Anda di halaman 1dari 20

Makalah Epidemiologi Perencanaan Kesehatan

Pengambilan Keputusan Berbasis Epidemiologi


dan Strategi Pembangunan Kesehatan

Kelompok 6 :

Muh. Amri Arfandi K11116320


Nanang Yuliana B. K011171710
Hasnawati K011171713

Epidemiologi
Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Hasanuddin
Makassar
2019
Keputusan Manajemen Berbasis Epidemiologi
Latar Belakang
Pelayanan kesehatan merupakan suatu konsep yang diberikan untuk melayani
kesehatan masyarakat baik perorangan maupun kelompok. Kesehatan sangatlah berarti
bagi seluruh insan atau masyarakat didunia dimanapun berada, yang memungkinkan
setiap orang untuk hidup produktif baik secara sosial maupun ekonomi. Sehingga
dengan demikian diperlukanlah suatu pemeliharaan kesehatan, dimana kita perlu untuk
melakukan pemeriksaan, pengobatan serta persalinan. Akan tetapi jika pemeliharaan
kesehatan tersebut tidak dapat terpenuhi dengan baik dan terlaksana dengan maksimal
akan berdampak pada kesehatan dan perekonomian masyarakat itu sendiri.
Dalam menjamin dan menjaga keberlangsungan pelayanan kesehatan ini, maka
juga harus didukung dengan manajemen pelayanan kesehatan. Karena Manajemen
pelayanan kesehatan menerapkan prinsip manajemen dalam pelayanan kesehatan
sehingga tercipta sistem pelaksanaan pelayanan kesehatan dengan baik, sesuai dengan
prosedur, teratur, menempatkan orang-orang yang terbaik pada bidang-bidang
pekerjaannya, efisien, dan yang lebih penting lagi adalah dapat menyenangkan
konsumsi atau membuat konsumen puas terhadap pelayanan kesehatan yang diberikan.
Pelayanan kesehatan merupakan fungsi paling mudah nampak dari semua sistem
kesehatan, baik kepada pengguna maupun terhadap masyarakat umum. Penyediaan
layanan menunjukkan semua input yang dapat mendukung pelayanan kesehatan seperti
berbagai input dana, staf, peralatan dan obat-obatan. Peningkatan akses, kemampuan
dan kualitas pelayanan tergantung pada ketersediaan semua pendukung tersebut, mutu
dari terorganisasinya suatu sistem dan manajemen yang berlaku, dan juga besarnya
insentif yang diberikan kepada para pelaku teknis.
Oleh karenanya agar manajemen pelayanan kesehatan dapat berjalan baik maka
diperlukan juga pengambilan keputusan yang tepat yang sesuai dengan tujuan
manajemen pelayanan kesehatan yang diinginkan.
Pengambilan Keputusan
Keputusan adalah hasil pemecahan masalah yang dihadapi dengan tegas. Hal itu
berkaitan dengan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan mengenai ‘apa yang harus
dilakukan’ dan seterusnya mengenai unsur-unsur perencanaan. Dapat juga dikatakan
bahwa keputusan itu sesungguhnya merupakan hasil proses pemikiran yang berupa
pemilihan satu diantara beberapa alternatif yang dapat digunakan untuk memecahkan
masalah yang dihadapi.
Keputusan itu sendiri merupakan unsur kegiatan yang sangat vital. Jiwa
kepemimpinan seseorang itu dapat diketahui dari kemampuan mengatasi masalah dan
mengambil keputusan yang tepat. Keputusan yang tepat adalah keputusan yang
berbobot dan dapat diterima bawahan. Ini biasanya merupakan keseimbangan antara
disiplin yang harus ditegakkan dan sikap manusiawi terhadap bawahan. Keputusan
yang demikian ini juga dinamakan keputusan yang mendasarkan diri pada human
relations.
Ada beberapa definisi tentang pengambilan keputusan, dalam hal ini arti
pengambilan keputusan sama dengan pembuatan keputusan, misalnya Terry, definisi
pengambilan keputusan adalah pemilihan alternatif perilaku dari dua alternatif atau
lebih ( tindakan pimpinan untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi dalam
organisasi yang dipimpinnya dengan melalui pemilihan satu diantara alternatif-
alternatif yang dimungkinkan).
Menurut Siagian pengambilan keputusan adalah suatu pendekatan terhadap
hakikat suatu masalah, pengumpulan fakta-fakta dan data, penentuan yang matang dari
alternatif yang dihadapi dan pengambilan tindakan yang menurut perhitungan
merupakan tindakan yang paling tepat.
Dari kedua pengertian diatas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa keputusan itu
diambil dengan sengaja, tidak secara kebetulan, dan tidak boleh sembarangan.
Masalahnya telebih dahulu harus diketahui dan dirumuskan dengan jelas, sedangkan
pemecahannya harus didasarkan pemilihan alternatif terbaik dari alternatif yang ada.
Tujuan Pengambilan Keputusan
Kegiatan-kegiatan yang dilakukan dalam organisasi itu dimaksudkan untuk
mencapai tujuan organisasinya yang dimana diinginkan semua kegiatan itu dapat
berjalan lancer dan tujuan dapat dicapai dengan mudah dan efisien. Namun, kerap kali
terjadi hambatan-hambatan dalam melaksanakan kegiatan. Ini merupakan masalah
yang harus dipecahkan oleh pimpinan organisasi. Pengambilan keputusan
dimaksudkan untuk memecahkan masalah tersebut.

