Anda di halaman 1dari 37

RISET KUANTITATIF 1

DESAIN PENELITIAN
CASE CONTROL

KELOMPOK 3
KELAS C
KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH
ANGGOTA KELOMPOK 2

01
Maria Syelvyrida Tumnia

02
Melly Rahmayani

03
Meta Agil Ciptaan

04
Muhammad Putra Ramadhan

05
Nugrah Dwi Novendi

06
Rahmansyah Rabikun
PEMBAHASAN 3

Pengertian Case Control

Langkah Penelitan Case Control

Kelebihan dan Kekurangan Case Control

Jurnal dengan desain penelitian case control


PENGERTIAN CASE CONTROL 4

Penelitian dimulai dengan identifikasi pasien atau kelompok dengan efek


atau penyakit tertentu (kasus) dan kelompok tanpa efek (kontrol)

Kemudian retrospektif (melihat waktu ke belakang) ditelusuri yang dapat


menerangkan kenapa kasus terkena efek, sedang kontrol tidak terkena.

Feinstein menyebut case kontrol kebalikan dari desain cohort


Cohort → Trohoc
PENGERTIAN CASE CONTROL 5
1

RETROSPEKTIF
Penelitian mulai di
Adakah risiko?
sini

Faktor risiko (+) Kasus


(Kelompok subyek
Faktor risiko (-) dengan efek)

Faktor risiko (+) Kontrol


(Kelompok subyek
Faktor risiko (-) tanpa efek)
PENGERTIAN CASE CONTROL 6

RETROSPEKTIF
Penelitian mulai di
Adakah risiko?
sini

FR Merokok (+)
COPD (+)
FR Merokok (-)

FR Merokok (+)
COPD (-)
FR Merokok (-)
PENGERTIAN CASE CONTROL 7

Studi kasus dengan kohort lebih murah, lebih cepat memberi hasil, dan
tidak memerlukan sukbejk yang banyak.

Digunakan untuk kasus yang jarang terjadi, desain case kontrol bisa
digunakan untuk mengidentifikasi faktor risiko
LANGKAH PENELITIAN CASE CONTROL 8

1. Merumuskan pertanyaan penelitian dan hipotesis


2. Mendiskripsikan variabel penelitian
3. Menentukan populasi terjangkau dan sampel dan cara pemilihan
subyek
4. Melakukan pengukuran variabel
5. Mengukur hasil
6. Menganalisis data
1. Merumuskan Pertanyaan Penelitian dan Hipotesis 9

Untuk dapat melakukan penelitian, perlu disusun Hipotesis penelitian yang


kemudian akan diuji secara statistik.

Pertanyaan penelitian :
Apakah ada hubungan antara kebiasaan merokok dengan kejadian COPD?

Hipotesis penelitian :
Pajanan rokok lebih sering terjadi pada pasien yang mengalami COPD dari
pada pasien yang tidak mengalami COPD
2. Mendsekripsikan Variabel Penelitian 10

Faktor Risiko dan Efek/Outcome

Faktor Risiko
Intensitas pajanan faktor risiko dapat dinilai dengan cara mengukur dosis, frekuensi dan
lamanya pajanan.
Ukuran pajanan terhadap faktor risiko yang berkaitan dengan frekuensi bersifat :
1. Dikotom  Jika terdapat 2 kategori
2. Polikotom  Diukur lebih dari 2 tingkat, contoh: tidak pernah, kadang-kadang, sering.
3. Kontinu  Diukur dalam skala numerik atau kontinu, misal: umur (tahun), paritas,
berat lahir.
2. Mendsekripsikan Variabel Penelitian 11

Faktor Risiko dan Efek/Outcome

Ukuran pajanan yang berkaitan dengan waktu :


1. Lamanya pajanan dan apakah pajanan berlangsung secara terus menerus.
2. Saat mendapat pajanan pertama
3. Bilakah terjadi pajanan terakhir.
2. Mendsekripsikan Variabel Penelitian 12

Faktor Risiko dan Efek/Outcome

Yang paling sering sering digunakan adalah:


- Variabel Independen (faktor risiko) dengan skala nominal (ya atau tidak) dan variabel
dependen (efek, penyakit) berskala nominal dikotom (ya atau tidak) juga.
- Informasi mengenai pajanan suatu faktor risiko didapat dari sumber informasi yang akurat.
- Contoh: Rekam Medis, Laboratorium.

