DISUSUN OLEH :
Prodi : D4 Gizi/3B
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penelitian merupakan usaha yang dilakukan manusia untuk menemukan penetahuan baru
yang bersifat ilmiah. Penelitian ini disusun berdasarkan prosedur yang sistematis dan
dikontrol oleh data empiris yang reliabel dan valid. Dimana saat penelitian ini dilakukan
secara berulang kali hasil yang didapatkan akan selalu sama. Penelitian memiliki manfaaat
yang besar bagi kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Kemajuan IPTEK yang pesat
membantu meramalkan, menjelaskan, dan mengatasi serta mengendalikan gejala yang ada di
sekitar kita.
Penelitian case control (studi kasus kontrol) merupakan metode analisis yang
menganalisa hubungan sebab akibat dengan menggunakan logika terbalik. Case control
merupakan studi observasi yang mengidentifikasi dan membandingkan dua kelompok
berbeda berdasarkan beberapa atribut kausal yang seharusnya. Studi kasus ini sering
digunakan untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang berperan dalam kondisi medis. Dimana
subjek atau pasien yang memiliki penyakit berperan sebagai kasus dan pasien yang sehat
berperan sebagai kontrol.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian penelitian case control (studi kasus kontrol)?
2. Apa kelebihan dan kekurangan penelitian case control?
3. Bagaimana tahapan penelitian case control?
4. Bagaimana menentukan rasio odds?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian penelitian case control (studi kasus kontrol)
2. Untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan penelitian case control
3. Untuk mengetahui tahapan penelitian case control
4. Untuk mengetahui cara menentukan rasio odds
BAB II
PEMBAHASAN
Studi kasus kontrol (case control study) memiliki ciri-ciri yaitu pemilihan subjek
didasarkan pada status penyakit (Notoatmodjo, 2005). Tahapan berikutnya yaitu dilanjutkan
dengan pengamatan riwayat subjek mengenai terpapar atau tidaknya subjek oleh faktor
penelitian. Subjek yang terdiagnosis menderita penyakit disebut kasus. Kasus ini merupakan
insiden atau kejadian baru yang muncul dari suatu populasi. Selain kasus, terdapat juga istilah
yang dikenal dengan kontrol. Kontrol merupakan subjek penelitian yang tidak terpapar
penyakit. Kontrol ini merupakan subjek yang diambil secara acak dari populasi yang berbeda
dengan populasi awal.
Menentukan pertanyaan penelitian merupakan suatu hal yang sangat penting dalam suatu
penelitian. Melalui pertanyaan inilah kita akan bisa menentukan kearah mana penelitian
tersebut akan berjalan. Selain itu kita juga dapat menentukan hipotesis penelitian melalui
pertanyan tersebut. Setiap penelitian diawali dengan menetapkan pertanyaan penelitian
kemudian ditarik hipotesis yang akan diuji validitasnya.
b. Kedua, kita harus mendeskripsikan faktor resiko dan efek yang dapat ditimbulkan
(kasus)
Pajanan atau lebih dikenal dengan istilah peristiwa yang menimbulkan resiko penularan.
Dosis, frekuensi, dan lama waktunya atau durasi merupakan cara yang adapat digunakan
untuk mengukur intensitas pajanan. Ukuran pajanan terhadap faktor resiko yang berhubungan
dengan frekuensi dapat bersifat dikotom, polikotom, dan kontiniu. Sedangkan untuk ukuran
pajanan yang berhubugan dengan waktu dapat berupa lama pajanan berlangsung, saat
mendapat pajanan pertama kali, dan saat terjadi pajanan terakhir. Ukuran yang paling sering
dipakai adalah variabel independen (faktor resiko) berskala nominal dikotom dan variabel
dependen (efek, penyakit) berskala nominal dikotom.