Dasar Pengambilan Keputusan


 Pengambilan Keputusan Berdasarkan Intuisi
Keputusan yang diambil berdasarkan intuisi atau perasaan lebih bersifat
subjektif yaitu mudah terkena sugesti, pengaruh luar, dan faktor kejiwaan lain.
Sifat subjektif dari keputusuan intuitif ini terdapat beberapa keuntungan, yaitu :
1. Pengambilan keputusan oleh satu pihak sehingga mudah untuk memutuskan.
2. Keputusan intuitif lebih tepat untuk masalah-masalah yang bersifat
kemanusiaan.
Pengambilan keputusan yang berdasarkan intuisi membutuhkan waktu yang
singkat Untuk masalah-masalah yang dampaknya terbatas, pada umumnya
pengambilan keputusan yang bersifat intuitif akan memberikan kepuasan. Akan
tetapi, pengambilan keputusan ini sulit diukur kebenarannya karena kesulitan
mencari pembandingnya dengan kata lain hal ini diakibatkan pengambilan
keputusan intuitif hanya diambil oleh satu pihak saja sehingga hal-hal yang lain
sering diabaikan.
 Pengambilan Keputusan Rasional
Keputusan yang bersifat rasional berkaitan dengan daya guna. Masalah –
masalah yang dihadapi merupakan masalah yang memerlukan pemecahan
rasional. Keputusan yang dibuatberdasarkan pertimbangan rasional lebih bersifat
objektif. Dalam masyarakat, keputusan yang rasional dapat diukur apabila
kepuasan optimal masyarakat dapat terlaksana dalam batas-batas nilai masyarakat
yang di akui saat itu.
 Pengambilan Keputusan Berdasarkan Fakta
Ada yang berpendapat bahwa sebaiknya pengambilan keputusan didukung
oleh sejumlah fakta yang memadai. Sebenarnya istilah fakta perlu dikaitkan
dengan istilah data dan informasi. Kumpulan fakta yang telah dikelompokkan
secara sistematis dinamakan data. Sedangkan informasi adalah hasil pengolahan
dari data. Dengan demikinan, data harus diolah lebih dulu menjadi informasi yang
kemudian dijadikan dasar pengambilan keputusan.
Keputusan yang berdasarkan sejumlah fakta, data atau informasi yang cukup
itu memang merupakan keputusan yang baik dan solid, namun untuk mendapatkan
informasi yang cukup itu sangat sulit.
 Pengambilan Keputusan Berdasarkan Pengalaman
Sering kali terjadi bahwa sebelum mengambil keputusan, pimpinan
mengingat-ingat apakah kasus seperti ini sebelumnya pernah terjadi. Pengingatan
semacam itu biasanya ditelusuri melalui arsip-arsip penhambilan keputusan yang
berupa dokumentasi pengalaman-pengalaman masa lampau. Jika ternyata
permasalahan tersebut pernah terjadi sebelumnya, maka pimpinan tinggal melihat
apakah permasalahan tersebut sama atau tidak dengan situasi dan kondisi saat ini.
Jika masih sama kemudian dapat menerapkan cara yang sebelumnya itu untuk
mengatasi masalah yang timbul.
Dalam hal tersebut, pengalaman memang dapat dijadikan pedoman dalam
menyelesaikan masalah. Keputusan yang berdasarkan pengalaman sangat
bermanfaat bagi pengetahuan praktis. Pengalaman dan kemampuan untuk
memperkirakan apa yang menjadi latar belakang masalah dan bagaimana arah
penyelesaiannya sangat membantu dalam memudahkan pemecaha masalah.
 Pengambilan Keputusan Berdasarkan Wewenang
Banyak sekali keputusan yang diambil karena wewenang (authority) yang
dimiliki. Setiap orang yang menjadi pimpinan organisasi mempunyai tugas dan
wewenang untuk mengambil keputusan dalam rangka menjalankan kegiatan demi
tercapainya tujuan organisasi yang efektif dan efisien.
Keputusan yang berdasarkan wewenang memiliki beberapa keuntungan.
Keuntungan-keuntungan tersebut antara lain : banyak diterimanya oleh bawahan,
memiliki otentisitas (otentik), dan juga karena didasari wewenang yang resmi
maka akan lebih permanent sifatnya.
Keputusan yang berdasarkan pada wewenang semata maka akan
menimbulkan sifat rutin dan mengasosiasikan dengan praktik dictatorial.
Keputusan berdasarkan wewenang kadangkala oleh pembuat keputusan sering
melewati permasahan yang seharusnya dipecahkan justru menjadi kabur atau
kurang jelas.

