Anda di halaman 1dari 63

DESAIN STUDI ANALITIK

pjmk : Nur Rizky Ramadhani, SKM, M.Epid


INTRODUKSI

• Disain studi epidemiologi analitik dipakai dalam penelitian


epidemiologi tujuan utamanya adalah untuk memperoleh
informasi tentang determian (faktor risiko) dari suatu kejadian
penyakit /masalah kesehatan di populasi.

Ada 3 macam disain studi epidemiologi analitik


• studi kohort (cohort study)
• studi kasus- kontrol (case-control study)
• studi intervensi (intervention study)
Ketiga disain studi tadi dipakai untuk meneliti :
• apakah suatu faktor merupakan determinan dari suatu kejadian
penyakit
• apakah suatu faktor merupakan penyebab dari suatu penyakit
• apakah suatu faktor mereupakan risiko untuk suatu penyakit

Jika :
• E merupakan faktor yang diteliti (exposure)
• D merupakan penyakit yang diteliti (disease)
▪ apakah ada hubungan sebab akibat antara E dan D
E D
exposure disease
determinan
faktor risiko
S E BAB AK IBAT
PENDEKATAN METODE STUDI EPIDEMIOLOGI
DALAM KASUS GAGAL GINJAL AKUT PROGRESIF
ATIPIKAL PADA ANAK DI INDONESIA

WHAT, WHERE, WHO, WHEN & WHY??


TO KNOW HOW TO CONTROL THE PROBLEM..
APA PENYEBAB GGAPA???

Diduga,
Tersangka penyebab utama : toksikasi dari EG
dan DEG pada sirop/obat cair
AGENT
Namun,

- Ada kasus GGAPA tanpa riwayat minum obat


sirup GGAPA
- Ada anak minum obat sirup yang sama tetapi
tidak mengalami GGAPA

Mengapa demikian?? ENVIRONMENT HOST


SEGITIGA EPIDEMIOLOGI GGAPA (sementara)

- Zat toksis
- Obat/Vaksin
- Bakteri/Virus

AGENT

- Tersedianya obat- - Kemampuan ginjal


obatan sediaan sirup - Daya tahan tubuh
yang tidak aman GGAPA - Ko-morbid/adanya
- Perilaku pemberian
penyakit lainnya
obat yang tidak sesuai
oleh orang tua
ENVIRONMENT HOST
KONSEP PENYEBAB

- Jika X merupakan “penyebab” dari Y, maka :


1. pajanan terhadap X mendahului terjadinya Y
2. JIKA ADA x MAKA TERJADI y
Jika tidak ada X maka tidak terjadi Y

- Jika terjadi kondisi di atas, penentuan penyebab relatif mudah

- Dalam kesehatan umumnya tidak terjadi kondisi ideal tersebut


1. Penyebab multifaktor
2. Interaksi antar penyebab

- Perlu penyelidikan/penelitian lanjut secara sistematis dengan validitas yang baik


PENDEKATAN METODE EPIDEMIOLOGI

Penyelidikan Epidemiologi (PE) PE pada kasus GGAPA:


- Deskripsi & sebaran kasus
Merupakan serangkaian kegiatan yang - Proporsi pajanan COVID-19, vaksin,
dilakukan untuk mengenal penyebab, virus, bakteri, obat (jenis & bentuk)
sifat-sifat penyebab, sumber dan cara - Hasil pengobatan
penularan/penyebaran serta faktor yang - Tren kasus setelah kebijakan
dapat mempengaruhi timbulnya penyakit
atau masalah kesehatan yang dilakukan
untuk memastikan adanya KLB atau PE untuk memastikan penyebab :
setelah terjadinya KLB/Wabah (Permenkes - Analisis kuantitatif kadar EG/DEG
No.45/2014) - Penelitian kasus-kontrol
SEBARAN DATA GGAPA DI INDONESIA
Per 6 November 2022

Terdapat 323 kasus (27 kasus dalam perawatan,


195 meninggal dan sembuh 102 kasus)

Sumber : https://sehatnegeriku.kemkes.go.id/
STUDI KO HO RT

• Desain ini dimulai dengan menentukan populasi berisiko


(population at risk) yang pada awal pengamatan longitudinal
dalam keadaan sehat dan membagi menjadi kelompok
terpajan (exposed) dan tidak terpajan (non-exposed) dari
faktor risiko tertentu.