Dalam proses pencarian informasi tentang pajanan suatu faktor resiko yang diteliti
perlu diusahakan di peroleh dari sumber yang terpercaya dan akurat. Informasi yang akurat
tersebut dapat kita peroleh melalui:
1. Pada catatan medis rumah sakit seperti pada bagian laboratorium patologi anatomi.
2. Kita dapat melihat catatan kantor wilayah kesehatan setempat.
3. Kita dapat melakukan kontak dengan para subjek penelitian baik secara langsung,
telpon ataupun surat.
Cara apapun yang digunakan, hal yang terpenting adalah pertanyaan yang di berikan
kepada kelompok kasus dan kontrol harus sama. Selain itu cara yang digunakan dalam
pengumpulan data tersebut juga harus sama antara kelompok kasus dan kontrol. Sebaiknya
pewawancara tidak mengetahui status subjek sebagai kelompok kasus atau kontrol.
Pengambilan data yang dilakukan pada catatan medis sebaiknya dalam bentuk data buta atau
tersamar. Hal ini bertujuan agar peneliti tidak mencari data lebih teliti hanya pada salah satu
kelompok subjek saja. Peneliti harus dapat bertindak dan memperlakukan kelompok kasus
dan kontrol sama rata.
Efek merupakan hal yang penting sehingga diagnosis atau penentuan efek harus
mendapat perhatian yang serius. Untuk penyakit kelainan dasar yang diagnosisnya mudah
seperti anensefali, penentuan subjek yang telah mengalami atau tidak mengalami efek sukar.
Pada penyakit lain sering ditemukan kejadian dimana sulit diperoleh kriteria klinis yang
objektif untuk diagnosis yang tepat. Sehingga dibutuhkan cara diagnosis menggunakan
pemeriksaan patologi anatomik dan pemeriksaan lainnya. Terkadang diagnosis juga sulit
dilakukan terutama pada penyakit yang manifetasinya bergantung pada stadiumnya. Penyakit
artitis rheumatoid merupakan penyakit yang sulit untuk didiagnosa. Hal ini karena penyakit
ini memiliki manifestasi klinis dan hasil laboratorium yang bervariasi. Dengan demikian
perlu menjelaskan terlebih dahulu kriteria diagnosis mana yan digunakan untuk menetapkan
seseorang menjadi kasus. Terdapat beberapa penyakit yang telah memiliki kriteria baku untuk
keperluan diagnosis. Walaupun begitu, sering kali diagnosis yang telah baku dimodifikasi
supaya dapat disesuaikan dengan pertanyaaan penelitian.
c. Ketiga, kita harus menentukan populasi terjangkau, sampel (kasus kontrol), dan cara
pemilihan subjek sampel
Cara terbaik untuk memilih kasus yaitu dengan mengambil subjek secara acak dari
suatu populasi yang menderita efek. Namun cara ini hampir tidak mungkin untuk dilakukan.
Hal ini karena penelitian case control lebih sering digunakan pada kasus yang jarang, dimana
biasanya diagnosis ditegakkan di rumah sakit. Dengan demikian subjek tersebut tidak
representatif karena tidak mnggambarkan kasus dalam masyarakat.
Dalam proses pemilihan kasus sebaiknya kita memilih kasus baru atau yang biasa
dikenal dengan kasus insiden. Selain itu terdapat pula istilah kasus baru dan lama atau yang
kita kenal dengan kasus prevalens. Apabila kita mengambil kasus prevalens, maka untuk
penyakit yang masa sakitnya singkat atau kematian yang sangat tinggi, kelompok kasus
tersebut tidak menggambarkan keadaan dalam populasi. Keaadan ini serig dikenal dengan
istilah bias Neyman.
