Anda di halaman 1dari 9

TINJAUAN PUSTAKA :

DESAIN PENELITIAN CASE-CONTROL

OLEH :
MUH. AMRI ARFANDI (K11116320)

METODE PENELITIAN KELAS C


FAKULTAS KESEHATAN MASYRAKAT
JURUSAN KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS HASANUDDIN
2019

\
A. Pengantar
Penelitian case-control merupakan penelitian jenis analitik observasional yang
dilakukan dengan cara membandingkan antara kelompok kasus dan kelompok kontrol
berdasarkan status paparannya. Inti dari desain penelitian ini adalah melihat ke
belakang, dari penyakit ke paparan yang diduga, maka dari itu desain penelitian ini
sering disebut dengan penelitian retrospektif. Ciri-ciri dari penelitian case control
adalah pemilihan subyek yang didasarkan pada penyakit yang diderita, kemudian
lakukan pengamatan yaitu subyek mempunyai riwayat terpapar faktor penelitian atau
tidak. Contoh penelitian case control yang paling terkenal ialah penelitian Doll dan Hill,
yang dilakukan pada akhir tahun 1940-an. Doll dan Hill melakukan sebuah studi case
control, meneliti pasien kanker paru di 20 rumah sakit di London. Pada 1950, Doll dan
Hill mempublikasikan paper mereka pada British Medical Journal tentang hasil studi
yang menyimpulkan, merokok menyebabkan kanker paru. Salah satu kesimpulan
penting menyatakan, merokok menurunkan masa hidup sampai 10 tahun.

B. Tujuan
Penelitian Case Control adalah suatu penelitian analitik yang menyangkut
bagaimana factor risiko dipelajari dengan menggunakan pendekatan “retrospektif”.
Penelitian case control dapat digunakan untuk mencari hubungan seberapa jauh faktor
resiko mempengaruhi terjadinya suatu penyakit. Misalnya adalah hubungan antara
intensitas atau jangka waktu penyemprotan nyamuk demam berdarah (Fooging)
dengan kejadian penyakit DBD.
C. Rancangan
Secara sederhana rancangan desain penelitian case control dapat dilihat pada
gambar berikut :

Sumber : Kim, Kyoungmi (2016). Design Analysis of Case-Control Studies.