Prinsip Utama :
1. Pada kelompok kasus dan kontrol ditanyakan hal yang sama dan pewawancara sedapat mungkin
tidak mengetahui apakah subyek termasuk dalam kelompok kasus atau kelompok kontrol.
2. Pencatatan terhadap segala informasi antara kedua kelompok harus tercatat sama baiknya.
2. Mendsekripsikan Variabel Penelitian 13

Faktor Risiko dan Efek/Outcome

Efek/Outcome
- Efek/Outcome merupakan hal yang sentral (mendapat perhatian utama).
- Perlu diketahui kriteria diagnosis mana yang digunakan untuk memasukkan seseorang
menjadi kasus.
- Penyakit Harus mudah diperoloeh kriteria klinisnya → Menggunakan kriteria objektif →
Pemeriksaan diagnostik, pemeriksaan lab, x-rays, pemeriksaan patolog-anatomi, dll
3. Menentukan Subyek Penelitian 14

Kasus

Cara terbaik untuk memilih kasus adalah dengan mengambil secara acak subyek dari
populasi yang menderita efek. Namun dalam praktek, hal ini hampir tidak mungkin
dilaksanakan, karena penelitian case kontrol lebih sering dilakukan pada kasus yang jarang,
yang diagnosisnya biasanya ditegakan di rumah sakit.

Kasus Insiden (Baru) atau Kasus Prevalens (Baru + Lama)

Dalam pemilihan kasus sebaiknya memilih kasus insidens (kasus baru). Apabila mengambil
kasus prevalens (kasus lama dan kasus baru) maka untuk penyakit yang masa sakitnya
singkat atau mortalitasnya sangat tinggi, kelompok kasus tidak menggambarkan keadaan
dalam populasi.
3. Menentukan Subyek Penelitian 15

Tempat Pengumpulan Kasus

Bila disuatu daerah terdapat registry kesehatan masyarakat yang baik dalam lengkap, maka
pengambilan kasus sebaiknya dari sumber dimasyarakat (population based), karena kasus
yang ingin diteliti tercatat dengan baik.

Saat Diagnosis

Untuk penyakit yang perlu pertolongan segera (misalnya fraktur) maka saat ditegakannya
diagnosis boleh dikatakan sama dengan mula timbulnya penyakit (onset). Tetapi ada
beberapa penyakit yang timbulnya secara perlahan dan sulit dipastikan dengan tepat. Perlu
dipastikan bahwa faktor risiko terjadinya sebelum efek (penyakit), bukan setelah efek.
3. Menentukan Subyek Penelitian 16

Kontrol

Pemilihan kontrol memberi masalah yang lebih besar daripada pemilihan kasus, karena
kontrol semata-mata ditentukan oleh peneliti, sehingga sangat terancam bias.

Ada beberapa cara untuk memilih kontrol yang baik :


1. Memilih kasus dan kontrol dari populasi yang sama
2. Matching; memilih kontrol dengan karakteristik yang sama dengan kasus dalam semua
variabel yang mungkin berperan sebagai faktor resiko kecuali variabel yang diteliti
3. Memilih lebih dari satu kelompok kontrol. Karena sukar mencari kelompok kontrol yang
benar-benar sebanding maka dapat dipilih lebih dari satu kelompok kontrol
4. Melakukan Besar Sampel 17

Pada dasarnya untuk penelitian kasus kontrol jumlah subyek yang diteliti
bergantung pada :
1. Berapa frekuensi pajanan faktor resiko pada populasi, ini penting terutama
apabila kontrol diambil dari populasi. Apabila densitas pajanan risiko terlalu
kecil atau terlalu besar, mungkin pajanan risiko pada kasus dan kontrol
hampir sama → Diperlukan sampel yang besar untuk mengetahui
perbedaannya.
2. Rasio odds terkecil yang dianggap bermakna (R)
4. Melakukan Besar Sampel 18

3. Derajat kemaknaan (α) dan kekuatan (power 1-β) yang dipilih. Biasa dipilih
α=5%, β=10% atau 20% (power = 90% atau 80%).
4. Rasio antara jumlah kasus dan kontrol. Bila dipilih kontrol lebih banyak,
maka jumlah kasus dapat dikurangi. Bila jumlah kontrol diambil c kali jumlah
kasus, maka jumlah kasus dapat dikurangi dari n menjadi (c+1)n/2c
5. Apakah pemilihan kontrol dilakukan dengan matching atau tidak. Apabila
dilakukan matching maka jumlah subyek yang diperlukan untuk diteliti
menjadi lebih sedikit
5. Melakukan Pengukuran 19