Apabila di suatu daerah memiliki catatan kesehatan masyarakatnya baik dan lengkap,
sebaiknya pengambilan kasus bersumber dari masyarakat. Hal ini disebabkan informasi yang
dibutuhkan pasti tercatat dengan baik. Akan tetapi pencatatan tentang informasi kesehatan
masyarakat di Indonesia masih sangat minim, terutama di daerah-daerah. Hal iniah yang
memaksa peneliti mengambil data pasien yang akan dijadikan kasus dari pasien yang berobat
ke rumah sakit. Hal inilah yang menyebabkan bias berkson, karena karakteristik pasien yang
berbeda antara pasien yang berobat ke rumah sakit dan yang tidak.
Saat diagnosis, untuk penyakit yang memerlukan penanganan segera seperti patah
tulang, saat diagnosis boleh dikatakan sama dengan mulai timbulnya penyakit atau onset.
Akan tetapi banyak penyakit yang munculnya perlahan dan sulit dipastikan dengan akurat
seperti keganasan atau berbgai jenis penyakit kronik. Apabila hal ini terjadi maka pada saat
identifikasi faktor resiko perlu diyakinkan bahwa pajanan faktor yang diteliti terjadi sebelum
terjadinya efek dan bukan setelahnya.
Pemilihan anggota kontrol merupakan hal yang sangat penting. Oleh sebab itu kontrol
yang hanya dipilih dan ditentukan oleh peneliti sangat rawan terancam bias. Harus
ditekankan bahwa kontrol harus berasal dari populasi yang sama dengan kasus. Terdapat
beberapa cara yang dapat digunakan untuk memilih kontrol yang baik seperti berikut ini:
1. Memilih kasus dan kontrol dari populasi yang sama
Misalkan kasus merupakan semua pasien dalam populasi tertentu dan kontrol dapat
diambil dari populasi sisanya. Selain itu kontrol dan kasus juga dapat berasal dari populasi
yang sudah di tentukan sebelumnya yang biasanya lebih kecil.
2. Matching
Matching merupakan cara memilih kontrol dimana karakteristik yang dimiliki sama
dengan kasus dalam semua variabel. Variabel ini mungkin berperan sebagai faktor resiko
kecuali variabel yang diteliti. Saat matching dilakukan dengan baik maka berbagai variabel
yang berperan terhadap kejadian penyakit dapat disamakan kecuali yang sedang diteliti.
Sehingga dapat diperoleh hubungan yang lebih kuat antara variabel yang sedang diteliti
dengan penyakit. Pada teknik ini jumlah subjek yang diperlukan lebih sedikit.
Cara ini diplih karena sulitnya mencari kelompok kontrol yang memang sebanding,
sehingga dipilih lebih dari satu kelompok kontrol. Apabila suatu kasus diambil dari rumah
sakit, maka kontrol dapat diambil dari pasien di rumah sakit yang sama dan kontrol lain
berasal dari daerah tempat tinggal kasus. Jika ratio odds yang didapatkan tidak banyak
berbeda antara kasus dan 2 kelompok kontrol, maka akan memperkuat asosiasi yang
ditemukan. Akan tetapi jika ratio odds antara kasus dan kedua kontrol berbeda berarti ada
hasil yag tidak sahih atau terdapat bias dan perlu diteliti letak bias tersebut.
Sebelum penelitian perlu menentukan jumlah subjek yang perlu diteliti untuk
memperlihatkan adanya hubungan antara faktor resiko dengan penyakit. Pada penelitian
kasus kontrol jumlah subjek yang diteliti bergantung pada:
Hal ini penting apabila kontrol diambil dari populasi. Jika densitas pajanan resiko terlalu
kecil atau besar, mungkin pajanan resiko pada kasus dan kontrol hampir sama. Untuk
mengeahui perbedaannya maka diperlukan sampel yang lebh besar.
Apabila jumlah kontrol lebih banyak maka jumlah kasus dapat dikurangi.
Apabila dilakukan dengan matching maka jumlah subjek yang diperlukan akan lebih sedikit.
