GIlchrest BA, Paller AS, Leffell

DJ [Editor]. Fitzpatrick’s dermatology in general medicine. Ed. 7. Philadelphia: The


McGraw-Hill Companies, 2008: 2364-71.

5. Chapas AM, Geronemus RG. Cosmetic applications of non-ablative lasers and other
light devices. In: Wolff K, Goldsmith LA, Katz SI, GIlchrest BA, Paller AS, Leffell
DJ

[Editor]. Fitzpatrick’s dermatology in general medicine. Ed. 7. Philadelphia: The


McGraw-Hill Companies, 2008: 2372-77.

6. Brown CW. Complications of dermatologic laser surgery. Di unduh dari


http://emedicine.medscape.com/article/1120837-overview#aw2aab6b7 pada tanggal 9
Juni 2015.

Halaman | 38

Anda mungkin juga menyukai