Proses Pengambilan Keputusan


Setiap keputusan yang diambil itu merupakan perwujudan kebijakan yang telah
digariskan. Oleh karena itu, analisis proses pengambilan keputusan pada hakikatnya
sama saja dengan analisis proses kebijakan. Proses pengambilan keputusan meliputi :
 Identifikasi masalah
Dalam hal ini pemimpin diharapkan mampu mengindentifikasikan masalah yang
ada di dalam suatu organisasi.
 Pengumpulan dan penganalisis data
Pemimpin diharapkan dapat mengumpulkan dan menganalisis data yang dapat
membantu memecahkan masalah yang ada.
 Pembuatan alternatif-alternatif kebijakan
Setelah masalah dirinci dengan tepat dan tersusun baik, maka perlu dipikirkan
cara-cara pemecahannya. Cara pemecahan ini hendaknya selalu diusahakan
adanya alternatif-alternatif beserta konsekuensinya, baik positif maupun negatif.
Oleh sebab itu, seorang pimpinan harus dapat mengadakan perkiraan sebaik-
baiknya. Untuk mengadakan perkiraan dibutuhkan adanya informasi yang
secukupnya dan metode perkiraan yang baik. Perkiraan itu terdiri dari berbagai
macam pengertian:
 Perkiraan dalam arti Proyeksi
Perkiraan yang mengarah pada kecenderungan dari data yang telah terkumpul
dan tersusun secara kronologis.
Perkiraan dalam arti prediksi Perkiraan yang dilakukan dengan menggunakan
analisis sebab akibat.
 Perkiraan dalam arti konjeksi
Perkiraan yang didasarkan pada kekuatan intuisi (perasaan). Intuisi disini
sifatnya subjektif, artinya tergantung dari kemampuan seseorang untuk
mengolah perasaan.
 Pemilihan salah satu alternatif terbaik
Pemilihan satu alternatif yang dianggap paling tepat untuk memecahkan masalah
tertentu dilakukan atas dasar pertimbangan yang matang atau rekomendasi. Dalam
pemilihan satu alternatif dibutuhkan waktu yang lama karena hal ini menentukan
alternative yang dipakai akan berhasil atau sebaliknya.
 Pelaksanaan keputusan
Dalam pelaksanaan keputusan berarti seorang pemimpin harus mampu menerima
dampak yang positif atau negatif. Ketika menerima dampak yang negatif,
pemimpin harus juga mempunyai alternatif yang lain.
 Pemantauan dan pengevaluasian hasil pelaksanaan
Setelah keputusan dijalankan seharusnya pimpinan dapat mengukur dampak dari
keputusan yang telah dibuat.
Epidemiologi
Epidemiologi adalah ilmu yang bertujuan untuk mendiagnosis masalah
kesehatan masyarakat, mengidentifikasi riwayat alamiah dan etiologi penyakit dan
memberikan informasi yang dapat digunakan untuk manajemen pelayanan/program
kesehatan. Dari uraian terdahulu, pengertian epidemiologi menjadi lebih luas dan
bukan hanya menganalis penyakit serta sebab terjadinya penyakit, melainkan dapat
pada diterapkan dalam berbagai masalah yang ada dalam masyarakat.
Dalam bidang kesehatan masyarakat , epidemiologi mempunyai 3 fungsi utama ,
yaitu :

1. Menerangkan tentang besarnya masalah dan gangguan kesehatan ( termasuk


penyakit ) serta penyebarannya dalam suatu pnduduk tertentu.
2. Menyiapkan data dan informasi yang essensial untuk keperluan perencanaan,
pelaksanaan program, dan evaluasi berbagai kegiatan pelayanan (kesehatan)
pada masyarakat, baik yang bersifat pencegahan dan penanggulangan
penyakit maupun bentuk lainnya serta menentukan skala prioritas terhadap
kegiatan tersebut.
3. Mengidentifikasi berbagai faktor yang menjadi penyebab masalah atau faktor
yang berhubungan dengan terjadinya masalah tersebut.