- Pengukuran varaibel efek dan faktor risiko merupakan hal sentral


- Penentuan efek harus sudah didefinisikan dengan jelas
- Pengukuran faktor risiko atau pajanan yang terjadi waktu lampau sering
kesulitan
- Meskipun ada rekam medis, hasil pemeriksaan lab, pencitraan dll →
Penentuan pajanan berdasarkan anamnesis atau wawancara (mengandalkan
daya ingat responden – meassrument error) → Recall Bias (kelemahan utama
case kontrol)
6. Menganalisis Hasil Penelitian 20

Sederhada → Ratio Odds


Komplek → Analisis multivariat (lebih dari 1 raktor risiko)

Pemilihan berdasarkan :
1. Cara memilih kontrol match atau tidak
2. Ada tidaknya variabel penganggu
PENENTUAN RASIO ODDS – Case kontrol tanpa matching 21

Ratio odds (RO) pada studi kasus control dapat diartikan sama dengan risiko relative
(RR) pada studi kohort

Pada penelitian kasus-control


- Kelompok kasus : subjek yang sudah sakit
Insiden penyakit tidak
- Kelompok Kontrol : subjek yang tidak sakit dapat dihitung

KELOMPOK KELOMPOK
KASUS KONTROL
A+C B+D

Seringnya mendapat pajanan yang Alat analisis standar


sama RATIO ODDS (RO)
PENENTUAN RASIO ODDS – Case kontrol tanpa matching 22
PENENTUAN RASIO ODDS – Case kontrol dengan matching 23

Harus dilakukan analisis dengan menjadikan kasus dan control sebagai pasangan

Kontrol
Risiko + Risiko -
Kasus
Risiko + a b
Risiko - c d
Keterangan :
a. Kasus dan control mengalami pajanan
b. Kasus mengalami pajanan, control tidak
c. Kasus tidak mengalami pajanan, control mengalami
d. Kasus dan control tidak mengalami pajanan
PENENTUAN RASIO ODDS – Case kontrol dengan matching 24

RO = b/c
RO > atau sama 1, berarti faktor risiko

Catatan : RO < 1 berarti faktor yang melindungi atau protektif


a diabaikan karena baik kasus maupun kontrolnya terpajan
d diabaikan karena baik kasus maupun controlnya tidak terpajan

RO mendekati resiko relative apabila:


1. Insidens penyakit yang diteliti kecil, biasanya dianggap tidak lebih 20% populasi yang
terpajan
2. Kelompok control merupakan kelompok representative dan populas dalam hal peluangnya
untuk terpajan faktor resiko
3. Kelompok kasus harus representative
BIAS PADA CASE CONTROL 25

Bias adalah kesalahan sistematis yang menyebabkan hasil penelitian tidak sesuai
dengan kenyataan.

Kelompok bias pada case control study:


a) Bias seleksi
b) Bias informasi
c) Bias perancu (confounding bias)
BIAS PADA CASE CONTROL 26

Penyebab Kemungikan Terjadinya Bias

1. Informasi tentang faktor resiko/faktor perancu (confounding factors) mungkin


terlupakan oleh subyek penelitian atau tidak tercatat dalam catatan medik
kasus (recall bias)
2. Subyek yang mengalami efek (kasus) karena ingin mengetahui penyebab
penyakitnya lebih sering melaporkan pajanan faktor risiko dibandingkan
subyek yang tidak terkenan efek (kontrol)
BIAS PADA CASE CONTROL 27

3. Peneliti kadang sukar untuk menentukan dengan tepat apakah pajanan


sesuatu agen menyebabkan penyakit atau justru terdapatnya penyakit yang
menyebabkan subyek menjadi lebih mudah mudah terpajan oleh agen
4. Identifikasi subyek sebagai kasus maupun sebagai kontrol yang representatif
seringkali sangat sulit. Penegakan diagnosis memang merupakan salah satu
hal yang harus sangat diperhatikan, karena merupakan data utama untuk
analisis
BIAS PADA CASE CONTROL 28

Bias dapat terjadi pada setiap tahapan penelitian

1. Pada waktu penentuan diagnosis


2. Pada saat pemilihan kasus atau kontrol
3. Pada saat pengukuran
4. Bahkan pada tahap analisis hasil pengamatan
KELEBIHAN CASE CONTROL 29