Secara kompleks rancangan desain penelitian case control terdiri dari banyak tahapan
sebagai berikut :
a. Menetapkan Pertanyaan Penelitian dan Hipotesis yang Sesuai
Dari pertanyaan penelitian dapat disusun hipotesis penelitian yang akan diuji
validitasnya secara empiris.
b. Mendeskripsikan dan Mengidentifikasi Variabel Penelitian
Intensitas pajanan faktor resiko dapat dinilai dengan cara mengukur dosis,
frekuensi, atau lamanya pajanan. Ukuran pajanan terhadap faktor risiko yang
berhubungan dengan frekuensi dapat besifat :
1. Dikotom, yaitu bila hanya terdapat dua kategori, misalnya pernah minum jamu
peluntur atau tidak;
2. Polikotom, yaitu bila pajanan diukur pada lebih dari dua tingkat, misalnya tidak
pernah, kadang-kadang, atau sering terpajan;
3. Kontinu, yaitu bila pajanan diukur dalam skala kontinu atau numerik, misalnya
umur dalam tahun, paritas, berat lahir.
Ukuran pajanan yang berhubungan dengan waktu dapat berupa :
 Lamanya pajanan (misalnya jumlah bulan pemakaian AKDR) dan apakah
pajanan itu berlangsung terus-menerus);
 Saat mendapat pajanan pertama;
 Bila terjadi pajanan terakhir.
c. Menentukan Populasi Terjangkau dan Sampel (Kasus, Kontrol) serta Cara
Pemilihan Subyek Penelitian
Kelompok kasus adalah kelompok individu yang menderita penyakit yang akan
diteliti dan ikut dalam proses penelitian sebagai subyek studi. Sedangkan kelompok
kontrol adalah kelompok individu yang sehat atau tidak menderita penyakit yang
akan diteliti, tetapi mempunyai peluang yang sama dengan kelompok kasus karena
terpajan oleh faktor risiko yang diduga sebagai penyebab timbulnya penyakit.
Cara terbaik untuk memilih kasus adalah dengan mengambil secara acak subyek
dari populasi yang menderita efek. Namun dalam praktek, hal ini hampir tidak
mungkin dilaksanakan karena penelitian kasus-kontrol lebih sering dilakukan pada
kasus yang jarang yang diagnosisnya biasanya ditegakkan di rumah sakit.
Beberapa hal berikut ini perlu dipertimbangkan dengan cermat dalam pemilihan
kasus untuk studi kasus-kontrol, yaitu :
a. Kasus insidens (baru) atau kasus prevalens (baru dan lama);
b. Tempat pengumpulan kasus;
c. Saat diagnosis.
Sementara itu, pemilihan kontrol semata-mata ditentukan oleh peneliti sehingga
sangat terancam bias. Kelompok kontrol harus berasal dari populasi yang sama
dengan kasus dan didasarkan pada kesamaan dengan karakteristik subyek pada
kasus, sehingga mempunyai kesempatan yang sama untuk terpajan oleh faktor
risiko yang diteliti.
Ada beberapa cara untuk memilih kontrol yang baik, yaitu :
a. Memilih kasus dan kontrol dari populasi yang sama;
b. Memilih kontrol dengan karakteristik yang sama dengan kasus dalam semua
variabel yang mungkin berperan sebagai faktor risiko kecuali variabel yang diteliti
(matching);
c. Memilih lebih dari satu kelompok kontrol.
Pada dasarnya untuk penelitian kasus-kontrol jumlah subyek yang akan diteliti
bergantung kepada :
a. Berapa besar densitas pajanan faktor risiko pada populasi. Bila densitas pajanan
faktor risiko terlalu kecil atau terlalu besar, maka kemungkinan pajanan risiko
pada kasus dan kontrol hampir sama dan diperlukan sampel yang cukup besar
untuk mengetahui perbedaannya.
b. Rasio odds terkecil yang dianggap bermakna (R).
c. Derajat kemaknaan (kesalahan tipe I,a) dan kekuatan (power = 1 – b) yang
dipilih. Biasanya dipilih a = 5%, b = 10% atau 20% (power = 90% atau 80%).
d. Rasio (perbandingan) antara jumlah kasus dan kontrol. Dengan memilih kontrol
lebih banyak, maka jumlah kasus dapat dikurangi. Bila jumlah kontrol diambil c
kali, maka jumlah kasus dapat dikurangi dari n menjadi (c + 1) n/2c.
e. Apakah pemilihan kontrol dilakukan dengan matching atau tidak. Dengan
melakukan matching, jumlah subyek yang diperlukan menjadi lebih sedikit.
d. Melakukan Pengukuran Variabel Efek dan Faktor Risiko
Pengukuran terhadap variabel yang dipelajari (efek dan faktor risiko) merupakan
hal yang sentral pada studi kasus kontrol. Penentuan efek harus sudah didefinisikan
dalam usulan penelitian. Pengukuran faktor risiko atau pajanan yang terjadi di waktu
lampau melalui anamnesis (recall) semata-mata mengandalkan daya ingat
responden. Bias yang dapat mengancam dalam konteks ini adalah recall bias.
e. Menganalisis Data Hasil Penelitian
Analisis hasil studi kasus-kontrol dapat bersifat sederhana yaitu penentuan rasio
odds, sampai yang bersifat kompleks yaitu menggunakan analisis multivariat. Ini
ditentukan oleh apa yang ingin diteliti, bagaimana cara memilih kontrol (matched
atau tidak), dan terdapatnya variabel yang mengganggu atau tidak.
f. Analisis Case Control atau Menghitung OR (Odds Ratio)
Dalam menentukan rasio odds dapat dilakukan melalui 2 langkah, yaitu :
a. Studi Kasus-Kontrol Tanpa Matching
Rasio odds (RO) pada studi kasus-kontrol dapat diartikan sama dengan resiko
relatif (RR) pada studi kohort. Pada penelitian kasus-kontrol terdapat kelompok
kasus (a+c) dan kelompok kontrol (b+d). Dalam hal ini, yang dapat dinilai adalah
berapa sering terdapat pajanan pada kasus dibandingkan pada kontrol, disebut
dengan rasio odds (RO).

RO = odds pada kelompok kasus : odds pada kelompok kontrol


= (proporsi kasus dengan faktor resiko) / (proporsi kasus tanpa faktor resiko)
(proporsi control dengan faktor resiko) / (proporsi kontrol tanpa faktor resiko)
Secara sederhana perhitungan OR pada desain penelitian case control adalah
sebegai berikut :

Sumber : Kim, Kyoungmi (2016). Design Analysis of Case-Control Studies.


b. Studi Kasus-Kontrol Dengan Matching
Pada studi kasus-kontrol dengan matching individual, harus dilakukan analisis
dengan menjadikan kasus dan kontrol sebagai pasangan-pasangan. Hasil
pengamatan studi kasus-kontrol biasanya disusun dalam tabel 2 x 2 dengan
keterangan sebagai berikut :
Sel a = kasus mengalami pajanan, kontrol mengalami pajanan
Sel b = kasus mengalami pajanan, kontrol tidak mengalami pajanan
Sel c = kasus tidak mengalami pajanan, kontrol mengalami pajanan
Sel d = kasus dan kontrol tidak mengalami pajanan
Kontrol
Kasus Risiko (+) Risiko (–)
Risiko (+) a b
Risiko (–) c d
Rasio odds pada studi kasus-kontrol dengan matching ini dihitung dengan
mengabaikan sel a karena baik kelompok kasus maupun kontrolnya terpajan, dan
sel d karena baik kelompok kasus maupun kontrolnya tidak terpajan. Rasio odds
dihitung dengan formula :
RO = b / c
RO dapat dianggap mrndekati risiko relatif apabila :
1. Insidens penyakit yang diteliti kecil, tidak lebih dari 20% populasi terpajan;
2. Kelompok kontrol merupakan kelompok representatif dari populasi dalam hal
peluangnya untuk terpajan faktor risiko;
3. Kelompok kasus harus representative.
RO > 1 menunjukkan bahwa faktor yang diteliti memang merupakan faktor resiko,
bila RO = 1 atau mencakup angka 1 berarti bukan merupakan faktor resiko, dan
bila RO < par =" p(r-1)+1" p =" proporsi" r =" rasio"> 1.