Pengambilan Keputusan Berbasis Epidemiologi


Epidemiologi merupakan metode pengumpulan dan analisis fakta untuk
mengembangkan dan menguji kerangka pikir dan dapat menjelaskan terjadinya
fenomena kesehatan. Setiap aktifitas epidemiologi merupakan penerapan metode untuk
mengumpulkan dan menganalisis data sehingga dapat disajikan suatu informasi yang
memperkaya ilmu pengetahuan mengenai fenomena kesehatan tertentu dan untuk
pengambilan keputusan atau kebijakan dalam pelayanan kesehatan. sebagai suatu
disiplin ilmu, epidemiologi dapat dianggap sebagai ilmu dasar menyangkut mekanisme
terjadinya penyakit dan fenomena kesehatan pada umumnya. Disamping itu,
epidemiologi dapat juga dianggap sebagai ilmu terapan, yang memadukan ilmu-ilmu
biomedik, biostatistika, dan bioteknologi untuk memecahkan persoalan-persoalan
kesehatan, khususnya mencegah penyakit, disabilitas dan kematian.
Berdasarkan pembahasan sebelumnya mengenai proses pengambilan keputusan,
maka diketahui bahwa proses awal dari suatu pengambilan keputusan adalah
identifikasi masalah yang kemudian dilanjutkan dengan pengumpulan dan analisis
data. Kedua proses ini sangat erat kaitannya dengan epidemiologi, dimana telah
dijelaskan sebelumnya bahwa epidemiologi merupakan mengumpulkan dan
menganalisis data sehingga dapat disajikan suatu informasi yang memperkaya ilmu
pengetahuan mengenai fenomena kesehatan tertentu.
Sebagai contoh, seorang epidemiolog biasanya mengindetifikasi masalah dengan
memperoleh sumber masalah terlebih dahulu. Sumber masalah kesehatan masyarakat
dapat diperoleh dari berbagai macam cara seperti :
1. Laporan kegiatan dari program yang ada.
2. Surveilans epidemiologi.
3. Survei kesehatan.
4. Laporan tahunan kesehatan (Profil kesehatan).
5. Laporan bulanan fasilitas kesehatan (Puskesmas).
6. Data penunjang lain seperti data demografi, cuaca, serta lingkungan.
Selanjutnya untuk mempersempit ruang lingkup masalah maka diperlukan
analisis epidemiologi. Analisis epidemiologi terdiri dari analisis berdasarkan person,
place and time. Sebagai contoh, misalnya telah didapatkan bahwa di Sulsel prevalensi
buruk masih tinggi, tentunya kita tidak bisa langsung membuat keputusan bahwa
semua kelompok umur dan daerah di Sulsel perlu diintervensi namun harus dianalisis
terlebih dahulu mengenai, siapa yang paling banyak terkena, dimana daerah yang
paling parah, serta waktu kejadian kapan.
Strategi Pembangunan Kesehatan
Latar Belakang
Pembangunan adalah proses sosial yang direkayasa, yang kata intinya adalah
perubahan sosial, dan rekayasa sosial modal pembangunan terjadi secara besar-
besaran, di negara dunia ke-3. Ada banyak konsep pembangunan. Misalnya
menyamakan pembangunan dengan modernisasi. Dengan demikian, pembangunan
adalah beralihnya masyarakat tradisional menjadi masyarakat moderen. Saat ini
pembangunan dalam segala aspek kehidupan sedang giat-gianya dilakukan.
Pemerintah sudah memberikan bantuan dana untuk menunjang keberhasilan dari
pembangunan tersebut. Dalam pembangunan, peran serta masyarakat sangatlah
penting. Tanpa adanya peran dari masyarakat, maka tujuan dari pembangunan tersebut
sulit dicapai.
Pembangunan kesehatan pada hakekatnya adalah upaya yang dilaksanakan oleh
semua komponen Bangsa Indonesia yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran,
kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat
kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya, sebagai investasi bagi pembangunan
sumber daya manusia yang produktif secara sosial dan ekonomis. Keberhasilan
pembangunan kesehatan sangat ditentukan oleh kesinambungan antar upaya program
dan sektor, serta kesinambungan dengan upaya-upaya yang telah dilaksanakan oleh
periode sebelumnya.
Pembangunan kesehatan merupakan bagian dari pembangunan nasional.
Program pembangunan dalam bidang kesehatan sudah berhasil, namun masih ada
hambatan yang mempengaruhi pembangunan kesehatan. Oleh karena itu diperlukan
adanya reformasi di bidang kesehatan untuk mengatasi ketimpangan hasil
pembangunan kesehatan antar daerah. Pembangunan kesehatan menurut Sistem
Kesehatan Nasional adalah masyarakat, bangsa dan negara yang ditandai oleh
penduduknya yang hidup dalam lingkungan sehat, berperilaku bersih sehat (PHBS),
mempunyai kemampuan untuk menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu secari
adil dan merata dalam wilayah kesatuan Republik Indonesia.
Luasnya wilayah Republik Indonesia yang tersebar dari Sabang sampai Merauke
yang memiliki perbedaan budaya, letak geografis merupakan salah satu hambatan
dalam pembangunan. Seringkali suatu program bisa diterapkan didaerah A, namun
tidak bisa diterapkan didaerah B. Untuk mencapai tujuan pembangunan kesehatan
tersebut harus dilakukan dengan strategi. Stategi yang digunakan untuk wilayah A dan
B tentu berbeda.

