Jika :
• E merupakan faktor yang diteliti (exposure)
• D merupakan penyakit yang diteliti (disease)
▪ apakah ada hubungan sebab akibat antara E dan D
E D
exposure disease
determinan
faktor risiko
S E BAB AK IBAT
PENDEKATAN METODE STUDI EPIDEMIOLOGI
DALAM KASUS GAGAL GINJAL AKUT PROGRESIF
ATIPIKAL PADA ANAK DI INDONESIA
Diduga,
Tersangka penyebab utama : toksikasi dari EG
dan DEG pada sirop/obat cair
AGENT
Namun,
- Zat toksis
- Obat/Vaksin
- Bakteri/Virus
AGENT
Sumber : https://sehatnegeriku.kemkes.go.id/
STUDI KO HO RT
• Perspektif elemen
- Kohort dasar (basic desain)
- Kohort hybrid (hybrid desain)
studi follow-up berulang (repeated follow-up study/ repeated-measures study/
panel study)
studi follow-up intervensi (intervention follow-up study)
KEKUATAN STUDI KOHORT
Contoh :
Untuk mengatasi masalah diatas disain studi yang sesuai dipilih adalah
disain studi kasus-kontrol karena:
• sampel yang dibutuhkan tidak begitu besar
• durasi penelitian relatif singkat
• Desain ini dimulai dengan menentukan/ menseleksi
populasi penderita/ kasus dan populasi pembandingnya
(orang sehat atau orang dengan penyakit lain) yang disebut
populasi kontrol.
OR = ad/ bc
OR = [112 (224)] / [176 (88)] = 1.62
Interpretasi
•OR = 1 → Tidak ada efek/ asosiasi ("null")
•OR < 1 → Menurunkan risk ("protective")
•OR > 1 → Meningkatkan risk ("harmful")
• Interpretasi :
•jika sesara statistik ada perbedaan yang bermakna antara proporsi E+ pada
kelompok D+ and D - maka ada hubungan antara E and D
•Odds merokok pada seseorang yang terkena PJK 1,62 kali lebih besar
daripada yang tidak merokok
KEKUATAN AND KELEMAHAN STUDI KASUS-KONTROL
Kekuatan:
• cocok untuk penelitian dgn frekwensi “outcome” jarang
• durasi penelitian relatif singkat
• relatif murah
• jumlah sampel penelitian yang dibutuhkan relatif kecil
• menghasilkan nila Odds ratio ( sebagai aproksimasi dari nilai RR)
Kelemahan:
• berpotensi untuk terjadinya bias akibat pengambilan sampel kasus and kontrol
dari populasi yg berbeda (populasi kasus and populasi kontrol)
• berpotensi terjadinya bias dalam pengukuran variabel “exposure”
• terbatas pada satu variabel “outcome”
• tidak dapat menghasilkan : prevalens, insidens, RR ataupun AR
CROSS SECTIONAL STUDY
• Studi yang meneliti sekaligus suatu faktor pajanan (exposure)
dan sebuah penyakit / masalah kesehatan tanpa arah dimensi
penyelidikan tertentu (non-directional dimention)
Contoh:
SKRT - RISKESDA
SDKI
Survei kepuasan pelanggan
Studi Baseline Kohort PTM
UKURAN ASOSIASI
Prevalence Ratio (PR)
→ Perbandingan 2 prevalens
bermanfaat untuk:
• menggambarkan status/ masalah kesehatan
• memperkirakan kebutuhan pelayanan kesehatan (sehingga bermanfaat
untuk perencanaan kesehatan)
• formulasi hipotesis (skrining hipotesis) baru.
• Lebih "feasible", nyaman dan hemat waktu, dibandingkan kohort
• Dapat cukup valid untuk melihat pengaruh suatu faktor risiko dengan
penyakit tertentu apabila faktor risiko yang diteliti tersebut jelas
terjadinya mendahului penyakit
• Karena studi kros-seksional biasa diambil dari suatu “study population”
yang lebih besar, maka dimungkinkan untuk melakukan generalisasi hasil
studi
KELEMAHAN
• Tidak dapat mengukur risiko (risk) atau rate penyakit yang sesunguhnya.
• Kemenduaan temporal (temporal ambiguity), khususnya pada data
"exposure" yang paling terkini.
• Dapat rentan tehadap kesalahan pengukuran karena informasi yang digali
retrospektif berdasarkan ingatan atau catatan
• Status penyakit bisa mempengaruhi seleksi subyek (→ bias seleksi)
• Sering tidak bisa membedakan faktor risiko (prediktor terjadinya penyakit)
dan faktor prognostik (mempengaruhi perjalanan penyakit)
• Tidak efisien untuk meneliti penyakit yang prevalensinya rendah (: penyakit
yang jarang, sangat fatal, atau singkat durasinya)
STUDI INTERVENSI