Anda di halaman 1dari 3

POLICY BRIEF

SELF TESTING STRATEGI PEMERIKSAAN ORANG DENGAN


RESIKO TERINFEKSI HIV UNTUK MEINGKATKAN CAKUPAN
PROGRAM HIV

RINGKASAN EKSEKUTIF

DISUSUN OLEH : Penyakit HIV/AIDS merupakan suatu penyakit yang terus berkembang dan menjadi
masalah global yang melanda dunia.Kasus infeksi HIV/AIDS di Jawa Barat memiliki
Usi yusnitaswari kecenderungan meningkat dari tahun ke tahun, peningkatan di tahun 2020 tercatat
4.758 kasus, tahun 2019 sebesar 4.537 kasus. Cianjur berada di posisi ke-12 terbanyak
NPM 20220000039 infeksi HIV baru dari 27 Kabupaen/Kota, yaitu sebanyak 189 kasus .Berdasarkan hasil
evaluasi program HIV-AIDS di Puskesmas Muka pada tahun 2021 didapatkan masalah
pencapaian presentase orang yang berisiko terinfeksi HIV mendapatkan pemeriksaan
HIV sesuai standar hanya 10,9% dari target sebesar 100%. Belum tercapainya
presentase orang yang berisiko terinfeksi HIV mendapatkan pemeriksaan HIV sesuai
standar pada Puskesmas Muka dipengaruhi oleh beberapa faktor, dimana faktor-faktor
yang paling dominan yaitu; terbatasnya ruang gerak tenaga kesehatan akibat adanya
Covid.
Hasil penelitian ini merekomendasikan : 1.Memberikan sosialaisai kepada masyarakat
cara melakukan self testing.
2.Membuat langkah-langkah penggunaan kit baik secara tertulis yang disematkan
bersamaan dengan kit maupun dalam bentuk video untuk nantinya di share link kepada
pengguna, 3.Melakukan advokasi kepada pemerintah/stake holder dalam hal
penyediaan alat untuk melakukan finger prick (jarum) atau oral fluid dan membantu
pelaksanaan program HIV-AIDS, 4.Melakukan advokasi ke komunitas penderita HIV
untuk ikut serta dalam membantu menyebarkan informasi mengenai self testing.

PENDAHULUAN

Penyakit HIV/AIDS merupakan suatu penyakit yang terus berkembang dan menjadi masalah
global yang melanda dunia. Menurut data WHO (World Health Organization) jumlah kasus baru
HIV (Human Immunodeficiency Virus) di seluruh dunia hampir 1,5 juta kasus pada
2020. .Berdasarkan Kementerian Kesehatan RI tahun 2019, jumlah kasus baru infeksi HIV yang
dilaporkan sebanyak 50.282 dari 4.064.812 pemeriksaan HIV, dengan jumlah infeksi tertinggi di
daerah Jawa Timur (8.935), diikuti DKI Jakarta (6.701), Jawa Barat (6.066), dan Jawa Tengah
(5.630). Kasus infeksi HIV/AIDS di Jawa Barat memiliki kecenderungan meningkat dari tahun
ke tahun, peningkatan di tahun 2020 tercatat 4.758 kasus, tahun 2019 sebesar 4.537 kasus. Cianjur
berada di posisi ke-12 terbanyak infeksi HIV baru dari 27 Kabupaen/Kota, yaitu sebanyak 189
kasus (Dinkes Jabar, 2020). Masalah mengenai pencapaian pemeriksaan HIV pada pasien
berisiko terjadi di Puskesmas Muka. Pada tahun 2021 capaian pelayanan kesehatan orang dengan
risiko terkena HIV hanya 32,54% dari target 100%. Diantaranya hanya 10,9% orang yang
berisiko terinfeksi HIV yang mendapatkan pemeriksaan HIV sesuai standar dan 52,4% ibu hamil
yang di tes HIV pada wilayah kerja Puskesmas Muka. Angka ini sangat jauh kurang dari target
yang ditetapkan yaitu sebesar 100%.
No Variabel Keluaran Tolak Ukur Pencapaian
1 Pemeriksaan orang dengan risiko Target pencapaian 10,9% +
terinfeksi HIV 100%
2 Presentase ibu hamil yang di tes Target pencapaian 52,4% +
HIV 100%
PERMASALAHAN

Pelayanan orang dengan resiko HIV di Puskesmas Muka Belum mencapai target

METODE

Evaluasi dilakukan pada Program Upaya Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit Menular
khususnya HIV-AIDS di Puskesmas Muka. Adapun sumber rujukan tolak ukur penilaian adalah
Strategi dan Rencana Aksi Nasional 2020-2024 Penanggulangan HIV dan AIDS di Indonesia,
dimana pada tahun 2022 target tahunan cakupan program untuk pelanggan yang diperiksa HIV
sebesar 100%. Pada evaluasi program ini yang digunakan sebagai tolak ukur adalah Rencana
Kerja Upaya Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit Menular di Wilayah Kerja Puskesmas
Muka tahun 2021 dengan target 100% untuk program HIV-AIDS, presentase orang yang berisiko
terinfeksi HIV mendapatkan pemeriksaan HIV sesuai standar.