Strategi Pembangunan Kesehatan Indonesia : RPJPK 2005-2025, RPJMN 2015-


2019, Renstra Kemenkes RI 2015-2019
Di Indonesia strategi pembangunan kesehatan mengacu pada salah satunya
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2015-2019. Selanjutnya,
dalam Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004, tentang Sistem Perencanaan
Pembangunan Nasional (SPPN) mengamanatkan bahwa setiap kementerian perlu
menyusun Rencana Strategis (Renstra) yang mengacu pada RPJMN. Dengan telah
ditetapkannya RPJMN 2015-2019 maka Kementerian Kesehatan menyusun Renstra
Tahun 2015-2019.
Pembangunan kesehatan pada periode 2015-2019 adalah Program Indonesia
Sehat dengan sasaran meningkatkan derajat kesehatan dan status gizi masyarakat
melalui melalui upaya kesehatan dan pemberdayaan masyarakat yang didukung dengan
perlindungan finansial dan pemeratan pelayanan kesehatan.
Sasaran pokok RPJMN 2015-2019 adalah:
(1) meningkatnya status kesehatan dan gizi ibu dan anak;
(2) meningkatnya pengendalian penyakit;
(3) meningkatnya akses dan mutu pelayanan kesehatan dasar dan rujukan terutama di
daerah terpencil, tertinggal dan perbatasan;
(4) meningkatnya cakupan pelayanan kesehatan universal melalui Kartu Indonesia
Sehat dan kualitas pengelolaan SJSN Kesehatan,
(5) terpenuhinya kebutuhan tenaga kesehatan, obat dan vaksin; serta
(6) meningkatkan responsivitas sistem kesehatan.
Program Indonesia Sehat dilaksanakan dengan 3 pilar utama yaitu paradigma
sehat, penguatan pelayanan kesehatan dan jaminan kesehatan nasional:
1) pilar paradigma sehat di lakukan dengan strategi pengarusutamaan kesehatan dalam
pembangunan, penguatan promotif preventif dan pemberdayaan masyarakat;
2) penguatan pelayanan kesehatan dilakukan dengan strategi peningkatan akses
pelayanan kesehatan, optimalisasi sistem rujukan dan peningkatan mutu pelayanan
kesehatan, menggunakan pendekatan continuum of care dan intervensi berbasis risiko
kesehatan;
3) sementara itu jaminan kesehatan nasional dilakukan dengan strategi perluasan
sasaran dan benefit serta kendali mutu dan kendali biaya.
Arah kebijakan dan strategi pembangunan kesehatan nasional 2015-2019
merupakan bagian dari Rencana Pembangunan Jangka Panjang bidang Kesehatan
(RPJPK) 2005-2025, yang bertujuan meningkatkan kesadaran, kemauan, kemampuan
hidup sehat bagi setiap orang agar peningkatan derajat kesehatan masyarakat yang
setinggi-tingginya dapat terwujud, melalui terciptanya masyarakat, bangsa dan negara
Indonesia yang ditandai oleh penduduknya yang hidup dengan perilaku dan dalam
lingkungan sehat, memiliki kemampuan untuk menjangkau pelayanan kesehatan yang
bermutu, secara adil dan merata, serta memiliki derajat kesehatan yang setinggi-
tingginya di seluruh wilayah Republik lndonesia.
Dalam RPJMN 2015-2019, sasaran yang ingin dicapai adalah meningkatkan
derajat kesehatan dan status gizi masyarakat melalui upaya kesehatan dan
pemberdayaan masyarakat yang didukung dengan perlindungan finansial dan
pemeratan pelayanan kesehatan.
Kebijakan pembangunan kesehatan difokuskan pada penguatan upaya kesehatan
dasar (Primary Health Care) yang berkualitas terutama melalui peningkatan jaminan
kesehatan, peningkatan akses dan mutu pelayanan kesehatan dasar dan rujukan yang
didukung dengan penguatan sistem kesehatan dan peningkatan pembiayaan kesehatan.
Kartu Indonesia Sehat menjadi salah satu sarana utama dalam mendorong reformasi
sektor kesehatan dalam mencapai pelayanan kesehatan yang optimal, termasuk
penguatan upaya promotif dan preventif.
Arah Kebijakan serta Strategi pembangunan kesehatan RPJMN 2015-2019
meliputi:
1. Akselerasi Pemenuhan Akses Pelayanan Kesehatan Ibu, Anak, Remaja, dan
Lanjut Usia yang Berkualitas.
a. Peningkatan akses dan mutu continuum of care pelayanan ibu dan anak yang
meliputi kunjungan ibu hamil, pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan
terlatih di fasilitas kesehatan;