Pada studi kasus kontrol pengukuran variabel efek dan faktor resiko merupakan hal
yang penting. Efek harus sudah ditentukan dan didefinisikan dengan jelas dalam usulan
penelitian. Proses pengukuran faktor resiko yang terjadi pada masa lalu sring me ngalami
kesulitan. Penentuan faktor resiko ini lebih sering dilakukan dengan wawancara bersama
dengan responden. Hal ini dilakukan hanya dengan mengadalkan daya ingat yang bisa saja
dipengaruhi oleh statusnya .
Analisis hasil dapat dilakukan dengan menentukan ratio odds untuk yang sederhana.
Untuk analisis yang lebih kompleks dapat dilakukan analisis multivariate. Dimana dalam
analisis multivariate terdapat lebih dari satu faktor resiko. Hal ini ditentukan oleh apa yang
ingin diteliti, bagaimana memilih kontrol, dan ada atau tidaknya variabel yang mengganggu.
Rasio odds atau RO adalah pengukuran kekuatan hubungan yang terjadi antar variabel
binary (Marlina, 2016). Menurut Hadjar (2017), rasio odds digunakan untuk membandingkan
rerata peluang munculnya peristiwa yang diharapkan dari dua peristiwa yang berbeda. Rasio
odds ini juga terbagi menjadi 2 antara studi kasus tanpa matching dan studi kasus dengan
matching.
Pada studi kasus dengan matching, rasio odds dapat diartikan sama dengan rasio
relatif pada studi kohort. Penelitian kasus kontrol dimulai dengan mengambil kelompok kasus
(a+c) dan kelompok kontrol (b+d). Pada kasus maupun kontrol insiden tidak dapat dihitung.
Yang dapat dihitung yaitu berapa sering terjadi pejanan pada kasus dibandingkan dengan
kontrol. Hal inilah yang digunakan sebagai alat analisis pada studi kasus kontrol yang dikenal
dengan istilah rasio odds (RO). Adapun rumus yang dapat digunakan adalah sebagai berikut:
Sedangkan pada studi kasus kontrol dengan matching individual, memiliki perbedaan
dengan kasus kontrol tanpa matching. Dimana peneliti harus melakukan analisis dengan
menjadikan kasus dan kontrol sebagai pasangan- pasangan. Hasil pengamatan kasus kontrol
disusun dalam tabel 2 x 2 deangan keterangan sebagai berikut:
Sel a : kasus dan kontrol mengalami pajanan
Sel b : kasus mengalami pajanan dan kontrol tidak
Sel c : kasus tidak mengalami pajanan, kontrol mengalami
Sel d : Kasus dan kontrol tiak mengalami pajanan
Pada studi kasus kontrol dengan matching, rasio odds dihitung dengan mengabaikan sel a.
Hal ini disebabkan baik kasus maupun kontrol sama-sama terpajan, sedangkan sel d baik
kasus dan kontrol tidak terpajan. Rasio odds dapat dihitung menggunakan rumus:
b
RO−
c
Menurut Hidayat (2007) rasio odds juga digunakan sebagai indikator terhadap adanya
kemungkinan hubungan sebab akibat antara faktor resiko dan efek, walaupun tidak sama
dengan rasio relatif. Rasio odds dianggap hampir mendekati rasio relatif apabila sebagai
berikut:
a. Insiden penyakit relatif kecil, biasanya tidak lebih dari 20% dari populasi terpajan.
b. Kelompok kontrol merupakan kelompok yang representatif dari populasi dalam hal
peluang terpajannya untuk terpajan faktor resiko.
c. Kelompok kasus harus repesentatif.
Apabila nilai RO > 1 berarti menunjukan faktor resiko dan jika RO = 1 maka bukan faktor
resiko. Sedangkan jika nilai RO < 1 berarti merupakan faktor yang protektif.