1. Studi kasus kontrol dapat/kadang merupakan satu-satunya cara untuk meneliti


kasus yang jarang atau yang masa latennya panjang
2. Hasil dapat diperoleh dengan cepat
3. Biaya yang diperlukan relatif murah
4. Memerlukan subyek penelitian yang lebih sedikit
5. Dapat digunakan untuk mengidentifikasi berbagai faktor risiko sekaligus salam
satu penelitian
KEKURANGAN CASE CONTROL 30

1. Data primer (mengandalkan daya ingat) dan sekunder (dari rekam medik)
yang diambil sering bias
2. Validasi mengenai informasi kadang-kadang sukar diperoleh
3. Sukar menentukan apakah kelompok kasus dan kontrol sebanding
4. Tidak dapat memberikan incidence rates
5. Tidak dapat dipakai untuk menentukan lebih dari 1 variabel dependen, hanya
berkaitan dengan satu penyakit atau efek
CONTOH JURNAL TERKAIT DENGAN DESAIN CASE CONTROL 31
CONTOH JURNAL TERKAIT DENGAN DESAIN CASE CONTROL 32

Tujuan Penelitian :
Untuk mengetahui hubungan faktor risiko dengan kejadian COPD (Cronic
Obstructive Pulmonary Disease)

FR Merokok (+)
COPD (+)
FR Merokok (-)

FR Merokok (+)
COPD (-)
FR Merokok (-)
CONTOH JURNAL TERKAIT DENGAN DESAIN CASE CONTROL 33

- Tempat pengambilan kasus di Departemen of Champagne County Hospital


- Dilakukan penulusarn (retrospektive) dari September 2012 sampai September
2004
- Dilakukan matching : usia, jenis kelamin dan riwayat kebiasan merokok
- Usia responden 35 – 75 tahun
- Data diambil dari rekam medis

Populasi
Semua penderita COPD di 6 RS khusus Respirasi di Perancis
CONTOH JURNAL TERKAIT DENGAN DESAIN CASE CONTROL 34

Sampelnya :
Kelompok kasus
- COPD Stage 1 (FEV1 dibagi FVC < 70%) dan tidak terkontrol oleh salbutamol
- Individu dikeluarkan jika melaporkan adanya asma, cystuc fibrosis, empisema, ear nose
throat (ENT) disease, dan alergi (rhinitis)

Kelompok kontrol
- Semua bukan COPD dengan pemeriksaan spirometry yang tidak menunjukkan hasil
spirometri COPD (FEV1 dibagi FCV > 70%)
- Akan dikeluarkan jika terdapat masalah ENT disease
CONTOH JURNAL TERKAIT DENGAN DESAIN CASE CONTROL 35

Variabel Dependen :
Kejadian COPD.

Varabel Independen :
1. Riyawat kebiasaan merokok :
< 11 pack/tahun
Karena menggunakan matching, maka responden
11-20 Pack/tahun dibagi menjadi dua grup perokok (baru dan sudah
> 20 pack/tahun lama) dan tidak merokok.

2. Riwayat pekerjaan
3. Riwayat Olahraga
CONTOH JURNAL TERKAIT DENGAN DESAIN CASE CONTROL 36

Pengukuran varaibel
Pengukuran paparan (Faktor Risiko)
Paparan diukur secara spesifik dihubungkan dengan pekerjaan responden yang
dilakukan > 1 tahun (petani, tukang kayu, pekerja di pabrik tekstil, pekerja di
pabrik karet dan pasltik, pekerja di pabrik rokok atau tar, operator mesin, tukang
las, pekerja pabrik kaca, tukang cor, pemadam kebakaran, dan pengrajin tembikar)
(kuesioner diambil dari JEM (Job Expossure Matrix))
CONTOH JURNAL TERKAIT DENGAN DESAIN CASE CONTROL 37

Pengkuran fungsi paru


- Pengukuran dilakukan dengan sprirometry
- COPD GOLD Stage 1 (FEV1 dibagi FCV < 70%), diambil yang terbaik dari 3 kali
pengkuran

Analisa statistik
- Alfha 5%
- Power 80%
- Analisa multivariat menggunakn Odds Ratio untuk mengetahui hubungan COPD
dengan usia, jenis kelamin, riwayat merokok, dan riwayat paparan

Anda mungkin juga menyukai