b. Peningkatan pelayanan kesehatan reproduksi pada remaja;
c. Penguatan Upaya Kesehatan Sekolah (UKS);
d. Penguatan Pelayanan Kesehatan Kerja dan Olahraga;
e. Peningkatan pelayanan kesehatan lanjut usia;
f. Peningkatan cakupan imunisasi tepat waktu pada bayi dan balita; serta
g. Peningkatan peran upaya kesehatan berbasis masyarakat termasuk posyandu
dan pelayanan terintegrasi lainnya dalam pelayanan kesehatan ibu, anak,
remaja dan lansia.
2. Mempercepat Perbaikan Gizi Masyarakat.
a. Peningkatan surveilans gizi termasuk pemantauan pertumbuhan;
b. Peningkatan akses dan mutu paket pelayanan kesehatandan gizi dengan fokus
utama pada 1.000 hari pertama kehidupan, remaja calon pengantin dan ibu
hamil;
c. Peningkatan promosi perilaku masyarakat tentang kesehatan, gizi, sanitasi,
hygiene, dan pengasuhan;
d. Peningkatan peran masyarakat dalam perbaikan gizi termasuk melalui upaya
kesehatan berbasis masyarakat dan Pengembangan Anak Usia Dini Holistik
Integratif (Posyandu dan Pos PAUD);
e. Penguatan pelaksanaan, dan pengawasan regulasi dan standar gizi; serta
f. Penguatan peran lintas sektor dalam rangka intervensi sensitif dan spesifik
yang didukung oleh peningkatan kapasitas pemerintah pusat, provinsi dan
kabupaten/kota dalam pelaksanaan rencana aksi pangan dan gizi.
3. Meningkatkan Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan
a. Peningkatan surveilans epidemiologi faktor resiko dan penyakit;
b. Peningkatan upaya preventif dan promotif dalam pengendalian penyakit
menular dan tidak menular;
c. Pelayanan kesehatan jiwa;
d. Pencegahan dan penanggulangan kejadian luarbiasa/wabah;
e. Peningkatan mutu kesehatan lingkungan;
f. Penatalaksanaan kasus dan pemutusan rantai penularan;
g. Peningkatan pengendalian faktor risiko biologi, perilaku dan lingkungan;
h. Peningkatan pemanfaatan teknologi tepat guna untuk pengendalian penyakit
dan penyehatan lingkungan
i. Peningkatan kesehatan lingkungan dan akses terhadap airminum dan sanitasi
yang layak dan perilaku hygiene;
j. Pemberdayaan dan peningkatan peran swasta danmasyarakat dalam
pengendalian penyakit danpenyehatan lingkungan.
4. Meningkatkan Akses Pelayanan Kesehatan Dasar yang Berkualitas
a. Pengembangan fasilitas pelayanan kesehatan dasar sesuai standar mencakup
puskesmas dan jaringannya dan peningkatan kerjasama Puskesmas dengan
unit tranfusi darah dalam rangka penurunan kematian ibu;
b. Pengembangan dan penerapan sistem akreditasi fasilitas pelayanan kesehatan
dasar milik pemerintah dan swasta;
c. Peningkatan pelayanan kesehatan promotif dan preventif di fasilitas pelayanan
kesehatan dasar dengan dukungan bantuan operasional kesehatan;
d. Penyusunan, penetapan dan pelaksanaan berbagai standard guideline
pelayanan kesehatan diikuti dengan pengembangan sistem monitoring dan
evaluasinya;
e. Peningkatan pengawasan dan kerjasama pelayanan kesehatan dasar dengan
fasilitas swasta; serta
f. Pengembangan kesehatan tradisional dan komplementer.
5. Meningkatkan Akses Pelayanan Kesehatan Rujukan yang Berkualitas
a. Pengembangan fasilitaspelayanan kesehatan rujukan terutama rumah sakit
rujukan nasional, rumah sakit rujukan regional, rumah sakit pratama termasuk
peningkatan rumah sakit di setiap kabupaten/kota;
b. Penguatan dan pengembangan sistem rujukan nasional, rujukan regional dan
sistem rujukan gugus kepulauan dan pengembangan sistem informasi dan
rujukan difasilitas kesehatan dasar;
c. Peningkatan mutu fasilitas pelayanan kesehatan rujukan melalui akreditasi
rumah sakit dan pengembangan standar guideline pelayanan kesehatan;
d. Pengembangan sistem pengendalian mutu internal fasilitas kesehatan;
e. Peningkatan pelayanan kesehatan promotif dan preventif di fasilitas pelayanan
kesehatan rujukan; serta
f. Peningkatan efektivitas pengelolaan rumah sakit terutama dalam regulasi
pengelolaan dana kesehatan dirumah sakit umum daerah dan pemerintah
daerah
6. Meningkatkan Ketersediaan, Keterjangkauan, Pemerataan, dan Kualitas