Contoh 1 :
Seorang peneliti tertarik untuk meneliti tentang nyamuk DBD. Peneliti tersebut
melihat beberapa faktor tentang keberadaan nyamuk DBD. Salah satu faktor yang diteliti
yaitu kebiasaan PSN , rumah-rumah yang selalu terdapat jentik nyamuk setiap pemeriksaan
(kasus) dan dibandingkan dengan rumah-rumah yang bebas dari DBD. Kemudian peneliti
melakukan wawancara dan observasi pola perilaku PSN.
Contoh 2 :
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Penelitian case control atau kasus kontrol adalah penelitian yang sering digunakan untuk
mengetahui pengaruh faktor resiko terhadap terjadinya efek dengan pendekatan retrospektif
dan dilakukan identifikasi terhadap kelompok penyakit kasus dan kelompok penyakit kontrol
yang sudah terjadi pada masa lalu. Penelitian case control memiliki beberapa kelebihan
seperti kelompok kasus dan kontrol memiliki kesamaan ukuran waktu, lebih tajam dan
akurat, tidak berhadapan dengan kendala etik, serta waktu yang diperlukan lebis singkat.
Sedangkan kekurangannya yaitu nilai objektivitas dan reliabilitasnya kurang, efek variabel
luar tidak dapat dikendalikan, dan sulit untuk memilih kontrol yang benar-benar sesuai
dengan kelompok kasus.
Rasio odds digunakan untuk membandingkan rerata peluang munculnya peristiwa yang
diharapkan dari dua peristiwa yang berbeda. Rasio odds ini juga terbagi menjadi 2 antara
studi kasus tanpa matching dan studi kasus dengan matching.
B. Saran
Sebaiknya saat melakukan penelitian case control atau kasus kontrol, peneliti harus lebih
menghindari hal-hal yang dapat membuat penelitian ini tidak berjalan lancar. Penliti juga
harus lebih memahami tahapan-tahapan penelitian ini supaya penelitian berjalan dengan
seharusnya. Peneliti harus mencari sumber referensi yag cukup tentang penelitian ini, supaya
peneliti tidak kesulitan pada saat proses penelitian berlangsung. Selain itu referensi tersebut
juga berguna sebagai acuan dan pembanding untuk penelitian yang sedang dilaksanakan.
DAFTAR PUSTAKA
Hadjar, Ibnu. 2017. Regresi Logistik: Menaksir Probabilitas Peristiwa Variabel Binari.
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, UIN Walisongo, Semarang. Jurnal
Phenomenon, Vol. 07 (No. 2), pp. 137-163
Hidayat, A. 2007. Metode Penelitian Kebidanan Dan Teknik Analisa Data. Jakarta: Salemba
Medika
Muharry, A. (2014). Faktor Resiko Kejadian Kusta. Jurnal Kesehan Masyarakat, Vol. 9, No.
2, 174-182.
Marlina., & Nurlaelah. 2016. Faktor Risiko Kejadian Retensio Plasenta Di Rumah Sakit
Umum Daerah Lanto Daeng Pasewang Kabupaten Jeneponto Tahun 2014. Fakultas
keperawatan , Universitas Indonesia Timur. Jurnal Ilmiah Media Bidan ,Vol 1 No.
02
Suratman. 2006. Analisis Faktor Risiko Lingkungan dan Perilaku yang Berpengaruh
Terhadap Kejadian Leptospirosis Berat di Kota Semarang. 44 Karya Tulis Ilmiah
strata dua, Universitas Diponegoro, Semarang. Diakses 18 desember 2021, dari
http://eprints.undip.ac.id/18703/1/SURATMAN.pdf
Widyawati, Wenny et. all. 2020. Hubungan Status Gizi dengan Angka Kejadian Infeksi
Saluran Pernapasan Akut (ISPA) pada Balita Usia 1-5 Tahun di Surakarta. Fakultas
Kedokteran, Universitas Sebelas Maret. Smart Medical Journal,Vol. 3 No. 2. eISSN :
2621-0916