Kelompok 4, kelas 1a :
• Aisyah Nadila Reysa (2105015213)
• Firrial Amisa Nabila (2105015124)
• Miftahul Jannah (2105015173)
• Nuraini (2105015066)
• Rosma Annisa (2105015189)
A. Pengertian Desain Studi Case Control
1. Bertujuan untuk menilai berapa besar peran faktor risiko dalam kejadian penyakit, seperti
hubungan antara kejadian kanker serviks dengan perilaku seksual, hubungan antara
tuberkulosis pada anak dengan vaksinasi BCG, atau hubungan antara status gizi bayi
berusia 1 tahun dengan pemakaian KB suntik pada ibu. Dalam hal kekuatan hubungan
sebab akibat, studi kasus-kontrol ada di bawah desain eksperimental dan studi kohort,
namun lebih kuat daripada penelitian potong-lintang (cross-sectional study), karena pada
studi kasus-kontrol terdapat dimensi waktu, sedangkan penelitian potong lintang tidak.
Desain kasus-kontrol mempunyai berbagai kelemahan, tetapi juga memiliki beberapa
keuntungan. Dengan perencanaan yang baik, pelaksanaan yang cermat, serta analisis yang
tepat, studi kasus-kontrol dapat memberikan sumbangan yang bermakna dalam berbagai
bidang kedokteran klinik, terutama untuk penyakit-penyakit yang jarang ditemukan.
C. Tahapan Penggunaan Desain Studi Case
Control
Setiap penelitian case control tahapan yang diperlukan adalah merumuskan pertanyaan
penelitian dan hipotesis yang sesuai, mendeskripsikan variable penelitian (factor risiko
dan efek), menentukan populasi terjangkau dan sampel (kasus, kontrol) dan cara untuk
pemilihan subjek penelitian, melakukan pengukuran variable efek dan factor risiko, dan
menganalisis data.
D. Keuntungan Desain Studi Case Control
1. Studi kasus-kontrol adalah jenis studi epidemiologi yang relatif murah dan sering
digunakan yang dapat dilakukan oleh tim kecil atau peneliti individu dalam
fasilitas tunggal dengan cara yang tidak dapat dilakukan oleh studi eksperimental
yang lebih terstruktur.
2. Desain studi kasus-kontrol sering digunakan dalam studi penyakit langka atau
sebagai studi pendahuluan di mana hanya sedikit yang diketahui tentang
hubungan antara faktor risiko dan penyakit yang diminati.
3. Dibandingkan dengan studi kohort prospektif, studi ini cenderung lebih murah
dan durasinya lebih pendek.
4. Dalam beberapa situasi, studi ini memiliki kekuatan statistik yang lebih besar
daripada studi kohort, yang seringkali harus menunggu jumlah kejadian penyakit
yang ‘cukup’ untuk bertambah.
E. Kekurangan Desain Studi Case Control