Farmasi dan Alat Kesehatan
a. Peningkatan ketersediaan dan keterjangkauan obat,terutama obat esensial
generik;
b. Peningkatan pengendalian, monitoring dan evaluasi harga obat;
c. Peningkatan kapasitas institusi dalam management supply chain obat dan
teknologi;
d. Peningkatan daya saing industri farmasi dan alkes melalui pemenuhan standar
dan persyaratan;
e. Penguatan upaya kemandirian di bidang bahan baku obat (BBO) termasuk
Bahan Baku Obat Tradisional (BBOT) dan alat kesehatan dengan
pengembangan riset, penguatan sinergitas pemerintah, swasta dan perguruan
tinggi serta peningkatan bahan baku produksi bahan kimia sederhana;
f. Peningkatan pengawasan pre- dan post- market alat kesehatan dan perbekalan
kesehatan rumah tangga (PKRT);
g. Peningkatan mutu pelayanan kefarmasian termasuk tenaga kefarmasian;
h. Peningkatan promosi penggunaan obat dan teknologi rasional oleh provider
dan konsumen.
7. Meningkatkan Pengawasan Obat dan Makanan
a. penguatan sistem pengawasan Obat dan Makanan berbasis risiko;
b. peningkatan sumber daya manusia pengawas Obat danMakanan;
c. penguatan kemitraan pengawasanObat dan Makanan dengan lintas sektor;
d. peningkatan kemandirian pengawasan Obat dan Makanan berbasis risiko oleh
masyarakat dan pelaku usaha;
e. peningkatan kapasitas dan inovasi pelaku usaha dalam rangka mendorong
peningkatan daya saing produk obatdan makanan;
f. penguatan kapasitas dan kapabilitas pengujian Obat dan Makanan.
8. Meningkatkan Ketersediaan, Penyebaran, dan Mutu Sumber Daya Manusia
Kesehatan
a. Pemenuhan kebutuhan tenaga kesehatan di fasilitas pelayanan kesehatan
dengan prioritas di daerah terpencil, perbatasan, dan kepulauan (DTPK)
melalui penempatan tenaga kesehatan yang baru lulus (affirmative policy);
b. Peningkatan mutu tenaga kesehatan melalui peningkatan kompetensi,
pelatihan, dan sertifikasi seluruh jenis tenaga kesehatan;
c. Peningkatan kualifikasi tenaga kesehatan termasuk pengembangan dokter
spesialis dan dokter layanan primer;
d. Pengembangan insentif finansial dan non-finansial bagi tenaga kesehatan;
serta
e. Pengembangan sistem pendataan tenaga kesehatan dan upaya pengendalian
dan pengawasan tenaga kesehatan.
9. Meningkatkan Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat
a. peningkatan advokasi kebijakan pembangunan berwawasan kesehatan;
b. pengembangan regulasi dalam rangka promosi kesehatan;
c. penguatan gerakan masyarakat dalam promosi kesehatan dan pemberdayaan
masyarakat melalui kemitraan antara lembaga pemerintah dengan, swasta, dan
masyarakat madani;
d. peningkatan pemberdayaan masyarakat melalui komunikasi, informasi dan
edukasi (KIE), upaya kesehatan berbasis masyarakat dan pendidikan kesehatan
masyarakat;
e. peningkatan SDM promosi kesehatan; dan
f. pengembangan metode dan teknologi promosi kesehatan
10. Menguatkan Manajemen, Penelitian Pengembangan dan Sistem Informasi
a. peningkatan kemampuan teknis dan pengelolaan program kesehatan;
b. penguatan mekanisme monitoring evaluasi melalui pengembangan sistem
informasi terpadu dan terstruktur antara pusat, provinsi, dan kabupaten/kota;
c. peningkatan penelitian dan pengembangan untuk mendukung kebijakan
pembangunan kesehatan berbasis bukti (evidence based policy) termasuk data
kematian dan kesakitan serta pengembangan pengukuran responsiveness
ssistem kesehatan;
d. pengembangan dan pelaksanaan sistem pengumpulan data untuk pemantauan
indikator pembangunan kesehatan;
e. Penguatan riset bahan baku obat melalui pemanfaatan keanekaragaman hayati
serta plasma nutfah dalam negeri;
f. peningkatan penanggulangan krisis kesehatan; dan
g. peningkatan sinergitas kebijakan perencanaan, penganggaran, dan pelaksanaan
di pusat dan daerah melalui pembagian urusan.
h. Pengembangan pusat integrasi data rekam medis nasional (online)
11. Memantapkan Pelaksanaan Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) Bidang
Kesehatan
a. Peningkatan cakupan kepesertaan melalui Kartu Indonesia Sehat ke seluruh