D. Kelebihan
1. Studi kasus kontrol kadang atau bahkan menjadi satu-satunya cara untuk
meneliti kasus yang jarang atau yang masa latennya panjang, atau bila
penelitian prospektif tidak dapat dilakukan karena keterbatasan sumber atau
hasil diperlukan secepatnya.
2. Hasil dapat diperoleh dengan cepat.
3. Biaya yang diperlukan relatif lebih sedikit sehingga lebih efisien.
4. Memungkinkan untuk mengidentifikasi berbagai faktor risiko sekaligus dalam
satu penelitian (bila faktor risiko tidak diketahui).
5. Tidak mengalami kendala etik seperti pada penelitian eksperimen atau kohort.

E. Kekurangan
1. Data mengenai pajanan faktor risiko diperoleh dengan mengandalkan daya
ingat atau catatan medik. Daya ingat responden menyebabkan terjadinya recall
bias, baik karena lupa atau responden yang mengalami efek cenderung lebih
mengingat pajanan faktor risiko daripada responden yang tidak mengalami
efek. Data sekunder, dalam hal ini catatan medik rutin yang sering dipakai
sebagai sumber data juga tidak begitu akurat (objektivitas dan reliabilitas
pengukuran variabel yang kurang).
2. Validasi informasi terkadang sukar diperoleh.
3. Sukarnya meyakinkan bahwa kelompok kasus dan kontrol sebanding karena
banyaknya faktor eksternal / faktor penyerta dan sumber bias lainnya yang
sukar dikendalikan.
4. Tidak dapat memberikan incidence rates karena proporsi kasus dalam
penelitian tidak mewakili proporsi orang dengan penyakit tersebut dalam
populasi.
5. Tidak dapat dipakai untuk menentukan lebih dari satu variabel dependen,
hanya berkaitan dengan satu penyakit atau efek.
6. Tidak dapat dilakukan untuk penelitian evaluasi hasil pengobatan.

F. Contoh Penelitian
Masalah . Apakah abortus berhubungan dengan risiko kejadian plasenta previa
pada kehamilan berikutnya ?
Hipotesis. Studi kasus-kontrol, hospital based
Kasus. Wanita melahirkan di RSCM dari 1 Januari 1996 sampai dengan 31
Desember 1999 secara bedah ceasar atas indikasi plasenta previa totalis yang
dibuktikan dengan USG dan klinis pendarahan antepartum.
Kontrol. Wanita yang melahirkan dalam kurun waktu yang sama tanpa plasenta
previa dan dipilih secara acak.
Faktor risiko yang ingin diteliti. Riwayat terdapatnya abortus sebelum persalinan
sekarang.
Pengumpulan data. Dengan wawancara dan pengisian kuesioner diperoleh data
dari 68 kasus dan 68 kontrol.
Analisis data. Meskipun RO lebih dari 1, namun karena interval kepercayaannya
mencakup angka 1, maka simpulannya adalah abortus tidak mempunyai hubungan
dengan terjadinya plasenta previa pada kehamilan kemudian, atau diperlukan lebih
banyak kasus untuk membuktikannya.

Plasenta previa
ya Tidak jumlah
RIWAYAT
Ya 12 9 21
ABORSI
Tidak 56 59 115
Jumlah 68 68 136

Ratio odds (OR) = (12x59) / (9x56)=1,4

Internal kepercayaan 95%=0,5 ; 3,6


Daftar Pustaka

Kim, Kyoungmi, 2016. Design and Analysis of Case-Control Studies. [Materi Seminar
Internasional].
Marshall, T., 2004. What is a case-control study?. The University of Birmingham : Department
of Public Health and Epidemiology. International Journal of Epidemiology 2004;33:612–
617.
Noor, Nasry Noor, 2008. Epidemiologi. Jakarta : Rineka Cipta
Notoatmodjo, Soekidjo, 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta
Rantyana, dkk., 2015. Sejarah Epidemiologi Berdasarkan Tokoh Dan Penelitiannya Serta
Tahapan Perkembangan Epidemiologi [Makalah].
Yokokawa, Hirohide, 2014. Introduction of Case-Control Study. [Materi Pembelajaran].
Department of General Medicine, Juntendo University School of Medicine.

Anda mungkin juga menyukai