• Setiap kelompok kohort kemudian diikuti (follow-up) dan


diamati kapan dan berapa banyak dari subyek studi yang
berubah menjadi sakit (kasus baru).

• Arah penyelidikan ke depan (forward), yaitu dari determinan/


etiologi/ faktor risiko menuju penyakit.
Studi kohort mempunyai 2 tujuan utama :

• tujuan deskriptif untuk :


•mendeskripsikan insidens suatu kejadian
penyakit
▪ tertentu selama periode waktu tertentu

• tujuan analitik untuk :


•meneliti hubungan antara suatu faktor risiko
dengan
▪ kejadian penyakit
Keterangan:
N: populasi sumber
K: kasus prevalen
NK: populasi non-kasus yang berisiko (at risk)
E: populasi terpajan (exposed)
NE: populasi tidak terpajan (non-exposed)
D: subyek yang berkembang menjadi sakit (kasus baru/ insiden)
ND: subyek yang tidak/ belum jatuh sakit (tidak atau belum menjadi kasus insidens)
• Prinsip :

•penelitian dimulai dari pengukuran status


keterpaparan terhadap faktor risiko (exposure)
pada subjek -subjek yang diteliti, kemudian
kelompokkan :
• kelompok yang terpapar dengan exposure ( E+)
• kelompok yang tidak terpapar dengan exposure
(E-)

•kedua kelompok di follow up, kemudian diukur


outcome (Disease) pada masing-masing kelompok →
bandingkan

•penelitian dilakukan pada subjek-subjek yang


masih bebas dari outcome (Disease) tapi berisiko
untuk dapat mengalaminya
JENIS STUDI KOHORT

• Perspektif kronologis waktu


- Kohort prospektif (concurrent study)
- Kohort retrospektif/ sejarah (non-concurrent study)
- Kohort ambispektif

• Perspektif elemen
- Kohort dasar (basic desain)
- Kohort hybrid (hybrid desain)
studi follow-up berulang (repeated follow-up study/ repeated-measures study/
panel study)
studi follow-up intervensi (intervention follow-up study)
KEKUATAN STUDI KOHORT

• Arah penyelidikan logis, khususnya pada kohort


prospektif, sehingga lebih menjamin asas temporalitas
• Dapat mengukur insidens (risk dan rate)
• Dapat membedakan faktor risiko dari faktor prognostik
• Pada kohort prospektif, info ttg status penyakit tidak
mempengaruhi status panjanan
• Cocok untuk pajanan/ exposure yang jarang
• Dapat meneliti multiple outcome
KELEMAHAN STUDI KOHORT

• potensi loss to follow-up, khususnya pada kohort


prospektif
• tidak efisien untuk penyakit yang jarang
• mahal dan menghabiskan waktu
• kohort retrospektif membutuhkan catatan/ rekam
kesehatan yang lengkap dan teliti.
ANALISIS PADA STUDI KOHORT

Contoh :

Analisis untuk melihat asosiasi antara E and D bila


• E diukur dengan skala kategorikal
• D diukur dengan skala kategorikal

Suatu studi kohort ingin melihat hubungan antara minum jamu X


and kejadian keguguran pada ibu hamil
E = minum jamu X (ya, tidak) → data kategorikal/nominal
D = keguguran (ya, tidak) → data kategorikal/nominal
Populasi studi: ibu hamil muda
E diukur sebelum D muncul
Data sebagai berikut
Interpretasi