penduduk secara bertahap;
b. Peningkatan jumlah fasilitas pelayanan kesehatan yang menjadi penyedia
layanan sesuai standar antara lain melalui kerjasama antara pemerintah dengan
penyedia layanan swasta
c. Peningkatan pengelolaan jaminan kesehatan dalam bentuk penyempurnaan
dan koordinasi paket manfaat, penyempurnaan sistem pembayaran dan insentif
penyedia layanan, pengendalian mutu dan biaya pelayanan, pengembangan
health technology assesment, serta pengembangan sistem monitoring dan
evaluasi terpadu;
d. Penyempurnaan sistem pembayaran untuk penguatan pelayanan kesehatan
dasar, kesehatan ibu dan anak, insentif tenaga kesehatan di DTPK dan
peningkatan upaya promotif dan preventif yang bersifat perorangan;
e. Pengembangan berbagai regulasi termasuk standar guideline pelayanan
kesehatan;
f. Peningkatan kapasitas kelembagaan untuk mendukung mutu pelayanan; dan
g. Pengembangan pembiayaan pelayanan kesehatan
12. Mengembangkan dan Meningkatkan Efektifitas Pembiayaan Kesehatan
a. peningkatan pembiayaan kesehatan publik;
b. peningkatan proporsi pembiayaan kesehatan masyarakat, termasuk
pembiayaan upaya promotif dan preventif;
c. peningkatan pelayanan kesehatan perorangan untuk pembiayaan kesehatan
masyarakat tidak mampu/miskin; dan
d. peningkatan pembiayaan dalam rangka mendukung pencapaian universal
health coverage/UHC, terutama untuk peningkatan kepesertaan masyarakat
tidak mampu dan peningkatan kesiapan supply side SJSN Kesehatan.
Daftar Referensi
Ansar J., 2019. Keputusan Manajemen Berbasis Epidemiologi. [Materi Presentasi Mata
Kuliah Epid Perencanaan Kesehatan]
Deputi Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Bappenas Bidang SDM
Dan Kebudayaan. 2015. Kebijakan Perencanaan Pembangunan Kesehatan.
Hamid I. 2012. Teori Pengambilan Keputusan. [Online].
https://www.academia.edu/17263997/Teori_Pengambilan_Keputusan
Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Badan Perencanaan Pembangunan
Nasional (Bappenas). 2018. Rencana Kerja Pemerintah Tahun 2019.
Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Badan Perencanaan Pembangunan
Nasional (Bappenas). 2017. Evaluasi Paruh Waktu RPJMN 2015-2019.
Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Badan Perencanaan Pembangunan
Nasional (Bappenas). 2014. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional
2015-2019 ; Buku I Agenda Pembangunan Nasional.
Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Badan Perencanaan Pembangunan
Nasional (Bappenas). 2014. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional
2015-2019 ; Buku I Agenda Pembangunan Bidang.
Kementrian Kesehatan RI. 2015. Rencana Strategis Kementrian Kesehatan Tahun
2015–2019.
Laksmi S., dkk. 2018. Manajemen Pengambilan Keputusan. [Online].
https://www.academia.edu/17263997/Teori_Pengambilan_Keputusan
Lapau, B. 2011. Strategi Epidemiologi Dalam Pelayanan Kesehatan Primer. Jurnal
Kesehatan Komunitas 1 (3).
Nugraha M., 2014. Pengambilan Keputusan Manajemen & Informasi Yang
Dibutuhkan. [Materi Presentasi] https://dokumen.tips/documents/3-
pengambilan-keputusan-manajemenpdf.html
Rahman A. dan Ridwan A. 2007. Siklus Kebijakan Berbasis Evidens Epidemiologi.
[Online].https://www.academia.edu/5116237/SIKLUS_KEBIJAKAN_BERBA
SIS_EVIDENS_EPIDEMIOLOGI
Sugihantono A. 2017. Peran Profesi Kesehatan Masyarakat Dalam Mendukung
Program Germas Dan PIS-PK. Direktur Jenderal Kesehatan Masyarakat. [Materi
Presentasi Forum Ilmiah Tahunan IAKMI]
Supriadi M. 2014. Pengambilan Keputusan Pelayanan Kesehatan Di Rumah Sakit.
[Online].https://www.academia.edu/11820038/Pengambilan_keputusan_pelaya
nan_Kesehatan_di_Rumah_sakit
Suyadi, Ir. 2011. Manajemen Pelayanan Kesehatan: Suatu Pendekatan Interdisipliner.
[Online]. http://docplayer.info/29594087-Manajemen-pelayanan-kesehatan-
suatu-pendekatan-interdisipliner-health-services-management-an-
interdisciplinary-approah.html

Anda mungkin juga menyukai