HASIL TEMUAN

Masalah ini ditegakkan karena adanya perbedaan antara hasil yang diharapkan dengan tolak ukur
dimana hasil yang diperoleh dari Presentase orang yang berisiko terinfeksi HIV mendapatkan
pemeriksaan HIV sesuai standar adalah 10,9%. Padahal target pencapaian program tersebut
adalah 100%. Sedangkan hasil yang diperoleh dari pencapaian presentase ibu hamil yang di tes
HIV dan mengetahui hasil adalah 52,4% belum mencapai target yaitu sebesar 100%.

Setelah dilakukan pencarian penyebab masalah utama pada komponen-komponen


diatas, diperoleh beberapa masalah utama, antara lain :
1.Kurangnya kesadaran masyarakat mengenai pentingnya periksa HIV pada orang
yang berisiko
2.Masyarakat yang takut berkunjung ke fasilitas kesehatan akibat virus Covid
3.Kurangnya pengetahuan masyarakat tentang orang-orang yang berisiko HIV
4.Terbatasnya ruang gerak tenaga kesehatan akibat adanya Covid
5.Penyebarluasan melalui Media Informasi mengenai HIV-AIDS masih kurang
6.Kurangnya penyuluhan dari dokter, kader kesling, bidan, dan perawat yang
berkompeten
7.Lokasi rumah dengan pelayanan kesehatan yang jauh sehingga tidak mendapatkan
informasi
8.Kurangnya dukungan dari tokoh masyarakat
9.Kurangnya dukungan keluarga kepada pasien berisiko HIV untuk periksa kesehatan
10.Kurangnya media promosi Kesehatan.

REKOMENDASI

Belum tercapainya presentase orang yang berisiko terinfeksi HIV mendapatkan


pemeriksaan HIV sesuai standar pada Puskesmas Muka dipengaruhi oleh beberapa
faktor, dimana faktor-faktor yang paling dominan yaitu; terbatasnya ruang gerak
tenaga kesehatan akibat adanya Covid.
Dari penyebab masalah diatas masalah yang dipriotaskan untuk disusun alternatif jalan
keluar yaitu:
1)Penapisan/ screening gejala mandiri untuk deteksi gejala HIV/ AIDS menggunakan
google form dan edukasi secara online melalui aplikasi messenger.
2) Menggalankan pemerikasaan HIV mandiri (self testing) pada orang yang berisiko
terinfeksi HIV dengan konsep “OCEH SERU” – ayO CEk HIV SEndiri di RUmah.
Dengan melakukan hal-hal berikut.
1.Pasien yang memiliki risiko terinfeksi HIV didata.
2.Menghubungi pasien melalui aplikasi messenger.
3.Pasein diminta untuk mengisi questioner melalui google form mengenai gejala HIV-
AIDS.
4.Menentukan waktu janjian untuk konseling dengan interaksi video (termasuk cara
penggunaan alat test secara mandiri).
5.Kit dapat diambil sendiri ke puskesmas atau dikirim menggunakan ojek online. Di
dalam kit sudah disertakan petunjuk pemakaian secara tertulis. Dapat pula diberikan
link melalui aplikasi messenger, video tutorial yang cara penggunaan kit yang
sebelumnya sudah dibuat oleh tenaga terlatih Puskesmas Muka.
6.Dalam satu minggu setelah pemberian kit dilakukan follow up hasil atau untuk
mengurangi risiko loss of follow up, pelaksannya dapat melalui interaksi video
(penanggung jawab memandu pasien bagaimana cara melakukan HIV self-testing,
setelah hasil keluar pasien dapat langsung memperlihatkan kepada tenaga kesehatan
yang memandu).

DAFTAR PUSTAKA

Department of Health and Human Services. 2011. Guidelines for The Use of Antiretroviral
Agents in HIV-1-Infected Adults and Adolescents. pp.1-174.

Djauzi S, Djoerban Z. 2002. Penatalaksanaan HIV/AIDS di pelayanan kesehatan dasar. Jakarta:


Balai Penerbit FKUI

Djoerban Z, Djauzi S. 2014. HIV/AIDS di Indonesia. Dalam: Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I,
Simadibrata MK, Setiati S. Buku ajar ilmu penyakit dalam. Edisi ke-6. Jakarta: InternaPublishing.

Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat. 2020. Profil Kesehatan Jawa Barat Tahun 2020.Dinkes,
Jawa Barat.

Direktorat Kementerian Kesehatan RI. 2011. Pedoman Nasional Tatalaksana Klinis Infeksi HIV
dan Terapi Antiretroviral Pada Orang Dewasa. Kementerian Kesehatan RI, Jakarta.

Fauci, AS., Chiffordlane, H. 2008. Human immunodeficiency virus disease, AIDS and related
disorders. In : Lango D.L., Kasper D.L., Jameson J.L., Fauci A.S.,Hauser S.L., Loscalzo J.,
editors, Harrison’s Principles of Internal Medicine, 17th ed, Vol. I, New York : McGraw Hill;
pp.1137-1203.

Anda mungkin juga menyukai