RR = 1 → Tidak ada efek/ asosiasi


RR < 1 → Efek menurunkan risiko (protective effect)
RR > 1 → efek meningkatkan risiko (harmful/ destructive
effect)

ibu hamil yang minum jamu X mempunyai risiko


keguguran 2 kali lebih besar daripada ibu hamil
yang tidak minum jamu
STUDI K A S U S KONTROL ( C A S E
CONT ROL STUDY)
Introduksi :

Untuk meneliti faktor risiko /diterminan suatu penyakit dimana


“outcome” jarang terjadi, penelitian dengan disain studi kohort
memerlukan sampel yang besar and memakan waktu yang lama →
sehingga sangat mahal

Untuk mengatasi masalah diatas disain studi yang sesuai dipilih adalah
disain studi kasus-kontrol karena:
• sampel yang dibutuhkan tidak begitu besar
• durasi penelitian relatif singkat
• Desain ini dimulai dengan menentukan/ menseleksi
populasi penderita/ kasus dan populasi pembandingnya
(orang sehat atau orang dengan penyakit lain) yang disebut
populasi kontrol.

• Setiap kelompok kasus dan kontrol diselidiki/ digali


informasi tentang pajanan/ faktor risiko tertentu.

• Arah penyelidikan backward: dari penyakit menuju pajanan/


determinan.

Tipe pokok rancangan kasus kontrol:


• Kasus kontrol dasar (basic/ klasik/ konvensional), menggunakan data prevalence
• Kasus kontrol campur (hybrid) dengan elemen kohort (dimensi waktu prospektif) →
longitudinal case control, seperti studi nested-case control atau case-cohort
Sebutan lain: Studi Case-referent, studi retrospective, studi “trohoc”.
CONTOH
• Sebuah studi kasus kontrol dilakukan untuk melihat hubungan
merokok dengan PJK (penyakit jantung koroner). Dalam studi ini
dipilih 200 kasus PJK yang diperbandingkan dengan 400 kontrol
orang sehat, tanpa pemadanan (unmatched) *

Hasil : Kasus Kontrol


PJK
Merokok sigaret 112 176
Tidak merokok sig. 88 224
200 400
HASIL

OR = ad/ bc
OR = [112 (224)] / [176 (88)] = 1.62

Interpretasi
•OR = 1 → Tidak ada efek/ asosiasi ("null")
•OR < 1 → Menurunkan risk ("protective")
•OR > 1 → Meningkatkan risk ("harmful")

• Interpretasi :
•jika sesara statistik ada perbedaan yang bermakna antara proporsi E+ pada
kelompok D+ and D - maka ada hubungan antara E and D
•Odds merokok pada seseorang yang terkena PJK 1,62 kali lebih besar
daripada yang tidak merokok
KEKUATAN AND KELEMAHAN STUDI KASUS-KONTROL
Kekuatan:
• cocok untuk penelitian dgn frekwensi “outcome” jarang
• durasi penelitian relatif singkat
• relatif murah
• jumlah sampel penelitian yang dibutuhkan relatif kecil
• menghasilkan nila Odds ratio ( sebagai aproksimasi dari nilai RR)

Kelemahan:
• berpotensi untuk terjadinya bias akibat pengambilan sampel kasus and kontrol
dari populasi yg berbeda (populasi kasus and populasi kontrol)
• berpotensi terjadinya bias dalam pengukuran variabel “exposure”
• terbatas pada satu variabel “outcome”
• tidak dapat menghasilkan : prevalens, insidens, RR ataupun AR
CROSS SECTIONAL STUDY
• Studi yang meneliti sekaligus suatu faktor pajanan (exposure)
dan sebuah penyakit / masalah kesehatan tanpa arah dimensi
penyelidikan tertentu (non-directional dimention)

Contoh:
SKRT - RISKESDA
SDKI
Survei kepuasan pelanggan
Studi Baseline Kohort PTM
UKURAN ASOSIASI
Prevalence Ratio (PR)

→ Perbandingan 2 prevalens

Prevalence Odds Ratio (POR)

→ Perbandingan 2 prevalens odds


Catatan:
•PR dipakai untuk penyakit yang periode berisikonya
terbatas (restricted risk period) sebagai estimasi terhadap
Cummulative Incident Risk Ratio (CIR)

•POR dipakai untuk penyakit yang periode berisikonya


panjang (extended risk period), sebagai estimasi terhadap
Incident Density Ratio (IDR)
KEKUATAN DAN KELEMAHAN
KEKUATAN

bermanfaat untuk:
• menggambarkan status/ masalah kesehatan
• memperkirakan kebutuhan pelayanan kesehatan (sehingga bermanfaat
untuk perencanaan kesehatan)
• formulasi hipotesis (skrining hipotesis) baru.
• Lebih "feasible", nyaman dan hemat waktu, dibandingkan kohort
• Dapat cukup valid untuk melihat pengaruh suatu faktor risiko dengan
penyakit tertentu apabila faktor risiko yang diteliti tersebut jelas
terjadinya mendahului penyakit
• Karena studi kros-seksional biasa diambil dari suatu “study population”
yang lebih besar, maka dimungkinkan untuk melakukan generalisasi hasil
studi
KELEMAHAN

• Tidak dapat mengukur risiko (risk) atau rate penyakit yang sesunguhnya.
• Kemenduaan temporal (temporal ambiguity), khususnya pada data
"exposure" yang paling terkini.
• Dapat rentan tehadap kesalahan pengukuran karena informasi yang digali
retrospektif berdasarkan ingatan atau catatan
• Status penyakit bisa mempengaruhi seleksi subyek (→ bias seleksi)
• Sering tidak bisa membedakan faktor risiko (prediktor terjadinya penyakit)
dan faktor prognostik (mempengaruhi perjalanan penyakit)
• Tidak efisien untuk meneliti penyakit yang prevalensinya rendah (: penyakit
yang jarang, sangat fatal, atau singkat durasinya)
STUDI INTERVENSI

• Nama lain studi experimen


• Studi intervensi mirip dengan studi kohort, bedanya pada studi intervensi peneliti
melakukan intervensi status “exposure” pada subjek-subjek yang diteliti

• Berdasarkan bagaimana peneliti mengalokasikan “exposure” kepada subjek-subjek


yang diteliti, maka studi intervensi dapat dikategorikan menjadi 2 yi :

➢ true experiment study → bila ada proses randomisasi


➢ quasi experiment study → tanpa ada proses randomisasi

• Randomisasi = random allocation ;


Proses yang dilakukan oleh peneliti terhadap subjek-subjek yang ditelitI sedemikian
rupa sehingga sehingga setiap subjek mempunyai kesempatan yang sama untuk
mendapat “exposure” atau tidak mendapat “exposure”
• J i k a distribusi frekwensi variabel konfounder “equal “ pada kedua
kelompok
• maka tidak perlu lagi dilakukan kontrol terhadap variabelkonfounder
pada fase analisis
• validitas interna meningkat
• analisis cukup sampai uji bivariate saja
JENIS STUDI EXPERIMEN BERDASARKAN KELOMPOK
PEMBANDING

• Within group design (pre-experimental design)


• Between group design
• true experimental design
• quasi experimental design

Whithin Group Design (pre-experimental design)


• nama lain single group design, pre-test and post-test design
• individu-individu yang diteliti sebelum dilakukan intervensi dilakukan pengukuran
terhadap variabel “outcome”
• tidak dilakukan randomisasi
• seluruh individu yang sama mendapat variabel “exposure”
• seluruh individu di “follow-up”, kemudian diukur variabel “outcome”
• bandingkan variabel “outcome” pada saat pretes dan variabel “outcome” pada
postes

Anda mungkin juga menyukai